3
tingkat keberhasilan program termasuk faktor pendukung keberhasilan dan penyebab kegagalan program, dan faktor-faktor yang mempengaruhi, (3) merumuskan "model pemberdayaan peternak" yang dapat dijadikan acuan dalam peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan peternak. Ringkasan Eksekutif ________________________ Heslt-Hesi! Pene/itian Tahun 2007 PEMBERDA YAAN PETERNAKAN SAPI DALAM RANGKA PENINGKA TAN PRODUKSI DAGING: Sebuah Aplikasi Pendekatan Participatory Action Reasearch di Pulau Lombok - NTB Ir. I Wayan Suadnya, M.Agr.Sc., Ph.D.I), Ir. Muktasam, M.Agr.Sc., Ph.DI),. Drh. Eny Martindah, M.Sc., Ph.D.2), dan Ratna Ayu, S.Pt., M.SF). Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, konsumsi dan kebutuhan daging nasional terus meningkat dari 1,9 kg per kapita menjadi 2,8 kg per kapita per tahun. Disisi lain laju pertumbuhan populasi sapi sangat lambat (0,21 % per tahun). Kondisi ini memaksa Indonesia mengimpor daging dari ILIar negeri yang besarnya mencapai 27- 30 persen dari kebutuhan daging nasional. Memperhatikan permasalahan tersebut di atas, pemerintah telah dan sedang melaksanakan berbagai program pemberdayaan peternak sapi melalui berbagai bantuan projek. Fakta menunjukkan bahwa berbagai program tersebut belum secara nyata mampu memberdayakan dan meningkatkan produksi peternakan sapi di Pulau Lombok. Peternak masih belum berdaya (menjadi pengadas) yang tergantung pada pemilik modal. Fakta juga menunjukkan bahwa hampir semua program' dan model pemberdayaan yang dilaksanakan di Lombok merupakan program dan model pemberdayaan yang" datang dari luar" (top down). Sementara itu, belum ada upaya- upaya serius untuk merumuskan model pemberdayaan secara partisipatif rnelalui suatu proses penelitian aksi, yang kemudian menghasilkan model-model yang inovatif dan operasional yang sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam Pulau Lombok. Penelitian ini dilakukan untuk : (1) mengidentifikasi program-program pemberdayaan peternak sapi yang dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat, (2) menganalisis dan memahami 1. Pengajar Universitas Mataram 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian Penelitian 1n1 dirancang dengan menggunakan metode "Modified Participatory Action Research - MPAR" atau "Kaji-tindak Partisipatif Termodifikasi" sebagai pendekatan da\am proses pengumpu\an data, pembe\ajaran, dan pengembangan partisipasi. Metode ini mengintegrasikan kegiatan survey, in-depth interviews, focus group discussion, workshop, dan action learning sebagai pendekatan dalam pengumpulan data, proses pembelajaran dan penyusunan rencana aksi yang kemudian diikuti dengan implementasi rencana aksi dalam skala terbatas (pilot actions), evaluasi dan pernantauan serta replikasi aksi dalam skala yang lebih luas. Alasan utama penggunaan metode ini adalah untuk memanfaatkan waktu, dana dan surnberdaya secara efektif dan efisien karena penelitian, proses pembelajaran, penyuluhan dan aksi dapat dilaksanakan bersamaan dan simultan dalam periode penelitian yang tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Lombok Barat teridentifikasi paling tidak 1 8 jenis program yang telah dan sedang dilaksanakan dalam rangka pemberdayaan peternak, dan terse bar di lima belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Program- program ini dilaksanakan oleh berbagai instansi dengan sumber pendanaan yang berbeda-beda. Program-program terse but antara lain: Program Pengembangan Wilayah (PPW), Program Kerjasama Kermtreen Pene/itian Pertanian -------------------- 209 dengan Perguruan Tinggi (KKPJT)

PEMBERDA YAAN PETERNAKAN SAPI DALAM … · perencanaan, pengadaan sapi hingga ... ekor menjadi milik kelompok untuk modal usaha kelompok. ... penilaian proposal yang

  • Upload
    vodiep

  • View
    247

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

tingkat keberhasilan program termasuk faktorpendukung keberhasilan dan penyebabkegagalan program, dan faktor-faktor yangmempengaruhi, (3) merumuskan "modelpemberdayaan peternak" yang dapat dijadikanacuan dalam peningkatan produksi, pendapatandan kesejahteraan peternak.

Ringkasan Eksekutif________________________ Heslt-Hesi! Pene/itian Tahun 2007

PEMBERDA YAAN PETERNAKAN SAPI DALAM RANGKAPENINGKA TAN PRODUKSI DAGING: Sebuah Aplikasi Pendekatan

Participatory Action Reasearch di Pulau Lombok - NTB

Ir. I Wayan Suadnya, M.Agr.Sc., Ph.D.I), Ir. Muktasam, M.Agr.Sc., Ph.DI),.Drh. Eny Martindah, M.Sc., Ph.D.2), dan Ratna Ayu, S.Pt., M.SF).

Seiring dengan laju pertumbuhanpenduduk, konsumsi dan kebutuhan dagingnasional terus meningkat dari 1,9 kg per kapitamenjadi 2,8 kg per kapita per tahun. Disisi lainlaju pertumbuhan populasi sapi sangat lambat(0,21 % per tahun). Kondisi ini memaksaIndonesia mengimpor daging dari ILIar negeriyang besarnya mencapai 27- 30 persen darikebutuhan daging nasional.

Memperhatikan permasalahan tersebut diatas, pemerintah telah dan sedang melaksanakanberbagai program pemberdayaan peternak sapimelalui berbagai bantuan projek. Faktamenunjukkan bahwa berbagai programtersebut belum secara nyata mampumemberdayakan dan meningkatkan produksipeternakan sapi di Pulau Lombok. Peternakmasih belum berdaya (menjadi pengadas) yangtergantung pada pemilik modal. Fakta jugamenunjukkan bahwa hampir semua program'dan model pemberdayaan yang dilaksanakan diLombok merupakan program dan modelpemberdayaan yang" datang dari luar" (topdown). Sementara itu, belum ada upaya-upaya serius untuk merumuskan modelpemberdayaan secara partisipatif rnelalui suatuproses penelitian aksi, yang kemudianmenghasilkan model-model yang inovatif danoperasional yang sesuai dengan kondisimasyarakat dan alam Pulau Lombok.

Penelitian ini dilakukan untuk : (1)mengidentifikasi program-program pemberdayaanpeternak sapi yang dilaksanakan di KabupatenLombok Barat, (2) menganalisis dan memahami

1. Pengajar Universitas Mataram2. Peneliti Badan Litbang Pertanian

Penelitian 1n1 dirancang denganmenggunakan metode "Modified ParticipatoryAction Research - MPAR" atau "Kaji-tindakPartisipatif Termodifikasi" sebagai pendekatanda\am proses pengumpu\an data, pembe\ajaran,dan pengembangan partisipasi. Metode inimengintegrasikan kegiatan survey, in-depthinterviews, focus group discussion, workshop,dan action learning sebagai pendekatan dalampengumpulan data, proses pembelajaran danpenyusunan rencana aksi yang kemudian diikutidengan implementasi rencana aksi dalam skalaterbatas (pilot actions), evaluasi danpernantauan serta replikasi aksi dalam skala yanglebih luas. Alasan utama penggunaan metodeini adalah untuk memanfaatkan waktu, dana dansurnberdaya secara efektif dan efisien karenapenelitian, proses pembelajaran, penyuluhandan aksi dapat dilaksanakan bersamaan dansimultan dalam periode penelitian yang tersedia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diKabupaten Lombok Barat teridentifikasi palingtidak 1 8 jenis program yang telah dan sedangdilaksanakan dalam rangka pemberdayaanpeternak, dan terse bar di lima belas Kecamatanyang ada di Kabupaten Lombok Barat. Program-program ini dilaksanakan oleh berbagai instansidengan sumber pendanaan yang berbeda-beda.Program-program terse but antara lain: ProgramPengembangan Wilayah (PPW), Program

Kerjasama Kermtreen Pene/itian Pertanian -------------------- 209dengan Perguruan Tinggi (KKPJT)

Ringkasan EksekutlfHasi/-Hasil Penetitien Tahun 2007 _

Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT),Peningkatan Produksi Padi Terpadu (P3T),Pembangunan Rakyat Terpadu (PRT), ProgramKetahanan Pangan (PKP), ProgramPengembangan Agribisnis (PPA), Silvipasture(Silvo), Program Penggemukan Sapi PotongBatan (Batan), Bantuan Langsung Masyarakatdan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat(BLM/BPLM), Penguatan Modal UsahaKelompok (PMUK), Dana Alokasi Umum(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), ProgramAgribisnis Sapi Potong (PASP), Badan UrusanKetahanan Pangan Daerah (BUKPD), KelompokUsaha Bersama (KUBE Dinsos), BantuanPresiden (Banpres), Instruksi Presiden (Inpres),Lembaga IImu Pengetahuan (LIPI), dan ProgramGerbang Emas-Bangun Desa (GE) denganmenggunakan Anggaran PembangunanDaerah I (APBD I).

Dari program-program tersebut yangdianggap berhasil oleh para pihak adalah PPWT,BPLM, PRT dan KU BE Dinsos. Beberapaindikator yang oleh para pihak digunakan untukmenilai keberhasilan program tersebut adalah :( I) Pemilikan sapi - transformasi dari"pengadas" (memelihara sapi orang lain dengansistim bagi hasil) kepada "pemilik", (2)Pemilikan aset produktif setelah mengusahakansapi (menyewa tanah, membeli cidomo, danlain-lain), (3) Terbukanya lapangan kerja baru,(4) Peningkatan pendapatan, (5) Perbaikanrumah dan Iingkungan, (6) Terpenuhinyakebutuhan cash, misalnya untuk keperluanMalaysia dan menyekolahkan anak, (7)Kelompok peternak masih aktif, dan (8)Pengembalian dan perguliran sapi berjalan baiksesuai dengan harapan.

Hasil penelitian juga menunjukkan adaempat program yang dianggap kurang berhasiloleh para pihak (stakeholder), yaitu ProgramP3T, PKP, PPA dan program Batan. Keempatprogram ini dianggap kurang berhasil dalammemberdayakan petani berdasarkan atasindikator-indikator antara lain: program tidakberlanjut, kelompok peternak bubar, petanitidak memiliki ternak lagi, dana gulir tidak

kembali, terjadi konflik sosial, dan petani tetapmiskin atau tidak terjadi peningkatanpendapatan.

Disamping program yang berhasil dankurang berhasil, ada dua program yang ditelitibelum dapat diberikan penilaian oleh para pihak.Kedua program ini belum dapat dinilai karenabaru berjalan satu tahun sehingga belumdiketahui tingkat pengembaliannya. Keduaprogram ini adalah PMU K dan programBUKPD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwakeberhasilan program pemberdayaan peternakditentukan oleh paling tidak sembilan faktoryang disebut oleh para pihak, baik melaluisurvei, wawancara mendalam dan workshop.Kesembilan faktor penentu keberhasilantersebut adalah : I) Proses sosialisasi berlangsungbaik, 2) Pemilihan lokasi dan petani pesertadilakukan dengan baik, 3) Kelompok aktif danberperan dalam keseluruhan proses, dariperencanaan, pengadaan sapi hinggapengembaliannya, 4) Ada insentif bagipengelolaan kelompok, 5) Pembinaan dansupervisi efektif dan berkelanjutan, 6) Polamenguntungkan petani, 7) Pengembalian danperguliran sapi jelas, 8) Ketersediaan pakanmernadal, dan 9) Komitmen petani dalampemberdayaan.

Disamping ada faktor penentu keberhasilanprogram sebagaimana diungkapkan olehstakeholder, ada beberapa faktor yangdianggap menyebabkan kegagalan programpemberdayaan peternak yang dilaksanakan diKabupaten Lombok Barat. Faktor-faktor inipunterun gka p d a ri h asil su rvei, w aw a nca ramendalam dan rangkaian workshop yangdilaksanakan dalam penelitian. Faktor tersebutantara lain: I) Kelompok hanya tumbuh karenaproyek dan top-down, 2) Tidak berlangsungsosialisasi dan implementasi yang jelas, 3)Terbatas pembinaan, koordinasi danpengawasan, 4) Kelompok tidak aktif, 5)Konsep tidak sesuai dengan kondisi daerah, 6)Pakan terbatas, dan 7) Perbedaan kepentingan.

210 -------------------- Kerjasama Kemitraan Penetitisn Pertaniandengan Perguruan Tinggi (KKP3T)

Ringkasan Eksekutif________________________ Hasil-Hasi/ Pene/itian Tahun 2007

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebutdan hasil pelaksanaan workshop, maka disepakatidua model pemberdayaan peternak sapi untukKabupaten Lombok Barat yang akan berlaku untuk(a) wilayah Lombok Barat bagian utara dan selatan,dan (b) wilayah Lombok Barat bagian tengah.Kedua model ini hanya berbeda pada pol apengembalian dan perguliran ternak. Model tmenggunakan pola t -2-5, yang berarti petemakdiberikan bantuan satu ekor sapi siap bunting,kemudian mengembalikan dua ekor anaknyaselama kurun waktu lima tahun. Satu ekor anaksapi yang dikembalikan untuk perguliran dan satuekor menjadi milik kelompok untuk modal usahakelompok. Dengan pola ini maka kelompokmemperoleh modal penguatan dan petani terusterikat dalam kelompok.

Model 2 rnerupakan penggabungan antarapola PMUK dengan pola bantuan sapipenggernukan (sapi potong). Dalam hal inipetani diberikan bantuan dua ekor sapi satubetina dan satu jantan. Sapi betina dikeloladengan pola PMUK (1-1-4) sedangkan sapijantan disamping dimaksudkan sebagai pejantanjuga dikelola seperti pola bagi hasil bantuanpenggemukan sapi dengan pembagiankeuntungan 60% peternak dan 40% kelompok.Pola ini dianggap rnenguntungkan kerena polaPMUK dianggap sebagai upaya tabungan olehpeternak, sedangkan pola penggemukan sapipotong diharapkan mampu untuk memenuhikebutuhan cash jangka pendek atau kebutuhanseharl-hari petani dan keluarganya. Sedangkanbagi hasil 40% untuk kelompok sangat bergunauntuk penguatan modal kelompok dan insentifbuat pengurus kelompok.

Secara umum disepakati bahwa pada keduamodel proses pemberdayaan perlu dilakukantahapan-tahapan sebagai berikut : 1 ) sosialisasiprogram yang baik yang dltulukan kepada semuastakeholder yang akan terlibat dalam kegiatanpemberdayaan, 2) pemilihan lokasi dankelompok yang harus dilakukan denganmemperhatikan kelayakan dan kesesuaianwilayah dari segi sosial, ekonomi, biofisikmaupun kebijakan pengembangan wilayah yangtelah ditetapkan oleh pemerintah daerah, 3)

seleksi peserta program harus objektif, 4)penyusunan rencana usaha kelompok atau RUKyang memberdayakan, 5) penilaian proposal yangobjektif, 6) penyaluran dana dan pengadaan sapidilakukan dengan cara yang tepat dan transparan,7) pemeliharaan sapi sesual dengan anjuran danrekomendasi teknis dari Dinas Pembina, 8)pengawasan oleh kelompok aktif danberkelanjutan, 9) pergullran dengan pola 1-1-5atau t -1-4 plus penggernukan, dan to)pengembalian serta perguliran yang jelas. Melaluikedua model di atas diharapkan iurnlah kelompokpeternak sapi akan bertambah dan sekaligusmeningkatkan jumlah sapi, baik sapi bibit maupunsapi potong yang pada gilirannya akanmeningkatkan produksi daging.

Pelajaran penting yang dapat dipetik daripenelitian ini adalah: 1) Pendekatan prosespenelitian yang menggunakan pendekatanParticipatory Action Research telahmemfasilitasi proses belajar pada sernuastakeholder kunci dalam sistim pemberdayaanpeternak-peternak, kelompok peternak,pelaksana / petugas lapang termasuk PPL danpembuat kebijakan pada dinas terkait, 2) Prosesrefleksi yang dilakukan oleh stakeholder telahmembuka wawasan mereka untuk dapat melihatpelaksanaan program secara objektif, 3) Melaluiserangkaian kegiatan workshop telah terjadiproses komunikasi horizontal dan vertikal, dansaling belajar diantara stakeholder tentang apayang telah dilaksanakan dalam upayamemberdayakan peternak, 4) Melalui prosesyang partisipatif pemerintah daerah dalam halini Dinas Pertanian dan Peternakan KabupatenLombok Barat secara langsung menyatakankesediaannya untuk melakukan uji coba modelyang dihasilkan. Rencana tindak lanjut dari hasilpenelitian ini adalah melakukan u]i coba modelpada tiga wilayah di Kabupaten Lombok Baratyaitu bagian utara, tengah dan selatan. Dalamrangka uil coba ini telah dihasilkan proposal"Rencana Aksi" yang telah diajukan ke BadanLitbang Pertanian di Jakarta untuk memperolehdukungan pendanaan. Rangkaian kegiatandalam rangka uji coba nantinya adalahpersiapan implementasi model, implementasi,monitoring dan evaluasi dan pengembangan/reformulasi model.

Kerjasama Kemitraan Pene/itian Pertanian -------------------- 211dengan Perguruan Tinggi (KKP3T)