pbl 29 asma

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    1/19

    ASMA PERISTEN DALAM EKSASERBASI AKUT

    RUTH PUTRI THAULADAN

    10.2009.263

    Mahasiswa Faku!as K"#$k!"%a& S"'"s!"% (

    Faku!as K"#$k!"%a& UKRIDA )aka%!a

    ). A%*u&a U!a%a N$. 6 + )aka%!a Ba%a! 11,(0

    E'ai - u!hauaa#a&/'ai.$'

    P"ahuua&

    Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan suatu episode batuk danmengakibatkan obstruksi aliran udara dalam derajat yang bervariasi. Insiden penyakit asma lebih

    tinggi pada usia prasekolah yang diagnosisnya mungkin dapat sulit ditegakan. Tampaknya kasus

    asma menjadi lebih sering dan mungkin juga lebih parah. Asma sangat sering menyebabkan

    kesulitan pada orangtua dan anak itu sendiri. Penderita asma mempunyai hiper reaktivitas

    bronkus dalam berbagai derajat dan akan mengalami obstruksi jalan napas setelah olahraga,

    terpapar udara dingin dan iritan nonspesifik seperti embun, debu atau asap rokok. Dengan

    dibuatnya makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengerti lebih dalam tentang asma pada

    anak dan cara penanganannya.

    Kasus - Seorang anak lakilaki !" tahun diba#a $%D &S karena sesak napas sejak ' jam yang

    lalu. Pasien memiliki ri#ayat asma sejak kecil. (enurut ibunya, sejak ' minggu yang lalu pasien

    memerlukan salbutamolinhalasi setiap hari, terutama saat berolahraga. Pasien juga mengalami

    batuk yang berulang saat sedang tidur sebanyak ') seminggu, sehingga pasien tidak bis atidur

    dengan nyenyak.

    Pemeriksaan fisik * didapatkan pasien pucat, hanya dapat bicara sepatahsepatah kata dan

    ditemukan sianosis perioral ringan, kesadaran somnolen. Suhu badan afebril, frekuensi nafas

    +)-menit, denyut nadi ')-menit, TD !'"-!/", terdapat retraksi dinding dada dengan 012

    #hee3ing.

    1

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    2/19

    P"'ahasa&

    A&a'&"sis

    Anamnesis pada penderita asma sangatlah penting. Tujuannya, selain untuk menegakkan

    diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, anamnesis juga berguna untuk menyusun

    strategi pengobatan pada penderita asma. Pada anamnesis akan kita jumpai adanya keluhan,

    batuk, sesak, mengi dan atau rasa berat di dada yang timbul secara tibatiba dan hilang secara

    spontan atau dengan pengobatan. Tetapi adakalanya juga penderita hanya mengeluhkan batuk

    batuk saja yang umumnya timbul pada malam hari atau se#aktu kegiatan jasmani ataupun hanya

    pada musimmusim tertentu saja. Disamping itu, mungkin adanya ri#ayat alergi baik pada

    penderita maupun pada keluarganya, seperti rhinitis alergi, dermatitik atopic dapat membantu

    menegakakan diagnosis. 4ang perlu juga diketahui adalah faktorfaktor pencetus serangan,

    dengan mengetahui factor pencetus kemudian menghindarinya, diharapkan gejala asma dapat

    dicegah. 5aktorfaktor pencetus pada asma, terdiri dari* dari !"

    Allergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu

    binatang, kapas, debu kopi atau the, maupun yang berupa makanan seperti udang,

    kepiting, 3at penga#et, 3at pe#arna dan sebagainya.

    Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti &espiratory syncitial, parainfluensa dan

    sebagainya.

    6egiatan jasmani- olahraga, seperti lari.

    6etegangan atau tekanan ji#a.

    7batobatan, seperti penyekat beta, salisilat, kodein, AI8S dan sebagainya.

    Polusi udara atau bau yang merangsang, seperti asap rokok, semprot nyamuk, parfum dan

    sebagainya.

    9erdasarkan halhal di atas, maka seseorang dicurigai menderita asma apabila*!"

    Sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah menderita influen3a

    9atukbatuk setelah olahraga, terutama pada anakanak atau rasa berat atau tercekik pada

    dada sehabis olahraga 0yang terbukti tidak ada kelainan jantung2

    Sesak atau batukbatuk pada #aktu ruang berdebu atau berasap

    9atukbatuk setelah mencium bau tertentu

    9atukbatuk atau sesak yang sering timbul pada malam hari dan tidak berkurang sesudah

    duduk.!

    2

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    3/19

    Dengan kata lain, bila seseorang mengeluh sesak, batuk atau mengi yang tidak bisa

    diterangkan penyebabnya, kita perlu mencurigai itu suatu asma. Atau yeng membedakan asma

    dengan penyakit paru lain yaitu pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat.

    Artinya, serangan asma ada yang hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tetapi,

    membiarkan penderita asma dalam srangan tanpa obat selain tidak etis, juga bisa membahayakan

    nya#a penderita.!

    P"'"%iksaa& isik

    Tanda vital. Tekanan darah, temperature, frekuensi nadi dan frekuensi napas menentukan tingkat

    keparahan penyakit. Seorang pasien sesak dengan tandatanda vital normal biasanya hanya

    menderita penyakit kronik atau ringan, sementara pasien yang memperliatkan adanya perubahan

    nyata pada tandatanda vital biasanya menderita gangguan akut yang memerlukan evaluasi dan

    pengobatan segera.'

    a. Temperature di ba#ah :o; 0 dan ketika obstruksi membaik,pulsus parado)us menurun.

    c. 5rekuensi napas kurang dari kali-menit mengisyaratkan hipoventilasi dan kemungkinan

    besar respiratory arrest. 9ila lebih dari :)-menit menunjukkan gangguan yang parah,

    frekuensi yang lebih cepat dapat terlihat beberapa jam sebelum otototot napas menjadi

    lelah dan gagal napas.'

    P"'"%iksaa& u'u'

    a. Tampilan umum

    Pasien yang mengantuk dengan napas lambat dan pendek bisa disebabkan * obat tertentu,

    retensi ;7' atau gangguan system saraf pusat 0 stroke, edema serebral, perdarahan

    3

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    4/19

    subaraknoid2. Sedangkan pada pasien yang gelisah dengan napas yang cepat dan dalam

    disebabkan hipoksemia berat karena primer penyakit paru-saluran napas, jantung atau

    bisa juga seragan cemas.

    b. 6ontraksi otot bantuan napasDapat mengungkapkan adanya tanda obstruksi saluran napas. 7tot bantu pernapasan di

    leher dan otototot interkostal akan berkontraksi-digunakan pada keadaan adanya

    obstruksi saluran napas moderat hingga parah. Asimetri gerakan dinding dada atau

    deviasi trakeal dapat pula dideteksi selama pemeriksaan otototot napas. Pasien tension

    pneumothora) suatu keadaan ga#at darurat, dimana sisi yang terkena akan membesar

    pada setiap inspirasi dan trakea akan terdorong kesisi yang sebelahnya.

    c. Tekanan vena jugularis

    Peninggian pada vena jugularis menandakan adanya peningkatan tekanan atrium kanan. '

    d. Palpasi

    Tertinggalnya pengembangan suatu hemitoraks yang dirasakan dengan palpasi

    bagian lateral ba#ah rib cage paru bersangkutan menunjukkan adanya gangguan

    pengembangan pada hemitoraks tersebut. =al ini bisa akibat obstruksi salah satu

    bronkus utama, pneumotoraks atau efusi pleura

    5remitus taktil . menurunya fremitus taktil yang diperoleh dengan memerintahkan

    pasien menyebutkan berulangulang terpalpasi pada area yang mengalami

    atelektasis seperti yang terjadi pada bronchus yang tersumbat atau area yang ada

    efusi pleura. (eningkatnya fremitus disebabkan karena adanya daerah

    konsolidasi parenkim pada suatu area yang mengalami inflamasi.'

    e. Perkusi

    =ipersonor akan ditemukan pada hiperinflasi paru seperti terjadi selama serangan

    asma akut, emfisema, juga pada pneumotoraks

    &edup pada perkusi menunjukkan konsolidasi paru atau efusi pleura.

    f. Auskultasi

    9erkurangnya intensitas suara napas pada kedua bidang paru menunjukkan

    adanya obstruksi saluran napas. 6eadaan ini dapat terdengar pada konsolidasi,

    efusi pleura atau pneumotoraks.

    &onkhi kasar dan nyaring sesuai dengan obstruksi partial atau penyempitan

    saluran napas.4

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    5/19

    &onkhi basah halus terdengar pada parenkim paru yang berisi cairan. &onkhi

    bilateral disertai dengan irama gallop sesuai dengan gagal jantung kongestif.

    &onkhi setempat sesuai dengan adanya konsolidasi paru ditempat itu .

    Adanya egofoni 0pengucapan huruf i seperti e datar2 menandakan konsolidasi.

    Pada pasien dengan sesak dan rasa sakit didada harus dipikirkan kemungkinan

    adanya frection rub, bila ' komponen merupakan ciri pleuritis dan suara :

    komponen seperti perikarditis.'

    P"'"%iksaa& 4"&u&*a&

    1. U*i u&si 4a%u 5 P"ak "4i%a!$% 4"ak $w

    $ji fungsi paru bukan merupakan aspek rutin pada penilaian I%D. ?aju aliran ekspirasipuncak merupakan suatu cara penilaian fungsi yang dapat dilakukan di tempat 0betside2,

    tetapi pemeriksaan ini membutuhkan kerja sama pasien. 8ilai P@5& tidak berhubungan

    dengan prognosis, dan tidak ada nilai mutlak yang mengharuskan pera#atan.

    Pemeriksaan tersebut paling baik dilakukan secara serial untuk memantau efek terapi

    pada pasien dengan penyakit yang ringan sampai sedang. Secara umum pada pasien

    de#asa, P@5& :"" menginduksi eksaserbasi ringan, P@5& '"" eksaserbasi sedang,

    dan P@5& !"" eksaserbasi berat.'

    2. F$!$ R$!"& #a#a

    Pada eksaserbasi asma yang ringan sampai sedang, pemeriksaan foto dada rutin tidak

    diperlukan. Pemeriksaan ini berguna untuk menginduksi adanya komplikasi seperti

    pneumotoraks. 5oto dada diindikasikan untuk pasien yang tidak membaik dengan terapi,

    pasien yang mengalami demam, pasien dengan temuan fokal saat pemeriksaan paru,

    nyeri dada pleuritik, atau hipoksia. Pasien yang datang dengan episode pertama mengi

    dan mereka dengan diagnosis yang tidak jelas harus menjalani pemeriksaan foto &otgen

    dada untuk menilai patologi penyebab.

    3. A&aisis 7as Da%ah

    5

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    6/19

    Penilaian gas darah tidak rutin diindikasikan tetapi dapat menutun penatalaksanaan

    dengan ventilator dan menentukan derajat hiperkarbia-hipokisa pada pasien dengan

    eksaserbasi yang berat. Selama timbulnya eksaserbasi akut, A%D biasanya

    memperlihatkan alkalosis respiratorik. p;"' yang normal atau meningkat

    menggambarkan perburukan ventilasi meskipun hal ini seharusnya juga tampak nyata

    secara klinis.

    ,. P"'"%iksaa& La$%a!$%iu'

    Pada pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan dan biasanay juga jarang mempengaruhi

    untuk penatalaksaan pada penyakit asma ini. 6eputusan untuk memperoleh hasil

    pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan pada umur pasien, penggunaan obatobatan,

    dan penyakit penyerta lainnya. Peningkatan hitung leukosit adalah sesuai dengan infeksi

    dan penggunaan steroid.'

    8$%ki& #ia&$sis

    Kasiikasi as'a

    Diagnosis asma ditegakkan dengan* ri#ayat penyakit dan deskripsi gejala asma,

    pemeriksaan fisik, tes fungsi paru 0peak flo# metri atau spirometri2, pemeriksaan lain untuk

    menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Tes alergi pada kulit dapat dilakukan untuk

    mengetahui penyebab alergi, yang kadang juga menjadi penyebab asma.:

    As'a %i&a&

    Anak dengan asma ringan mengalami berbagai frekuensi eksaserbasi 0kekambuhan2,

    sampai dua kali seminggu, dengan penurunan angka aliran ekspirasi puncak tidak lebih dari '"B

    dari berespon terhadap pengobatan bronkodilator dalam '+'/ jam. Anak dengan asma ringan

    mempunyai tingkate kehadiran di sekolah baik> toleransi terhadap olah raga baik, dan tidurnya

    tidak atau sedikit terganggu oleh asma. $ji fungsi paru dapat menunjukkan penyumbatan jalannapas ringan yang reversible, dengan sedikit atau tanpa penambahan volume udara.:

    As'a s"#a&

    Anak dengan asma sedang mempunyai gejala yang lebih sering daripada mereka yang

    menderita asma ringan dan seringkali menderita batuk dan mengi ringan diantara serangan yang6

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    7/19

    lebih berat. Absensi sekolah mungkin terganggu dan biasanya kemungkinan tidur malam harinya

    kurang, terutama selama eksaserbasi. Anak demikian biasanya akan lebih memerlukan terapi

    bronkodilator yang terus menerus dari pada intermitten 0sebentarsebentar2 untuk mencapai

    pengendalian yang memuaskan terhadap gejala yang ada. =iperinflasi kemungkinan terbukti

    secara klinik, tandatanda penyumbatan jalan napas pada uji fisiologis lebih mencolok daripada

    kelompok ringan> volume paru mungkin bertambah.

    Asa'a "%a!

    Anak dengan asma berat menderita mengi harian yang jelas dan kumatnya lebih sering

    dan lebih berat, memerlukan ra#at inap berulang. (ereka mederita defformitas dada sebagai

    akibat hiperinflaksi kronik yang terbukti pada rontenogram. 7batobatan bronkodilator akan

    diperlukan terusmenerus dan regimen akan mencakup pemberian kortikosteroid sistemik atau

    aerosol yang teratur. $ji fisiologis akan menunjukan penyumbatan jalan nafas lebih berat

    daripada asma ringan atau sedang, reversibilitas dalam responya terhadap brokodilatator aerosol

    lebih sedikit dan gangguan volume paru yang lebih berat.

    7

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    8/19

    Table !.6alsifikasi berat serangan asma akut:

    8

    7"*aa #a& B"%a! S"%a&a& Aku! K"a#aa&Taa Ri&a& S"#a& B"%a! M"&a&a' *iwa

    Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat

    Posisi Dapat tidur

    terlentang

    Duduk Duduk

    membungkuk

    ;ara berbicara Satu kalimat Beberapa

    kata

    Kata demi kata

    6esadaran Mungkingelisah

    Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,kesadaran menurun

    Frekuensi napas

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    9/19

    P"&"a #a& a!$% %"sik$

    Asma umumnya diklasifikasikan sebagai alergik 0ekstrinsik2 atau nonalergik 0intrinsic2.

    Asma alergik lebih sering terjadi dan bertanggung ja#ab atas sebagian besar kasus asma pada

    anakanak dan sejumlah besar kasus pada orang de#asa. Pasienpasien tersebut sensitive

    terhadap alergan inhalen yang spesifik. Pasein dengan asma alergik biasanya memiliki ri#ayat

    penyakit alergik pada dirinya dan keluarganya, yang mencakup rhinitis alergik dan dermatitis

    atopic. 9erbeda dengan pasien dengan asma intrinsic, mereka terkena asma alergik mengalami

    peningkatan kadar immunoglobulin @ 0Ig@2. Inhalasi alergan menginduksi respon dalam dua

    fase.'

    &espon a#al biasanga bermula dalam hitungan menit setelah paparan dan berlangsung

    hingga beberapa jam. Timbul akibat degranulasi sel mast. Pelepasan mediator kemudian

    menginduksi bronkokontriksi dan suatu reaksi peradangan. &espon lanjutan ditandai dengan

    peradangan saluran napas yang menimbulkan bronkojontriksi dan produksi mukul lebih lanjut.

    %ejala dapat bertahan selama berharihari hingga bermingguminggu setelah paparan a#al.

    Asma non alergik timbul akibat berbagai rangsangan, meliputi aktivitas fisik, emosi,

    polusi udara, rokok, obatobatan dan paparan di tempat kerja.'

    E4i#"'i$$i

    (enurut F=7, sebanyak !"" hingga !" juta penduduk dunia adalah penyandang Asma.

    Gumlah ini terus bertambah sebanyak !/".""" orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi

    asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan ' E B 0:/B' dan B2 penduduk

    Indonesia menderita asma. 9erdasarkan laporan =eru Sundaru 0Departemen Ilmu Penyakit

    Dalam 56$I-&S;(2, prevalensi asma di 9andung 0,'B2, Semarang 0,B2, Denpasar 0+,:B2

    dan Gakarta 0,B2/. Di Palembang, pada tahun !

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    10/19

    Ma&i"s!asi ki&is

    Asma adalah menjadi sindrom klinis yang dikarakteristikan oleh batuk, mengi, dan sesak

    napas serta sesak dada yang ditimbulkan oleh allergen, infeksi atau stimulus lain. Tanda dan

    gejala serangan asmatik sangat berhubungan dengan jalan napas. 4ang pasti tentang manifestasi

    asma adalah jenisnya dan tidak dapat diduga. %ejala asma mengacu pada triad * dispnea, batuk

    dan ronki kering 0mengi2.+

    Table '* gejala asma dan patofisiologinya +

    7"*aa Pa!$isi$$i

    Dispnea, ortopnea, batuk, mengi, sesak dada,

    peningkatan nadi paradoksik, penurunan bising

    napas, hiperesonans, hipoksia

    Spasme bronkiolus, jebakan udara, pendataran

    diafragmatik

    Takikardia, pernapasan sulit, lapar udara,

    retraksi interkostal

    Peningkatan kerja pernapasan, keletihan,

    peningkatan konsumsi oksigen

    Sputum kental dan lengket, turgor kulit buruuk,

    tanda lain dari dehidrasi

    Peningkatan produksi sputum, dehidrasi,

    demam yang dihubungkan dengan infeksi

    Sputum kental hijau atau kuning Infeksi

    Spasme bronus, eosinofilia, bila alergi Inflamasi

    6etakutan-panik Ansietas

    Pa!$isi$$i as'a

    Pemicu yang berbedabeda dapat menyebabkan eksaserbasi asma oleh karena inflamasi

    saluran napas atau bronkhospasme akut atau keduanya sesuatu yang dapat memicu serangan

    asma ini sangat bervariasi antara satu individu dengan yang lain. 9eberapa hal diantaranya

    adalah allergen, polusi udara, infeksi saluran napas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat

    ataupun emosi ya berlebihan. 5actor lain yang kemungkinan menyebabkan eksaserbasi adalah

    rhinitis, sinusitis bacterial, poliposis, menstruasi. (ekanisme keterbatasan aliran udara yang

    bersifat akut ini bervariasi sesuai dengan rangsangan. Allergen akan memicu terjadinya

    bronkhokontriksi akibat dari pelepasan Ig@ dependent dari mast sel salura pernapasan dari

    mediator, termasuk diantaranya histmanin, prostaglandin, leukotrin sehingga akan terjadi

    kontraksi otot polos. 6eterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi

    10

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    11/19

    oleh karena saluran pernapasan pada pasien asma sangat hiperresponsif terhadap bermacam

    macam rangsangan.+

    Pada kasus asma akut mekanisme yang menyebabkan bronkhokontriksi terdiri dari

    kombinasi antara pelepasan mediator sel inflamasi dan rangsangan yang bersifat localatau refle)

    saraf pusat. Akibatnya keterbatasan aliran udara timbul oleh karena adanya pembengkakan

    dinding saluran napas dengan atau tanpa kontraksi otot polos. Peningkatan perrmeabilitas dan

    kebocoran mikrovaskuler berperan terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot

    polos saluran pernapasan.

    Penyempitan saluran pernapasan yang bersifat progresif yang disebabkan oleh inflamasi

    saluran pernapasan dan atau peningkatan tonus otot polos bronkhioler merupakan gejala

    serangan asma akut dan berperan terhadap peningkatan resistensi aliran, hiperinflasi pulmoner

    dan ketidak seimbangan ventilasi dan perfus. Apabila tidak dilakukan koreksi terhadap obstruksi

    saluran pernapasan ini, akan terjadi gagal napas yang merupakan konsekuensi dari peningkatan

    kerja pernapasan, inefisiensi pertukaran gas dan kelelahan otototot pernapasan. Interaksi

    kardiopulmoner dan system kerja paru sehubungan dengan obstruksi saluran napas.

    7bstruksi aliran udara merupakan gangguan fisiologis terpenting pada asma akut.

    %angguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi dan eksaserbasi dan dapat dinilai

    dengan tes fungsi paru sederhana sepert P@5& dan 5@H! 0forced e)piration volume2. 6etika

    terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relative cukup berat akan menyebabkan

    pertukaran aliran udara yang kecil untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar terhadap

    tekanan atmosfer maka akan terjadi hiperinflasi dinamik. 9esarnya hiperinflasi dapat dinilai

    dengan derajat penurunan kapasitas cadangan fungsional dan volume cadangan. 5enomena ini

    dapat pula terlihat pada foto toraks, yang memperlihatkan gambaran volume paru yang

    membesar dan diafragma yang mendatar.+

    =iperinflasi dinamik terutama berhubungan dengan peningkatan aktivitas otot

    pernapasan, mungkin sangat berpengaruh terhadap tampilan kardiovaskuler. =iperinflasi paru

    akan meningkatkan afterload pada ventrikel kanan oleh karena peningkatan efek kompresi

    langsung terhadap pembuluh darah.

    E$usi s"%a&a& as'a

    11

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    12/19

    Terdapat dua mekanisme yang berbeda dalam perkembangan laju serangan asma. 6etika

    yang dominan adalah proses inflamasi saluran pernapasan, pasien memperlihatkan perburukan

    gejala klinis dan fungsional tipe I atau serangan asma akut tipe lambat. Data penelitian

    menunjukkan bah#a sekitar /"

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    13/19

    efek samping sistemiknya minimal. 7bat golongan beta ' agonis inhalasi yang dapat

    digunakan yaitu (DI dengan atau tanpa spacer atau nebuli3er. 9ila dalam #aktu :"

    menit setelah inhalasi tidak ada perbaikan atau bahkan terjadi perburukan harus segera

    diba#a ke rumah sakit.

    b.Tatalaksana emergensi

    Penderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat

    serangannya. Tatalaksana a#al adalah pemberian beta agonis secara nebulisasi. %aram

    fisiologis dapat ditambahkan dalam cairan nebulisasi. 8ebulisasi serupa dapat diulang

    dengan selang '" menit. Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat antikolinergik.

    Tatalaksana a#al ini sekaligus berfungsi sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat

    serangan, karena penilaian derajat secara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat

    dan jelas. 9erikut ini pentalaksanaan serangan asma sesuai derajat serangan*

    Serangan asma ringan

    Pada serangan asma ringan dengan sekali nebulisasi pasien dapat menunjukkan

    respon yang baik. Pasien dengan derajat serangan asma ringan diobservasi !' jam, jika

    respon tersebut bertahan pasien dapat dipulangkan dan jika setelah observasi selama '

    jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma derajat sedang.

    Sebelum pulang pasien dibekali obat J'agonis 0hirupan atau oral2 yang harus diberikan

    tiap +C jam dan jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat ditambahkan

    steroid oral jangka pendek selama : hari. Pasien juga dianjurkan kontrol ulang ke klinik

    ra#at jalan dalam #aktu '++/ jam untuk evaluasi ulang tatalaksana dan jika sebelum

    serangan pasien sudah mendapat obat pengendali, obat tersebut diteruskan hingga

    evaluasi ulang yang dilakukan di klinik ra#at jalan.

    Serangan asma sedang

    Pada serangan asma sedang dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien

    hanya menunjukkan respon parsial 0incomplete response2 dan pasien perlu diobservasi di

    ruang ra#at sehari 07ne day care2 dan #alaupun belum tentu diperlukan, untuk persiapan

    keadaan darurat, pasien yang akan diobservasi di ruang ra#at sehari langsung dipasang

    13

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    14/19

    jalur parenteral sejak di unit ga#at darurat 0$%D2. Pada serangan asma sedang diberikan

    kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan dosis ",! mg-kgbb-hari selama :

    hari.

    Serangan asma berat

    Pada serangan asma berat dengan : kali nebulisasi berturutturut pasien tidak

    menunjukkan respon yait gejala dan tanda serangan masih ada. Pada keadaan ini pasien

    harus dira#at inap dan jika pasien menunjukkan gejala dan ancaman henti napas pasien

    harus langsung dira#at diruang intensif. Pasien diberikan oksigen '+ ?-menit sejak a#al

    termasuk saat dilakukan nebulisasi, dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks.

    Gika ada dehidrasi dan asidosis, diatasi dengan pemberian cairan intravena dan koreksi

    terhadap asidosis dan pada pasien dengan serangan berat dan ancaman henti napas, foto

    toraks harus langsung dibuat untuk mendeteksi kemungkinan pneumotoraks dan

    pneumomediastinum. Pada ancaman henti napas hipoksemia tetap terjadi #alaupun sudah

    diberi oksigen 0kadarPa7'C" mm=g dan atau Pa;7'+ mm=g2. Pada ancaman henti

    napas diperlukan ventilasi mekanik. 8ebulisasi dengan Kagonis1antikolinergik dengan

    oksigen dilanjutkan tiap !' jam, jika dengan +C kali pemberian mulai terjadi perbaikan

    klinis jarak pemberian dapat diperlebar menjadi +C jam. Pasien juga diberikan

    kortikosteroid intravena ",! mg-kg-99-hari perbolus setiap C/ jam dan aminofilin

    intravena dengan beberapa ketentuan sebagai berikut* Gika pasien belum mendapat

    minofilin sebelumnya, diberikan aminofilindosis a#al sebesr C/ mg-kg99 dilarutkan

    dalam dekstros B atau garam fisiologis sebanyak '" ml diberikan dalm '":" menit.

    Gika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya 0kurang dari + jam2, dosis yang

    diberikan adalah setengah dari dosis inisial. Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah

    diukur dan dipertahankan sebesar!"'"L-ml. Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan

    diberikan sebesar ",!mg-kg99-jam. Gika terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan

    tiap C jam hingga '+ jamdan pemberian aminofilin dan kortikosteroid diganti oral, jika

    dalam '+ jam stabil pasien dapat dipulangkan dengan dibekali K'agonis 0hirupan atau

    oral2 yang diberikan tiap +C jam selama !' hari. Selain itu, steroid oral dilanjutkan

    hingga pasien kontrol ke klinik ra#at jalan dalam !' hari untuk evalasi ulang

    tatalaksana.

    14

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    15/19

    %ambar :. Alur tatalaksana emergensi serangan asma

    15

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    16/19

    '. Tatalaksana jangka panjang asma persisten:

    Pada penatalaksanaan asma persisten terdapat dua alternative yaitu dengan menggunakan

    steroid hirupan dosis medium dengan memberikan budenoside '""+""ug-hari budesonide 0!""

    '""ug-hari flutikason2 untuk anak berusia kurang dari !' tahun, +""C""ug-hari budesonid 0'""

    :""ug-hari flutikason2 untuk anak berusia di atas !' tahun. Selain itu, dapat digunakan alternatif

    pengganti dengan menggunakan steroid hirupan dosis rendah ditambah dengan ?A9A 0?ong

    Acting K' Agonist2 atau ditambahkan Theophylline Slo# &elease 0TS&2 atau ditambahkan Anti

    ?eukotriane &eceptor 0A?T&.2

    Apabila dengan pengobatan tersebut selama C/ minggu tetap terdapat gejala asma, maka

    dapat diberikan alternatif lapis ketiga yaitu dapat meningkatkan dosis kortikosteroid sampai

    dengan dosis tinggi pada pemberian +""ug-haribudesonid 0'""ug-hari flutikason2 untuk anak

    berusia kurang dari !' tahun, danC""ug-hari budesonid 0:""ug-hari flutikason2 untuk anak

    berusia di atas !'tahun atau tetap dosis medium ditambahkan dengan ?A9A, atau TS&, atau

    A?T&. Penambahan ?A9A pada steroid hirupan telah banyak dibuktikan keberhasilannya yaitu

    dapat memperbaiki 5@HI, menurunkan gejala asmanya, dan memperbaiki kualitas hidupnya.

    Apabila dosis steroid hirupan sudah mencapai /""ug-hari namun tetap tidak mempunyai

    respons, maka baru digunakan steroid oral 0sistemik2. Gadi penggunaan kortikosteroid oral

    sebagai controller 0pengendali2 adalah jalan terakhir setelah penggunaan steroid hirupan atau

    alternatif di atas telah dijalankan. ?angkah ini diambil hanya bila bahaya dari asmanya lebih

    besar daripada bahaya efek samping obat.

    $ntuk steroid oral sebagai dosis a#al dapat diberikan !'mg-kg99-hari. Dosis kemudian

    diturunkan sampai dosis terkecil yang diberikan selang hari pada pagi hari. Penggunaan steroid

    secara sistemik harus berhatihati karena mempunyai efek samping yang cukup berat.

    Pada pemberian antileukotrien 03afirlukas2 pernah dilaporkan adanya peningkatan en3im hati,

    oleh sebab itu kelainan hati merupakan kontraindikasi. (engenai pemantauan uji fungsi hati

    pada pemberian antileukotrien belum ada rekomendasi. (engenai obat antihistamin generasi

    baru nonsedatif 0misalnya ketotifen dansetiri3in2, penggunaannya dapat dipertimbangkan pada

    anak dengan asma tiperinitis, hanya untuk menanggulangi rinitisnya. Pada saat ini penggunaan

    kototifen sebagai obat pengendali 0controller2 pada asma anak tidak lagi digunakan karena tidak

    mempunyai manfaat yang berarti.

    16

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    17/19

    Apabila dengan pemberian steroid hirupan dicapai fungsi paru yang optimal atau

    perbaikan klinis yang mantap selama C/ minggu, maka dosis steroid dapat dikurangi bertahap

    hingga dicapai dosis terkecil yang masih bisa mengendalikan asmanya. Sementara itu

    penggunaan Kagonis sebagai obat pereda tetap diteruskan.

    %ambar +. Alur tatalaksana jangka panjang asma

    K$'4ikasi

    17

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    18/19

    Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh asma bronkial ini, antara lain*

    !. Infeksi saluran nafas.

    '. Atelektasis.

    :. Pneumothoraks. Pneumomediastinum, @mfisema kutis.

    +. %agal nafas.

    . Aritmia 0terutama bila sebelumnya ada kelainan jantung2.

    P"&"aha&

    Selain pengobatan di atas, perlu kiranya dilakukan perbaikan lingkungan untuk mencegah

    terjadinya serangan asma, antara lain dengan *

    a. (enjaga agar udara di rumah tidak terlalu lembab.

    b. Air conditioner 0A;2 harus sering dibersihkan, paling lama setiap : bulan sekali.c. =indari he#an peliharaan berbulu di dalam rumah.

    d. =indari debu di dalam rumahe. 9ersihkan rumah secara teratur dengan cara basah 0langsung dengan lap basah

    dan pel2 agar debu tidak beterbangan di udara.

    Pada prinsipnya untuk pencegahan sendiri, pencegahan meliputi pencegahan primer yaitu

    mencegah tersensitisasi dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah

    mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma> dan pencegahan

    tersier adalah mencegah agar tidak terjadi serangan - bermanifestasi klinis asma pada penderita

    yang sudah menderita asma.C

    K"si'4ua&- Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang ditandai adanya proses

    inflamasi yang disertai remodeling. Prevalensi asma meningkat dari #aktu ke #aktu yang

    berhubungan dengan pola hidup dan polusi. 6lasifikasi asma adalah asma episodik jarang, sering

    dan persisten. Pada asma episodik jarang hanya diberikan obat reliever saja tanpa controller,

    sedangkan pada asma episodic sering dan persisten diperlukan controller. Terapi kombinasi pada

    anak dapat memperbaiki uji fungsi paru, gejala asma dan aktivitas seharihari yang pada

    akhirnya meningkatkan kualitas hidup anak. Terapi kombinasi merupakan suatu harapa baru

    dalam tatalaksana asma.

    Da!a% Pus!aka

    !. =ull David, Gohnston DI. Dasardasar pediatric. @disi :. Gakarta* @%; > '""/. !'C

  • 7/25/2019 pbl 29 asma

    19/19

    '. =enderson S. kedokteran emergensi. Gakarta * 9uku 6edokteran @%;> '"!' * C'

    :. Diunduh dari http*--###.pdpersi.co.id-content-article.phpMmidNOcatidN