24
ONSEP KOMPONEN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU (SPGDT ),SURVEY PRIMER DAN SURVEY SEKUNDER I.SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) A.Pengertian Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang mengalami kegawatan dengan melibatkan semua unsur B .Tujuan Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi: 1. Penanggulangan ditempat kejadian. 2. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai. 3. Penyediaan sarana komunikasi. 4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.r 5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU). 6. Upaya pembiayaan penderita C.Komponen SPGDT memiliki beberapa komponen/fase: 1.komponen/fase Deteksi 2.Komponen /fase Supresi 3.Komponen /fase Pra Rumah Sakit 4.Komponen/fase Rumah Sakit 5.Komponen /fase Rehabilitas 6.Komponen Penanggulangan Bencana 7.Komponen Evaluasi/Quality Control 8.Komponen Dana 1.fase Deteksi Pada fase ini dapat dideteksi: Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai

New Microsoft Office Word Document

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TRIAGE

Citation preview

ONSEP KOMPONEN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

TERPADU (SPGDT ),SURVEY PRIMER DAN SURVEY SEKUNDER

I.SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)

A.Pengertian

Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang mengalami

kegawatan dengan melibatkan semua unsur

B .Tujuan

Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi

setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup

suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu

mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang

perlu dikembangkan meliputi:

1. Penanggulangan ditempat kejadian.

2. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.

3. Penyediaan sarana komunikasi.

4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.r

5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).

6. Upaya pembiayaan penderita

C.Komponen

SPGDT memiliki beberapa komponen/fase:

1.komponen/fase Deteksi

2.Komponen /fase Supresi

3.Komponen /fase Pra Rumah Sakit

4.Komponen/fase Rumah Sakit

5.Komponen /fase Rehabilitas

6.Komponen Penanggulangan Bencana

7.Komponen Evaluasi/Quality Control

8.Komponen Dana

1.fase Deteksi

Pada fase ini dapat dideteksi:

Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas

Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai

Jaraknya orang memakai swafety belt

Daeraah bekerja di pabrik yang berbahaya

Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat

Didaerapat th mana yang sering terjadi tidak criminal

Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan kondisi

tanah

Daerah rawan terjadi gempa

2.fase Supresi

Jika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan atau

diamana dapart terjadi bencana/korban masal maka kita dapat melakukan supresi.

Perbaikan kontruksi jalan(engineering)

Pengetatan peraturan lalu lintas (enforcement)

Perbaikan kualitas helm

Pengetatan undang undang lalu lintas

pengetatan peraturan keselamatan kerja

peningkatan patroli keamanan

membuat disaster mapping

dll

3. Fase Pra RS

Pada fase ini keberhasilan penanggulangan ngawat darurat tergantung pada

beberapa komponen :

A. Komunikasi

1) Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:

Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (contoh:118,pro

Pusat emergency,dll)

Pusat komunikasi ke rumah sakit

Pusat komunikasi polisi(110)

Pusat komunikasi pemadam kebakaran(contih:113)

2) Untuk komunikasi fasilitas pager,radio,telepon,telepon genggam

3) Tugas pusat komunikasi adalah:

Menerima permintaan penolong

Mengirim ambulan terdekat

Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawal darurat

Monitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat

darurat dan icu

4) Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari:

Komunikasi kesehatan

System komunikasi ini digunakan untuk menunjuang

pelayanan kesehatan dibidang administrative .

Komunikasi medis

System komunikasi ini digunakan untuk menunjang

pelayanan kesehatan dibidang teknis medis.

a) Tujuan

Untuk mempermudah dan mempercepat

menyampaian dan penerimaan informasi data

menanggulangi penderita gawat darurat.

b) Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan

penderita gawat darurat adlah:

Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta

pertolongan kesararana kesehatan

Untuk mengatur dan membimbing pertolongan

medis yang diberikan ditempat kejadian dan

selama perjalanan kesarana kesehatan yang

lebih memadai

Untuk mengatur dan memonitor rujukan

penderita gawat darurat dan puskesmas ke

rumah sakit atau antar rumah sakit

Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban

bencana

5) Jenis komunikasi

Tekhnologi komunikasi di indonesia telah berkembang pesat dan

semakin modern ,namun demikian sarana komunikasi medis belum

sepenuhnya menjangkau dan dikembangkan diseluruh pelosok tanah air.Oleh

karena itu,jenis komunikasi dalam penanganggulangan penderita gawat darurat

dapat berupa:

Komunikasi tyradisional

Kentongan

Beduk

Trompet

Kurir/mulut ke mulut

Komunikasi moder

Telepon/telepon genggam

Radio komunikasi

Teleks/telegram

Facsimile

Computer

Telemetri(EKG data Tranmision).

6) Sarana Komunikasi

Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah:

1. Sentral komunikasi(pusat komunikasi)

Fungsi pusat komunikasi

Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat

darurat mulai dari temapat kejadian sampai ke sarana

kesehatan yang sesuai (RS) yaitu dengan:

a. Menerima dan menganaliasa permintaan

pertolongan

b. Mengatur ambulans terdekat ketempat kejadian

c. Menghubungi ke ruimah sakit terdekat untuk

mengetahui fasilitas yangh tersedia (tempat tidur

kosong)pada saat itu yang dapat diberikan untuk

penderita gawat darurat

d. Mengatur /memonitor rujukan penderita gawat

darurat

Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi

penaggulangan medis korban bencana

Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari

kota lain ,instansi lain dan kalau perlu dengan Negara

lain

Dapat diambil alih oleh perawat keamanan(ABRI) bila

Negara berada dalam keadaan darurat(perang)

2. Syarat syarat sentral komunikasi

a. Harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya

3 digit)

b. Mudah dihubungin dan memberikan pelayanan 24

jam sehari

c. Dilayani oleh tenaga medis atau para medis

perawatan yang terampil dan berpengalaman

3. Syarat alat sentral komunikasi

Telepon

Radio komunikasi

teleks /facsimile

Komputer bila diperlukan

Tenaga yang terampil dan komunikastif

Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.

7) jaringan komunikasi

Agar rahasia medis setiap penderita tetap terjamin ,maka tenaga

untuk keperluan komunikasi sebaiknya adalah tenaga medis atau

para medis perawatan yang telah dididik dalam bidang

penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikasi.

B. Pendidikan

1. Pada orang awam

Pada orang awam adalah orang pertama yang menemukan

korban atau pasien yang mendapat musibah atau trauma .Mereka

adalah anggota pramuka,PMR,guru,ibi rumah

tangga,pengemudi,hansip,dan petugas hotel atau restoran.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah:

Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui

telepon ke 118

Mengetahui cara resusitasi jantung paru

Mengetahui cara menghentikan perdarahan

Mengetahui cara memasang pembalut atau bidai

Mengetahui cara transportasi yang baik.

2. Pada orang awamk khusus

Yang termasuk disini adalah orang awam yang telah

mendapatkan pengetahuan cara cara penanggulangan kasus gawat

darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit atau ambulan

dating,mereka dating polisi,hansip,DLLAJR,search and rescue(SAR)

Kemampuan yang harus dimiliki orang awam kusus adalah paling

sedikit seperti kemampuan orang awam ditambah dengan:

Mengetahuio tanda tanda persalinan

Mengetahui penyakit pefrsalinan

Mengetahui penyakit jantuing

Mengtahui penyakit persyarafan

Mengetahui penyakit anak,dll

3. Pada perawat

Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat

dengan gangguan:

a. sistem pernapasan

Mengatasi obstruksi jualan nafas

Membuka jalan napas

Memberi napas buatan

Melakukan resusitasi jantung paru(RJP)dengan didahului

penilaian ABC

b. sistem sirkulasi

Mengenal aritmia dan infark jantung

Pertolongan pertama pada henti jantung

Melakukan EKG

Mengenal syok dan sumber pertolongan pertama

c. sistem vaskuler

Menghentikan perdarahan

Memasang infus atau transfusi

Merawat infuse

d. Sistem syaraf

Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama

Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala

e. Sistem pencernaan

Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan

tanda perdarahan intraabdomen

Persiapan operasi segera(cito)

Kumbah lambung pada pasien keracunan

f. System perkemihan

Pertolongan pertama pada payah ginjal akut

Pemasangan kateter

g. System integumen atau toksikologi

Pertolongan pertama pada luka bakar

Pertolongan pertama pada gigitan binatang

h. Sytem endokrin

Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia

Pertolongan pertama pasien kritis tiroid

i. System muskuluskeletal

Mengenal patah tulang dan dislokasi

Memasang bidai

Mentransportasikan pasien ke rumah sakit

j. System penginderaan

Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga

Melakukan irigasi matadan telinga

k. Pada anak

Perolongan pertama pada anak dengan kejang

Pertolongan pertama pada anak dengan asma

Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi

C. Transportasi

i. Syarat transportasi penderita

a) Penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:

Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi

Perdarahan harus dihentikan

Luka harus ditutup

Patah tulang apakah memerlukan piksasi

b) Selama transportasi harus dimonitor

Kesadaran

Pernapasan

Tekanan darah dan denyut nadi

Daerah perlukaan

c) Syarat kendaraan

Penderita dapat terlentang

Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat

bergerak.

Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar

Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah

sakit

Identitasw yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari

ambulan lain

d) Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat

obatan dan infuse,balut dan bidai,tandu,Ekg transmitter,incubator(untuk

bayi) dan alat alat persalinan.

e) Syarat personal

Dua orang perawat yang mengemudi

Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat

Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi

f) Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut:

Ambulans transportasi

Ambulans gawat darurat

Ambulans rumah sakit lapangan

Ambulans pelayanan medik bergerak

Kereta jenazah

g) Alat pelindung diri

Keamanan penolong merupakan hal yang sangat

penting,sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai

APD antara lain:

Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan

penyakit

Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam

tubuh manusia

Baju pelindung

Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan tubuh

melalui pakaian

Masker penolong

Mencegah penularan penyakit melalui udara

Masker Resusitasi Jantung Paru

Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

Helm

Siring resiko adanya benturan pada kepala meningkat.Helm

dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan

pertolongan

Kewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan

tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukakan:

Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang

sekitarnya

Dapat menjangkau penderita

Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang

mengancam nyawa

Meminta bantuan atau rujukan

Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat

berdasarkan keadaan korban

Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya

Ikut menjaga kerahasian medis penderita

Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat

Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Kualifikasi pelaku pertolongan pertam,a

Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong

harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

Jujur dan bertanggung jawab

Kematangan emosi

Memiliki sikap profesional

Kemampuan bersosialisasi

Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI .Secara

berkesinambungan mengikuti kursus penmyegaran.

Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisik

Mempunyai rasa bangga.

ii. Cara tyransportasi

Tujuan memindahkan penderita dengan cepat teta[pi selamat

Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati

hati dan menaati peraturan lalu lintas

4. Fase rumah sakit

a.puskesmas

Ada puskesmas yang buka selama24 jam dengan kemampuan

:

Resusitasi

Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun

pembedahan minor

Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang

diagnostik seperti pemeriksaan hb,leukosit dan gula

darah

Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua

sampai tiga perawat dalam satu shift

b.Instalasi gawat darurat(IGD) dan unit gawat Darurat \

Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung

pada:

1).Keadaan penderita waktu tiba di IGD

Tergantung pada mutu penanggulangannya pra rumah

sakit

IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra

rumah sakit

2).Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa

sehingga:

Masyrakat mudah mencapainya

Kegiatan mudah dikontrol

Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada

infeksi silang

Dapat menanggulangi keadaan bencana

3).kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:

a).Alat alat atau obat obatan yang diperlukan untuk

resusitasi

Suction manual atau otomatis

Oksigen

Respirator manual atau otomatis

Laringoskop

Pipa endotrakeal

Pipa nasotrakeal

Gudel

Spuity dan jarum

Cuff set

EKG

Infuse atau transfusi set serta cvairan dan darah

Cairan dextrose 50% ampul

Morfhin-pepthidin-adrenalin

Tandu dapat posisi tredelenburg

Cricothyrotomy dan trakheastomi set

Gunting

Jarum intra cardiac,dan lain lain

b).Alat alat atau obat obatan untuk menstabilisasi

penderita:

WSD set atau jarum fungsi

Bidai segala ukuiran

Sonde lambung

Foley kateter segala ukuran

Venaseksi set

X-ray

Verban untuk luka bakar

c).Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi

Alat alat periksa pengobatan mata

Slip lamp

THT set

Traction kit

Gips

Obstetric genekologi set

Laboratorium urine

Bone set

Pembedahan minor set

Thoracotomy set

Benang benang atau jarum segala ukuran

d)kemampuan dan keterampilan

Golongongan pertama,yang tidak langsung menangani

penderita yaituCS,keamanan,penerangan,kasir

Golongan kedua,yang langsung menangani penderita

yaitu perawat ,dokter dan koasisten :perawat tulang

punggung IGD

5.Fase Rehabilitas

Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan

maupun bencana harus dilakukan rehabilitas secara mental

maupun fisik sehingga mereka dapat kembali berfungsi di

dalam kehidupan masyarakat

6.Penanggulangan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktor

alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan

dampak psikologis.

Dalam penanggulangan bencana ada beberapa

prinsip yang harus disepakati:

Penanggulangan bencana adalah eksalasi

penanggulangan darurat sehari hari.

Penanggulangan bencana tidak akan berhasil kalau

penaggulangan gawat darurat sehari hari.

Bencana dapat terjadi di daerah urban atau daerah

rural.

Bencana dapat terjadi:

Di rumah sakit itu sendiri

Korban bencana dibawa ke UGD/Rsencana

Bencana dalam kota

Bencana di luar kota

Bencana di luar pulau

Bencana nasional

Bencana huru hara/perang

Maka semua rumah sakit harus mempunyai disaster

plan sesuai dengan keadaan diatas.

Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid

Respone dan Rapid Assesment.

Rapid Response

Daerah Urban:

Keamanan ada polri jumlah 110

Rescue ada dinas kebakaran ada 113

Kesehatan ada UGD ada 118

Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah

satu atap,sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat

sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat

sehari hari maupun dalam keadaan bencana.

Daerah Rural :

Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan :

Babinsa ada keamanan / rescue

Hansip ada keamanan / rescue

Puskesmas ada kesehatan

Rapid Assesment

Informasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus

didapat dalam 2-4 jam.

Hanya ketiga unsur tersebut yang dapat melakukan ini dan melapor ke atas

masing-masing.

Dalam penaggulangan bencana kita harus selalu bekerja sama dengan

ABRI karena : UGD 118, Fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan

mempunyai keahlian.

7. Evaluasi/Quality assurance/control.

Memonitor penanggulangan penderita.

Mengevaluasi terus-menerus

Kebutuhan untuk pengembangan

Dampak pada morbiditas dan mortalitas

Yaitu melakukan Quality Management Program.

Untuk itu semua system harus ditunjang pleh program assesment and

improvement baik untuk fase pra RS maupun Fase RS/UGD dan

penanggulangan bencana. Selain itu juga harus dilakukan kriteria audit yang

menjamin kualitas pelayanan medis.

8. Dana

Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari:

Pemerintah

Swasta

Modal Asing.

Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan

dapat diperoleh dari ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia

yang dapat musibah baik trauma maupun nontrauma, sumber dananya yaitu:

Jasa raharja

Pegawai negri

Pegawai swasta

Orang mampu

Askes

Astek

Asuransi komersial

Subsidi PEMDA.

II.PRIMARY SURVEY

Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien, bertujuan untuk

mengidentifikasi secara cepat dan sistematis dan

mengambil tindakan terhadap

setiap permasalahan yang mengancam jiwa.

Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5

menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat

lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa.

Hal tersebut mencakup:

1). Airway

Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan

bebas? Bila ada sumbatan, langkah-langkah yang harus dipertimbangkan

adalah:

Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)

Suction (bila tersedia)

Guedel airway/nasopharyngeal airway

Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi

netral

Airway Dan Cervical Control

Prioritas pertama adalah airway, karena sumbatan airway adalah

penyebab utama kematian dibandingkan dengan breathing dan sirkulasi.

Oleh karena itu jalan nafas harus tetap terjaga dan terbuka, biasanya

obstruksi jalan nafas total yang sering sekali menyebabkan kematian. Head

tilt-chin lift dan jaw trust harus kita lakukan agar jalan nafas tetap terbuka

dalam hal ini look, listen and feel dapat juga kita lakukan. Walaupun look,

listen and feel adalah pemeriksaan pada breathing perlu diingat bahwa

setiap penderita yang dapat berbicara dengan jelas untuk sementara

menjamin bahwa jalan nafasnya tidak ada masalah.

Dengan look,listen,feel kita dapat mengetahui beberapa hal

diantaranya ada sumbatan jalan nafas partial / sumbatan total karena

memang kedua hal inilah yang kita cari dan temukan pada pemeriksaan

jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dapat disebabkan oleh benda asing,

cairan, lidah jatuh ke belakang pada penderita tidak sadar, kelainan

anatomis dan beberapa fraktur di daerah wajah dan trachea, luka bakar

( trauma inhalasi ), dsb.

Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra

servical, karena kemungkinan patahnya tulang servical harus selalu

diperhitungkan.

Adapun kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila :

1. Trauma dengan penurunan kesadaran

2. Adanya luka / trauma tumpul diatas klavikula

3. Multi trauma

4. Biomekanik trauma yang mendukung

Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh

dilakukan ekstensi, fleksi, head tilt-chin lift ataupun rotasi.

Adapun langkah-langkah dalam pemasangan neck collar adalah sbb:

1. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual pada kepala

dan leher

2. Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal

dari dagu ke arah sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan

jari sampai pangkal leher (clavicula)

3. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar, lalu ganti

ukuran pada neck collar

4. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan jangan sampai

posisi leher berubah

5. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar

mengelilingi leher.

6. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro

7. Pastikan collar pada posisi nyaman

8. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan

membebaskan jalan napas akibat lidah jatuh kebelakang adalah sebagai

berikut :

Head Tilt (ektensi kepala)

Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah maka jalan napas

akan berada dalam posisi yang lurus dan terbuka. Tindakan ini tidak

dianjurkan lagi karena besarnya pergerakan yang ditimbulkan pada

servikal.

Chin Lift (angkat dagu)

Mengangkat dagu menggunakan jari dengan maksud lidah

yang menyumbat jalan napas dapat terangkat sehingga jalan napas

terbuka. Jika dilakukan dengan bener cara ini tidaka akan banyak

menimbulkan gerakan pada servikal.

jaw Thrust (mendorong rahang)

Mendorong mandibulan (rahang) korban kea rah depan

dengan maksud ynag sama dengan chin lift. Mandibula diangkat ke

atas oleh jari tengah di sudut rahang (angulus mandibula), dorongan

di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, dan jari telunjuk

sebagai penyeimbang di ramus mandibula.

Orofaringeal Airway ( Guedel)

Alat ini berfungsi untuk menjaga jalan napas agar tetap bebas

dari sumbatan. Oropharygeal Airway dimasukkan ke dalam mulut dan

diletakkan di belakang lidah.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan

membebaskan jalan napas pada sumbatan yang disebabkan oleh cairan

adalah sebagai berikut:

Finger Sweep

Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada penderita yang

tidak sadar. Pada tindakan ini, penolong menggunakan jarinya untuk

membuang benda padat atau cairan yang mengganggu jalan napas.

Telebih dahulu mulut koban dibuka dengan menggunakan maneuver

chin lift atau jaw thrust, atau dapat pula menggunakan finger cross-

menyilangkan telunjuk dan ibu jari untuk membuka mulut korban

untuk mengeluarkan cairan, dapat dibantu dengan menggunakan

bahan yang mudah menyerap cairan. Jangan memasukkan jari

terlampau dalam karena bisa menimbulkan rangsangan muntah.

Suction

Dapat dilakukan dengan kateter suction atau alat suction

khusus seperti yang dipakai di kamar operasi. Untuk cairan (darah,

secret, dsb) dapat dipakai soft tip tetapi unutk materi yang kental

sebaiknya memakai tipe yang rigid. Di lapangan, dapat dibuat suction

sederhana menggunakan spuit 10cc atau lebih besar dan selang

kecil.

Recovery Position

Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari

rongga mulut atau jalan napas. Jika cairan sulit keluar maka dapat

dibantu dengan finger sweap. Tindakan ini tidak dapat dilakukana

pada korban dengan tanda adanya cedera pada leher, tulang

belakang, atau cedera lain yang dapat bertambah parah akibat posisi

ini.

Usaha-usaha unutk membebaskan jalan napas dari obstruksi total

akibat banda asing dapat dilakukan dengan :

Back Blow-Back Slap

Tepukan pada punggung di antara kedua scapula, dengan

maksud memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat

dilaukukan pada semua usia korban.

Pada korban yang masih sadar, tepukan punggung dapat

dilakukan dalam keadaan berdiri. Penolong menompang tubuh korban

di bagian dada mengunakan tangan terkuat, tubuh korban sedikit

dibungkukkan untuk memudahkan benda asing keluar melalui mulut.

Pada korban tidak sadar, tepukan pada korban dapat dilakukan pada

posisi korban miring stabil, dengan syarat tidak adanya cedera leher

dan tulang belakang.

Abdominal Thrust

Tekanan pada perut di gunakan untuk memberikan untuk

memberikan tekanan pada rongga dada. Tekanan dilakukan di daerah

epigastrium (daerah antara pusat dan xipoideus). Pada korban sadar

dapat dilakukan sambil berdiri. Penolong seperti memeluk korban dari

belakang dan melakukan tekanan dengan kedua tangan kearah

belakang atas. Pada korban tidak sadar, tekanan pada perut dapat

dilakukan dengan menaiki tubuh korban. Tekanan diberikan dengan

sudut 45 derajat ke arah belakang atas. Pertolongan ini tidak

dianjurkan untuk dilakukan pada korban anak-anak dibawah usia 8

tahun, bayi, wanita hamil, dan orang gemuk.

Chest Thrust

Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di

daerah 2/3 strenum. Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan

bantuan berat badan penolong-sama dengan pijatan jantung luar.

Sedangkan pada bayi, tekanan cukup dilakukan dengan dua jari.

Semua usaha pembebasan jalan napas pada penderita

tersedak dilakukan sebanyak 5 kali, setelah itu lakukan evaluasi

terhadap jalan napas, jikatidak ada pebaikan, maka usaha tersebut

dapat diulangi.

Krikotiroidotomi

Tindakan pembebasan jalan napas harus senantiasa

dievaluasi. Dan dilakukan dengan cepat. Jika semua tindakan tersebut

tidak berhasil, maka dapat tindakan yang dilakukan dalah membuat

jalan napas pintas pada leher. Dengan jalan membuat jalur ventilasi

baru di daerah tenggorokan, diantaratulang krikoid dan tirod.

Tindakan ini dikenal dengan Krikotiroidotomi.

Jika usaha-usaha penanganan jalan napas telah dilakukan dan

jalan napas dinyatakan bebas, kembali lakukan penilaian (re-

evaluasi), jika ditemukan hembusan napas maka pertahankan jalan

napas. Jika tidak ada hembusan napas maka segera periksa

pernapasan (breathing).

2). Breathing

Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya

pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang

perlu dipertimbangkan adalah:

Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax

Penutupan trauma dada terbuka

Ventilasi artificial

Berikan oksigen bila tersedia

3). Circulation

Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan

adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-

langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:

Hentikan perdarahan eksternal

Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan

Berikan cairan bila tersedia

4). Disability

Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon

suara terhadap rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar). Tidak ada waktu

untuk melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU

pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:

Awake (A)

Verbal response (V)

Painful response (P)

Unresponsive (U)

5). Exposure

Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan

mengalami trauma leher maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat

penting

III.SURVEI SEKUNDER(SECONDARY SURVEY )

A.Pengertian

Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat

dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala

sampai kaki (head to toe)

Survei sekunder dilakukan hanya setelah survey primer telah selesai,

resusitasi dilakukan dan penderita stabil.

Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki ( HEAD TO TOE

EXAMINATION ) secara sistemik termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, serta

periksa tiap lubang tubuh (finger in orifice) serta tanda BTLS:

Bentuk

Tumor

Luka

Sakit

Pemeriksaan kepala meliputi tidak ada depresi tulang tengkorak, fraktur

terbuka tulang tengkorak, otorrhea, atau rhinorrhea (CSF keluar dari telinga

atau hidung). Membran timpani harus dievaluasi untuk mengetahui

perdarahan.

Mata harus diinspeksi untuk hematom periorbital (racoons eyes), dan

area mastoid harus diinspeksi untuk melihat adanya ekimosis (battles sign),

ini semua mengindikasikan adanya fraktur tulang basis crania.

Pada penderita yang tidak sadar atau gawat, kemungkinan untuk luput

dalam mendiagnosis cukup besar, dan merupakan pertolongan yang besar

bagi dokter yang bertugas di rumah sakit apabila dilaporkan kelainan yang

ditemukan pada survei sekunder. Sekali lagi ditekankan bahwa survei

sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil.

a) Anamnesis

Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis,

Apabila anamnesis tidak bisa dilakukan pada penderita maka anamnesis

bisa didapatkan melalui petugas lapangan atau keluarga.

Tidak lupa ditanyakan riwayat :

KOMPAK :

K = keluhan

O = Obat

M = Makanan

P = Penyakit

A = Alergi

K = Kejadian

SAMPLE :

S = Sign and symptom

A = Alergi

M = Medikasi ( obat yang diminum saat ini )

P = Past illness (penyakit penyerta ) / Pregnancy

L = Last meal

E =Even / environment ( lingkungan ) yang berhubungan dengan

kejadian.

Pemeriksaan fisik :

(1). Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh:

Posisi saat ditemukan

Tingkat kesadaran

Sikap umum, keluhan

Trauma, kelainan

Keadaan kulit

(2). Periksa kepala dan leher

Rambut dan kulit kepala

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan

Telinga

Perlukaan, darah, cairan

Mata

Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi

kelopak mata, adanya benda asing, pergerakan abnormal

Hidung

Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi

akibat trauma

Mulut

Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka

mulut/ tidak

Bibir

Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering

Rahang

Perlukaan, stabilitas, krepitasi

Kulit

Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna

Leher

Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma,

stabilitas tulang leher

Periksa dada

Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga,

nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara

ketuk/perkusi, suara nafas

Periksa perut

Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi

Periksa tulang belakang

Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

Periksa pelvis/genetalia

Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia

Periksa ekstremitas atas dan bawah

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa,

bengkak, denyut nadi, warna luka

b) Laboratorium

Pada fase Rumah Sakit.

Pemeriksaan laboratorium termasuk level creatine kinase, elektrolit, dan

serum serta pemeriksaan urine.

B.Tujuan

Untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat

ditangani lebih lanjut

C.Peralatan

Stetoskop, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan/senter, gunting,

thermometer, catatan, alat tulis

Prosedur :

Anamnesis :

Riwayat AMPE yang harus diingat yaitu :

A : Alergi

M : Medikasi (obat yang diminum sebelumnya)

P : Past illness (penyakit sebelumnya)/Pregnancy (hamil)

E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan)

Pemeriksaan fisik :

1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh

a. Posisi saat ditemukan

b. Tingkat kesadaran

c. Sikap umum, keluhan

d. Trauma, kelainan

e. Keadaan kulit

2. Periksa kepala dan leher

a. Rambut dan kulit kepala

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan

b. Telinga

Perlukaan, darah, cairan

c. Mata

Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya

benda asing, pergerakan abnormal

d. Hidung

Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma

e. Mulut

Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak

f. Bibir

Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering

g. Rahang

Perlukaan, stabilitas, krepitasi

h. Kulit

Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna

i. Leher

Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang

leher

3. Periksa dada

Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan,

perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas

4. Periksa perut

Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi

5. Periksa tulang belakang

Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

6. Periksa pelvis/genetalia

Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia

7. Periksa ekstremitas atas dan bawah

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi,

warna luka

Perhatian !

1. Perhatikan tanda-tanda vital (sesuai dengan survei primer)

2. Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan

adakah : D-E-C-A-P-B-L-S

D : Deformitas

E : Ekskoriasi

C : Contusio

A : Abrasi

P : Penetrasi

B : Bullae/Burn

L : Laserasi

S : Swelling/Sembab

3. Pada dugaan patah tulang selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : P-I-C

P : Pain

I : Instabilitas

C : Crepitasi

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja,INK.2009.Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Secara Terpadu.Depkes

RIRSUP Sanglah(ed)Pelatih Basic Trama Life supports.Sanglah.Denpasar

Bali

Tabran H.Prof,Dr.1998 .Agenda Gawat Darurat.Bandung:Alumni

John A.baswik.Ir.Md.1988.Perawatan Gawat Darurat.Jakarta:ALUMNI

http://dokter-medis.blogspot.com/2009ECARA /06/survei-sekunder-secondary-survey.html

http://dr.irman.blogspot.com/2009/10/gawat darurat-primary survey.html

http://henaz.com/2010/02/primary survey.html

http://www.iqbaldctr2002.co.cc/2009/11/pendahuluan-penanganan-trauma

umumnya.html

http://saiful saanin.com/2010/03/sistem-penanggulangan-gawat darurat-terpadu.html