MAKALAH PKM ISI

  • Upload
    maldi4

  • View
    489

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bayi yang baru dilahirkan tak mempunyai gigi, walaupun benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi tersebut dilahirkan. Klasifikasi dari gigi susu mulai pada umur mudiga 4 bulan dalam kandungan. Semua benih gigi geligi susu sudah mulai berkembang pada umur mudiga 6 bulan dalam kandungan. Biasanya bayi baru lahir tidak memerlukan gigi di dalam mulutnya karena dietnya adalah makanan cair dan setengah cair. (Itjiningsih, 1991). Faktor yang mempengaruhi waktu erupsi gigi dibedakan menjadi faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor sistemik yang mempengaruhi erupsi gigi antara lain : kesehatan ibu selama hamil, gangguan hormonal, umur kehamilan, ras, serta kecukupan gizi janin selama dalam kandungan dan masa pra erupsi (Nelson, 1995; Markum, 1985). Djoharnas (1997) dalam penelitiannya menemukan bahwa waktu erupsi gigi pada bayi yang tinggal didesa tertinggal (IDT) lebih lambat dibandingkan dengan waktu erupsi normal. Gigi tertanam di dalam tulang rahang atas dan bawah dan tersusun dalam dua lengkung atas lebih besar dari lengkung bawah, sehingga kedudukan gigi bawah dilampaui oleh gigi atas. Pada manusia dapat dibedakan dua macam gigi ialah gigi primer dan gigi permanen. Gigi primer (gigi susu atau gigi desidua) terdapat pada anak-anak, berjumlah lima buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20)., tumbuh pada usia sekitar 6 bulan sampai 2 tahun. Gigi-gigi akan tanggal pada umur 6 tahun sampai 12 -13 tahun, diganti secara bertahap oleh gigi tetap (permanen) orang dewasa. Gigi permanen berjumlah 8 pada setiap rahang (jumlah keseluruhannya 32); 5 gigi di bagian anterior menggantikan gigi susu, tiga gigi bagian posterior tidak didahului dengan pembentukan gigi primer. Sewaktu benih gigi permanen tumbuh, permukaan akar gigi desidua lambat laun diresorpsi oleh tekanan pertumbuhan. Sewaktu proses ini berlangsung, osteoklas tampak nyata dan pada waktu gigi desidua tanggal, yang ada hanya bagian atas mahkota saja, sedangkan yang lainnya telah diresorpsi. (Leeson, Leeson dan Paparo, 1991: 332 dan 342).

2

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi 1. Tahap pertumbuhan Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut. (epitelial bud stage) Tahap proliferasi adalah pembiakan dari sel-sel dan perluasan dari organ enamel (cap stage) Tahap histodiferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yang mengalami perubahan histologis dalam susunannya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas). Tahap morfodiferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction yang akan datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang. 2. Erupsi Intraoseous Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan tambahan. Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pngendapan garamgaram kalsium. 3. Tahap Erupsi 4. Atrisi Yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi.

5. Resorpsi

3

Yaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast sehingga menyebabkan eksfoliasi.

2.2 Pembentukan Dental Lamina, Dental Papila, dan Enamel Organ 1. Proses primary ephitelial thicketing Perkembangan setiap gigi individu di mulai dengan pembentukan suatu benih gigi. Benih gigi berasal dari dua jaringan embrio yaitu bagian yang berkembang dari lamina gigi yang berasal dari ektodermal dan bagian lain yang berasal dari mesenhim yang terletak di bawah ektodermal. Benih gigi di bentuk dari 3 organ pembentuk yaitu : a. Organ enamel; yang berkembang seperti tombol, tumbuh di atas lamina gigi (berasal dari ektodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan dalamnya akan membentuk enamel. Organ enamel dibentuk sebagai hasil dari pembiakan sel-sel. Perkembangan selanjutnya, menghasilkan bentuk bud, bentuk cap dan bentuk bell dari organ enamel. b. Dental papilla (organ dentin); yang berkembang dari dasar jaringan mesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral dari dentin sebagai pulpa. c. Katong gigi (organ periodontal); juga berkembang dari dasar jaringan mesenhim, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk struktur penyangga gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput periodontal. Sebelum embrio berusia 3 minggu, stomodeum sudah terbentuk. Pada daerah ujung anterior dari embrio, ektodermal telah menyatu untuk bertemu dengan endodermal sehingga terbentuk mulut primitive (stomodeum) dan membrane bukofaringeal. Mulut primitive diliputi oleh ektodermal dan di bawahnya adalah mesenhim. Ektodermal berkembang menjadi epitel mulut dan mesenhim berkembang menjadi jaringan pengikat di bawahnya. Perkembangan gigi dimulai pada minggu ke-6, dimana proses ini diawali dengan pembelahan sel pada sel epithelium oral. Pembelahan ini menuju kearah mesensim yang dipicu oleh neural crest membentuk primary epithelial band dimana primary epithelial

4

band tersebut akan membentuk vestibular band dan dental lamina. Proses pembentukan ini berjalan selama minggu ke-6 sampai minggu ke-8. Pembentukan vestibular terjadi di bukal dental lamina dan nantinya akan membentuk vestibulum dan gingiva. Dental lamina adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Pembentukan dental lamina terjadi pada ektomesensimal yang menuju ke daerah lingual. Dental lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenhim.

2.3 Tahap bud stage, cup stage dan bell stage

a. Bud stage Tahap ini terjadi pada minggu ke-7 dan disebut juga tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut. Tahap ini merupakan tahap dimana terjadi penebalan jaringan ectodermal dan pembentukan organ enamel. Tandatanda pertumbuhan ektomesenhim berasal dari neural crest, menunjukkan induksi primer dalam odontogenesis. Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral pada stomodeum, dan pada saat mana membrane oroparingeal pecah. Secara bersama-sama daerah epitel odontogenik rahang bawah menyatu menjadi satu sepanjang

5

garis tengah. Dental lamina atas dan bawah kemuduian membentuk pita seperti tapal kuda. Pada beberapa tempat di bawah ridge rahang terjadi pembiakan dari sel-sel epitel dari jaringan selaput lender mulut ke dalam jaringan mesoderm yang terlihat sebagai suatu bentuk kuntum (buds stage). Yang disebut dengan kuntum adalah benih gigi yang terdiri dari enamel organ, dental papila, dan folecular sac. Kuntum tersebut berupa tonjolan yang masing-masing pada lengkung mandibula dan maksila terdapat 10 tempat untuk tonjolan tersebut. Tonjolan-tonjolan kecil ini tumbuh ke dasar mesensim. b. Cup stage Selanjutnya terjadi tahap proliferasi adalah gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai ke dasar mesenhim pada tempat yang khusus dan memebentuk primprdia dari gigi primer (organ enamel). Tahap ini terjadi pada minggu ke-9 sampai ke-10. Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar ukurannya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang hampir berdekatan dan bersamasama lamina gigi. Pita ini mengikuti pola pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan wajah. Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah sesudah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir, dan sisa-sisa jaringan epitel membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi (cap stage). Di dalam tahap cup stage terdapat selapis sel kuboid yang terhubung dengan ektomesensim yang disebut outer enamel epithelium. Selain iyu juga terdapat sel kolumnar yang disebut dengan inner enamel epithelium. Di dalam tahap ini terjadi tahap bud stage untuk gigi permanen. Bud stage yang terbentuk juga terdiri dari 10 tonjolan tapi masih belum berkembang. Dan untuk bud stage pada gigi molar kedua dan ketiga akn terbentuk setelah 10 tonjolan sebelumnya terbentuk menjadi gigi permanen.

6

c. Bell stage Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel). Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (mitotic). Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Pada tahap ini adalah rangkain perubahan bentuk (metamorphosis) dari organ enamel yang khas untuk gigi susu dan tetap. Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan pelebaran ke dalam organ pada tahap topi (cup), yang kemudian

menjadi organ bentuk lonceng yangbesar. Peristiwa dasar dari diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenhim dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi tetap. Selain itudalam tahap ini memperlihatkan pembentukan dini dentin. Pada tahap ini terjadi juga proleferasi pada cervikal loop yang membentuk mahkota gigi. Dalam pembentukan mahkota gigi melalui puncak mahkota kearah servikal. Kemudian diferensiasi sel yang telah tua menjadi daerah puncak mahkota. Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahan sel menghasilakan 4 lapisan: 1. Epitel bagian luar dari organ enamel 2. Stellate reticulum Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi 3. Stratum intermediare 4. Ameloblas

7

PEMBENTUKAN DENTIN 1. Pembentukan odontoblas Sel-sel perifer dari organ dentin menjadi odontoblas, lapisan-lapisan ini berkembang sebelum pembentukan enamel.

8

Legend: A, Odontoblast nucleus; B, Secretory end of odontoblast; C, Predentin Pembentukan dentin dimulai dengan odontoblas mensekresi prokolagen yang bergabung menjadi serabut kolagen dari predentin. Sel-sel ini juga memperantarai mineralisasi serabut kolagen, yang berakibat terbentuknya dentin. Badan sel odontoblas terdesak mundur ke dalam rongga pulpa sementara dentin menimbun, tetapi cabangnya tetap terdapat dalam tubuli dentin yang terbentang di seluruh tebal dentin.

1. Pembentukan Odontoblas Odontoblas merupakan sel silindris pendek yang tersusun satu lapis sepanjang membran basalis. Letak inti lebih ke basal dan terjadi perubahan dalam sitoplasmanya. Sel odontoblast terdiri atas dua komponen struktural dan fungsional yaitu badan sel dan prosessus. Pada odontoblast juga terdapat juluran protoplasma yang menuju kearah dentino enamel junction yang terletak di dalam matriks dentin. Jaringan ondontogenik dapat dilihat seawal mungkin pada perkembangan ke 28 ( umur ferilisasi), sebagai daerah penebalan epitelial ektodermal pada tepi stomodeum, bersamaan dengan disintegrasi membran orofaringeal. Epitelium mulut menebal pada tepi inferolateral tonjolan maksila dan pada tepi superolateral lengkung mandibula, dimana keduanya bergabung membentuk tepi lateral stomodeum. Selain itu, epitelium odontogenik yang mulanya terpisah akan muncul pada hari ke 35 di tepi inferolateral tonjolan frontonasal, membentuk empat daerah asal epitelium odontogenik untuk gigi geligi atas. Sekitar minggu ke-20 terjadi opotition yaitu mulai dibentuk dentin. Sabut-sabut retikuler dibentuk dalam pulpa dentin terutama pada batasannya dengan ameloblast yang disebut sabut dari Korrf. Sabut ini bergabung dengan lamina basalis dan menebal disebut membrana primormativa.

9

Sel-sel mesenkim yang berada di dekat membran primormativa tersebut membesar dan membentuk lapisan yang terdiri sel-sel silindris disebut sel odontoblast. Odontoblas adalah sel langsing terpolarisasi yang hanya menghasilkan matriks organik pada permukaan dentin. Sabut-sabut Korff diantara odontoblast membesar dan arahnya

sejajar dengan membrana primormativa. Disekitar sabut-sabut tersebut terbentuk bahan dasar setengah padat. Bahan dasar ini dan kolagen disebut sebagai predentin. Predentin akan mengalami pengapuran menjadi dentin. Pengapuran tersebut berupa : 1. Bulatan-bulatan globular yang akan membentuk lapisan homogen melalui suatu proses Fusi ( Penyatuan ). 2. Pembentukan dentin beriringan dengan ameloblast dalam pembentukan enamel. 3. Pemasakan yang menyebabkan pembentukan matriks dentin. Odontoblast membentuk sabut-sabut kolagen dan bahan dasar organiknya. Mulamula odontoblast melekat pada membrane primormativa tetapi sewaktu pembentukan dentin ia terus bertahan terletak di permukaan tetapi ia memanjangkan tonjolan sitoplasmanya dalam saluran kanakuli dentinalis. Tonjolan sitoplasma di dalam kanakuli ini dinamakan denital fibers atau Tomes fibers.

2. Pembentukan matriks dentin Odontoblas adalah sel langsing terpolarisasi yang hanya menghasilkan matriks organik pada permukaan dentin. Sel-sel inti memiliki struktur sel penghasil sekret terpolarisasi dengan gradul sekresi yang mengandung prokolagen, sitoplasma sel ini mengandung sebuah inti pada basisnya. Odontoblas mempunyai cabang sitoplasma halus yang menerobos secara tagak lurus terhadap lebar dentin yaitu juluran odontoblas. Juluran-juluran halus ini secara berangsur memanjang seiring dengan menebalnya dentin, berjalan dalam saluran halus disebut tubul dentin yang bercabang dekat batas dentin dan email. Juluran odontoblas berangsur menipis ke arah ujung distalnya. Matriks yang dihasilkan odontoblas belum mengandung mineral dan disebut predentin. Odontoblas mensekresi prokolagen yang bergabung menjadi serabut kolagen dari predentin. Sel-sel ini juga memperantarai mineralisasi serabut kolagen, yang berakibat terbentuknya dentin.

10

3. Mineralisasi dentin Mineralisasi dari dentin yang berkembang dimulai bila vesikel bermembran (vesikel matriks) mulai muncul, mengandung kristal hidroksiapatit halus yang tumbuh dan berfungsi sebagai tempat nukleasi bagi pengendapan mineral selanjutnya pada serabut kolagen sekitarnya. Odontoblas membentuk matriks untuk dentin yang disebut predentin terhadap membrane basal ameloblas, tempat dimana proses kalsifikasi pertama. Berbeda dengan tulang, dentin menetap sebagai jaringan bermineral untuk waktu yang lama setelah musnahnya odontoblas. Karena dimungkinkan untuk mempertahankan gigi yang pulpa serta odontoblasnya telah dirusak oleh infeksi. Pada gigi orang dewasa, pengrusakan email penutup oleh erosi akibat pemakaian atau karies dentis (lubang gigi) biasanya memicu reaksi dalam dentin yang menyebabkan membuat komponen-komponennya. Dan bila proses mineralisasi tidak merata akan menyebabkan sebuah garis yang disebut dengan garis von ebner.

4. Struktur dan fungsi dentin Dalam susunan kimianya dentin memiliki struktur yang lebih keras karena dentin banyak mengandung bahan-bahan kimia anorganik. Dentin merupakan jaringan konektif termineralisasi dengan matrik organik protein berkolagen. Komponen anorganik dentin terdiri atas dahllite. Dentin mengandung struktur mikroskopis yang disebut pipa dentin yang merupakan kanal berukuran kecil yang menyebar ke luar melalui dentin dari lubang pulpa pada batas semen luar. Kanal-kanal itu memiliki konfigurasi berbeda antara lain dalam jarak diameter antara 0,8 dan 2,2 mikrometer. Panjangnya tergantung radius gigi. 3 konfigurasi dimensional pipa dentin di bawah kontrol genetis dan kemudian ciri khas urutan. Struktur dalam histologisnya di dalam dentin terdapat pembuluh-pembuluh yang sangat halus, yang berjalan mulai dari batas rongga pulpa sampai ke batas email dan semaen. Pembuluh-pembuluh ini berjalan memancar keseluruh permukaan dentin yang disebut tubula dentin. Di dalam dentin terdapat pembuluh-pembuluh yang mengandung serabut yang merupakan ke lanjutan dari sel-sel odontoblast yang terdapat pada perbatasan rongga pulpa. Guna sel-sel ini untuk melanjutkan rangsangan-rangsangan yang terdapat dalm dentin ke sel-sel saraf. Bila ada rangsangan termis (panas atau dingin), kemis (asam atau

11

basa) dan mekanis atau trumatis (makanan keras), rangsangan ini mula-mula diterima oleh email kemudian dentin dengan melalui tuba dentin dan serabut-serabut yang merupakan kelanjutan dari sel-sel odontoblast, lalu oleh pembuluh-pembuluh saraf yang terdapat dalam rongga pulpa. Bila terjadi kerusakan email, maka akan terbentuk dentin sekunder. Pembentukan dentin sekunder ini dapat terjadi sepanjang hidup dengan arah pertumbuhan ke arah rongga pulpa. Karena itu, semakin tua usia seseorang semakin sempit rongga pulpanya Fungsi dentin memberikan bentuk pokok pada gigi, pada satu pihak diliputi okeh jaringan enamel dan di pihak lain diliputi oleh jaringan sementum. Selain memberi bentuk pokok gigi, dentin merupakann bagian terbesar dari gigi dan merupakan dinding yang membatasi dan melindungi rongga yang di dalam berisi jaringan pulpa. Fungsi dentin yang lain adalah menerima rangsangan yang mula-mula diterima oleh enamel, kemudian dentin melalui tubula dentin dan serabut yang merupakan kelanjutan sel-sel odontoblas, lalu oleh pembuluh-pembuluh saraf yang terdapat pada rongga pulpa.

PEMBENTUKAN ENAMEL 1. Pembentukan ameloblas

12

A, Ameloblast nucleus B, Enamel C, Tome's process Ameloblas adalah sel epitel luar biasa karena bagian dasarnya, yang berbatasan dengan lamina basal, menjadi permukaan sekresinya. Pembentukan ameloblas disebut amelogenesis. Taut kedap dijumpai di sekitar apeks histologis (basis fungsional) dan basis histologis (apeks fungsional) setiap sel. Retikulum endoplasma kasar dan sebuah kompleks golgi luas terdapat dalam sitoplasama di antara inti dan apeks fungsional sel ini. Ameloblas berfungsi menghancurkan lamina basal yang memisahkan sel-sel ini dari odontoblas dan dentin. Juluran pendek berbentuk kerucut dari ameloblas (prosesus Tomes) merupakan tempat sekresi dari matriks email. Permukaan lateral prosesus Tomes menghasilkan matriks organik dari email antar-batang, sedangkan permukaan apikal berfungsi meletakkan matriks dari batang email. Komponen ektodermal kuncup gigi membentuk organ email yang berfungsi untuk menghasilkan email. Komponen ektomesenkim membentuk papila dentis yang akan mengembangkan sel odontoblas (sel yang menghasilkan dentin) dan struktur pulpa dentis lainnya. Mesenkim juga memadat di sekitar organ email dan akhirnya berkembang menjadi sementoblas (sel yang membentuk sementum) dan ligamen periodontal. Organ email terus membesar dan mengambil bentuk genta pada minggu ke-8 kehamilan. Epitel email luar (eksterna), yang berhubungan dengan lamina dentis bertakuk oleh banyak pembuluh kapiler. Sel berbatasan dengan papila dentis menjadi silindris dan menyusun epitel email dalam (interna). Sel ini berkembang menjadi ameloblas (sel yang akan menghasilkan email). Dan pembentukan tersebut diakibatkan oleh adanya proliferasi dari apparatus golgi dan reticulum endoplasma.

2. Pembentukan matriks enamel Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Proses pembentukan matriks pada enamel terjadi saat terbentuknya monolayer pada sel odontoblas. Sel silindris tinggi ini ( odontoblas ) mempunyai banyak mitokondria di daerah di bawah inti. Retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi yang berkembang

13

baik, terdapat di atas inti. Setiap ameloblas memiliki juluran apikal dikenal sebagai prosesus tomes, mengandung banyak granul sekresi. Granul ini mengandung protein yang menyusun matriks email. Setelah selapis dentin di bentuk, ameloblast segera mengadakan aktivitas dengan mengeluarkan cairan sepanjang dentin sehingga terbentuk enamel matriks yang pertama yang disebut dentino enamel membrane dan kemudian berdifusi dengan bahan interprismatik enamel tidak akan berhubunganlangsung dengan dentin). Kemudian ameloblast mengeluarkan tonjolan sitoplasma yang mengandung banyak granula, kemudian berubah menjadi enamel matriks terjadi dari perifer ke arah dalam yang terus terjadi sampai ketebalan enamel tercapai. Proses pembentukan matriks enamel tersebut antara lain : 1. Pembentukan matriks, periode keberadaan matriks enamel dengan tebal sepenuhnya dan terjadinya akumulasi kalsium fase ini berjalan pendek. 2. Pembentukan kristal dengan pengubahan protein. 3. Pertumbuhan krital ( pemasokan enamel ). Pada proses ini segera dimulai dari jaringan berganti dari suatu konsistensi lunak ke suatu yang keras. 3. Mineralisasi enamel Proses ini terjadi segera setelah terbentuk segmen pertama dan bahan interprismatiknya, yaitu proses pengapuran sebanyak 30% dan 96% materi mineral (calcium hidroksiapatit) yang berasal dari epitel ektoderm. Proses maturasi enamel dengan pengapuran 100% dimulai dari puncak mahkota ke arah servikal dan DEJ ke arah perifer. Enamel termineralisasi sebagian sehingga terjadi complete after eruption. Pada pembentukan mahkota, enamel organ membentuk reduced enamel epithelium yang menutupi gigi sampai menjelang erupsi. Peranan ameloblas dalam mineralisasi belum jelas, tetapi kristal hidroksiapatit dibentuk pada matriks organik. Matriks ini hampir seluruhnya dibuang oleh ameloblas. Setelah pembentukan email selesai, organ email terdiri atas epitel berlapis gepeng yang cepat terkikis habis bila gigi muncul dalam rongga mulut.

14

4. Struktur dan fungsi enamel Email/ enamel adalah unsur paling keras pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung kalsium. Ia terdiri atas lebih berkurang 95% garam kalsium (terutama hidroksiapatit), 0,5% materi organik dan sisanya adalah air. Email dibentuk oleh sel-sel ektodermal, kebanyakan struktur lain dari gigi berkembang dari mesodermal atau sel kristal neural. Matriks organik email tidak terdiri atas serabut-serabut kolagen tetapi terdiri atas sekurang-kurangnya 2 golongan protein heterogen yang disebut amelogenin dan enamelin. Peran protein ini dalam mengatur unsur mineral dari email sedang. Email terdiri atas batang atau kolom kristal hidroksiapatit memanjang, batang (prisma) email digabung menjadi satu oleh email antar-batang. Email antar-batang dan batang email dibentuk oleh kristal hidroksiapatit, hanya berbeda dalam orientasi kristalnya. Setiap batang terbentang pada keseluruhan tebal lapisan email. Email merupakan jaringan yang paling keras, paling kuat, oleh karena itu fungsi email secara tidak langsung merupakan pelindung gigi dari sensitivitas panas atau dingin yang dapat merangsang rasa nyeri saat mengunyah. Akan tetapi email tidak memiliki kemampuan regenerasi untuk mengganti bagian-bagian yang rusak. Sehingga bila terjadi kerusakan perlu dirawat dengan cara penambalan. PEMBENTUKAN PULPA Pulpa gigi terdiri atas jaringan ikat longgar. Unsur utamanya ialah odontoblas, fibroblas, serabut kolagen halus dan substansi dasar dengan glikosaminoglikans. Pulpa adalah jaringan dengan banyak saraf dan pembuluh darah. Pembuluh darah dan serat saraf bermielin memasuki foramen apikal dan bercabang banyak. Beberapa serat saraf hilang selubung mielinnya dan menyusup untuk jarak tertentu ke dalam tubul dentin. Serabut-serabut ini peka terhadap nyeri, satu-satunya sensasi pada gigi. jaringan pulpa berasal dari sel sel ektomesensim (berasal dari krista neural ) papilla dentis. Jaringan ini disebut sebagai pulpa gigi setelah sel selnya matang dan dentin telah terbentuk. Diferensiasi odontoblas dari sel sel ektomesensim yang tidak terdiferensiasi diselesaikan melalui suatu interaksi yang belum dipahami benar antara sel sel mesensim, epithelial dental, membrane basalis, dan protein yang terdapat dalam komparlemen ekstrasel. Sel sel dari membrane email bagian dalam merupakan sel yang penting dan berperan dalam proses diferensiasi, tanpa kehadirannya, odontoblas tidak akan muncul.

15

Pada tahap prapulpanya, papilla dentis memiliki kepadatan sel sel yang tinggi dan kaya akan pasokan darah. Hanya sel sel yang berada didekat membrane basalis yang membentuk morfologi odontoblas. Akan tetapi, pembentukan dentin oleh odontoblas menghentikan perubahan dari papilla dentis menjadi jaringan pulpa. Pembentukan ini dimulai dengan diletakkannya matriks yang belum mengalami mineralisasi dipuncak tonjolan (cusp) dan kemudian akan bergerak cepat ke arah serviks yang merupakan pergerakan kea rah apeks. Peletakan berlangsung secara teratur dan berirama, sekitar 4 5 mikrometer

PEMBENTUKAN AKAR GIGI Sama seperti pembentukan crown, proliferasi sel berlanjut pada daerah servikal atau dasar dari organ enamel dimana sel epitel enamel dalam dan luar bergabung membentuk akar. Ketika pembentukan korona lengkap, sel pada daerah enamel ini terus bertumbuh membentuk dua lapisan sel yang disebut epitel akar atau lapisan hertwigs. Lapisan dalam sel akar, dibentuk dari epitel enamel bagian dalam atau amelobas di korona dan enamel. Pada akar, sel membentuk odontoblas dari papilla dental, berdiferensiasi dan menbentuk dentin. Pembentukan akar berawal dari berkhirnya deposit enamel. Saat akar memanjang, terjadi pembentukan awal pada akar. Panjang, kelengkungan, ketebalan, dan jumlah akar semuanya tergantung dari sel-sel di dalam akar. Saat akar dentin dibentuk, sel-sel luar pada akar berfungsi pada deposisi sementum intermediet, suatu lapisan tipis dari sementum aseluler yang menutupi tubulus dentin dan permukaan akar. Kemudian sel-sel luar akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan bergerak dari permukaan akar menjadi sisa-sisa epitel. Pada akhir proses proliferasi akar miring 450. Daerah ini dinamakan sekat

16

epitel. Sekat epitel mengelilingi apeks yang terbuka pada pulpa gigi selama pembentukan akar. Ini adalah ploriferasi sel yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan akar. Pada saat odontoblas berdiferensiasi sepanjang batas pulpa, terjadi proses

dentinogenesis pada akar dan akan memanjang. Pembentukan dentin berlanjut dari korona hingga ke akar. Dentin meruncing dari crown hingga ke akar sampai ke epikal batas epitel. Pada perbatasan pulpa dengan pusat epitel, terjadi proliferasi seluler. Hal ini dikenal dengan zona proliferas pulpa. Daerah ini memproduksi sel-sel baru yang dibutuhkan untuk proses pemanjangan akar. Akar semakin mengecil ke bagian apikal dan terbuka kira-kira 1-3 mm sehingga dapat mensyarafi dan menyuplai darah ke pulpa dan jaringan periodonsium. Bersamaan dengan memanjangnya akar, gigi mulai bergerak erupsi, yang akan menyediakan ruangan untuk proses pemanjangan akar. Akar memanjang sesuai dengan pergerakan erupsi gigi. a. Akar Tunggal Lapisan akar dari gigi berakar tunggal adalah tumbuh memanjang pada sel epitel yang berasal dari organ-organ enamel, menutupi tubulus dentin dan perkembangan pulpa. Segera setelah sel akar membentuk sementum intermedium, akar mulai hancur dan membentuk sisasisa epitel. Sisa-sisa epitel bertahan dan bergerak dari daerah permukaan akar ke daerah folikular. Sel mesenkim dari folikel gigi bergerak di antara sisa-sisa epitel hingga dapat berkonta dengan permukaan akar. Di sini terjadi diferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid pada permukaan sementum intermedium. Sementoid adalah sementum yang belum terkalsifikasi kemudian berkalsifikasi menjadi sementum yang matang. Lapisan akar tidak pernah terlihat sebagai struktur yang berkembang karena lapisan sel-selnya segera hancur setelah akar dentin terbentuk. Bagaimanapun, daerah dari sel epitel tetap dipertahankan sampai akar terbentuk sempurna dan kemudian hilang. b. Akar Ganda Gigi berakar ganda dibentuk dengan cara yang sama dengan gigi berakar tunggal hingga terbentuk daerah furkasi. Bagian dari akar mengambil tempat melalui perkembangan diferensial dari lapisan akar. Sel-sel dari sekat epitel bertumbuh secara berlebihan pada dua daerah atau lebih sampai berkontak dengan epitel memanjang. Perpanjangan ini menyatu dan menjadi pembukaan awal menjadi dua atau tiga tahap pembukaan. Sekat epitel mengelilingi daerah terbuka pada setiap pertumbuhan akar. Ketika perkembangan gigi molar dimulai,

17

tahap-tahapnya dibagi berdasarkan pertumbuhan pada bagian tengah akar. Yang akan menunjukkan lapisan akar seperti pulau-pulau sel. Setelah akar ganda terbentuk, tiap-tiap akar dibentuk oleh unsur yang sama seperti pada gigi berakar tunggal. Setelah akar lengkap dan lapisannya hancur, sel epitel berpindah dari permukaan akar sama seperti pada gigi berakar tunggal. Sementum kemudian dibentuk pada permukaan sementum intermedial. Sementum biasanya mempunyai sel, sementum yang berada dekat semento enamel junction lebih sedikit sel daripada di apikal akar. Karena apikal sementum lebih tipis, maka lebih banyak terdapat sel-sel yang vital. Fungsi utama dari sementum adalah perlekatan dengan serat-serat ligamen periodontal.

PEMBENTUKAN JARINGAN PERIODONTAL Pembentukan Gingiva Gingiva sendiri merupakan bagian yang menutupi tulang alveolar dan septum tulang antar gigi dan mengelilingi bagian leher gigi. Gingiva sendiri terdiri atas struktur epitel yang dibagi dalam epitel bertanduk dan tanpa tanduk. Gingiva sendiri terdiri atas 4 % epitel tepi, 27 % epitel gingiva dan 69% jaringan ikat. Pembentukan gingiva dimulai pada akhir pembentukan matriks enamel, ameloblast memperoduksi kutikula enamel primer. Saat kutikula terbentuk, enamel dilingkupi sel epitel yang disebtu reduced enamel. Epitel gigi kemudian tereduksi dan menutupi permukaan enamel, dan selanjutnya meluas sampai enamel junction. Erupsi terjadi saat jung gigi mendekati mukosa oral sehingga epitel gigi tereduksi mlebut bersama epitelium rongga mulut. Selanjutnya ujung mahkota akan mengalami degnerasi dan mahkota gigi naik dan masuk ke dalam rongga mulut. Epitel gigi terduksi menjadi epitel attachment. Selama proses ini berlangsug, sel-sel epitel reduced email secara berangsur-angsur digantikan oleh sel-sel epitel squamosa. Akan tetapi epitel junction terus dapat meperbarui diri dengan melakukan mitosis. Sel-sel baru akan bergerak mendekati permukaan gigi ke arah mahkota, sehingga pada saat gigi erupsi, sulkus gingiva pun terbentuk. Sulkus gingiva merupakan cekungan dangkal antara gingiva dan permukaan gigi. Dan pada sulkus terdapat dasar sulkus yang merupakan epitel attachment yang terpisah dari permukaan gigi. Terdapat puncak sulkus yang disebut pree gingiva (gingiva margin). Epitel gingiva pun akan berdifferensiasi menjadi 2 tipe sel bertanduk dan dan ang tidak berkeratin, seperti yang dijelaskan di atas.

18

Pembentukan Sementum Pembentukan sementum melalui 3 tahapan, yaitu pembentukan sementoblas (sel pembentuk sementum), pembentukan matriks sementum dan mineralisasi sementum. 1. Pembentukan sementoblas Sementum berasal dari jaringan mesoderm, yaitu susunan dan asal yang sama dengan jaringan tulang. Sementum akar berasal dari kantong gigi (dental folikel) dan mengandung sel, kolagen dan garam kalsium, yang sebagian besar terdiri atas hidroksiapatit. Sementum aselular afibrilar dapat ditemukan pada email sebagai akibat induksi langsung pra-eruptif sel-sel jaringan ikat oleh email. Dengan demikian pada email terbentuk lidah sementum dan pulau-pulau yang dapat meluas dari batas email-sementum. Sementum aselular fibrilar terjadi dari selubung epitel Hertwig yang dahulunya menginduksi diferensiasi sel-sel ektomesenkimal menjadi odontoblas. Apabila odontoblas telah terbentuk dan kemudian dentin telah terbentuk, selubung epitel Hertwig akan berlepasan pada bakal batas sementoemail. Sisa-sisa epitel yang tertinggal disebut sisa Malassez. Antara sisa-sisa ini terjadi kontak langsung antara sel-sel sekitar dental folikel yang mesenkimal dan yang mengelilingi baik lonceng gigi maupun pulpa, dan dentin. Sel-sel mesenkimal dari dental folikel berdiferensiasi menjadi sementoblas. Sementoblas selalu terletak pada permukaan pada periodonsium. Seperti osteosit, mereka terkurung dalam lakuna yang saling berhubungan melalui kanalikuli.

2. Pembentukan matriks sementum Bila daerah dentin akar mulai terbentuk, epitel rooth sheat dari Hertwig akan segera dipisahkan dari jaringan ikat. Pembentukan sementum dimulai setelah selubung Hertwig pecah diikuti penetrasi sel folikel. Sebelum pecah, sel epitel Hertwig ini memproduksi lapisan homogen 1 mikron pada permukan akar. Matriks semen disebut sementoid yang dihasilkan oleh sementoblas yang terdiri dari fibril kolagen yang tidak mengapur, sejajar pada dentin, dan subtansi dasar. Sementoblast dalam perkembangan lanjut akan tertanam dalam matriks sementum. Sementoblast ini selanjutnya disebut sementosit. Bagian sementum yang mengandung sel yang tertanam disebut sementum seluler (primer) yang terletak pada 1/3 apeks dan yang tidak mengandung sel yang tertanam disebut sementum aseluler (sekunder) yang terletak pada 2/3 atas.

19

3. Mineralisasi sementum Setelah terbentuk matriks semen selanjutnya diikuti dengan mineralisasi kristal hidroksiapatit. Serat folikel dentis tertanam di dalam semen membentuk sebagian besar matriks yang kemudian mengalami mineralisasi dan disebut serat sharpey. Serat ini merupakan ikatan antara ligament periodontal dengan gigi pada 2/3 atas panjang akar yang membentuk semen fibrilar. Pada semen selular hanya 40-60 % serat sharpey di dalam matriks, sedangkan kalsifikasi hanya terjadi di bagian perifer. Bila terjadi rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorbsi/penyerapan sel sementum pada sisi yang terkena rangsangan, dan pada sisi yang berlawanan terbentuk sementum baru. Oleh karena itu, semakin tua usia seseorang makin tebal lapisan sementumnya. Pengendapam sementum terjadi terus-menerus selama hidup dan ini berhubungan dengan pertumbuhan gigi.

Gambar 12.5: A, Periodontal ligament fibers; B, Sharpey's fibers; C, Dentino-cementum junction; D, Cementoblasts; E, Acellular cementum

Pembentukan Ligamen Periodontal Ligamen periodontal terdiri atas jaringan ikat keras kaya serabut, terleta anatar permukaan akar gigi dan tulang albeolar dan menghubungkan sementum akar dengan tulang alveolar. Sedikit demi sedikit beralih dalam jaringan ikat dan gingiva yang cekat. Sel-sel

20

aringan periodontal terjadi seperti sementum yang berasaal dari kantong gigi. Pada gigi sulung dan premolar perubahadan kantong gigi menjadi ligamen periodontal terjadi pada masa sebelum erupsi dan bersama-sama dengan membentuk sementum. Bersamaan dengan ini dibentuk serabut oleh fibroblas yang melekat pada koroner tinggi pada tulang alveolar. Dengan demikian hal ini terjadi sebelum : a. b. c. Serabut dentogingival dan transeptal Serabut horisontal dan transeptal Serabut alveolar yang miring.

Jumlah serabut kolagen setiap ikatan serabut meningkat setelah gig-gigi mencapai keadaan oklusi. Pembentukan ligamen periodontal terjadi pada semua elemen dengan cara yang sama. Terjadinya serabut kolagen yang pendek dan tipis berasal dari sementum bagian akar dan pada tulang alveolar pada ligamen periondontal bagian bawah. Serabut-serabut dari tulang alveolar menjadi tebal dan bercabang, sedangkan serabut dari sementum tetap tipis atau tidak mengalami perubahan. Kemudian serabut-serabut di tengah ligamen periodontal terkumpul disana dan membentuk pleksus intermedius. Bagian dari ligamen periodontal sendiri hampir tiga perempatnya merupakan sabut kolagen dan serabut oksitalan yang masih muda dan hanya 1-2 % merupakan pembuluh darah. Ketebalan sabut-sabut ini akan meningkat jika menadapat tekanan yang kuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan periodontal komposisina terdiri atas sel-sel, serabut jaringan ikat, substansi dasar, pembuluh darah, dan ujung saraf.pada sel-sel ditemukan adanya fibroblast yang mampu mengikat dan mereabrsorbsi kolagen. Semua serabut yang penting untuk perlekatan gigi di dalam soket gigi pada satu pihak terletak di dalam tulang atau gingiva, dan terkadang di dalam semntum. Diantara sabut kolagen seperti ang dijelaskan tadi terdapat pembuluh darah dan syaraf sehingga aliran sirkulasi darah berjalan baik. Pembentukan Tulang Alveolar Merupakan bagian keras dari jaringan periodontal, yang merupakan tempat gigi tertanam. Tulang alveolar membentuk dan menyangga soket gigi, dan teriri atas trabekula dan tulang kortikal. Bagian kortikal mandibula lebih tebal dari pada maksilla. Tulang alveolar merupakan bagian tulang maksilla dan mandibula yang menyangga gigi. Bagian tulang alveolar yang merupakan selapis tipis tulang kompak membentuk soket, dan mengelilingi bagian akar gigi, merupakan tempat tertanamnya ligaen periodontal disebut cribiform plate.

21

Bagian ini mempunyai banyal foramen yang halus, tempat masuknya pembuluh darah dan saraf kecil yang akan menginervasi dan memvaskularisasi ligamen periodontal. Bagian yang spongius dari tulang alveolar terdiri dari trabekula yang bentuk dan arah susunannya menyesuaikan diri terhadap tekanan oklusal. Cribiform plate mengandung sejumlah besar serat Sharpey, yang jumlah, ukuran, dan tempatnya juga tergantung pada tekanan atau gaya-gaya fungsional. Jadi tulang alveolar merupakan struktur dinamis, yang morfologinya sangat ditentukan oleh fungsinya. Tinggi dan tebal plat cortical facial dan lingual dipengaruhi oleh kontur gigi, kemiringan akar gigi dan gaya oklusal. Tulang selalu melakukan aktivitas remodelling dengan meresorbsi dan membentuk kembali daerah yang membutuhkan. Dalam batas-batas fisiologis peningkatan fungsi gigi menimbulkan gaya-gaya yang disalurkan melalui jaringan periodontal tullang alveola, dan ini akan meningkatkan massa tulang. Sebaliknya fungsi yang kurang menyebabkan resorbsi tulang alveolar. Tulang alveolar membentuk dan menyangga soket gigi dan terdiri atas trabekula dan tulang kortikal. Bagian kortikal mandibula lebih tebal dari maksila. Tulang alveolar merupakan bagian tulang maksila dan mandibula yang menyangga gigi. Bagian tulang alveolar yang merupakan selapis tulang kompak membentuk soket dan mengelilingi bagian akar gigi, merupakan tempat terbentuknya ligament periodontal disebut cribiform plate. Tulang selalu melakukan aktivitas remodeling dengan meresorpsi dan membentuk kembali daerah yang membutuhkan. Dalam batas-batas fisiologik peningkatan fungsi gigi menimbulkan gaya-gaya yang disalurkan melalui jaringan periodontal dan ini akan meningkatkan massa tulang. Sebaliknya, fungsi yang kurang menyebabkan resorpsi tulang alveolar

2.4 Proses Erupsi Gigi Erupsi adalah pergerakan gigi ke arah rongga mulut dimulai setelah mahkota terbentuk ketika masih di dalam tulang rahang. Erupsi gigi ini dipengaruhi nutrisi, hormon, dan genetik. Mekanisme erupsi gigi belum diketahui secara jelas, tetapi ada berbagai proses yang mungkin dapat menjelaskan pergerakan gigi, yaitu: 1. Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan pertumbuhan pulpa ketika foramen apikal masih terbuka lebar, merupakan sumber tekanan erupsi paling kecil.

22

2. Deposisi sementum pada permukaan akar akan menimbulkan sedikit gerak erupsi bila akar sudah terbentuk sempurna. 3. Arah erupsi dari mahkota gigi didorong oleh sisa-sisa perlekatan folikel gigi terhadap epithelium mulut ( tali gubernakular). 4. Tekanan darah pada jaringan di sekitar akar gigi dan perubahan vaskularisasi jaringan periodontal, dapat menimbulkan tekanan eruptif. 5. Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktivitas matriks fungsional yang berada di antara periodontal ligamen dan jaringan keras. Proliferasi jaringan ikat dari periodontal ligamen akan memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul tekanan eruptif. 6. Kontraksi serat-serat kolagen yang tersusun oblik dari periodontal ligamen juga akan menimbulkan tekanan atau tarikan.

Skema faktor yang bekerja selama erupsi gigi Erupsi gigi-gigi molar disertai dengan pergeseran ke mesial untuk memastikan

kontaknya dengan gigi-gigi depan dan kontak interproksimalnya satu sama lain, bila bererupsi. Kecenderungan pergeseran ke mesial juga berlaku untuk gigi impaksi mesial dimana gerak ke depan lebih besar daripada gerak erupsi (ke atas atau ke bawah). Saat lahir, rahang mengandung mahkota 20 gigi susu yang baru terkalsifikasi sebagian disertai dengan mulainya kalsifikasi molar pertama permanen. Erupsi gigi susu, dimulai pada usia 7 1/2 bulan berakhir sekitar 29 bulan. Erupsi gigi akan terhenti untuk selama 4 tahun. Pada umur 6 tahun, rahang mengandung 48 gigi berjejal antara orbital dan rongga nasal serta mengisi tubuh mandibula. Antara umur 6-8 tahun, kedelapan insisivus susu tanggal dan keduabelas gigi permanen bererupsi. Kemudian akan ada periode tenang selama 2 1/2 tahun sampai 10 1/2

23

tahun,

kemudian 18 bulan berikutnya, ke-12 gigi susu sisanya tanggal dan ke-16 gigi

permanen bererupsi.

Gigi Susu

Erupsi gigi susu Gigi susu mulai terbentuk pada umur 4 bulan kehamilan. Semua benih gigi susu sudah mulai berkembang pada umur 6 bulan kehamilan. Baru pada usia 6 bulan gigi pertama susu mulai erupsi, dan pada umur 2 tahun gigi susu sudah lengkap. Erupsi 7,5 6,5 8 7 i1 i2 16-20 16-20 c m1 m2 Bulan Bulan

12-16 21-30 12-16 21-30

24

Urutan erupsi gigi susu biasanya sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Gigi i1 bawah Gigi i2 bawah Gigi i1 atas Gigi i2 atas Gigi m1 bawah Gigi m1 atas Gigi c bawah Gigi c atas Gigi m2 bawah Gigi m2 atas

Gigi Permanen

Erupsi gigi permanen Gigi permanen yang pertama erupsi adalah molar 1, sekitar usia 6 sampai 7 tahun dan sering disebut six year molar. Gigi tersebut mulai terklasifikasi saat pada saat bayi lahir. Gigi ini adalah adalah gigi yang terbesar diantara gigi geligi susu, dan gigi ini baru erupsi setelah pertumbuhan dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya.

25

Sebelum gigi I1 permanen erupsi maka akar gigi i1 susu mengalami resorpsi. Tetapi, kadang juga tidak mengalami resorpsi sehingga gigi tetap tidak dapat erupsi yang menyebabkan perolonged retention dari gigi susu. Molar pertama dan kedua susu, nantinya akan tanggal dan tempatnya diganti oleh premolar pertama dan kedua. Molar ketiga baru mulai terkalsifikasi pada umur 9 tahun dan bererupsi mulai umur 16 tahun keatas.

Erupsi : 7-8 6-7 8-9 7-8

I1

I2

C

P1 6-7 6-7

P2

M1

M2 tahun

M3

11-12 10-11 10-12 9-10 10-12 11-12

12-13 17-21

12-13 17-21 tahun

Urutan erupsi gigi geligi permanen biasanya sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1 bawah Gigi I1 atas dan Gigi I2 bawah Gigi I2 atas Gigi C bawah Gigi P1 atas Gigi P1 bawah dan P2 atas Gigi C atas dan P2 bawah Gigi M2 bawah dan atas Gigi M3 atas da bawah

26

Pertumbuhan dan perkembangan incisivus sentral bawah hingga usia 9 tahun

27

Pertumbuhan dan perkembangan molar pertama susu dan premolar

Proses Eksfoliasi Eksfoliasi merupakan tanggalnya gigi susu/sulung/decidui secara alami yang nantinya akan digantikan oleh gigi-gigi permanen dalam masa periode geligi pergantian. Periode ini dimulai dengan erupsinya gigi molar permanen pertama sebelah distal gigi molar dua sulung. Gigi permanen yang pertama erupsi adalah gigi molar pertama rahang bawah, yaitu saat

anak berumur 6 tahun, tetapi kadang-kadang gigi insisivus pertama rahang bawah erupsi bersamaan atau bahkan mendahului gigi molar pertama tersebut. Waktu erupsi gigi permanen di rongga mulut berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses .pembentukannya lebih awal akan bererupsi lebih dahulu dibandingkan dengan gigi yang dibentuk sesudahnya. Pada usia 6 tahun keatas, gigi-gigi sulung (gigi decidui) akan mulai digantikan oleh gigi-gigi permanen. Insisivus, caninus dan molar sulung akan digantikan oleh insisivus, caninus, dan premolar tetap yang dinamakan sebagai successional teeth. Ditambah

28

dengan gigi molar permanen yang tumbuh di bagian posterior lengkung geligi sulung sebagai gigi tambahan dan dinamakan sebagai accessional teeth. Antara umur 6-8 tahun, kedelapan incisivus susu tanggal dan ke-12 gigi tetap bererupsi. Setelah aktivitas ini, akan ada periode tenang selama 2 tahun, sampai umur 10 tahun, baru kemudian selama 18 bulan berikutnya, ke 12 gigi susu sisanya tanggal dan ke 16 gigi tetap bererupsi. Gigi insisivus satu bawah biasanya akan tanggal sebelum gigi permanennya erupsi. Gigi ini memang memiliki sifat yang khas, yaitu mudah tanggal. Hal ini dikarenakan pembentukan akar, struktur dan kalsifikasinya tidak sempurna. Gigi-gigi decidui dengan gigi-gigi permanen penggantiannya berbeda dalam ukurannya. Insisivus dan caninus permanen biasanya lebih besar daripada gigi decidui yang digantikannya, sedangkan premolar biasanya lebih kecil daripada molar sulung yang digantikan. Benih gigi telah terbentuk pada saat masa prenatal, tepatnya terdapat benih gigi decidui dan gigi permanen untuk molar pertama rahang bawah. Pada saat perkembangan dan pertumbuhan gigi, tepatnya pada usia 6 bulan postnatal, gigi decidui yang terletak lebih perifer erupsi terlebih dahulu sampai pada usia dimana gigi decidui terbentuk secara sempurna. Setelah tahap ini, gigi permanen yang terletak lebih dalam, mendesak gigi decidui yang menghalangi pertumbuhannya. Gigi decidui yang terdesak oleh adanya pertumbuhan gigi permanen, akhirnya lepas, sehingga menyisakan daerah kosong yang nantinya akan dilanjutkan dengan erupsi gigi permanen. Sebelum gigi permanen erupsi, gigi desidui harus tanggal (proses eksfoliasi) dimana nantinya akan terjadi proses resorpsi akar gigi desidui. Tunas untuk gigi permanen yang terletak di aspek lingual gigi decidui, dibentuk selama bulan ketiga perkembangan. Tunas ini tetap ada, tapi tidak melakukan aktivitas pertumbuhan atau pergerakan apa pun (dorman) sampai sekitar usia 6 tahun. Kemudian, tunas ini mulai tumbuh, menekan sisi bawah gigi decidui. Gigi decidui akan goyang akibat tekanan dari gigi permanen dan lama kelamaan akan tanggal sesuai dengan waktu pergantiannya. Setelah gigi permanen erupsi, akar gigi decidui diserap oleh osteoklas. Terjadinya resorpsi pada akar gigi desidui disebabkan tekanan folikel dari gigi permanen yang bergerak ke arah oklusal untuk mencapai posisinya.

29

Perbedaan Struktur Gigi Decidui dan Permanen Setelah membahas tentang erupsi gigi decidui, eksfoliasi dan erupsi gigi permanen, kami bahas mengenai perbedaan struktur antara gigi decidui dan gigi permanen. Perbedaannya adalah sebagai berikut : 1. Bagian enamel gigi decidui lebih tipis daripada gigi permanen. Hal ini dikarenakan pada enamel gigi-gigi decidui terbentuk pula membrane dari Nasmyth, yaitu merupakan gabungan dari primary enamel cuticle yang dibentuk ameloblast sebelum erupsi dan secondary enamel cuticle yang dibentuk oleh reduced enamel epithelium (lapisan sel-sel kubis sisa dari enamel organ) pada waktu erupsi. Membrane dari Nasmyth ini akan hilang karena dignakan untuk mengunyah. Hal ini akan mengurangi ketebalan enamel pada gigi-gigi decidui. 2. Bagian fosa oklusal dari dinding pulpa gigi decidui lebih tebal daripada gigi permanen. 3. Servikal ridge (tonjolan kecil dan memanjang pada permukaan gigi bagian servikal) gigi decidui lebih menonjol. Hal ini menandakan kalsifikasi enamel pada gigi decidui tidak merata/tidak halus. 4. Enamel rod pada bagian lereng serviks gigi decidui menuju ke arah oklusal, sedangkan pada gigi permanen menuju ke arah gingiva. Hal ini menandakan arah pembentukan enamel yang berbeda. 5. Gigi decidui memiliki leher yang lebih kecil. 6. Akar gigi decidui lebih panjang dan ramping dibanding dengan ukuran mahkota giginya. 7. Akar gigi decidui lebih mekar pada bagian di dekat serviks. 8. Tanduk pulpa gigi decidui lebih tinggi dan rongga pulpanya lebih besar. Hal ini terjadi karena pada usia muda (saat gigi decidui belum terganti dengan gigi permanen), tidak ada pembentukan dentin sekunder yang dapat mempersempit rongga pulpa pada gigi decidui normal (jika tidak terjadi kerusakan/terkena jejas/trauma pada gigi). 9. Bagian apikal saluran akar gigi decidui lebih besar sedikit. Hal ini karena saat erupsi, saluran akar gigi ini, tepatnya pada bagian foramen apikal, belum sepenuhnya mengecil membentuk lubang (masih dalam keadaan terbuka). Selain itu, penumpukan sementum di sekitar akar gigi tidak terjadi pada waktu muda. Penumpukan sementum ini bisa terjadi jika usia semakin tua. 10. Ruang dentin bagian insisal gigi decidui lebih sempit (dentin gigi decidui lebih tipis daripada dentin gigi permanen). Seperti yang telah dijelaskan di atas, saat usia masih muda, pembentukan dentin sekunder sedikit/tidak ada. Pembentukan dentin sekunder ini akan bertambah seiring usia. Dentin sekunder ini banyak terdapat pada gigi permanen dan menyebabkan dentin gigi permanen lebih tebal.

30

Gigi Decidu

Gigi Permanen

2.5 Anatomi dan Histologi Gigi dan Jaringan Rongga Mulut Gigi mempunyai struktur, bentuk, dan jumlah yang hampir sama. Pada anak-anak terdapat 20 buah gigi sulung, terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, dan 4 gigi geraham pada kedua rahang (rahang atas dan rahang bawah). Pada orang dewasa, normalnya berjumlah 32 buah gigi tetap, terdiri dari 4 gigi seri, 2 gigi taring, 4 gigi geraham kecil, dan 6 gigi geraham besar pada kedua rahang (rahang atas dan rahang bawah).

31

Susunan gigi permanen pada orang dewasa yang telah sempurna adalah seperti dibawah ini :

Normalnya gigi terbagi menjadi tiga daerah, yaitu crown, neck, dan root. Seperti pada gambar :

Masing- masing gigi, memiliki jaringan gigi, yang terdiri dari :

32

1. Mahkota gigi : bagian yang terlihat dari gigi. 2. Email : Jaringan keras yang mengalami kalsifikasi yang menutupi dentin dari mahkota gigi. Berasal dari jaringan ektodermal Berfungsi sebagai menahan daya kunyah/abrasi Terdiri dari zat anorganik lebih kurang 99% sebagai prismata dan zat organik lebih kurang 1 % sebagai substantia pelekat. 3. Dentin: Jaringan yang berasal dari mesenchym Merupakan jaringan ikat yang mengalami kalsifikasi dan jaringan yang terbesar dari gigi Terdiri dari zat anorganik lebih kurang 70% dan zat organic lebih kurang 30% pada canaliculi dentin yang didalamnya terdapat Tomes Fiber .

33

4. Pulpa: Jaringan yang berasal dari mesenchym Pada ronga pulpa bias ditemui saraf, pembuluh darah, pem lymphe dan jaringan ikat ( jarang) Fungsi : formatif ( member bentuk), nurtisi, sensoris, dan defensif. 5. Akar Pada ujung akar gigi terdapat foramen apikal yaitu lubang yang terdapat di ujung akar gigi yang merupakan jalan masuk persyarafan dan pembuluh darah pada gigi. 6. Sementum Sementum merupakan sutau jaringan keras yang meliputi akar gigi. Komposisinya menyerupai tulang yang terdri dari 65% anorganik, 35% air dan organik. Zat anorganik sementum utama adalah hidroksi apatit, sedangkan zat organiknya yang utama adalah serat kolagen. Sel sementum terdiri dari : sementoblas, sementoblas dalam perkembangan lanjut akan tertanam dalam matriks sementum, yang disebut sementosit. Sementum berasal dari sakus dentis. 7. Ligamen Periodontal Adalah jaringan ikat yang menghubungkan akar gigi ke tulang alveolar. Jaringan ini berhubungan dengan jaringan ikat gingiva dan pulpa. Komponen yang paling penting adalah serat periodontal utama, yang terdiri dari seberkas serat kolagen yang tersusun dalam beberapa grup yang spesifik. Serat kolagen yang

menghubungkan gigi dengan tulang spongiosa berjalan melalui kanal tulang disebut serat Sharpey. Lebar jaringan 0,1-0,4 mm; yang akan menjadi lebar bila mendapat tekanan dan atropi bila tidak berfungsi. Jaringan ikat ligamen periodontal, terdiri dari serat (5 kelompok), sel (fibroblas, osteoblas, osteoklas, sementoblas, makrofag, sel mast, sisa epitel Malassez) dan substansi dasar. Fungsi ligamen periodontal, yaitu fungsi formatif dan fungsi fisik.

34

Pembentukan periodontal, Ligamen periodontal berkembang dari jaringan ikat sirkuler yang terdapat di sekeliling benih gigi. Folikel gigi ini bersambung dengan ekto-mesenkim papilla dental dan terdiri dari: 1. Sel fibroblast yang belum berdifferensiasi menjadi fibroblas sementoblas dan osteoblas 2. Sel mesenkim perivaskuler yang belum berdifferensiasi menjadi fibroblas. Selama erupsi gigi berlangsung, dan gigi mulai berfungsi serat periodontal utama ligamen periodontal menjadi makin teratur susunannya dan semakin tebal. 8. Gusi Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi prosessus alveolaris dan terletak mengitari gigi pada servikal gigi. Gingiva terdiri dari : puncak gingival, tepi gingival, attached gingival, interdental gingival. Secara histologis gingiva terdiri dari: 1.Epitel berlapis gepeng denagn permukaan sedikit berkeratin, dan sel-selnya diganti secara kontinu, cepat dan berasal dari sel basal. 2.Lamina propria, terdiri dari jaringan ikat padat. Gingiva tidak mempunyai lapisan submukosa. Jaringan epitel yang melapisi gingiva dapat dibedakan atas: a. Epitel mukosa mulut b.Epitel sulkuler c. Epitel junction

9. Tulang alveolar Merupakan bagian keras dari jaringan periodontal, yang merupakan tempat gigi tertanam. Tulang alveolar membentuk dan menyangga soket gigi, dan terdiri atas trabekula dan tulang kortikal. Bagian kortikal mandibula lebih tebal daripada maxilla. Tulang alveolar merupakan bagian tulang maxilla dan mandibula yang menyangga gigi. Bagian tulang alveolar yang merupakan selapis tipis tulang kompak membentuk soket, dan mengelilingi bagian akar gigi, merupakan tempat tertanamnya ligamen periodontal yang disebut : cribiform plate dan saraf kecil yang akan menginervasi dan memvaskularisasi ligamen periodontal.

35

Bagian yang spongius dari tulang alveolar terdiri dari trabekula yang bentuk dan arah susunannya menyesuaikan diri terhadap tekanan oklusal. Cribiform plate mengandung jumlah besar serat Sharpey, yang jumlah, ukuran dan tempatnya juga tergantung pada tekanan atau gaya-gaya fungsional. Jadi tulang alveolar merupakan struktur dinamis, yang morfoliginya sangat ditentukan oleh fungsinya.

36

BAB 3.KESIMPULAN

Tahap perkembangan gigi terdiri atas tiga tahap, yaitu bud stage (tahap insiasi), cap stage (tahap proliferasi), bells stage (tahap histodiferensiasi dan morfodiferensiasi) dan root formation.

Jaringan pendukung gigi terdiri dari Ligamen periodontal, tulang alveolar, dan gingiva. Jaringan rongga mulut terdiri dari Odontoblas, matrik dentin, enamel (pembentukan ameloblas), matrik enamel, sementum (pembentukan sementoblas), matrik sementum. Pembentukan secara runtut yaitu Tahap inisiasi (epitelial bud stage),Tahap proliferasi (cap stage), Tahap histodiferensiasi (sel-sel epitel bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas),Tahap morfodiferensiasi, Erupsi Intraoseous yang terdiri dari Tahap aposisi, Tahap kalsifikasi, Tahap Erupsi, Atrisi, Resorpsi.

37

DARTAR PUSTAKA

Sperber, G.H. 1991. Embriologi Craniofasial. Jakarta : Hipokrates

Itjiningsih. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC

Herniyati, Rina Sutjiati, dkk. 2009. Diktat Histologi FKG Universitas Jember. Universitas Jember : Jember Sadler, T. W. Embriologi Kedokteran Langman, Edisi ke 7, Alih Bahasa : Joko Yuwono. Jakarta : EGC

Leeson, C.R. , T.S. Leeson dan A.A. Paparo, 1991, Buku Ajar Histologi, Alih Bahasa : Staf Ahli Histologi FKUI, Penyunting : Jan Tambayong dan Sugito Wonodirekso, Judul Asli : Texsbook of Histology, 1985 Buku Kedokteran EGC, Jakarta.