198
PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

Page 2: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

DAFTAR ISI

BAGIAN I : SISTEM DRAINASE

BAGIAN II : RENCANA INDUK

BAGIAN III : STUDI KELAYAKAN

BAGIAN IV : KONSTRUKSI DAN KELENGKAPANNYA

BAGIAN V : POMPA DAN WADUK

BAGIAN VI : BANGUNAN RESAPAN AIR

BAGIAN VII : PEMELIHARAAN PRASARANA DRAINASE

BAGIAN VIII : KELEMBAGAAN

BAGIAN IX : PERAN SERTA MASYARAKAT

BAGIAN X : CONTOH DISAIN

PENGERTIAN-PENGERTIAN

Page 3: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 4: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

KATA PENGANTAR

Buku Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan ini disusun sebagai

panduan bagi para pengelola prasarana drainase perkotaan agar dapat memahami,

menangani atau melaksanakan masalah drainase perkotaan sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang berlaku.

Buku panduan ini diharapkan mampu untuk menunjang prioritas tujuan program drainase

kota yaitu mengurangi kerusakan dan kerugian akibat genangan atau banjir yang terjadi

di dalam kota atau daerah urban. Sehingga untuk pembangunan sistem drainase, yang

diutamakan adalah mengoptimalkan saluran yang telah ada, melalui program

rehabilitasi.

Harapan bahwa buku ini dapat memberikan konstribusi positip bagi pengelolaan

drainase perkotaan, maka segala kritik dan saran membangun sangat dibutuhkan guna

penyempurnaan penyusunan buku panduan ini.

Jakarta, Nopember 2003

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 1

Page 5: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

(1)

Pengertian

Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam

SK Menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang

dimaksud drainase kota adalah : jaringan pembuangan air yang

berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota

dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun

luapan sungai yang melintas didalam kota.

Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut diperlihatkan

beberapa pengertian pokok tentang ‘drainase’ :

Kolam Retensi

1. Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air

permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.

2. Drainase perkotaan: adalah sistem drainase dalam wilayah

administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi

untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air

permukaan didaerah pemukiman yang berasal dari hujan lokal,

sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat

memberikan manfaat bagi kehidupan hidup manusia.

Gambar : Drainase Perkotaan

POLDER SYSTEM

Pengendali Banjir

Saluran Primer

Saluran Sekunder

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 2

Page 6: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3. Drainase berwawasan lingkungan: pengelolaan drainase yang

tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan.

Terdapat 2 pola yang dipakai:

a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan

membuat kolam penampungan.

b. Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat

sumur resapan, saluran resapan, bidang resapan atau kolam

resapan.

4. Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi

muka air agar tidak terjadi limpasan dan atau genangan yang

menimbulkan kerugian.

5. Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang

menerima aliran dari sistim drainase perkotaan.

Gambar : Tandon / Kolam Penampungan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 3

Page 7: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Produk Pengaturan mengenai drainase yang sudah ada :

o SK SNI T-06-1990-F, tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur

Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.

o SK SNI S-14-1990-F, tentang Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk

Lahan Pekarangan.

o SK SNI T-07-1990-F, tentang Cara Perencanaan Umum Drainase

Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 4

Page 8: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

(2)

Fungsi dan Pembagian Sistem Drainase

2.1 Fungsi drainase perkotaan :

Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga

tidak menimbulkan dampak negatif.

Mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat

secepatnya.

Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat

dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air

tanah (konservasi air).

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 5

Page 9: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2.2 Berdasarkan fungsi pelayanan, sistem drainase kota dibagi menjadi

dua bagian pokok yaitu:

a. Sistem drainase lokal:

Yang termasuk dalam sitem drainase lokal adalah sistem saluran

awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti

kompleks permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri

dan komersial. Sistim ini melayani area kurang dari 10 ha.

Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab

masyarakat, pengembang atau instansi lainya.

b. Sistem drainase utama:

Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran

drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan

kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian besar

warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama

merupakan tanggung jawab pemerintah kota.

c. Pengendalian banjir (Flood Control):

Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi

mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu

masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan

kehidupan manusia. Pengelolaan pengendalian banjir

merupakan tanggung jawab dinas pengairan.(sumber daya air)

Sistem Drainase Lokal

Sistem Drainase Utama

Pengendali Banjir Flood Control

Gambar : Sistem Drainase Perkotaan (1)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 6

Page 10: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2.3 Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer,

sekunder, tersier dst.

a. Sistem saluran primer :

Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari

saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran

primer adalah badan pemerima air.

b. Sistem saluran sekunder :

Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima

aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan

sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi

saluran tergantung pada debit yang dialirkan.

c. Sistem saluran tersier :

Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran

drainase lokal.

Pengendali Banjir

Saluran Primer

Saluran Sekunder

Saluran Tersier

Gambar : Sistem Drainase Perkotaan (2)

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 7

Page 11: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2.4 Hubungan Drainase dengan Pengendalian Banjir

Menurut definisi, banjir adalah sejumlah besar air yang menutupi wilayah lahan yang biasanya sering, sebagai hasil dari aliran air

sungai atau laut yang melebihi diatas batas umumnya, rusaknya bendungan, gelombang pasang surut, atau angin kencang

yang menimbulkan ombak besar di sekitar pulau.

Penggenangan adalah kata kerja transitif dari banjir atau tindakan menggenangi. Penggenangan lebih berhubungan dengan

besarnya banjir, sebagai contoh kedalaman penggenangan atau luas areal penggenangan.

Suatu sistem pengendalian banjir adalah suatu sistem drainase yang memanfaatkan keseluruhan drainase dari suatu area

(kota). Pekerjaan ini pada umumnya dibangun untuk mengurangi banjir di wilayah perkotaan yang ada dan dapat meliputi

suatu saluran terbuka, saluran pembuangan air hujan, fasilitas peresapan air hujan, fasilitas penampungan air hujan

(kolam/waduk), dan / atau stasiun pompa drainase atau suatu kombinasi dari komponen sistem ini.

Aliran air permukaan

WADUK

KANAL POLDER

LAUT

Peresapan

Gambar : SIKLUS HIDROLOGI dan SISTEM PENGENDALI BANJIR

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 8

Page 12: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Cara penanggulangan banjir dapat dilakukan dengan cara :

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 9

Gambar : Tandon / Waduk Pengendali Banjir

• Pembuatan waduk / situ pengendali banjir untuk menampung

air sewaktu hujan dan melepas air selang beberapa waktu

kemudian.

SALURAN PEMBUANG

POMPA

• Pembuatan kanal untuk membelokkan air permukaan agar

tidak mengalir ke kota.

SUNGAI

LAUT

TANDON / POLDER

• Pembuatan polder ( kolam pengendali banjir ) pada daerah

yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pembuangan air

dapat dilakukan dengan katup pintu atau pompa.

Page 13: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2.5 Drainase Daerah Rendah Teknik drainase daerah rendah bisa dilakukan dengan salah satu atau

lebih cara-cara berikut ini :

a. Pembangunan tanggul pasang disekeliling daerah rendah tersebut

b. Pembangunan tanggul sepanjang sungai dan saluran drainase yang

melewati daerah rendah tersebut

c. Pembangunan polder ( atau kompartemen ) yang masing-masing

ditangguli dan mempunyai keluaran individual ke system drainasenya.

d. Penggunaan pintu pengendali di keluaran dari kompartemen untuk

mencegah aliran balik pada saat pasang naik dan / atau saat

limpasan air tinggi. Pintu pengendali bisa otomatis atau pintu gerak ,

atau yang dioperasikan secara manual, yakni pintu geser.

e. Penggunaan peralatan pompa

f. Penyediaan suatu cekungan penahan yang volumenya cukup dan

kapasitas pintu keluar disetiap keluaran kompartemen untuk

menyimpan sementara air limpasan dari hujan badai yang kritis sampai

air tersebut dapat dilimpahkan pada suatu periode yang cocok dari

daur pasang (Kolam detensi).

POLDER SISTEM

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 10

Page 14: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

(3)

Tahapan Perencanaan

Untuk mewujudkan fungsi drainase perkotaan yang optimal,

perencanaan drainase perkotaan harus dilakukan secara

menyeluruh dan terarah, melalui pembuatan rencana induk (master

plan), study kelayakan dan perencanaan teknis.

3.1 Rencana Induk (Master Plan)

Rencana Induk Sistem Drainase perkotaan adalah

perencanaan menyeluruh sistem drainase pada satu

perkotaan, untuk waktu perencanaan 25 tahun. Lingkupnya

adalah sistem drainase utama saja yang berada dalam satu

daerah administrasi kota/perkotaan.

Rencana Induk Drainase disiapkan untuk metropolitan / kota

besar atau kota besar yang strategis dimana pengembangan

drainase benar-benar diperlukan. Rencana ini adalah suatu

perencanaan yang dirumuskan oleh

engineer/designer/planner untuk mengatur run-off air hujan

kota untuk proyek atau area drainase tertentu.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 11

Gambar : Contoh Gambar Rencana Induk Drainase Perkotaan

Page 15: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3.2 Study Kelayakan

Study Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan adalah

perencanaan sistem drainase pada satu atau lebih daerah

pengaliran air, untuk waktu perencanaan 5 atau 10 tahun.

Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah

ditentukan dalam Rencana Induk Drainase Perkotaan. Kajian

yang dilakukan meliputi kelayakan teknis, kelayakan ekonomi,

serta kelayakan lingkungan.

Studi Kelayakan mengikuti perkembangan dari sebuah Master

Drainage Plan sebagai tahap berikutnya dari perencanaan

drainase kota. Studi ini meliputi suatu evaluasi yang diolah dari

rencana manajemen curah hujan terpilih yang mencakup

rencana rancang-bangun persiapan untuk memperkirakan biaya

yang dibutuhkan, evaluasi ekonomi terperinci, penilaian dampak

lingkungan, dan kebutuhan untuk O&M, survei dan pengaturan

kelembagaan. Sebagai tambahannya, kriteria desain dan

jadwal implementasi juga dikembangkan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 12

Page 16: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3.3. Perencanaan Teknis

Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah

mempunyai study kelayakan atau rencana kerangka (Outline

Plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun.

Rencana teknis harus memuat persyaratan teknis dan gambar

teknis, kriteria perencanaan dan langkah-langkah perencanaan

konstruksi sistem drainase didaerah perkotaan.

Kriteria Drainase adalah parameter kebijakan bagi sistem drainase

yang dikembangkan, dirancang dan dibangun agar dapat

memberikan perlindungan terhadap banjir sesuai dengan yang

diharapkan. Parameter-parameter ini dapat juga meliputi yang

kriteria desain yang pada umumnya dijelaskan pada Master

Drainage Plan, laporan Studi Kelayakan atau Outline Plan dan

memberikan bimbingan kepada engineer/designer untuk

menyelesaikan perancangan detil komponen sistem drainase.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 13

Page 17: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

(4)

Prinsip-prinsip Utama

Beberapa prinsip utama yang harus diletakkan sebagai dasar pembangunan sistem drainase perkotaan, antara lain :

4.1 Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang dialirkan kebadan penerima air (laut, sungai)

atau yang diserapkan kedalam tanah. Bilamana kapasitas tidak mencukupi, maka sistem akan menemui

kegagalan, dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk mencapai kapasitas sistem yang memadai, dilakukan

berdasarkan prinsip hidrologi dan hidrolika.

4.2 Tata letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam

pelaksanaannya harus diperhatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lain.

4.3 Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan

pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip struktural yang harus dipenuhi, termasuk bentuk

struktur yang memudahkan operasi dan pemeliharaan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 14

Page 18: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

4.4 Mengalirkan secara gravitasi, sistem drainase perkotaan sedapat mungkin menggunakan sistem pengaliran secara

gravitasi, mengingat cara ini lebih ekonomis dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Penggunaan system

pompa hanya pada situasi-situasi khusus yang keadaan medannya memang tidak memungkinkan untuk diterapkan

system gravitasi.

4.5 Minimalisasi pembebasan tanah, pengembangan sistem drainase perkotaan harus diusahakan mencari jalur

terpendek kebadan penerima air. Hal ini agar pembebasan tanah dapat ditekan sekecil mungkin.

Sedapat mungkin hindari penggunaan pompa

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 15

Page 19: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 16

Saluran Tersier

Saluran Sekunder

Saluran Primer

Pengendali Banjir

Saluran Primer

Pintu Air

Pintu Air

Gambar : Drainase Perkotaan

Kolam Retensi

POLDER SYSTEM

Page 20: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 17 PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN I - 17

Page 21: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 22: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 1

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 1

Page 23: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Contoh : Peta Rencana Induk Drainase Kota Jakarta

6

Rencana Induk (Master Plan)

Sistem Drainase Perkotaan

adalah :

a. Arahan pembangunan sistem drainase

perkotaan

(Fungsi Rencana Induk : mengkoordinasikan

keseluruhan jaringan drainase)

b. Merupakan perencanaan menyeluruh sistem

drainase pada satu perkotaan, untuk waktu

perencanaan 25 tahun, dan dapat dilakukan

peninjauan kembali disesuaikan dengan

keperluan.

2

4

35

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 2

Page 24: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

URUTAN PENYUSUNAN : 1. mengetahui tata guna lahan kota,

2. mengetahui kondisi fisik wilayah dari peta topografi dan survey

pendahuluan untuk menetapkan koefisen limpasan yang alami

dan lebar daerah pemilikan.

3. menentukan :

a. kapasitas prasarana yang ada

b. tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan

c. gambaran priorita daerah secara garis besar

d. gambaran alternatif penylesaian masalah

4. mengevaluasi berbagai alternatif-alternatif penanggulangan masalah

drainase, dari segi teknis, ekonomi, social dan lingkungan.

5. menentukan urutan priorita pembangunan berdasarkan analisis iaya

dan manfaat.

orita pembangunan berdasarkan analisis iaya

dan manfaat.

b b

6. menyusun rencana induk system drainase yang terdiri dari : 6. menyusun rencana induk system drainase yang terdiri dari :

a. usulan sub-sub proyek a. usulan sub-sub proyek

b. rencana biaya pembangunan b. rencana biaya pembangunan

c. urutan priorita pembangunan c. urutan priorita pembangunan

d. sarana pekerjaan lanjutan ( data untuk perencanaan detail ) d. sarana pekerjaan lanjutan ( data untuk perencanaan detail )

TUJUAN PENYUSUNAN : 1. Untuk mengurangi bahaya banjir, melindungi kota dari

limpasan banjir sungai yang melewati kota.

2. Untuk menetapkan kerangka utama dari drainase kota.

3. Untuk menetapkan upaya pemperkecil dampak system

drainase kota bagi daerah yang terletak disebelah

hilirnya.

4. Untuk mendapatkan suatu keadaan hidrolis yang efisien,

efektif sesuai dengan biaya dan aman.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 3

Page 25: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

INFORMASI yang diperlukan :

1. Informasi Teknis ( data dan rumus yang dipakai,

standar bangunan, kriteria disain)

2. Informasi Ekonomis (data dasar harga dan kecenderungan)

3. Informasi Sosial ( kependudukan, informasi mengenai

lahan yang akan dilalui saluran).

4. Informasi Lingkungan (pelestarian dan memanfaatkan

sumber daya air)

5. Informasi pengaturan kelembagaan dan peraturan yang diperlukan ( keterkaitan lembaga-lembaga

yang berkepentingan : sumber dana, prasarana, dll )

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 4

Page 26: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PENYESUAIAN (revisi) Rencana Induk Agar Rencana Induk mudah disesuaikan, maka ada beberapa hal

yang perlu dipahami :

a. Pentahapan program pembangunan.

Pentahapan pembangunan sebaiknya dibuat per 5

tahunan,

Setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan Rencana

Lima Tahunan Pengembangan Wilayah perkotaan.

b. Sistem pelayanan bertahap

c. Sistem drainase dan arah aliran harus diupayakan agar

ada keterkaitan antara rencana pengendalian banjir

dan jaringan utama

d. Keterbatasan Sumber Daya ( manusia, alam dan dana )

e. Pengelompokan daerah pelayanan, berdasarkan

pertimbangan ekonomi dan kemudahan pengawasan.

PERLUNYA memperbaharui Rencana Induk ( Master Plan )

Karena struktur dan perilaku masyarakat yang dilayani beserta lingkungannya berubah secara berkesinambungan, maka MP itu secara

berkala harus dievaluasi kembali, dibenahi dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 5

Page 27: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 6

KRITERIA DISAIN TEKNIS SISTEM DRAINASE A. Kriteria Pelayanan

Tipe drain Periode Ulang Rencana

a. Saluran hujan didaerah perumahan 2 tahunan

b. Saluran hujan di daerah perdagangan dan industri 5 tahunan

c. Saluran yang melayani daerah tadah > 100 Ha 20 tahunan

d. Sungai-sungai besar 20-50 tahunan

B. Kriteria Keamanan Keamanan adalah pertimabngan penting dalam pendesainan system drainase daerah perkotaan

dan pengembangan perkotaan pada dataran banjir dari suatu sungai.

Kriteria keamanan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan terali pengaman dimuka “inlet” dan saluran drainase yang panjang dan tertutup.

b. Menggunakan penutup yang kuat dan aman dipasang bila penutup itu dipakai untuk jalan.

c. Menggunakan pagar terali ditepi bangunan yang terletak diatas air yang mengalir cepat,

atau salurannya dalam dan umum mudah mencapainya.

Page 28: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Langkah-2 Utama Pembuatan Rencana Induk

1. Pengumpulan dan pengecekan data

2. Analisa hidrologi dan hidrolika

3. Identifikasi kekurang mampuan system yang ada

4. Pembuatan berbagai konsep cara penanggulangan kekurang-mampuan tersebut

5. Memformulasikan rencana induk

Ad.1 Data Tata Guna Tanah

( dari Rencana Induk Tata Guna Tanah untuk rencana pengembangan )

Kondisi Fisik daerah,( Peta kontour dan survey penunjang )

Data hidrologi, ( Data hujan, Catatan banjir, studi-studi terdahulu,pengenalan medan)

Ad 3 Berkaitan dengan kriteria desain teknik dan penggunaan lahan yang diusulkan..

Ad 4 Kenali konsep pemecahan masalah yang bisa menanggulangi ketidak-mampuan system drainase yang ada.

Jenis penyelesaian dasar Contoh 1. Peningkatan Pengubahan suatu alur alami

menjadi saluran drainase yang permukaannya dilapisi pasangan. 2. Penahanan Cekungan atau ceruk penahan

bendungan pengurangan atau pengendalian banjir

3. Pengalihan / Pembelokan Pengalihan / pembelokan sebagian / Pembagian tadahan ke saluran lain, pembelokan aliran yang berlebihan

4. Pompa Pembuatan stasion Pompa pengendali banjir

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 7

Page 29: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PENG-EVALUASIA-AN BERBAGAI ALTERNATIF, dengan pertimbangan faktor-faktor :

a. Biaya (investasi, operasi dan biaya)

b. Sosial ( penyediaan lahan )

c. Lingkungan ( dampaknya didaerah hilir)

Alternatif yang terpilih seyogyanya yang termurah yang bisa

diterima secara sosial dan memenuhi persyaratan lingkungan.

Beberapa dampak negatif yang mungkin timbul dari suatu system

drainase perkotaan pada lingkungan dan cara penanggulangannya :

Dampak negatif pada lingkungan Cara Penanggulangan1. Pencemaran Perbaiki program pengelolaan sampah

2. Bertambahnya aliran puncak Pembelokan arah aliran yang berlebihan /

Penahanan aliran / Meningkatkan saluran hilir

3. Pengendapan selama fase pembangunan Penampung endapan / Tanggul

perkotaan Tepi/Pentahapan pembangunan yang seksama.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 8

Page 30: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PERUMUSAN RENCANA INDUK Penetapan komponen-komponen rencana induk :

1. Penentuan lebar lahan peruntukan

2. Penentuan perbaikan-perbaikan terhadap saluran yang ada

( dimensi, pengaturan lereng, penyediaan lahan )

3. Penentuan cara mengurangi banjir atau pengendalian banjir

melalui pembatasan daerah apabila sungai melewati kota.

4. Penentuan secara jelas dimana system drainase perkotaan

akhirnya melimpahkan alirannya, bangunan-bangunan apa

yang diperlukan,

Sebelum rencana induk drainase disyahkan, dianjurkan agar suatu cek akhir dilakukan agar diyakini keterpaduannya dengan rencana induk prasarana lainnya.

.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - 9

Page 31: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

6

2

4

3 5

1

PANDU10

AN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN II - CONTOH : MAPPING RENCANA INDUK DRAINASE KOTA DKI JAKARTA

Page 32: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 33: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Penyusunan studi kelayakan drainase dilakukan berdasarkan prioritas zona yang telah ditentukan dalam

Rencana Induk (Master Plan) Sistem Drainase.

Penyusunan studi kelayakan drainase ditinjau dari 3 (tiga) aspek pokok :

(1). Kelayakan Teknis

(2). Kelayakan Ekonomis

(3). Kelayakan Lingkungan

Tahap awal dalam penyusunan studi kelayakan drainase adalah melakukan pengumpulan data dan informasi

serta penyusunan usulan kegiatan proyek.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 1

Page 34: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 2

Page 35: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

III - 3

1. Umum : a. Rencana induk;

b. Studi-studi yang terkait;

c. Data-data kependuduk, sosial -ekonomi.

PENGUMPULAN DATA dan INFORMASI

2. Teknis : a. inventarisasi sistem drainase yang ada,

b. data hidrologi,

c. data hidraulik,

d. data kapasitas dan truktur bangunan pelengkap.

3. Sosial-Ekonomi : a. data aspek sosial ekonomi

b. data kerugian langsung yang diakibatkan oleh genangan

c. data kerugian tidak langsung yang ditimbulkan karena adanya

genangan, gangguan kesehatan dan terganggunya aktifitas ekonomi;

d. data partisipasi masyarakat

e. data harga tanah

4. Lingkungan: A. data lingkungan,

B. data lingkungan pada lokasi pembebasan tanah,

c. C. data lingkungan pada tempat penampungan (pemukiman) penduduk yang terkena proyek.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

Page 36: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

1. Analisis Permasalahan :

a. lakukan evaluasi terhadap kapasitas sistem saluran berdasarkan data primer dan sekunder yang tersedia, b. lakukan evaluasi permasalahan:

• frekuensi genangan, • tinggi, lamanya genangan serta luasnya genangan, • kapasitas saluran yang tidak memadai, • sedimentasi, • bangunan pelengkap yang tidak berfungsi, • pemeliharaan yang tidak memadai

2. Analisis Kebutuhan :

a. tentukan lokasi prioritas yang akan ditangani, berdasarkan arah perkembangan kota dan permasalahan yang ada,

b. buat rencana perbaikan dan pemeliharaan yang disesuaikan dengan kondisi setempat,

c. buat rencana pembangunan baru sistem drainase yang dibutuhkan, d. hitung debit rencana untuk masing-masing sistem saluran dan

bangunan pelengkapnya, e. hitung besaran penampang saluran dan besaran fasilitas

bangunan pelengkapnya, f. buat kebutuhan pembebasan lahan yang diperlukan, g. lakukan kajian teknis terhadap rencana kegiatan dan

tentukan kelayakannya berdasarkan kriteria kelayakan teknis, h. tentukan rencana teknik untuk masing-masing saluran

dan bangunan pelengkapnya, dengan prioritas produksi dalam negeri, i. buat rencana kerja pembangunan masing-masing usulan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 4

Page 37: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Perhitungan hidrologi dan hidrolika dilakukan untuk mendapat debit rencana dan dimensi saluran dengan memperhatikan ketentuan; a tinggi jagaan disesuaikan dengan besaran debit, dan jenis material tanggul, b debit maksimum bangunan perlintasan (gorong-gorong) = 1,5 kali debit maksimum saluran, c Kecepatan aliran maksimum dalam saluran Vmak = 1,5 m/detik, dan minimum = 0,3 m/detik.

Usulan pembangunan sistem drainase harus dibuat minimal 2 alternatif dengan ketentuan: a. meminimalkan pembebasan tanah; b. semaksimal mungkin memakai sistem drainase aliran gravitasi

kelayakan teknis a. memenuhi persyaratan kekuatan struktur, b. kemudahan mendpatkan material yang dibutuhkan c. dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada (tenaga, peralatan), d. operasi dan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Kelayakan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. a. buat klasifikasi kegiatan yang memerlukan Amdal dan yang tidak memerlukan Amdal; b. buat RKL dan RPL untuk kegiatan yang memerlukan kegiatan Amdal (sesuai dengan

ketentuan yang berlaku); c. buat UPL dan UKL untuk kegiatan yang tidak memerlukan Amdal (sesuai dengan tata

cara penyusunan UKL dan UPL drainase perkotaan); d. buat Amdal untuk kegiatan yang memerlukan Amdal.

Kelayakan ekonomi dilaksanakan sebagai berikut : a. hitung biaya kerugian akibat banjir atau genangan, b. hitung rencana biaya pembangunan operasi dan pemeliharaan, c. buat analisis ekonomi dan keuangan (besaran EIRR, NPV, dan BCR); d. tentukan kelayakan proyek berdasarkan kriteria yang berlaku, e. tentukan sumber pembiayaan untuk pembangunan,

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 5

Page 38: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Analisis biaya

Analisa biaya dilakukan dengan memperhatikan pengaruh langsung dan tidak langsung, biaya

pembangunan serta biaya operasi dan pemeliharaan :

1. manfaat proyek dihitung dari pengaruh langsung dan tidak langsung

2. biaya proyek dihitung dari biaya pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan,

3. pengaruh langsung, terdiri dari:

a pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan sistem drainase yang rusak,

b pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan prasarana dan sarana kota lainnya yang rusak,

c pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan bangunan dan rumah-rumah yang rusak,

d pengurangan biaya penanggulangan akibat genangan,

e biaya harga tanah.

4. pengaruh tidak langsung terdiri dari:

a pengurangan biaya sosial akibat bencana banjir,

seperti : kesehatan, pendidikan dan lingkungan,

b pengurangan biaya ekonomi yang harus ditanggung

masyarakat akibat banjir, seperti: produktifitas, perdagangan,

jasa pelayanan,

c kenaikan harga tanah.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 6

Page 39: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Usulan biaya pembangunan terdiri dari:

i biaya dasar konstruksi untuk pekerjaan baru maupun perbaikan;

ii biaya pembebasan tanah;

iii biaya pembuatan rencana teknik dan pengawasan;

iv biaya administrasi;

v biaya pajak;

vi biaya tidak terduga yang tidak lebih dari 10% biaya konstruksi.

Usulan biaya operasi dan pemeliharaan meliputi:

i peralatan;

ii upah;

iii material;

iv administrasi dan umum;

v penyusutan.

Kriteria kelayakan ekonomi dan keuangan :

i Net Present Value (NPV) > 0

ii Economic Internal Rate of Return (EIRR) > tingkat bunga berlaku

iii Benefit Cost Ratio >1

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 7

Page 40: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 8

USULAN KEGIATAN PROYEK

a. kegiatan persiapan

b. kegiatan pembebasan tanah

c. kegiatan rencana detail

d. kegiatan pengadaan jasa pemborong

e. kegiatan konstruksi

f. kegiatan uji coba

g. kegiatan operasi dan pemeliharaan

Page 41: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 9

USULAN

PRIORITAS PROGRAM

Page 42: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Pengurutan Prioritas Program

a. Sudut Pandang Ekonomi Dari sudut pandang ekonomi dikenal beberapa cara menilai priorotas suatu proyek, antara lain cara biaya terendah ( least cost

method ), analisis ratio biaya dan manfaat, analisis kemampuan proyek mengendalikan dana. Pada tahap evaluasi awal cara

yang lazim dilakukan adalah cara biaya terendah.

Pertama – tama ditinjau jumlah bangunan yang akan dibangun pada program drainasi tersebut. Daerah – daerah yang belum

dikembangkan tidak dimasukan di dalam kategori bangunan yang akan dihitung, meskipun kemungkinan pengembanganya

telah dimasukan di dlam Rencana Induk.

b. Sudut Pandang Sosial Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam mengurutkan priorita menurut pertimbangan perbaikan sosial adalah :

• berkurangnya kejadian banjir / frekuensi banjir di daerah

• manfaat yang akan di dapatkan dengan berkurangnya banjir

Untuk melakukan pengurutan tersebut dibuat suatu sistem scoring. Scoring ini dibuat

berdasarkan perbandingan manfaat yang di dapatkan dari masing – masing program.

Manfaat yang di dapatkan dihitung dari jumlah bangunan yang diamankan disebabkan

atas berkurangnya kejadian banjir. Caranya adalah sebagai berikut ini.

Manfaat dihitung melalui jumlah bangunan yang dibebaskan dari kebanjiran.

Bisa dibuat dengan per m2 luasan banguna, ataupun per m2 luasan tanahnya.

Masing – masing bangunan / tanah dihargai menurut harga bangunan / tanahnya.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 10

Page 43: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Kemudian diurutkan, yang termahal mendapat urutan nomer satu dan seterusnya.

Cara yang lain adalah dengan menghitung berkurangnya kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya banjir.

Sedangkan pengurutan yang disusun berdasarkan atas pengurangan frekuensi banjir dilakukan

dengan cara membandingkan besar pengurangan frekuensi yang bisa dilakukan oleh adanya program tersebut.

Sebagai contoh skoring, dapat diambil perhitungan berikut :

Tingkat pengaruh program :

0 : bila tidak ada pengaruh

1 : bila manfaat yang di dapatkan akan kecil

2 : bila manfaat yang di dapatkan sedang

3 : bila manfaat yang di dapatkan cukup besar

4 : bila manfaat yang di dapatkan besar

5 : bila manfaat yang di dapatkan besar sekali

c. Sudut Pandang Lingkungan

Kriteria potensi pengaruh program pada lingkungan diberi score. Kriteria tersebut

dikelompokan atas beberapa katagori sebagai berikut ini. Katagori kriteria potensi

pengaruh program terhadap lingkungan.

0 = tak ada

1 = kecil

2 = sedang

3 = besar

4 = sangat besar

Sedangkan program itu sendiri dibobot sesuai dengan kemampuanya memberikan keindahan pada

lingkungan. Pembobotan yang diberikan kepada masing – masing kemampuan adalah sebagai berikut :

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 11

Page 44: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3 = mampu menghilangkan penggenangan

2 = mampu menghilangkan kebecekan

1 = mampu memberikan keindahan.

Pengurutan Terpadu

Setelah pengurutan ditinjau dari masing – masing aspek tersebut telah

didapatkan maka langkah berikutnya adalah memadukan hasilnya agar

didapatkan hasil yang optimum ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan

lingkungan. Caranya hanyalah dengan sekedar menjumlahkan urutan

yang telah didapat oleh setiap program pada setiap peninjauan.

Pemaduan Perhitungan Prioritas dengan Program Prasarana Lain.

Yang amat perlu dipertimbangkan di dalam mengalokasikan priorita pembangunan program – program tersebut, di

dalam sangkutanya dengan penyediaan prasarana kota terpada adalah :

a. Kebijaksanaan pembangunan pemerintah yang berlaku

b. Program – program prasarana lain.

Kebijaksanaan Pembangunan

Kebijaksanaan pembangunan setiap awal lima tahun rencana pembangunan merupakan suatu acuan yang selalu

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 12

Page 45: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

perlu di ikuti. Oleh karena itu walaupun secara pendekatan ekonomi, sosial dan lingkungan telah kita dapatkan suatu

urutan priorita, namun urutan tersebut masih perlu disesuaikan dengan program pemerintah.

Misalnya di dalam kebijaksanaan tersebut tercantum bahwa yang perlu diprioritaskan lama pengerjaan dan biaya

perlu mendapatkan bobot yang terbesar. Sehingga pengurutan prioritas tersebut masih perlu ditambah dengan

pengurutan menurut lama pembangunan yang diperlukan oleh setiap program.

Kemudian seringkali ada pengarahan sebagai berikut : bahwa yang perlu diprioritaskan adalah program yang

terletak di daerah dimana masyaraktnya mampu berpartisipasi terhadap pembangunan. Apabila demikian halnya,

maka perlu di studi lagi bentuk keterlibatan masyarakat di dalam program tersebut, dan apakah sudah ada indikasi

yang menunjukan keterlibatanya.

Misalnya partisipasi berbentuk mampu membayar kembali. Maka yang perlu diurutkan adalah pendapatan rata –

rata penduduk di daerah yang bersangkutan. Apabila partisipasi berbentuk kemampuan / kemauan memperbaiki

lingkungannya sendiri, maka yang perlun di indikasikan adalah bentuk – bentuk perbaikan lingkungan swadaya yang

telah dilakukan.

Kemudian pengarahan tersebut juga sering diprioritaskan adalah program perbaikan / rehabilitasi atau yang

diteruskan ( bukan program baru ). Dengan demikian maka program – program tersebut perlu dikelompokan menjadi

program baru dan program rehabilitasi atau program yang diteruskan.

Prioritas Prasarana Lainnya

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 13

Untuk menjaga keterpaduan pembangunan prasarana perkotaan seringkali lebih baik apabila pembangunan

drainase disesuaikan dengan program pembangunan prasarana lainnya. Dengan demikian diharapkan agar

pembangunan prasarana lainya. Dengan demikian diharapkan agar pembangunan yang bongkar pasang tidak

Page 46: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

terjadi.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN III - 14

Page 47: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 48: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

1. Fungsi Drainase Perkotaan

Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase

sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep berwawasan lingkungan

Fungsi drainase perkotaan :

a). Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan

dampak negatif.

b). Mengalirkan air permukaan kebadan air terdekat secepatnya

c). Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk

persediaan air dan kehidupan akuatik.

d). Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

Berdasarkan fungsi pelayanan,

a). Sitem drainase lokal

b). Sistiem drainase utama

c). Pengendalian banjir (Flood Control)

Berdasarkan fisiknya :

a). Sistem saluran primer

b). Sistem saluran sekunder

c). Sistem saluran tersier

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 1

Page 49: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

a). Sitem drainase lokal

b).Sistiem drainase utama

c). Pengendalian banjir (Flood Control)

Gambar SISTEM DRAINASE KOTA

Sungai

d). Sistem saluran primer

e). Sistem saluran sekunder

f). Sistem saluran tersier

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 2

Page 50: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2. Bentuk-bentuk Saluran

Bentuk tipe saluran drainase terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Saluran Terbuka

2. Saluran Tertutup

2.1.1 Saluran terbuka

Saluran terbuka umumnya digunakan pada daerah yang :

Saluran Bentuk Trapesium

- Lahannya masih memungkinkan (luas)

- Lalu lintas pejalan kaki

- Baban dikiri dan kanan saluran relatif ringan

a). Bentuk Trapesium

Umumnya digunakan pada daerah yang masih mempunyai

lahan cukup luas, dan harga lahan murah, umumnya

digunakan untuk saluran yang relatif besar.

b). Bentuk segi empat

Umumnya digunakan pada daerah yang lahannya

tidak terlalu lebar, dan harga lahan mahal.

Umumnya digunakan untuk saluran

yang relatif besar dan sedang. Saluran Bentuk Segi Empat

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 3

Page 51: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

c). Bentuk setengah lingkaran

Umumnya digunakan pada saluran di lingkungan

permukiman berupa saluran sekunder dan tersier

d). Bentuk segi tiga

Umumnya digunakan pada daerah permukiman

sebagai saluran tersier.

Keuntungannya dapat mengalirkan air pada debit yang kecil.

Kerugiannya sulit dalam perawatan.

Saluran Bentuk Setengah Lingkaran

Saluran Bentuk Segi Tiga

e) Bentuk Kombinasi

Bentuk kombinasi umumnya digunakan agar dapat menampung

dan mengalirkan debit air yang besar dan dapat pula mengalirkan

debit air yang kecil (debit minimum).

e.1. Kombinasi trapesium dengan segi empat.

e.2 Kombinasi trapesium dengan setengah lingkaran.

e.3 Kombinasi trapesium dengan trapesium.

e.4 Kombinasi trapesium dengan segi tiga.

e.5 Kombinasi segi empat dengan segi empat.

e.6 Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran.

e.7 Kombinasi segi empat dengan segi tiga.

Salah satu Contoh Saluran Bentuk Kombinasi Trapesium dengan Segi Empat

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 4

Page 52: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2.1.2 Saluran tertutup

Saluran tertutup umumnya dipakai pada :

Daerah yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan)

Daerah yang lalu lintas pejalan kaki padat

Lahan yang dipakai untuk lapangan parkir

a). Bentuk lingkaran

Keuntungannya :

- Mudah dalam menyiapkan cetakan.

- Mudah dalam menghitung ukuran yang dibutuhkan

oleh debit air yang ada.

Kerugiannya :

harus menyiapkan perletakan yang sesuai

b). Bentuk persegi empat

Keuntungannya :

Saluran Tertutup Bentuk Lingkaran

- Mudah dalam mengubah ukuran.

- Mudah menyiapkan cetakan

- Mudah menghitung besar ukuran yang dibutuhkan

Saluran Tertutup Bentuk Persegi Empat

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 5

oleh debit air yang tersedia.

Page 53: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Saluran Tertutup Bentuk Tapal Kuda

c). Bentuk tapal kuda

Keuntungannya :

- Ekonomis untuk ukuran saluran yang besar.

Kerugiannya :

- Sulit dalam pelaksanaan.

- Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan.

d). Bentuk bulat telur

Keuntungannya :

- Sangat baik untuk debit aliran yang kecil

Kerugiannya :

- Mahal.

- Sukar dalam penyetelan di lapangan

Saluran Tertutup Bentuk Bulat Telur

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 6

Page 54: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3. Material Konstruksi

Berdasarkan material konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan ats beberapa macam, yaitu :

1. Saluran tanah

2. Saluran pasang batu

3. Saluran beton

4. Saluran dengan perkuatan kayu

3.1.1 Saluran Tanah

Saluran tanah umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai tekstur

tanah yang relatif keras dan topografi yang baik (tidak terlalu curam dan

tidak terlalu datar) hal iniuntuk menghindari terjadinya erosi dan sedimentasi

dan tumbuhnya tanaman air. Saluran tanah umumnya berpenampang

trapesium, hal ini untuk menghindari longsornya talud.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan saluran tanah

adalah :

- Air dapat mengalir secara grafitasi.

- Kecepatan air sesuai dengan yang diizinkan.

- Jenis material (bahan tanah) yang membentuk saluran relatif padat.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 7

Page 55: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Saluran tanah dapat dibagi atas 2 (dua) macam :

a). Saluran tanah asli

b). Saluran tanah yang dipadatkan secara mekanis.

Saluran Tanah Yang Dipadatkan Secara Mekanis

3.2 Saluran Pasangan Batu

Saluran pasangan batu umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai

tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan saluran pasangan

batu :

- Kecepatan aliran yang diizinkan.

- Kemiringan saluran yang diizinkan.

- Kekuatan tanah pendukung badan saluran.

Saluran pasangan batu dapat terbagi atas :

a). Pasangan batu pada dasar dan talud saluran.

b). Kombinasi antara pasangan batu untuk talud, dengan yang dipadatkan

secara mekanis untuk dasar saluran.

c). Kombinasi antara pasangan batu untuk talud, dengan tanah asli untuk dasar

saluran.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 8

Page 56: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3.3 Saluran beton (yang diberi lapisan)

Saluran beton (yang dilapisi) umumnya digunakan pada daerah yang

mempunyai topografi, yang terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai

tekstur tanah yang relatif lepas. Lapisan saluran dimaksudkan untuk melindungi

saluran dari erosi, serta untuk memudahkan pengaliran pada volume air yang

kecil.

Faktor yang harus dipertimbangkan :

- Kecepatan aliran yang diizinkan.

- Kemiringan saluran yang diizinkan. Saluran Pasangan Beton Bertulang

Pada Dasar dan Talud Saluran - Kekuatan tanah pendukung badan salura.

Saluran Kombinasi Pasangan Beton Bertulang Untuk Talud dan Tanah yang Dipadatkan

Pada Dasar Saluran

a). Pasangan beton bertulang pada dasar dan talud saluran.

b). Kombinasi pasangan beton bertulang untuk talud, dan tanah yang

dipadatkan untuk dasar saluran.

Besar tulangan melintang ataupun mamanjang disesuaikan dengan besar

beban (debit) yang dipikul oleh saluran.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 9

Page 57: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3.4 Saluran dengan perkuataan kayu

Saluran dengan perkuatan kayu umumnya digunakan pada daerah yang

mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi

pergeseran (tanah bergerak).

Faktor yang perlu diperhatikan :

- Daya tahan kayu terhadap air.

- Tersedianya bahan baku dilapangan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 10

Saluran dengan perkuatan kayu dapat terdiri atas :

a). Saluran dengan dinding tegak.

b). Saluran dengan dinding miring.

c). Saluran dengan dinding miring memakai balok pengaku.

Page 58: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

4. Bangunan Pelengkap

Disamping fungsi, bentuk dan jenis material saluran seperti diuraikan diatas, saluran drainase berhubungan erat dengan

bangunan pelengkapnya diantaranya :

a) Gorong-gorong

b) Bangunan pintu air

c) Pompa dan rumah pompa

d) Kolam tandon atau kolam penampungan sementara

e) Bangunan terjunan

f) Bangunan penyaringan sampah

g) Bangunan lubang pemeriksaan atau manhole

h) Resapan Air

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 11

Page 59: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

a). Gorong-gorong

Gorong-gorong merupakan suatu konstruksi yang dibangun akibat adanya

persimpangan antara jalan atau jalan kereta api dengan saluran. Bentuk

gorong-gorong umumnya lingkaran (buis beton) atau persegi empat (beton

bertulang).

Ukuran gorong-gorong minimum sama dan sebangun dengan tampang

saluran inletnya. Bangunan pada inlet gorong-gorong harus memperhatikan

pola aliran yang streamline, tidak bergejolak akibat benturan dari

pertemuan dua atau lebih saluran.

PROFIL KONSTRUKSI PADA INLET GORONG-GORONG

BENAR

Gorong-gorong Kekecilan

Ideal : Tampang Gorong-gorong Sama dengan Tampang Saluran

SALAH

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 12

Page 60: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

b). Bangunan Pintu Air

Bangunan pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk

mengatur keluar atau masuknya aliran dari saluran atau polder ke

badan air. Pintu air biasanya dibangun pada daerah pasang surut, untuk

mengatur aliran dalam saluran.

a). Pintu air bentuk putaran.

b). Pintu aiir bentuk klep (aotomatis).

Pintu Air Bentuk Putaran

Laut

Air Laut Surut Pintu Air Membuka

Air Laut Pasang Pintu Air Menutup

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 13

Page 61: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

c). Pompa dan Rumah Pompa

Pompa adalah suatu alaat yang berfungsi untuk memindahkan

air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.

Pompa biasanya dibutuhkan pada :

- Daerah pasang surut, atau daerah muara sungai.

- Elevansi saluran lebih rendah dari badan

penerima air (daerah cekungan)

Pompa Centrifugal

Pompa Ulir / Screw Pump

Desain Kurang Baik : Pompa sukar untuk

diperbaiki

Desain Sangat Baik : Pompa rusak bisa diangkat

keatas

POMPA CELUP / BENAM POMPA AXIAL SUMBU TETAP

Katrol

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 14

Page 62: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

d). Kolam Tandon

Kolam tandon adalah kolam penampung air sementara.

Dalam hal tertentu kolam tandon dapat berfungsi sebagai :

- Kolam yang menampung air untuk memberi kesempatan

air meresap ke dalam tanah

- Sebagai penampung air sementara agar tidak banjir.

- Sebagai kolam pengumpul untuk menaikkan tinggi muka air

minimum yang dibutuhkan pompa.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 15

Page 63: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

e). Bagunan Terjunan

Bangunan terjunan digunakan untuk mengurangi

kecepatan aliran agar tidak merusak saluran bangunan

lain, disamping ini juga berfungsi untuk menurunkan muka

air. Bangunan terjunan juga diperlukan jika kemiringan

saluran terlalu curam sehingga mengakibatkan kecepatan

aliran yang tinggi. Bangunan terjunan tegak

Bangunan terjunan terdiri dari atas :

- Bangunan terjunan tegak

- Bangunan terjunan miring

Bangunan terjunan juga dapat dibuat secara bertangga

( cascade ).

Hubungan kemiringan saluran ( i % ) dengan jarak antara

bangunan terjunan / pematah arus (L) Bangunan terjunan miring

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 16

i % 6 7 9 8

6 8 7 10 16 L (m)

10 i %

Cascade system L

Page 64: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

f). Bangunan Penyaring Sampah

Bangunan penyaring sampah merupakan suatu konstruksi yang

berfungsi untuk menyingkirkan sampah dari aliran, biasanya

konstruksinya diletakkan di muka inlet gorong-gorong /

bangunan pelengkap lainnya.

Lay-out Bangunan Penyaring Sampah

g). Bangunan Lubang Pemeriksaan (Man- Hole)

Bangunan lubang pemeriksaan merupakan suatu

konstruksi yang dibangun pada suatu saluran tertutup,

berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang terbawa air

dalam saluran tersebut.

Lubang Pemeriksaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 17

Page 65: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

h). Peresapan Air

Sumur Resapan

Peresapan air merupakan suatu upaya untuk melestarikan air tanah

agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan

antara lain : instruksi air laut ke darat, penurunan permukaan tanah,

dan menurunnya permukaan air.

Sistem resapan air hujan atau aliran permukaan terdiri atas 2 (dua)

jenis :

1. Sistem On-site, contohnya : sumur resapan dipekarangan rumah

2. Sistem Off-site, contoh : kolam retensi, tandon / waduk

Peresapan air dapat pula dilakukan melalui :

- Reboisasi

- Terasering

- Mengurangi penutupan permukaan tanah di pekarangan

- Saluran resapan

- Bidang resapan pada lahan parkir, taman, dll

Gambar : Kolam Retensi

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 18

Page 66: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Pengertian-2

Yang dimaksud dengan :

1) Drainase perkotaan adalah drainase diwilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,

sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.

2) Bentuk saluran adalah bentuk profil atau potongan melintang saluran.

3) Saluran terbuka adalah saluran yang sisi bagian atasnya terbuka.

4) Saluran tertutup adalah saluran yang seluruh sisinya tertutup.

5) Saluran tanah adalah saluran terbuka yang seluruh material konstruksinya menggunakan tanah.

6) Saluran tanah yang dipadatkan adalah saluran terbuka yang seluruh material konstruksinya menggunakan tanah

yang dipadatkan secara mekanis.

7) Saluran pasangan batu adalah saluran yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan potongan batu kali

atau batu gunung tanpa diberi pembesian.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 19

Page 67: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

8) Saluran beton adalah saluran terbuka atau tertutup yang seluruh atau sebagian konstruksinya menggunakan

campuran beton dengan pembesian.

9) Saluran dengan perkuatan kayu adalah saluran terbuka yang ketiga sisinya diberi lapisan papan yang diberi

perkuatan.

10) Gorong-gorong adalah suatu konstruksi yang dibangun akibat adanya persilangan antara jalan atau jalan kereta api

dengan saluran.

11) Bangunan pintu air adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengatur keluar atau masuknya aliran air dari saluran

atau polder ke badan penerima air.

12) Pompa adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahklan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih

tinggi.

13) Kolam tandon adalah kolam atau tempat penampungan air sementara.

14) Bangunan terjunan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk mengurangi kemiringan saluran dan kecepatan aliran

air.

15) Bangunan Penyaring sampah adalah suatu konstruksi yang dibagun di bagian muka gorong-gorong yang berfungsi

untuk menyaring sampah dari saluran air.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 20

Page 68: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

16) Lubang pemeriksaan adalah sebuah konstruksi yang dibangun pada saluran tertutup yang berfungsi untuk mengetahui

kotoran yang terbawa air didalam saluran, dan untuk jalan masuk dan keluarnya pekerja pemeriksa saluran.

17) Bangunan penangkap pasir adalah suatu konstruksi pada sistem saluran yang berfungsi untuk mengendapkan partikel

pasir yang ikut di dalam aliran air.

18) Erosi adalah proses lepasnya butiran tanah yang terjadi pada saluran akibat aliran air.

19) Sedimentasi adalah terjadinya timbunan lumpur di dalam suatu saluran.

20) Talud adalah dinding saluran.

21) Kemiringan talud (m) adalah kemiringan dinding saluran yang dihitung dari perbandingan antara arah vertikal dan

horizontal.

22) Kecepatan aliran adalah kecepatan air mengalir dalam saluran.

23) Kemiringan dasar saluran adalah kemiringan arah memanjang saluran yang diatur untuk mendapatkan kecepatan

aliran yang diizinkan.

24) Riprap adalah kumpulan batu tanpa perekat yang diatur sedemikian yang berfungsi untuk melindungi dasar saluran

dari gerusan air.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 21

Page 69: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

25) Tinggi jagaan (F) adalah batas tinggi maksimum permukaan air pada suatu penampang saluran dengan puncak

tanggul.

26) Badan penerima air adalah pembuangan akhir saluran drainase dapat berupa sungai, danau dan laut serta di bawah

permukiman tanah berupa air tanah di dalam akifer.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IV - 22

Page 70: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 71: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PERANCANGAN WADUK

Pada dasarnya pembangunan waduk, tandon, atau polder untuk menangani banjir, bukanlah suatu

keharusan, bahkan sebaiknya jika bisa untuk dihindari, karena waduk untuk menangani banjir biasanya harus

dilengkapi dengan pompa yang rumit / sulit serta mahal biaya investasi, operasi dan pemeliharaannya.

Pilihan membangun waduk untuk menangani banjir harus dilakukan apabila saluran drainase utama harus

bermuara pada lokasi yang sulit, seperti;

• ke laut, dimana memiliki kondisi pasang yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan aliran air untuk langsung

dibuang ke laut, karena akan ada efek back water (arus balik).

• ke sungai, dimana memiliki muka banjir yang lebih tinggi dari saluran drainase utama, sehingga tidak

memungkinkan air langsung dibuang ke sungai tersebut, karena juga akan ada efek back water (arus balik).

Pada kondisi-kondisi tersebut di atas akan terjadi efek back water, ditambah lagi bila debit puncak pada

saluran drainase bersamaan dengan pasang air laut, atau pasang/banjir sungai, hal ini akan mengakibatkan

terjadinya banjir (gambar a).

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 1

Page 72: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Pada keadaan ini untuk menurunkan muka air akibat back water dapat dibuat tandon (waduk) banjir di muara

sungai, bila perlu dibuat pintu air dan pompa untuk memompa air tandon langsung ke-laut atau sungai besar pada

saat air pasang (Gambar 2).

Tetapi pembangunan tandon bukan merupakan suatu keharusan. Dapat juga dilakukan normalisasi sungai

(dilebarkan dan/atau diperdalam).

Gambar 1 Keadaan sebelum dibangun tandon/waduk Gambar 2 Keadaan setelah dibangun tandon/waduk

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 2

Page 73: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PERHITUNGAN TANDON/WADUK

UNTUK MENANGANI BANJIR

Berikut ini akan dijelaskan suatu perhitungan tandon banjir yang dilengkapi dengan fasilitas pompa.

GAMBAR - 3. Denah Daerah Aliran Drainase KLMNO

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 3

Page 74: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

GAMBAR - 4. Gambar Waduk 3D

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 4

Page 75: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

CONTOH PERHITUNGAN

Diketahui suatu daerah seperti yang ada di Gambar - 3. Suatu areal di kota besar luas A=50 ha merupakan

daerah aliran drainase KLMNO dengan koefisien pengaliran 0.8, waktu pengaliran di sepanjang saluran (td)=60 menit.

Sedangkan waktu konsentrasi (tc)=70 menit. Keadaan tata guna lahan yang mengakibatkan angka pengaliran

(c)=0.8, muka air (MA) saluran 3.50 meter lebih rendah dari MA tertinggi pada badan air penerima.

Kondisi intensitas hujan dapat dilihat pada Gambar- 5

Penyelesaian :

Langkah 1

Mencari desain optimal antara besaran waduk dan pompa

a. Asumsi perhitungan

• Total inflow – total outflow = storage penampungan pada waktu (t) • Bentuk hydrograf aliran masuk (inflow) yang digunakan sesuai bagi penggunaan rumus modifikasi rasional • Rate dari flow dianggap konstan • Pada permulaan hujan (t=0) waduk dalam keadaan kosong. • Asumsi grafik intensitas hujan dengan periode 2, 5, dan 10 tahun telah diperoleh (Gambar W5).

b. Prosedur perhitungan

(1) Debit maksimum aliran masuk pada titik K

7.060)702(

702=

+×22 ×

=+

=tdtc

tcCs

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 5

Page 76: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Kota besar dengan A=500 ha, periode ulang yang digunakan adalah 5 tahunan, maka menurut Gambar - 5,

tc=70 I=180 liter/detik-ha

Perhitungan Debit puncak (Qp).

ikik

Idet

1805008.07.0

mliter

ACCsQp

det/4,50/50400

)(

3=

=×××=×××=

(2) Gambaran hydrograf aliran masuk pada peta K dapat di lihat pada Gambar - 2

(3) Hitungan kumulatif aliran masuk di titik K sesuai total kumulatif flow di arahkan dalam Tabel W1

(4) Hitungan kapasitas inflow kritis dengan sistem coba-coba dengan menggunakan model hydrograf yang

waktu kritisnya lebih dari waktu konsentrasinya (tkritis>tkonsentrasi atau te>tc) dari saluran tersebut.

Untuk ini dicoba nilai te=100 menit

I=125 liter/detik-ha

77,060)1002(

1002=

+×22 ×

=+

=tdte

teCs

ikmliter

IACCsQp

det/5,38det/38500

1

3=

= ik1255008.077.0 ×××=×××=

Gambaran hydrograf waktu krisis dapat dilihat pada Gambar - 3

(5) Hitungan pertambahan kumulatif volume inflow krisis pada Tabel W2

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 6

Page 77: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

(6) Hasil kumulatif tabel W1 dan W2 di plot pada grafik kumulatif aliran pada Gambar - 4. Terlihat bahwa tidak

terjadi aliran krisis pada kondisi daerah aliran tersebut yang lebih besar dari perencanaan aliran berdasarkan

waktu konsentrasi, maka dasar hydrograf yang diambil adalah yang sesuai dengan waktu konsentrasi (time of

consentration).

(7) Mencoba memplot outflow untuk beberapa kapasitas pompa 5m3/detik, 10m3/detik, 15m3/detik, 20m3/detik.

Terdapat kombinasi-kombinasi sebagai berikut :

1. Untuk pompa 5m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 90.000 m3.

2. Untuk pompa 10m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 135.000 m3.

3. Untuk pompa 15m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 180.000 m3.

4. Untuk pompa 20m3/detik diperkirakan volume waduk adalah 240.000 m3.

Kombinasi yang diambil adalah kombinasi yang termasuk dalam :

Kategori luas area yang akan dijadikan waduk dan jumlah pompa yang akan digunakan yang akan

mempengaruhi biaya operasi dan pemeliharaan pompa.

CARA PERHITUNGAN TABEL W1 DAN W2:

Kolom 1

Waktu kumulatif – untuk soal ini diasumsikan berselang setiap 20 menit.

Kolom 2

Nilai kolom ini pada Tabel W1 diperoleh dengan cara mengeplotnya pada Gambar - 6 (lihat garis merah), bila waktu

kumulatif=40 menit maka Aliran masuk=28,8

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 7

Page 78: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Nilai kolom ini pada Tabel W2 diperoleh dengan cara mengeplotnya pada Gambar - 7 (lihat garis biru), bila waktu

kumulatif=40 menit maka Aliran masuk=22

Kolom 3

Nilai pada kolom ini diperoleh dengan cara merata-ratakan nilai aliran masuk.

Contoh :

Pada Tabel W1 Untuk memperoleh nilai pada kolom 3 (14,4 + 28,8)/2=21,6

Pada Tabel W2 caranya sama.

Kolom 4

Nilai pada kolom ini merupakan nilai selang waktu dari kolom 1. Nilai selang waktunya adalah 20 menit = 20 x 60 = 1200

detik.

Kolom 5

Nilai pada kolom ini diperoleh dengan :

Rata-rata nilai Aliran masuk x At

Contoh :

Pada Tabel W1 21,6 x 1200 = 25920

Kolom 6

Diperoleh dengan menjumlahkan nilai volume.

Contoh :

Pada Tabel W1 baris ke-3 Diperoleh dari:

0 + 8640 + 25920 = 34560

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 8

Page 79: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

CARA MEMPEROLEH VOLUME WADUK (CARA MEMPEROLEH GRAFIK W8)

Setelah memperoleh nilai-nilai kumulatif volume dari Tabel W1 dan Tabel W2, kemudian buatlah grafik hubungan

antara kumulatif waktu dengan kumulatif volume. (Lihat Gambar - 8 garis melengkung berwarna biru tua dan

ungu. Garis biru tua menerangkan kumulatif QP yang diperoleh dari Tabel W1, dan garis ungu menerangkan

kumulatif QP1 yang diperoleh dari Tabel W2).

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai kumulatif volume terbesar adalah grafik kumulatif QP yang

berwarna biru tua. Sehingga untuk memperoleh kapasitas waduk, grafik ini yang akan digunakan, karena memiliki

nilai kumulatif tertinggi)

Setelah memperoleh grafik kumulatif waktu dengan kumulatif volume, tentukan jenis-jenis pompa yang akan

digunakan (ditentukan pompa yang akan digunakan antara lain berkapasitas 5 m3/detik, 10 m3/detik, 15

m3/detik, 20 m3/detik).

Hitunglah besar volume air yang dapat di pompa per satuan waktu.

Volume = Kapasitas Pompa x Waktu

Contoh a:

Untuk pompa 5 m3/detik, hitung volume untuk 20 menit (20 menit = 20 x 60 detik = 1200 detik)

Volume = 5 m3/detik x 1200 detik = 6000 m3

Contoh b:

Untuk pompa 10 m3/detik, hitung volume untuk 40 menit (40 menit = 40 x 60 detik = 2400 detik)

Volume = 10 m3/detik x 2400 detik = 24000 m3

Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel W3, untuk masing-masing kapasitas pompa.

Hasil perhitungan pada Tabel W3, diplot pada Gambar W8 (lihat garis putus-putus pada Gambar W8)

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 9

Page 80: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Karena kumulatif volume tertinggi adalag grafik kumulatif QP, maka untuk mencari volume waduk dilakukan

dengan mencari jarak terjauh antara grafik Kumulatif QP dengan grafik volume masing-masing pompa.

Contoh :

Berapa besar volume waduk yang bila kapasitas pompa yang digunakan adalah 5m3/detik?

Maka besar volume waduk diperoleh dengan cara mencari “garis tegak lurus terhadap sumbu datar” terpanjang

– antara grafik Kumulatif QP dengan grafik volume pompa berkapasitas 5m3/detik. (ingat: cari garis tegak lurus

terpanjang antara grafik kumulatif QP dengan volume pompa berkapasitas 5m3/detik).

Dari garis terpanjang tersebut membentang sejajar sumbu tegak antara volume 180.000 m3 sampai 270.000 m3.

Sehingga dapat dilihat besarnya volume waduk bila kapasitas pompa 5m3/detik adalah :

Volume waduk = 270.000 m3 – 180.000 m3 = 90.000 m3.

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 10

Page 81: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Kumulatif Waktu (menit)

Aliran Masuk (m3/detik)

Rata-rata Aliran Masuk (m3/detik) At (detik) Volume (m3) Kumulatif Volume

(m3)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

0 0 0 20 14.4 7.2 1200 8640 864040 28.8 21.6 1200 25920 3456060 43.2 36 1200 43200 7776080 46.522 44.861 1200 53833.2 131593.2

100 38.768 42.645 1200 51174 182767.2120 31.014 34.891 1200 41869.2 224636.4140 23.26 27.137 1200 32564.4 257200.8160 15.506 19.383 1200 23259.6 280460.4180 7.752 11.629 1200 13954.8 294415.2200 0 3.876 1200 4651.2 299066.4

TABEL W1. Kumulatif Aliran Masuk QP Durasi Tc

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 11

Page 82: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

TABEL W2. Kumulatif Aliran Masuk QP1 Durasi te

Kumulatif Waktu (menit)

Aliran Masuk (m3/detik)

Rata-rata Aliran Masuk (m3/detik) At (detik) Volume (m3) Kumulatif Volume

(m3)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

0 0 020 11 5.5 1200 6600 660040 22 16.5 1200 19800 2640060 33 27.5 1200 33000 5940080 38.5 35.75 1200 42900 102300

100 38.5 38.5 1200 46200 148500120 32.571 35.5355 1200 42642.6 191142.6140 26.647 29.609 1200 35530.8 226673.4160 20.723 23.685 1200 28422 255095.4180 14.799 17.761 1200 21313.2 276408.6200 8.875 11.837 1200 14204.4 290613220 2.951 5.913 1200 7095.6 297708.6230 0 1.4755 1200 1770.6 299479.2

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 12

Page 83: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Debit Pompa

Kumulatif Waktu (menit)

5 m3/detik 10 m3/detik 15 m3/detik 20 m3/detik

0 0 0 0 020 6000 12000 18000 2400040 12000 24000 36000 4800060 18000 36000 54000 7200080 24000 48000 72000 96000

100 30000 60000 90000 120000120 36000 72000 108000 144000140 42000 84000 126000 168000160 48000 96000 144000 192000180 54000 108000 162000 216000200 60000 120000 180000 240000220 66000 132000 198000 264000230 69000 138000 207000 276000

TABEL W3. Kumulatif Debit Pompa

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 13

Page 84: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130

Waktu Konsentrasi Hujan (menit)

Inte

nsita

s (m

m/ja

m)

140 150 160 170 180

Series1

10 tahunan 5 tahunan 2 tahunan

200

250

300

350

400

450

500

550

600

100

GAMBAR - 5. Kurva Intensitas Hujan

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 14

Page 85: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

0

10

20

30

40

50

60

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 1

Waktu (menit)

Deb

it M

asuk

(m^3

/det

ik)

50 160 170 180 190 200 210tc tc+td

GAMBAR - 6. Hydrograf Aliran Masuk Di Titik K

tc = 70 menittd = 60 menit

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 15

Page 86: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

GAMBAR W7. Hydrograf Bila Terjadi Waktu Kritis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

110

120

130

140

150

160

170

Waktu (menit)

Deb

it M

asuk

(m^3

/det

ik)

180

190

200

210

220

230

240

250

tc = 70 menit

td = 60 menitte = 100 menit

tc

te

tc+td

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 16

Page 87: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

0100002000030000400005000060000700008000090000

100000110000120000130000140000150000160000170000180000190000200000210000220000230000240000250000260000270000280000290000300000310000320000

Kumulatif Waktu (menit)

Kum

ulat

if A

liran

(m^3

)

Kumulatif QP

Kumulatif QP1

Pompa 5 m^3/detik

Pompa 10 m^3/detik

Pompa 15 m^3/detik

Pompa 20 m^3/detik

90.0

00 m

3

135.

000

m3

180.

000

m3

240.

000

m3

GAMBAR - 8. Kumulatif Aliran

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 17

Page 88: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PEMILIHAN POMPA

Fungsi pompa dalam system drainase perkotaan adalah untuk melayani aliran banjir yang cukup besar. Ciri khas

pompa drainase adalah keperluan head tekan yang rendah dengan debit yang besar.

Jenis – jenis Pompa

Ada dua jenis dasar pompa yang biasa digunakan untuk system drainase, yaitu :

a. Archemidian Screw

b. Rotodynamic Pumps

Pompa jenis Archemidian screw jarang digunakan,

karena hanya sesuai bila kapasitas alirannya

tertentu dan tidak berubah secara drastic ( lebih

kurang tetap ).

Pompa Ulir / Screw Pump

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 18

Page 89: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Pompa Rotodynamic terdiri atas 2 jenis :

1. Pompa Centrifugal ( aliran radial ) : umumnya bercirikan kapasitas aliran sedang dengan kuatan desak yang

cukup tinggi

2. Pompa Axial : memiliki kapasitas besar dengan tinggi desak (tekan) yang rendah sampai sedang.

Pompa Centrifugal

Desain Kurang Baik : Pompa sukar untuk

diperbaiki

Desain Sangat Baik : Pompa rusak bisa diangkat keatas

POMPA CELUP / BENAM POMPA AXIAL SUMBU TETAP

Katrol

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 19

Page 90: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Jenis Pompa dan Penerapannya

JENIS POMPA TINGGI TEKAN KAPASITAS KETERANGAN ( m ) ( m3/det. )

1. Archemidian 2 - 4 0,5 – 6 - aliran masuk konstan

- Lokasi terpencil

2. Aliran Radial 20 - 60 0,5 - 1,5 - Aliran masuk sedang

3. Aliran Campur 1 - 10 0,5 - 10 - Sering digunakan pada

Pemilihan pompa didasarkan pula kepada effisiensi pengoperasian dan ekonomis.

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN V - 20

Page 91: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 92: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitas /

kegiatannya di perkotaan, kerap berdampak terjadinya

perubahan fungsi dan peruntukan lahan serta mengakibatkan

menurunnya daya tampung lahan di pusat kota.

Perubahan fungsi dan peruntukan lahan tersebut yang tanpa

memperhatikan keseimbangan air akan mengurangi jalur

lintasan air dan daya resapannya, meningkatkan kecepatan

maupun volume limpasan air permukaan yang dapat

menimbulkan genangan bahkan banjir besar.

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 1

Page 93: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Beberapa usaha untuk mengurangi genangan air adalah

dengan meningkatkan fungsi dan kapasitas saluran drainase

yang ada, antara lain dengan melakukan : reboisasi, normalisasi

saluran, rehabilitasi saluran, pembuatan saluran baru, sodetan,

pemanfaatan kolan retensi, atau menambah kolam retensi.

Kolam Retensi

Tandon / Waduk / Polder

Acapkali genangan air tidak sepenuhnya dapat teratasi

dengan usaha-usaha tersebut diatas bila terjadi hujan lebat

yang datangnya bersamaan dengan pasangnya air laut,

sehingga kelebihan air tersebut perlu ditahan dulu beberapa

saat dikolam-kolam retensi yang ada atau dilakukan peresapan

sebagian kelebihan air tersebut melalui “ sumur resapan” .

Keberadaan sumuran resapan ini cukup memiliki andil dalam

mengurangi genangan air atau banjir , meredam debit

limpasan permukaan, bahkan sebagai upaya konservasi air

dengan salah satu tujuannya selain menambah cadangan air

tanah adalah untuk menekan intruisi air laut.

Kolam Retensi

Saluran Retensi

Perumahan

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 2

Page 94: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

a. Menampung air hujan agar tidak

menggenang

b. Mengurangi kapasitas banjir / genangan ( dengan kata lain : memperkecil “run-off:”

/ aliran permukaan )

c. Mengurangi dimensi saluran drainase

d. Menambah cadangan dan keseimbangan

air tanah

Tanpa System Sumur Resapan

Saluran Kosong

Dengan System Sumur Resapan

Saluran Penuh

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 3

Page 95: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Sistem resapan air hujan atau aliran permukaan terdiri atas 2 (dua) jenis :

1. Sistem On-site, misalnya sumuran resapan dipekarangan rumah.

2. Sistem Off-site, misalnya kolam retensi, tandon, atau waduk

Taman Parkir Halaman Rumah

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 4

Page 96: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Peresapan air hujan dapat pula dilakukan

melalui :

• Reboisasi

• Terasering

• Saluran resapan

• Bidang resapan, pada lahan parkir

atau halaman / taman

• Dll

Kolam Retensi

Tandon / Waduk / Polder

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 5

Page 97: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Langkah-langkah pembuatan sumur resapan air hujan :

SISTEM PENAMPUNBGAN AIR HUJAN TERPUSAT

( WADUK, dll )

TINGGI MUKA

AIR

> 3 meter

> 2 cm/jam

PERME-A-

BILITAS

PERSYA-RATAN JARAK

Memenuhi

Tidak memenuhi

< 2 cm/jam

< 3 meter

SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Sedangkan aturan mengenai tata cara perencanaan teknik

sumuran resapan air hujan untuk lahan pekarangan telah

tertuang dalam Standar Nasional Indonesia yaitu : SK SNI T –

06 – 1990 – F.

Persyaratan umum yang diberikan adalah :

a. sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang lulus air

(poreous) dan tahan longsor

b. sumur resapan air hujan bebas dari kontaminasi /

pencemaran limbah

c. air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air

hujan

d. Permeabilitas tanah yang dapat digunakan untuk sumur

resapan minimal 2,0 cm/jam.

e. Tinggi muka air tanah cukup rendah ( kontour air

tanahnya dalam ) ( > 3 meter )

f. Penempatan atau jarak minimum sumur resapan air

hujan dari bangunan lain adalah sebagai berikut :

1. jarak terhadap tangki septik : 2 meter

2. jarak terhadap resapan tangki septik, cubluk, saluran

air limbah, pembuangan sampah : 5 meter

3. jarak terhadap sumur resapan air hujan/sumur air

bersih : 2 meter

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 6

Page 98: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

38 % menguap

30 % menguap 38 % menguap

47 % menguap

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 7

Page 99: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

SUMUR RESAPAN

Lapisan Penutup

Tanah Asli Batu Kali Kosong

Batu Bata Kosong Saluran /

Pipa Masuk

Air Hujan Dari Talang

Potongan Isometris Sumur Resapan Potongan Melintang Sumur Resapan

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 8

Page 100: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 9

Page 101: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN DAN PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VI - 10

Page 102: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 103: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

1 PENGANTAR

Dengan berkembangnya daerah hunian diperkotaan, sistem drainase

harus disusun dan dibuat secara terencana. Untuk menjaga lingkungan

permukiman di perkotaan tetap aman terhadap genangan atau aliran

yang tidak terkendali, maka kegiatan operasi dan pemeliharaan

merupakan kegiatan penting untuk memelihara agar tetap

berfungsinya atau mengalirnya air permukaan ke daerah-daerah

rendah.

Buku panduan ini dimaksudkan agar pelaksana pembangunan

drainase dapat mempersiapkan dan melakukan operasi dan

pemeliharaan secara mandiri dan berkesinambungan untuk menjaga

tetap berfungsinya sarana dan prasarana drainase perkotaan sesuai

dengan maksud dan fungsinya.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 1

Page 104: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

2 PERENCANAAN

Untuk dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan maka sebelum melaksanakan kegiatan Operasi dan

Pemeliharaan diperlukan perencanaan, pemrograman dan perhitungan biaya untuk melaksanakan pekerjaan

tersebut.

- Penyebaran dari informasi

tersebut

- Penanggungjawab

pengelolanya.

- Jenis data dan sumber

data yang dikumpulkan

- Frekuensi dan metode

pengumpulan data

- Isi dan ketepatan waktu

penyampaian data

• LENGKAP • BAIK • RELEVAN

PERENCANAAN

PROGRAM

PEMBIAYAAN

DATA-2

PENYAMPAIAN INFORMASI

Tepat Waktu !

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PRA- O & P

PERHATIKAN : !

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 2

Page 105: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Perencanaan dalam kegiatan Operasi dan Pemeliharaan

drainase pada dasarnya sama dengan perencanaan

yang dilaksanakan dalam kegiatan alam pada bidang-

bidang yang lain, yaitu merencanakan /

mendayagunakan sumber-sumber daya / resources

yang berupa manusia, material, peralatan, uang, dan

metode.

Sistem informasi manajemen sangat vital untuk dapat

merencanakan kegiatan-kegiatan yang berupa kegiatan

mendesak yang segera ditangani, jangka pendek,

jangka menengah maupun jangka panjang.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 3

Page 106: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

3 SISTEM OPERASI

Sistem drainase tersusun atas berbagai macam prasarana aktif dan pasif yang letaknya tersebar ke seluruh kota dalam

jumlah sangat bervariasi, sehingga di perlukan suatu langkah operasi agar mencapai manfaat maksimal. Dalam kata lain

di perlukan suatu pengaturan yang baik , agar prasarana yang satu dapat menunjang prasarana yang lain dan ada

kerjasama antar prasarana tersebut.

pengaturan yang baik Mencapai Manfaat

Maksimal

INPUT DATA

Data elevasi dasar saluran dan elevasi muka jalan

Data elevasi kawasan pemukiman

Peil banjir atau elevasi banjir

Data curah hujan dengan periode pendek

( 5, 10 atau 15 menit ).

Dan lain-lain

Sistem Operasi

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 4

Page 107: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Drainase perkotaan beroperasinya berdasarkan berfungsinya sub -sistem yang lain, seperti misalnya:

a. Saluran, bekerja untuk menyalurkan air dari suatu tempat ke tempat lain. Ada dua sistem saluran, yaitu saluran terbuka dan

saluran tertutup. Saluran terbuka berpenampang bisa trapesium, bujur sangkar dsb. Saluran tertutup bisa berbentuk bulat

(pipa) atau bujur sangkar (Box Culvert).

b. Bangunan perlintasan, untuk menyalurkan air dari satu saluran ke saluran lain yang melintasi bangunan lain. Misalnya gorong-

gorong yang melintasi jalan raya.

c. Bangunan terjun dipakai untuk mendapatkan kemiringan memanjang saluran yang relatif kecil sehingga batas kecepalan

maksimum dapat dipertahankan.

d. Tanggul, berfungsi memisahkan aliran atau genangan dari satu lokasi dengan lokasi lain.

e. Pompa dan rumah pompa, untuk mengangkat air dari ketinggian yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. Atau

memindahkan aliran dari satu aliran ke aliran lain.

f. Pintu air, untuk mencegah suatu aliran masuk ke suatu sistem aliran lain atau suatu kawasan.

g. Kolam tandon, adalah kolam untuk menampung air sementara waktu sebelum air ini dialirkan ke lokasi lain, bisa

dikombinasikan dengan sistem pompa atau sistem pintu air.

h. Polder, adalah kombinasi antara sistem tanggul, sistem pintu air, dan sistem pompa. Pada sistem polder, areal pelayanan di

lokalisir dengan tanggul sehingga aliran dari daerah lain tidak dapat masuk, begitu juga sebaliknya. Pinlu air dipergunakan

untuk mencegah masuknya aliran dari bawah pada saat air pasang, sedangkan pada air surut pintu dapat dibuka dan aliran

dapat dilakukan secara gravitasi. Pada saat pasang, aliran dikeluarkan dengan memakai pompa.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 5

Page 108: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

4 SISTEM PEMELIHARAAN

4.1 Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu

saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau

kapasitas rancangannya dan efisiensinya.

Pemeliharaan dari pekerjaan drainase kota dapat dibedakan menjadi dua kategori utama:

a. Pemeliharaan Pencegahan

Ini meliputi semua aktivitas yang dilaksanakan untuk memelihara fungsi optimum dari suatu fasilitas dan komponen-komponennya

menurut suatu program pro-jadwal/pre-scheduled. Pemeliharaan pencegahan meliputi: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan

Berkala dan Pekerjaan Reparasi ( Overhauling alat – alat berat ).

b. Pemeliharaan Koreksi

Tindakan ini dilaksanakan untuk mencegah munculnya kembali kegagalan dan kerusakan suatu fasilitas. Aktivitas ini diambil atas

dasar dari suatu analisa dari kegagalan sebelumnya. Pemeliharaan Koreksi bisa meliputi: Pemeliharaan Khusus, Rehabilitasi,

Perbaikan Kapasitas ( Normalisasi )

Pemeliharaan Keadaan darurat

Aktivitas ini meliputi pekerjaan mendesak dimana dibutuhkan sebagai hasil dari kegagalan suatu komponen sistem saluran dalam

kaitan dengan runtuhnya dinding saluran, erosi, robohnya struktur, dll.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 6

Page 109: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

4.2 Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan drainase dapat digambarkan menurut sketsa diatas berikut yang

terdiri atas empat bagian :

Sistem Pemeliharaan

Inspeksi

Rutin

Pembaruan

Edisi Dokumentasi

Penyusunan

Program Pemeliharaan

Supervisi Pelaksanaan

Program

a) Pengenalan setiap bagian sarana dan prasarana sistem drainase. Kegiatan ini meliputi pengenalan sistem sarana dan prasarana drainase yang ada, yang harus dipahami cara kerja, fungsi, dan syarat teknisnya.

b) Inspeksi dan dokumentasi sarana dan prasarana sistem drainase yang ada. Sebagai masukan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan diperlukan dokumentasi tentang panjang saluran dan potongan melintangnya, kondisi gorong-gorong, keberadaan pintu air, debit pompa dsb.

c) Dari dokumentasi yang ada, kemudian dilakukan penyusunan program perbaikan dan pemeliharaan yang meliputi seluruh sarana dan prasarana sistem drainase yang ada.

d) Sebagai kontrol dan kendali program, maka disusunlah suatu kegiatan supervisi pelaksanaan program yang sekaligus menjadi wadah untuk memperbaharui dokumentasi prasarana yang ada.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 7

Page 110: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

4.2.1 Inspeksi

Kegiatan Inspeksi

Inventarisasi sarana drainase Inventarisasi peralatan Inventarisasi peran serta masyarakat Identifikasi permasalahan teknis kepatuhan masyarakat atas

peraturan yang berlaku adanya kerja sama dengan

pemeliharaan prasarana kota lain.

Konfirmasi Peralatan Berat & Peralatan lainnya

Penyusunan Program Operasi & Pemeliharaan

Kegiatan Inspeksi : Kegiatan Inspeksi :

Inventarisasi sarana drainase, dan dokumentasi atas hasil inventarisasi tersebut. Misalnya : panjang saluran, penampang melintang pada

beberapa tempat, keberadaan gorong-gorong, kondisi pintu air, atau kesiapan pompa-pompa yang ada.

Inventarisasi sarana drainase, dan dokumentasi atas hasil inventarisasi tersebut. Misalnya : panjang saluran, penampang melintang pada

beberapa tempat, keberadaan gorong-gorong, kondisi pintu air, atau kesiapan pompa-pompa yang ada.

Inventarisasi peralatan atau prasarana yang menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan, misalnya : alat berat untuk pembersih lumpur,

pompa sementara, gambar-gambar yang menunjukkan keberadaan saluran, dsb.

Inventarisasi peralatan atau prasarana yang menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan, misalnya : alat berat untuk pembersih lumpur,

pompa sementara, gambar-gambar yang menunjukkan keberadaan saluran, dsb.

Inventarisasi peran serta masyarakat yang dapat diharapkan dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan, misalnya : untuk pembersihan

saluran secara rutin, pengawasan untuk mencegah pembuangan sampah ke badan saluran.

Inventarisasi peran serta masyarakat yang dapat diharapkan dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan, misalnya : untuk pembersihan

saluran secara rutin, pengawasan untuk mencegah pembuangan sampah ke badan saluran.

Identifikasi permasalahan teknis yang akan muncul selama kegiatan, Identifikasi permasalahan teknis yang akan muncul selama kegiatan,

Misalnya : pengedukan dan perbaikan tanggul yang rusak. Bilamana ada hambatan, seperti bangunan yang ada diantara saluran atau

diatas sarana drainase yang ada, maka hubungi instansi yang terkait, atau misalnya Dinas Tata Kota, untuk membantu memecahkan

permasalahannya.

Misalnya : pengedukan dan perbaikan tanggul yang rusak. Bilamana ada hambatan, seperti bangunan yang ada diantara saluran atau

diatas sarana drainase yang ada, maka hubungi instansi yang terkait, atau misalnya Dinas Tata Kota, untuk membantu memecahkan

permasalahannya.

Menilai sampai sejauh mana kepatuhan masyarakat atas peraturan yang berlaku, apakah masih banyak penduduk yang membangun

kios atau tempat tinggal di bantaran sungai atau saluran.

Menilai sampai sejauh mana kepatuhan masyarakat atas peraturan yang berlaku, apakah masih banyak penduduk yang membangun

kios atau tempat tinggal di bantaran sungai atau saluran.

Mencatat sampai sejauh mana ada kerja sama dengan pemeliharaan prasarana kota lain, seperti misalnya masihkah para penyapu

jalan raya, memasukkan hasil sapuannya ke dalam saluran.

Mencatat sampai sejauh mana ada kerja sama dengan pemeliharaan prasarana kota lain, seperti misalnya masihkah para penyapu

jalan raya, memasukkan hasil sapuannya ke dalam saluran.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 8

Page 111: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Dalam kegiatan inspeksi sarana dan prasarana drainase, pencatatan

yang dilakukan meliputi :

a) Saluran Terbuka

Hal-hal yang dicatat pada saluran terbuka adalah ukuran, jenis

konstruksi, dan keadaan saluran. Kemudian mengisi formulir dokumentasi

yang ada.

b) Saluran Tertutup

Sama dengan pencatatan untuk Inspeksi pada saluran terbuka, hanya

pada saluran tertutup ini lebih sukar pelaksanaannya, karena pemeriksa

harus merangkak masuk ke dalam saluran melalui bak kontrol (man-hole)

dan melihat ke dalam saluran tertutup tersebut dengan diperlengkapi

lampu sorot yang kuat. Sebelum memasuki saluran tersebut, perlu

dilakukan beberapa tindakan pengamanan, agar tidak timbul

kecelakaan.

Bilamana saluran tertutup ini amat kecil ukurannya, sehingga tak dapat

dimasuki oleh Inspektur, maka bagian dalam saluran dapat diperiksa

dengan mempergunakan cermin dengan pengaturan ada cermin yang

menyorotkan cahaya, ada yang menerima gambar.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 9

Page 112: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Gorong - gorong

c) Gorong-gorung c) Gorong-gorung

Pada dasarnya inspeksi terhadap gorong-gorong ini sama halnya

dengan pemeriksaan terhadap saluran tertutup seperti yang diuraikan

tersebut diatas. Dalam inspeksi gorong-gorong, diperlukan tindakan

pengamanan lalu linlas, maupun pengamanan pihak pekerja sendiri

terhadap kendaraan yang lewat. Rambu-rambu dengan cat yang jelas,

atau blok beton bilamana lalu lintas amat padat dan jalannya

kendaraan cukup kencang.

Pada dasarnya inspeksi terhadap gorong-gorong ini sama halnya

dengan pemeriksaan terhadap saluran tertutup seperti yang diuraikan

tersebut diatas. Dalam inspeksi gorong-gorong, diperlukan tindakan

pengamanan lalu linlas, maupun pengamanan pihak pekerja sendiri

terhadap kendaraan yang lewat. Rambu-rambu dengan cat yang jelas,

atau blok beton bilamana lalu lintas amat padat dan jalannya

kendaraan cukup kencang.

d) Man Hole d) Man Hole

Sama halnya dengan inlet saluran, maka man hole juga perlu diberi

nomor, agar dapat didokumentasikan dengan cermat.

Sama halnya dengan inlet saluran, maka man hole juga perlu diberi

nomor, agar dapat didokumentasikan dengan cermat.

e) Pintu Air e) Pintu Air

Hal-hal penting yang harus dicatat pada inspeksi pintu air, yaitu : Hal-hal penting yang harus dicatat pada inspeksi pintu air, yaitu :

1. Konstruksi pintu masih dalam keadaan yang baik, ataukah ada

kerusakan, baik ringan atau berat.

1. Konstruksi pintu masih dalam keadaan yang baik, ataukah ada

kerusakan, baik ringan atau berat.

2. Pintu masih terpelihara dengan baik dan masih berfungsi. 2. Pintu masih terpelihara dengan baik dan masih berfungsi.

3. Pintu air mulai tidak rapat atau renggang, sehingga ada bocoran. 3. Pintu air mulai tidak rapat atau renggang, sehingga ada bocoran.

Pintu Air

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 10

Page 113: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

f) Tanggul

Tanggul diadakan untuk mencegah masuk atau keluarnya air ke daerah

yang tidak diinginkan. Untuk itu perlu diperiksa apakah ketinggian

tanggul masih baik atau tidak. Kemudian periksa juga perkerasan atau

penguat-penguat tanggul ini, misalnya : tanaman rumput, adanya

pohon besar yang akan merusak tanggul, pasangan batu atau beton

yang terkelupas atau runtuh, dsb.

g) Pompa dan rumah pompa

Periksa apakah pompa masih berfungsi dengan baik serta memeriksa

perlengkapan lain yang ada di lokasi rumah pompa, misalnya peralatan

listrik, saringan sampah, kebersihan dalam kolam tandon, dsb.

h) Kendaraan Truk dan Alat Herat

Pemeriksaan truk merupakan hal yang rutin, seperti kendaraan lain pada

umumnya, contoh pemeriksaan pada : keausan roda, keadaan rem,

jadwal penggantian oli, dan kelengkapan perlengkapan kendaraan

lainnya.

i) Tenaga Kerja

Hal penting adalah jumlah, kualifikasi dan pengaturan tenaga kerja yang

ada atau yang perlu direkrut. Pada kegiatan inspeksi ini pencatatan juga

dilakukan terhadap produktivitas dan jadwal kerja tenaga yang ada dan

yang akan direkrut.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 11

Page 114: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Nama Saluran Nomor Saluran Ukuran Saluran Jenis Saluran Lain-2

Pemetaan Sistem Saluran Drainase

& Kelengkapannya

Kegiatan Dokumentasi

Hasil-2 Kegiatan Inspeksi

4.2.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah upaya untuk mencatat hasil-hasil dari inspeksi sistim drainase perkotaan. Dokumentasi ini memerlukan suatu peta yang

memperlihatkan lokasi seluruih sistem saluran dan bangunan pelengkapnya. Untuk kepentingan pencatatan ini, sebaiknya seluruh sistem saluran

dan bangunan pelengkap yang ada diberi nama atau nomor sehingga keadaan dari sarana dan prasarana yang ada dapat dicatat dalam

suatu tabel,.

Kegiatan utama dokumentasi meliputi :

Penamaan

& Penomoran

b) Nomor saluran diberikan pada bagian hulu sampai hilir dari saluran

sehingga dengan demikian dapat ditetapkan juga arah aliran, yaitu dari

nomor hulu ke nomor hilir.

c) Ukuran saluran dicatat sebagai ukuran rata-rata, karena ukuran saluran

kadang-kadang tidak seragam, terutama pada saluran berdinding tanah.

d) Jenis saluran, baik berupa saluran terbuka tanpa pelapis dinding, dengan

pasangan batu kali atau beton, maupun saluran yang terlutup atau

berbentuk pipa.

e) Keterangan lain, dimaksud unluk menjelaskan keadaan dari saluran

tersebut. Seperti misalnya endapan yang ada didasar saluran, ada atau

tidaknya sampah yang dibuang ke dalam saluran, banyaknya endapan

yang harus dibersihkan. kerusakan tanggul, lokasinya, jenis kerusakan,

perbaikan yang mungkin dilakukan, bangunan yang menghambat aliran.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 12

Page 115: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

4.3 Pokok Perhatian

Sistem pemeliharaan drainase merupakan masalah pokok yang harus

diperhatikan agar sistem drainase dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Pokok utama yang menjadi perhatian meliputi :

a. Stuktur Organisasi Pengolaan/ Pemeliharaan.

Keorganisasian ini memberikan keluasan dan tanggung jawab kerja setiap

bagian dalam susunan struktur organisasi.

b. Koordinasi Antar Instansi

Adanya koordinasi antara pihak PLP dengan instansi lain yang terkait

misalnya dengan Telkom, PLN, atau PAM untuk hal pekerjan pemasangan

jaringan bawah tanah sehingga masing-masing dapat berjalan sesuai

dengan yang direncanakan.

c. Adanya Dana yang Cukup

Dana yang tersedia selain dapat diperuntukan pembangunan jaringan

baru juga diperuntukan pemeliharaan dan perbaikan jika ada yang rusak

dan perlu segera diperbaiki.

d. Pemeriksaan Secara Periodik

Senantiasa diadakan pemeriksaan secara periodik dan pada saat-saat

tertentu - misalnya setelah terjadi hujan lebat sehingga, jika ada kerusakan

dapat segera diketahui dan secepatnya diperbaiki terutama pada

tempat-tempat yang rawan ( seperti daerah-daerah yang struktur

tanahnya kurang baik atau saluran pada daerah padat lalulintas ).

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 13

Page 116: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

e. Pembersihan Secara Periodik.

Pembersihan saluran secara periodik terutama pada

daerah-daerah yang agak datar untuk menghindari

adanya endapan lumpur, pasir atau sampah di

gorong-gorong.

f. Penyuluhan

Team operasi pemeliharaan harus dapat memberikan

pengertian kepada masyarakat agar mengetahui

fungsi saluran drainase sehingga dapat berperan serta

dalam pemeliharaan dan menjaga kelangsungan

fungsi sistem drainase.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 14

Page 117: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

5 ORGANISASI

OPERASI dan PEMELIHARAAN

Pengelompokkan kegiatan organisasi operasi dan pemeliharaan berdasarkan tanggungjawab pengelolanya yaitu:

5.1 Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase utama (major drainage system) yang merupakan tanggung jawab dari

Pemerintah Tingkat II meliputi :

saluran primer

saluran sekunder

saluran tersier

dan bangunan-bangunan pelengkapnya.

5.2 Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase lokal (minor drainage system) dikelola oleh masyarakat di lingkungan yang

bersangkutan. Yang termasuk dalam jaringan ini adalah :

saluran kuarter dan yang lebih kecil

saluran-saluran di dalam komplek perumahan, real-estate, kawasan pabrik dll, berikut bangunan-bangunan

pelengkapnya.

Untuk menjaga agar pembagian daerah dan tanggung jawab pengelolaan tidak menimbulkan hambatan, perlu batas-batas

yang jelas daerah wewenangnya masing-masing, dan program serta koordinasi pelaksanaan pekerjaan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 15

Page 118: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Tabel 5.1 Tabel 5.1

-PENGGUNA -PENGGUNA -OPERASI -OPERASI -PEMELIHARAAN -PEMELIHARAAN

-PENGGUNA -PENGGUNA -OPERASI -OPERASI -PEMELIHARAAN -PEMELIHARAAN

-PENGGUNA-PENGGUNAMASYARAKATMASYARAKAT5 5

-SURVAI -SURVAI -INVESTIGASI -DESAIN -INVESTIGASI -DESAIN -BEBASKAN TANAH -BEBASKAN TANAH -PENGAWAS -PENGAWAS -PELAKSANAAN -PELAKSANAAN -OPERASI -OPERASI -PEMELIHARAAN -PEMELIHARAAN

- PENGGUNA - PENGGUNA - OPERASI DAN

PEMELIHARAAN - OPERASI DAN

PEMELIHARAAN

PENGGUNAPENGGUNASWASTA/ BUMN/ BUMD/ KOPERASI

SWASTA/ BUMN/ BUMD/ KOPERASI

4 4

-BIMBINGAN PERENCANAAN -BIMBINGAN PERENCANAAN -PEMANTAUAN -PEMANTAUAN -OPERASI -OPERASI -PEMELIHARAAN -PEMELIHARAAN

-SURVAI -SURVAI -INVESTIGASI -DESAIN -INVESTIGASI -DESAIN -BEBASKAN TANAH -BEBASKAN TANAH -PENGAWAS -PENGAWAS -PELAKSANAAN -PELAKSANAAN -OPERASI -OPERASI -PEMELIHARAAN -PEMELIHARAAN

-SURVAI -SURVAI -INVESTIGASI -DESAIN -INVESTIGASI -DESAIN -BEBASKAN TANAH -BEBASKAN TANAH -PENGAWAS -PENGAWAS -PELAKSANAAN -PELAKSANAAN -OPERASI -OPERASI -PEMELIHARAAN -PEMELIHARAAN

PEMDA TKT II

PEMDA TKT II

3 3

PEMANTAUANPEMANTAUANPEMANTAUANPEMANTAUANPENGARAHAN & BIMBINGANPENGARAHAN & BIMBINGANPEMDA TKT IPEMDA TKT I2 2

PENGARAHAN & BIMBINGAN PENGARAHAN & BIMBINGAN PENGARAHAN & BIMBINGAN

PENGARAHAN & BIMBINGAN

PENGARAHAN & BIMBINGANPENGARAHAN & BIMBINGANPEM. PUSATPEM. PUSAT1 1

REAL ESTATE/BTN REAL ESTATE/BTN NON RE/BTNNON RE/BTN

DRAINASI MINORDRAINASI MINORDRAINASI MAYORDRAINASI MAYORLEMBAGALEMBAGANo No

PERANAN INSTITUSI & MASYARAKAT dalam PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 16

Page 119: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 17

Page 120: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Pengertian

Untuk dapat melakukan pekerjaan operasi dan pemeliharaan prasarana drainase, perlu mengetahui beberapa pengertian pokok

sekitar operasional prasarana drainase tersebut :

1) Operasi adalah berfungsinya suatu sistem sesuai dengan tujuannya.

2) Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin fungsi sarana dan prasarana drainase bekerja sesuai dengan

rencana.

3) Sarana drainase perkotaan adalah seluruh bangunan utama yang memungkinkan sistem drainase berfungsi, misalnya :

saluran, pintu air, pompa, tanggul, gorong-gorong, dsb.

4) Prasarana drainase perkotaan adalah bangunan atau peralatan yang mendukung berfungsinya bangunan utama sistem

drainase, misalnya : alat berat untuk pembersih saluran, bangunan filter, penangkap sampah, penangkap pasir, bangunan

terjunan, dan bangunan penunjang lainnya.

5) Penanggung-jawab saluran adalah instansi yang mendapat wewenang menangani suatu saluran drainase, atau bangunan

pelengkap yang ada.

6) Penanggungjawab pembangunan adalah Pimpinan Proyek beserta stafnya yang mendapat tugas dan wewenang dalam

kegiatan pembangunan.

7) Pelaksana Pembangunan adalah Kontraktor yang mendapat tugas melaksanakan pekerjaan konstruksi.

8) Pengawas Lapangan adalah staf Pemimpin Proyek yang mendapat tugas melaksanakan pengawasan pembangunan

sehari-hari atas nama Pemimpin Proyek.

9) Manhole adalah lubang yang dipergunakan untuk pekerja masuk ke saluran tertutup atau pipa. Manhole biasanya

ditempatkan pada jarak-jarak tertentu dan berpenutup, dan mudah dijangkau, misalnya di pinggir jalan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN VII - 18

Page 121: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 122: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 123: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 124: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 125: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 126: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 127: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 128: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 129: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 130: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 131: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 132: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 133: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 134: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 135: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 136: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 137: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan pembangunan sistem

drainase perkotaan. Partisipasi ini dapat timbul, setelah penyuluhan dilakukan dan

dimengerti dengan baik oleh masyarakat maupun instansi terkait lainnya.

Punyuluhan dan koordinasi harus dilaksanakan dengan intensip sampai pada detail

kegiatan, dan menghilangkan keraguan masyarakat terhadap pembangunan drainase

ini, bahkan mereka akhirnya berperan serta secara aktip.

Penggalangan ini dimaksudkan agar pelaksana pembangunan drainase dapat

mempersiapkan dan melakukan penyuluhan pada masyarakat atau koordinasi dengan

instasi lain yang terkait sebelum, selama, dan sesudah kegiatan konstruksi.

Adapun tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan dan bahan-bahan yang harus disiapkan dan yang

dapat dipakai untuk penyuluhan, agar pelaksanaan pembangunan drainase perkotaan dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien tanpa adanya gangguan dari masyarakat sekitarnya dan instansi yang terkait.

Kegiatan ini sebaiknya dilakukan jauh sebelum pekerjaan phisik konstruksi berlangsung.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 1

Page 138: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian integral dari proses pembangunan

masyarakat , dalam hal ini melalui program kegiatan pembangunan sistem drainase

perkotaan.

2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam proses

perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan prasarana drainase dilingkungannya

yang akan dan telah dibangun.

3. Pemberdayaan masyarakat menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan.

4. Pemberdayaan masyarakat berusaha membantu masyarakat mengenal potensinya dan

mengembangkan potensi-potensi lainnya yang ada menjadi berdaya guna.

5. Pemberdayaan masyarakat berusaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat

yang produktif, kreatif, dan mampu secara mandiri berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan.

6. Pemberdayaan masyarakat memberikan kepercayaan, kesempatan dan keleluasaan

kepada masyarakat dalam mengembangkan potensinya.

7. Pemberdayaan masyarakat mengembang tumbuhkan partisipasi masyarakat yang

berupa tenaga, pikiran dan materi.

8. Pemberdayaan masyarakat diilandasi filsafat menolong dirinya sendiri dan partisipasi

anggota masyarakat.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 2

Page 139: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 3

PARTISIPASI

AKTIF MASYARAKAT

HAKEKAT PEMBERDAYAAN MANUSIA

POTENSI MASYARAKAT : 1. SDM 2. SDA 3. Pranata-pranata sosial 4. Nilai sosial budaya 5. Tatanan-tatanan 6. Kebutuhan masyarakat 7. Kemandirian masyarakat

HARAPAN /

TUJUAN YANG

HENDAK DICAPAI

DAMPAK +

Page 140: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

POTENSI –POTENSI DALAM MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat berusaha mengupayakan potensi-potensi yang ada terutama sumber daya manusianya untuk tahu, mau dan mampu berdaya guna, agar masyarakat dapat secara mandiri mengupayakan potensi-potensi lainnya.

Peningkatan kemampuan atau kualitas masyarakat untuk mampu berdaya guna, masyarakat perlu pemanduan oleh petugas / penggerak yang dapat berfungsi sebagai fasilitator.

YANG DAPAT DIGARAP

1. Sumber daya manusia, baik sebagai : a. orang seorang b. kelompok-kelompok formal ( LKMD, PKK, Karang taruna, Kelompok arisan, kelompok pengajian, kelompok kesenian, dll ) c. warga masyarakat secara keseluruhan 2. Sumber daya alam, meliputi : a. sumber daya air b. sumber pekerjaan/penghasilan 3. Pranata-pranata sosial, seperti : a. keluarga b. lembaga pendidikan c. lembaga ekonomi d. lembaga agama e. lembaga pemerintahan

4. Nilai sosial budaya

a. gotong royong b. kekeluargaan c. sambatan

5. Tatanan-tatanan, seperti :

a. pola kelakuan b. pola pergaulan c. pola pengendalian

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 4

Page 141: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

CIRI-CIRI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan kepada dua

komponen, yaitu penggerak dan masyarakat yang digerakkan secara stimulan.

Partisipasi kedua komponen tersebut menghasilkan kemampuan, kemandirian,

kinerja, karya kepada penggerak maupun masyarakat yang digerakkan sehingga

berdampak meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagannya.

2. Pemberdayaan masyarakat berorientasi pada pembangunan

masyarakat yang mandiri sehingga pembangunan masyarakat

bercirikan DOUM ( dari, Oleh, dan Untuk Masyarakat itu sendiri ).

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 5

Page 142: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

D O U M

Dari

Oleh

dan

Untuk

M k t

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 6

Page 143: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Menempatkan sumber daya manusia dan masyarakat

sebagai subjek pembangunan prasarana drainase.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat

dalam pengelolaan prasarana drainase

3. Meningkatkan semangat kepedulian masyarakat atas

pengelolaan aset-aset prasarana drainase

4. Meningkatkan kualitas pencapaian tujuan pembangunan

masyarakat melalui program pembangunan sistem drainase

perkotaan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 7

Page 144: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PROSES PEMBERDAYAAN

MODEL PEMBERDAYAAN

HASIL

PROSES

KEBUTUHAN PERENCANAAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT

PERENCANAAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT

PELAKSANAAN TINDAK LANJUT

PELAKSANAAN

HASIL

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 8

Page 145: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

SIFAT – SIFAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,

1. EDUKATIF ( Pendidikan, Pembelajaran )

Program pemberdayaan harus dapat merangsang dan menciptakan proses

pembelajaran di dalam dan antar warga masyarakat atau antar lembaga

masyarakat.

2. STIMULATIF ( Perangsangan )

Pemberdayaan masyarakat melibatkan kegiatan / program rangsangan

(stimulan) yang dapat berasal dari dalam masyarakat atau dari luar

masyarakat.

3. KOMUNIKATIF Program pemberdayaan masyarakat menciptakan kesepahaman diantara

seluruh warga masyarakat dan atau antar lembaganya yang pada gilirannya

membuat transparansi, saling membantu.

4. PARTISIPATIF ( Peran-serta )

Keiga sifat diatas bermuara pada partisipasi

masyarakat, artinya partisipasi tidak akan muncul

dari masyarakat jika ketiga sifat diatas tidak

nampak pada program aksi pemberdayaan.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 9

Page 146: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

STIMULATIF

KOMUNIKATIF

EDUKATIF

PARTISIPATIF

WARGA MASYARAKAT

BERDAYA STIMULATIF

SIFAT-SIFAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

LEMBAGA MASYARAKAT

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 10

Page 147: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PROSES PEMBAHASAN dengan warga masyarakat/ lembaga masyarakat ;

1. Menjelaskan permasalahan banjir dan genangan yang terjadi di

lingkungan permukiman masyarakat

2. Membagikan brosur, leaflet, proposal, dan sejenisnya, mengenai banjir /

genangan dan cara / pola penanganan kepada peserta (warga) dan

mintakan peserta untuk menelaah selama kurang lebih 10 menit

3. Melakukan tanya jawab dengan peserta tentang permasalahan banjir /

genangan yang dihadapi warga.

4. Menjelaskan diselingi tanya jawab tentang tahap dan langkah kegiatan

penanggulangan banjir dan genangan.

5. Melakukan curah pendapat tentang pemeran pengelolaan

banjir / genangan dilingkungan masyarakat serta mekanisme

kerjanya. Hasil curah pendapat ditulis pada kertas dinding

atau papan tulis, dan dicatat sebagai notulensi.

6. Memberikan penegasan tentang topik-topik yang dibahas.

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 11

Page 148: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PERANAN MASYARAKAT dan INSTANSI

DALAM PEMBANGUNAN SISTEM DRAINASE KOTA

No Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Partisipasi Masyarakat Instansi

1.

Penentuan Lokasi

• Penjelasan/penyuluhan • Ijin lokasi • Menyerahkan Lokasi

Pemda

2.

Survey dan Penyuluhan

• Ijin mengukur • Ikut menyuluh • Ikut partisipasi / penyuluhan • Format dan Bangunan

Dinas,

Pemda, Masyarakat

3.

Perencanaan

• Memberikan masukan dalam

Perencanaan

Pemda dan Masyarakat

4.

Pelaksanaan

• Pengerahan tenaga

Dinas, Pemda

5.

Operasional dan Pemeliharaan

• Pengerahan tenaga

Pemda,

Masyarakat

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 12

Page 149: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

Inventarisasi data Identifikasi dan Evaluasi

Intansi Kelurahan dan Kecamatan

Bahan Koordinasi

Upaya penanganan per intansi

Evaluasi kegiatan Fasilitas sanitasi lingkungan

Luas areal dan kepadatan penduduk

Daerah rawan Genangan

Jumlah Penduduk, di lokasi tsb

Peta Lokasi (RT/RW), Kelurahan

Badan air Penyebab Genangan

Lokasi genangan RT/RW< Kel

Jenis Sumber Genangan

Peran Masyarakat dan Instansi Tingkat Kelurahan dan Kecamatan

Kebijakan tingkat Kelurahan - Kecamatan

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 13

Page 150: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

PENTINGNYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA SARANA DRAINASE

DILINGKUNGANNYA

Sarana Drainase Yang Tidak Terawat Terkesan Kusam dan Kumuh

Sarana Drainase Yang Terawat : Bersih dan Apik

PANDUAN dan PETUNJUK PRAKTIS PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN IX - 14

Page 151: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 152: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 153: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 154: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 155: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 156: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 157: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 158: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 159: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 160: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 161: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 162: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 163: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 164: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 165: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 166: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 167: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 168: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 169: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 170: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 171: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 172: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 173: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 174: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 175: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 176: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 177: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 178: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 179: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 180: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 181: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 182: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 183: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 184: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 185: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 186: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 187: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 188: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 189: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 190: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 191: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 192: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 193: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 194: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 195: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 196: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 197: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
Page 198: Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan