Upload
atikah-a
View
69
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
u
Citation preview
Bab 1 - Pendahuluan
BAB IPENDAHULUAN
1.1 PendahuluanEra globalisasi yang ditandai dengan kebebasan bersaing diberbagai bidang usaha
dewasa ini sudah mulai terasa dampaknya termasuk terhadap dunia usaha di Indonesia.
Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bisa beroperasi secara efektif dan efisien sehingga
mampu menghadapi persaingan dengan perusahaan yang sejenis. Pada umumnya tujuan
semua perusahaan sama, yaitu pencapaian laba yang optimal. Alasan utamanya adalah laba
merupakan penentu utama kelangsungan hidup dan perkembangan suatu perusahaan. Pada
kurun 10 tahun terakhir persaingan dirasakan begitu ketat terutama di negara-negara
berkembang. Inilah globalisasi yang benar-benar sedang menjalar dan demikianlah akibatnya
terhadap persaingan. Terdapat tiga hal pokok yang menjadi ajang persaingan, yaitu harga,
mutu dan layanan. Harga seringkali ditentukan oleh biaya sedangkan biaya sendiri adalah
hasil penentuan dan pemilihan proses produksi perusahaan. Salah satu komponen biaya
produksi yang tinggi adalah barang, Ini merupakan bidang manajemen logistik, khususnya
manajemen barang atau material, yang lebih khusus lagi manajemen persediaan barang
(Indrajid dan Djokopranoto, 2003). Manajemen persediaan merupakan komponen penting
dalam perusahaan karena persediaan merupakan aset termahal bagi perusahaan. Alokasi
dana untuk persediaan bisa mencakup 50% dari total modal yang 2 ditanamkan (Heizer dan
Render dalam Anwar, 2008). Oleh karena itu, perkembangan dibidang ini harus dicari secara
terus menerus dan diupayakan memperoleh biaya yang paling optimal. Manajemen
persediaan harus mampu mengatur keseimbangan antara investasi persediaan dengan
pelayanan pelanggan. Manajemen persediaan tidak bisa terlalu menekan biaya persediaan
karena bisa jadi proses produksi akan terganggu bahkan terhenti dan pada akhirnya
pelanggan tidak puas karena barang yang telah dipesan tidak tersedia.
Setiap perusahaan memerlukan persediaan karena suatu ketika perusahaan pasti
menghadapi resiko tidak tersedianya barang yang diperlukan untuk proses produksi dari
pemasok. Apabila ketika perusahaan diharuskan menghasilkan produk namun pada saat itu
barang yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut tidak tersedia maka perusahaan
tidak akan mendapatkan keuntungan bahkan perusahaan akan mengalami kerugian. Maka
perusahaan memerlukan suatu sistem perencanaan dan pengendalian persediaan yang
efektif agar mampu memenuhi semua permintaan konsumen.
Inventori (stock barang) merupakan permasalahan operasional yang sering dihadapi
oleh perusahaan. Inventori bisa berupa jumlah barang yang diletakkan di etalase atau bisa
berupa jumlah barang yang disimpan di gudang. Jika jumlah inventori terlalu sedikit dan
permintaan tidak dapat dipenuhi karena kekurangan persediaan, hal ini akan mengakibatkan
1
2
konsumen akan kecewa dan ada kemungkinan konsumen tidak akan kembali lagi. Begitu
juga jika inventori terlalu besar, hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena
harus menyediakan tempat yang lebih besar, kemungkinan terjadinya penyusutan nilai guna
barang, serta harus menyediakan biaya-biaya tambahan yang terkait dengan dengan biaya
inventori seperti biaya pemeliharaan dan biaya akuntansi. Karena itu, manajemen harus bisa
memutuskan berapa banyak suatu barang harus disiapkan (distock) untuk keperluan
perusahaan. Selain itu, manajemen juga harus jeli dalam melihat kebutuhan konsumen
sehingga mereka merasa puas karena mendapatkan apa yang dibutuhkannya.
Untuk melihat dan mendapatkan jumlah inventori yang tepat serta bisa melihat
kebutuhan konsumen, manajemen harus sering mengadakan kajian terhadap masalah
tersebut. Mereka memerlukan survei pasar, menganalisa data penjualan, mengamati pola
pembelian , mengamati keterkaitan barang yang dibeli oleh konsumen, dan kegiatan lain
lainnya. Salah satu kajian yang bisa di lakukan untuk mengetahui kondisi pasar (konsumen)
adalah dengan mengamati transaksi penjualan dan dilanjutkan dengan melakukan
pengolahan terhadap data penjualan tersebut. Dengan proses pengolahan terhadap data
penjualan ini, manajemen bisa mendapatkan informasi yang digunakan untuk keperluan
manajemen inventori swalayan seperti menentukan jumlah barang yang harus disiapkan di
gudang, mengatur jumlah minimal stok, jumlah stok aman (safety stock,) dan jumlah stok
maksimal setiap barang. Selain itu dengan menggunakan informasi ini, manajemen bisa
memutuskan kapan mereka harus melakukan re-order pembelian barang pada suplier,
menentukan strategi yang harus dilakukan jika ada barang yang pergerakan stoknya lambat
serta menentukan barang apa yang harus dihapus dari stok karena sudah tidak diminati oleh
konsumen.
3Bab II - Tinjauan Pustaka dan Metodologi
1.2 Perumusan masalahBerdasarkan dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah yang dihadapi
dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana melakukan Analisis Manajemen Inventori yang efektif dan efisien terhadap
studi kasus yang dipilih guna memahami dan menemukan akar permasalahan serta
memberikan solusi perbaikan dan implemetasi yang sebaiknya dilakukan”
1.4. Batasan MasalahPermasalahan dibatasi hanya pada studi kasus yang telah ditentukan yakni kasus
stockout atau kehabisan bahan baku di PT. Combiphar indonesia
1.5 TujuanTujuan yang ingin dicapai dalam paper ini adalah:
1. Memahami apa itu manajemen logistik
2. Melakukan analisis manajemen inventori / persediaan pada studi kasus yang telah di
tetapkan (kasus stockout/ kehabisan bahan baku di PT Combiphar)
3. Memberikan perbaikan dan implementasi terhadap studi kasus yang telah ditetapkan
1.6 ManfaatManfaat yang ingin dicapai dalam paper ini adalah:
1. Mampu Memahami apa itu manajemen logistik
2. Mampu Melakukan analisis manajemen inventori / persediaan pada studi kasus yang
telah di tetapkan (kasus stockout/ kehabisan bahan baku di PT Combiphar)
3. Dapat memberikan perbaikan dan implementasi terhadap studi kasus yang telah
ditetapkan
Bab II - Tinjauan Pustaka dan Metodologi
BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI
2.1 Persediaan (Inventory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan
untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku yang
disimpan untuk diproses, barang dalam proses manufaktur dan barang jadi yang
disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata
“inventory” yang merupakan timbunan barang (bahan baku, komponen, produk
setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang secara sengaja disimpan sebagai
cadangan (safety atau buffer-stock) untuk manghadapi kelangkaan pada saat proses
produksi sedang berlangsung.
Untuk lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan pengertian
persediaan. Pengertian persediaan akan dijelaskan dari beberapa defenisi berikut:
1. Starr dan Miller (1997:3) menjelaskan bahwa inventory is theory hardly enquires
education and inventory immediately brings to minds a stock of some kind of physical
commodity
2. Rangkuti (2007:2) menyatakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang
disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk
proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu
3. Baroto (dalam Riggs, 1976) menyatakan bahwa persediaan adalah bahan mentah,
barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan
pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang
berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan dalam
suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk diproses atau
diproduksi lebih lanjut.
2.2 Penyebab Persediaan Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto (2002:53)
mengatakan bahwa penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan Permintaan terhadap suatu barang tidak
dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelummya. Untuk
menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka
adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan
4
Bab II - Tinjauan Pustaka dan Metodologi
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian Ketidakpastian terjadi akibat: permintaan
yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu
5
6
pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk
berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak
faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan
mengadakan persediaan
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari
kenaikan harga di masa mendatang.
2.5 Jenis-Jenis Persediaan Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan
yang berbeda. Rangkuti (2007:15) memaparkan persediaan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis:
1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud,
seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses
produksi
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barangbarang
yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau
komponen barang jadi
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang
yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi. 5. Persediaaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada
pelanggan
2.4 Fungsi-Fungsi Persediaan Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau
konsumen. Rangkuti (2007:15) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan oleh
suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut
1. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal
7
kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar
departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga
“kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan
produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut fluctuation stock
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini
disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar
dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa
gudang, investasi, resiko, dan sebagainya)
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories).
2.5 Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu kebijakan
pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang
dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain,
pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan
tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat
berjalan lancar.
Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting
bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar
dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya
penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan dan
kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan
perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan
kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.
Apabila persediaan bahan terlalu besar atau penentuan tingkat persediaan yang
salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain disebabkan
oleh:
1. penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar
8
2. keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil
mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar
3. kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi,
a. ongkos persediaan
b. resiko kerusakan bahan
Sebaliknya, apabila persediaan bahan yang terlalu kecil maka akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh:
1. kemacetan dalam produksi
2. ongkos pemesanan
3. ongkos kekurangan persediaan
Dan faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
1. perkiraan pemakaian
2. harga bahan baku
3. biaya-biaya dari persediaan, yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
4. pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data
perusahaan
5. waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan barang sampai
barang tersebut tiba.Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan, cenderung bervariasi
karena tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan waktu pemesanan.
2.6 Tujuan Pengendalian Persediaan Divisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan
pengendalian persediaan yang berbeda. Menurut Ginting (2007:125) menjelaskan
bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah:
1. pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan
persediaan dalam jumlah yang banyak
2. produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang
tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi setup mesin). Di
samping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau
komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan
bahan
3. personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan
untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan
2.7 Komponen Biaya Persediaan Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh
karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:121) dalam menentukan biaya
9
persediaaan perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan
sebagai berikut:
1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya
yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per
periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak
atau rata- rata persediaan semakin tinggi. Biayabiaya yang termassuk sebagai biaya
penyimpanan adalah:
a. biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan,
dan sebagainya)
b. biaya modal (opportunity costs of capital), yaitu alternative pendapatan atas dana
yang diinvestasikan dalam persediaan
c. biaya keusangan
d. biaya penghitungan fisik
e. biaya asuransi persediaan
f. biaya pajak persediaan
g. biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
h. biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
Biaya-biaya tersebut di atas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat
persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap,
maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya penyimpanan
persediaan berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk
perusahaaan manufakturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten
sekitar 25 persen.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs). Biaya-biaya
ini meliputi:
a. pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. upah
c. biaya telepon
d. pengeluaran surat menyurat
e. biaya pengepakan dan penimbangan
f. biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. biaya pengiriman ke gudang
h. biaya utang lancar dan sebagainya.
Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas)
tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin
banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun,
maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode
10
(tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya
yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
3. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)
Adalah biaya yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya permintaan
bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. kehilangan penjualan
b. kehilangan pelanggan
c. biaya pemesanan khusus
d. biaya ekspedisi
e. selisih harga
f. terganggunya operasi
g. tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena kenyataannya
biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara objektif.
2.8 Sistem Pengendalian Persediaan Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola
masukan-masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi output, dimana
untuk ini diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme
sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat
persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus
diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan.
Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi,
barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal, dan pada waktu
yang optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan
persediaan. Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat
diklasifikasikan ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif,
variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut:
1. berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat
2. kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan
3. berapa jumlah persediaan pengaman
4. bagaimana mengendalikan persediaan.
Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian
persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai
berikut:
1. jenis barang apa yang dimiliki
11
2. dimana barang tersebut berada
3. berapa jumlah barang yang harus dipesan
4. siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal
terhadap seluruh masalah yang berkaitan dengan persediaan. Dikaitkan dengan
tujuan umum perusahaan, maka optimalitas pengendalian persediaan sering kali
diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki
banyak subitem lain selain persediaan, maka mengukur kontribusi pengendalian
persediaan dalam mencapai total keuntungan bukan hal mudah. Optimalisasi
pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimum pada suatu
periode tertentu (Baroto, 2002:54).
2.9 Model-Model Persediaan Model persediaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (Taha, 1982)
1. Model Deterministik Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan
periode kedatangan pesanan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Deterministik Statis Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap
periode diketahui secara pasti dan bersifat konstan.
b. Deterministik Dinamik Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk
tiap periode diketahui secara pasti, tetapi bervariasi dari satu periode ke periode
lainnya.
2. Model Probabilistik Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan
periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya,
sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas. Model ini dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Probabilistik Stationary Pada model ini tingkat permintaaan bersifat random, dimana
probability density function dari permintaan tidak dipengaruhi oleh waktu setiap
periode.
b. Probabilistik Nonstationary Pada model ini tingkat permintaaan bersifat random,
dimana probability density function dari permintaan bervariasi dari satu periode ke
periode lainnya.
2.10Metode Economic Order Quantity (EOQ) Model ini diarahkan untuk menemukan jumlah pesanan yang memenuhi total
biaya persediaan minimal dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, sehingga diharapkan tidak ada kekurangan persediaan. Metode ini
12
dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang yang
diproduksi sendiri.
2.10.1 Perumusan Metode EOQ Model Persediaan ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Hanya satu barang yang diperhitungkan
2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus menerus
3. Barang yang dipesan diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah
4. Waktu tenggang (lead time) bersifat konstan
5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan
6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan
7. Tidak ada quantity discount.
Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut
(Nasution, 2008:135)
Gambar 2.1 Grafik Model Persediaan EOQ
Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut:
D = jumlah pemesanan barang suatu periode (unit/tahun)
d = tingkat kebutuhan per unit waktu (unit/tahun)
S = biaya pemesanan (rupiah)
T = periode/waktu pemesanan (tahun)
t = waktu satu putaran produksi (tahun)
C = harga barang (rupiah)
H = biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)
Q = jumlah pemesanan (unit)
F = frekuensi pemesanan (kali/tahun)
L = waktu tenggang atau lead time (hari)
13
TC = total biaya persediaan (rupiah/tahun)
EOQ adalah yaitu jumlah pemesanan yang memberikan total biaya persediaan yang
optimal, berikut merupakan rumus dari EOQ
EOQ =
Dimana :
S = biaya pesan/order
D = permintaan (kebutuhan)
H = Biaya simpan/u/th
2.11Persediaan Pengaman (Safety Stock) Berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula
atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan.
Batas toleransi ( α ) yang digunakan oleh perusahaan adalah 5% di atas
perkiraan dan 5% di bawah perkiraan. Dengan dua batas toleransi tersebut pada
Tabel Standar Deviasi Normal maka nilai Standar Normal Deviasi ( Z ) yang
digunakan adalah 1,65.
Dengan Rumus :
SS = Z δ
Dimana :
SS = Safety Stock
Z= Standar deviasi
δ = banyaknya data
(Eddy Herjanto, 1999 : 182)
2.12 Pemesanan Kembali (Reorder Point)Saat harus diadakan pemesanan kembali sehingga kedatangan atau
penerimaan barang yang dipesan tepat waktu (di mana persediaan di atas
persediaan pengaman sama dengan nol). Titik pemesanan ulang dapat ditetapkan
dengan menjumlahkan penggunaan selama waktu tenggang ditambah dengan
persediaan pengaman.
Dengan Rumus:
ROP = Dl + SS
Dimana:
ROP= titik pemesanan ulang (reorder point)
d= tingkat kebutuhan persediaan per hari
14
L= waktu tenggang (lead time)
(Eddy Herjanto, 1999: 182)
2.13 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory) Persediaan maksimal merupakan jumlah persediaan yang paling banyak yang
boleh ada di gudang. Besarnya persediaan maksimal atau maximum inventory yang
ada di gudang dapat dicari dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut
dengan jumlah persediaan pengaman (safety stock).
Dengan Rumus:
MI = SS + EOQ
Dimana:
MI= Maximum Inventory
( Eddy Herjanto, 1999: 183)
2.14Penyimpanan Material2.14.1Kontrol penyimpanan di Gudang Penyimpanan
Langkah-langkah yang digunakan agar material tersimpan pada lokasi yang seharusnya:
1. Pertama, memisahkan material berdasarkan status hasil pemeriksaan kualitas. Status
dapat berupa lulus atau tidak lulus uji kualitas.
2. Setelah ditentukan lokasi penyimpanan berdasarkan status, dilanjutkan dengan
memperhatikan karakter khusus material yang bersangkutan.
3. Langkah ketiga setelah penyimpanan berdasarkan karakter adalah penyimpanan
berdasarkan part number
4. Langkah terakhir adalah penyimpanan berdasarkan urutan serial number.
2.14.2 Identifikasi lokasi penyimpanan.Berikut ini adalah contoh identifikasi lokasi penyimpanan dengan menggunakan 6 angka
digital (contoh :102304).
1. Angka pertama menunjukkan lokasi gudang
1= gudang konduktor ?
2= gudang isolator ?
3= gudang B3
4= gudang reject material
2. Angka kedua dan ketiga menunjukkan lokasi BIN/rak. Perhitungan BIN dimulai dari rak
kanan menuju ke kiri.
3. Angka keempat menunjukkan tingkatan BIN. Perhitungan tingkat dimulai dan atas ke
bawah.
15
4. Angka kelima dan keenam menunjukkan urutan penyekatan. Perhitungan sekat dimulai
dari kanan ke kiri.
2.15Kontrol kualitas dan kuantitas materialAda 2 cara untuk menjaga kualitas penyimpanan material, yaitu melalui kontrol usia dan
kontrol penumpukan material.
Sementara untuk kontrol kuantitas dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan silang
(cross check) antara data yang tertulis dengan kondisi aktual di gudang.
Ada 3 jenis pemeriksaan kuantitas yang biasa dilakukan:
1. pemeriksaan saat material akan digunakan.
2. pemerikasaan setiap bulan.
3. pemeriksaan setiap semester (per 6 bulan)
2.15.1 Kontrol kualitas material lamaTahapan untuk melakukan kontrol kualitas bagi material lama:
1. melakukan identifikasi terhadap material yang sudah tersimpan untuk waktu lama.
2. melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap material-material lama yang sudah
terindentifikasi tersebut.
3. jika suatu waktu material yang tersimpan lama tersebut tampak dalam kondisi yang
tidak sesuai maka harus dilaporkan ke departemen quality control.
4. hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan oleh departemen quality control akan
ditindaklanjuti oleh departemen logistik.
2.15.2Kontrol untuk Shelf Life MaterialAda beberapa hal yang sebaiknya dilakukan ketika shelf material akan berakhir:
1. memberikan informasi kondisi material sekitar 3-6 bulan kepada departemen produksi
sebelum shelf life berakhir.
2. memberikan label peringatan yang ditempelkan pada boks material.
2.15.3Kontrol untuk Stock Aging Materialmaterial stock aging adalah material yang disimpan dan belum digunakan dalam waktu
tertentu. proses perawatan yang dilakukan oleh operator logistik lebih bersifat perawatan
fisik. sementara untuk pemeriksaan fungsi dan kareakter dilakukan oleh unit incoming
quality control
2.15.4Tindak Lanjut Status Material1. Penggantian dari supplier
16
Material berkualitas buruk atau rusak yang bukan disebabkan oleh pembeli ,seharusnya
mendapat penggantian dari supplier.
2. Penjualan Material
prioritas kedua untuk material berkualitas buruk adalah untuk dijual. Perlu digaris
bawahi bahwa material ini hanya dapat dijual jika mendapat izin dari top management.
3. Material Rusak adalah Urgent material
Departemen logistik harus menginformasikan identitas material yang tidak dapat
digunakan kepada departemen produksi sebelum material didisposal. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa material-material tersebut tidak termasuk material penting
yang mendesak untuk digunakan segera.
4. Material Review Board (MRB).
MRB adalah pertemuan bersama untuk mendapatkan tujuan disposal dari semua
departemen terkait. Hasil MRB harus tertuang dalam suatu form yang berisi tanda
tangan dari semua pihak wakil departemen terkait.
5. Pemeriksaan ulang IQC
Permintaan pemeriksaan material ini lebih sering dilakukann untuk beberapa
alasan:
1) material yang sudah lama disimpan akan digunakan lagi dalam waktu dekat.
2) material yang rusak secara fisik.
3) material termasuk urgent material.
6. Disposal
Proses disposal tidak boleh sembarangan. jika material atau produk yang anda akan
disposal mengandung bahan kimia berbahaya, maka anda harus berkoordinasi dengan
lembaga pemerintah yang terkait.
2.16Pengeluaran Material2.16.1 Proses pengeluaran material1. Material yang akan digunakan oleh departemen produksi atau departemen lainnya
harus ditulis terlebih dahulu dalam suatu form yang biasa disebut shop order atau daftar
permintaan material
2. Kemudian material akan disiapkan berdasarkan identitas pada shop order tersebut.
Seperti waktu penggunaan, part number, spefikasi, dan jumlah yang dibutuhkan.
3. Kemudian operator akan mencari material sesuai dengan part number yang diminta.
4. Selanjutnya operator akan memperhatikan spesifikasi material.
5. Setelah memperhatikan dengan part number dan spesifikasi yang diminta ditemukan,
operator akan menyiapkan material sesuai dengan banyaknya material yang
dibutuhkan.
17
2.16.2 Aturan Pengambilan MaterialAturan yang umum digunakan untuk peletakan dan pengambilan material adalah FIFO (First
In First Out), artinya material yang digunakan pertama kalli adalah material yang masuk
terlebih dahulu.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang mendukung aturan FIFO ini agar mudah
terlaksana:
1. informasi waktu kedatangan, bisa dibantu juga dengan informasi warna.
2. status shelf life.
2.17Material Masuk2.17.1Pemeriksaan DokumenMemeriksa kelengkapan dokumen dengan material yang diterima. Dokumen- dokumen
tersebut antara lain adalah:
1. Dokumen pemesanan atau Purchase Order.
2. Surat jalan atau Delivery Order
3. Dokumen yang memperlihatkan bahwa material yang dikirim telah lulus uji kualitas oleh
Quality Control Supplier.
2.17.2Pemeriksaan KemasanPemeriksaan ini lebih bersifat pada pemeriksaan fisik kemasan semata.
2.17.3Pemeriksaan JumlahPemeriksaan paling ideal adalah perhitungan semua material sesuai dengan yang
tercantum pada dokumen DO.
Input Arrival
Beberapa identitas material yang dimasukkan pada database computer antara lain adalah;
1. Nama material
2. Part number
3. Serial number (optional)
4. Jumlah material yang diterima
5. Waktu penerimaan
6. Nama supplier
7. Nama pemeriksa
8. Status
9. Keterangan
18
2.18Metodologi Penelitian Studi Kasus
19
Gambar 2.2 Diagram Alir Penelitian
20Bab III - Analisis Studi Kasus dan Pembahasan
Penjelasan Langkah-Langkah diagram alir Pemecahan Masalah Penjelasan Flow Chart pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Pada tahapan ini dilakukan semacam studi mengenai pengenalan dan permasalahan
inventorisecara general serta sebagai landasan pemilihan studi kasus yang akan
dibahas.
2. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan ini bertujuan untuk mengumpulkan segala informasi dan dasar-
dasar teori penunjang baik berasal dari buku, jurnal, ataupun referensi yang lain. Teori-
teori pendukung yang digunakan sebagai Pemecahan masalah antara lain metode
system pengendalian persediaan, Forecasting , EOQ, ROP
2. Identifikasi Masalah
Setelah mengetahui studi kasus dapat ditentukan topik permasalahan yang akan
dibahas pada tugas akhir ini. Permasalahan yang diangkat dari penelitian ini dapat
dilihat pada bab 3. Perumusan masalah dilakukan untuk merumuskan permasalahan
apa yang akan diamati dan dianalisa dalam penelitian. Perumusan masalah yang diteliti
mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan. Dengan rumusan masalah yang
jelas maka diharapkan pada saat melakukan penelitian baik permasalahan maupun
obyek yang diteliti tidak akan mengalami perluasan atau perubahan.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini data-data dikumpulkan untuk menunjang penelitian baik itu data primer
maupun sekunder.
4. Analisis Permasalahan
Selanjutnya kita lakukan analisis secara keseluruhan untuk dapat mengendalikan
persediaan yang ada yakni antara lain melakukan analisis peramalan, EOQ, Safety
Stock , Reorder Point , dll . dan setelah melakukan semua analisis dan menemukan
solusi yang efektif dan efisien kemudian kita dapat ke tahap selanjutnya
5. Kesimpulan dan implementasi
Dari hasil analisis tersebut kemudian diambil kesimpulan yang merupakan hasil akhir
dari penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diberikan rekomendasi atau
masukan dan juga saran-saran yang dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanannya.
BAB IIIANALISIS STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus dan Identifikasi PermasalahanPersediaan merupakan salah satu aset yang paling penting dalam perusahaan,
terutama di perusahaan manufaktur. Dalam hal masalah yang berkaitan dengan persediaan,
proses bisnis perusahaan akan terganggu. Salah satu contoh dari masalah persediaan
adalah stock out terjadi. Stock out adalah suatu kondisi di mana perusahaan tidak dapat
memenuhi permintaan pelanggan karena kekurangan persediaan di gudang. Masalah ini
sering terjadi pada perusahaan manufaktur yang diadaptasi membuat sistem stockout, untuk
perusahaan farmasi misalnya.
PT. Combiphar adalah salah satu perusahaan farmasi di Indonesia yang mengadaptasi
sistem. Dengan sistem ini, perusahaan dituntut untuk melakukan peramalan permintaan
untuk menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan di masa mendatang. Hal lain
yang harus ditentukan oleh perusahaan adalah penataan kembali waktu pemesanan dan
safety stock dalam mengantisipasi persediaan di gudang.
Manajemen persediaan merupakan aspek penting dalam manajemen rantai pasokan
yang dapat menyesuaikan tingkat persediaan di gudang dengan mempertimbangkan biaya-
biaya seperti: biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya prmbelian. Persediaan yang
dibutuhkan untuk mengantisipasi out of stock, dan menghindari ketidakpastian harga, waktu,
dan permintaan.
Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu model persediaan yang menghitung
tingkat persediaan maksimum harus dipesan dengan biaya terendah. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif, meliputi: perhitungan peramalan dengan double
exponential smoothing models untuk menentukan tingkat permintaan pada 2013 dan 2014,
menentukan titik re-order dan tingkat safety stock untuk mengetahui kapan perusahaan
harus memesan dan berapa banyak persediaan harus diantisipasi, juga EOQ perhitungan
untuk mengetahui berapa banyak pesanan bahan baku pada biaya terendah.
3.2 Reaserch Model Penyelesaian PermasalahanBerdasarkan studi kasus stockout di PT Combiphar yang terjadi, ada faktor yang secara
langsung mempengaruhi kasus ini. Artinya, tingkat safety stock perusahaan. Safety stock
juga dipengaruhi oleh peramalan dan Re-order point. Ketika persediaan pengaman pada
tingkat yang sesuai, dapat mengurangi tingkat kekurangan bahan baku.
21
22
Namun, perhitungan safety stock dipengaruhi oleh peramalan, karena tingkat safety
stock ditentukan berdasarkan perhitungan peramalan. Tidak hanya itu, tetapi juga menyusun
ulang titik dapat menentukan tingkat persediaan pengaman. Berdasarkan gambar di atas,
dapat diketahui proposisi sebagai berikut:
P1: Peramalan dapat menentukan tingkat safety Stock;
P2: Re-Order point dapat menentukan tingkat safety stock;
P3: Safety Stock dapat menurunkan tingkat Stock Out / kekurangan bahan baku
3.3 Pengumpulan dataMetodologi penelitian adalah langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi untuk memecahkan masalah dan uji hipotesis penelitian.
Salah satu elemen yang paling penting dalam metodologi penelitian adalah penggunaan
metode ilmiah sebagai alat untuk mengidentifikasi objek atau fenomena. Tidak hanya itu,
tetapi juga mencari solusi untuk masalah yang sedang dipelajari, sehingga hasil yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metodologi dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dimana
peneliti melakukan survei atau pengamatan langsung dan pengolahan data kuantitatif.
Data ini baik kualitatif maupun kuantitatif dan ketika diolah akan menghasilkan informasi
yang diinginkan. Berdasarkan jenis, data dibagi menjadi dua jenis yakni data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Dalam penelitian ini data primer yang digunakan meliputi survei atau pengamatan
langsung
2. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya
Dalam penelitian ini data sekunder adalah data historis perusahaan seperti: stock out,
permintaan dan lead time.
Penelitian ini berfokus pada kasus out of stock di gudang barang jadi. Ada lebih dari
100 produk yang mengalami kehabisan stok. Data yang digunakan adalah data internal
perusahaan termasuk: pending order atau stock out, permintaan, data actual produksi dan
pengiriman, lead time, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pembelian.
23
3.4 Analisis Permasalahan3.4.1 Level Stock Out dan Produk
Stock out atau pesanan yang tertunda adalah suatu kondisi yang dialami oleh
perusahaan yang tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan dalam jangka waktu
tertentu.
Di PT. Combiphar sering terjadi kehabisan stok di tingkat value yang sangat tinggi di
tiap bulannya. Berikut ini Tabel 1: Stock Out Produk 2012 menunjukkan jumlah stock out
yang diidentifikasi dari produk. Dari Tabel 1 menunjukkan 20 produk mengalami stock out
tertinggi (kuantitas), paling sering (frekuensi) dan nilai. Pembatasan (restrications) adalah
sebagai berikut:
(1) kuantitas ≥ 30.000 (jumlah pesanan rata-rata per periode)
(2) frekuensi ≥ 3 kali (pesanan rata-rata per tahun)
(3) nilai ≥ Rp. 500 juta.
Objek penelitian dipilih berdasarkan kuantitas tertinggi, frekuensi dan juga nilai. CTS3
atau "Comtusi" terpilih sebagai objek yang akan diteliti karena memiliki stock out dengan
kuantitas, frekuensi dan nilai tertinggi. Comtusi Syrup adalah produk obat batuk langsung
diproduksi oleh PT. Combiphar, Padalarang, Indonesia. Produk ini dibuat untuk rumah sakit
dan apotek dan tersedia dalam paket 60ml.
Total stockout kuantitas pada tahun 2012 sebesar 1.390.698 unit dan total nilai sebesar
Rp 35.139.229.335. CTS3 memiliki proporsi 9% dari total stockout kuantitas; jumlah yang
sama dengan 128.036 unit. Produk ini memiliki proporsi 9,75% dari nilai total, yaitu Rp
3.424.963.000. Karena stockout kasus di atas, pendapatan dan laba kotor menurun. Berikut
ini menunjukkan hasil perhitungan, jika permintaan terpenuhi dan tidak terpenuhi.
24
Perhitungan di atas menunjukkan perbedaan substansial dalam keuntungan karena kasus
stockout. Perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi keuntungan menurun. Karena
stockout di 2012, perusahaan kehilangan penjualan Rp1,888,383,500. Berdasarkan analisis
keuntungan di atas, jelas bahwa perusahaan mengalami menurunnya keuntungan karena
kekurangan persediaan.
3.4.3 Forecast Permintaan dengan Double Exponential Smoothing ModelDengan menggunakan metode double exponential smoothing model, ada dua
konstanta pemulusan; alpha (α) dan beta (β). Smoothing konstanta alpha: 0,6 atas dasar
bahwa data berfluktuasi tapi tidak terlalu ekstrim, sedangkan nilai beta: 0,4 atas dasar
bahwa tren permintaan telah menurun selama 24 bulan terakhir (2 tahun). Penentuan nilai
beta juga didasarkan oleh trial and error. Dari data di atas pada permintaan pada tahun
2011 dan 2012, dan langkah-langkah peramalan untuk 2013 dan 2014, statistik berikut
dapat dihitung Berikut ini Tabel 3 hasil peramalan untuk permintaan tahun 2013 dan 2014
Berdasarkan perhitungan Peramalan menggunakan QM, hasilnya keluar sebagai berikut:
25
Dari tabel di atas, ditunjukkan berbagai tingkat kesalahan mulai dari kuantitas kesalahan,
MAD, MSE dan MAPE juga. Kuantitas kesalahan adalah nilai negatif, itu berarti bahwa rata-
rata kuantitas permintaan peramalan lebih tinggi dari masa lalu (data history). Dan, jika
perusahaan mengikuti angka peramalan tersebut, maka perusahaan harus memproduksi
lebih dari 936 produk dibandingkan dengan permintaan terakhir. Perusahaan Mungkin dapat
menghindari kasus stockout tetapi perusahaan harus berhati-hati karena jumlah 936,39
akan dapat menetap di gudang jika aktualnya di masa depan permintaan lebih rendahh dari
permintaan terakhir
3.4.4 Penetapan EOQPerlu adanya penilaian kebijakan pengelolaan persediaan bahan baku dalam mencapai
efisiensi dalam pengadaannya serta untuk mengetahui sejauh mana efisiensi biaya dapat
dilakukan. Salah satu alternatif pemecahan masalah pada perusahaan yaitu menggunakan
metode EOQ dalam pengelolaan persediaan bahan bakunya.
EQO adalah total persediaan dipesan pada waktu untuk meminimalkan biaya
persediaan tahunan. Berdasarkan perhitungan EOQ menggunakan POM-QM, hasil keluar
sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan EOQ, urutan maksimum pada tingkat 65,509 unit untuk
pesanan satu kali, di mana pada tahun itu perusahaan dapat memesan sebanyak 8 kali.
Jumlah ini adalah pesanan dengan biaya tahunan terendah bagi perusahaan. Hal ini
menunjukkan perbedaan besar antara hasil perhitungan dengan kuantitas pemesanan yang
sebenarnya. Faktanya, perusahaan hanya memesan 30.000 per order satu kali, sedangkan
26
jumlah pesanan yang disarankan adalah 65.509. Tanpa perhitungan safety stock
perusahaan harus memesan kembali bahan baku ketika tingkat persediaan mencapai
58,558 unit.
3.4.5 Penetapan Safety Stock dan Reorder PointPersediaan pengaman diperlukan untuk menjaga kemungkinan kekurangan bahan
baku, akibat penggunaan bahan baku lebih besar dari pada perkiraan semula ataupun
karena keterlambatan datangnya bahan baku yang dipesan.
Persediaan pengaman dihitung untuk menentukan berapa banyak produk harus
digunakan oleh perusahaan sebagai "ban serep" dalam waktu tertentu untuk mengurangi
kasus stockout. Berdasarkan Stockout ,ROP perhitungan safety stock menggunakan POM-
QM, hasilnya ditunjukkan pada Figure 2: Safety Stock dan Hasil Re-Order Point.
Safety stock = 300 adalah stock maksimum yang harus dimiliki oleh perusahaan dalam
mengantisipasi out of stock karena keterlambatan, kesalahan pemesanan bahan baku dan
juga setiap permintaan darurat selama periode lead time. Dengan menambahkan safety
stock, perusahaan harus re-order bahan ketika tingkat persediaan mencapai maksimum
58,858 unit
3.4.6 Hubungan Antara EOQ, Safety Stock Dan Reorder PointBerdasarkan permintaan peramalan selama 1 tahun (permintaan harian rata-rata =
1.464), berapa banyak kuantitas yang harus dipesan, disimpan, dan kapan titik re-order
(ROP) dilakukan. Perusahaan harus membuat maksimum pemesanan sebnyak 65,509 unit.
Pada tingkat di mana persediaan yang telah diproduksi mencapai 58,858, maka perusahaan
harus melakukan reorder. Untuk menghindari stockout selama periode lead time
perusahaan harus memiliki safety stock 300 unit.
Safety stock dan hasil ROP didasarkan kepada peramalan permintaan. Faktanya,
metode sebaik apapun yang digunakan, tentu saja mempunyai tingkat kesalahan. Hal ini
27
terlihat dalam perbandingan permintaan aktual dan peramalan pada periode Januari-Juli
2013. Oleh karena itu, perlu untuk menyesuaikan tingkat safety stock dan ROP setiap
periode. Hal ini juga disebabkan oleh perbedaan tingkat permintaan untuk setiap periode,
sehingga safety stock dan tingkat ROP berbeda serta setiap periode nya. Berikut ini adalah
tabel Rencana Kebutuhan Produksi 2013 yang merupakan kombinasi dari semua hasil
perhitungan mulai dari peramalan, persediaan pengaman dan juga ROP menggunakan
Economic Order Quantity model.
28
Pada Tabel 5: Rencana Kebutuhan Produksi (Jan-Jul 2013) dan Tabel 6: Produksi
Rencana Kebutuhan (Agustus-Desember 2013) adalah ringkasan dari semua hasil yang
telah diperoleh. Safety stock dan titik re-order ditentukan setiap periode dengan lead time
(30 hari) berdasarkan permintaan rata-rata per bulan. Hasil yang ditunjukkan pada gambar
4.5 adalah safety stock maksimum dan ROP dalam jangka waktu satu tahun karena
permintaan yang digunakan adalah rata-rata per tahun bukan per bulan. Permintaan dari
Januari sampai Juli 2013 adalah permintaan yang sebenarnya, sedangkan bulan Agustus-
Desember didasarkan pada permintaan peramalan. Perencanaan produksi disesuaikan
dengan permintaan, persediaan pengaman dan persediaan sebelumnya. Jika permintaan
sebelumnya tidak terpenuhi, maka permintaan tersebut dipindahkan ke bulan berikutnya.
Hal ini ditunjukkan dengan angka merah pada tabel 6. kebutuhan produksi.
EOQ adalah 65,508 unit. Namun, kapasitas produksi tidak boleh melebihi EOQ, karena
jika produksi lebih besar dari EOQ, itu berarti kelebihan kapasitas dan meningkatkan biaya.
Jika produksi lebih tinggi dari ROP, maka pemesanan ulang dibuat ketika produksi selesai.
Hal ini untuk menghindari kelebihan persediaan di gudang.
Sebagai perbaikan untuk waktu lead time, maka analisis efisiensi garis diperlukan untuk
menentukan keseluruhan proses yang bertujuan untuk memotong proses non value added,
sehingga tidak terlalu banyak waktu yang terbuang.
29
Efisiensi baris bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara Value Added proses (VA) dan waktu siklus. Rasio ini menunjukkan
berapa persentase proses VA dibandingkan dengan Non value added (NVA) Berdasarkan pada data lead time atas, terlihat yang memakan
waktu lama. Melalui analisis efisiensi line, maka diperoleh presentase yang sangat kecil. Itu berarti proses "Value Added" dari suatu produk
seperti: sampling, produksi, dan release sedangkan "Non Value Added" meliputi proses administrasi, seperti: membuat permintaan pembelian
dan pesanan pembelian, pesanan rilis sampai pengiriman bahan baku
Bab IV- Kesimpulan dan Rancangan Tindak Lanjut
BAB IVKESIMPULAN DAN RANCANGAN TINDAK LANJUT
4.1 KesimpulanBerdasarkan kasus stockout atau kekurangan bahan baku, perusahaan harus
melakukan peramalan. Tidak hanya peramalan, tetapi juga perusahaan perlu tahu kapan
titik pemesanan ulang dan tingkat safety stock. Teknik peramalan permintaan menggunakan
Double Exponential Smoothing dilakukan untuk menentukan berapa banyak permintaan
setiap bulan di masa depan, sehingga tidak ada kelebihan atau kekurangan persediaan;
sedangkan titik re-order dilakukan untuk menentukan tingkat pemesanan kembali bahan
baku yang optimal dengan biaya terendah. Persediaan pengaman tidak lepas dari dua hal
ini dan juga memegang peranan penting. Safety stock memungkinkan perusahaan untuk
mengurangi dan bahkan menghindari kasus stock out. Titik re-order dan perhitungan safety
stock dilakukan dengan menggunakan Economic Order Quantity Model (EOQ).
Sistem persediaan PT. Combiphar menunjukkan bahwa jumlah pesanan lebih kecil dari
EOQ perhitungan yaitu: 30.000 unit (permintaan yang diorder perusahaan per periode) dan
65.508 unit (berdasarkan model Economic Order Quantity). Dengan demikian, hal itu akan
menyebabkan kasus kehabisan bahan baku terus menerus. Dari sisi lain, ada non-efisiensi
biaya karena perusahaan tidak memesan pada titik jumlah maksimum dengan biaya
minimum. Tidak hanya non-efisiensi biaya, tetapi juga lead time. Rendahnya persentase
efisiensi garis menggambarkan banyak Non Value Added (NVA) pada proses di perusahaan
yang memakan waktu yang lama.
4.2 Rancangan Tindak Lanjut1. Mengimplementasikan hasil analisis pengendalian persedian berdasarkan hasil analisis
inventori PT. Combiphar
2. Melakukan proses peramalan seefektif mungkin sehingga mendekati data actual
permintaan yang dapat meminimalisir kekurangan atau kelebihan barang di gudang
yang tidak hanya dapat menjadikan kerugian materi terhadap perusahaan namun juga
dapat menghambat jalannya supply chain perusahaan.
30
31
3. Memberikan pelatihan kepada karyawan dengan pengenalan terhadap metode
peramalan dan EOQ dengan benar
4. Melakukan improvement secara berkelanjutan (continuous Impovement).
32
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan PengendalianProduksi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo
Mekel, C., Anantadjaya, S.P. and Lahindah, L., 2014. Stock Out Analysis: An Empirical Study on
Forecasting, Re-Order Point and Safety Stock Level at PT Combiphar, Indonesia. RIBER:
Review of Integrative Business and Economics Research, 3(1), pp.52-64.
Nasution, A.H dan Prasetyawan, Y. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Pangestu Subagyo. 1984. Forecasting K,onsep dan Aplikasi. Yohyakarta: Liberty
Rangkuti, F. (2000). Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketiga belas. Jakarta: Bumi
Aksara
Starr, M. K. And Miller, D. W. (1962). Inventory Control: Theory and Practice. London: Prentice-
Hall International, Inc.
Subagya, MS.1996. Manajemen Logistik. Jakarta: Haji Masagung
Taha, Hamdy A. 1982. Operation Research. New York: Macmillan Publishing Co.,Inc.