13
pembahasan pemantauan kolom dengan metode KLT pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemantauan kolom dengan metode KLT tujuan dilakukan pemantauan yaitu untuk menentukan jumlah komponen dalam campuran, menentukan identitas anatara dua campuran dan memonitor perkembangan reaksi. Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi diantara fase diam yang berupa padatan dan fase gerak berupa campuran solvetn atau pelarut (eluen) yang jua dikenal dengan pistilah pelarut pengembang campur. Adapun fase diam yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan campuran butanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 4 : 2 : 1 selain menggunakan campuran tersebut dilakukan pula elusi dengan eluen yang berbeda menggunakan n-butanol dan etanol dengan perbandingan 3 : 1 larutan n-butanol digunakan untuk menarik senyawa yang semi polar sedangkan etanol untuk menarik senyawa yang polar.

Pembahasan Pemantauan Kolom Dengan Metode KLT Fitokim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan fitokimia

Citation preview

pembahasan pemantauan kolom dengan metode KLTpembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemantauan kolom dengan metode KLT tujuan dilakukan pemantauan yaitu untuk menentukan jumlah komponen dalam campuran, menentukan identitas anatara dua campuran dan memonitor perkembangan reaksi. Dasar pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi diantara fase diam yang berupa padatan dan fase gerak berupa campuran solvetn atau pelarut (eluen) yang jua dikenal dengan pistilah pelarut pengembang campur. Adapun fase diam yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan campuran butanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 4 : 2 : 1 selain menggunakan campuran tersebut dilakukan pula elusi dengan eluen yang berbeda menggunakan n-butanol dan etanol dengan perbandingan 3 : 1 larutan n-butanol digunakan untuk menarik senyawa yang semi polar sedangkan etanol untuk menarik senyawa yang polar.Tahap yang digunakan yaitu 1. Persiapan plat2. Pembuatan eluen3. Persiapan chamber4. Penotolan dan pengembangan Plat yang digunakan adalah silika gel Gf 254 lapis tipis atau penyangga terdiri dari plat (kaca, aluminium, plastik) dan adsorben (silika gel, alumina, selulosa, dll). Silika gel dapat membentuk ikatan hidrogen di permukaanya karena pada permukaannya terikat gugus gidroksil. Oleh karena itu silika gel sifatnya sangat polar. Sebelum digunakan proses KLT, plat harus di keringkan dulu di dalam oven agar plat bebas dari molekul-molekul air yang terikat. Jumlah air yang terikat tersebut sangat berpengaruh pada pemisahan karena air terikat sangat kuat pada adsorben sehigga menghambat terjadinya kesetimbangan dengan molekul-molekul analit. Selain itu plat juga tidak boleh rusak agar warna pada sampel dapat terpisah dengan baik. Setelah plat diaktivasi di dalam oven plat di ambil dengan menggunakan pinset dan meletakkannya di atas kaca yang sebelumnya telah di bersihkan dengan alkohol. Alasan menggunakan pinset karena lebih efektif dari pada menggunakan tangan langsung karena, dikhawatirkan tangan berkeringat sehingga dapat menambahkan jumlah air pada plat. Selanjutnya plat diberi tanda garis dan titik untuk proses penotolan dan elusi.Pada pemilihan eluen tergantung dari jenis analit yang akan dipisahkan. Eluen yang menyebabakan seluruh noda yang ditotolkan pada plat naik sampai batas atas plat (solvent Fron) tanpa mengalami pemisahan berarti eluen terlalu polar. Sebaliknya jika noda yang ditotolkan pada palt sama sekali tidak bergerak berarti eluen kurang polar. Semakin dekat kepolaran antara sampel dan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Sebelum dilakukan pengembangan chamber dijenuhkan terlebih dahulu karena ketika fase gerak mulai naik ke fase diam sedapat mungkin tidak ada penghalang atau gangguan. Jika chamber tidak jenuh maka di dalam chamber masih terdapat udara dengan uap eluen, maka aliran eluen akan tertahan sehingga menyebabkan pemisahan tidak berjalan dengan baik. parameter migrasi pada KLT adalah nilai Rf . Rf adalah waktu tambah atau waktu yang diperlukan untuk mengelusi maksimum suatu sampel dihitung dari titik awal penotolan. Oleh karena itu nilai Rf selalu lebih kecil dari 1. Berdasarkan percobaan didapatkan nilai Rf 0,3 cm pada perbandingan 7:3 , 0,9 cm pada perbandingan 8:2, 7:3, dan 6:4, serta 0,06 cm pada perbandingan 5:5. Jadi spot yang paling baik pada perbandingan 7:3 dengan eluen n-butanol dan etanol dengan nilai Rf 0,3 cm. Hal ini disebabkan karena nilai Rf tersebut paling maksimal daya elusinya dalam pemisahan. Daya elusi sendiri terletak antara 0,2 sampai 0,8. Dari proses elusi tersebut tidak terlihat adanya spot secara kasat mata sehingga perlu di deteksi di lampu UV 254 nm dan UV 366 nm. Maka diperoleh nada yang terlihat. Pada lampu UV 254 nm noda terlihat karena adanya daya interkasi anatara sinar uv dengan indikator flourosensi seperti timah kadminum sulfida yang terdapat pada lempeng dimana lempeng berflourosensi sedangkan sampel tampak gelap. Pada lampu uv 366 nm noda berflourosensi sedangkan lempeng berwarna gelap. Penampakan noda terjadi karena adanya daya interkasi antara sinar uv dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda tersebut.PEMBAHASAN KROMATOGRAFI KOLOM (KK)Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai kromatgrafi kolom fase diam yang digunakan adalah silika gel sedangkan fase geraknya memakai n-butanol : etanol dengan beberapa perbandingan. Fraksi yang di gunakan adalah fraksi air dari simplisia rosella. Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran KK merupakan kelanjutan dari KLT. Prinsipnya sama dengan KLT, KK digunakan untuk memurnikan senyawa atau memisahkan campuran. Fase diam yang digunakan bisa berupa padat atau cair. Sedangkan fase gerak berupa cair atau gas. Mekanisme pemisahan 1. Kromatografi Adsorbsi.Komponen yang dipisahkan secara selektif teradsorpsi pada permukaan adsorben.2. Kromatografi PartisiAnalit mengalami partisi antara lapisan cairan fase diam (stasioner) dan eluen sebagai fase gerak (mobile).3. Kromatografi Siza Eksklusi Solut dilewatkan kedalam adsorben berpori Solut dengan ukuran kecil akan masuk ke dalam pori-pori adsorben. Solut dengan ukuran lebih besar dari pori-pori adsorben akan terelusi lebih dulu.4. Kromatografin Pertukaran Ion Fase diam memiliki muatan tertentu, analit yang berbeda muatannya akan tertahan dalam adsorben dan secara selektif akan terelusi oleh fase gerak berupa dapar. 5. Kromatografi Afinitas Banyak digunakan untuk memisahkan enzim-enzim. Fase diam memiliki gugus khas (ligan) dengan afinitas tinggi terhadap solut. Solut yang bentuknya cocok dengan ligan akan tertahan di adsorben (membentuk kompleks) dolut yang lain akan terelusi. Kompleks yang terbentuk antara solut dengan ligan dielusi ulang sehingga diperoleh solut yang diinginkan.Kedalam KK ditmbahkan glass woll, pasir, silika gel, fraksi air yang dicampur silika gel, dan eluen. Glass woll digunakan untuk menahan pasir dan silika gel, pasir digunakan unutuk menjerap kotoran. Silika gel sebagai fase diam untuk menjerap analit sedangkan eluen untuk membawa analit menuju vial yang terletak dibawah kolom sebagai penampungan fraksi.Di dalam kolom, aliran fase gerak akan membawa komponen-komponen analit ke arah sepanjang kolom. Pada saat fase gerak mengalir sepanjang kolom terjadi kesetimbangan dinamis antara komponen yang terdapat dalam fase gerak dengan komponen yang terdapat dalam fase diam sehingga mempengaruhi jumlah plat teori (N). Maka makin banyak palt maka pemisahan makin baik sehingga kolom makin efisien.Berbagai ukuran kolom dapat digunakan dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-sampel tanpa melampaui fase diamnya. Panjang kolom harus sekurang-kurangnya sepuluh kalu ukuran diamterernya. Adapun diameter dan panjang kolom yang digunakan pada praktikum ini adalah 2 cm dan 24,5 cm.Bahan pengemasnya adalah suatu adsorben yaitu silika gel yang kemudian dimasukkan dalam bentuk suspensi kedalam porsi fase gerak dan dibiarkan diam didalam hamparan basah dengan sedikit cairan dibiarkan turun sampai mencapai puncak permukaan hamparan.Pemilihan ukuran kolom tergantung dariA. Jumlah sampel yang akan dipisahkan, perbandingan adsorben cuplikan 10:1B. Perbandingan panjang dengan diameter kolom 12:1C. Untuk sampel yang multikomponen yang memepunyai afinitas yang sama terhadap adsorben maka dipilih kolom yang panjang, sedangkan untuk komponen dengan afinitas yang berbeda terhadap adsorben maka dipilih kolom yang pendek.Adapun cara penyiapan kolom yang digunakan pada praktikum ini adalah cara basah agar meminimalkan reaksi terjadinya keretakkan fase diam akibat kekeringan atau kurang ratanya fase gerak bila dibandingkan cara kering maupun bubur atau lumpuran. Pada saat menuangkan fase diam ke corong maka serbuk tersebut tidak boleh menempel pada dinding kolom dan tidak terbentuk rongga agar pemisahan berjalan sempurna. Dari praktikum diperoleh 10 fraksi dengan warna yang semakin encer (tidak pekat).Parameter kinetika pemisahan ada 4 :1. Slektivitas () 2. Kapasitas kolom (K1) 3. Resolusi (Rs)4. Jumlah plat teori (N)Slektivitas yaitu kemampuan untuk mengenali senyawa-senyawa didalam campuran untuk mendapatkan slektivitas meksimum harus dicari mekanisme pemisahan yang paling sesuai (partisi, adsorpsi size exclusion, atau ion exchange).

Kp = koefisien partisi, perbaningan konsentrasi analit dalam fase diam dan fase gerak ( Cs/Cm).Pembilang adalah Kp yang lebih besar Nilai 1Nilai makin besar maka pemisahan makin baik.Kapasitas kolom adalah ukuran interaksi suatu analit dengan fase diam. Hal ini menunjukkan kemampuan kolom menampung analit maka semakin lama analit berbeda dalam kolom akan semakin besar nilai kapasitasnya.k1 = Resolusi adalah ukuran kuantitatif yang menyatakan kemampuan kolom dalam memisahkan komponen-komponen. Resolusi oleh 3 faktor yaitu efisiensi (N), selektivitas () dan retensi (K1).Rs = Rs = Berarti pemisahan tidak semprna Rs 1,5 berarti pemisahan baik.