29
PASAK Pasak adalah septong baja yang dimasukkan di antara poros dan puli atau kopling agar kedua bagian tersebut terikat menjadi satu dan tidak ada gerakan relatif di antara keduanya. Jenis-2 pasak : 1. Pasak benam 2. Pasak pelana 3. pasak bulat 4. spline

Pasak Dan Kopling

Embed Size (px)

DESCRIPTION

em

Citation preview

Page 1: Pasak Dan Kopling

PASAK Pasak adalah septong baja yang dimasukkan di antara poros dan puli atau kopling agar kedua bagian tersebut terikat menjadi satu dan tidak ada gerakan relatif di antara keduanya. Jenis-2 pasak :

1. Pasak benam 2. Pasak pelana 3. pasak bulat 4. spline

Page 2: Pasak Dan Kopling

Gbr. Pasak benam yang tirus Gbr. Pasak benam yang rata

Page 3: Pasak Dan Kopling
Page 4: Pasak Dan Kopling

Perhitungan kekuatan sambungan dengan pasak :

Page 5: Pasak Dan Kopling

Kopling : Kopling adalah alat menyambung dua poros. Terdiri dari :

1. Kopling tetap 2. Kopling tidak tetap/cluth

Kopling tetap :

1. Kopling jepit 2. Kopling flens 3. Kopling fleksibel 4. Kopling universal

Page 6: Pasak Dan Kopling

Kopling jepit

Page 7: Pasak Dan Kopling

Kopling flens : 1. Kopling flens tidak terlindung 2. Kopling flens tempa 3. Kopling flens terlindung

Kopling flens tidak terlindung

Page 8: Pasak Dan Kopling

Kopling flens terlindung :

1. Kopling flens terlindung 2. Kopling flens fleksibel & terlindung

Page 9: Pasak Dan Kopling

Kopling universal

Page 10: Pasak Dan Kopling
Page 11: Pasak Dan Kopling
Page 12: Pasak Dan Kopling
Page 13: Pasak Dan Kopling

Kopling tidak tetap/clutch & Rem Kopling tidak tetap/clutch

1. Kopling positif 2. Kopling gesek

Kopling positif

Page 14: Pasak Dan Kopling

Kopling gesek : 1. Kopling gesek datar 2. Kopling gesek kerucut 3. Kopling sentrifugal

Page 15: Pasak Dan Kopling
Page 16: Pasak Dan Kopling
Page 17: Pasak Dan Kopling
Page 18: Pasak Dan Kopling

Penampang memanjang

Page 19: Pasak Dan Kopling

Rem

Page 20: Pasak Dan Kopling

Figure 17.1 Fives types of brake and clutch. (a) Internal, expanding rim type; (b) external, contracting rim type; (c) band brake; (d) thrust disk; (e) cone disk.

Page 21: Pasak Dan Kopling

Ukuran pasak :

- lebar w = d/4

- tinggi t = 2/3w

Kekuatan pasak dihitung dari gaya gunting dan tekanan bidang pada pasak tersebut.

Contoh :

Sebuah motor dengan daya 20 hp pada 960 rpm mempunyai poros dengan diameter 4 cm dengan

panjang yang keluar dari motor 7,5 cm. tegangan gunting dan permukaan dari pasak adalah 560 dan

1120 kg/cm2. Rancanglah alur pasak dari poros dan kopling. Periksalah tegangan gunting dari pasak

terhadap tegangan normal dari poros.

Page 22: Pasak Dan Kopling

Penyelesaian : P x 4500 Momen torsi yang dibangkitkan oleh motor = T = -------------- 2 π N = 20 x 4500/(2 π 960) = 14,92 kg-m= 1492 kg-cm

Memperhitungkan torsi pada pasak :

T = l x w x fs x d/2

1492 = 7,5 x w 560 x 4/2 à w = 1492 x 2/(7,5 x 560 x 4)

= 0,17 cm = 1,7mm

Lebar pasak terlalu kecil, karena ukuran pasak paling kecil d/4 à w = 4/4 = 1 cm

Pemeriksaan gaya gunting pada pasak terhadap gaya normal pada poros.

Gaya gunting pada pasak l.w. fs. d/2 8 l w 8 x 7,5 x 1 -------------------------------- = -------------- = ---------- = --------------- = 1,2

Gaya normal pada poros π/16 fsd3 π d2 π x 42

Page 23: Pasak Dan Kopling

Kopling flens Perhitungan kopling dilakukan terhadap kopling, baut pengikat dan pasak. Rancangan hub : Hub dianggap poros yang berlubang. T = π/16 fs (D

4 – d4)/D Rancangan flens : Flens pada bagian luar setelah hub menerima gaya gunting pada saat meneruskan torsi à T = lingkaran dari hub x tebal flens x gaya gunting pada flens x jari-jari dari hub = π.D.tf.fs1.D/2 = πD2/2.fs1.tf Rancangan pasak : Sesuai dengan rancangan pasak Rancangan baut pengikat : Beban pada setiap baut = π/4 d1

2 x fs Beban total pada semua baut = π/4 d1

2 x fs x n ( n = jumlah baut) Momen torsi yang diteruskan oleh baut : T = π/4 d1

2 x fs x n x D1/2

Page 24: Pasak Dan Kopling

Berdasarkan momen torsi ini diameter baut dirancang. Bidang yang menahan kerusakan pada baut = n d1 tf Tegangan crushing pada baut = n d1 tf fc à T = n d1 tf fc D1/2 Diameter luar dari flens = D1 + (D1 – D) = 2D1 – D Tebal dari pelindung dari flens = 0,25 d Contoh

Sebuah kopling flens jenis terlindung menghubungkan dua buah poros dengan diameter 8 cm. Poros

tersebut berputar pada 250 rpm dan meneruskan momen sebesar 430 kg-m. Rancang kopling

tersebut, di mana tegangan yang diijinkan untuk poros, baut dan pasak adalah 500 kg/cm2, tegangan

kerusakan untuk baut dan pasak adalah 1500 kg/cm2. tegangan gunting yang diijinkan untuk besi

tuang dari kopling adalah 80 kg/cm2.

Page 25: Pasak Dan Kopling

Penyelesaian :

D = 2d = 2 x 8 = 16 cm

Momen torsi yang diteruskan oleh poros = T = π/16 fs (D4 – d4)/D

43000 = π/16 fs (164 – 84)/16 à fs1 = 57 kg/cm2 Oleh karena tegangan gunting yang terjadi < 80 kg/cm2 (tegangan yang diijinkan) à aman

Rancangan pasak :

Dari tabel 13.1 (mengenai ukuran pasak) w = lebar pasak = 22 mm = 2,2 cm

T = tinggi pasak = 14 mm = 1,4 cm

Panjang pasak dihitung dari : T = l x w x fs x d/2

43000 = l x 2,2 x 500 x 8/2 à l =9,8 cm

Panjang pasak juga dihitung dari tegangan tekannya : T = l x t/2 x fc x d/2

43000 = l x 1,4/2 x 1500 x 8/2 à l = 10,24 cm

Diambil panjang pasak yang lebih besar l = 10,24 cm ≈ 11 cm

Page 26: Pasak Dan Kopling

Rancangan flens :

Tebal flens diambil setengah dari diameter poros : tf = 0,5 x 8 = 4 cm

Perhitungan junction dari flens : T = πD2/2.fs1.tf 43000 = = π162/2.fs1.4 à fs1 = 26,7 kg/cm2 Oleh kerena tegangan guntingnya < dari tegangan gunting yang diijinkan dari bahan flens à aman Rancangan baut : jumlah baut 4 buah Diameter posisi baut = 3 d = 3 x 8 = 24 cm Momen torsi pada baut : T = π/4 d1

2 x fs x n x D1/2 43000 = = π/4 d1

2 x 500 x 4 x 24/2 à d1 = 1,506 cm ≈ 16 mm Pemeriksaan tegangan tekan pada baut : T = n d1 tf fc D1/2 43000 = 4 1,6 4 fc 24/2 à fc = 140 kg/cm2 Karena tegangan tekan < dari yang diijinkan pada bahan baut à aman Diameter luar dari flens = 2D1 – D = 2 x 24 – 16 = 32 cm Ketebalan bagian pelindung flens = 0,25 d = 0,25 x 8 = 2 cm

Page 27: Pasak Dan Kopling

Kopling flens tempa (gambar 13.14 pada hal. 5 dan gambar a.3 hal. 9)

Jumlah baut :

Diamter poros (mm) = d 35-55 56-150 151-230 231-390 Di atas 390 Jumlah baut 4 6 8 10 12

Tebal flens = d/3

Ketirusan baut = 1 : 20 s/d 1 : 40

Diameter ptitch dari baut = 1,6 d

Contoh

Sebuah kopling seperti pada gambar 13.14 hal 5, digunakan untuk meneruskan daya sebesar 3,75

MW pada 150 rpm. Tegangan gunting yang diijinkan pada poros dan baut adalah sebesar 50 N/mm2.

tentukan ukuran poros dan baut pengikat.

Page 28: Pasak Dan Kopling

Penyelesaian :

Poros :

P = 3,75 MW = 3,75 x 106 W N = 150 rpm fs = 50 N/mm2 diameter poros = d

Momen torsi = P x 60/(2πN) = 3,75 x 106 x 60 /(2πx 150) = 0,24 106 N-m = 0,24 109 N-mm

Momen torsi yang dibangkitka = T = π/16 fs d3

= 0,24 109 = π/16 fs d3 à d = 3 61044,24 x = 290,2 ≈ 300 mm

Baut :

Dari tabel untuk poros dengan diameter di atas 300 mm, jumlah baut adalah 10 buah

Diameter pitch dari baut = D1 = 1,6 d = 1,6 x 300 = 480 mm

Momen torsi = T = π/4 d2 x fs x n x D1/2 à

0,24 109 = = π/4 x d2 x 50 x 150 x 480/2 à d = √2346 = 50,46 mm

Sesuai dengan standar di ambil baut dengan diameter 56 mm

Page 29: Pasak Dan Kopling

Kopling pelat (gambar 21.2 hal. 14)

T = momen torsi yang diteruskan

p = tekanan aksial di antara bidang kontak