Upload
areza-eka-permana
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TRIAGE
Citation preview
ONSEP KOMPONEN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT
TERPADU (SPGDT ),SURVEY PRIMER DAN SURVEY SEKUNDER
I.SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
A.Pengertian
Suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban yang mengalami
kegawatan dengan melibatkan semua unsur
B .Tujuan
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi
setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup
suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang
perlu dikembangkan meliputi:
1. Penanggulangan ditempat kejadian.
2. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.
3. Penyediaan sarana komunikasi.
4. Rujukan ilmu, pasien dan tenaga ahli.r
5. Upaya PPGD di tempat rujukan (UGD dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita
C.Komponen
SPGDT memiliki beberapa komponen/fase:
1.komponen/fase Deteksi
2.Komponen /fase Supresi
3.Komponen /fase Pra Rumah Sakit
4.Komponen/fase Rumah Sakit
5.Komponen /fase Rehabilitas
6.Komponen Penanggulangan Bencana
7.Komponen Evaluasi/Quality Control
8.Komponen Dana
1.fase Deteksi
Pada fase ini dapat dideteksi:
Dimana sering terjadi kecelakaan Lalu Lintas
Buruknya kualitas helm sepeda motor yang dipakai
Jaraknya orang memakai swafety belt
Daeraah bekerja di pabrik yang berbahaya
Tempat olahraga /main anak sekolah yang tidak memenuhi syarat
Didaerapat th mana yang sering terjadi tidak criminal
Gedung umum rawan terjadi rubuh/kontruksi tidak sesuai dengan kondisi
tanah
Daerah rawan terjadi gempa
2.fase Supresi
Jika kita dapat mendeteksi apa yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
diamana dapart terjadi bencana/korban masal maka kita dapat melakukan supresi.
Perbaikan kontruksi jalan(engineering)
Pengetatan peraturan lalu lintas (enforcement)
Perbaikan kualitas helm
Pengetatan undang undang lalu lintas
pengetatan peraturan keselamatan kerja
peningkatan patroli keamanan
membuat disaster mapping
dll
3. Fase Pra RS
Pada fase ini keberhasilan penanggulangan ngawat darurat tergantung pada
beberapa komponen :
A. Komunikasi
1) Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:
Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (contoh:118,pro
Pusat emergency,dll)
Pusat komunikasi ke rumah sakit
Pusat komunikasi polisi(110)
Pusat komunikasi pemadam kebakaran(contih:113)
2) Untuk komunikasi fasilitas pager,radio,telepon,telepon genggam
3) Tugas pusat komunikasi adalah:
Menerima permintaan penolong
Mengirim ambulan terdekat
Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawal darurat
Monitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat
darurat dan icu
4) Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari:
Komunikasi kesehatan
System komunikasi ini digunakan untuk menunjuang
pelayanan kesehatan dibidang administrative .
Komunikasi medis
System komunikasi ini digunakan untuk menunjang
pelayanan kesehatan dibidang teknis medis.
a) Tujuan
Untuk mempermudah dan mempercepat
menyampaian dan penerimaan informasi data
menanggulangi penderita gawat darurat.
b) Fungsi komunikasi medis dalam penanggulangan
penderita gawat darurat adlah:
Untuk memudahkan masyarakat dalam meminta
pertolongan kesararana kesehatan
Untuk mengatur dan membimbing pertolongan
medis yang diberikan ditempat kejadian dan
selama perjalanan kesarana kesehatan yang
lebih memadai
Untuk mengatur dan memonitor rujukan
penderita gawat darurat dan puskesmas ke
rumah sakit atau antar rumah sakit
Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban
bencana
5) Jenis komunikasi
Tekhnologi komunikasi di indonesia telah berkembang pesat dan
semakin modern ,namun demikian sarana komunikasi medis belum
sepenuhnya menjangkau dan dikembangkan diseluruh pelosok tanah air.Oleh
karena itu,jenis komunikasi dalam penanganggulangan penderita gawat darurat
dapat berupa:
Komunikasi tyradisional
Kentongan
Beduk
Trompet
Kurir/mulut ke mulut
Komunikasi moder
Telepon/telepon genggam
Radio komunikasi
Teleks/telegram
Facsimile
Computer
Telemetri(EKG data Tranmision).
6) Sarana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah:
1. Sentral komunikasi(pusat komunikasi)
Fungsi pusat komunikasi
Mengkoordinir penanggulangan penderita gawat
darurat mulai dari temapat kejadian sampai ke sarana
kesehatan yang sesuai (RS) yaitu dengan:
a. Menerima dan menganaliasa permintaan
pertolongan
b. Mengatur ambulans terdekat ketempat kejadian
c. Menghubungi ke ruimah sakit terdekat untuk
mengetahui fasilitas yangh tersedia (tempat tidur
kosong)pada saat itu yang dapat diberikan untuk
penderita gawat darurat
d. Mengatur /memonitor rujukan penderita gawat
darurat
Menjadi pusat komando dan mengkoordinasi
penaggulangan medis korban bencana
Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari
kota lain ,instansi lain dan kalau perlu dengan Negara
lain
Dapat diambil alih oleh perawat keamanan(ABRI) bila
Negara berada dalam keadaan darurat(perang)
2. Syarat syarat sentral komunikasi
a. Harus mempunyai nomor telepon khusus (sebaiknya
3 digit)
b. Mudah dihubungin dan memberikan pelayanan 24
jam sehari
c. Dilayani oleh tenaga medis atau para medis
perawatan yang terampil dan berpengalaman
3. Syarat alat sentral komunikasi
Telepon
Radio komunikasi
teleks /facsimile
Komputer bila diperlukan
Tenaga yang terampil dan komunikastif
Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.
7) jaringan komunikasi
Agar rahasia medis setiap penderita tetap terjamin ,maka tenaga
untuk keperluan komunikasi sebaiknya adalah tenaga medis atau
para medis perawatan yang telah dididik dalam bidang
penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikasi.
B. Pendidikan
1. Pada orang awam
Pada orang awam adalah orang pertama yang menemukan
korban atau pasien yang mendapat musibah atau trauma .Mereka
adalah anggota pramuka,PMR,guru,ibi rumah
tangga,pengemudi,hansip,dan petugas hotel atau restoran.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah:
Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui
telepon ke 118
Mengetahui cara resusitasi jantung paru
Mengetahui cara menghentikan perdarahan
Mengetahui cara memasang pembalut atau bidai
Mengetahui cara transportasi yang baik.
2. Pada orang awamk khusus
Yang termasuk disini adalah orang awam yang telah
mendapatkan pengetahuan cara cara penanggulangan kasus gawat
darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit atau ambulan
dating,mereka dating polisi,hansip,DLLAJR,search and rescue(SAR)
Kemampuan yang harus dimiliki orang awam kusus adalah paling
sedikit seperti kemampuan orang awam ditambah dengan:
Mengetahuio tanda tanda persalinan
Mengetahui penyakit pefrsalinan
Mengetahui penyakit jantuing
Mengtahui penyakit persyarafan
Mengetahui penyakit anak,dll
3. Pada perawat
Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat
dengan gangguan:
a. sistem pernapasan
Mengatasi obstruksi jualan nafas
Membuka jalan napas
Memberi napas buatan
Melakukan resusitasi jantung paru(RJP)dengan didahului
penilaian ABC
b. sistem sirkulasi
Mengenal aritmia dan infark jantung
Pertolongan pertama pada henti jantung
Melakukan EKG
Mengenal syok dan sumber pertolongan pertama
c. sistem vaskuler
Menghentikan perdarahan
Memasang infus atau transfusi
Merawat infuse
d. Sistem syaraf
Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama
Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
e. Sistem pencernaan
Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan
tanda perdarahan intraabdomen
Persiapan operasi segera(cito)
Kumbah lambung pada pasien keracunan
f. System perkemihan
Pertolongan pertama pada payah ginjal akut
Pemasangan kateter
g. System integumen atau toksikologi
Pertolongan pertama pada luka bakar
Pertolongan pertama pada gigitan binatang
h. Sytem endokrin
Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia
Pertolongan pertama pasien kritis tiroid
i. System muskuluskeletal
Mengenal patah tulang dan dislokasi
Memasang bidai
Mentransportasikan pasien ke rumah sakit
j. System penginderaan
Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga
Melakukan irigasi matadan telinga
k. Pada anak
Perolongan pertama pada anak dengan kejang
Pertolongan pertama pada anak dengan asma
Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi
C. Transportasi
i. Syarat transportasi penderita
a) Penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:
Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
Perdarahan harus dihentikan
Luka harus ditutup
Patah tulang apakah memerlukan piksasi
b) Selama transportasi harus dimonitor
Kesadaran
Pernapasan
Tekanan darah dan denyut nadi
Daerah perlukaan
c) Syarat kendaraan
Penderita dapat terlentang
Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat
bergerak.
Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar
Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah
sakit
Identitasw yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari
ambulan lain
d) Syarat alat yang harus ada adalah resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat
obatan dan infuse,balut dan bidai,tandu,Ekg transmitter,incubator(untuk
bayi) dan alat alat persalinan.
e) Syarat personal
Dua orang perawat yang mengemudi
Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat
Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi
f) Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut:
Ambulans transportasi
Ambulans gawat darurat
Ambulans rumah sakit lapangan
Ambulans pelayanan medik bergerak
Kereta jenazah
g) Alat pelindung diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat
penting,sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai
APD antara lain:
Sarung tangan lateks
Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan
penyakit
Kaca mata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam
tubuh manusia
Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan tubuh
melalui pakaian
Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara
Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas
Helm
Siring resiko adanya benturan pada kepala meningkat.Helm
dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan
pertolongan
Kewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan
tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukakan:
Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang
sekitarnya
Dapat menjangkau penderita
Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang
mengancam nyawa
Meminta bantuan atau rujukan
Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat
berdasarkan keadaan korban
Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya
Ikut menjaga kerahasian medis penderita
Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Kualifikasi pelaku pertolongan pertam,a
Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong
harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:
Jujur dan bertanggung jawab
Kematangan emosi
Memiliki sikap profesional
Kemampuan bersosialisasi
Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI .Secara
berkesinambungan mengikuti kursus penmyegaran.
Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisik
Mempunyai rasa bangga.
ii. Cara tyransportasi
Tujuan memindahkan penderita dengan cepat teta[pi selamat
Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati
hati dan menaati peraturan lalu lintas
4. Fase rumah sakit
a.puskesmas
Ada puskesmas yang buka selama24 jam dengan kemampuan
:
Resusitasi
Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun
pembedahan minor
Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang
diagnostik seperti pemeriksaan hb,leukosit dan gula
darah
Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua
sampai tiga perawat dalam satu shift
b.Instalasi gawat darurat(IGD) dan unit gawat Darurat \
Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung
pada:
1).Keadaan penderita waktu tiba di IGD
Tergantung pada mutu penanggulangannya pra rumah
sakit
IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra
rumah sakit
2).Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa
sehingga:
Masyrakat mudah mencapainya
Kegiatan mudah dikontrol
Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada
infeksi silang
Dapat menanggulangi keadaan bencana
3).kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:
a).Alat alat atau obat obatan yang diperlukan untuk
resusitasi
Suction manual atau otomatis
Oksigen
Respirator manual atau otomatis
Laringoskop
Pipa endotrakeal
Pipa nasotrakeal
Gudel
Spuity dan jarum
Cuff set
EKG
Infuse atau transfusi set serta cvairan dan darah
Cairan dextrose 50% ampul
Morfhin-pepthidin-adrenalin
Tandu dapat posisi tredelenburg
Cricothyrotomy dan trakheastomi set
Gunting
Jarum intra cardiac,dan lain lain
b).Alat alat atau obat obatan untuk menstabilisasi
penderita:
WSD set atau jarum fungsi
Bidai segala ukuiran
Sonde lambung
Foley kateter segala ukuran
Venaseksi set
X-ray
Verban untuk luka bakar
c).Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi
Alat alat periksa pengobatan mata
Slip lamp
THT set
Traction kit
Gips
Obstetric genekologi set
Laboratorium urine
Bone set
Pembedahan minor set
Thoracotomy set
Benang benang atau jarum segala ukuran
d)kemampuan dan keterampilan
Golongongan pertama,yang tidak langsung menangani
penderita yaituCS,keamanan,penerangan,kasir
Golongan kedua,yang langsung menangani penderita
yaitu perawat ,dokter dan koasisten :perawat tulang
punggung IGD
5.Fase Rehabilitas
Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan
maupun bencana harus dilakukan rehabilitas secara mental
maupun fisik sehingga mereka dapat kembali berfungsi di
dalam kehidupan masyarakat
6.Penanggulangan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan
dampak psikologis.
Dalam penanggulangan bencana ada beberapa
prinsip yang harus disepakati:
Penanggulangan bencana adalah eksalasi
penanggulangan darurat sehari hari.
Penanggulangan bencana tidak akan berhasil kalau
penaggulangan gawat darurat sehari hari.
Bencana dapat terjadi di daerah urban atau daerah
rural.
Bencana dapat terjadi:
Di rumah sakit itu sendiri
Korban bencana dibawa ke UGD/Rsencana
Bencana dalam kota
Bencana di luar kota
Bencana di luar pulau
Bencana nasional
Bencana huru hara/perang
Maka semua rumah sakit harus mempunyai disaster
plan sesuai dengan keadaan diatas.
Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid
Respone dan Rapid Assesment.
Rapid Response
Daerah Urban:
Keamanan ada polri jumlah 110
Rescue ada dinas kebakaran ada 113
Kesehatan ada UGD ada 118
Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah
satu atap,sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat
sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat
sehari hari maupun dalam keadaan bencana.
Daerah Rural :
Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan :
Babinsa ada keamanan / rescue
Hansip ada keamanan / rescue
Puskesmas ada kesehatan
Rapid Assesment
Informasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus
didapat dalam 2-4 jam.
Hanya ketiga unsur tersebut yang dapat melakukan ini dan melapor ke atas
masing-masing.
Dalam penaggulangan bencana kita harus selalu bekerja sama dengan
ABRI karena : UGD 118, Fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan
mempunyai keahlian.
7. Evaluasi/Quality assurance/control.
Memonitor penanggulangan penderita.
Mengevaluasi terus-menerus
Kebutuhan untuk pengembangan
Dampak pada morbiditas dan mortalitas
Yaitu melakukan Quality Management Program.
Untuk itu semua system harus ditunjang pleh program assesment and
improvement baik untuk fase pra RS maupun Fase RS/UGD dan
penanggulangan bencana. Selain itu juga harus dilakukan kriteria audit yang
menjamin kualitas pelayanan medis.
8. Dana
Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari:
Pemerintah
Swasta
Modal Asing.
Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan
dapat diperoleh dari ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia
yang dapat musibah baik trauma maupun nontrauma, sumber dananya yaitu:
Jasa raharja
Pegawai negri
Pegawai swasta
Orang mampu
Askes
Astek
Asuransi komersial
Subsidi PEMDA.
II.PRIMARY SURVEY
Primary survey adalah penilaian awal terhadap pasien, bertujuan untuk
mengidentifikasi secara cepat dan sistematis dan
mengambil tindakan terhadap
setiap permasalahan yang mengancam jiwa.
Primary survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 2-5
menit. Penanganan yang simultan terhadap trauma dapat terjadi bila terdapat
lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa.
Hal tersebut mencakup:
1). Airway
Nilai jalan napas. Dapatkah pasien berbicara dan bernapas dengan
bebas? Bila ada sumbatan, langkah-langkah yang harus dipertimbangkan
adalah:
Chin lift/jaw thrust (lidah melekat pada rahang)
Suction (bila tersedia)
Guedel airway/nasopharyngeal airway
Intubasi. Pertahankan posisi leher dalam keadaan immobile pada posisi
netral
Airway Dan Cervical Control
Prioritas pertama adalah airway, karena sumbatan airway adalah
penyebab utama kematian dibandingkan dengan breathing dan sirkulasi.
Oleh karena itu jalan nafas harus tetap terjaga dan terbuka, biasanya
obstruksi jalan nafas total yang sering sekali menyebabkan kematian. Head
tilt-chin lift dan jaw trust harus kita lakukan agar jalan nafas tetap terbuka
dalam hal ini look, listen and feel dapat juga kita lakukan. Walaupun look,
listen and feel adalah pemeriksaan pada breathing perlu diingat bahwa
setiap penderita yang dapat berbicara dengan jelas untuk sementara
menjamin bahwa jalan nafasnya tidak ada masalah.
Dengan look,listen,feel kita dapat mengetahui beberapa hal
diantaranya ada sumbatan jalan nafas partial / sumbatan total karena
memang kedua hal inilah yang kita cari dan temukan pada pemeriksaan
jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dapat disebabkan oleh benda asing,
cairan, lidah jatuh ke belakang pada penderita tidak sadar, kelainan
anatomis dan beberapa fraktur di daerah wajah dan trachea, luka bakar
( trauma inhalasi ), dsb.
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra
servical, karena kemungkinan patahnya tulang servical harus selalu
diperhitungkan.
Adapun kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila :
1. Trauma dengan penurunan kesadaran
2. Adanya luka / trauma tumpul diatas klavikula
3. Multi trauma
4. Biomekanik trauma yang mendukung
Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi, head tilt-chin lift ataupun rotasi.
Adapun langkah-langkah dalam pemasangan neck collar adalah sbb:
1. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual pada kepala
dan leher
2. Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal
dari dagu ke arah sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan
jari sampai pangkal leher (clavicula)
3. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar, lalu ganti
ukuran pada neck collar
4. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan jangan sampai
posisi leher berubah
5. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar
mengelilingi leher.
6. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro
7. Pastikan collar pada posisi nyaman
8. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan
membebaskan jalan napas akibat lidah jatuh kebelakang adalah sebagai
berikut :
Head Tilt (ektensi kepala)
Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah maka jalan napas
akan berada dalam posisi yang lurus dan terbuka. Tindakan ini tidak
dianjurkan lagi karena besarnya pergerakan yang ditimbulkan pada
servikal.
Chin Lift (angkat dagu)
Mengangkat dagu menggunakan jari dengan maksud lidah
yang menyumbat jalan napas dapat terangkat sehingga jalan napas
terbuka. Jika dilakukan dengan bener cara ini tidaka akan banyak
menimbulkan gerakan pada servikal.
jaw Thrust (mendorong rahang)
Mendorong mandibulan (rahang) korban kea rah depan
dengan maksud ynag sama dengan chin lift. Mandibula diangkat ke
atas oleh jari tengah di sudut rahang (angulus mandibula), dorongan
di dagu dilakukan dengan menggunakan ibu jari, dan jari telunjuk
sebagai penyeimbang di ramus mandibula.
Orofaringeal Airway ( Guedel)
Alat ini berfungsi untuk menjaga jalan napas agar tetap bebas
dari sumbatan. Oropharygeal Airway dimasukkan ke dalam mulut dan
diletakkan di belakang lidah.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan
membebaskan jalan napas pada sumbatan yang disebabkan oleh cairan
adalah sebagai berikut:
Finger Sweep
Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada penderita yang
tidak sadar. Pada tindakan ini, penolong menggunakan jarinya untuk
membuang benda padat atau cairan yang mengganggu jalan napas.
Telebih dahulu mulut koban dibuka dengan menggunakan maneuver
chin lift atau jaw thrust, atau dapat pula menggunakan finger cross-
menyilangkan telunjuk dan ibu jari untuk membuka mulut korban
untuk mengeluarkan cairan, dapat dibantu dengan menggunakan
bahan yang mudah menyerap cairan. Jangan memasukkan jari
terlampau dalam karena bisa menimbulkan rangsangan muntah.
Suction
Dapat dilakukan dengan kateter suction atau alat suction
khusus seperti yang dipakai di kamar operasi. Untuk cairan (darah,
secret, dsb) dapat dipakai soft tip tetapi unutk materi yang kental
sebaiknya memakai tipe yang rigid. Di lapangan, dapat dibuat suction
sederhana menggunakan spuit 10cc atau lebih besar dan selang
kecil.
Recovery Position
Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari
rongga mulut atau jalan napas. Jika cairan sulit keluar maka dapat
dibantu dengan finger sweap. Tindakan ini tidak dapat dilakukana
pada korban dengan tanda adanya cedera pada leher, tulang
belakang, atau cedera lain yang dapat bertambah parah akibat posisi
ini.
Usaha-usaha unutk membebaskan jalan napas dari obstruksi total
akibat banda asing dapat dilakukan dengan :
Back Blow-Back Slap
Tepukan pada punggung di antara kedua scapula, dengan
maksud memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat
dilaukukan pada semua usia korban.
Pada korban yang masih sadar, tepukan punggung dapat
dilakukan dalam keadaan berdiri. Penolong menompang tubuh korban
di bagian dada mengunakan tangan terkuat, tubuh korban sedikit
dibungkukkan untuk memudahkan benda asing keluar melalui mulut.
Pada korban tidak sadar, tepukan pada korban dapat dilakukan pada
posisi korban miring stabil, dengan syarat tidak adanya cedera leher
dan tulang belakang.
Abdominal Thrust
Tekanan pada perut di gunakan untuk memberikan untuk
memberikan tekanan pada rongga dada. Tekanan dilakukan di daerah
epigastrium (daerah antara pusat dan xipoideus). Pada korban sadar
dapat dilakukan sambil berdiri. Penolong seperti memeluk korban dari
belakang dan melakukan tekanan dengan kedua tangan kearah
belakang atas. Pada korban tidak sadar, tekanan pada perut dapat
dilakukan dengan menaiki tubuh korban. Tekanan diberikan dengan
sudut 45 derajat ke arah belakang atas. Pertolongan ini tidak
dianjurkan untuk dilakukan pada korban anak-anak dibawah usia 8
tahun, bayi, wanita hamil, dan orang gemuk.
Chest Thrust
Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di
daerah 2/3 strenum. Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan
bantuan berat badan penolong-sama dengan pijatan jantung luar.
Sedangkan pada bayi, tekanan cukup dilakukan dengan dua jari.
Semua usaha pembebasan jalan napas pada penderita
tersedak dilakukan sebanyak 5 kali, setelah itu lakukan evaluasi
terhadap jalan napas, jikatidak ada pebaikan, maka usaha tersebut
dapat diulangi.
Krikotiroidotomi
Tindakan pembebasan jalan napas harus senantiasa
dievaluasi. Dan dilakukan dengan cepat. Jika semua tindakan tersebut
tidak berhasil, maka dapat tindakan yang dilakukan dalah membuat
jalan napas pintas pada leher. Dengan jalan membuat jalur ventilasi
baru di daerah tenggorokan, diantaratulang krikoid dan tirod.
Tindakan ini dikenal dengan Krikotiroidotomi.
Jika usaha-usaha penanganan jalan napas telah dilakukan dan
jalan napas dinyatakan bebas, kembali lakukan penilaian (re-
evaluasi), jika ditemukan hembusan napas maka pertahankan jalan
napas. Jika tidak ada hembusan napas maka segera periksa
pernapasan (breathing).
2). Breathing
Breathing dinilai sebagai bebasnya airway dan adekuatnya
pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-langkah yang
perlu dipertimbangkan adalah:
Dekompresi dan drainase dari tension pneumothorax/haemotrhorax
Penutupan trauma dada terbuka
Ventilasi artificial
Berikan oksigen bila tersedia
3). Circulation
Nilai sirkulasi, sebagai supplai oksigen dan bebasnya airway, dan
adekuatnya pernapasan diperiksa kembali. Bila tidak adekuat, langkah-
langkah yang perlu dipertimbangkan adalah:
Hentikan perdarahan eksternal
Pasang 2 IV line berkaliber besar (14 atau 16 G) bila memungkinkan
Berikan cairan bila tersedia
4). Disability
Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon
suara terhadap rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar). Tidak ada waktu
untuk melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale, maka sistem AVPU
pada keadaan ini lebih jelas dan cepat:
Awake (A)
Verbal response (V)
Painful response (P)
Unresponsive (U)
5). Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka. Bila pasien disangkakan
mengalami trauma leher maupun spinal, immobilisasi dalam suatu garis lurus sangat
penting
III.SURVEI SEKUNDER(SECONDARY SURVEY )
A.Pengertian
Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat
dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala
sampai kaki (head to toe)
Survei sekunder dilakukan hanya setelah survey primer telah selesai,
resusitasi dilakukan dan penderita stabil.
Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki ( HEAD TO TOE
EXAMINATION ) secara sistemik termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, serta
periksa tiap lubang tubuh (finger in orifice) serta tanda BTLS:
Bentuk
Tumor
Luka
Sakit
Pemeriksaan kepala meliputi tidak ada depresi tulang tengkorak, fraktur
terbuka tulang tengkorak, otorrhea, atau rhinorrhea (CSF keluar dari telinga
atau hidung). Membran timpani harus dievaluasi untuk mengetahui
perdarahan.
Mata harus diinspeksi untuk hematom periorbital (racoons eyes), dan
area mastoid harus diinspeksi untuk melihat adanya ekimosis (battles sign),
ini semua mengindikasikan adanya fraktur tulang basis crania.
Pada penderita yang tidak sadar atau gawat, kemungkinan untuk luput
dalam mendiagnosis cukup besar, dan merupakan pertolongan yang besar
bagi dokter yang bertugas di rumah sakit apabila dilaporkan kelainan yang
ditemukan pada survei sekunder. Sekali lagi ditekankan bahwa survei
sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil.
a) Anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis,
Apabila anamnesis tidak bisa dilakukan pada penderita maka anamnesis
bisa didapatkan melalui petugas lapangan atau keluarga.
Tidak lupa ditanyakan riwayat :
KOMPAK :
K = keluhan
O = Obat
M = Makanan
P = Penyakit
A = Alergi
K = Kejadian
SAMPLE :
S = Sign and symptom
A = Alergi
M = Medikasi ( obat yang diminum saat ini )
P = Past illness (penyakit penyerta ) / Pregnancy
L = Last meal
E =Even / environment ( lingkungan ) yang berhubungan dengan
kejadian.
Pemeriksaan fisik :
(1). Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh:
Posisi saat ditemukan
Tingkat kesadaran
Sikap umum, keluhan
Trauma, kelainan
Keadaan kulit
(2). Periksa kepala dan leher
Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
Telinga
Perlukaan, darah, cairan
Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi
kelopak mata, adanya benda asing, pergerakan abnormal
Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi
akibat trauma
Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka
mulut/ tidak
Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna
Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma,
stabilitas tulang leher
Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga,
nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara
ketuk/perkusi, suara nafas
Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
Periksa pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
Periksa ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa,
bengkak, denyut nadi, warna luka
b) Laboratorium
Pada fase Rumah Sakit.
Pemeriksaan laboratorium termasuk level creatine kinase, elektrolit, dan
serum serta pemeriksaan urine.
B.Tujuan
Untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat
ditangani lebih lanjut
C.Peralatan
Stetoskop, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan/senter, gunting,
thermometer, catatan, alat tulis
Prosedur :
Anamnesis :
Riwayat AMPE yang harus diingat yaitu :
A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum sebelumnya)
P : Past illness (penyakit sebelumnya)/Pregnancy (hamil)
E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan)
Pemeriksaan fisik :
1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
a. Posisi saat ditemukan
b. Tingkat kesadaran
c. Sikap umum, keluhan
d. Trauma, kelainan
e. Keadaan kulit
2. Periksa kepala dan leher
a. Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
b. Telinga
Perlukaan, darah, cairan
c. Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya
benda asing, pergerakan abnormal
d. Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma
e. Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidak
f. Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
g. Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
h. Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna
i. Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang
leher
3. Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan,
perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas
4. Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
5. Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
6. Periksa pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
7. Periksa ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut nadi,
warna luka
Perhatian !
1. Perhatikan tanda-tanda vital (sesuai dengan survei primer)
2. Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan
adakah : D-E-C-A-P-B-L-S
D : Deformitas
E : Ekskoriasi
C : Contusio
A : Abrasi
P : Penetrasi
B : Bullae/Burn
L : Laserasi
S : Swelling/Sembab
3. Pada dugaan patah tulang selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : P-I-C
P : Pain
I : Instabilitas
C : Crepitasi
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja,INK.2009.Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Secara Terpadu.Depkes
RIRSUP Sanglah(ed)Pelatih Basic Trama Life supports.Sanglah.Denpasar
Bali
Tabran H.Prof,Dr.1998 .Agenda Gawat Darurat.Bandung:Alumni
John A.baswik.Ir.Md.1988.Perawatan Gawat Darurat.Jakarta:ALUMNI
http://dokter-medis.blogspot.com/2009ECARA /06/survei-sekunder-secondary-survey.html
http://dr.irman.blogspot.com/2009/10/gawat darurat-primary survey.html
http://henaz.com/2010/02/primary survey.html
http://www.iqbaldctr2002.co.cc/2009/11/pendahuluan-penanganan-trauma
umumnya.html
http://saiful saanin.com/2010/03/sistem-penanggulangan-gawat darurat-terpadu.html