Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MAK : 1800.203.051
PROPOSAL PENELITIAN
PENELITIAN FORMULASI DAN TEKNIK PRODUKSI
PUPUK DAN PEMBENAH TANAH MENDUKUNG
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Dr. I Gusti Made Subiksa
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL RPTP : Penelitian Formulasi dan Teknik Produksi Pupuk dan
Pembenah Tanah Mendukung Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan
UNIT KERJA : Balai Penelitian Tanah
ALAMAT UNIT KERJA : Jl. Tentara Pelajar No.12, Kampus Penelitian
Pertanian, Cimanggu, Bogor 16114
SUMBER DANA : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah
Tahun Anggaran 2017
STATUS PENELITIAN : Lanjutan
PENANGGUNGJAWAB PROGRAM :
a. Nama : Dr. I Gusti Made Subiksa
b. Pangkat/Golongan : Pembina /IV B
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya
LOKASI : Lampung, Jawa Barat dan Jawa Timur
AGROEKOSISTEM : Lahan kering dan lahan sawah
TAHUN MULAI : 2015
TAHUN SELESAI : 2017
OUTPUT TAHUNAN : 1. 1 (satu) formula larutan nutrisi untuk tanaman
sayuran berumbi
2. Informasi efektifitas larutan nutrisi untuk
tanaman sayuran berbuah (paprika)
3. Informasi mutu dan kualitas limbah rumput laut
sebagai bahan baku formula pupuk
4. Formula pupuk silika untuk tanaman tebu yang
disempurnakan
5. Teknik produksi formula pupuk Potasium silikat
(KSi) untuk tanaman tebu yang disempurnakan
6. Formula pembenah tanah organomineral untuk
meningkatkan produktivitas tanah berpelapukan
lanjut
7. 3 (tiga) draft artikel ilmiah untuk publikasi
OUTPUT AKHIR : Formula dan teknik produksi untuk scaling up
pupuk/pembenah tanah baik organik termasuk
pupuk hayati dan anorganik yang efektif dan efisien
untuk meningkatkan produktivitas tanah dan
tanaman serta ramah lingkungan
BIAYA PENELITIAN : Rp.197.500.000 (Seratus sembilan puluh tujuh juta
lima ratus ribu rupiah)
iv
Koordinator Program
Dr. I Wayan Suastika, M.Si
NIP. 19610815 199003 1 001
Penanggung Jawab RPTP
Dr. I Gusti Made Subiksa
NIP. 19600825 198803 1 002
Mengetahui,
Kepala Balai Besar Litbang
Sumber Daya Lahan Pertanian
Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr.
NIP. 19640623 198903 1 002
Kepala Balai Penelitian Tanah
Dr. Husnain, SP., MP
NIP. 19730910 200112 2 001
i
RINGKASAN
1 Judul Kegiatan RPTP/RDHP : Penelitian Formulasi dan Teknik Produksi Pupuk dan
Pembenah Tanah Mendukung Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan
2 Nama dan Alamat Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
Jl. Tentara Pelajar No. 12 , Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, Bogor, 16114
3 Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan
4 Penanggungjawab : Dr. I Gusti Made Subiksa
5 Justifikasi : 1. Pupuk merupakan komponen produksi paling
utama yang sangat mempengaruhi tingkat produksi
dan kesuburan tanah serta lingkungan. Hasil
penelitian hingga tahun 2014 telah menghasilkan
beberapa formula pupuk dan pembenah tanah
seperti: 1. Formula pupuk organik granul, 2.
Formula pupuk organik curah, 3. Formula pupuk
silika, 4. Formula pupuk NPK slow release 12:10:10,
15:10:10, 5. Isolat-isolat cyanobacteriadan
rhizobiumuntuk formulasi pupuk hayati untuk padi
sawah ddan kedelai, 6. Formula pembenah tanah
humat SP-50 submikron nano, 7. Formula hidrogel,
8. Formula pupuk majemuk NPK+mikro untuk
kedelai dan 9. Formula pupuk majemuk NPK+mikro
untuk cabe. Dari berbagai formula pupuk dan
pembenah tanah yang dihasilkan tersebut masih
difokuskan untuk tanaman pangan yaitu padi,
jagung dan hortikultura. Pada DIPA TA 2015,
diformulasi larutan nutrisi untuk hidrophonik, media
tanam untuk pembibitan dan LED-phonic dan pupuk
majemuk NPKSi untuk tanaman kelapa sawit. Dua
formula pupuk hayati untuk tanaman kedelai juga
dilakukan. Selain itu teknik produksi dan scaling up
pupuk telah dimulai sejak TA 2014. Pada TA 2016
telah dilakukan penyempurnaan formula-formula
tersebut dan selanjutnya diuji efektifitasnya.
2. Formula pupuk dan pembenah tanah yang
dihasilkan dalam kegiatan penelitian formulasi
masih dalam skala laboratorium sehingga untuk
diproduksi dalam jumlah relatif banyak menjadi
ii
tidak efisien secara ekonomi. Para mitra lisensor
atau kelompok taniUKM yang akan memproduksi
dalam skala pabrik juga kesulitan untuk
mentransformasi formula-formula pupuk dan
pembenah tanah tersebut. Berdasarkan kondisi
diatas, maka diperlukan penelitian lanjutan untuk
scaling up produk-produk yang dihasilkan tersebut.
Dengan demikian formula pupuk yang dihasilkan
lebih mudah untuk di transfer ke lisensor agar dapat
di produksi di pabrik mereka. Perbaikan formula
terkadang perlu dilakukan untuk menyesuaikan
dengan bahan baku yang lebih aksesible dan
efisien.
6 Tujuan
a. Jangka Pendek : 1. Mendapatkan 1 (satu) formula larutan nutrisi
untuk tanaman sayuran berumbi
2. Memperoleh informasi efektifitas larutan
nutrisi untuk tanaman sayuran berbuah
(paprika)
3. Mendapatkan informasi mutu dan kualitas
limbah rumput laut sebagai bahan baku
formula pupuk
4. Menyempurnakan formula pupuk silika untuk
tanaman tebu
5. Mengevaluasi teknik produksi formula pupuk
Potasium silikat (KSi) untuk tanaman tebu yang
disempurnakan
6. Mendapatkan formula pembenah tanah
organomineral untuk meningkatkan
produktivitas tanah berpelapukan lanjut
7. 3(tiga) draft artikel ilmiah untuk publikasi
b. Jangka Panjang : Mendapatkan formula dan teknik produksi
pupuk/pembenah tanah organik dan anorganik yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas
tanah dan tanaman.
7 Luaran yang diharapkan
a. Jangka Pendek : 1. 1 (satu) formula larutan nutrisi untuk tanaman
sayuran berumbi
2. Informasi efektifitas larutan nutrisi untuk
tanaman sayuran berbuah (paprika)
iii
3. Informasi mutu dan kualitas limbah rumput
laut sebagai bahan baku formula pupuk
4. Formula pupuk silika untuk tanaman tebu
yang disempurnakan
5. Teknik produksi formula pupuk Potasium silikat
(KSi) untuk tanaman tebu yang disempurnakan
6. Formula pembenah tanah organomineral untuk
meningkatkan produktivitas tanah
berpelapukan lanjut
7. 3 (tiga) draft artikel ilmiah untuk publikasi
b. Jangka Panjang : Formula pupuk dan teknik produksi untuk scaling up
pupuk/pembenah tanah organik dan anorganik yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas
tanah dan tanaman serta menjaga keberlangsungan
pertanian ramah lingkungan.
8 Outcome : Formula pupuk yang dihasilkan lebih efektif dan efisien
meningkatkan produktivitas tanaman sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani. Formula dan teknik
produksi untuk scaling up pupuk/pembenah tanah baik
organik, anorganik yang efektif dan ramah lingkungan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat petani dan
produsen pupuk. Selanjutnya formula-formula pupuk
dan pembenah tanah yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan oleh produsen pupuk untuk dapat di
produksi dan dipasarkan secara nasional. Publikasi dan
sosialisasi tentang produk pupuk ini juga perlu
dilakukan untuk diketahui masyarakat sehingga 3draft
karya tulis ilmiah (KTI) akan dihasilkan dari kegiatan
penelitian ini.
9 Sasaran akhir : Hasil penelitian ini terutama bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan
pembenah tanah serta optimalisasi pemanfaatan
potensi sumber bahan baku pupuk dan pembenah
tanah in situ. Dengan demikian penelitian ini
diharapkan dapat mendukung program ketahanan
pangan serta menerapkan pertanian ramah lingkungan
10 Lokasi penelitian : Lampung, Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur
11 Jangka waktu : Mulai T.A. 2015, berakhir T.A. 2017
12 Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah, T.A. 2017
iv
SUMMARY
1 Title of RPTP/RDHP : Research on new formulation and scaling up
technique of fertilizer and soil conditioner to
SupportingSustainableAgricultural Development
2 Implementation unit : Indonesia Soil Research Institute (ISRI)
Jl. Tentara Pelajar No. 12 , Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, Bogor, 16114
3 Location : Lampung, West Java, Central Java and East Java
Provinces
4 Objective
a. Short term : 1. To develop a new formula of nutrition
solution for tuber vegetable plant
2. Information effectiveness of nutrient
solution for fruit vegetables (paprika).
3. Information the potency of raw sea weed
waste material for fertilizer formulation
4. To fixing the formula of silica fertilizer for
sugarcane
5. To evaluate production technique of
Potassium Silicate formula for sugarcane
6. To asses efectivity of organomineral soil
amendment on wethered soil
7. To prepare 3 (three) draft of scientific paper
for publication
b. Long term : To find out effective formula of fertilizers and soil
conditioners including its production technique to
support plant and soil productivity
5 Expected output
a. Short term : 1. A new formula of nutrition solution for tuber
vegetable plant
2. Information effectiveness of nutrient solution
for fruit vegetables (paprika).
3. Information the potency of raw sea weed
waste material for fertilizer formulation
4. An improved formula of silica fertilizer for
sugarcane
5. Production technique of Potassium Silicate
formula for sugarcane
6. Improved formulae of organomineral for
v
wethered soil
7. 3 (three) draft of scientific paper for
publication
b. Long term : Effective fertilizers and soil conditioners and its
production technique fprto support plant and soil
productivity
6 Description of methodology : The study will be conducted in several steps as
follow: 1) new formulation of hydrohonic for tuber
plant, 2) information of effectiveness of hydrophonic
solution for paprika, 3) information of raw wate
material of sea weed for fertilizer, 4) fixing the
formula of silica fertilizer for sugarcane, 5) fxing and
scaling up the formulae of potassium silicate, 6)
fixing and scaling up the formulae of organomineral.
7 Duration : 3Years. F.Y 2015/F.Y. 2017
8 Budget/fiscal year : IDR. 200.000.000 (Two hundred million rupiahs)
9 Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesia Soil Research
Institute (ISRI), Fiscal Year 2017
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Peningkatan kebutuhan pangan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
menjadi masalah utama ketahanan pangan di Indonesia. Berbagai program peningkatan
produktivitas pertanian menjadi prioritas utama pemerintah. Dengan demikian perbaikan
manajemen pengelolaan lahan termasuk upaya meningkatkan efisiensi pemupukan baik
organik maupun anorganik dan penggunaan bahan amelioran seperti pembenah tanah
menjadi topik utama riset dan kajian di Litbang Kementerian Pertanian.
Secara umum penggunaan urea jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk P dan
K. Saat ini harga pupuk urea jauh lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk P dan K
karena kedua pupuk terakhir adalah impor.Dengan demikian, karena disparitas harga maka
petani hanya mampu memberikan pupuk N yang lebih murah. Apabila kondisi ini
berlangsung terus menerus maka ketidakseimbangan hara dalam tanah akan terjadi. Salah
satu solusi untuk mempertahankan keseimbangan hara dalam tanah yaitu dengan
memberikan pupuk majemuk yang mengandung hara N, P, K dan juga unsur hara
lainnya.Dengan fenomena ini formulasi pupuk berimbang dan lengkap mengandung tidak
hanya unsur N, P dan K, tetapi juga mengandung unsur hara lainnya seperti Si dan unsur
mikro dapat mengatasi gap/kesenjangan permasalahan ketidakseimbangan unsur hara
tanah dan rendahnya efisiensi pemupukan. Keunggulan lain pupuk majemuk adalah harga
pupuk menjadi lebih murah dan terjangkau bagi petani dan yang lainnya adalah lebih efisien
dalam aplikasinya sehingga dapat menghemat biaya produksi.
Untuk tahap selanjutnya program pemupukan berimbang akan diterapkan tidak
hanya untuk unsur makro utama seperti N, P dan K tetapi juga untuk unsur lainnya seperti
Si, Ca, Mg, S dan unsur mikro.
Selama dua dekade terakhir Balai Penelitian Tanah banyak melakukan penelitian
formula pupuk dan kajian-kajian tentang pupuk terutama untuk tanaman pangan seperti
padi, jagung dan kedelai. Namun demikian, beberapa tahun terakhir sangat banyak
permintaan untuk melakukan penelitian formula pupuk dan media tanam untuk tanaman-
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi seperti beberapa jenis sayuran yaitu tomat, brokoli,
buah-buahan seperti melon, anggur, tanaman perkebunan seperti kelapa sawit.
Tantangan penurunan kualitas lahan dan penyempitan lahan pertanian subur
kedepan perlu menjadi perhatian. Teknologi budidaya alternatif seperti vertical farming,
hidroponik, LED-ponik, nanoteknologi, sensorik teknik dan sebagainya perlu kita pejalari
untuk mengantisipasi kebutuhan teknologi pupuknya. Dengan demikian, sudah saatnya kita
mulai mengembangkan arah penelitian pemupukan untuk tanamn-tanaman bernilai
ekonomis tinggi tersebut dengan berbagai teknik budidayanya. Sehingga kegiatan
penelitian formulasi mulai tahun 2015 akan fokus kepada formulasi pupuk spesifik tanaman
dan formulasi berbagai media tanam. Larutan nutrisi untuk kebutuhan tanaman yang
menggunakan media selain tanah juga perlu kita kembangkan. Untuk melengkapinya
kebutuhan informasi tentang media tanam untuk tanaman yang dbudidayakan secara
2
khusus seperti hidrophonik (media air), LED-phonik (chamber disinari lampu LED) dan
berbagai kebutuhan teknologi advance lainnya.
Untuk tanaman bernilai ekonomis yang tinggi seperti tomat, cabe,paprika, dan
sayuran untuk konsumsi restoran dan hotel maka umumnya diusahakan dengan sistem
hidrponik. Permasalahan yang ditemukan dilapangan yaitu larutan hara hidroponik tiidak
seslau ttersedia disamping harganya yang cukup tinggi. Dengan demikian, dibutuhkan
larutan nutrisi hara hidroponik yang efektif meningkatkan produksi tanaman serta lebih
terjangkau dari sisi harga.
Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan pada praktek budidaya pertanian
khususnya pupuk NPK, menyebabkan kesuburan tanah menurun, bahkan produktivitas
tanaman tidak mengalami kenaikan secara signifikan.Penurunan kesuburan tanah dapat
dilihat dari kandungan C organik tanah sawah yang berkisar antara 1-2% (Balittanah,
2012).Penggunaan pupuk selalu meningkat dari tahun ketahun sebagaimana terlihat dalam
Gambar 1 (FAOSTAT, 2013).Penggunaan pupuk anorganik dalam jangka pendek dapat
memberikan hasil memuaskan, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai
masalah, misalnya dapat menyebabkan kerusakan fisik tanah dan perubahan keseimbangan
hara dalam tanah, sementara harga pupuk anorganik semakin mahal dan kadang sulit
didapatkan.Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ada pupuk alternatif yang mampu
meningkatkan produktivitas berbagai tanaman secara spesifik yang berkelanjutan, salah
satunya adalah pupuk hayati. Pupuk organik berupa biota tanah akan meningkatkan kualitas
ekosistem perakaran tanaman sehingga aktivitas penyerapan unsur hara tanah oleh
perakaran tanaman menjadi lebih baik dan optimal. Tanah yang subur ditandai dengan
tanah yang kaya akanpopulasi mikroba fungsional. Pupuk hayati merupakan pupuk yang
diformulasi mengandung mikroba baik tunggal maupun beberapa mikroba dalam satu bahan
pembawa dengan fungsi untuk menyediakan unsur hara sehingga meningkatkan produksi
tanaman.
.
Gambar 1. Konsumsi pupuk di Indonesia periode 2002-2011 (FAOSTAT, 2013)
0
1000
2000
3000
4000
5000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
10
00
to
n
N P2O5 K2O
3
Bahan baku pupuk P dan K yang diimpor mendorong pencarian bahan baku pupuk
dari sumber lain yang potensial di Indonesia. Kementerian Kelautan melalui Badan
Litbangnya telah memulai melakukan survei potensi bahan baku rumput laut sebagai pupuk.
Adapun kelebihan rumput laut untuk pupuk organik, antara lain: nilai pH yang tinggi,
mempunyai kandungan unsur mikro beragam, mengandung ZPT, kandungan N dan P tinggi,
jenis tertentu mengandung alginate dan tidak mengandung unsur radio aktif. Sehingga
keuntungan pengembangan rumput laut untuk pupuk adalah harganya yang lebih
ekonomis. Pemanfaatan rumput laut untuk pupuk diharapkan dapat mensubstitusi 5%
kebutuhan pupuk.
Berdasarkan informasi, rumput laut jenis Sargassum banyak diekspor ke China untuk
diproses sebagai pupuk dan diekpor kembali ke Indonesia, sedangkan rumput laut jenis
Gracilaria sesuai diaplikasikan untuk tanaman keras, sedangkan jenis Eucheuma sesuai
untuk tanaman hortikultura.
FAO telah merekomendasikan rumput laut sebagai kompos untuk meningkatkan water
holding capacity pada tanaman pertanian. Dalam hal ini perlu melakukan kerjasama
penelitian dalam mengidentifikasi jenis-jenis rumput laut yang potensial untuk pupuk
dengan Kementerian terkait.
Penelitian-penelitian formulasi pupuk harus dilakukan dengan menerapkan standar
prosedur operasi (SOP) yang benar agar dihasilkan pupuk atau pembenah tanah dengan
mutu yang baik dan konsisten. Pengetahuan tentang karakteristik bahan baku dan teknik
produksi pupuk, baik pupuk organik, anorganik maupuk pupuk hayati menjadi faktor kunci
untuk menghasilkan SOP yang benar. Memproduksi pupuk majemuk anorganik berbeda
dengan pupuk organik maupun pupuk hayati. Diantara pupuk anorganik, teknik produksi
pupuk yang kaya N sangat berbeda dengan pupuk anorganik tanpa N. Oleh karenanya,
untuk menjadi formulator pupuk yang handal, diperlukan pemahaman tentang karakteristik
bahannya, kandungan unsur utama dan teknik produksinya.
Untuk menjawab berbagai permasalahan diatas, maka kegiatan penelitian formulasi
tahun angggaran 2015 ini akan dilaksanakan dalam 3 kegiatan utama yaitu: 1) formulasi
nutrisi pupuk, media tanam dan pupuk majemuk untuk tanaman paprika dan tebu, 2)
formulasi pupuk hayati berbasis actinomysetes endofitik dan 3) teknik produksi untuk scaling
up formula-formula pupuk dan pembenah tanah existing.
1.2. Dasar pertimbangan
1. Pupuk merupakan komponen produksi paling utama yang sangat mempengaruhi
tingkat produksi dan kesuburan tanah serta keseimbangan lingkungan.
Ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah disebabkan oleh penggunaan pupuk
yang tidak seimbang seperti hanya mengandung unsur hara makro seperti N, P
dan K sementara tanaman membutuhkan semua unsur dalam jumlah yang
berimbang. Untuk itu pemanfaatan pupuk anorganik dilengkapi unsur hara Si dan
mikro sangat diperlukan dalam mencapai keseimbangan hara dalam tanah.
2. Tantangan kedepan lahan pertanian yang semakin terbatas adalah dengan
menggunakan media selain tanah untuk pertanian seperti air (hidroponik)
4
ataupun menggunakan media tanam yang juga mengandung nutrisi. Teknologi
pertanian dengan sistem hidroponik dan menanam pada media tanam bukanlah
hal yang baru namun demikian pengembangan formula nutrisi untuk berbagai
jenis tanaman masih diperlukan. Arah pengembangan tanaman hidroponik dan
media tanam ini terutama adalah untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi
seperti tanaman hortikultura.
3. Penerapan sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia mengalami kendala
diantaranya kesuburan tanah yang sangat rendah karena kandungan bahan
organiknya yang sangat rendah. Untuk meningkatkan kesuburan tanah
diantaranya adalah melalui pemanfaatan pupuk anorganik atau organik dan
pupuk hayati. Alternatif pupuk yang berasal dari rumput laut yang potensial dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku pupuk baik pupuk organik maupun
pupuk hayati.
4. Penelitian-penelitian formulasi pupuk harus dilakukan dengan menerapkan
standar prosedur operasi yang benar agar dihasilkan pupuk atau pembenah tanah
dengan mutu yang baik dan konsisten. Pengetahuan tentang karakteristik bahan
baku dan teknik produksi pupuk, baik pupuk organik, anorganik maupuk pupuk
hayati menjadi faktor kunci untuk menghasilkan SOP yang benar. Memproduksi
pupuk majemuk anorganik berbeda dengan pupuk organik maupun pupuk hayati.
Diantara pupuk anorganik, teknik produksi pupuk yang kaya N sangat berbeda
dengan pupuk anorganik tanpa N. Oleh karenanya, untuk menjadi formulator
pupuk yang handal, diperlukan pemahaman tentang karakteristik bahannya,
kandungan unsur utama dan teknik produksinya.
1.3. Tujuan
Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:
a. Tujuan jangka pendek (tahun 2017)
1. Mendapatkan 1 (satu) formula larutan nutrisi untuk tanaman sayuran berumbi
2. Memperoleh informasi efektifitas larutan nutrisi untuk tanaman sayuran berbuah
(paprika)
3. Mendapatkan informasi mutu dan kualitas limbah rumput laut sebagai bahan
baku formula pupuk
4. Menyempurnakan formula pupuk silika untuk tanaman tebu
5. Mengevaluasi teknik produksi formula pupuk Potasium silikat (KSi) untuk tanaman
tebu yang disempurnakan
6. Menguji efektivitas formula pembenah tanah organomineral untuk meningkatkan
produktivitas tanah berpelapukan lanjut
7. 3(tiga) draft artikel ilmiah untuk publikasi
b. Tujuan jangka panjang
Mendapatkan formula pupuk dan teknik produksi untuk scaling up pupuk/pembenah
tanah organik termasuk pupuk hayati dan anorganik yang efektif dan efisien untuk
5
meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman serta menjaga keberlangsungan pertanian
ramah lingkungan.
1.4. Keluaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan
a. Jangka pendek (tahun 2017)
1. 1 (satu) formula larutan nutrisi untuk tanaman sayuran berumbi
2. Informasi efektifitas larutan nutrisi untuk tanaman sayuran berbuah (paprika)
3. Informasi mutu dan kualitas limbah rumput laut sebagai bahan baku formula
pupuk
4. Formula pupuk silika untuk tanaman tebu yang disempurnakan
5. Teknik produksi formula pupuk Potasium silikat (KSi) untuk tanaman tebu yang
disempurnakan
6. Formula pembenah tanah organomineral untuk meningkatkan produktivitas tanah
berpelapukan lanjut
7. 3 (tiga) draft artikel ilmiah untuk publikasi
c. Jangka Panjang
Formula pupuk dan teknik produksi untuk scaling up pupuk/pembenah tanah baik
organik dan anorganik yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas tanah dan
tanaman serta menjaga keberlangsungan pertanian ramah lingkungan.
1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang
Kegiatan formulasi pupuk dan pembenah tanah ini sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi pupuk yang masih rendah saat ini. Penggunaan bahan baku pupuk
yang diusahakan berasal dari alam merupakan salah satu keunggulan dalam menekan biaya
produksi pupuk. Formula-formula pupuk, larutan nutrisi dan media tanaman yang dihasilkan
baik untuk hidroponik maupun teknik budidaya lainnya dapat memberikan alternatif terbaik
kepada pengguna yaitu perusahaan pupuk, industri perkebunan kelapa sawit dan karet serta
petani hortikultura. Selain itu formula pupuk hayati untuk tanaman kedelai dapat menjadi
pengkaya jenis pupuk hayati.Formula-formula pupuk dan pembenah tanah yang telah
diperbaiki tenik produksinya untuk di scaling up sebelum dilepas ke mitra lisensi merupakan
kemudahan untuk calon mitra lisensi sehingga dengan mudah dapat memproduksi dalam
skala besar dengan formula yang tepat. Dengan adanya formula-formula pupuk yang baru
tersebut maka diharapkan petani dapat mengambil manfaatnya sehingga pendapatan petani
akan meningkat. Dalam kegiatan ini akan dihasilkan minimal 3draft karya tulis ilmiah (KTI)
yang memberikan dampak luas untuk kemajuan IPTEK di Indonesia.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Sejak revolusi hijau diadopsi tahun 1960-an, produktivitas padi meningkat pesat dari
hanya sekitar 1 ton/ha sehingga mencapai rata-rata nasional 4.5 ton/ha (FAOSTAT,
2007).Sejak itu banyak program peningkatan ketahanan pangan dicanangkan pemerintah
sehingga swasembada beras tercapai di tahun 1984. Namun demikian,meskipun program
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan semakin berkembang tidak
diimbangi dengan peningkatan produktivitas lahan, malah cendrung mengalami stagnansi
dan fluktuasi. Hal ini terutama disebabkan oleh degradasi kesuburan tanah.Degradasi
kesuburan tanah terutama disebabkan oleh pupuk yang tidak berimbang dan manajemen
pengelolaan lahan yang tidak optimal sehingga pupuk yang diberikan tidak bermanfaat
secara optimum dan efisien.
Untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah, di samping unsur hara N, P dan K
maka unsur hara makro sekunder, unsur mikro dan Si juga harus diberikan ke dalam tanah.
Penggunaan pupuk mikro belum umum diberikan petani karena harga yang hampir tidak
terjangkau dan petani tidak melihat peningkatan hasil yang nyata dengan penambahan
pupuk mikro tersebut.
Selain pemupukan berimbang dan lengkap, perlu dilakukan upaya meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk. Pupuk dapat hilang melalui leaching, terbawa air hujan dan
lain-lain. Salah satu cara mencegah leaching unsur hara di dalam tanah adalah dengan
menerapkan teknologi pupuk slow release. Pupuk slow release biasanya dibuat dengan cara
coating, menggunakan matriks pupuk yang mampu mengikat unsur hara yaitu dengan
menggunakan bahan-bahan kimia yang mengandung logam dengan valensi tinggi seperti
Al(SO4)3 H2O dan atau Fe2(SO4)3 dan bahan yang memiliki kemampuan pertukaran ion tinggi
seperti pati (starch), kitosan dan lignin. Dengan cara ini ketika N dan P dilepaskan, N dan P
terikat untuk sementara waktu pada Al(SO4)3 H20 atau Fe2(SO4)3 pati-kitosan dan lignin yang
dapat secara signifikan menurunkan jumlah N dan P yang hilang melalui leaching (Sojka
and Entry, 2008).
Mukhopadhayay et al., (2009) menambahkan bahwa beberapa bahan alam seperti
zeolit dan clinoloptolit dapat dijadikan sebagai bahan dasar pupuk slow release. Zeolit yang
memiliki struktur unik ini dapat di isi dengan unsur hara seperti N, K, P, Ca dan unsur-unsur
mikro lainnya sehingga kehilangan unsur hara melalui penguapan (semisal N) ataupun
kehilangan melalui leaching dapat diminimalisir, selain itu unsur hara tersebut akan
dilepaskan secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman melalui pori-pori yang berukuran
nano.
Degradasi lahan pertanian diduga menyebabkan penurunan hasil pertanian, pada
sistim persawahan yang terus menerus dipupuk dengan takaran pupuk yang tinggi telah
menyebabkan terjadinya kemunduran produktivitas lahan sawah baik kimia, fisika maupun
biologi (Adiningsih danRochayati, 1996). Pada saat ini kandungan C-organik tanah yang
kurang dari 1,5% diduga semakin meluas karena di beberapa lahan persawahan
penggunaan pupuk anorganik sudah jauh diatas dosis rekomendasi yang telah ditetapkan,
7
namun demikianpeningkatan penggunaan pupuk kimia yang sangat tinggi, ternyata tidak
diimbangi dengan peningkatan produksi.
Tumbuhnya kesadaran terhadap bahaya pencemaran lingkungan melalui
penggunaan pupuk yang berlebihan mendorong berkembangnya pertanian organik, pada
sistem pertanian tersebut penggunaan pupuk hayati merupakan bagian dari sistem
produksinya (Simanungkalit, 2000). Pupuk hayati dimaksudkan sebagai mikroorganisme
hidup yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk
memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Menurut Saraswati (2000),
manfaat dari penggunaan pupuk hayati adalah (1) menyediakan sumber hara bagi
tanaman, (2) melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, (3) menstimulir sistem
perakaran agar berkembang sempurna sehingga memperpanjang usia akar, (4) memacu
mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon, (5) sebagai
penawar beberapa logam berat, (6) sebagai metabolit pengatur tumbuh, dan (7) sebagai
bioaktifator.
Rumput laut sudah banyak dipakai sebagai pupuk organik, disamping kaya akan
trace mineral seperti Fe, B, Ca, Cu, Cl, K, Mg, dan Mn, rumput laut juga mengandung ZPT
seperti auksin, sitokinin, giberelin, asam abisat, etilen, P, S, Zn, dan Boron (B) yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Anon. 2008; Anon. 2009).
Hasil analisis menunjukkan bahwa rumput laut mengandung rumput laut
mengandung nitrogen 1,00%; fosfor 0,05%; kalium potasium 10,00%; kalsium 1,20%;
magnesium 0,80%; sulfur 3,70%; tembaga 5 ppm; besi 1200 ppm; mangan 12 ppm; seng
100 ppm; boron 80 ppm; senyawa organik 50-55% dan kadar abu 50% (Anon 2009).
Rumput laut dari jenis Laminaria sp., Sargassum sp., Turbinaria sp., Eucheuma sp.,
dan Gracilaria sp. dapat secara langsung digunakan sebagai pupuk organik atau dicampur
dengan pupukdicampur dengan pupuk lainnya seperti pupuk kompos dan
kimia. Keistimewaan rumput laut sebagai pupuk organik dikarenakan rumput laut
mengandung ZPT yang berfungsi meningkatkan produksi buah, sayuran, bunga serta
memperpanjang usia tanaman. Disamping itu ZPT juga dapat meningkatkan daya tahan
tanaman dari kekeringan, serangan serangga dan penyakit lanilla (penyekait yang
disebabkan oleh mikroba tertentu serta dapat memperbaiki struktur tanah (Anon., 2009).
Biofertilizer adalah zat yang mengandung mikroorganisme hidup, yang bila
diterapkan pada benih,permukaan tanaman , atau tanah, rizosfer atau bagian tanaman dan
memacu pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan atau ketersediaan nutrisi utama
untuk tanaman inang (Vessey 2003). Pupuk hayati biasanya perlu pembawa sebagai media
untuk tumbuh inokulan mikroba. Bahan pembawa yang cocok harus murah, mudah tersedia,
dan tinggi kandungan bahan organik, dan harus memiliki kapasitas air memegang tinggi
dan konsentrasi H+ yang menguntungkan (Gaind dan Gaur, 1990). Selain itu, pembawa
berkualitas baik harus bebas dari kontaminasi mikroba, dan bisa mengoptimalkan
pertumbuhan mikroorganisme biofertilizer (Phua et al ., 2009). Pupuk hayati cair adalah
solusi untuk masalahdi mana tidak ada pembawa padat. Thamizh Vendan dan Thangaraju
(2007) melaporkan bahan pembawa bentuk cair lebih baik dalam kelangsungan hidup pada
8
biji, akar bibit danrizosfer. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk hayati cair memiliki potensi
yang lebih. Namun demikian pupuk hayati cair juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah
kesulitan dalam transportasinya apabila lokasi penanaman jauh dari tempat produksinya.
2.2. Hasil-Hasil Penelitian Terkait
Balai Penelitian Tanah telah memulai penelitian tentang pemupukan berimbang
spesifik lokasi sejak tahun 1970 an. Penelitian-penelitian tentang penggunaan pupuk slow
release dan pupuk granul sudah dimulai sejak tahun 1985. Program pemupukan berimbang
kembali menjadi perhatian utama pemerintah sehingga pada periode 1995-2000, penelitian
yang lebih komprehensif dilakukan pada skala lebih luas. Sebagai hasilnya, telah di buat
peta status P dan K tanah yang digunakan untuk menetapkan rekomendasi pupuk yang
tertuang dalam Permentan No. 40/Permentan/OT.140/04/2007. Rekomendasi pupuk
spesifik lokasi ini diharapkan dapat diadopsi oleh pemerintah secara luas.Dengan
rekomendasi pupuk berimbang spesifik lokasi maka pupuk N, P dan K dapat digunakan
secara lebih efisien dan biaya produksi dapat dikurangi (Rochayati et al. 2001; Setyorini et
al. 2004; Las et al. 2010).
Upaya perbaikan kondisi lahan yang dilakukan dengan aplikasi pembenah tanah
merupakan upaya penting untuk meningkatkan produktivitas lahan marginal yang pada
umumnya memiliki kesuburan tanah yang relatif kurang/rendah. Hasil penelitian sejak
beberapa tahun yang lalu menghasilkan berbagai informasi tentang bahan pembenah tanah.
Bahan baku pembenah tanah sangat bervariasi, seperti limbah pertanian meliputi sisa
panen, kotoran ternak, dll. (Abdurachman et al., 2000, Nurida, 2006; Hafif et al., 1993) dan
non pertanian seperti zeolit, sampah organik kota, limbah industri makanan, limbah industri
agrokimia, dll (Prihatini et al, 1987; Sastiono dan Wiradinata, 1989; Sutono dan Agus, 1998)
dan mempunyai karakteristik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga
kualitas pupuk organik dan pembenah tanah yang dihasilkan juga bervariasi mutunya.
Demikian juga hasil-hasil penelitian formulasi pupuk hayati yang banyak dilakukan
untuk tanaman pangan. Bakteri fotosintetik anoksigenik atau BFA merupakan prokariot
yang berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah. Bakteri ini dilaporkan selain mampu
menambat nitrogen, fitohormon IAA, juga menghasilkan asam -aminolevulinat/ALA
(sebagai prekursor dalam sintesis klorofil) (Beale dan Weinsten 1991) yang dalam dosis
tertentu dapat berperan sebagai herbisida serta bakteri ungu berperan dalam bioremediasi
senyawa aromatik di alam (Shoreit dan Shabeb, 1991). Penelitian potensi BFA sebagai
pupuk hayati pada tanaman padi dilakukan oleh Suryani (1998) yang menyimpulkan bahwa
inokulasi tanaman padi dengan BFA dapat meningkatkan tinggi tanaman secara visual.
Seumahu et al. (1997) yang meneliti 10 isolat BFA dari Jawa Barat menyimpulkan bahwa
isolat-isolat yang diuji memiliki kemampuan menambat nitrogen dan memasok kebutuhan
nitrogen pada tanaman padi. Selain itu bakteri ini juga diketahui berperan dalam
bioremediasi pada tanah-tanah yang tercemar senyawa aromatik (Shoreit dan Shabeb
1991), dapat digunakan sebagai penghilang bau oleh H2S, berpotensi sebagai probiotik bagi
pakan ternak dan ikan (Kobayashi dan Kobayashi, 1994) serta dapat digunakan sebagai
bioherbisida (Tanaka et al. 1994).
9
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan (kerangka pemikiran)
Sebagian output dalam kegiatan ini telah dimulai tahun 2016. Penelitian ini dimulai
tahun 2016 untuk kegiatan formulasi dan dilanjutkan pada tahun 2017 untuk formulasi yang
baru, penyempurnaan formula dan uji efektifitas formula di lapang. Kegiatan scaling up
dilakukan untuk formulasi pupuk dan teknik produksi. Produk yang dihasilkan dalam
kegiatan ini target utamanya adalah untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Secara
umum kegiatan yang akan dilakukan yaitu: 1)formulasi baru larutan nutrisi untuk tanaman
sayuran berumbi, 2) memperoleh informasi efektifitas larutan nutrisi untuk tanaman sayuran
berbuah (paprika), 3) mendapatkan informasi mutu dan kualitas limbah rumput laut sebagai
bahan baku formula pupuk, 4) penyempurnaan formula pupuk silika untuk tanaman tebu
dan 5) formulasi KSi untuk tanaman tebu, dan 6) formulasi pupuk organomineral.
3.2. Ruang lingkup kegiatan
Pada tahun anggaran 2017 ini RPTP “Penelitian Formulasi serta Teknik Produksi
Pupuk dan Pembenah Tanah Mendukung Pertanian Berkelanjutan” akan dilaksanakan
dengan 2 Kegiatan Utama yang berjudul:
1. Penelitian formulasi pupuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan
2. Penelitian pengembangan teknologi produksi pupuk dan pembenah tanah mendukung
program pertanian berkelanjutan
Dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan tersebut dapat diurutkan sebagai berikut:
Kegiatan 1.
a. Formulasi larutan AB Mix utnuk sayuran berumbi
b. Uji efektifitas larutan hara AB Mix untuk tanaman paprika
c. Informasi potensi sumber hara dari rumput laut
d. Penyempurnaan pupuk silika untuk tanaman tebu
Tahapan pelaksanaan terdiri dari:
• Pengujian 3 formula yaitu: F1 (formula standar/komersil), F2 (formula 1) dan F3
(formula 2).
• Tanaman paprika yang ditanam mengikuti struktur instalasi fertigasi yaitu 100
tanaman setiap formula.
• Pengamatan dilakukan untuk tinggi tanaman, jumlah buah dan berat basah dan
kering buah setelah panen pada 10 tanaman setiap perlakuan formula.
• Media Tanam yang digunakan arang sekam yang dimasukkan ke dalam polybag
berukuran 0,5 kg dan polybag panjang dengan ukuran satu meter sebagai
pengganti bedengan
Kegiatan 2.
Tahapan yang dilaksanakan dalam Kegiatan 2 adalah sebagai berikut:
1. Verifikasi teknik aktivasi silikat dari bahan baku limbah industri yang sukar larut.
2. Penyempurnaan teknik produksi dan perbaikan formula pupuk potassium silikatl.
10
3. Scaling up pengujian efektivitas pembenah tanah organomineral untuk
meningkatkan produktivitas lahan kering masam di lapang.
Semua kegiatan yang diuraikan diatas merupakan kombinasi kegiatan deskwork,
laboratorium, rumah kaca dan lapang.
3.3. Bahan dan metode pelaksanaan kegiatan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu: bahan kimia sumber hara
makro dan mikrountuk larutan nutrisi diantaranya Calcium Nitrate, Magnesium Sulphate
Heptahydrate, Potassium Nitrate, Copper Sulfate Pentahydrate, Potassium Monobasic
Phosphate, Manganese Sulfate Monohydrate, Zinc Sulfate Dihydrate, Sodium Molybdate,
Boric Acid, Iron EDTA (NaFeEDTA). Bahan formulasi pupuk NPKSi termasuk bahan baku
ammonia cair, TSP, KCl, fosfat alam, molase, tepung silika, steel sludgedan bahan filler.
Bahan baku media tanam seperti zeolit, serbuk gergaji, tanah, pasir, pupuk kandang, sekam
dan kompos kohe. Bahan formulasi pupuk hayati menggunakan media agar seperti YME,
DTPA, dan bahan sumber isolat actinomycetes. Mikroba dan bahan pembawa untuk
formulasi, bahan-bahan kimia untuk memperbanyak mikroba pupuk hayati, bacto agar, ose,
plastik pembungkus, erlemeyer, petri dish, jarum penyuntik, air destilasi, pot untuk
percobaan rumah kaca, benih kedelai, pupuk Urea, SP-36 dan KCl, kantong sampel.
Bahan formulasi pembenah tanah seperti biochar, beta dan lainnya. Bahan
penunjang pelaksanaan percobaan seperti galon besar, air destilasi, timbangan digital, dan
lain sebagainya. Selain bahan penelitian juga dibutuhkan ATK untuk pelaksanaan
pembuatan proposal, pelaporan serta kegiatan penelitian itu sendiri. Peralatan penelitian
yang diperlukan antara lain granulator, grinder, mixer, rotary dryer, pencetak tablet dan
lainnya.
Pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan dalam tahap-tahap kegiatan sebagai
berikut:
3.3.1. Formulasi larutan nutrisi hidroponik dan uji efektifitasnya
Secara singkat tahapan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Desk work study untuk mendapatkan kebutuhan hara tanaman berumbi (paprika,
bit merah)
Modifikasi formula AB Mix yang sudah dibuat dan teruji untuk tanaman sayuran
berbuah (cabe, tomat dan paprika)
Penyesuaian formula dengan bahan baku (bahan kimia teknis, pro analis)
Penyesuaian cara aplikasi, dibuat per 1000 liter pekat atau lebih kecil…disesuaikan
dengan kondisi
Uji coba untuk tanaman berumbi (bit merah) di Garut tahun 2018
Berikut adalah penjelasan tahapan diatas:
Dalam kegiatan ini akan dilakukan penyempurnaan formula larutan nutrisi untuk
tanaman sayuran. Bahan baku yang perlu diuji kualitasnya adalah air yang digunakan
sebagai bahan baku utama. Air yang akan digunakan adalah air aquades bidestilation karena
harus memperhatikan pH air, salinitas (konsentrasi Na, Cl dan B yang menjadi toksik).
11
Setelah ditetapkan formula yang dibuat seperti dalam Tabel 1, maka dilakukan
penghitungan konsentrasi bahan kimia yang dilarutkan. Penghitungan konsentrasi unsur
hara menggunakan program open source seperti HydroBuddy v1.5 (Gambar 2).
Tabel 1. Komposisi unsur hara larutan nutrisi untuk berbagai tanaman hortikultura sayuran
Unsur hara Bentuk ion terlarut Konsentrasi
dalam larutan
(ppm = mg/l)
Nitrogen Nitrat (NO3-), Ammonium (NH4+) 100-250
Fosfor H2PO4-, PO4
3-,
HPO42-
30-50
Kalium K+ 100-300
Calcium Ca2+ 80-140
Magnesium Mg2+ 30-70
Sulfur SO42- 50-120
Besi Fe2+, Fe3+ 1.0-3.0
Tembaga Cu2+ 0.08-0.2
Mangan Mn2+ 0.5-1.0
Seng Zinc Zn2+ 0.3-0.6
Molibdenum MoO42- 0.04-0.08
Boron BO32-, B4O7
2- 0.2-0.5
Klorida Cl- <75
Natrium <50
Pengujian larutan nutrisi dilakukan dengan uji mutu dan uji efektifitasnya dengan
model sistem pertanian hidroponik menggunakan media tanam.
Gambar 2. Kalkulator larutan nutrisi menggunakan HydroBuddy v 1.5
12
Uji efektifitas larutan nutrisi tanaman sayuran berumbi (bit merah)
Pengujian larutan hara dilakukan di instalai hidroponik di rumah kaca Laladon Balai
Penelitian Tanah. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
yang terdiri dari 3 jenis perlakuan, yang masing-masing diulang 10 kali sehingga terdapat
30 satuan percobaan. Detail perlakuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perlakuan pengujian efektifitas formula larutan nutrisi untuk tanaman paprika
No. Notasi Perlakuan
1. Formula AB (FAB) Formula Larutan Buatan Pabrik (100 l air
demineral + 500 ml Formula A + 500 ml
Formula B)
2. Formula 1 (F1) Formula 1 (100 l air demineral + 500 ml
Formula 1A + 500 ml Formula 1B)
3. Formula 2 (F2) Formula 2 (100 l air demineral + 500 ml
Formula 2A + 500 ml Formula 2B)
Media Tanam yang digunakan hanya menggunakan arang sekam steril yang
dimasukkan ke dalam polybag berukuran 0,25 kg dan polybag panjang dengan ukuran satu
meter sebagai pengganti bedengan. Sebelum dimasukkan kedalam polybag, arang sekam
disiram dengan air terlebih dahulu untuk membasahi agar tidak kering.
Peletakan polybag dan media tanam disesuaikan dengan baris larutan dan pipa
lateral yang akan digunakan untuk mengalirkan larutan nutrisi saat dilakukan penyiraman.
Pada setiap tong penyimpanan larutan terdapat 2 katup yang berfungsi untuk membuka
dan menutup pipa jalannya larutan. Sehingga saat penyiraman dilakukan pada salah satu
perlakuan, perlakuan yang lainnya tidak tercampur dengan larutan nutrisi yang sedang
disiramkan pada perlakuan tersebut.
Tanaman indikator adalah tanaman bit merah. Pengaturan jarak tanam yang
digunakan yaitu 40 x 100 cm dari satu polybag ke polybag yang lain. Tanaman yang ditanam
yaitu sebanyak 32 tanaman per perlakuan. Perlakuan yang digunakan adalah sebanyak 3
perlakuan yang terdiri dari perlakuan FAB, F1 danF2.
Penyiramandilakukan setiap 2 jam sekali yag diatur secara otomatis. Penyiraman
dilakukan dengan sistem drip irrigation yang telah dicampur dengan formulasi larutan nutrisi
yang telah dibuat dan dimasukkan kedalam tong larutan agar siap di distribusikan ke
masing-masing tanaman, sehingga kegiatan penyiraman juga dilakukan dengan kegiatan
pemupukan secara hidroponik.
Dalam pembuatan larutan untuk penyiraman terdapat 3 jenis perlakuan dengan
komposisi perbandingan formulasi larutan nutrisi dan air sebagai berikut :
a. FAB : 100 liter air + 500 ml larutan F A (NO3, NH4, CaNO4, (Tekso Fe) + 500
ml larutan F B (N2PO4, K2SO4, Mg, SO4, NO3, H3BO3, Mo, Cu, Mn, Zn)
13
b. F1 : 100 liter air + 500 ml larutan F1 A (NH4+, PO4
3- , K+, Ca2+, Mg2+, SO42 ) +
500 ml larutan F1 B (Fe3+, Cu2+, Mn2+, Zn2+, MoO42-, BO3
2-, Cl-)
c. F2 : 100 liter air + 500 ml larutan F2 A (NH4+, H2PO4
-, K+, Ca2+, Mg2+, SO42-) +
500 ml larutan F2 B (Fe2+, Cu2+, Mn2+, Zn2+, MoO42-, B4O7
2-, Cl- )
Penyulaman dilakukan pada 1 MST. Tujuannya adalah untuk mengganti bibit bit
merah yang rusak atau terserang OPT. Untuk mengendalikan gulma yang tumbuh, maka
dilakukan penyiangan secara mekanis sesuai dengan pertumbuhan gulma, diharapkan
gulma dapat ditekan pertumbuhannya agar tidak menganggu pertumbuhan tanaman bit
merah. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut tanaman liar atau gulma, kemudian
dibuang. Kegiatan penyiangan dapat dilakukan setiap waktu saat gulma telah mulai tumbuh.
Perawatan dilakukan setiap hari selama masa tanam dengan menjaga kondisi
tanaman dan menjaga suhu serta kelembaban rumah kaca agar sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman bit merah. Pengecekan kondisi tanaman juga dilakukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa parameter pada tanaman, parameter
yang diamati yaitu berupa parameter tinggi tanaman, berat buah panen, jumlah buah
panen, berat basah tanaman, berat kering tanaman dan perhitungan kadar air tanaman.
Panen dilakukan saat tanaman sudah mulai berbuah. Pemanenan diusahakan
dilakukan saat pagi hari. Saat buah masih dalam kondisi segar dan berat buah masih dalam
kondisi optimal.
Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA)
dan diikuti dengan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 1% dan 5%.
3.3.2. Uji efektifitas larutan hara AB Mix untuk tanaman paprika
Uji efektifitas larutan nutrisi tanaman sayuran berbuah (paprika)
Pengujian larutan hara dilakukan di instalai hidroponik di rumah kaca Laladon Balai
Penelitian Tanah. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
yang terdiri dari 3 jenis formula pupuk, yang masing-masing diulang 100 kali sehingga
terdapat 300 satuan percobaan. Detail perlakuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perlakuan pengujian efektifitas formula larutan nutrisi untuk tanaman paprika
No. Notasi Perlakuan
1. Formula AB (FAB) Formula Larutan Buatan Pabrik (100 l air demineral +
500 ml Formula A + 500 ml Formula B)
2. Formula 1 (F1) Formula 1 (100 l air demineral + 500 ml Formula 1A +
500 ml Formula 1B)
3. Formula 2 (F2) Formula 2 (100 l air demineral + 500 ml Formula 2A +
500 ml Formula 2B)
Media Tanam yang digunakan hanya menggunakan arang sekam steril yang
dimasukkan ke dalam polybag berukuran 0,25 kg dan polybag panjang dengan ukuran satu
14
meter sebagai pengganti bedengan. Sebelum dimasukkan kedalam polybag, arang sekam
disiram dengan air terlebih dahulu untuk membasahi agar tidak kering.
Peletakan polybag dan media tanam disesuaikan dengan baris larutan dan pipa
lateral yang akan digunakan untuk mengalirkan larutan nutrisi saat dilakukan penyiraman.
Pada setiap tong penyimpanan larutan terdapat 2 katup yang berfungsi untuk membuka
dan menutup pipa jalannya larutan. Sehingga saat penyiraman dilakukan pada salah satu
perlakuan, perlakuan yang lainnya tidak tercampur dengan larutan nutrisi yang sedang
disiramkan pada perlakuan tersebut.
Tanaman indikator adalah tanaman bit merah. Pengaturan jarak tanam yang
digunakan yaitu 40 x 100 cm dari satu polybag ke polybag yang lain. Tanaman yang ditanam
yaitu sebanyak 32 tanaman per perlakuan. Perlakuan yang digunakan adalah sebanyak 3
perlakuan yang terdiri dari perlakuan FAB, F1 danF2.
Penyiramandilakukan setiap 2 jam sekali yag diatur secara otomatis. Penyiraman
dilakukan dengan sistem drip irrigation yang telah dicampur dengan formulasi larutan nutrisi
yang telah dibuat dan dimasukkan kedalam tong larutan agar siap di distribusikan ke
masing-masing tanaman, sehingga kegiatan penyiraman juga dilakukan dengan kegiatan
pemupukan secara hidroponik.
Dalam pembuatan larutan untuk penyiraman terdapat 3 jenis perlakuan dengan
komposisi perbandingan formulasi larutan nutrisi dan air sebagai berikut :
d. FAB : 100 liter air + 500 ml larutan F A (NO3, NH4, CaNO4, (Tekso Fe) + 500
ml larutan F B (N2PO4, K2SO4, Mg, SO4, NO3, H3BO3, Mo, Cu, Mn, Zn)
e. F1 : 100 liter air + 500 ml larutan F1 A (NH4+, PO4
3- , K+, Ca2+, Mg2+, SO42 ) +
500 ml larutan F1 B (Fe3+, Cu2+, Mn2+, Zn2+, MoO42-, BO3
2-, Cl-)
f. F2 : 100 liter air + 500 ml larutan F2 A (NH4+, H2PO4
-, K+, Ca2+, Mg2+, SO42-) +
500 ml larutan F2 B (Fe2+, Cu2+, Mn2+, Zn2+, MoO42-, B4O7
2-, Cl- )
Penyulaman dilakukan pada 1 MST. Tujuannya adalh untuk mengganti bibit paprika
yang rusak atau terserang OPT. Untuk mengendalikan gulma yang tumbuh, maka dilakukan
penyiangan secara mekanis sesuai dengan pertumbuhan gulma, diharapkan gulma dapat
ditekan pertumbuhannya agar tidak menganggu pertumbuhan tanaman paprika.
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut tanaman liar atau gulma, kemudian dibuang.
Kegiatan penyiangan dapat dilakukan setiap waktu saat gulma telah mulai tumbuh.
Perawatan dilakukan setiap hari selama masa tanam dengan menjaga kondisi
tanaman dan menjaga suhu serta kelembaban rumah kaca agar sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman paprika. Pengecekan kondisi tanaman juga dilakukan untuk mencegah
terjaidnya kerusakan tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa parameter pada tanaman, parameter
yang diamati yaitu berupa parameter tinggi tanaman, berat buah panen, jumlah buah
panen, berat basah tanaman, berat kering tanaman dan perhitungan kadar air tanaman.
Panen dilakukan saat tanaman sudah mulai berbuah. Pemanenan diusahakan
dilakukan saat pagi hari. Saat buah masih dalam kondisi segar dan berat buah masih dalam
kondisi optimal.
15
Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA)
dan diikuti dengan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 1% dan 5%.
3.3.3. Informasi potensi rumput laut sebagai alternatif sumber hara pupuk
Tahapan yang akan dilakukan untuk pengamatan kualitas fisik dan kimia limbah
rumput laut ini didahului dengan desk work study tentang rumput laut. Selanjutnya akan
dilakukan pengambilan sampel/limbah rumput laut dengan bekerjasama dengan Badan
Libang Kementerian Kelautan. Limbah rumput laut yang digunakan dijadikan sampel untuk
pengamatan kandungan hara, hormone, dan lainnya. Beberapa pengamatan yang akan
dilakukan:
Unsur hara makro (N-P-K-Ca-Corganik)
Unsur hara mikro (Cu, Fe, Mg, Mn, Na, Cl, B dsb)
Asam amino, Asam lemak
Hormon tumbuh (auksin, gibberrelin, sitokinin)
Selulosa, Lignin, Hemiselulosa
3.3.4. Penyempurnaan formula pupuk silika untuk tanaman tebu
Kegiatan ini akan dimulai dengan uji kualitas bahan baku yang mengandung unsur
N, P, K, Si terlarut dan unsur mikro terlarut seperti B, Cu dan Zn. Kemudian dilanjutkan
dengan penghalusan semua bahan baku, pencampuran (mixing) bahan baku sesuai dengan
formula yang akan dibuat. Formula yang disusun perlu diputuskan dalam suatu deskwork
study dalam tim peneliti. Kemudian setelah beberapa formula diperoleh selanjutnya dicoba
pencetakan pupuk. Pupuk dibuat berbentuk tablet dan granul. Pengujian efektifitas pupuk
pada tanaman tebu dilakukan di rumah kaca.
3.3.5. Penyempurnaan Teknik Produksi Formula Pupuk Potassium Silikat
Kegiatan penyempurnaan teknik atau proses produksi formula pupuk potassium
silikat dilakukan dengan memodifikasi proses aktivasi silikat dari bahan baku terak baja.
Terak baja yang telah dihaluskan sampai lolos ayakan 60 mesh diaktivasi dengan larutan
KOH encer dan KCl dan diinkubasikan selama 1 bulan. Terak baja hasil aktivasi selanjutnya
dihaluskan kembali dengan mesin penghancur dan diayak lolos 60 mesh. Formulasi KSi
dilakukan dengan menambah KCl dengan perbandingan tertentu dan dibuat dalam bentuk
granul. Formula pupuk KSi yang dihasilkan selanjutnya diuji coba pendahuluan pada
tanaman tebu dalam percobaan pot untuk mengetahui efektivitasnya. Pengamatan
dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia pupuk. Karakteristik fisik pupuk : kadar air, ukuran
butir, persentase ukuran granul yang memenuhi syarat (on size) 2 – 5 mm, ketahanan butir
granul, kelarutan, kadar air setelah diinkubasi selama beberapa hari sampai 1 bulan.
Karakteristik kimia: kadar unsur hara utama Si, P, K, Ca, Mg, dan unsur mikro Cu dan Zn
serta logam berat Hg, As, Pb dan Cd. Pengamatan juga dilakukan terhadap pertumbuhan
tanaman tebu dan serapan haranya
3.3.6. Uji Efektivitas Pembenah tanah Organomineral
Pembenah tanah organomineral adalah perpaduan pembenah tanah organik dan
pembenah tanah anorganik. Pembenah tanah organomineral diformulasi dari pupuk
kandang murni, zeolit dan dolomit. Pupuk kandang dan kompos sebelumnya dikeringkan
16
sampai kadar air 15% dan selanjutnya dihaluskan dan diayak 20 mesh. Zeolit dihaluskan
dan diayak 40 mesh. Sedangkan dolomit sudah tersedia super dolomit yang lolos ayakan 80
mesh. Semua bahan dicampur dengan perbandingan tertentu dan tambahkan konsursia
pupuk hayati. Campuran yang homogen selanjutnya dibuat dalam bentuk granul dengan
menggunakan binder molase. Setelah terbentuk granul, selanjutnya dikeringkan sampai
kadar air 8%. Pupuk yang sudah kering tersebut kemudian diayak untuk mendapatkan
ukuran granul 2 – 5 mm.
Uji efektivitas pupuk dilakukan pada tanah kering masam berpelapukan lanjut di
lapang. Perobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 3
ulangan. Perlakuan terdiri dari 5 tingkat dosis pembenah tanah organomineral, 1 perlakuan
pembenah tanah dolomit, 1 perlakuan pembenah tanah organik dan 1 perlakuan kontrol.
Tanaman indikator adalah tanaman jagung yang ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 25
cm. Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia pupuk. Karakteristik fisik pupuk :
kadar air, ukuran butir, persentase ukuran granul yang memenuhi syarat (on size) 2 – 5
mm, ketahanan butir granul, kelarutan, kadar air setelah diinkubasi selama beberapa hari
sampai 1 bulan. Karakteristik kimia: kadar unsur hara utama P, K, Ca, Mg, dan unsur mikro
Cu dan Zn, dan pH. Pengamatan juga dilakukan pada pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung.
17
IV. ANALISIS RISIKO
4.1. Daftar Risiko
DAFTAR RISIKO
No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK
1.
1.
Keterlambatan
pengadaan bahan-bahan
kimia untuk penelitian
Pencairan dana
penelitian terlambat
Bahan kimia yang
dibutuhkan tidak tersedia,
perlu dipesan indent tetapi
bisa lebih dari 4 bulan
Kegiatan terhambat
mulainya
Keterlambatan
pembuatan formula-
formula pupuk
Terlambat uji mutu dan
efektifitas formula pupuk
4.2. Daftar Penanganan Risiko
DAFTAR PENANGANAN RISIKO
No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN RISIKO
1.
2
Keterlambatan pengadaan
bahan-bahan kimia untuk
penelitian
Pencairan dana penelitian
terlambat
Bahan kimia yang
dibutuhkan tidak tersedia,
perlu dipesan indent tetapi
bisa lebih dari 4 bulan
Terlambatnya pengurusan
SP2D kegiatan dan
rendahnya dana yang
diperoleh per satuan waku
Mengajukan permintaan
bahan kimia di awal tahun
Menggunakan dana
talangan untuk awal
kegiatan
18
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
5.1. Tenaga yang terlibat dalam penelitian
Nama lengkap.
Gelar dan NIP
Kedudukan
dalam RPTP
Alokasi
waktu
(OB)
Fungsional Struktural
Dr. IG Made Subiksa
NIP. 19600825 198803 1 002
Peneliti Madya
PJ RPTP 6
Dr. Husnain,
NIP. 19730910 200112 2 002
Peneliti Madya
Ka Balittanah Pj ROPP
4
Dr. Ratih Dewi Hastuti
NIP 19661002 199203 2 002
Peneliti Muda PJ ROPP 4
Ibrahim Adamy, MSc Peneliti Pertama Anggota 2
Tia Rostamam, ST
NIP. 19791112 200910 1 001
Peneliti Pertama Anggota 4
Ir. Wayan Suastika, MSi
NIP. 19610815 199003 1 001
Peneliti Muda
Anggota 2
Dr. Wiwik Hartatik
NIP. 19620416 198603 2 001
Peneliti Utama Anggota 2
Dra. Selly Salma, MSi
NIP. 19630714 199003 2 001
Peneliti Muda
Anggota 2
Ibrahim Adamy, MSc Peneliti Pertama - Anggota 4
Linca Angria, MSc Peneliti Muda Anggota 4
Dr. Jamal Peneliti
Balitbang
Kelautan
Anggota 2
Eviati, SSi Analis
Laboratorium
Anggota 2
Lenita, Ssi, MSi Analis
Laboratorium
Anggota 2
Endang Hidayat
NIP. 19600319 198403 1 001
Litkayasa - Teknisi
2
Imam Purwanto, SP
NIP. 19590910 198203 1 003
Litkayasa - Teknisi
4
Eti Suhaeti
NIP. 19600324 198203 2 003
Litkayasa - Administrasi
4
19
5.2. Jangka waktu kegiatan
Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan proposal dan
rencana kegiatan xxxx
2. Persiapan (komponen
formulasi pupuk), desk work
study untuk teknik produksi
pupuk
xxxx xxxx
3. Formulasi pupuk di
laboratorium untuk larutan
nutrisi, uji efektifitas larutan
hara di paprika, limbah
rumput laut, formula Si dan
perbaikan teknik produksi
pupuk danpembenah tanah
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
4. Analisis laboratorium xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
5. Analisis data dan pelaporan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
1.3. Pembiayaan
No.
Tolok Ukur
Triwulan Total
I II III IV (x Rp.1.000)
1 Belanja Bahan 1.000 1.000 1.000 1.000 4.000
- Foto copy, penggandaan,
penjilidan
1.000 1.000 1.000 1.000 4.000
2 Honor Outpu Kegiatan (521213) 13.750 13.750 13.750 13.750 55.000
- Upah pekerja lapang 10.000 10.000 10.000 10.000 40.000
- Upah analisis 3.750 3.750 3.750 3.750 15.000
3 Belanja Barang Persediaan
Konsumsi
18.000 18.000 17.500 17.500 71.000
- ATK dan computer supplies 1.500 1.500 1.000 1.000 5.000
- Bahan penunjang lapang 14.000 14.000 14.000 14.000 56.000
- Bahan kimia 2.500 2.500 2.500 2.500 10.000
4 Belanja perjalanan biasa
(524111)
17.500 17.500 17.500 17.500 70.000
- Perjalanan dinas dalam
rangka kegiatan penelitian
17.500 17.500 17.500 15.500 67.500
J u m l a h 50.250 50.250 49.750 49.750 197.500
20
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih,S dan S Rochayati. 1996 Peranan bahan organik dalam meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk dan produktivitas lahan. Hal: 160-180. Prosiding Lokakarya
Nasional Efisiensi Pupuk. Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat, Cipayung, 16-17
Nopember 1996.
Beale,S.I and Weinsten,J 1991.Biochemistry and regulation of photosynthetic pigment
formation in plants and algae, in Biosynthesis. 155-235, Elsevier. Science.
Publishers, Amsterdam.
Berg G, Hallmann J. 2006. Control of plant pathogenic fungi with bacterialendophytes.
In: Shculz BJE, Boyle CJC, Sieber TN, editor. Microbial Root Endophytes. Berlin
Heidelberg: Springer-Verlag, hlm 53-70.
Brader G, Compant Stephane, Mitter Birgit, Trognitz F, Sessitsch A. 2014. Metabolic
potential endophytic bacteria. Current Opinion in Biotechnology 27:30-37
Bugbee, B. 2003. Nutrient management in recirculating hydroponik culture. Paper presented
at The South Pacific Soil-less Culture Conference, Feb 11, 2003 in Palmerston North,
New Zealand
Cao L, Qiu Z, You J, Tan H, Zhou S, 2004. Isolation and characterization of endophytic
Streptomyces strains from surface-sterilized tomato (Lycopersicon esculentum)
roots. Lett Appl Microbiol 39:425-430.
Chung WC, Huang JW, Huang HC, 2005. Formulation of a soil biofungicide for control of
damping-off of Chinese cabbage (Brassica chinensis) caused by Rhizoctonia solani.
Biol Control 32:287-294.
El-Tarabily KA, Soliman MF, Nassar AH, Al-Hassani HA, Siva-sithamparam K, Mc KennaF, St
J Hardy GE. 2000. Biological control of Sclerotinia minor using a chitinolytic
bacterium and actinomycetes. Plant Pathol 49:573-583
Emmert EAB, Handelsman J. 1999. Biocontrol of plant disease: a (Gram-) positive
perspective. FEMS Microbiol Lett 171:1-9.
Endjang, N. 2008. Budidaya tanaman bernilai ekonomis tinggi. Diunduh pada tanggal 1
Januari 2016 di www. http://jateng.litbang.pertanian.go.id.
FAOSTAT 2007. Food and Agricultural Organization, Rome. Available at URL:
http://www.fas.usda.gov/offices.asp. Retrieved 7 March 2008
Finck, A. 1982. Fertilizers and Fertilization. Verlag Chimie, Weinheim
Gaind, S and Gaur, A.C. 1990. Shelf life of phosphate-solubilizing inoculants as influenced
by type of carrier, high tmperature, and low moisture. Canadian Journal o f
Microbiology 36: 846-849.
Hafif, B., D. Santoso, S. Adiningsih, dan H. Suwardjo. 1993. Evaluasi penggunaan
beberapa pengelolaan tanah untuk reklamasi dan konservasi lahan terdegradasi.
Pembrt. Pen. Tanah dan Pupuk 11: 7-12.
Hallmann J, Quadt-Hallmann A, Mahaffee WF, Kloepper JW. 1997. Bacterial endophytes in
agricultural crops. Can J Microbiol 43:895-915.
21
Hochmuth G. J., R. C. Hochmuth. 2001. Nutrient Solution Formulation for Hydroponic
(Perlite, Rockwool, NFT) Tomatoes in Florida. Department of Horticultural Science,
Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Science,
University of Florida
Jensen, M. H. 1997. Hydroponics. Hort, Science 32 (6) : 1018 – 1020
Kobayashi, M, Kobayashi M. 1994. Waste remediation and treatment using anoxygenic
phototropic bacteria. Anoxygenic Photosynthetic Bacteria. 2 nd. Madigan M (eds).
Kluwer Acad Publ. London.
Las, I, S Rochayati, D Setyorini, et al. 2010. Peta Potensi Penghematan Pupuk Anorganik
dan Pengembangan Pupuk Organik pada Lahan Sawah. Badan Litbang Deptan.
Marvel, M.E. 1974. Hydroponic culture of vegetable crops. University of Florida, Gainesville,
Florida
Nawangsih AA, Damayanti I, Wiyono S, Kartika JG. 2011. Selection and characterization of
endophytic bacteria as biocontrol agents of tomato bacterial wilt disease. HAYATI
J Biosci 18:66-70.
Nurida, N. L. 2006. Peningkatan Kualitas Ultisol Jasinga Terdegradasi dengan pengolahan
Tanah dan Pemberian bahan Organik. Disertasi Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Permentan Permentan No70/Permentan/SR.140/10/2011. Kementerian Pertanian..
Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah.
Phua, C. K. H., Abdul Rahim, K. and Nazrul, A. A. W. 2009. Evaluation of gamma irradiation
and heat treatment by autoclaving in the preparation of microorganism-free carriers
for biofertilizer products. Jumal Sains Nuklear Malaysia, Volume 21 (1).
Pliego C, Ramos C, de Vicente Antonio, Cazorla FM. 2011. Screening for candidate bacterial
biocontrol agents against soilborne fungal plant pathogens. Plant Soil 340:505-520.
Prihatini, T, Mursidi, dan A. Hamid. 1987. Pengaruh zeolit terhadap sifat tanah dan
tanaman. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk 7: 5-8.
Rochayati, S, D. Setyorini and J Sri Adiningsih. 2001. Peranan uji tanah dalam
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Paper presented in seminar “Teknologi
untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk di Indonesia”. BPPT. Jakarta, 6
Mei 2002.
Sabaratnam S, Traquair JA. 2002. Formulation of a Streptomyces biocontrol agent for the
suppression of Rhizoctonia damping-off in tomato transplants. Biol Control 23:245-
253
Saraswati,R. R.D Hastuti, N. Sunarlim dan S. Hutami. 2000. Penggunaan Rhizo-Plus
Generasi I untuk meningkatkan produktivitas kacang-kacangan. Hal, 121-126
Dalam LV. Gunawan N et al (Penyunting). Pros. Lokakarya Penelitian dan
Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. BPP Teknologi Jakarta
Sastiono, A. dan O. W. Wiradinata. 1989. Laporan Penelitian Peranan Zeolit dalam
Peningkatan Produksi Pertanian. Jurusan Tanah. Fak. Pertanian. IPB. Bogor.
(tidak dipublikasikan)
22
Setyorini D, LR Widowati, S. Rochayati, 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah
Intensifikasi .In Tanah Sawah and Pengelolaannya, Agus et al. Ed. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Seumahu CA, Suwanto A, Tjahjoleksono A. 1997. Characterization of a number of
anoxygenic photosynthetic bacteria for biofertilizer in the rice fields. Hayati 4:67-
71.
Shoreit AAM and Shabeb MSA. 1991. Utilization of aromatic compounds by phototrophic
purple nonsulfur bacteria. Biogedradation 5:71-76.
Simanungkalit.2000. Pemanfaatan Mikoriza Arbuskula sebagai pupuk hayati untuk
Memberlanjutkan Produksi Pertanian.Potensi dan Kendala.Makalah disampaikan
pada Seminar Sehari Peranan Mikoriza dalam Pertanian berkelanjutan.Bandung :
28 Sept. di UNPAD
Sutono dan F. Agus, 1998. Pengaruh pembenah tanah terhadap hasil kedlai di Cibugel,
Sumedang. hlm. 379-386 dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan.
Cisarua-Bogor, 9-11 Februari 1999.
Tanaka T, Sasaki K, Noparatnaraporn, N, Nishio, N. 1994. Utilization of volatile fatty acids
from the anaerobic digestion liquor of sewage sludge for 5-aminolevulinic acid
production by photosynthetic bacteria. World J. Microbiol. Biotechnol. 10:677-680.
Vendan, R. and Thangaraju, M. 2007. Standardization of dosage of liquid and cyst
formulations of Azospirillum for different application methods. Acta Agronomica
Hungarica 55(4): 475-484
Vessey, J. K.2003. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizers. Plant Soil 255
:571-586