21
BAB I PENDAHULUAN Biologi sel disebut sitologi, dari bahasa Yunani kytos, "wadah" adalah ilmu yang mempelajari sel . Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel , pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi ), hingga kematian sel . Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular , dan sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manusia . Pengetahuan akan komposisi dan cara kerja sel merupakan hal mendasar bagi semua bidang ilmu biologi . Pengetahuan akan persamaan dan perbedaan di antara berbagai jenis sel merupakan hal penting khususnya bagi bidang biologi sel dan biologi molekular . Persamaan dan perbedaan mendasar tersebut menimbulkan tema pemersatu, yang memungkinkan prinsip-prinsip yang dipelajari dari suatu sel diekstrapolasikan dan digeneralisasikan pada jenis sel lain. Penelitian biologi sel berkaitan erat dengan genetika , biokimia , biologi molekular , dan biologi perkembangan . Dalam bab ini akan dibicarakan manfaat aplikasi teknologi DNA rekombinan dalam berbagai bidang kehidupan manusia beserta sejumlah permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan produk

Makalah Organisme Transgenik 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Organisme Transgenik 2

BAB IPENDAHULUAN

Biologi sel disebut sitologi, dari bahasa Yunani kytos, "wadah" adalah ilmu yang

mempelajari sel. Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel

seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel,

daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel. Hal-hal

tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular, dan sel biologi

meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di

dalam organisme multisel seperti manusia.

Pengetahuan akan komposisi dan cara kerja sel merupakan hal mendasar bagi

semua bidang ilmu biologi. Pengetahuan akan persamaan dan perbedaan di antara

berbagai jenis sel merupakan hal penting khususnya bagi bidang biologi sel dan biologi

molekular. Persamaan dan perbedaan mendasar tersebut menimbulkan tema

pemersatu, yang memungkinkan prinsip-prinsip yang dipelajari dari suatu sel

diekstrapolasikan dan digeneralisasikan pada jenis sel lain. Penelitian biologi sel

berkaitan erat dengan genetika, biokimia, biologi molekular, dan biologi perkembangan.

Dalam bab ini akan dibicarakan manfaat aplikasi teknologi DNA rekombinan

dalam berbagai bidang kehidupan manusia beserta sejumlah permasalahan yang timbul

dalam pemanfaatan produk teknologi tersebut. Dalam pembahasan kali ini ada dua

pokok bahasan yang akan kami bahas yaitu :

1. Pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya, dan

2. Permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan produk teknologi DNA rekombinan.

Pengetahuan awal yang diperlukan oleh mahasiswa agar dapat mempelajari

pokok bahasan ini dengan lebih baik adalah konsep dasar teknologi DNA rekombinan

beserta tahapan-tahapan kloning gen. Selain itu, pengetahuan tentang vektor kloning,

khususnya untuk eukariot tingkat tinggi, juga sangat membantu pemahaman materi

bahasan pada bab ini.

Page 2: Makalah Organisme Transgenik 2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Pengertian Transgenik

Transgenik adalah tanaman atau hewan yang telah direkayasa bentuk maupun

kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus

untuk tujuan tertentu

Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari

organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri,

virus, hewan, atau tanaman lain.

Secara  ontologi   tanaman transgenik adalah  suatu produk rekayasa genetika 

melalui  transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang tujuannya

untuk menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang lebih  baik  dari 

tanaman sebelumnya.

Secara epistemologi,  proses pembuatan  tanaman transgenik sebelum  dilepas 

ke  masyarakat telah melalui hasil  penelitian  yang panjang, studi  kelayakan dan uji

lapangan dengan pengawasan  yang  ketat,  termasuk melalui analisis   dampak

lingkungan untuk jangka pendek dan jangka  panjang.    Secara aksiologi:  berdasarkan 

pendapat  kelompok masyarakat  yang pro dan kontra  tanaman transgenik memiliki

manfaat   untuk memenuhi kebutuhan pangan  penduduk,  tetapi manfaat tersebut belum

teruji, apakah lebih  besar  manfaatnya atau kerugiannya.

 Gen yang telah  diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam  sel

tanaman.    Melalui  suatu sistem tertentu, sel tanaman yang  membawa  gen tersebut dapat

dipisahkan dari sel tanaman yang  tidak  membawa gen.  Tanaman  pembawa  gen  ini 

kemudian  ditumbuhkan secara normal.  Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman

transgenik karena ada  gen  asing  yang  telah dipindahkan dari makhluk  hidup lain ke

tanaman tersebut (Muladno, 2002).

Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau

sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari tanaman

tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.

Transgenik per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently

modify the cell or germ cells of organism (BPPT,2000). Karena berisi transgene tadi,

tanaman itu disebut genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme yang

mengalami rekayasa genetika (genetically modified organisms, GMOs). 

Page 3: Makalah Organisme Transgenik 2

Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. 

Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan

gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama

tertentu.  Gen Bt ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga tanaman

resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung

Bt akan mati (Intisari, 2003).

1.2. Proses Transgenik

Teknologi transgenik, sebenarnya sudah diinisiasi sejak tahun 1980 oleh Gordon

bersama peneliti lainnya. Dalam perkembangannya, berkembanglah beberapa teknik

transfer gen yang digunakan; yakni mikroinjeksi, elektroporasi, biolistik dan lipofeksi.

Teknik mikroinjeksi dilakukan dengan cara menyuntikkan konstruksi gen ke

dalam blastodisk telur yang sudah dibuahi dengan bantuan mikromanipulator. Dengan

elektroporasi, telur yang sudah dibuahi direndam dalam jutaan copy DNA dengan dialiri

listrik bervoltase tertentu selama beberapa saat.

Biolistik diterapkan dengan memadukan konsep balistik dan biologi. Dengan

demikian, biolistik melibatkan tembakan partikel mikroskopik yang dilapisi dengan suatu

konstruksi DNA dan diarahkan langsung ke dalam sel. Sedangkan dengan lipofeksi

diterapkan dengan cara mengenkapsulasi konstruksi DNA di dalam fesikel lemak yang

kemudian dibawa ke dalam sel target.

Cara seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelasan tentang

plasmid. Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi

dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa pun atau berarti transformasi

gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi atau berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang

dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan.

Untuk membedakan antara kemungkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifat yang

terjadi pada sel inang. Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker vektor, maka

dapat dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi. Selanjutnya, untuk

membedakan antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula perubahan sifat yang

terjadi pada sel inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan salah satu sifat di antara

kedua marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi.

Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan

dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang

pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai

atau polymerase chain reaction (PCR). Pelacakan fragmen yang diinginkan antara lain

Page 4: Makalah Organisme Transgenik 2

dapat dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi koloni. Koloni-koloni sel

rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis agar isi selnya keluar, dibersihkan

protein dan remukan sel lainnya hingga tinggal tersisa DNAnya saja. Selanjutnya,

dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di dalam larutan pelacak. Posisi-posisi DNA

yang terhibridisasi oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur

awal (master plate). Dengan demikian, kita bisa menentukan koloni-koloni sel

rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan.

Susunan materil genetic diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang unggul

ke dalam kromosomnya.Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih dibanding tanaman

konvensional, kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca, umur pendek, dll;

sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara cepat

dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain

serta tanaman transgenik produksi lebih baik

Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman; yaitu memperbaiki

sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman hama

maupun lingkungan yang kurang menguntungkan; sehingga tanaman transgenik

memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional, serta bukan hal baru karena

sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat;

1.3 Tujuan Transgenik

Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang

memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman transgenik,

misalnya jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan dari tanaman

transgenic tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama.

Rekayasa genetika seperti dalam pembuatan transgenik dilakukan untuk

kesejahteraan manusia. Akan tetapi, terkadang muncul dampak yang tidak diinginkan,

yaitu dampak negatif dan positifnya sebagai berikiut.

Page 5: Makalah Organisme Transgenik 2

BAB III

APLIKASI TRANSGENIK

2.1.Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk yang Dihasilkannya

Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru

dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk

teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik

(OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan genetically modified organism (GMO).

Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan

langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme

transgenik.

Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal

oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh

pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang

kehidupan manusia.

1.      Pertanian

Aplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan

dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri

Agrobacterium tumefaciens (lihat Bab XI). Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah

tanaman transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya

perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.

Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai

1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang

melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta

ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta

ha). Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan

transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung

687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah),

kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah).

Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia

adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar.

Page 6: Makalah Organisme Transgenik 2

Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi

DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas

pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing,

blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah

diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan

hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi

(recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone).

Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan

kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.

Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan

ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya

penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan

melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan

yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk

pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang

cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan

produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih

tinggi.

2.      Perkebunan, kehutanan, dan florikultur

Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya

lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan

perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan

kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat.

Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur

kayu lebih baik. Sementara itu, di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman

anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama. Demikian pula, telah dapat

dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang

diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.

3.      Kesehatan

Di bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis

obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya

Page 7: Makalah Organisme Transgenik 2

penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis

berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.

Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri

farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara

yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk

tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan

hanya memerlukan cara kultivasi biasa.

4.      Lingkungan

Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya

penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah

terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk

membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan

diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri

dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan

maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air

raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik

yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi

air raksa organik.

5.       Industri

Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang

digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard

cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari

organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa

makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini

banyak menggunakan produk organisme transgenik

BAB III

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF REKAYASA GENETIK TRANSGENIK

3.1.Dampak Positif Transgenik

Page 8: Makalah Organisme Transgenik 2

1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber yang lebih

sedikit.

2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas

daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.

3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

3.2.  Dampak Negatif Transgenik

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:

A. Aspek sosial

Yang meliputi:

1.       Aspek agama

Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan

sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian

pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan

menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh

mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-

organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan

mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan

universal. Demikian juga,  xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia)

serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai

sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.

2.       Aspek etika dan estetika

Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan

diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa

menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini

karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada

umumnya diisolasi dari tinja manusia.

B. Aspek ekonomi

Page 9: Makalah Organisme Transgenik 2

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman

persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional.

Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih

tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi

masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi

minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila

dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi

industri minyak goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh

organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada

pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan

tepung tulang.

C. Aspek kesehatan

1.      Potensi toksisitas bahan pangan

Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul

bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan.

Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah

berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan

kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen

atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di

antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius.

Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan

untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan

timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil

metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi

toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.

Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan

kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum

Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya.

Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga

ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.

Page 10: Makalah Organisme Transgenik 2

2.      Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan

WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia

baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi

menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai

contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab

kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap

antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik

itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan

tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita

GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.

Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan

kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan

kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun

1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan

kondom dari bahan karet transgenik.

Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit

pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang

diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi.

Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung

pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-

negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa

kedua tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.

D. Aspek lingkungan

1.      Potensi erosi plasma nutfah

Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan

tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman,

plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh,

dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya

jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus

plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem

Page 11: Makalah Organisme Transgenik 2

akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten

pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed

(Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini

merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan

daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami

kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau

lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.

2.      Potensi pergeseran gen

Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah

10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme

tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami

pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga

mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini

dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.

3.      Potensi pergeseran ekologi

Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang

pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah

selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor

lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan

lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.

4.      Potensi terbentuknya barrier species

Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier

species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan

adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.

5.      Potensi mudah diserang penyakit

Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan

gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang

buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan

lebih disukai oleh serangga.

Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida

akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak

Page 12: Makalah Organisme Transgenik 2

cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain,

terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik

tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan

pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri

bagi lingkungan.

Beberapa kekhawatiran tersebut diantaranya:

1. Kekhawatiran bahwa tanaman transgenik menimbulkan keracunan 

                 Masyarakat mengkhawatirkan bahwa produk transgenik berupa tanaman tahan

serangga yang mengandung gen Bt (Bacillus thuringiensis) yang berfungsi sebagai racun

terhadap serangga, juga akan berakibat racun pada manusia. Dalam artikel ini, kehawatiran

ini disanggah dengan pendapat bahwa gen Bt hanya dapat bekerja aktif dan bersifat racun jika

bertemu dengan reseptor dalam usus serangga dari golongan yang sesuai  virulensinya.

2. Kekhawatiran terhadap kemungkinan alergi

                       Sekitar  1-2% orang dewasa dan 4-6% anak-anak mengalami alergi terhadap

makanan. Penyebab alergi (allergen) tersebut diantaranya brazil nut, crustacean, gandum,

ikan, kacang-kacangan, dan padi. Konsumsi produk makanan dari kedelai yang diintroduksi

dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut, diduga menimbulkan alergi

terhadap manusia. Hal ini diketahui lewat pengujian skin prick test yang menunjukkan bahwa

kedelai transgenik tersebut memberikan hasil positif sebagai allergen. Dalam artikel ini,

penulis berpendapat bahwa alergi tersebut belum tentu disebabkan karena konsumsi tanaman

transgenik. Hal ini dikarenakan semua allergen merupakan protein sedangkan semua protein

belum tentu allergen. Allergenmemiliki sifat stabil dan membutuhkan waktu yang lama untuk

terurai dalam sistem pencernaan, sedangkan protein bersifat tidak stabil dan mudah terurai

oleh panas pada suhu >65 C sehingga jika dipanaskan tidak berfungsi lagi.  

Masyarakat tidak perlu bersikap anti terhadap teknologi, namun sebaiknya dapat

menerima dengan sikap kehati-hatian untuk menghindari resiko jangka panjang

1. Berubahnya urutan informasi genetik yang dimiliki, maka sifat organisme yang

bersangkutan juga berubah.

2. Bakteri hasil rekayasa yang lolos laboratorium atau pabrik yang dampaknya tidak

dapat diperkirakan.

3. Kemungkinan menimbulkan keracunan.

Page 13: Makalah Organisme Transgenik 2

4. Kemungkinan menimbulkan alergi

5. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia dan tahan antibiotik.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

            Dari uraian yang telah kami sajikan dapat kami simpulkan bahwa :

1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber yang lebih

sedikit.

2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas

daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.

3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

Namun selain itu juga dapat menimbulkan berbagai ke kawatiran, diantaranya yaitu:

1. Terjadinya silang luar

2. Adanya efek kompensasi

3. Munculnya  hama target  yang tahan terhadap insektisida

4. Munculnya efek samping  terhadap hama non target

4.2  SARAN

Setelah membaca makalah di atas maka penulis menyarankan agar kita lebih berhati-hati

dalam melakukan setiap percobaan apalagi mnyangkut gen dan segala rekayasanya karena

bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan

Related Posts on makalah biologi

Page 14: Makalah Organisme Transgenik 2

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Posting Lebih Baru Posting Lama