4

Click here to load reader

Osteoporosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

osteoporosis

Citation preview

Page 1: Osteoporosis

KENALI OSTEOPOROSIS SEJAK DINI

Keberhasilan suatu Bangsa di dalam pembangunan dapat tercermin dari peningkatan

taraf hidup dan usia harapan hidup masyarakatnya. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat

Statistik (BPS), di Indonesia telah terjadi peningkatan usia harapan hidup. Pada Tahun 2000

Usia Harapan Hidup di Indonesia adalah 64,5 tahun dengan persentase populasi lansia adalah

7,18%, angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada Tahun 2010 dengan persentase

populasi lansia adalah 7,56%. Pada Tahun 2011 angka tersebut kembali meningkat menjadi

69,65 tahun dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%.

Namun kita tidak boleh terlena dengan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia

dari segi kuantitas, karena kita harus tetap memperhatikan apakah peningkatan usia harapan

hidup tersebut berbanding lurus dengan kualitas hidup dari masyarakat tersebut. Kualitas

hidup sangat penting untuk menjadi perhatian, karena peningkatan usia harapan hidup dapat

meningkatkan juga jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Salah satu penyakit

degeneratif yang timbul adalah osteoporosis.

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo memiliki arti tulang sedangkan

porous memiliki arti keropos atau berlubang – lubang. Bambang Setiyohadi pada Buku Ajar

Penyakit Dalam menyatakan bahwa Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang

ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang,

sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Prof. Chairuddin Rasjad di dalam Buku

Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi menyatakan bahwa osteoporosis merupakan kelainan

metabolik tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada

matriks tulang.

Osteoporosis sendiri dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

osteoporosis primer adalah osteoporosis yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit (proses

alamiah) dan osteoporosis sekunder jika disebabkan oleh berbagai kondisi klinis atau

penyakit (mieloma mutipel, spondilitis TB, osteomalasia dll) dan pemakaian obat golongan

steroid untuk jangka waktu lama.

Pada tahun 2003 WHO mencatat lebih dari 75 juta orang di Eropa, Amerika dan

Jepang menderita osteoporosis dan penyakit tersebut mengakibatkan 2,3 juta kasus patah

tulang per tahun di Eropa dan Amerika. Sedang di Cina tercatat angka kesakitan sebesar 7%

dari jumlah populasi. Hasil analisa data risiko Osteoporosis pada tahun 2005 dengan jumlah

Page 2: Osteoporosis

sampel 65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) yang dilakukan oleh

Puslitbang Gizi Depkes RI dengan metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang)

menggunakan alat diagnostik clinical bone sonometer, menunjukkan angka prevalensi

osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini

berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana

41,2% dari keseluruhan sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita

osteopenia. Prevalensi osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada pria cenderung

lebih tinggi dibanding wanita, sedangkan >55 tahun peningkatan osteopenia pada wanita

enam kali lebih besar dari pria dan peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar

dari pria.

Untuk mengenal lebih jauh dari penyebab terjadinya osteoporosis, terdapat beberapa

faktor resiko yang harus diketahui, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan

faktor resiko yang dapat dimodifikasi

I. Faktor Resiko Tidak Dapat Dimodifikasi

1. Usia

Usia adalah salah satu faktor resiko dari osteoporosis yang tidak dapat direkayasa.

Pada lansia daya penyerapan kalsium sudah mulai menurun seiring bertambahnya

usia.

2. Gender

Pada wanita kadar hormon estrogen pada tubuh akan berkurang dengan bertambahnya

usia, terutama saat sudah memasuki masa menopause sehingga pada wanita memiliki

faktor resiko lebih tinggi dibandingkan dengan pria untuk terkena osteoporosis.

3. Genetik

Diperkirakan 80% dari kepadatan tulang diwariskan secara genetik, sehingga

osteoporosis dapat diturunkan kepada seseorang yang memiliki keluarga dengan

riwayat penyakit osteoporosis.

4. Gangguan Hormonal

Wanita yang sudah memasuki masa menopause mengalami pengurangan hormon

esterogen, sehingga pada umumnya wanita diatas usia 40 tahun lebih banyak terkena

osteoporosis dibanding dengan pria. Pada pria yang mengalami defisit testosteron

(hormon ini dalam darah diubah menjadi estrogen ) juga rentan terkena osteoporosis.

5. Ras

Page 3: Osteoporosis

Orang yang berkulit putih lebih rentan terkena osteoporosis dibandingkan dengan

orang yang berkulit hitam.

II. Faktor Resiko Dapat Dimodifikasi

1. Imobilitas

Pada orang yang sedang dalam masa penyembuhan suatu penyakit tertetu, biasanya

mengalami imobilitas dalam aktifitas fisiknya dalam jangka wakt lama. Seseorang

yang mengalami imboilitas dalam waktu lama lebih rentan terkena osteoporosis.

2. Postur Tubuh Kurus

3. Kebiasaan

4. Asupan Gizi Rendah

5. Kurangnya Aktifitas Fisik

6. Penggunaan Obat Dalam Jangka Waktu Lama

7. Kurang Terkena Sinar Matahari