Upload
vuanh
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP
KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA
PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS
WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Valentina Galuh Sunaryati
NIM: 141134051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada:
1. Tuhan Yang Mahasa Esa
2. Kedua Simbah, Samino dan Suwarti yang selalu memberikan semua yang
terbaik di kehidupan saya
3. Kedua orang tua, Sunardi dan Haryati yang selalu memberikan dukungan
dan semangat.
4. Adik, Vio, Pius, Dharu yang selalu menghibur saya dikala penat dan lelah.
5. Sahabat-sahabatku yang bersama berjuang, sebagai penghibur, pengingat,
dan penyemangat saya.
6. Universitas Sanata Dharma, almamater yang saya banggakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
(Kolose 3: 23)
“Semangat dalam mencari Ilmu agar kelak menjadi orang besar, dan tidak dihina
orang.”
(Simbah)
“Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ini.”
(Ibu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA
Valentina Galuh Sunaryati
Universitas Sanata Dharma
2018
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan rendahnya tingkat literasi
IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2012 dan 2015. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
Tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan mengevaluasi
dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental design tipe
pretest-posttest non equivalent group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta sebanyak 58 siswa. Sampel
penelitian ini terdiri dari 29 siswa kelas V B sebagai kelompok eksperimen dan 29
siswa kelas V A sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok
eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Ada 8 langkah dalam model pembelajaran kooperatif Tipe
Team Assisted Individualization (TAI) placement test, teams, teaching group,
student creative, team study, test, team score and team recognition, whole-class
unit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif
Tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan
mengevaluasi. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,18, SE = 0,12)
lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0, 53, SE =
0,17). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(54) = -2,99 dan p = 0,004 (p < 0,05).
Besarnya pengaruh sebesar r = 0,37 atau setara dengan 13%. 2) Model
pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh
terhadap kemampuan mencipta. Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M
= 1,06, SE = 0,07) lebih tinggi daripada rerata selisih skor pada kelompok kontrol
(M = 0,41, SE = 0,19). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(37,13) = -3,19 dan
p = 0,003 (p < 0,05) . Besarnya pengaruh sebesar r = 0,46 atau setara dengan 21%.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI), kemampuan mengevaluasi, kemampuan mencipta, dan mata pelajaran IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) TYPE TOWARDS THE ABILITY OF
EVALUATEING AND CREATING IN SCIENCE SUBJECT OF 5th GRADE
SD KANISIUS WIROBRAJAN I YOGYAKARTA
Valentina Galuh Sunaryati
Sanata Dharma Univerrsity
2018
The background of this research is the concern over the low level of
science’s literacy by Indonesian students according to PISA’s study between 2012
and 2015. This research aims to determine the cooperative-learning models Team
Assisted Individualization type (TAI) towards the ability to evaluate and create in
science subject (IPA) class V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta in the even
semester and 2017/2018 academic year.
This research uses quasi experimental design tipe pretest-posttest non
equivalent group design. The population of research is all students from 5th grade
SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta as many as 58 students. The sample of
research consists of 29 students of 5th Grade in Class B as the experimental group
and 30 students of 5th Grade in Class B as the control group. The treatment that
applied in experimental group is the cooperative-learning model Team Assisted
Individualization type (TAI). There are eight steps in cooperative-learning model
Team Assisted Individualization type (TAI), placement test, teams, teaching group,
student creative, team study, test, team score and team recognition, whole-class
unit.
The finding of this research shows that 1) Cooperative-learning models
Team Assisted Individualization type (TAI) has affected to the ability to evaluate.
The different average score of the experimental group (M=1,18, SE=0,12) is higher
than the average score in the control group. The significant differences with t(54)
= -2,99 and p=0,004 (p
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang selalu melimpah kepada
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat
waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA
MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN 1
YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd, selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing, mendukung, dan memberi perhatian dengan sabar dan
bijaksana.
5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing dengan penuh keceriaan dan kesabaran.
6. Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku Dosen Penguji 3 yang telah
memberikan masukan pada penulisan penelitian ini.
7. Ernawati S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian dengan
tangan terbuka.
8. M. M. Sriwahyuni, S.Pd., selaku Guru mitra yang telah membantu
pelaksanaan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
9. Albertus Nugroho S.Pd., selaku Guru kelas V A yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di kelas tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Siswa kelas V A dan V B SD Kanisius Wirobrajan 1 tahun ajaran 2017/2018
yang bersedia terlibat dalam penelitian.
11. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses
perijinan penelitian skripsi.
12. Kedua Simbah Samino dan Suwarti yang dengan sabar dan penuh semangat
mendampingi serta memberikan segala yang dibutuhkan.
13. Kedua orang Tua Sunardi dan Haryati, yang selalu memberikan dukungan
dan semangat.
14. Adekku, Pius, Vio, dan Dharu yang selalu memberikan penghiburan dan
keceriaan.
15. Tanteku tercinta Tiwi, yang selalu mengejar-ngejar untuk menyelesaaikan
tugas akhir.
16. Sahabatku Dyan, Icha, Nisa, Ther, Ruri, Brigita, Mbak Ria yang
memberikan pandangan berbeda serta kasih sayang.
17. Sahabatku Mbak Rahma yang setia menemani ketika lelah ketika
mengerjakan tugas akhir.
18. Sahabat penelitian kolaboratif Mbak Ria, Mbak Ana, Brigita, Tina, Suster
Yosefa, There, Ruri, Pipit, Ratna, Sinta, Arin, Mbak Al, Galih, Becky,
Ayudya, Karlina, Siska, Reina, dan Benita telah memberikan bantuan
selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.
19. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Peneliti menyadari
bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan peneliti.
Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan
senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
dunia pendidikan dan para pembaca.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Definisi Operasional................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 9
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................ 9
2.1.1 Teori yang Mendukung ........................................................................ 9
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 28
2.2.1. Penelitian-penelitian Mengenai (TAI) ................................................ 28
2.2.2 Penelitian tentang Mengevaluasi dan Mencipta ................................... 30
2.2.3 Literature Map ..................................................................................... 33
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 34
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 36
3.2 Setting ....................................................................................................... 38
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 38
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 39
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 40
3.3.1 Populasi ................................................................................................ 40
3.3.2. Sampel ................................................................................................. 40
3.4. Variabel Penelitian .................................................................................... 41
3.4.1. Variabel Independen ........................................................................... 41
3.4.2 Variabel Dependen ............................................................................... 41
3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.6. Instrumen Penelitian.................................................................................. 44
3.7. Teknik Pengujian Instrumen ..................................................................... 45
3.7.1. Uji Validitas ........................................................................................ 45
3.7.1.1. Validitas Permukaan ..................................................................... 45
3.7.1.2. Validitas Isi ................................................................................... 46
3.7.1.3. Validitas Konstruk ........................................................................ 46
3.7.2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 47
3.8. Teknik Analisis Data. ................................................................................ 48
3.8.1. Uji Pengaruh Perlakuan....................................................................... 48
3.8.1.1. Uji Asumsi .................................................................................... 49
1.Uji Normalitas Distribusi Data ............................................................ 49
2. Uji Homogenitas Varian ..................................................................... 50
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................................. 50
3.8.1.3 Uji Signifikasi Pengaruh Perlakuan ............................................... 53
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 54
3.8.2. Analisis Lebih Lanjut .......................................................................... 54
3.8.2.1. Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest dan Posttes I.............. 54
3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan ................................................................. 55
3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I...................................... 57
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan..................................................... 57
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 59
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 59
4.1.1 Implementasi Penelitian ....................................................................... 59
4.1.2 Deskripsi Sebaraan Data ...................................................................... 66
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ............................................................ 69
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ............................................................ 81
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 94
4.2.1 Ancaman Validitas Internal Penelitian .................................................. 94
4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Terhadap Kemampuan Mengevaluasi ............................................................ 98
4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Terhadap Kemampuan Mencipta.................................................................... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 106
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 106
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 107
5.3 Saran ........................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108
LAMPIRAN ....................................................................................................... 113
CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran TAI .................................................. 18
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ................................................................... 39
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ........................................................... 43
Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ....................................................... 44
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen kemampuan Mengevalusasi
dan Mencipta ....................................................................................................... 47
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Kemampuan Mengevaluasi
dan Mencipta ....................................................................................................... 48
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakukan ................................................... 53
Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol ........................................................ 66
Tabel 4.2 Sebaran Data kelompok Eksperimen .................................................. 67
Tabel 4.3 Sebaran Data kelompok Kontrol ........................................................ 67
Tabel 4.4 Sebaran Data kelompok Eksperimen .................................................. 68
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................... 70
Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varian ............................................... 71
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ..................................................... 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ......................................... 72
Tabel .4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................. 75
Tabel 4.10 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............................................. 76
Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek peningkatan Pretest ke Posttest I .................... 78
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara rerata Pretest dan Posttest I ...................... 79
Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan .............................................. 80
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data ................................................ 82
Tabel 4.15Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varian .............................................. 83
Tabel 4.16 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest ................................................... 84
Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ....................................... 85
Tabel 4.18 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................. 87
Tabel 4.19 Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ............................................. 88
Tabel 4.20 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ........... 90
Tabel 4.21 Hasil Uji Korelasi Anatara Rerata Pretest ke Posttest I ................... 91
Tabel 4.22 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan .............................................. 92
Tabel 4.23 Ancaman dalam Penelitian................................................................ 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif ................................................................. 21
Gambar 2.2 Proses Siklus Air ............................................................................. 26
Gambar 2.3 Bagan Penelitian Relevan................................................................ 31
Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan ............................................................ 38
Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................................. 38
Gambar 3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 42
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ........................................... 54
Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ................................. 54
Gambar 3.6 Rumus Perhitungan Presentase Peningkatan
Pretest ke Posttest 1 ............................................................................................ 55
Gambar 3.7 Rumus korelasi Pearson untuk data normal ................................... 56
Gambar 3.8 Rumus Kerelasi Pearson untuk Data Tidak Normal ....................... 56
Gambar 3.9 Rumus Gain Score ......................................................................... 56
Gambar 3.10 Rumus persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II ...... 58
Gambar 4.1 Garik Uji Pengaruh Perlakuan ........................................................ 73
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest 1 ...... 74
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Posttest I ke Posttest I ............... 76
Gambar 4.4 Grafik Gain Score .......................................................................... 77
Gambar 4.5 Grafik perbendingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II ........ 81
Gambar 4.6 Garik Uji Pengaruh Perlakuan ........................................................ 87
Gambar 4.7 Grafik Perbendingan Rerata Selisih Skor Pretest ke Posttest 1 ...... 87
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rerata Skor Posttest I ke Posttest I ............... 87
Gambar 4.9 Grafik Gain Score .......................................................................... 90
Gambar 4.10 Grafik perbendingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II ...... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 114
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ...................................................... 115
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 116
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 119
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Kelompok Kontrol ................................... 122
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 129
Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 135
Lampiran 3.1 Instrumen Penelitian ..................................................................... 145
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 151
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ........................................................................... 157
Lampiran 3.4 Penilaian Nilai Expert Judgement ................................................ 161
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ............................................... 163
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 167
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok
Kontrol dan eksperimen ...................................................................................... 165
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok
Kontrol dan eksperimen ...................................................................................... 166
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ................................................. 167
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 169
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................ 171
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .......................... 173
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata
Pretest ke Posttest I ............................................................................................. 174
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata
Pretest ke Postest I ............................................................................................ 179
Lampiran 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I .................. 181
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ....................................... 183
Lampiran 5.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ........................................................ 186
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ..................................... 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan dikemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional di
Indonesia bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bartakwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Tujuan pendidikan nasional dilakukan baik dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi. Pada tingkat Sekolah Dasar, siswa mulai dibekali dengan
beragam kegiatan pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung, mental, sosial,
dan spiritual (Susanto, 2013: 72). Menurut Piaget siswa Sekolah Dasar masuk
dalam kategori operasional konkret (7-11 tahun). Pada kategori tersebut siswa
mulai mampu mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi pemecahan
masalah dan cara untuk mengembangkannya secara sistematis (Budiningsih, 2012:
37).
Siswa yang ideal seharusnya memiliki enam kemampuan kognitif yaitu
mengingat, memahami, menganalisis, mengaplikasi, mengevaluasi dan mencipta.
Kemampuan mengevaluasi dan mencipta merupakan dua kemampuan tertinggi
dalam aspek kognitif. Saat siswa dapat mengevaluasi suatu masalah maka siswa
akan mengemukakan dan membuat solusi dari permasalahan tersebut (Anderson &
Krathwohl, 2010: 125). Proses belajar mengajar sangat penting untuk diperhatikan,
karena proses tersebut merupakan tahap di mana anak memperoleh informasi.
Komponen dalam proses belajar mengajar antara lain pendekatan, metode, model,
stategi, teknik, materi, media, guru, dan siswa. Proses belajar mengajar memerlukan
komponen tersebut, karena jika komponen tersebut dipadukan akan menjadi
pembelajaran yang berkualitas (Majid, 2014: 115). Namun, pendidikan di Indonesia
belum memperhatikan hal-hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kualitas pendidikan di Indonesia masih kurang baik, hal ini ditunjukkan dari
penelitian yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam naungan Organization
Economic Cooperation and Development (OECD) yang bernama Program for
International Student Assessment (PISA) telah mengadakan sebuah survei
mengenai sistem pendidikan dan kemampuan dari siswa yang diadakan setiap 3
tahun sekali. Survei dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menghadapi tantangan pada kehidupan nyata. Studi ini juga digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan
mengolah informasi, kemampuan melihat keseluruhan masalah, dan kemampuan
menarik benang merah dari berbagai data yang tersedia. Pada hasil PISA tahun
2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan hasil skor literasi
IPA sebesar 382 (OECD, 2013: 5). Pada hasil PISA tahun 2015, Indonesia berada
pada peringkat 62 dari 70 negara dengan hasil skor literasi IPA sebesar 403 (OECD,
2016: 5). Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil skor literasi IPA
dari 382 menjadi 403, namun peringkat Indonesia masih berada di 10 besar
terbawah dari 70 negara peserta PISA tahun 2015.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wisudowati dan Sulistyowati (2014: 11)
menyetakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa di Indonesia tergolong
rendah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi:
karakteristik peserta didik, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan
konsep diri, starategi belajar, tingkat kehadiran, dan rasa memiliki. Faktor yang
sangat penting adalah lingkungan belajar dalam bentuk strategi yang diciptakan
guru untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dalam
mempelajari IPA dan menggunakan konsep-konsep tersebut dalam memahami
lingkungan.
Selain rendahnya skor literasi IPA di Indonesia, penelitian lain yang
dilakukan oleh Susanti mengatakan bahwa lebih dari 50% siswa yang tidak mampu
menyelesaikan soal-soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal
ini, tergambar dari siswa masih banyak mengalami kesulitan mensistematis,
menginterpretasi, dan mengevaluasi ide dalam menyelesaikan masalah, siswa
belum membuat generalisasi umum dari suatu masalah, dan siswa masih sulit dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
membuat rumusan masalah, dan kesulitan dalam menarik kesimpulan (Susanti,
2014: 34).
Hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia masih rendah pada hasil skor literasi IPA dan masih rendahnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan taksonomi Bloom kemampuan
berpikir tingkat tinggi terdiri dari kemampuan mengevaluasi dan kemampuan
mencipta. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan yang mampu membuat
keputusan berdasarkan kriteria dan standar (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).
Kegiatan mengevaluasi mengarah pada kegiatan pengujian pembandingan dengan
kriteria (sesuai atau tidak), dan penerapan sejauh mana suatu rencana berjalan
dengan baik, serta menuntut siswa untuk lebih tanggap terhadap kekeliruan pada
suatu masalah. Sedangkan kemampuan mencipta adalah proses menyusun elemen-
elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren dan fungsional (Anderson &
Krathwohl, 2010: 128). Kegiatan mencipta diawali dengan memberikan suatu
contoh permasalahan pada siswa, kemuadian mereka berusaha memahami
permasalahan tersebut dan memikirkan solusi pemecahannya.
Rendahnya hasil skor literasi IPA dan rendahnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi di Indonesia seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Meskipun
pemerintah sudah menetapkan kurikulum baru sebagai suatu jalan agar pendidikan
di Indonesia menjadi lebih baik namun hasil yang didapat belum memuaskan.
Pemerintah bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan rendahnya nilai IPA dan
rendahnya keampuan mengevaluasi dan mencipta. Faktor lain yang diduga menjadi
penyebab kurangnya pengembangan kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada
siswa adalah model pembelajaran di sekolah yang masih banyak menggunakan
metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penurutan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa oleh guru (Sanjaya, 2006: 147). Guru berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti dengan yang dijelaskan atau belum.
Berdasarkan realita yang terjadi pada uraian di atas, peneliti tertarik
menggunakan model-model pembelajaran inovatif untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Siswa mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memenuhi tujuan pembelajaran secara optimal. Jika mereka mampu
mengembangkan proses kognitifnya bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu
kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Penelitian ini akan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Alasan menggunakan model kooperatif karena model ini
mampu mencerminkan keterampilan sosial, mengembangkan sikap demokrasi
secara bersamaan juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka
(Lie, 2002: 11). Model pembelajaran kooperatif memiliki bermacam-macam tipe,
seperti grup penyelidikan (Grup Investigation), circle of learning (Learning
Together), jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Teams-Achievement
Division (STAD), Team Assisted Individualization (TAI), Teams Game
Tournament (TGT) dan sebagainya (Rusman, 2013: 211). Dari berbagai tipe
kooperatif tersebut peneliti memilih tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
adalah model pembelajaran yang mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan
individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa
(Slavin, 2008: 187). Alasan peneliti menggunakan model tersebut karena, model ini
menggabungkan pembelajaran yang tidak hanya berputar pada guru namun
berputar pada siswa (Shoimin, 2014: 200). Model pembelajaran ini juga
mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individu,
memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif, dan memecahkan
masalah kesulitan belajar individu (Widyantini, 2006: 11).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI penting bagi perkembangan
kognitif individu, sebagimana yang diungkapkan Vygotsky bahwa perkembangan
kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan
sekitarnya, baik teman sebaya, orang dewasa, atau orang lain dalam lingkungannya
(Baharudin & Wahyuni, 2007: 128-132). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
memiliki delapan langkah yaitu placement test, teams, teaching group, student
creative, team study, test, team score and team recognition, whole-class unit
(Shomin, 2014: 200-201). Adapun manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe
TAI adalah (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, (2) semua siswa mendapat kesempatan yang merata untuk
dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (3) merupakan model pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang efektif dan optimal dapat digunakan untuk menyesuaikan strategi
pembelajaran dengan kemampuan siswa yang beragam, (4) siswa tidak hanya
menguasai materi saja tetapi juga dilatih keterampilan khusus yang disebut dengan
keterampilan kooperatif (Ariawan, Rai, & Putra, 2014).
Penelitian dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan
suatu kemampuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI,
misalnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Hadinata, Syahruddin, & Tegah,
2013), Penerapan model pembelajaran koopeeratif tipe TAI berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa mata pelajaran IPS (Wulandari, Sujana, dan Ganing, 2014),
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) berbantuan media PowerPoint berpengaruh terhadap hasil belajar mata
pelajaran PKn (Putra, Asri, & Manuaba 2014). Ketiga penelitian tersebut
menunjukkan bahwa model pembelajaran TAI berpengaruh terhadap variabel
dependen. Selain itu, berbagai penelitian dan jurnal juga pernah diterbitkan untuk
mendukung pengembangan kemampuan mengevaluasi dan mencipta dengan
metode tertentu misalnya pembelajaran inovatif (Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri)
dengan model pembelajaran tradisional (DI) terhadap kemampuan berpikir kreatif
(Arnyana, 2006). Penelitian lain tentang pembelajaran Problem Solving dengan
mind mapping berpengararuh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Ristiasari,
Priyono, & Sukaesih, 2012), dan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil
belajar dan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (Putri, Dasna, &
Sulistina, 2013).
Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh penerapan model TAI terhadap
kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Peneliti memilih SD Kanisius Wirobrajan
1 sebagai tempat penelitian karena SD Kanisius Wirobrajan 1 memiliki kelas
paralel yaitu A dan B dari kelas I-VI sehingga cocok untuk melakukan penelitian
eksperimen. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VA yang
berjumlah 29 siswa dan kelas VB yang berjumlah 29 siswa. Kelompok kontrol yang
digunakan untuk penelitian adalah kelas VA, dan kelompok eksperimen
menggunakan kelas VB. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Kompetensi Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3.5 Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta
kelangsungan makhluk hidup. Materi yang akan digunakan untuk penelitian
difokuskan pada “Siklus Air”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penerapan model Team Assisted Individualization (TAI)
berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakrta Semester gasal tahun
ajaran 2017/2018?
1.2.2 Apakah penerapan model Team Assisted Individualization (TAI)
berpengaruh terhadap kemampuan mencipta mata pelajaran IPA pada siswa
kelas V di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta Semester gasal tahun
ajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap
kemampuan mengevaluasi mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SD
Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta Semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
1.3.2 Mengetahui pengauh model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap
kemampuan mencipta mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SD Kanisius
Wirobrajan 1 Yogyakarta Semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi siswa
Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan model Team Assisted
Individualization (TAI) dapat berpengaruh terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta dalam pembelajaran IPA.
1.4.2 Bagi guru
Menambah pengetahuan tentang menerapkan model Team Assisted
Individualization (TAI) berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan
mencipta yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4.3 Bagi sekolah
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI) yang dapat mempengaruhi kemampuan
mengevaluasi dan mencipta.
1.4.4 Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman langsung dalam menggunakan model Team
Assisted Individualization (TAI) dapat berpengaruh terhadap kemampuan
mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA sehingga dapat berguna
sebagai bekal mengajar pada masa datang.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif
dan terlibat dalam proses pembelajaran dengan temannya dengan cara
pembelajaran dibuat secara berkelompok.
1.5.2 Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang dilakukan dalam
membantu kegiatan belajar siswa agar menciptakan suasana belajar yang efektif
dan menyenangkan.
1.5.3 Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah model
pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran berkelompok dengan
pembelajaran individual, memiliki delapan langkah yaitu placement test, teams,
teaching group, student creative, team study, test, team scores and team
recognition, whole-class unit.
1.5.4 Kemampuan kognitif Bloom adalah kemampuan yang terdiri dari kemampuan
mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta.
1.5.5 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan yang memberikan penilaian
terhadap suatu kegiatan ataupun hasil karya berdasarkan kriteria tertentu yang
meliputi kemampuan memeriksa dan kemampuan mengkritik.
1.5.6 Kemampuan mencipta adalah kemampuan yang membuat suatu hasil karya
berdasarkan pengetahuan yang telah dimilki dan aturan tertentu, yang meliputi
kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan kemampuan
memproduksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5.7 Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari gejala-gejala alam
yang terdapat di lingkungan sekitar.
1.5.8 Siswa SD adalah siswa yang duduk di kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 pada
semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir,
dan hipotesis penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
perkembangan Piaget dan Vygotsky. Alasan menggunakan teori tersebut karena
pada teori Piaget membahas tentang tahap perkembangan anak. Dengan begitu
peneliti memiliki landasan untuk membuat media yang sesuai dengan tahap
perkembangan siswa Sekolah Dasar. Kemuadian alasan menggunakan teori
Vygotsky karena penelitian ini tentang penerapan salah satu model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Teori Vygotsky membahas
tentang sosiohistoris. Teori ini menyatakan pentingnya interaksi soisal antar siswa.
1. Teori Perkembangan Anak
Perkembangan yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat
diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang
sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan bersifat tetap
dan maju (Ahmadi & Sholeh, 2005: 1).
Piaget (dalam Budiningsih, 2012: 35) adalah seorang tokoh psikologi
kognitif yang besar pengaruhnya terhadap pemikiran para pakar kognitif lainnya.
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses generik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan
bertambahnya umur seseorang, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan
semakin meningkat pula kemampuannya.
Piaget mengatakan, proses belajar seseorang mengikuti pola tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis,
artinya harus dilakukan berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
belajar sesatu yang berbeda di luar tahap kognitifnya. Piaget, membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Budiningsih, 2012: 37-39):
a. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan
persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangan berdasarkan
tindakan, dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya
antara lain. (1) melihat dirinya sendiri sebagai mahluk yang berbeda dengan
objek di sekitarnya, (2) mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara,
(3) suka memperhatikan sesuatu lebih lama, (4) mendefinisikan sesuatu
dengan memanipulasi, (5) memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu
ingin merubah tempatnya.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol
atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap
ini dibagi menjadi dua yaitu pra-operasional dan intutif. Pra-operasional (2
- 4 tahun), anak telah mampu menggunakan Bahasa untuk mengembangkan
konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Tahap intutif (umur 4 - 7
tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan
yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan
dengan kata-kata. Oleh sebab itu pada usia ini anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang
memiliki pengalaman yang luas.
c. Tahap Operasional - Konkret (usia 7 – 11 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversibel dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis,
akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Pada tahap ini
anak perlu diberi gambaran yang konkret.
d. Tahap Operasional - Formal (usia 11 tahun ke atas )
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berikir
abstrak dan logis dengan mengguakan pola berpikir “kemungkinan”. Pada
tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat berpikir secara abstrak. Bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
secara efektif dan sistematis, menganalisis secara kombinasi, berpikir secara
proporsional, menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, anak
usia Sekolah Dasar masuk dalam tahapan operasional konkret di mana anak
telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam
memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi (Suparno, 2000:
70). Tahap ini ditandai dengan adanya inteligensi yang sudah sangat maju
namun dengan cara berpikir yang masih terbatas, sehingga diperlukan
model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Piaget
(dalam Desmita, 2009: 98) menyatakan bahwa konsep dan prinsip tentang
sifat-sifat perkembangan kognitif anak, aktifitas anak selama pembelajar,
anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari pengalamannya,
anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi, dan proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan kearah
bentuk-bentuk pemikiran yang kompleks.
2. Teori Pembelajaran Sosiohistoris
Vygotsky (dalam Salkind 2009: 373) dikenal sebagai teori sosiokultural
(sociocultural theory), yang berarti bahwa penekanan utama diberikan pada
pengaruh interaksi sosial dan kultural dalam perkembangan. Vygotsky berpendapat
bahwa, interaksi sosial mempengaruhi perubahan pemikiran anak, dan karena
perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku itu berlangsung, maka
perbedaan pemikiran maupun perilaku akan berlangsung pada perbedaan kultural
di mana semua itu terjadi.
Terdapat empat ide pokok yang menjadi dasar teorinya yaitu: pertama, anak
mengembangkan pengetahuan mereka sendiri. Artinya, peserta didik aktif dalam
perkembangan mereka (Salkind, 2009: 374). Kedua perkembangan tidak bisa
dipisahkan dari konteks sosialnya. Dalam ungkapan yang sederhana,
perkembangan dan konteks sosial adalah hal yang satu dan sama. Ketiga,
pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, maksudnya adalah pembelajaran
menjadi persiapan bagi terjadinya perkembangan. Dengan demikian guru yang
mempersiapkan atau menunjukkan langkah awal dengan memberikan tugas tertentu
untuk dikerjakan oleh siswa. Keempat, bahasa memainkan peran sentral dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
perkembangan mental. Dalam pandangan Vygotsky , bahasa adalah sarana kultural
yang memungkinkan pikiran anak untuk tumbuh dan bertambah luas (Salkind,
2009: 374) .
Perkembangan anak berlangsung pada interaksi anak dengan orang lain dan
dengan sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang disediakan oleh kultur dan
membantu membentuk pandangan dunia anak. Proses fundamental pembelajaran
berlangsung melalui interaksi anak dengan seseorang yang berpengetahuan, entah
itu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2009: 373).
Vygotsky menyakini mengenai pentingnya pengaruh sosial, khususnya
pengajaran, pada perkembangan kognitif anak tercermin pada konsep Zona
Perkembangan Proksimal. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal
Development atau ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk kisaran tugas-tugas yang
terlalu sulit saat sang anak melakukannya sendiri, tetapi dapat dipelajari dengan
bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang terampil (Santrock,
2009: 62). Zone of Proximal Development atau ZPD memiliki batas atas dan batas
awah. Batas bawah ZPD adalah tingkat kerampilan yang dapat diraih oleh anak
yang dapat dilakukan secara mandiri, sedangkan batas atas ZPD adalah
tanggungjawab tambahan yang diterima anak dengan dengan bantuan seseorang
pengajar yang kompeten (Santrock, 2009: 62).
Scaffolding adalah teknik yang melibatkan pengubahan tingkat dukungan
untuk belajar. Scaffolding erat berhubungan dengan konsep ZPD, Scaffolding
berarti mengubah tingkat dukungan. Sepanjang sesi pengajaran, seseorang lebih
terampil (seorang guru atau teman sebaya yang lebih ahli) menyesuaikan jumlah
bimbingan sesuai dengan kinerja anak yang ada. Scaffolding biasa digunakan untuk
membantu siswa mencapai batas atas dari ZPD mereka. Dialog adalah sebuah alat
Scaffolding yang penting dalam ZPD. Vygotsky berpandangan bahwa, anak-anak
memiliki konsep yang kaya, tetapi tidak sistematis, tidak terorganisasi, dan spontan
(Santrock, 2009: 63).
Vygotsky berpendapat, co-operation (kerja sama) adalah yang menjadi
dasar belajar. Instruksi atau pengajaran yang diberikan oleh orang lain yang lebih
berpengaruh seperti orang tua, teman sebaya, atau guru merupakan sarana transaksi
utama pengetahuan tertentu (Muijs & Reynolds, 2008: 27). Dukungan teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran
kooperatif. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka
untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dari Piaget ke Vygotsky ada
pergeseran konseptual dari individu ke kelompok, interaksi sosial, dan sosio
kultural. Vygotsky menekankan siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi sosial dengan orang lain (Suprijono, 2009: 55).
2.1.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas (Joice
& Weil, dalam Isjoni, 2013: 73). Model pemebelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktifitas belajar mengajar (Trianto, 2009: 74). Model pembelajaran
adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori prikologi pendidikan
dan teori yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum
dan operasional di kelas (Al-Tabany, 2014: 24). Berdasarkan pendapat ahli tersebut
peneliti dapat menarik benang merah bahwa model pembelajaran adalah
pembelajaran yang dilakukan dalam membantu kegiatan belajar siswa agar
menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan.
Ciri-ciri model pembelajaran yaitu rasional teoritik logis yang disusun oleh
para pencipta atau pengembangnya. Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan dengan berhasil,
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Al-
Tabany, 2014: 24).
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
masyarakat (Sugianto, 2010: 40). Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan
dimana peserta didik bekerja sama antara satu dengan yang lain dalam kelompok
belajar kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan
oleh guru (Isjoni, 2013: 20). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok homogen
(Slavin, dalam Rusman, 2013: 201). Berdasarkan teori tersebut peneliti dapat
menarik benang merah bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang mengajak siswa untuk aktif dan terlibat dengan temannya, dengan cara
pembelajaran tersebut dibuat secara berkelompok.
Model pembelajaran kooperatif merupakan teori belajar kooperatif
konstruktif. Pembelajaran kooperatif mengajak siswa untuk berinteraksi secara
aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini memungkinkan untuk pertukaran ide dan
pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan filsafah
konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan belajar
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas
dengan lebih efektif (Rusman, 2013: 203).
2. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah (1) siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok
dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3)
bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan jenis kelamin
yang berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
(Rusman, 2013: 208).
3.Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif (Isjoni 2013: 16-17) adalah (1) para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”,
(2) para siswa harus memiliki tangung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain
dalam kelompoknya, selain tangung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi, (3) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
memiliki tujuan yang sama, (4) para siswa membagi tugas dan bertanggung jawab
diantara para anggota kelompok, (5) para siswa diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, (6) para
siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama selama belajar, (7) setiap siswa akan diminta mempertangung jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
4. Jenis-jenis Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah-
langkah yang berbeda. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
Grup penyelidikan (Grup Investigation), circle of learning (Learning Together),
jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Teams-Achievement Division
(STAD), Team Assisted-Individualization (TAI), Teams Game Tournament (TGT)
dan sebagainya (Rusman, 2013: 211).
Salah satu tipe di atas yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Tipe ini
dipilih karena pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengkombinasikan
antara kegiatan kelompok dan kegiatan individu. Maka diharapkan, akan tercipta
kegiatan yang positif dan menyenangkan bagi siswa.
5. Manfaat pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat yaitu (1) meningkatkan
kepekaan dan kesetiakawanan sosial, (2) memungkinkan para siswa saling belajar
mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-
pandangan, (3) memudahakan siswa melakukan penyesuaian dengan lingkungan,
(4) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen,
(5) menghilangkan sikap menang sendiri atau egois, (6) membangun persahabatan
yang berlanjut hingga masa dewasa, (7) berbagai keterampilan sosial yang
diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan
dipraktekkan, (8) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, (9)
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam berbagai situasai dan
berbagai perspektif, (10) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain
yang dirasa lebih baik, (11) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas
(Sugianto, 2010: 43-44).
6. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengejarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Isjoni, 2013: 109). Keterampilan ini amat
penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa, dan Negara.
Mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini mengatasi masalah-masalah sosial
semakin kompleks.
2.1.1.4 Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI)
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI yaitu model pembelajaran yang
memadukan antara kemampuan individu yang heterogen dengan kemampuan
siswa secara berkelompok (Wulandari, Sujana, & Ganing, 2014). Temuan lain juga
dikemukakan oleh Slavin (2008: 187) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran yang mengadaptasi
pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa
maupun pencapaian prestasi siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti dapat
menarik benang merah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah
pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran berkelompok, dengan
pembelajaran individu.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki dasar pemikiran
yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap kemampuan pencapaian prestasi
siswa. Dalam pembelajaan TAI siswa ditempatkan dalam kelompok kecil terdiri
dari 4-5 siswa yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan
secara individu bagi siswa yang memerlukannya (Suyitno, dalam Shoimin, 2014:
200). Model pembelajaram kooperatif tipe TAI dimulai sebagai usaha merancang
sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah
yang membuat metode pengajaran individu menjadi lebih efektif. Hal ini yang
membuat model pembelajaran TAI banyak dijadikan alternatif pembelajaran
disetiap satuan pendidikan (Slavin, 2010: 189).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Ciri-cir Pembelajaran TAI
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling
dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab
atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama (Wulandari, Sujana, &
Ganing, 2014).
3. Komponen Pembelajran TAI
Model pemelajaran kooperatif tipe TAI memiliki delapan komponen adalah
(Nizar, dalam, Sitangga & Sirait, 2015: 38):
a. Teams,yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari atas 4
sampai 5 peserta didik.
b. Placement Test, yaitu pemberian pretest kepada peserta didik atau melihat
rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta
didik pada bidang tertentu
c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Team Study, yaitu tindakan kelas yang harus dilaksanakan oleh kelompok
dan guru memberikan bantuan secara individul kepada peserta didik yang
membutuhkan.
e. Team Scores And Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil
kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang
berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching Group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
g. Fact Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
peserta didik.
h. Whole-Class Unit, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Model pembeajaran TAI memiliki delapan langkah yaitu (Shomin, 2014:
200-201):
Tabel: 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran TAI
Langkah Kegitan
Langkah 1:
Placement Test Pada langkah ini siswa menerima soal tes awal.
Langkah 2:
Teams
Siswa membentuk kelompok yang bersifat homogen yang terdiri dari 4-5
siswa.
Langkah 3:
Teaching Group
Siswa memperhatikan guru memberikan materi secara singkat menjelang
pemberian tugas kelompok
Langkah 4:
Student Creative
Siswa menekanakan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setaip
individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
Langkah 5:
Team Study
Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang
diberikan dalam kelompok.
Langkah 6:
Test Siswa mengejakan soal tes berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
Langkah 7:
Team Score and
Team
Recognition
Siswa menghitung skor hasil kerja kelompok. Bagi kelompok yang
mendapatkan skor paling tinggi maka akan mendapatkan “gelar” atau
pengahargaan.
Langkah 8:
Whole-Class
Unitss
Siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan materi, diakhiri dengan
strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelas.
5. Manfaat Model TAI
Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah (1)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya, (2) semua siswa mendapat kesempatan yang merata untuk dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (3) merupakan model pembelajaran yang
efektif dan optimal dapat digunakan untuk menyesuaikan strategi pembelajaran
dengan kemampuan siswa yang beragam, (4) siswa tidak hanya menguasai materi
saja tetapi juga dilatih keterampilan khusus yang disebut dengan keterampilan
kooperatif (Ariawan, Rai, & Putra, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.1.1.5 Taksonomi Bloom
Kata “Taksonomi” diambil dari Bahasa Yunani tassein yang mengandung
arti “untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi dapat
diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)
tertentu. Posisi taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik (Kuswara, 2011: 8). Taksonomi terdiri dari kelompok
(taksa) dan materi pelajaran yang diurutan menurut persamaan dan perbedaan,
prinsip atau dasar klasifikasi (hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam
struktur, perilaku, dan fungsi (Kuswana, 2011: 9).
Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Dalam sebuah
taksonomi terdapat kategori-kategori yang merupakan satu kontinum. Kontinum
adalah salah satu prinsip klasifikasi pokok dalam teksonomi tersebut di mana dalam
taksonomi pendidikan yang diklasifikasikan adalah tujuanya. Rumusan tujuan
berisi satu kata benda. Kata kerja akan mendeskripsikan proses kognitif yang
digarapkan, sedangkan kata bendanya jamak untuk mendeskripsikan pengetahuan
yang diharapkan dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa (Anderson & Krathwohl
2010: 6).
Kategori-kategori pada dimensi kognitif merupakan klasifikasi dari proses
kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan pendidikan.
Kategori-kategori ini menentang dari proses kognitif yang paling banyak dijumpai
dalam tujuan-tujuan dibidang pendidikan, yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Proses-proses kognitif
tersebut akan dijadikan secara rinci sebagai berikut (Anderson & Krathwohl, 2010:
43).
1. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan adalah pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, atau metakognitif. Kata kerja operasional dari mengingat
adalah mengenali dan mengingat kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 99).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2. Memahami
Memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik
yang bersifat lisan, tulis ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran,
buku, atau layar komputer. Kata kerja operasional memahami terdiri dari
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan (Anderson & Krathwohl, 2010: 105).
3. Mengaplikasi
Mengaplikasi adalah proses melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu
untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kata kerja
operasional kemampuan mengaplikasi terdiri dari mengeksekusi dan
mengimplementasikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 116).
4. Menganalisis
Menganalisis adalah proses memecahkan materi jadi bagian-bagian kecil dan
menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan struktur keseluruhannya.
Kata kerja operasional kemampuan menganalisis terdiri dari membedakan,
mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 120).
5. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan
standar. Kata kerja operasinal kemampuan mengevaluasi adalah memeriksa dan
mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).
6. Mencipta
Mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang
koheren atau fungsional. Kata kerja operasional kemampuan mencipta adalah
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010:
128).
Peneliti akan membahas lebih lanjut dan mendalam tentang kemampuan
mengevaluasi dan mencipta dalam penelitian ini, karena kedua kemampuan
tersebut menjadi variabel dependen pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 2.1 Dimensi Proses Kognitif
(Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-tshFDIUn_wA/V56BM0jZCXI/AAAAAAAAAJs/-
Tog0lwwqCIDQU73B2_vWrnIHNb5T5ORgCLcB/s1600/penelusuran%2Banderson.jpg)
2.1.1.6 Proses Kognitif Mengavaluasi dan Mencipta
1. Mengevaluasi
Mengevaluasi didefiniskan sebagai membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas,
efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa.
Standar-standarnya biasanya bersifat kuantitatif. Perlu diingat bahwa tidak semua
keputusan bersifat evaluatif. Sebagaian besar sifat kognitif seharusnya
mengharuskan pembuatan keputusan. Perbedaan yang paling mencolok antara
mengevaluasi dan keputusan-keputusan lain yang dibuat siswa adalah penggunaan
standar performa dengan kriteria yang jelas. Kategori mengevaluasi mencakup
proses kogitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria
internal) dan mengkritik (keputusan-keutusan yang diambil berdasarkan kriteria
eksternal) (Anderson & Krathwohl, 2015: 125).
a. Memeriksa
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan
internal dalam suatu operasi suatu kesimpulan sesuai dengan premis-
premisnya atau tidak, ataukah datanya mendukung atau mengolah hipotesis,
atau apakah suatu bahan pelajaran berisikan bagian-bagian yang saling
bertentangan. Jika dipadukan dengan merencanakan (proses kognitif falam
mencipta) dan mengimplementasikan (proses kognitif dalam kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mengaplikasikan), memeriksa melibatkan proses menentukan seberapa baik
rencana berjalan. Nama lain untuk memeriksa adalah menguji, mendeteksi,
memonitor, dan mengordinasi (Anderson & Krathwohl, 2015: 126).
Format asesmennya adalah tugas memeriksa dapat memanfaatkan
proses atau produk yang diberikan kepada siswa, atau yang diciptaka oleh
siswa sendiri. Memeriksa juga dapat terjadi dalam penerapan solusi pada
suatu masalah atau dalam pelaksanaan tugas, yakni solusi atau tugas yang
menguji konsistensi implementasinya (Anderson & Krathwohl, 2015: 126).
b. Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian sesuatu produk atau proses
berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa
mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat
keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik
merupakan inti dari apa yang disebut berpikir kritis. Nama lain dari
mengkritik adalah menilai (Anderson & Krathwohl, 2015: 127).
Format asesmennya adalah siswa diminta untuk mengkritik
hipotesis, mengkritik pendapatnya sendiri atau pendapat orang lain.
Kriterianya dapat disarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif atau
kebudayaannya dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi positif dan
negatif (Anderson & Krathwohl, 2015: 127). Peneliti memfokuskan
penelitiannya terhadap dua aspek mengavaluasi, yaitu memeriksa dan
mengkritik.
2. Mencipta
Mencipta melibatkan proses penyusunan elemen-elemen jadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan
dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi
sejumlah elemen atau bagian proses kognitif yang melibatkan dalam mencipta
umumnya sejalan dengan pengalaman-pengelaman belajar sebelumnya.
Meskipun mengharuskan cara berpikir kreatif, mencipta bukan ekspresi kreatif
yang bebas sama sekali dan tidak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau
situasi belajar (Anderson & Krathwohl, 2015: 128).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Proses mencipta (kreatif) dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu,
penggambaran masalah yang di dalamnya siswa berusaha memahami tugas
asesmen dan mencari solusinya. Perencanaan solusi yang di dalamnya siswa
mengkaji kemungkinan-kemungkinan dan membuat rencana yang dapat
dilakukan, dan eksekusi solusi yang di dalamnya siswa berhasil melaksanakan
rencananya dengan baik maka, dapatlah dikatakan bahwa proses mencipta
dimulai dengan tahap divergen yang di dalamnya siswa memikirkan berbagai
solusi ketika berusaha memahami tugas (merumuskan). Tahap selanjutnya
adalah konvergen, di dalamnya siswa merencanakan metode solusi dan
mengubanya jadi rencana aksi (merencanakan). Tahap terakhir adalah
melaksanakan rencana dengan mengkonstruksi (memproduksi) (Anderson &
Krathwohl, 2015: 129).
a. Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses penggambaran masalah dan
membuat pilihan atau membuat hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu.
Ketika merumuskan melampaui batasan-batasan pengetahuan lama dan teori-
teori yang ada, proses kognitif ini melibatkan proses berpikir divergen dan
menjadi inti dari apa yang disebut berpikir kreatif (Anderson & Krathwohl,
2015: 130). Merumuskan di sini dibatasi pada pengertian yang sempit.
Memahami juga melibatkan proses merumuskan, yang di dalamnya termasuk
menerangkan, mencontohkan, merangkum, menyimpulkan, mengkasifikasikan,
membandingkan, dan menjelaskan. Tujuan memahami paling sering bersifat
konvergen (yakni menganggap sebuah makna). Nama lain dari merumuskan
adalah membuat hipotesis (Anderson & Krathwohl, 2015: 130).
Format asesmennya yaitu untuk mengakses proses kognitif
merumuskan, dibutuhkan format asesmen jawaban singkat yang meminta siswa
membuat alternatif atau hipotesis Format jawaban singkat dibedakan jadi tugas
konsekuensi (consequences task) dan tugas manfaat (uses task) (Anderson &
Krathwohl, 2015: 131).
b. Merencanakan
Merencankan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian
masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
rencana untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan adalah mempraktikkan
langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah.
Dalam merencanakan, siswa bisa jadi menentukan sub-sub tujuan, atau merinci
tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
Nama lain dari merencanakan adalah mendesain (Anderson &
Krathwohl 2015: 131). Format asesmennya, merencanakan dapat diakses
dengan meminta siswa mencari solusi yang realistis, mendeskripsikan rencana-
rencana penyelesaian masalah, atau melatih rencana-rencana penyelesaian
masalah yang tepat (Anderson & Krathwohl, 2015: 132).
c. Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk
menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, tujuan-tujuan yang termasuk dalam
kategori mencipta bisa atau bisa pula tidak memasukkan orisinalitas atau
kekhasan merupakan tujuan dari memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2015:
132-133). Format asesmennya adalah Tugas yang jamak digunakan untuk
mengakses kemampuan memproduksi. Siswa diminta untuk menciptakan
produksi sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu (Anderson & Krathwohl,
2015: 133). Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap tiga aspek
kemampuan mencipta, yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
2.1.1.7 Pembelajaran IPA
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Samatowa, 2011: 2). IPA adalah pembelajaran yang
merupakan integrasi antara proses inkuiri dan pengetahuan sehingga
pengembangan konsep IPA harus dikaitkan dengan pengembangan keterampilan
ilmiah dan sikap ilmiah (Herawati, 2000: 13). IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai
produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip,
dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2010: 136). Berdasarkan teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tersebut peneliti dapat benang bernang merah bahwa pembelajaran IPA adalah
pelajaran yang memperlajari gejala-gejala alam yang terdapat di lingkungan sekitar.
IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam, cara IPA
mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya
antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya
membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya (Nash, dalam
Samatowa, 2011: 3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia (Samatowa, 2011: 3). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala alam dan kebendaan yang sistematis dan tersusun secara teratur. Berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis
(teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri,
satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya
merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan
ini tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara
eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten
(Powler, dalam Samatowa, 2011: 3). IPA tidak hanya merupakan kumpulan
pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara
berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3).
Pengajaran IPA di Sekolah Dasar perlu memberikan kesempatan anak untuk
berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan
dengan tahap perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011: 5). Keterampilan
proses sains/ IPA adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati,
mempergunakan pengetahuan baru untuk memprediksi apa yang terjadi, dan
menguji prediksi-prediksi di bawah kondisi-kondisi itu untuk melihat kebenarannya
(Paolo & Marten, dalam Samatowa, 2011: 5).
2.1.1.8 Materi IPA Tentang Siklus Air
Materi IPA pada penelitian ini diambil dari Tema 2 yaitu “Peristiwa dalam
Kehidupan” dengan subtema 2 “Peristiwa-peristiwa Penting”. Materi IPA yang
difokuskan pada tema ini yaitu mengenai “Siklus Air”. Meskipun materi siklus air
hanya dibatasi mengenai proses siklus air, akibat dari siklus air, dan manfaat air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam kehidupan. Kompetensi Dasar yang diambil yaitu 3.5 Mendeskripsikan
siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk
hidup.
1. Proses Siklus Air
Siklus atau daur artinya peristiwa atau rentetan kejadian alam yang terjadi
terus-menerus dan berulang-ulang tanpa henti. Kejadian alam tersebut salah satu
diantaranya adalah siklus air.
Gambar 2.2 Proses Siklus Air
(Sumber:https://3.bp.blogspot.com/vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5i
MGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s1600/daur_air_lengkap.gif)
Akibat sinar matahari, air yang ada di lautan dan daratan sebagian menguap.
Uap air ini akan naik ke atmosfer. Di atmosfer bumi, uap air tadi mengalami
peristiwa pengembunan menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini kemudian
mengumpul membentuk awan. Pada lapisan tertentu di atmosfer bumi, terdapat
lapisan udara yang bersuhu sangat dingin. Pada lapisan inilah, butiran-butiran air
tadi mengalami pembekuan dan pemadatan atau mengalami kondensasi menjadi
butiran-butiran es. Pada keadaan ini, dapat dilihat bentuk awan menebal dan
menghitam. Jika butiran-butiran es ini sudah terkumpul sangat banyak, maka
volume air beku menjadi banyak. Akibatnya kumpulan butiran-butiran es ini akan
memiliki massa yang sangat besar. Tentu saja massa air ini akan terkena tarikan
gravitasi bumi menuju pusat bumi. Akibatnya butiran-butiran es ini akan jatuh ke
permukaan bumi berupa air hujan (Hermana, 2009: 166).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
https://3.bp.blogspot.com/vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5iMGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s1600/daur_air_lengkap.gifhttps://3.bp.blogspot.com/vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5iMGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s1600/daur_air_lengkap.gif
27
Air hujan ini kemudian jatuh ke berbagai permukaan bumi. Ada yang
meresap dalam tanah, ada juga yang langsung mengalir ke sungai, danau, dan ada
yang jatuh kembali ke lautan luas. Siklus ini akan terus berlangsung sehingga bumi
kita tidak akan pernah kering. Peristiwa perputaran air di alam yang terjadi secara
berulang dan terus menerus ini disebut siklus air (Hermana, 2009: 167).
2. Akibat dari Siklus Air
Hujan dapat membersihkan udara dan tumbuh-tumbuhan. Hujan dapat
membuat lingkungan menjadi segar, bersih, dan nyaman. Hujan asam dapat
menyebabkan kerusakan bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mencemari
lingkungan. Demikian pula jika hujan dangat deras dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan banjir.
Banjir disebabkan oleh sungai yang tidak mampu menampung aliran air
yang mengalir pada saat yang bersamaan dengan volume yang sangat besar.
Akibatnya air meluap menjadi banjir merusak daerah pinggiran aliran sungai,
daerah perkotaan, dan merusak apa saja yang dilaluinya.
Banjir dapat juga disebabkan air hujan yang tidak dapat tertahan di lereng
gunung, perbukitan, dan daerah penampung air hujan. Umumnya lereng
pegunungan dan perbukitan berupa hutan-hutan yang mampu menahan limpahan
air hujan. Hutan-hutan ini bermanfaat dan berguna untuk mengendalikan curahan
air hujan. Jika terdapat banyak hutan, berarti banyak terdapat pepohonan, dedaunan,
semak belukar, rerumputan, dan humus yang tebal di permukaan tanah. Ketika
terjadi hujan deras, air hujan tersebut akan tertahan oleh pepohonan, humus, semak
belukar, rerumputan, sehingga air hujan mudah masuk dan meresap ke dalam tanah.
Itulah sebabnya, di lingkungan hutan banyak sekali ditemukan mata air. Air dari
mata air semacam ini rasanya segar, bening, dan sangat bersih. Mata air ini banyak
mengandung mineral karena meresap ke dalam tanah dan mengalir tiada henti
(Hermana, 2009: 167).
Sebaliknya, jika di lereng gunung dan perbukitan sudah tidak berupa hutan
lagi karena sudah dibakar, dibabat, dirusak, ditebangi, sehingga menjadi gundul dan
gersang, maka tidak ada lagi humus. Sehingga apabila air hujan turun dengan deras
dan lama maka air hujan ini tidak ada yang menahannya, dan langsung tumpah ke
permukaan tanah. Tanah humus tidak mampu menyerap air begitu saja. Akibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
air langsung mengalir, mengikis, dan merusak tanah humus dan terbawa aliran air
ke sungai (Hermana, 2009: 167).
3. Manfaat Air dalam Kehidupan
Manfaat air untuk kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan.
Aliran air sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Air juga untuk
kegiatan olahraga seperti selancar, untuk kolam renang, memancing, dan lain
sebagai