mikro resistensi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 mikro resistensi

    1/6

    73

    POLA BAKTERI DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIKYANG DITEMUKAN PADA AIR DAN UDARA RUANG

    INSTALASI RAWAT KHUSUS RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

    MAKASSAR

    Sitti Fauziah Noer

    Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Makassar

    ABSTRACT

    Bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit dapat menyebabkan infeksi dan memiliki resikotinggi mengalami infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri danresistensinya terhadap antibiotik yang ditemukan pada air dan udara ruang di Instalasi Rawat Khusus

    RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pengambilan sampel air dengan 3titik dimasing-masing Instalasi COT, OK IRD, dan ICU. Untuk sampel udara ruang dilakukan 1 titik di OKCOT, OK IRD, dan 5 titik di ICU, dilanjutkan pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUniversitas Hasanuddin Makassar. Hasil penelitian ditemukan pola bakteri pada air adalah Klebsiellapneumonia (30 %), E.coli (20%), Alkaligenes faecalis (20%), Enterobacter aglumerans (10%), Proteusmirabilis (10%), dan Providencia alkalifaciens (10%). Dan pola bakteri pada udara ruang adalahStaphylococcus epidermidis (40%), Acinobacter calcoaceticus (20%), Alkaligenes faecalis (10%).Staphylococcus aureus (10%), Staphylococcus sapropiticus (10%), dan Basillus subthilis (10%). Hasilresistensi bakteri terhadap antibiotika yang ditemukan pada air, terjadi pada Klindamisin (100%),Methicilin (100%), dan Sulbaktam Amoxicilin (80%). Sedangkan resistensi bakteri udara ruang terjadipada antibiotika Nalidixid Acid (90%). Dari hasil resistensi telah terjadi Multi Drug Resistance dan

    ditemukan MRSA.

    Kata kunci : pola bakteri, resisten, antibiotika, instalasi rawat khusus

    PENDAHULUAN

    Rumah sakit adalah suatu tempat dimanaorang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalamjarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasienmendapatkan terapi dan perawatan untuk dapatsembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencarikesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagaimacam penyakit terutama penyakit yang disebab-kan oleh bakteri, yang merupakan penyebab uta-

    ma penyakit infeksi. Bakteri dapat hidup dan ber-kembang di lingkungan rumah sakit, seperti; air,udara dan lantai. Pada penelitian sebelumnya, di-temukan bakteri Staphylococcus aureus, S. epider-midis, S. saprophyticus, Streptococcus sp, Salmo-nella sp, Shigella sp, Aspergillus niger, danStrep-tomices sp, di udara ruang operasi bedah sarafRSUD Dr.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung (1).Udara dari dalam ruangan dapat bertindak sebagaireservoir bakteri patogen yang ditularkan olehpasien, sehingga dapat menyebabkan terjadinyainfeksi (2).

    Di negara maju, infeksi yang didapat di

    rumah sakit terjadi angka kejadian cukup tinggi.Misalnya, di AS, ditemukan 20.000 kematian setiaptahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia,10 % pasien rawat inap di rumah sakit mengalami

    infeksi baru selama dirawat, sebanyak 1,4 jutainfeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yangdilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta padatahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasienrawat inap mendapat infeksi yang baru selama di-rawat (3).

    Infeksi yang terbanyak ditemukan padaperawatan Intensive Care Unit (ICU), karena ter-kontaminasi dengan sumber bakteri patogen yangdapat menimbulkan wabah infeksi nosokomial (4).

    Pasien-pasien yang dirawat di ICU yang mempu-nyai pertahanan tubuh yang rendah, monitoringkeadaan secara invasive, terpapar dengan ber-bagai jenis antibiotik dan terjadi kolonisasi olehbakteri resisten. Mengakibatkan pasien yang di-rawat mempunyai potensi yang lebih besar meng-alami infeksi (5).

    Menurut Dewan Penasehat Aliansi Duniauntuk Keselamatan Pasien, infeksi nosokomial me-nyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruhdunia. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumahsakit di 14 negara di seluruh dunia, menunjukkanbahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi

    selama menjalani perawatan di rumah sakit. Se-mentara di negara berkembang, diperkirakan lebihdari 40% pasien di Rumah Sakit terserang infeksinosokomial (6).

  • 7/22/2019 mikro resistensi

    2/6

    74 Majalah Farmasi dan Farmakolog i, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm. 73 78

    Steven Opal dari Brown Universitydi Rho-de Islanddan Thierry Calandra dari Vaudois Hos-pital Center di Lausanne, Swiss, mengungkapkanjenis bakteri Gram negatif (lebih patogen sehinggamembahayakan organisme inangnya), dan menja-

    di penyebab 63 persen kasus infeksi. Bakteri yangpaling umum ditemukan adalah Staphylococcusaureus, E.coli, dan kelompok Pseudomonas (6).

    Pada penelitian di ICU RS Dr. WahidinSudirohusodo, Makassar, tahun 2009, ditemukanbahwa Klebsiella pneumonia adalah kuman terba-nyak (28,3%), dan bakteri yang paling kurang ada-lah Pseudomonas aeroginosa dan Alkaligenesfaecalis masing-masing sebanyak (3,3%), Hal inimenunjukkan bahwa prevalensi infeksi di ruangICU cukup tinggi, oleh karena itu dibutuhkan pen-cegahan untuk mengurangi terjadinya infeksi (7).

    Penelitian yang dilakukan oleh Victor D.,

    dkk (8), untuk International Nosocomial InfectionControl Consortium selama 2002-2007 di 98 Insta-

    lasi Perawatan Intensif di Amerika Latin, Asia,Afrika, dan Eropa, didapatkan dari 43.114 pasienyang dirawat di Instalasi Perawatan Intensif sela-ma 272.279 hari, terkait infeksi aliran darah 9,2 per1000 hari, hampir 3 kali lipat lebih tinggi dibanding-kan 2,4 5,3 per 1000 hari yang dilaporkan dariInstalasi Perawatan Intensif US. Tingkat keseluruh-an pneumonia terkait ventilator merupakan yangterbanyak, 19,5 per 1000 hari ventilator, diikutidengan kateter infeksi traktus urinary 6,5 per 1000hari kateter. Juga didapatkan 80,8% S. aureus

    disebabkan oleh Methicillin-resistant S.aureus,50,8% dari isolat Enterobacteriaceae resisten ter-hadap septriakson, dan 52,4% dari isolat Ps.aeruginosa resisten terhadap fluorokuinolon. Ang-ka mortalitas secara kasar didapatkan 14,3% untukinfeksi terkait pemasangan kateter vena sentraldan 27,5% terkait pneumonia terkait pemasanganventilator.

    Berdasarkan latar belakang di atas, makatelah dilakukan penelitian terhadap pola bakteridan resistensinya yang ditemukan pada air danudara ruang instalasi rawat khusus, yang sangatpenting sebagai pertimbangan dalam pedoman

    pemberian antibiotik secara rasional, sesuai diag-nosis penyebab penyakit infeksi.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini bersifat deskriptif analitik.Sampel adalah air dan udara ruang di InstalasiCOT, OK IRD, dan ruang ICU RSUP Dr. WahidinSudirohusodo Makassar. Sampel diambil masing-masing sebanyak 200 ml dengan menggunakanlabu Erlenmeyer steril. Untuk pengambilan sampelbakteri udara ruang diambil 1 titik di 12 ruang

    Instalasi COT, 2 ruang di OK IRD, dan InstalasiICU sampel adalah bakteri ruang pada 5 titik yaitu4 titik pada sudut ruangan dan 1 titik pada tengahruangan dengan menggunakan alat Air Sampler(Mas 100) yang tertangkap pada medium transportNutrient Agar (NA) di RSUP Dr. Wahidin Sudiro-husodo Makassar.

    Isolat bakteri yang diperoleh lalu dikultur-kan, kemudian diidentifikasi untuk menentukanpola bakteri dan tes sensitivitas terhadap beberapaantibiotika yang digunakan di RSUP Dr. WahidinSudirohusodo Makassar.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Telah dilakukan penelitian pola bakteri danuji kepekaan terhadap antibiotika. Penelitian di-awali dengan pengambilan 29 sampel di InstalasiRawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,Makassar, dan dilanjutkan dengan pemeriksaanmikrobiologis di Laboratorium Mikrobiologi KlinikRS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar.Besarnya sampel dalam penelitian pola bakteri airyang berasal dari ruang Instalasi COT, OK IRD,

    dan ICU (n=10) bakteri yang tumbuh 100%, se-dangkan pola bakteri udara ruang (n=19), bakteriyang tumbuh (n=10) atau 52,63% (Tabel 1).

    Tabel 1. Pola Bakteri pada Air dan Udara Ruang yangditemukan di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. WahidinSudirohusodo Makassar 2011

    Jenis BakteriAir Ruang Udara Ruang

    COT IRD ICU COT IRD ICU

    Basil Gram -

    K. pneumonia 1 1 1

    E. Coli 1 1

    E.aglumerans 1

    Pr. mirabilis 1

    P.alkalifaciens 1

    A. faecalis 2 1

    A.calcoaceti-cus

    2

    Coccus Gram +

    S. aureus 1

    S.sapropiticus 1

    S. epidermidis 1 1 2

    Basil Gram +

    B. subtilis 1

    Jumlah 4 3 3 3 2 5

    Sumber: Data Primer Tahun 2011

    Kultur bakteri yang tumbuh pada air diantaranya adalah basil Gram negatif, yaitu Klebsi-ella pneumonia30%, E.coli 20%, Enterobacter ag-lumerans10%, Proteus mirabilis 10%, Providenciaalkalifaciens 10%, dan Alkaligenes faecalis 20%(Tabel 1 dan Gambar 1). Di antara sampel yangber-asal dari udara ruang, bakteri yang tumbuhadalah bakteri basil Gram negatif, yaituAcinobacter calcoaceticus 20%, dan Alkaligenes

  • 7/22/2019 mikro resistensi

    3/6

    Sitt i Fauziah Noer,Pola Bakteri Dan Resistensinya Terhadap Antibiotik Yang Ditemukan Pada Air Dan Udara 75

    faecalis 10%. Bakteri coccus Gram positif:Staphylococcus aure-us 10%, Staphylococcussapropiticus 10%, dan Staphylococcus epidermidis40%. Dan bakteri basil Gram positif adalah Basillussubthilis 10% (Tabel 1 dan Gambar 2)

    Gambar 1. Hasil Kultur Bakteri pada Air di InstalasiRawat Khusus RSUP Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar, 2011

    Dari uji kepekaan bakteri yang ditemukanpada air dan udara ruang, dari hasil kultur bakteribasil Gram negatif yang berasal dari air terhadapberbagai jenis antibiotika dapat dilihat padaGambar 3. Sedangkan Hasil uji kepekaan bakteri

    coccus Gram positif, basil Gram negatif, dan basilGram positif, berasal dari udara ruang terhadap

    berbagai jenis antibiotika dapat dilihat padaGambar 4.

    Gambar 2. Hasil Kultur Bakteri Udara Ruang di InstalasiRawat Khusus RSUP Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar, 2011

    Semua bakteri dapat menyebabkan infeksinosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan olehbakteri yang didapat dari orang lain (crossinfection) atau disebabkan oleh flora normal daripasien itu sendiri. Kebanyakan infeksi yang terjadidi Rumah Sakit disebabkan oleh faktor eksternal,yaitu penyakit yang penyebarannya melalui air danudara ruang, atau benda-benda yang tidak steril.

    Gambar 3. Hasil Uji Kepekaan Kultur Bakteri Gram Negatif yang ditemukan pada Air terhadap Antibiotik di InstalasiRawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2011

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    3030 %

    20 %

    10 % 10 % 10 %

    20 % 0

    20

    4020 %

    10 % 10 % 10 %

    40 %

    10 %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

    Sensitif 80 100 70 60 50 50 0 90 40 90 90 100 100 0 80 90 100 20 60 80 100

    Resisten 20 0 30 40 50 50 100 10 60 10 10 0 0 100 20 10 0 80 40 20 0

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    %

  • 7/22/2019 mikro resistensi

    4/6

    76 Majalah Farmasi dan Farmakolog i, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm. 73 78

    Gambar 4. Hasil tes Kepekaan Kultur Bakteri yang ditemukan pada Udara Ruang terhadap Antibiotik di Instalasi RawatKhusus RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar 2011

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipola bakteri dan resistensinya terhadap antibiotikayang ditemukan pada air dan udara ruang diInstalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudiro-

    husodo, Makassar. Sampel yang digunakan untukpemeriksaan terhadap bakteri patogen penyebabinfeksi adalah air dan udara ruang. Hal ini disebab-kan karena sumber penularan infeksi yang seringterjadi adalah di ruang Instalasi Rawat KhususRSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

    Dari hasil kultur bakteri pada air dari ruangInstalasi COT, OK IRD, dan ICU, ditemukan polabakteri basil Gram negatif. Bakteri yang ditemukandengan urutan adalah Klebsiella pneumonia30 %,E.coli 20%,Alkaligenes faecalis 20%, Enterobacteraglumerans 10%, Proteus mirabilis 10%, dan Pro-videncia alkalifaciens 10% (tabel 1 dan gambar 1).

    K.pneumoniaadalah bakteri terbanyak yang meru-pakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang(basil). Strain baru dari K.pneumonia dapat menye-babkan hospitality acquired pneumonia, yang ber-arti penyakit pneumonia tersebut didapatkan saatpasien berada di Rumah Sakit. Hal ini disebabkan,sumber air di ruang Intalasi Rawat Khusus RSUPDr. Wahidin Sudirohusodo berasal dari air sumurdan air PDAM yang dimasukkan ke dalam tangkipenampungan yang sama dan usia penampunganair yang sudah lama. Menurut Depkes RI, bahwaair yang digunakan di Instalasi Rawat Khususharus memenuhi kualitas kesehatan air bersih se-suai dengan peraturan perundangan yang berlaku.Penelitian terhadap pola bakteri yang ditemukanpada air, masih kurang dilakukan, tetapi menuruthasil penelitian Suriaman,E, dkk., (9), bakteri yangmencemari air bersih adalah E.coli.

    Pada kultur bakteri udara ruang ditemukanbasil Gram negatif, basil Gram positif, dan cocusGram positif. Bakteri cocus Gram positif lebihbanyak ditemukan dengan urutan Staphylococcus

    epidermidis 40%, S.sapropiticus 10%, dan S.aureus 10%. Sedangkan basil Gram negatif danbasil Gram positif yang ditemukan adalah Acino-bacter calcoaceticus 20%, Alkaligenes faecalis10%, dan Basillus subtilis 10%. Bakteri yang ter-banyak ditemukan adalah S.epidermidis 40%.Hampir sama dengan penelitian yang dilakukanoleh Janet, dkk., yang melaporkan bahwa 74,6%bakteri coccus Gram positif dengan bakteri ter-banyak Staphylococcus epidermidis (38%).

    Sedangkan penelitian yang dilakukan olehPhilippe Eggimann mendapatkan 55% bakteriGram positif yang terbanyak adalah S.epidermidis

    (14%). Bakteri ini merupakan genus dari bakteriGram positif, kebanyakan tidak berbahaya dantinggal di atas kulit dan selaput lendir manusiaserta organisme lainnya, dapat menjadi penyebabinfeksi baik pada manusia maupun pada hewan.Bakteri Gram positif merupakan penyebab infeksinosokomial terbanyak pada era sebelum peng-gunaan antibiotika tahun 1940 (12).

    Instalasi COT (OK 8, OK 11, OK 12) di-gunakan sebagai ruang untuk tindakan pembe-dahan, semua pasien bedah dari berbagai bangsaldilakukan tindakan bedah disini, dan ruang IRD(OK 1 dan OK 2) digunakan sebagai tindakan citoatau emergensi. Kondisi ruang operasi yang di-gunakan sebagai tempat pengambilan sampel me-miliki keadaan tidak steril. Hal ini terbukti dengandidapatkannya pola bakteri dari hasil kultur padaudara ruang. Instalasi COT OK 11 merupakan ru-

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

    Sensitif 40 50 50 30 40 50 90 50 50 70 50 70 50 60 10 100 70 30 30 50 60 20 60 100

    Resisten 60 50 50 70 60 50 10 50 50 30 50 30 50 40 90 0 30 70 70 50 40 80 40 0

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    %

    ANTIBIOTIK1.Azitrenem,2.Cefefime, 3.Cefoperazone, 4.Cefotaxime, 5.Cepriazone, 6.Cifroflaxacin, 7.Clindamycin,

    8. Doxycylin, 9. Ertepenam,10.Gentamycin,11. Imipenem,12.Levofloxacin,13.Meropenem, 14.Methicilin,

    15.Nalidixic Acid, 16.Netimicin, 17.Norfloxacin, 18.Sulbactam Amoxicilin, 19.Sufametoxazol Trimetoprim,

    20.Tetracyclin, 21.Tobramycin,22.Eritromycin,23.Bacitracin,24.Novobion

  • 7/22/2019 mikro resistensi

    5/6

    Sitt i Fauziah Noer,Pola Bakteri Dan Resistensinya Terhadap Antibiotik Yang Ditemukan Pada Air Dan Udara 77

    ang tindakan bedah syaraf, telah ditemukan bak-teri Staphylococcus aureus.

    Hasil uji kepekaan basil Gram negatif yangresisten terhadap antibiotika yang ditemukan padaair di Instalasi COT, OK IRD, dan ICU, menunjuk-

    kan resistensi yang paling tinggi terdapat padaProvidencia alkalifaciens(100%) terhadap antibio-tika klindamisin, metisilin, sefoperazon, sefotaxim,septriazon, siprofloxasin, sulbaktam amoxisillin; E.coli (100%) terhadap klindamisin, metisilin, sipro-floxasin, ertapenem, dan sulbaktam amoxisillin;Proteus mirabilis(100%) terhadap klindamisin, me-tisilin, ertepenem, sulbaktam amoxisillin; Alkalige-nes faecalis (100%) terhadap klindamisin, metisilin,sulbaktam amoxisillin, dan sulfametoxazole tri-metoprim; Klebsiella pneumonia (100%) terhadapklindamicin dan meticilin; Enterobacter aglumerans

    (100%) terhadap klindamisin dan metisilin. Data

    resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilihatpada masing-masing grafik.

    Hasil uji kepekaan bakteri pada udara ru-ang terhadap antibiotik di Instalasi COT, OK IRD,dan ICU, menunjukkan bahwa bakteriAlkaligenesfaecalis (100%) telah resisten terhadap antibiotikyang digunakan, kecuali netilmisin, norfloxasin,dan tobramicin. Resistensi tertinggi terlihat jugapada bakteri Staphylococcus aureus (100 %) ter-hadap methicilin (MRSA) dan beberapa antibiotik.Resistensi bakteri Staphylococcus epidermidis(100%) terhadap antibiotik asam nalidiksat. Resis-tensi bakteri S. saprophyticus terhadap beberapa

    antibiotik. Bakteri A.calcoaceticus (100%) resistenterhadap antibiotika imepenem dan asam nali-diksat. Dan Bakteri Basillus subtilis (100%) telahresisten terhadap antibiotika cefoperazone, sulbak-tam amoxisilin, dan sulfametaxazole trimetoprim.

    Bakteri yang resisten terhadap antibiotikmerupakan masalah global, oleh karena itu peng-gunaan antibiotik yang tepat merupakan bagiandari pencegahan resistensi. Hasil penelitian uji ke-pekaan bakteri terhadap anti-biotik yang berasaldari hasil kultur bakteri air dan udara ruang ter-hadap berbagai jenis antibiotik mengalami resis-tensi pada semua bakteri yang ditemukan dan

    telah terjadi multi-drug resistency (MDR) terhadapsemua antibiotik yang digunakan, karena resisten-si ini terjadi lebih dari satu antibiotik (9).

    Pemberian antibiotik yang berlebihan me-rupakan faktor resiko yang akan membuat bakterimengalami mutasi dan menjadi resisten (MethicillinResistant Staphylococcus Aureus) (10). MenurutPeleg dan Hooper (2010) terdapat beberapa me-kanisme resistensi antibiotika dari bakteri Gramnegatif yang digunakan sebagai perlawanan terha-dap antibiotik. Mekanisme tersebut adalah resis-tensi melalui penutupan celah atau pori (loss ofporins) pada dinding sel bakteri sehingga menun-

    jukkan jumlah obat yang melintasi membaran sel,peningkatan produksi betalaktamase dalam peri-plasmik sehingga merusak struktur betalaktam, pe-ningkatan aktivasi pompa keluaran (efflus pump)dalam trans membrane, sehingga bakteri akanmembawa obat keluar sebelum memberikan efek,

    modifikasi enzim-enzim, sehingga antibiotika tidakdapat berinteraksi dengan tempat target, mutasitempat target sehingga menghambat bergabung-nya antibiotik dengan tempat aksi, modifikasi ataumutasi ribosomal sehingga mencegah bergabung-

    nya antibiotik yang menghambat sintesis proteinbakteri, mekanisme langsung terhadap metabolik(metabolic bypass mechanism), yang merupakanenzim alternative untuk melintasi efek pengham-batan antibiotik (11).

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian pola bakteridan resistensinya terhadap antibiotik yang ditemu-kan pada air dan udara ruang di Instalasi rawatkhusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,

    Makassar, telah ditemukan pola bakteri pada airyang terbanyak adalah Klebsiella pneumonia, di-ikuti oleh E.coli, Alkaligenes faecalis, Enterobacteraglumerans, Proteus mirabilis, dan Providenciaalkalifaciens. Sedangkan pola bakteri pada udararuang yang terbanyak adalah Staphylococcus epi-dermidis diikuti oleh Acinobacter calcoaceticus,Alkaligenes faecalis, Staphylococcus aureus, S.sapropiticus, dan Basillus subtilis.

    Resistensi bakteri yang tertinggi terhadapantibiotik ditemukan pada air adalah Klindamisin100%, Metisilin 100%, dan Sulbaktam Amoxisilin80%. Semua bakteri ini resisten di Instalasi COT,

    IRD, dan ICU. Sedangkan hasil resistensi bakteriudara ruang yang tertinggi terlihat pada antibiotikaasam nalidiksat 90%, yang merata pada semuabakteri di ruang. Dari hasil uji resistensi bakteriterhadap antibiotik telah terjadi Multi-Drug Resis-tency(MDR) dan ditemukan MRSA.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rapani, A., 2010, Kejadian Infeksi NosokomialDi Rumah Sakit. [serial on Internet]. [diakses 21Desember 2006]. Available from: http:///digilib.

    unimus.ac.id/files/disk1/1042. Wesetian, 2010. Mikroorganisme di Udara

    [monograph on the Internet], [diakses pada 20Maret 2011]. Available from: http://blog:unila.ac.id/wesetian

    3. Wesetian, 2006. Kewaspadaan Nosokomial,Yayasan Spritia, [diakses pada tanggal 24Desember 2006]. Available from: http:///Spritia.or.id/est/dok/kol.pdf

    4. Hanafie, A., 2010, Peranan Ruangan Perawat-an Intensive Care (ICU) Dalam MemberikanPelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Pidatopengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam

    Bidang Ilmu Anestesiologi pada FakultasKedokteran USU, diucapkan dihadapan RapatTerbuka Universitas Sumatera Utara, [serial onthe Internet]. [diakses 2010]. Available from:http:///www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_achsanuddinhanafie.pdf

  • 7/22/2019 mikro resistensi

    6/6

    78 Majalah Farmasi dan Farmakolog i, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm. 73 78

    5. Adysaputra, S.A., Rauf, A.M., dan Bahar, B.2009, Pola Kuman Luka Operasi di RuanganIntensive Care Unit Rumah Sakit Wahidin Sudi-rohusodo, The Indonesia Journal of MedicalScience, Volume 2 No.2 April-June. 67-70.

    6. Trikusumaagani, 2009, Pasien ICU banyak ter-kena Infeksi, [monograph on the Internet].[diakses 4 Desember 2009]. Available from:http:///D:Nosokomial/pasienICUbanyakterkenainfeksi-htm

    7. Vinisia, 2009. Profil Kondisi Sterilisasi dan ujiKepekaan Antibiotik Terhadap Bakteri yang Di-temukan pada peralatan Medis Instalasi Pera-watan Intensif RSUP. H. Adam Malik, Fakultaskedokteran Universitas Sumatera Utara.

    8. Victor,D., Dennis, G.M., Ajita, M., Carlos, A. M.,Hakan, L.,Francisco, H., Luis,E.C., Naoufel, M.,Zan,M., Lourdes,D., Josephine,A.N., Humberto,

    G.G., Lul, R., Rosala, F.H., Eduardo, A.M.,Souha, S.K., Salisu, A., and Patricio, N. 2008.International Nosocomial Infection ControlConsortium report, data summery for 2002-2007, American Journal of Infection Control[serial on the Internet], [diakses 09 Juni 2008].Available from: http:///D:/Journal/abstractINICC,Victor, D, dkk.htm

    9. Suriaman, E. dan Juwita, 2008. Uji Kualitas Air,[diakses 17 April 2010]. http://www.icel.or.id/uji_kualitas_air

    10. Jawetz, Melnick, Adelbergs., 2005. MikrobiologiKedokteran. Penerjemah dan editor bagian

    Mikrobiologi FK Universitas Airlangga, SalembaMedika, Jakarta.

    11. Syahrurahman, A., Chatim, A., Soebandrio, A.,Santoso, Harun, H., Bela, B., dan Sujudi, 2010.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, FakultasKedokteran Universitas Indonesia, PenerbitBinarupa Aksara. 123-185.

    12. Kayser,F.H., Blienz,K.A., Eckert,J., Zinkernagel,R.M., 2005. Medical Microbiology. ThiemeStuttgart. New York. 229-345.

    13. Rizal, 2008. Pola Kuman dan Kepekaannya diRumah Sakit Dr. Oen Solo Baru, Kabupaten

    Sukoharjo, Hasil penelitian, Jawa tengah.14. Sennang, N., Wildena, and Benny, R., 2010,

    Methicilin Resistent Staphylococcus aureus,Antimicrobial Susceptibility Laboratory Test.Indonesian Journal of Clinical Pathology andMedical Laboratory Vol. 17 No. 1, hal 5-8.[serial on the Internet], [Diakses 23 Maret2011]. Available from: http://lib.atmajaya.ac.id/detault.aspx.tabID=61&1d=2114448src=4

    15. Waluyo, L., 2007. Mikrobiologi Umum, PenerbitUniversitas Muhammadiah, Malang.

    16. Barriere, S.L. and Jacobs, R.A., 1995.Clinicaluse of antimicrobial In; Basic and Clinical

    Pharmacology, 6th ed. A Lange Medical Book,752-768.

    17. Chembers, H.F., 2006. General Principle ofAntimicrobial Therapy, In : Goodman andGillmans, The Pharmacologycal Basis of The-rapeutics, 11th ed., McGraw-Hill Companies,New York.

    18. Dipiro, T.J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke,G.R., Wells, B.G., and Posoy, L.M., 2008.Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Appro-ach, 7

    th ed, Mc Graw Hill Companies, USA.

    1715-1779.19. Guntur, A., 2007. The Role of Cefepime : Em-

    pirical Treatment in Critical IIIness, Dexa MediaNo. 2, Vol. 20, April-Juni 2007

    20. Kepmenkes No 1335/MENKES/SK/X/2002,tentang Standar Operasional Pengambilan danPengukuran Sampel Kualitas Udara RuanganRumah Sakit.

    21. Kepmenkes No 1204/MENKES/SK/X/2004,tentang Persyaratan Kesehatan LingkunganRumah Sakit.