125
1 PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI PEMBINAAN DISIPLIN SANTRI KELAS XII DI PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu syarat pencapaian gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh : Virna Mutiara Wahyu (11150182000039) JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

1

PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI PEMBINAAN

DISIPLIN SANTRI KELAS XII DI PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu syarat

pencapaian gelar sarjana pendidikan

Disusun Oleh :

Virna Mutiara Wahyu

(11150182000039)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 3: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 4: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 5: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 6: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 7: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

i

ABSTRAK

Virna Mutiara Wahyu (NIM 11150182000039), Penerapan Reward dan Punishment

Sebagai Strategi Pembinaan Disiplin Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul

Rahman Jakarta, Skripsi Program Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Pendidikan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Penerapan Reward dan Punishment

Sebagai Strategi Pembinaan Disiplin Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif dalam

bentuk deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan

metode wawancara, observasi dan studi dokumen. Wawancara dilakukan dengan Kepala

Sekolah, Wali Asuh, Wali Kelas, dan beberapa santri. Melalui wawancara ini, peneliti

mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan. Analisis data yang digunakan melalui

tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Penerapan Reward dan Punishment Sebagai

Strategi Pembinaan Disiplin Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

sudah berjalan cukup baik dari segi pemberian sanksi. Akan tetapi dalam pemberian reward

belumlah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dari analisis jenis pelanggaran, macam-

macam sanksi, dan data santri kelas XII yang melanggar peraturan. Data hasil penelitian ini,

diharapkan bisa memberikan masukan kepada Pimpinan Pondok Pesantren, majelis guru,

ketua pelajar, serta pihak-pihak lainnya yang ikut berkontribusi untuk meningkatkan kualitas

pembinaan disiplin santri.

Kata Kunci: Reward, Punishment, Pembinaan Disiplin Santri.

Page 8: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

ii

ABSTRACT

Virna Mutiara Wahyu (11150182000039), The Application Of Reward and Punishment As

a Strategy For Developing Discipline Of Students Of Class XII In Daarul Rahman Islamic

Boarding School In Jakarta. Minithesis of Undergraduate Program (S1) Department of

Education Management, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah

State Islamic University, Jakarta, 2019.

This study aims to describe the Application of Reward and Punishment as a Class XII

Discipline Coaching Strategy in Daarul Rahman Islamic Boarding School Jakarta. The

research method used in this thesis is a qualitative method in the form of a qualitative

descriptive. Data collection techniques in this thesis were carried out by interview,

observation and document study methods. Interviews were conducted with the Principal,

Guardians, Guardians of Class, and several students. Through this interview, researchers

obtain information and data needed. Analysis of the data used through three activities,

namely data reduction, data presentation and conclusion drawing.

The results showed that the Implementation of Reward and Punishment as a Class XII

Discipline Coaching Strategy at Daarul Rahman Islamic Boarding School in Jakarta had

gone quite well in terms of sanctions. However, in giving rewards it has not gone well. This is

evidenced from the analysis of the types of violations, types of sanctions, and class XII

students who violated the rules. Data from the results of this study are expected to provide

input to Islamic Boarding School Leaders, teacher assemblies, student leaders, as well as

other parties who contribute to improving the quality of student discipline guidance.

Keywords: Reward, Punishment, Santri Discipline Development.

Page 9: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah

memberikan limpahan karunia, rahmat dan nikmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sholawat beriring salam juga tak lupa penulis

haturkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan seluruh

sahabatnya.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S. Pd) pada jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Penerapan Reward dan

Punishment Sebagai Strategi Pembinaan Disiplin Santri Kelas XII di Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta”.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak

hambatan dan kesulitan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, semangat, dan doa serta

tidak lepas dari bantuan, bimbingan, nasihat, dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Sururin, M. Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Muarif SAM sebagai Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga selaku Dosen

Penasihat Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan dalam memberikan bimbingan,

masukan, dan nasihat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

3. Dr. Abd Aziz Hsb, M. Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan dalam memberikan

bimbingan, masukan, dan nasihat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen dan staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah membekali ilmu

pengetahuan, mendidik, member motivasi serta memberikan pelayanan terbaik kepada

penulis selama perkuliahan.

Page 10: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

iv

5. Ustad Qosim Susilo sebagai Kepala Sekolah Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

skripsi.

6. Ustadzah Zulfa Yunita, Ustad Syukron Ma’mun, dan Ustad Salman AlFarisi yang

telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian di Pondok Pesantren Daarul

Rahman Jakarta.

7. Rekan-rekan ustad/ustadzah dan staff Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta yang

telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

8. Terkhusus untuk kedua orang tua terkasih Papa Yuyu Wahyudin dan Mama Yatmi

Maghfirah yang selalu memberikan support, semangat, dukungan moril maupun

materil, dan kasih sayang tak terjumlah, serta panjatan ribuan doannya yang selalu

meliputi setiap langkah penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat

terselesaikan dengan lancar dan baik.

9. Suamiku tersayang Muhammad Khairul Fikri yang selalu memberikan semangat di

kala ingin menyerah, nasihat di kala telah pasrah, dan sebagai tempat bersandar di

kala hati dan pikiran mulai penat dan butuh tempat istirahat. Selalu bersedia menjadi

teman, sahabat, kekasih, saingan, dan partner menuju Surga.

10. Sahabatku Ely Rohmayanti dan Astrie (Geng Fino) yang setia menemani selama 4

tahun ini. Dari mulai awal masuk kampus sebagai mahasiswa baru, tak henti berbagi

cerita, canda, suka dan duka bersama.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2015, khusunya

kelas A, yang telah berjuang bersama dan saling berbagi semangat dalam

menyelesaikan perkuliahan.

Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak sedikitpun mengurangi rasa

hormat dan terima kasih dari penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

kata sempurna, maka penulis menerima segala bentuk kritikan dan saran yang bersifat

membangun. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi diri penulis, dan

umumnya bagi khayalak sekalian.

Tangerang Selatan, Januari 2020

Penulis

Virna Mutiara Wahyu

Page 11: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................................. i

ABSTRACT .......................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... viii

BAB I .................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .................................................................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................... 7

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ............................................................... 7

A. Kajian Teori ............................................................................................................................... 7

1. Reward (ganjaran) ................................................................................................................... 7

2. Punishment (hukuman) ......................................................................................................... 11

3. Disiplin Siswa ....................................................................................................................... 20

4. Pembinaan Disiplin Siswa .................................................................................................... 26

B. Penelitian yang Relevan ........................................................................................................... 31

C. Kerangka Berpikir .................................................................................................................... 32

BAB III ................................................................................................................................ 35

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................................. 35

C. Sumber Data Penelitian ............................................................................................................ 36

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................................... 37

E. Kisi – kisi Instrumen ................................................................................................................ 40

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................................................................... 42

G. Teknik Analisis Data ................................................................................................................ 42

BAB IV ............................................................................................................................... 45

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................................. 45

Page 12: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

vi

A. Deskripsi Objek Penelitian ....................................................................................................... 45

1. Sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta .............................................................. 45

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ..................................................... 46

3. Data Siswa Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ........................................................ 46

4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ........................................ 48

5. Data Guru Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta .......................................................... 49

BAB V ................................................................................................................................. 69

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 69

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 69

B. Saran......................................................................................................................................... 70

Page 13: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Waktu Penelitian......................................................................................................34

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara............................................................................40

Tabel 3 Pedoman Observasi..................................................................................................40

Tabel 4 Daftar Ceklis Studi Dokumen.................................................................................41

Tabel 5 Jumlah Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta................................47

Tabel 6 Jadwal Keseharian Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta..........51

Tabel 7 Jenis-Jenis Pelanggaran Santri Kelas XII.............................................................53

Tabel 8 Macam-Macam Kategori Sanksi Santri Kelas XII..............................................59

Tabel 9 Catatan Pelanggaran Santriwati Kelas XII..........................................................62

Page 14: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Sarpras Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Lampiran 2 Data Tenaga Pendidik Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Lampiran 3 Rekap Hasil Observasi

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Transkip Hasil Wawancara Wali Asuh

Lampiran 6 Transkip Hasil Wawancara Wali Kelas

Lampiran 7 Transkip Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 8 Transkip Hasil Wawancara Santri Kelas XII

Lampiran 9 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Lampiran 10 Program Kerja Ketua Pelajar

Lampiran 11 Surat Perjanjian Tertulis Santri

Lampiran 12 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 15 Lembar Uji Referensi

Lampiran 16 Kegiatan Pembinaan Disiplin Santri

Lampiran 17 Hasil Dokumentasi

Lampiran 18 Biodata Penulis

Page 15: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang baik tentu berkaitan dengan kedisiplinan dan peraturan yang

diterapkan oleh guru atau sekolah. Sebab peraturan dibuat agar proses belajar-mengajar

berjalan lancar dan tanpa halangan. Disiplin berarti dengan sengaja mematuhi dan

mengikuti peraturan dan tata tertib yang telah disepakati dan ditetapkan. Peraturan dibuat

dengan tujuan agar kegiatan yang telah berjalan dapat dilaksanakan tanpa halangan atau

hambatan.

Menurut Suwarno dan Lathifah A. F (2014) “Kedisiplinan menjadi alat yang

ampuh dalam mendidik karakter manakala banyak orang yang sukses dalam menegakkan

disiplin. Kurangnya disiplin akan berakibat melemahnya motivasi seseorang untuk

melakukan sesuatu”.1 Disiplin menjadi faktor penting dalam kehidupan sehari-hari, bukan

hanya dalam sekolah saja. Ketidakdisiplinan akan membuat kekacauan dan kesemrawutan

semua jadwal dan kegiatan yang telah tersusun, dan bisa berakibat pada menurunnya

motivasi untuk berbuat lebih baik lagi. Kedisiplinan adalah suatu usaha untuk mematuhi

aturan yang berlaku yang dalam perwujudannya butuh kebiasaan dan latihan yang

konsisten.

Disiplin merupakan kesadaran yang terbentuk dari sebuah kebiasaan. Sebagai

contoh, anak yang terbiasa disiplin tidak telat datang ke sekolah, pastinya memliki

kebiasaan jam tidur dan bangun tepat waktu, sehingga tidak mungkin akan terlambat atau

kesiangan datang ke sekolah. Berbeda halnya dengan anak yang tidak terbiasa untuk

mematuhi aturan, sehingga jadwal kesehariannya pun akan kacau dan tidak karuan. Maka

perlu adanya pembiasaan untuk berdisiplin yang diterapkan oleh orang tua maupun guru

di sekolah, sebab disiplin bukan sesuatu yang instan dapat dilakukan, kebiasaan untuk

mengikuti peraturan dan tidak melanggarnya adalah tujuan utama dari tata kedisiplinan.

Bisa dikatakan bahwa kedisiplinan siswa sebenarnya sangat berkaitan dengan

kebiasan dan motivasi dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa yang membuat siswa

secara sadar atau dengan paksaan melaksanakan kedisiplinan. Bila siswa menjadikan

1 Suwarno dan Lathifah Arifatul Farida, Pengaruh Reward And Punishment Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas

Tinggi SD Negeri 3 Pandean Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jurnal Pendidikan, 2014, h. 324

Page 16: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

2

kedisiplinan sebagai sebuah beban, tentu ia akan merasa berat dan segan untuk

mematuhinya, misalnya siswa akan merasa berat untuk masuk kelas tepat waktu tanpa

terlambat, karena ia menjadikan peraturan dan kedisiplinan sebagai beban yang harus

ditanggungnya sendiri. Beda halnya bila siswa menjadikan kedisiplinan adalah sebuah

kesadaran untuk kebaikan dirinya sendiri, ia akan dengan mudah dan tidak merasa

tersiksa melakukan semua peraturan dan kegiatan di pondok pesantren yang padat dan

jadwalnya berkesinambungan.

Guru sebagai pendidik juga sekaligus pembuat peraturan di sekolah, sudah

selayaknya untuk ikut mematuhi peraturan dan menegakan disiplin yang berlaku.

Semisal, guru/sekolah membuat peraturan jam masuk sekolah pukul 7 pagi, maka

sebelum pukul 7 pagi seluruh guru semestinya sudah berada di sekolah. Guru sebagai

panutan dan figur yang dicontoh oleh murid, diharapkan mampu untuk berperilaku dan

bersikap baik sesuai peraturan sekolah yang berlaku. Menurut Masykur Arif Rahman

(2011) “Guru yang disiplin dapat diartikan sebagai guru yang menaati aturan yang dibuat

oleh sekolah. sebaliknya, guru yang tidak disiplin adalah guru yang seringkali melanggar

aturan yang dibuat oleh sekolah”.2 Dengan kata lain, cara atau upaya untuk bisa

menertibkan dan membuat siswa disiplin adalah sekolah harus memulainya dari

mendisiplinkan guru di sekolah. sebab guru adalah panutan, dan siswa akan senantiasa

berperilaku sesuai dengan panutannya.

Untuk terciptanya lingkungan sekolah disiplin dan teratur, seorang guru

sepatutnya menegakan disiplin akan peraturan yang berlaku. Setiap murid yang

melanggar harus dan mesti mendapat hukuman sebagai pembelajaran agar murid merasa

jera dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sikap guru yang cuek, tak acuh, tidak

mau peduli dan enggan ambil pusing akan sikap murid yang melanggar, akan

menciptakan mindset buruk pada siswa, dan siswa berpotensi untuk meremehkan

peraturan yang ada. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Masykur Arif Rahman (2014)

tentang penerapan disiplin siswa: “Pada umumnya yang menyebabkan tidak efektifnya

suatu peraturan untuk mendisiplinkan siswa adalah implementasi yang tidak

menggunakan konsep yang paling tepat untuk perkembangan zaman”.3

Sikap siswa yang sulit berdisiplin akan peraturan memang banyak terjadi di

lembaga-lembaga pendidikan. Salah satunya adalah di Pondok Pesantren Daarul Rahman

2 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-

Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 63

3 Ibid, h. 69

Page 17: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

3

Jakarta. Santri di pondok ini telah dibiasakan untuk berdisiplin, karena memang kegiatan

pondok yang cukup padat dan saling berkesinambungan akan menuntut santri untuk mau

tak mau untuk berdisiplin. Sebagai contoh, misalnya santri yang terlambat bangun subuh,

maka akan terlambat datang ke masjid untuk sholat berjamaah juga, ketika ia terlambat

sholat berjamaah maka ia akan dihukum, dan ketika ia dihukum, maka ia akan terlambat

datang ke kelas untuk mengaji setelah subuh. Karena kepadatan kegiatan inilah, maka

guru selalu menghimbau para santri untuk terus berdisiplin. Sebab, ketidaksiplinan santri

akan berakibat kurang baik bagi diri santri.

Para guru telah berupaya untuk mengajak santri berdisiplin, salah satu

upayanya adalah dengan menjadikan para santri kelas 2 Aliyah sebagai pengurus harian

para santri. Hal ini dilakukan, agar santri selalu terawasi kedisiplinannya, baik saat waktu

sekolah ataupun di luar jam sekolah. Para santri ”senior” ini menertibkan santri dari

segala segi dan aspek. Baik dari segi ibadah, keamanan, kebersihan dan kesehatan,

maupun dari segi pengembangan bahasa. Para pengurus ini mendisiplinkan harian para

santri dari kelas 1 Tsanawiyah sampai santri kelas 1 Aliyah. Adapun untuk santri kelas 2

dan 3 Aliyah, maka tanggung jawab untuk mendisplinkannya di berikan langsung kepada

para guru. Para pengurus ini pula diberikan bimbingan tentang bagaimana mendisiplinkan

santri, misalnya dengan memberikan stimulus berupa reward atau pun punishment ketika

santri sudah mampu diajak untuk berdisiplin. Dan ketika pelanggaran santri sudah

melewati batas, maka guru akan memberikan sanksi tegas berupa pemanggilan orangtua

santri bahkan pengusiran santri secara tidak terhormat dari Pondok Pesantren.

Hasil yang didapatkan guru dari pengakatan kelas 2 Aliyah sebagai pengurus

harian santri terlihat cukup signifikan. Santri menjadi lebih disiplin, sebab selalu ada yang

mengawasi dan membimbingnya. Santri bukan hanya menjadi takut untuk melanggar,

tetapi juga segan bila ketahuan oleh pengurus harian tidak mematuhi aturan. Karena bila

mereka melakukan pelaggaran karena tidak mengikuti aturan, maka pengurus harian yang

akan menindak santri dan memberikannya hukuman sesuai dengan pelanggaran yang

dilanggar. Pengurus harian seumpama “tangan kanan” para guru, sehingga bila santri

tidak taat pada pengurus harian, atau bahkan menentangnya, maka sama saja santri itu

melawan dan tidak patuh pada majelis guru.

Tetapi, dari upaya-upaya yang telah dilakukan guru, justru masih saja ada

santri yang agak sulit untuk mengikuti peraturan yang berlaku. Terdapat beberapa faktor

yang membuat sebagian santri sulit untuk berdisiplin, yakni di antaranya adalah karena

tidak konsistensinya pengurus harian atau guru dalam memberikan hukuman ketika ada

Page 18: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

4

santri yang melanggar. misalnya, saat ada santri yang tidak ikut sholat berjamaah, maka

diberikan hukuman dijemur di lapangan, tetapi terkadang juga ada yang dihukum hanya

disuruh bersih-bersih ruang guru, atau terkadang dihukum menghafal pelajaran.

Aminuddin Rasyad mengungutip pendapat Richard L. Solomon (1964) mengatakan

bahwa “Yang penting dihindari jenis hukuman yang dapat menyengsarakan atau

membuat peserta didik cedera”.4 Pemberian punishment yang selalu saja berubah-ubah

membuat santri tidak percaya akan penerapan disiplin seperti ini, sehingga santri selalu

saja mencari celah untuk melanggar peraturan. Atau bisa juga karena santri merasa tidak

betah di pondok, sehingga ia mencari alasan untuk selalu dihukum.

Berdasarkan temuan dari penelitian ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

lanjut melalui sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Reward dan Punishment

sebagai Strategi Pembinaan Disiplin Santri di Pondok Pesnatren Daarul Rahman

Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka ada beberapa hal yang diidentifikasi yaitu:

1. Adanya sikap kurang disiplin yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, seperti

datang terlambat, kehadiran yang kurang, tidak mengikuti pembelajaran dengan serius,

mempunyai kegiatan sendiri saat jam pelajaran berlangsung, tidak taat pada perintah

guru, membolos, dan sebagainya.

2. Kurangnya penegakan disiplin oleh pendidik dan pihak sekolah, seperti penetapan

sanksi yang setengah-setengah, sikap pilih kasih dan sebagainya.

3. Banyak faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa, baik yang bersifat internal

maupun eksternal.

4. Kurang maksimalnya pemberian reward kepada siswa.

5. Kurang maksimalnya pemberian punishment kepada siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan ini banyak sekali permasalahan yang akan muncul, maka peneliti

membatasinya sebagai berikut:

1. Penerapan reward sebagai strategi pembinaan disiplin siswa di Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta.

2. Penerapan punishment sebagai strategi pembinaan disiplin siswa di Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta.

4 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Cet. 4 (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h. 100

Page 19: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

5

3. Peran guru dalam pemberian reward dan punishment kepada siswa di Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan akan

dikaji melalui penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana penerapan Reward sebagai strategi pembinaan disiplin siswa di Pondok

Pesantren Daarul Rahman Jakarta?

2. Bagaimana penerapan Punishment sebagai strategi pembinaan disiplin siswa di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta?

3. Bagaimana keberhasilan penerapan Reward dan Punishment di Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan reward sebagai strategi pembinaan siswa di Pondok

Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

2. Untuk mengetahui penerapan punishment sebagai strategi pembinaan siswa di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru untuk mengatasi

kendala penerapan reward dan punishment sebagai strategi pembinaan siswa di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, lembaga, dan peneliti sendiri:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, penelitian ini telah menyumbangkan ilmu pengetahuan dan

wawasan dalam peningkatan disiplin siswa dengan menggunakan alat pendidikan

yakni reward dan punishment.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti akan sistem pelaksaan

reward dan punishment dalam rangka meningkatkan kedisiplinan santri di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

Page 20: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

6

b. Bagi Sekolah

Menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam memandang pelaksaan

reward dan punishment sebagai alat pendidikan yang bisa digunakan untuk

meningkatkan disiplin siswa.

c. Bagi Guru

Mendapatkan wawasan mendalam tentang pelaksanaan reward dan

punishment dalam meningkatkan kedisplinan siswa, sehingga kedua alat

pendidikan ini tidak lagi digunakan kecuali dengan syarat-syarat dan tata cara

yang baik dan benar

Page 21: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Reward (ganjaran)

a. Pengertian Reward

Menurut Ngalim Purwanto “Reward (ganjaran) adalah salah satu alat

pendidikan. Jadi, dengan sendirinya maksud ganjaran itu ialah sebagai alat

untuk mendidik anak-anak dapat merasa senang karena perbuatan atau

pekerjaannya mendapat penghargaan.” 5

Sedangkan menurut Alisuf Subri “Reward (ganjaran/hadiah)

merupakan satu-satunya alat pendidikan represif yang menyenangkan.

Sedangkan pemberitahuan, teguran, peringatan dan hukuman merupakan alat

pendidikan represif yang bersifat tidak menyenangkan.”

Menurut Abuddin Nata dan Fuzan “Secara psikologis, reward

(ganjaran) adalah sebuah kompensasi dari perbuatan yang memperkuat tingkah

laku khusus, baik dalam belajar atau yang lainnya yang berkenaan

denganwilayah kerja baik yang dapat merangsang manusia dengan perasaan

senang.”6

Di dalam Alquran, reward (ganjaran) disebut dengan pahala. Dalam

prakteknya, pahala atau ganjaran ini dapat mengambil bentuk hadiah,

cenderamata, bonus, dan sebagainya yang diberikan kepada orang-orang yang

menunjukan prestasi yang tinggi dalam bidang kebaikan.7 Sebagai mana

tertulis dalam Alquran Surat Ali Imran, 3:135 dan Surat Al-Hud, 11:11 yang

menjelaskan tentang pemberian reward (pahala) bagi orang-orang yang

berbuat baik, berbunyi:

”Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga yang

di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan

itulah sebaik pahala orang-orang yang beramal” (QS. Ali Imran, 3:135).

5 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2014) Cet. 21, h. 182

6 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005) Cet. 1, h.

373-374

7 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Cet. 1, h. 157.

Page 22: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

8

“Dan bahwa Allah tidak menyianyiakan pahala orang-orang yang sabar

(terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal shaleh, maka itu beroleh

ampunan dan pahala yang besar” (QS, Al-Hud, 11:11).

Namun demikian, Eric Jensen yang mengutip pendapat Kohn (1993) lebih

keras memberikan pendapat tentang pemberian reward:

“Jika tujuan anda adalah untuk membuat orang menaati aturan, tepat waktu

dan melakukan apa yang mereka katakan, imbalan dapat berfungsi. Tetapi, dia

menambahkan secara empatik, imbalan hanyalah merubah perilaku secara

spesifik saat itu dan bukan merubah orang. Jika tujuan anda adalah untuk

membantu pelajar untuk berprestasi secara autentik, imbalan sesungguhnya

tidak berfungsi.” 8

Dapat disimpulkan bahwa reward (ganjaran) adalah segala sesuatu

yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan

kepada siswa karena mendapat hasil baik dalam proses pendidikannya dengan

tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji. Reward

juga sebagai stimulus bagi siswa untuk melakukan dengan senang hati hal-hal

yang diperintahkan guru. Sebagai alat pendidikan yang menyenangkan,

pemberian reward akan meningkatkan motivasi bagi siswa karena

pekerjaannya mendapatakn penghargaan dari guru. Siswa pun akan terpancing

untuk berbuat yang lebih baik lagi sebab reward sebagai awal pemicu

motivasinya.

b. Prinsip Pemberian Reward

Dalam pemberian reward terdapat beberapa prinsip yang harus

diketahui oleh semua pendidik yang menerapkan metode reward dalam

pembelajaran kepada siswa. prinsip tersebut ialah:

1) Reward diberikan berkaitan dengan responsibility anak didik.

2) Pemberian reward dilakukan tidak dalam bentuk pujian yang muluk-

muluk.

3) Reward diberikan secara langsung setelah anak sukses atau berhasil

dalam tugas dan berperilaku sesuai kesepakatan sosial karena reward

merupakan bentuk reaksi setelah adanya aksi yang dilakukan mereka.

4) Reward diberikan secara wajar dan realistis, sehingga dapat dihayati

anak. Syarat yang paling penting dalam pemberian reward harus

mampu menjadikan sermin diri yang menampakkan kepada anak

8 Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis Otak; Paradigma Pengajaran Baru, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 172.

Page 23: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

9

gambaran realistis tentang apa yang diperbuat, mengenai prestasi.

Pemberian reward yang berlebihan berdampak pada anak menjadi

manja dan sombong. Secara umum, bentuk reward adalah kata-kata

pujian, pemberian kepercayaan senyuman dan tepukan punggung,

sesuatu yang bersifat materil (beasiswa/piagam penghargaan).9

c. Macam-Macam Reward

Ngalim Purwanto membagi reward menjadi bermacam-macam bentuk

untuk menentukan ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada anak,

dan itu merupakan hal yang sangat sulit.10

Ganjaran sebagai alat pendidikan

banyak sekali macamnya, di antaranya :

1) Guru menganggukan kepalanya tanda senang dan membenarkan (pujian)

seperti, jawaban yang diberikan oleh anak.

2) Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti,

“Rupanya sudah baik pula tulisanmu, man. Kalau kamu terus berlatih

pasti akan lebih baik lagi.

3) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh, “Engkau akan

segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3

ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan”.

4) Ganjaran yang ditunjukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu.

Misalnya, “karena saya lihat kalian telah bekerja dengan baik dan lekas

selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan cerita yang bagus sekali”.

Ganjaran untuk seluruh kelas dapat juga berupa bernyanyi atau pergi

berdarmawisata.

5) Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan

berguna bagi anak-anak. Misalnya, pensil, buku tulis, gula-gula, atau

makanan lainnya. Tetapi, dalam hal ini guru harus sangat berhati-hatidan

bijaksana sebab dengan benda-benda itu, mudah nbenar ganjaran berubah

menajdi “upah” bagi murid-murid. 11

Selanjutnya Armai Arief mengemukakan menerapkan cara untuk

memberikan ganjaran, antara lain:

1) Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar.

2) Imbalan materi/hadiah, karena tidak sedikit anak yang termotivasi dengan

pemberian hadiah.

3) Do’a, misalnya “Semoga Allah Swt. Menambah kebaikan kepadamu”.

4) Tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadi kenang-kenangan bagi

murid atas prestasi yang diperolehnya.

5) Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang

berkenaan dengan kebaikan siswa di sekolah kepada orang tuanya di

rumah.

9 Muamarotul Hasanah, “Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Mata

Pelajaran IPS Siswa Kelas VII SMP NU Pakis Malang”, Skripsi, Muamarotul Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, h. 49-50.

10

Ngalim Purwanto, Op.Cit, h. 183

11 Ibid, h. 183.

Page 24: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

10

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa reard dapat berupa isyarat

tubuh, kata-kata pujian, pekerjaan/tantangan, benda-benda, seni, darmawisata

dan sebagainya. Selain itu macam-macam reward (ganjaran) secara garis besar

menurut Alisuf Sabri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1) Pujian

Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling mudah dilakukan ,

karena hanya berupa kata-lata seperti baik sekali,bagus, atau bisa juga

berupa kata-kata sugestif seperti “Lain kali hasilnya pasti akan lebih

bagus lagi” dan sebagainya.

2) Penghormatan

Reward (ganjaran) yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua

macam pula. Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu anak yang

mendapat ganjaran mendapat kehormatan diumumkan dan ditampilkan

di hadapan teman-teman sekelasnya atau sesekolah. Kedua,

penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan atau kesempatan

untuk melakukan sesuatu, misalnya, kepada anak yang berhasil

menyelesaikan tugas/PR yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan

tulis supaya dilihat teman-temannya.

3) Hadiah

Hadiah ialah reward yang diberikan dalam bentuk barang, atau

keperluan alat-alat sekolah seperti:buku, pensil, pulpen, penggaris dan

sebagainya. Ganjaran dalam bentuk ini sering mendatangkan pengaruh

negative pada belajar yanitu anak bukan lagi belajar karena ingin

mendapat pengetahuan, tetapi semata0mata karena ingin mendapatkan

hadiah, akibatnya apabila dalam belajar tidak memperoleh hadiah maka

anak akan malas dalam belajarnya.

4) Tanda penghargaan

Tanda penghargaan adalah bentuk reward yang bukan dalam bentuk

barang tetapi dalam surat keterangan atau sertifikat sebagai symbol

tanda penghargaan yag diberikan atas prestasi yang dicapai oleh anak

didik. Tanda penghargaan ini sering disebut reward simbolis. Pada

umumnya reward simbolis ini besar sekali pengaruhnya terhadap

kehidupan pribadi anak sehingga dapat menjadi pendorong bagi

perkembangan anak selanjutnya.12

d. Syarat-Syarat dalam Memberikan Reward

Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan

oleh pendidik sebelum memberikan reward (ganjaran) kepada siswanya.

Sebab, pemberian reward bukanlah hal yang mudah bagi guru, guru mesti

memperhatikan maksud dan tujuan reward, dan reward apa saja yang sesuai

diberikan pada siswa. berikut adalah syarat-syarat pemberian reward, yaitu:

1) Untuk memberi ganjaran yang pedagogis perlu sekali guru mengenal

betul-betul kepada muridnya dan tahu menghargai dengan tepat.

12 Alisuf Subri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Cet. 1, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 56-61

Page 25: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

11

Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa

akibat yang tidak diinginkan.

2) Ganjaran yang diberikan oleh seorang anak janganlah hendaknya

menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain yang

merasa bahwa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat

ganjaran.

3) Memberikan ganjaran hendaknya hemat, terlalu sering atau terus

menerus akan menghilangkan arti dari ganjaran itu sendiri.

4) Janganlah memebrikan ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu

sebelum anak-anak menunjukan prestasi kerjanya apalagi bagi ganjaran

yang diberikan kepada seluruh kelas.

5) Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan sampai

ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah

dan jerih payah yang telah diberikannya.13

Berdasarkan syarat-syarat yang telah dijelaskan, dalam memberikan

reward seorang guru dan pihak sekolah hendaknya dapat mengetahui siapa

yang berhak mendapat reward dan siapa yang tidak. Memberikan reward tidak

bisa sembarangan sebab itu banyak sekali persayaratan yang hendaknya

dimengerti oleh guru sebelum memberikan reward pada siswanya.

2. Punishment (hukuman)

a. Pengertian Punishment

Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punier dan berarti menjatuhkan

hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan, atau

pelanggaran sebagai ganjaran atau balasan. Walaupun tidak dikatakan jelas,

tersirat di dalamnya bahwa kesalahan perlawanan atau pelanggaran ini

disengaja dalam arti bahwa orang itu mengetahui perbuatan itu salah, tetapi

tetap melakukannya.14

Menurut Alisuf Sabri “Hukuman adalah tindakan pendidikan yang

sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik yang melakukan suatu

kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari kesalahnnya dan berjanji dalam

hatinya untuk tidak mengulanginya.”15

Sementara menurut Ngalim Purwanto berpendapat bahwa “Hukuman

ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh

13 Ngalim Purwanto, Op.Cit, h. 184 14 Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit, h. 86

15

Alisuf Subri, Op.Cit, h. 57

Page 26: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

12

seseorang (orangtua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi pelanggaran,

kejahatan atau kesalahan.”16

Menurut Rusdiana Hamid “Punishment dalam bahasa keseharian

adalah pemberian sanksi atau hukuman. Dalam pengertian terminologi

punishment adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja

yang menyebabkan penderitaan terhadap seseorang yang menerima

hukuman, sebagai akibat dari kesalahan yang dibuatnya. Hubungannya

dengan pendidikan, sebenarnya punishment juga termasuk dalam alat

pendidikan represif yang disebut juga alat pendidikan kuratif atau koreksi.17

Menurut Muhammad Muhammad Badri “Hukuman adalah bagian yang

sangat kecil dari proses pendidikan anak. Pendidikan adalah proses yang

membantu anak untuk bersikap benar dan berperilaku baik, pada waktu yang

bersamaan mengajari mereka mengemban tanggung jawab serta mengasah

kemampuan mereka untuk memilih cara yang benar dalam menjalani

kehidupan.”18

Sedangkan menurut Abuddin Nata yang mengutip perkataannya

Muhammad Qutbh mengatakan “Bila teladan dan nasihat tidak mamapu, maka

pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan

persoalan di tempat yang benar. Tindakan itu adalah hukuman.”19

Secara psikologi, hukuman adalah suatu kondisi yang tidak

menyenangkan, seperti sakit, linu dan rugi yang dialami atau dijatuhkan

kepada seorang yang melakukan kesalahan dalam suasana tertentu. Sehingga

melalui penerapan hukuman ini diharapkan terjadi perubahan tingkah laku

untuk tidak mengulangi lagi (Avoidance).20

Abuddin Nata mengutip perkataan Fuad Abd Al-Baqy yang mengatakan

bahwa di dalam Alquran, hukuman biasa disebut dengan azab dan diulang

sebanyak 373 kali. Jumlah yang besar ini menunjukan perhatian yang amat

besar terhadap masalah hukuman ini, dan meminta perhatian dari umat

manusia.21

Berikut ini adalah ayat-ayat yang berkaitan dengan pemberian

hukuman, seperti termaktub dalam Surat Al-Taubah 9:74, Al-Nur 24:24, dan

Al-Maidah 5:38.

16 Ngalim Purwanto, Op.Cit, h. 186

17

Rusdiana Hamid, Op.Cit, h. 68 18 Muhammad Muhammad Badri, Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita, (Bekasi: Daun Publishing, 2015), Cet. 2, h.

610.

19 Abuddin Nata, Op.Cit, h. 155

20 Abuddin Nata dan Fuzan, Op.Cit, h. 373

21

Abuddin Nata, Op.Cit, h. 156

Page 27: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

13

“Bila kamu tidak berangkat untuk berperang niscahya Allah akan

menyiksa kamu dengan siksaan yang pedih dan menggantimu dengan

bangsa lain.” (QS. Al-Taubah, 9:74).

“Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah olehmu kedua

tanganya, sebagai pembalasan atas apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-

Maidah, 5:38).

Ayat di atas, selain mengakui keberadaan hukuman dalam rangka

perbakan ummat manusia, juga menunjukan bahwa hukuman itu tidak

diberlakukan kepada semua manusia, melainkan kehusus kepada manusia-

manusia yang melakukan pelanggaran saja.22

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

punishment (hukuman) adalah suatu penderitaan yang menimbulkan efek jera

kepada siswa karena telah melanggar peraturan yang telah dibuat dan

disepakati bersama. Hukuman yang bersifat memberikan kejeraan kepada

siswa, sebaiknya tidak terlalu sangat menyakiti dan tidak pula terlalu sangat

ringan, sebab tujuan utama dari pemberian hukuman adalah agar siswa tidak

melakukan kesalahan yang sama dan setelahnya mampu dan mau mengikuti

peraturan dengan penuh kesadaraan dan tidak ada unsur paksaan.

b. Macam-Macam Punishment

Ngalim Purwanto menjelaskan ada membedakan punishment menjadi

dua macam:

1) Hukuman preventif yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud

agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud

untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran itu dilakukan.

Misalnya seseorang dimasukan atau ditahan di dalam penjara, (selama

menantikan keputusan hakim); karena perkara tersebut ia ditahan

(peventif) dalam penjara.

2) Hukuman represif yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adanya

pelanggaran. Oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi, hukuman ini

dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan.23

Selanjutnya Ngalim Purwanto mengutip pendapat Wilian Stern juga

membedakan tiga macam hukuman yang disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak-anak yang menerima hukuman tersebut, yaitu :

22 Ibid, h. 156-157.

23 Ngalim Purwanto, Op.Cit, h. 189.

Page 28: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

14

1) Hukuman Asosiatif

Umumnya orang akan mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan

atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman

dengan perbuatan pelanggaram yang biasanya orang atau anak menjauhi

perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.

2) Hukuman Logis

Hukuman ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak benar.

Dengan hukuman ini, anak mengerti bahwa hukuman itu adalah akibat

yang logis dari pekerjaan atau perbuataannya yang tidak baik. Anak

mengerti bahwa ia mendapat hukuman itu adalah akibat dari kesalahan

yang diperbuatnya. Misalnya seorang anak disuruh menghapus papan

tulis bersih-bersih karena ia telah mencoret-coret dan mengotorinya.

Karena datang terlambat, si Amir ditahan guru di sekolah untuk

mengerjakan pekerjaannya yang tadi belum selesai.

3) Hukuman Normatif

Adalah hukuman yang bermaksud untuk memperbaiki moral anak-anak.

hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran kepada

norma-norma etika, seperti berdusta, menipu dan mencuri. Jadi hukuman

normative sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak-

anak, menginsafkan anak terhadap perbuatannya yang salah, dan

memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindari

kejahatan. 24

Ngalim Purwanto melanjutkan, di samping pembagian seperti tersebut

di atas, hukuman itu dapat pula dibedakan seperti berikut.

1) Hukuman Alam

Yang menganjurkan hukuman ini ialah J.J Rousseau. Menurut

Rousseau, anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari

segala noda dan kejahatan. Adapun yang menyebabkan rusaknya

anak itu ialah masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu,

Rousseau menganjurkan supaya anak-anak dididik menurut

alamnya. Demikian pula mengenai hukuman Rousseau

menganjurkan “hukuman alam.” Biarlah alam yang menghukum

anak itu. Tetapi, ditinjau secara pedagogis, hukuman alam itu tidak

mendidik. Sebab anak tidak mengetahui norma-norma dan etika-

etika yang baik dan buruk. Lagi pula, hukuman alam itu ada kalanya

sangat membahayakan anak dan kadang-kadang

membinasahkannya.

2) Hukuman yang Disengaja

Hukuman ini sebagai lawan dari hukuman alam. Hukuman macam

ini dilakukan dengan sengaja dan bertujuan. Sebagai contoh ialah

hukuman di pendidik dengan si anak didiknya. Atau hukuman yang

24 Ibid, h. 190.

Page 29: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

15

dijatuhkan oleh seorang hakim kepada si terdakwa atau si

pelanggar.25

c. Prinsip Pemberian Punishment

Guru yang paham dan mengerti akan arti pentingnya hakikat

pemberian punishment, tentu akan menerapkannya dengan baik dan sesuai

kaidah. Selain itu, dalam memberikan punishment, para guru juga perlu untuk

mengetahui prinsip-prinsip yang meliputinya. Berikut adalah prinsip-prinsip

pemberian punishment menurut (Ahmadi dan Supriyono: 2004).

1) Punishment harus disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi anak.

2) Besar kecilnya pelanggaran serta perbedaan individual mempengaruhi

bentuk punishment yang diberikan pada anak.

3) Hukuman yang diberikan bersifat konsisten. Hal ini dimaks`u`d`kan

agar anak mengetahui bahwa kapan saja peraturan itu dilanggar,

hukumannya tidak dapat dihindari.

4) Hukuman harus diimbangi dengan penjelasan dari sang pemberi

hukuman. Anak memiliki persepsi yang berbeda terhadap

pendidik/guru serta penerimaan yang berbeda pula, sehingga sering

dijumpai pendidik dengan metode pembelajaran yang sama, akan

mendapat respon yang berbeda dari anak yang sama pula. Guru dalam

memberikan punishment harus menjelaskan kesalahan anak agar bisa

diterima dan berhasil dalam tugas edukatifnya. Demikian halnya dalam

pemberian hukuman, kewibawaan dan keseriusan guru ikut berperan

dalam menentukan efektivitas hukuman yang diberikan. Dan alasan

kenapa hukuman diberikan dimaksudkan untuk mengembalikan

kepercyaan diri anak didik dan menghilangkan rasa dendam dalam diri

anak.

5) Pemakaian metode ini berdampak positif dalam meningkatkan

kedisiplinan anak. Tetapi perlu diperhatikan bahwa hukuman tidak

berhenti pada hukuman itu sendiri, perlu ada tindak lanjut (follow up)

pasca pemberian hukuman secara impersonal untuk menghilangkan

rasa takut, minder serta penghapusan rasa dendam dalam diri anak.

6) Pasca pemberian hukuman secara impersonal untuk menghilangkan

rasa takut, minder serta penghapusan rasa dendam dalam diri anak.

Bentuk punishment secara umum yang digunakan oleh para pendidik

adalah pandangan sinis, peringatan dan ancaman, pemberian alfa,

berdiri di depan kelas, hukuman badan dan lain-lain. Namun dalam

pemberia punishment tersebut justru akan menjadikan mereka menjadi

takut sehingga menjadi rendah diri. Untuk memperbaiki tingkah laku,

hukuman hendaknya diterapkan di kelas dengan bijaksana. Hukuman

dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu

singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement. Hukuman

menunjukan apa yang mesti dilakukan oleh murid yang tak pantas

efektif dari pada tidak menghukum.26

25 Ibid, h. 190-191

26 Muamarotul Hasanah, Op.Cit, h.63-64.

Page 30: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

16

d. Fungsi Punishment

Menurut Elizabeth B. Hurlock hukuman mempunyai tiga peran penting

dalam perkembangan moral anak. Dan membaginya menjadi tiga fungsi

hukuman:

1) Fungsi pertama ialah menghalangi. Hukuman menghalangi

pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Bila

anak menyadari bahwa tindakan itu akan dihukum, mereka biasanya

urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan hukuman yang

dirasakannya di waktu lampau akibat tindakan tersebut.

2) Fungsi kedua dari hukuman ialah mendidik. Sebelum anak mengerti

peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan

yang lain salah dan tidak mendapat hukuman bila mereka melakukan

tindakan yang diperbolehkan. Dengan meningkatnya usia, mereka

belajar peraturan terutama lewat pengajaran verbal. Tetapi mereka juga

belajar dari pengalaman bahwa jika mereka gagal mematuhi peraturan

sudah barang tentu mereka akan dihukum.

3) Fungsi ketiga dari hukuman adalah adalah member motivasi.

Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai

motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. bila anak mampu

mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing

alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu

tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka

memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk

menghindari tindakan tersebut.27

e. Syarat-syarat dalam Memberikan Punishment

Pemberian punishment (hukuman) tidak boleh sembarangan dan tanpa

tata cara yang benar. Sebab menghukum bukan berarti membuat orang

menderita secara jasmani atau rohani; menghukum berarti meneguhkan

peraturan yang hendak digoncangkan oleh pelanggaran itu.28

Sedangkan

menurut Ibnu Khaldun tidak membenarkan terlalu keras dalam memberikan

hukuman. Kekasaran dan kekerasan dapat ditimpakan bila memberikan

sumbangan pada perkembangan positif pada diri anak didik.29

Terdapat

beberapa syarat yang harus diperhatikan guru sebelum memberikan hukuman

kepada siswa yang melanggar peraturan. Berikut ini syarat-syarat yang

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto tentang syarat-syarat khusus pemberian

punishment kepada siswa, yaitu:

27 Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit, h.87 28 Emile Durkheim, Pendidikan Moral, Penerjemah, Lukas Ginting (Penerbit Erlangga, 1996), h. 127

29 Warul Walidin, Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun; Perspektif Pendidikan Modern, (Yogyakarta:

Taufiqiyah Sa’adah & Suluh Press, 2005), h. 108-109

Page 31: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

17

1) Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggungjawabkan. Ini

berarti bahwa hukuman itu tidak boleh dilakukan dengan sewenang-

wenang. Walaupun dalam hal ini orang tua atau guru sedikit bebas

untuk memberikan hukuman mana yang akan diberikan kepada anak

didiknya, tetap dalam pada itu terikat kasih sayang terhadap anak-anak,

oleh peraturan hukum dan oleh batas-batas yang ditentukan oleh

pendapat umum.

2) Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki. Yang berarti

bahwa ia harus memiliki sifat mendidik (normative) bagi si terhukum

memperbaiki kelakuan dan moral anak-anak.

3) Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang

bersifat perorangan. Hukuman yang demikian tidak memungkinkan

adanya hubungan baik antara pendidik dan yang dididik.

4) Jangan menguhukum ketika dalam keadaan marah. Sebab jika

demikian, kemngkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.

5) Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah

diperhitungkan terlebih dahulu.

6) Bagi si terhukum (anak), hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya

sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya. Karena

hukuman itu, anak merasa menyesal dan merasa bahwa untuk

sementara waktu ia kehilangan kasih sayang pendidiknya.

7) Jangan melakukan hukuman badan sebab pada hakikatnya hukuman

badan itu dilarang oleh negara, tidak sesuai dengan perikemanusiaan,

dan merupakan penganiyayaan terhadap sesame makhluk. Lagi pula,

hukuman badan tidak meyakinkan kita adanya perbaikan terhadap si

terhukum, tetapi sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap

suka melawan.

8) Hubungan tidak boleh merusak hubungan baik antara si pendidik dan

anak didiknya. Untuk ini, perlulah hukuman yang diberikan itu dapat

dimengerti dan dipahami oleh anak. Anak dalam hatinya menerima

hukuman itu dan merasai keadilan hukuman itu. Anak hendaknya

memhami bahwa hukuman itu akibat yang sewajarnya dari

pelanggaran yang telah diperbuatnya. Anak itu mengerti bahwa

hukuman itu bergantung pada kemauang pendidik, tetapi sepadan

dengan beratnya kesalahan.

9) Sehubungan dengan butir ke-8 di atas, maka perlulah adanya

kesanggupan member maaf dari si pendidik, sesudah menjatuhkan

hukuman dan setelah anak itu menginsafi kesalahannya. Dengan kata

lain, pendidik hendaknya dapat mengusahakan pulihnya kembali

hubungan baik dengan anak didiknya. Dengan demikian, dapat

terhindar perasaan dan atau sakit hati yang mungkin ditimbulkan pada

anak. 30

Alisuf Subri juga mengemukakan beberapa syarat sebelum

memberikan punishment yang harus diperhatikan oleh guru atau sekolah:

1) Hukuman harus diberikan atas dasar cinta dan kasih sayang. Berarti

anak dihukum bukan karena dibenci atau pendidik ingin balas dendam

30 Ngalim Purwanto, Op. Cit, h. 169

Page 32: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

18

atau karena ingin menyakiti hati si anak, demi kepentingan dan masa

depan anak. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan jangan sampai

berakibat putusnya hubungan kasih sayang antara pendidik dan anak

didik.

2) Hukuman diberikan karena suatu keharusan; artinya karena sudah tidak

ada lagi alat pendidikan lain yang dapat dipergunakan kecuali harus

diberikan hukuman. Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa

hukuman merupakan tindakan/alat pendidikan terakhir yang dapat

digunakan, setelah alat pendidikan lain seperti teguran dan peringatan

yang diberikan tidak memberikan hasil.

3) Memberikan hukuman harus dapat menimbulkan kesan kesadaran dan

penyeselan dalam hati anak didik. Dengan kesan tersebut anak

terdorong untuk insyaf karena menyadari kesalahan dan akibatnya

yang dapat merugikan dirinya sendiri. Oleh karena itu hukuman yang

diberikan diusahakan jangan sampai menimbulkan kesan yang negative

pada anak misalnya menyebabkan rasa putus asa; rasa rendah diri atau

rsa benci kepada pendidiknya.

4) Pemberian hukuman akhirnya harus diikuti dengan pemberian

ampunan dan disertai dnegan harapan dna kepercayaan bahwa anak

sanggup memperbaiki dirinya. Dengan demikian setelah anak selesai

melaksanakan hukumannya guru harus terbebas dari rasa-rasa yang

menjadi beban batinnya terhadap si anak sehingga ia dapat

melaksanakan tugasnya kembali dengan perasaan yang lega dan

bergairah. Di samping itu kepada anak didik harus diberikan

keercayaan kembali dan harapan bahwa anak tersebut akan mampu

berbuat baik seperti halnya kawan-kawannya yang lain. 31

Dalam hal ini, Elizabeth B. Hurlock juga memberikan beberapa syarat

untuk guru atau sekolah sebelum menetapkan hukuman kepada siswanya:

1) Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran, dan harus mengikuti

pelanggaran sedini mungkin sehingga anak akan mengasosiasikan

keduanya. Bila seorang anak membuang makanan ke lantai karena

sedang marah-marah, anak itu harus langsung membersihkannya.

2) Hukuman yang diberikan harus konsisten sehingga anak itu

mengetahui bahwa kapan saja suatu peraturan dilanggar, hukuman itu

tidak dapat dihindarkan.

3) Apapun bentuk hukuman yang diberikan, sifatnya harus impersonal

sehingga anak itu tidak akan menginterprestasikannya sebagai

“kejahatan” si pemberi hukuman.

4) Hukuman harus konstruktif sehingga memberik motivasi untuk yang

disetujui secara sosial di masa mendatang.

5) Suatu penjelasan mengenai alasan mengapa hukuman diberikan harus

menyertai hukuman agar anak itu akan melatihnya sebagai adil dan

benar.

6) Hukuman harus mengarah ke pembentukan hati nurani untuk menjamin

pengendalian perilaku dari dalam dan masa mendatang.

31 Alisuf Subri, Op. Cit, h. 58-59

Page 33: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

19

7) Hukuman tidak boleh membuat anak merasa terhina atau menimbulkan

rasa permusuhan.32

Selanjutnya Eka Prihatin yang mengutip pendapat (Ornstein dan Eggen

yang dikutip oleh Maman Rahman: 1998) menjabarkan syarat-syarat yang

berbentuk prinsip pemberian hukuman pada siswa.

1) Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan.

2) Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman diberikan.

3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional.

4) Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir

kejadian.

5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah atau fisik.

6) Jangan menguhukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh

seorang.

7) Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman.

8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.

9) Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah.

10) Jangan menggunakan sistem hukuman ganda.

11) Jangan mendendam.

12) Konsisten dengan pemberian hukuman.

13) Jangan mengancam dengan ketidakmungkinan.

14) Jangan memberikan hukuman berdasarkan selera.33

Punishment atau hukuman merupakan salah satu dari alat pendidikan

yang disangsikan kepada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah atau

guru. Walau begitu, guru tidak bisa dengan seenaknya memberikan hukuman,

sebab terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan guru sebelum

memberikan punishment. Perlu diingat oleh guru, bahwa hukuman tidak boleh

diberikan ketika guru sedang dalam keadaan marah karena dapat menjadikan

hukuman yang diberikan menjadi bersifat tidak adil dan subjektif.

Sebagai strategi dari pembinaan disiplin siswa, reward dan punishment

harus diterapkan secara benar agar berhasil guna. Sebab bila reward dan

punishment tidak dilaksanakan dengan baik maka akan menyebabkan siswa

sulit untuk berdisiplin. Memberikan reward terlalu berlebihan akan

menyebabkan siswa menjadi terbiasa melaksanakan perintah guru hanya

karena ada imbalannya, sehingga bila tidak ada imbalannya maka siswa akan

enggan untuk . Sedangkan bila terlalu berlebihan dalam memberikan

32 Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit, h. 89

33

Eka Prhatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 100.

Page 34: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

20

punishment akan membuat siswa menjadi pribadi yang takut, antipati dan

siswa akan berpikir bahwa sekolah adalah tempat yang menyeramkan.

3. Disiplin Siswa

a. Pengertian Disiplin Siswa

Siswa atau peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu

jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin

mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun

nonakademis melalu proses pembelajaran yang diselenggarakan.34

Menurut Sutirna “Disiplin berasal dari kata disciple yang artinya belajar

secara sukarela mengikuti pemimpin dengan tujuan dapat mencapai

pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Pokok utama disiplin adalah

peraturan. Peraturan adalah pola tertentu yang diterapkan untuk mengatur

perilaku seseorang.”35

Sedangkan menurut Wardiman Djojonegoro “Disiplin adalah suatu kondisi

yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan

ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-

hal apa seharusnya dilakukan, dan yang tak sepatutnya dilakukan.”36

Dalam proses pembelajaran di sekolah siswa dituntut untuk berdisiplin

agar tujuan dari pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Disiplin siswa ialah

“Ketaatan atau kepatuhan siswa/peserta didik kepada peraturan atau tata tertib

sekolah yang telah ditetapkan.”37

Sedangkan menurut Ali Imron “ Disiplin Siswa adalah suatu keadaan

tertib atau teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.38

Menurut Suwarno dan Lathifah Arifatul Farida “Disiplin siswa adalah

perwujudan dari sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang tumbuh

dari dalam kesadaran dirinya untuk belajar dengan mematuhi dan

34 Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT Indek, 2014), h. 20-21.

35 Sutirna, Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2013), h. 115

36 Sumarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, (Jakarta: PT. Sekala

Jalmakarya, 1997), h. 20

37 Imam Gunawan dan Djum Djum Benty, Manajemen Peserta Didik; Suatu Pengatar Praktik, (Bandung:

Alfabeta, 2017), h. 184

38 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 173.

Page 35: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

21

melaksanakan segala macam peraturan yang berlaku baik di sekolah maupun

di rumah.” 39

Tidak berbeda jauh dengan pendapat Makmun Mubayidh yang

mengatakan bahwa “Disiplin siswa adalah membiasakan anak dengan tradisi

baik, seperti; mengetahui kewajibannya, tepat dan teliti dalam melaksanakan

tugasnya, memiliki motivasi dari dalam dirinya, dan bertanggung jawab.”40

Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. seorang murid

dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah.

di sini pihak sekolah harus melaksanakannya dengan adil dan tidak

memihak. Jika disiplin secara sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap

individu pun menginternalisasi disiplin itu untuk dirinya sendiri.41

Menurut Rusdiana Hamid “Disiplin siswa adalah proses atau hasil dari

mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan tuntutan, keinginan atau

minat yang ideal atau untuk mencapai tujuan yang lebih efektif, atau

pengawasan otoriter langsung terhadap tingkah laku anak dengan

menggunakan hukuman dan ganjaran.”42

Menurut Piet A. Sahertian “Disiplin tidaklah sekedar tata aturan belaka,

tetapi maknanya menyentuh hakekat kemanusiaan. Oleh karena itu konsep

dasar bagi disiplin adalah mengungkapkan penyadaran diri sebagai pribadi

yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada normanya”.43

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat ahli tentang

kedisiplinan adalah sikap dan perilaku seseorang yang dengan sadar mengikuti

dan mematuhi aturan dan tata tertib yang berlaku. Hukuman dan ganjaran

merupakan alat yang bisa digunakan untuk menegakkan disiplin yang sulit

untuk diikuti atau dipatuhi oleh individu maupun organisasional. Tetapi,

penerapan hukuman dan ganjaran dalam mendisiplinkan siswa juga

mempunyai tata caranya sendiri, agar tujuan dari disiplin dapat tercapai sesuai

yang diharapkan guru. Kedisiplinan yang baik lahir dari dalam diri siswa tanpa

paksaan dari pihak manapun. Dibutuhkan pembiasaan, pengawasan, dan

bimbingan dari guru agar anak-anak memandang sebuah kedisiplinan adalah

39 Suwarno dan Latifah, Op. Cit, h. 326.

40 Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan kesehatan Emosional Anak, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h.

113

41 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 1,

h. 39.

42 Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah

XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 66.

43 Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 129

Page 36: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

22

sebuah kebutuhan yang perlu diterapkan baik di sekolah, di rumah maupun

lingkungan sekitarnya.

Disiplin merupakan keadaan atau kondisi di mana seseorang dengan taat

dan patuh mengikuti peraturan yang berlaku. Adapun tiga macam konsep

disiplin dan alternatif pembinaannya, sebagai berikut:

1) Konsep otoritarian

Menurut kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan

mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang dan

mendengarkan uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik

diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan

tidak boleh membantah. Dengan demikian guru bebas memberikan

tekanan kepada peserta didik, dan memang harus menekan peserta didik.

Dengan demikian, peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang

diingini oleh guru.

2) Konsep permissive

Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan

seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah

dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik. Peserta didik

dibiasakan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep

permissive ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian. Kedua-duanya

sama-sama berada dalam kutub ekstrim.

3) Konsep Kebebasan yang terkendali

Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya

kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari

perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena yang menabur maka dia pula

yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian

dari permissive di atas. Peserta didik memang diberikan kebebasan , asal

yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan,

sebab tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini. Kebebasan jenis ini juga

lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing karena dalam

menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal-hal yang

konstruktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang

destruktif maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.44

Dalam praktek sehari-hari disiplin biasanya dijumpai pada anggota

militer, para siswa sekolah, para karyawan instansi pemerintah dan swasta dan

lain sebagainya. Hati merasa senang dan gembira melihat segala sesuatu yang

dilakukan secara disiplin dan tertib. Keinginan untuk menegakkan disiplin

sejalan dengan fitrah manusia.45

Sedangkan dalam Al-Quran, padanan kata yang sesuai dengan kata

disiplin adalah kata istiqamah yang artinya tegak lurus. Hal ini tergambar

dalam Surat Al-Jumu’ah (62) ayat ke 9-10.

44 Ibid, h. 173-174.

45 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006), Cet. 6, h. 248

Page 37: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

23

Yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru

untuk melaksanakan sholat pada Hari Jumat, maka segeralah kamu

mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik

bagimu jika kamu mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan, maka

bertebaranlah kamu di bum; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah

banyak-banyak agar kamu beruntung.”

Ayat di atas banyak menjelaskan tentang kewajiban seorang muslim

untuk melaksanakan sholat Jumat yang telah Allah syariatkan khusus kepada

muslim laki-laki. Bagi seorang muslim, menjalankan perintah Allah adalah

mutlak wajib. Patuh dan taat adalah salah satu dari esensi disiplin. Maka sikap

istiqamah seorang muslim yakni ia yang mempunyai sikap teguh dalam

beragama dan menaati syariat dari Allah.

Kedisiplinan seorang muslim dilihat dari seberapa istiqamahnya ia

menjalankan seluruh perintah agama. Sama seperti konsep disiplin yang juga

memerlukan hukuman dan ganjaran sebagai penunjangnya. Muslim yang tidak

bisa berdisiplin dalam kehidupan beragamanya, maka akan ada hukuman

(punishment) yang akan diterimanya. Sebaliknya, bila ia melakukan semua

peraturan Allah dengan baik dan ikhlas maka aka nada pula ganjaran pahala

(reward) yang akan diterimanya

b. Unsur-Unsur Disiplin Siswa

Diterapkannya disiplin diharapkan mampu untuk mendidik anak untuk

mematuhi segala peraturan dan tata tertib yang telah dibuat sekolah atau guru.

Elizabert B. Hurlock membagi empat unsur pokok dari disiplin dan menjelaskan

bahwa bila dari salah satu unsur ini tidak dapat dipenuhi, maka akan

menyebabkan sikap tidak menguntungkan bagi siswa.46

Keempat unsur pokok

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Peraturan

Pokok pertama dalam disiplin adalah peraturan, peraturan adalah pola yang

ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua,

guru, atau teman bermain. Tujuannya adalah membekali anak dengan

pedoman perilaku yang disetujuai dalam situasi tertentu. Misalnya peraturan

sekolah, peraturan ini mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukan dan

apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, koridor

sekolah, ruang makan sekolah, kamar kecil atau lapang bermain sekolah.

Demikian juga peraturan di rumah yang mengajarkan anak apa yang boleh

dan tidak dilakukan, atau dalam hubungan dengan keluarga.

46 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, terj. Med Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 84

Page 38: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

24

b. Hukuman

Pokok kedua dalam disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa

latin yaitu punier yang berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena

melakukan kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau

balasan. Walaupun tidak dikatakan secara jelas, tersirat bahwa kesalahan,

perlawanan, atau pelanggaran ini disengaja, dalam arrti bahwa orang itu

mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya.

c. Penghargaan

Pokok ketiga dari disiplin adalah penggunaan penghargaan, istilah

“penghargaan” memiliki arti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang

baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat pula berupa

kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di bahu/punggung. Penghargaan

yang diberikan menyusul hasil yang telah dicapai, oleh sebab itu

penghargaan berbeda dengan suapan, yang merupakan suatu janji akan

imbalan yang digunakan untuk membuat orang berbuat sesuatu. Oleh karena

itu, suapan terutama diberikan sebelum tindakan dan bukan sesudah tindakan

seperti halnya penghargaan.

d. Konsistensi

Pokok keempat disiplin adalah konsistensi, konsistensi berarti tingkat

keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan, yang

artinya tidak ada perubahan. Sebaliknya, konsistensi ialah artinya

kecenderungan menuju kesamaan. Bila disiplin itu konstan, tidak akan ada

perubahan untuk menghadapi kebutuhan yang berubah. Sebaliknya,

konsistensi memungkinkan orang menghadapi kebutuhan perkembangan

yang berubah pada waktu yang bersamaan, cukup mempertahankan ragaman

agar anak tidak akan bingung mengenai apa yang diharapkan dari mereka.

Konsistensi harus menjadi cirri semua aspek atau unsur pokok disiplin, harus

ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku,

konsistensi dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak

menyesuaikan pada standard dan konsistensi penghargaan bagi mereka yang

bisa menyesuaikan.47

c. Strategi Mendisiplinkan Peserta Didik

Sejatinya, mendisiplinkan peserta didik dapat dimulai dari mendisiplinkan

pribadi guru. Guru sebagai pembimbing dan panutan di sekolah, sudah

sepatutnya menjadi pribadi yang lebih tahu dan memahami makna kedisiplinan.

Menurut E Mulyasa “Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang dapat

dilakukakan secara demokratis, yakni dari, oleh, dan untuk peserta didik,

sedangkan guru tut wuri handayani.”48

E Mulyasa juga mengutip pendapat

Reisman dan Payne (1987: 239-241) yang mengemukakan starategi umum

mendisiplinkan peserta didik sebagai berikut:

1) Konsep diri (self-concept) strategi ini menekankan bahwa konsep-

konsep diri peserta didik merupakan faktor penting dari setiap perilaku.

47 Ibid, h. 85-91 48 E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertfikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 123

Page 39: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

25

Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersifat empatik,

menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat

mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan

masalah.

2) Keterampilan berkomunikasi (communication skills); guru harus

memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima

semua perasaan dan mendorong timbulnya peserta didik.

3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical

consequences); perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik

telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini

mendorong munculnya perilaku-perilaku salah.

4) Klarifikasi nilai (values clarification); strategi ini dilakukan untuk

membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang

nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

5) Analisis transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru

bersikap dewasa, terutama bila berhadapan dengan peserta didik yang

menhadapi masalah.

6) Terapi realitas (reality therapy); guru perlu bersikap positif dan

bertanggung jawab terhadap kegiatan di sekolah, dan melibatkan peserta

didik secara optimal dalam pembelajaran.

7) Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline); guru harus mampu

mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan, dan

tata tertib sekolah, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan

nama-nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

8) Modifikasi perilaku (behaviour modification); guru harus menciptakan

iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku

peserta didik.

9) Tantangan bagi disiplin (dare to discipline); guru harus cekatan,

terorganisir, dan tegas dalam mengendalikan disiplin peserta didik.49

d. Membentuk Karakter Disiplin Siswa

Menumbuhkan sikap disiplin siswa tidak bisa secara instan dan cepat.

Siswa butuh terbiasa untuk mengikuti segala peraturan yang berlaku dengan

bimbingan dan pengawasan guru. Menurut Nurla Isna terdapat beberapa hal

yang perlu dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter disiplin pada diri

peserta didik.50

a) Konsisten

Dalam hal ini, guru harus membuat kesepakatan-kesepakatan dengan

peserta didik selama ia berada di lingkungan sekolah, seperti kesepakatan

untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak membuat

gaduh, masuk tepat waktu, dan mematuhi berbagai peraturan yang telah

ditetapkan.

b) Bersifat Jelas

49 Ibid, h. 124

50 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), h. 56-

59.

Page 40: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

26

Cara lain yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan sikap

disiplin pada peserta didik adalah membuat peraturan yang jelas. Peraturan

yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik untuk

melakukannya. Sebaliknya, peraturan yang kurang jelas dan cenderung

berbelit-belit dapat menjadikan peserta didik merasa enggan untuk

mematuhi peraturan tersebut sehingga ia akan melakukan pemberontakan

dengan cara melanggarnya.

c) Memperhatikan Harga Diri

Jika ada peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisiplinan,

sebaiknya guru jangan menegurnya di depan banyak orang. Cara seperti itu

dapat membuatnya merasa malu dan cenderung berusaha mempertahankan

sikapnya. Alangkah lebih baik jika guru memberikan nasihat secara

personal sehingga cara ini akan membuatnya merasa dihargai.

d) Sebuah Alasan yang Bisa Dipahami

Jika guru hendak emmberikan peraturan kepada peserta didik, sebaiknya ia

juga memberikan alasan-alasan yang mudah dipahami tentang peraturan

tersebut. Jangan biarkan peserta didik menerima peraturan itu tanpa

pemahaman yang memadai tentangnya. Sebaliknya, denngan memberikan

alasan yang mudah dipahami, peserta didik akan menaati peraturan

tersebut dengan penuh kesadaran diri.

e) Menghadiahkan Pujian

Tidak ada salahnya jika guru memberikan apresiasi berupa pujian kepada

peserta didik apabila ia telah mematuhi peraturan tata tertib kedisiplinan

yang ada di sekolah. sebuah pujian yang dikatakan secara jujur dan terbuka

oleh seorang guru akan menyebabkan peserta didik merasa dihargai

sehingga ia tidak merasa tertekan dengan adanya peraturan tersebut.

f) Memberi Hukuman

Apabila guru memang terpaksa memberi hukuman, sebaiknya ia berhati-

hati dalam menghukum. Hukuman hendaknya tidak sampai menyakiti fisik

dan psikologi peserta didik. Guru harus member hukuman yang bersifat

mendidik, seperti memerintahkan peserta didik untuk membersihkan kelas

dan lain sebagainya.

g) Bersikap Luwes

Guru harus mampu bersikap luwes dalam menegakkan disiplin. Hindari

bersikap kaku terhadap peserta didik dalam menegakkan peraturan agar ia

tidak merasa tertekan. Sebaiknya, peraturan dan hukuman harus

disesuaikan dnegan situasi peserta didik.

h) Melibatkan Peserta Didik

Dalam membuat peraturan, peserta didik sebaiknya dilibatkan di

dalamnya. Hindari membuat peraturan secara sepihak karena hal itu dapat

menimbulkan pertentangan pada dirinya.51

4. Pembinaan Disiplin Siswa

a. Pengertian Pembinaan Disiplin Siswa

Sikap disiplin tidak bisa muncul dengan sendirinya dalam diri siswa.

Siswa harus melalui proses riyadho (latihan) dan pembiasaan yang konsisten

51 Ibid, h. 56-59

Page 41: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

27

dan terus menerus, sehingga disiplin menjadi sikap pada diri siswa. Karena itu

agar siswa mempunyai sikap disiplin maka harus ada upaya pembinaan yang

dilakukan oleh guru.

Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan, atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi

bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses

binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.52

Menurut Rohiat (2001) pembinaan siswa adalah pemberian pelayanan

kepada siswa di sekolah baik pada jam pembelajaran sekolah ataupun di luar

jam pelajaran sekolah dengan tujuan agar siswa menyadari posisi dirinya

sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya dengan baik.

Menurut Eka Prihatin, pembinaan disiplin siswa merupakan salah satu

kajian dalam memahami manajemen peserta didik yang dapat dianalisis

melalui 4 kriteria, yakni (1) disiplin kelas, (2) tahapan pengembangan

disiplin, (3) penanggulanggan pelanggaran peserta didik, (4) membentuk

disiplin sekolah.53

1) Disiplin Kelas

Disiplin kelas menurut (dirjen PUOD dan dirjen disdakmen, 1996:10)

adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung

guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan. Dengan

disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan

tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Menegakkan disiplin tidak

bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan yang lebih

besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuaannya. Akan tetapi

juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi atau dikekang dengan

peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan

kecemasan.

2) Tahapan Pengembangan Disiplin Kelas

Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin

yang baik di kelas, yaitu sebagai berikut.

Perencanaan

Ini meliputi membuat aturan danprosedur, dan menentukan

konsekuen untuk aturan yang dilanggar, jauh sebelum siswa

datang guru harus mencoba meramalkan organisasi apa yang

diperlukan dan menentukan bagaimana merespon masalah yang

tak terelakkan.

52 Op.Cit, Imam Gunawan dan Djum Djum Noor Benty, Hal. 178.

53 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung:Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 94.

Page 42: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

28

Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan

Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil

dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukan bahwa

beberapa minggu pertama dalam kelas adalah masalah kritis

dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan

komunikasi yang baik antara guru dan siswa. dalam rangkaian

sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru harus

mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. Salah satu

cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari smeua kejadian.

Merespon secara cepat dan kontruktif ketika masalah timbul

(seperti yang selalu guru lakukan)

Contoh apa yang kita lakukan ketika siswa menantang kita secara

terbuka di kelas; ketika seorang siswa menanyakan kita

bagaimana menyelesaikan masalah yang sulit; ketika kita

menangkap seorang siswa yang mencontek ketika seorang hilang

dan tidak mau berpartisipasi.

3) Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

Penanggulangan disiplin kelas perlu dilaksanakan secara

penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara

penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan

jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh

individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan

pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap

bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik.

Di samping itu juga harus tetap menajaga perasaan kecintaan

terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau emosional.

Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin di kelas sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktir,di antaranya faktir lingkuang siswa

seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perlu saling

menjalin kerjasama dengan orangtua siswa, agar kebiasaan disiplin di

sekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh subur.

4) Membentuk Disiplin Sekolah

Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat

agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini da[at

terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan

siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukan kedisiplinan.

siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. jika

situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah

memegang peran penting dalam membentuk disiplin sekolah, mulai

dari merancang, melaksanakan dan menjaganya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian pembinaan adalah

bahwasanya pembinaan disiplin siswa sangat berkaitan dengan manajemen

peserta didik. Pembinaan disiplin siswa artinya memberikan pelayanan dan

pengarahan kepada siswa untuk membentuk pribadinya menjadi lebih taat dan

patuh pada peraturan sekolah. pembinaan disiplin siswa juga berarti

Page 43: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

29

memunculkan kesadaran dalam diri siswa agar patuh pada peraturan tanpa

harus dengan paksaan.

b. Fungsi dan Tujuan Pembinaan Disiplin Siswa

Badruddin (2014) mengatakan bahwa fungsi dan tujuan dari

pembinaan kesiswaan secara umum sama dengan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang RI No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,bab II, Pasal 3, yang

berbunyi sebagai berikut.54

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis sertabertanggung jawab.”

Adapun secara khusus, pembinaan kesiswaan ditujukan untuk

memfasilitasi perkembangan peserta didik (siswa) melalui penyelenggaraan

program bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan.55

Sedangkan dalam pasal 1

peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun

2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan disebutkan bahwa tujuan pembinaan

kesiswaan meliputi:

1) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang

meliputi bakat, minat, dan kreativitas;

2) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan

sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha

dan pengaruh negative dan bertentangan dengan tujuan pendidikan;

3) Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi

unggulan sesuai bakat dan minat;

4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak

mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka

mewujudkan masyarakat madani (civil society).56

Fungsi dan tujuan dari pembinaan yang telah disebutkan di atas

mewakili aspek pengembangan, tanggungjawab, dan pengayoman yang dapat

dilakukan guru agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan

maksimal. Agar semua tujuan dan fungsi dari pembinaan dapat berjalan

sesuai dengan yang direncanakan, terlebih dulu harus dimulai dari diri guru

54 Op. Cit, Badruddin, Hal 53.

55 Ibid, Hal. 53. 56 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 39 Tahun 2008, Tentang Pembinaan Kesiswaan, h. 4

Page 44: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

30

yang membina pribadinya sendiri, lalu barulah guru tersebut mampu

membina orang lain menuju kedisiplinan.

c. Teknik Pembinaan Disiplin Siswa

Dalam membina disiplin siswa, terdapat sejumlah teknik yang dapat

dilakukan guru, seperti yang dikemukakan oleh Ali Imron tentang teknik-

teknik alternative pembinaan disiplin peserta didik:

1) Teknik external control

External control adalah suatu teknik di mana disiplin peserta didik

haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Teknik ini meyakini

kebenaran akan teori X, yang mempunyai asumsi-asumsi tak baik

mengenai manusia. Mereka senantiasa diawasi dan dikotrol terus, agar

tidak terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak

produktif. Menurut tekni external control ini, peserta didik harus terus

menerus didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti dengan ancaman dan

ganjaran. Ancaman diberikan kepada peserta didik yang tidak disiplin,

sementara ganjaran diberikan kepada peserta didik yang mempunyai

disiplin tinggi.

2) Teknik inner/internal control

Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini

mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri.

Peserta didik disadarkan akan pentingnya disiplin. Sesudah sadar, ia akan

mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat

dikembangkan dengan baik maka akan mempunyai kekuatan yang lebih

hebat dibandingkan dengan teknik external control.

Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh guru maka guru haruslah

bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan, sebab gurut tidak akan dapat

mendisiplinkan peserta didiknya, jika ia sendiri tidak disiplin. Guru harus

sudah memiliki self control dan inner control yang baik.

3) Teknik cooperatit control

Konsep teknik ini adalah antara pendidik dan peserta didik harus saling

bekerjasama dengan baik dalam menegakan disiplin. Guru dan peserta

didik lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-

aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sanksi atas

pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama.

Kontrol atau perjanjian seperti ini sangat penting, oleh karenanya dengan

cara demikianlah pendidik dan peserta didik dapat bekerja sama dengan

baik. Dalam suasana demikianlah maka peserta didik juga merasa

dihargai. Inisiatif guru, asalkan baik juga diterima oleh guru dan peserta

didik lainnya. 57

Teknik pembinaan siswa terdiri dari beberapa pembagian. Ada yang

melalui diri guru, yakni peran guru dalam membina daan mengarahkan disiplin

siswa secara intens agar siswa tidak terjerembab ke dalam pelanggaran yang

akhirnya akan merugikan siswa sendiri. Ada pula teknik pembinaan yang

57 Ali Imron, Op.Cit, h. 174-176

Page 45: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

31

memang datang dan muncul langsung dari diri siswa sendiri. Teknik ada

memiliki sisi keunggulan yang mana bila kesadaran untuk berdisiplin itu

memang datang dari dalam prinadi siswa maka tanpa adanya usaha yang lebih

dari guru pun, siswa sudah mengerti dan sadar untuk selalu bersikap patuh dan

taat pada peraturan.

Sedangkan teknik yang terakhir adalah kerjasama antara siswa dan guru

yang saling berusaha untuk melanggengkan sikap disiplin di kelas maupun di

sekolah. Guru berusaha untuk membina siswanya, dan siswa pun berusaha

untuk mengikuti arahan dan binaan guru tanpa adanya paksaan karena telah

muncul kesadaran pada diri siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti akan mendeskripsikan beberapa karya yang memiliki relevansi dengan

judul skripsi ini. Adapun karya-karya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Ari Noer Khoiriyah, NIM 111400110000063, mahasiswa Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018, yang

berjudul “Pengaruh Reward Dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Fiqih

Siswa Mts Islamiyah Ciputat”. Berdasarkan hasil penelitian mengenai reward dan

punishment terhadap motivasi belajar fiqih siswa di MTs Islamiyah Ciputat

ternyata Reward dan punishment berpengaruh terhadap motivasi belajar fiqih di

MTs Islamiyah Ciputat. Dalam analisis deskriptif, peneliti mendapatkan gambaran

tentang besarnya pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar fiqih

siswa. Sedangkan analisis statistik peneliti mendapatkan korelasi berganda antara

reward dan punishment berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar

54,4%. Data itu diambil dari hasil analisis dengan responden 30, dimana secara

parsial (terpisah) thitung lebih besar dari t tabel (3,812 dan 2,248 > 2,048), dan

secara simultan fhitung lebih besar dari ftabel (16,134> 3,35).. Maka, Ho ditolak

dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya secara parsial dan simultan terdapat

pengaruh yang signifikan antara reward dan punishment terhadap motivasi belajar

fiqih siswa MTs Islamiyah Ciputat.

2. Skripsi Sayyidah Rizqiyyatu Faizah, NIM 13110058, mahasiswa Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Tahun 2017, yang berjudul “Pelaksanaan Reward And Punishment Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Page 46: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

32

Di SDI Nurul Izzah Malang”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa Perencanaan pelaksanaan Reward dan Punishment dilakukan guru dan

peneliti dengan menetapkan macam-macam reward dan punishment yang akan

dijalankan. Reward berkisar pada penambahan nilai, pujian, dan member hadiah

sedangkan punishment berkisar pada pengurangan nilai, hukuman dan tambahan

tugas. Pelakasaan reward dan punishment berhasil meningkatkan motivasi belajar

siswa saat pembelajaran PAI. Siswa termotivasi untuk mendapatkan hadiah dan

berusaha menghindari hukuman. Hasil dari pelaksanaan reward dan punishment di

SDI Nurul Izzah berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, peningkatan

motivasi belajar ditampakkan pada saat mendapat janji pemberian reward.

3. Jurnal Rengga Indrawati dan Ali Maksum, dalam Jurnal Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 304 – 306, yang berjudul

“Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Pemberian Reward dan Punishment

dalam Pemberlajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas XII IPS I SMA Negeri

Lamongan”. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian menjelaskanpemberian

reward dan punishment dalam pembelajaran penjasorkes dapat meningkatkan

tingkat kehadiran siswa. Walaupun pada pertemuan ketiga grafik kehadiran siswa

mengalami penurunan kembali sebesar 8,83% dari prosentase sebelumnya, namun

meningkat kembali pada pertemuan keempat dan seterusnya hingga peningkatan

telah mencapai angka prosentase sebesar 97,06%. Begitu pula dengan gambaran

dari instrumen lembar observasi yang mana menggunakan catatan kesimpulan

peneliti. Di dalam catatan kesimpulan peneliti terdapat indikator-indikator perilaku

disiplin yang mana menjadi pedoman pengamatan bagi para observer. Selama 6

kali pertemuan, secara keseluruhan perilaku disiplin siswa kelas XII IPS 1 SMA

Negeri Lamongan meningkat dengan adanya penerapan pemberian reward dan

punishment dalam mata pelajaran penjasorkes.

C. Kerangka Berpikir

Penerapan reward dan punishment menjadi salah satu alat pendidikan yang

digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Peran guru dalam hal

ini sangat lah penting untuk menentukan manfaat dari pemberian reward dan

punishment. Sebab reward dan punishment tidak selalu berdampak baik bagi

perkembangan kedewasaan siswa. terkadang siswa hanya termotivasi sesaat untuk

Page 47: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

33

menaati peraturan yang berlaku hanya karena takut akan mendapat hukuman jika

tidak patuh pada peraturan yang berlaku. Begitu pula fungsi reward, tidak selamanya

membawa dampak positif bagi siswa, karena bisa jadi siswa patuh dan disiplin hanya

karena mengharapkan ganjaran yang diberikan.

Guru harus memahami syarat, manfaat, tujuan, faktor-faktor penting dan

hakikat dari penerapan reward dan punishment bagi siswa. Semua hal ini dilakukan

guna meningkatkan kedisiplinan siswa bukan hanya dalam jangka yang sementara,

tapi juga kontinu dan permanen. Menumbuhkan sikap disiplin dalam diri siswa

memang tidak mudah dan butuh pembiasaan yang telaten serta senantiasa di bawah

pengawasan guru. Sebab usia anak-anak yang masih butuh banyak bimbingan tidak

memungkinkan mereka untuk melakukan hal yang guru inginkan tanpa tuntunan dari

guru sendiri.

Kedisiplinan adalah salah satu tombak yang membuat sekolah menjadi maju

dan berkembang. Bisa dibayangkan jika sekolah tanpa kedisiplinan peraturan, segala

aspek pembelajaran pasti tidak akan berjalan dengan baik dan tentu tidak kondusif.

Betapa kacaunya sekolah bila tidak ditanamkan kedisiplinan serta reward dan

punishment sebagai penunjangnya. Siswa akan meremehkan peraturan dan tata tertib

sekolah. hal ini akan diperparah jika tidak adanya sikap tegas dari guru sebagai

penegak kedisiplinan itu sendiri. Menurut LouAnne Johnson (2005) “ Bila mereka

(siswa) tidak mendapat perhatian dengan jalan bersikap baik, maka mereka akan

bertindak tidak baik (melanggar) karena mereka tahu bahwa kita tidak akan

mengacuhkannya bila mereka berbuat salah”.58

Maka dari itu, menegakkan disiplin

adalah tugas semua anggota sekolah, bukan hanya siswa yang harus patuh pada

peraturan, tetapi guru pun dituntut untuk mematuhi sekaligus membantu siswa untuk

patuh

Persoalan reward dan punishment dalam dunia pendidikan sudah sering

menjadi perbincangan para pakar pendidikan. Sebagian ada yang mendukung

diterapkannya reward dan punishment guna menjadi stimulus dan motivasi siswa

untuk mematuhi peraturan dan mengikuti tata tertib sekolah yang berlaku. Tetapi di

lain sisi, beberapa pakar juga menentang adanya penerapan reward dan punishment,

disebabkan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa dengan pemberian reward akan

membuat siswa pasif sehingga hanya ingin mengerjakan apa yang diperintahkan guru

58 LouAnne Johnson, Pengajaran yang Kreatif dan Menarik, Cet. 2 (Klaten: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008),

h. 242

Page 48: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

34

hanya karena ada upah dan balasannya saja. Di lain waktu, bila guru tidak

memberikan reward kepada siswa, siswa akan merasa malas dan enggan untuk

mematuhi perintahnya.

Terlepas dari segala aspek yang melingkupi pro-kontra dalam pemberian

reward dan punishment bagi siswa, peneliti berada di tengah-tengah pendapat pakar.

Dalam artian, pemberian reward dan punishment harus dibarengi dengan pengetahuan

dan pemahaman guru secara mendalam tentang sifat dan kadar reward dan

punishment yang cocok dan pantas diberikan oleh siswa. Mengingat setiap siswa

memiliki kepirbadian yang berbeda-beda, maka pemberian reward dan punishment

pun tidak bisa dilakukan asal dan sembarangan. Juga tidak baik dipukul-samaratkan

kepada seluruh siswa.

Penerapan Reward

dan Punishment

sebagai strategi

pembinaan santri di

Pondok Pesantren

Daarul Rahman

Jakarta

Kualitas

kedisiplinan santri

semakin

meningkat.

Hasil dari penerapan

reward dan

punighment.

Upaya-upaya dalam

penerapan reward dan

punishment

Proses penerapan

reward dan

punishment

Page 49: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta yang

beralamat di Jalan Purwaraya 1, Kelurahan Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta

Selatan. Adapun

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Bulan

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt

1 Observasi Pendahuluan

2 Observasi keadaan dan

kondisi pondok

3 Wawancara wali asuh

4 Wawancara kepala sekolah

dan wali kelas

5 Wawancara Santri kelas

XII

6. Pengumpulan data dan

dokumentasi di pondok.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar “Metode kualitatif berdasarkan

pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode

kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.”59

Sedangkan menurut Nana Syaodih penelitian kualitatif adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap, keercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual

59 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet.1,

h. 78

Page 50: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

36

maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip

dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.60

Menurut Sugiono penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya

kualitatif, sehingga analisisnya juga analisis kualitatif (seperti dalam penelitian

deskritif). Data kualitatif adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.61

Dalam penelitian ini penelitian kualitatif yang berorientasi pada

pendeskripsian objek penelitian yang mencakup mencatat, mengobservasi,

menganalisis kondisi yang terjadi si tempat penelitian yakni Pondok Pesantren Daarul

Rahman Jakarta.

C. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis dapat mengelompokkan penentuan sumber data

menjadi dua yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli yaitu melalui

teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini

peneliti mewawancarai Wali Asuh dari kelas XII untuk mencari data tentang

pelanggaran yang telah dilakukan kelas XII, cara-cara guru memberikan reward

dan punishment dan riwayat kedisiplinan kelas XII baik di sekolah maupun di luar

jam sekolah.

Dipilihnya kelas XII sebagai objek penelitian adalah karena kelas XII

merupakan kelas yang paling tinggi dalam tingkatannya dan yang paling lama

mengalami masa kedisiplinan di Pondok Pesantren Daarul Rahman, sehingga

mereka lebih mampu untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Akan tetapi

ditemui beberapa hal yang membuat peneliti akhirnya memilih kelas XII sebagai

objek penelitian yang mengkaji tentang kedisiplinan santri, yakni di antaranya:

a) Kedisiplinan di kelas XII diawasi oleh majelis guru, sehingga jangkauan

pengawasannya tidak berjalan terlalu maksimal.

b) Kelas XII diberikan sedikit “kelonggaran” dalam beberapa peraturan di

Pondok Pesantren.

60 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) cet-8, h. 60

61 Sugiono Poulus dan Rusdin , Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2018), Cet. 1, h. 139.

Page 51: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

37

c) Guru asrama yang mendisiplinkan kelas XII adalah guru yang usianya masih

tergolong muda, sehingga terkadang rasa segan kelas XII terhadap guru

tersebut masih rendah.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder

merupakan pendukung dari data primer dan diperoleh dari teknik dokumentasi. Di

antara data sekunder yang didapatkan oleh peneliti, yaitu :

a) Tata tertib kelas XII.

b) Pelanggaran kelas XII.

c) Data siswa kelas XII.

d) Profil dan sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

e) Data guru Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada hakikatnya, metode ilmiah ialah penggabungan antara berpikir deduktif

dengan induktif. Jika pengajuan rumusan hipotesis tersebut dengan susah payah

diturunkan dari kerangka berpikir secara deduktif, maka untuk menguji hipotesis

diterima atau ditolak perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada di

lapangan.62

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan

data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara

sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan keabsahannya

(validitasnya).63

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi

partisipasi, yakni peneliti datang sendiri ke tempat penelitian yaitu Pondok

Pesantren Daarul Rahman Jakarta untuk mengamati dan menganalisis kegiatan

kelas XII. Dan mencari tahu apa saja pelanggaran yang dilakukan kelas XII

dan hukuman apa yang diberikan guru kepada mereka yang melanggar. Begitu

pula mengamati bagaimana guru memberikan reward dan pembinaan

kedisiplinan pada siswa kelas XII.

62Ibid, h. 52

63

Ibid, h. 52

Page 52: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

38

Peneliti juga melihat langsung macam-macam pembinaan yang

dilakukan guru kepada santri kelas XII yakni seperti:

Pengabsenan rutin setiap hari Minggu sore, untuk mengetahui siapa saja

santri yang hadir di pondok setelah sebelumnya diboleh izin untuk keluar

pondok.

Mengingatkan santri untuk sholat jamaah di masjid. Guru memeriksa

semua kamar santri untuk mengetahui siapa saja santri yang tidak

mengikuti sholat jamaah dan mengabsen semua santri kelas XII setiap

habis selesai sholat jamaah.

Mengawasi dan mengontrol santri saat belajar malam.

Mengecek kamar santri kelas XII saat malam hari.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai. Alat yang

digunakan untuk mewawancarai orang-orang dan nantinya memperoleh

informasi secara langsung.64

Terdapat dua jenis wawancara, yakni wawancara terpimpin dan

wawancara tidak terpimpin.

a. Wawancara tidak terpimpin ialah wawancara yang tidak terarah.

Kelemahannya ialah tidak efisien waktu, biaya, dan tenaga.

Keuntungannya ialah cocok untuk penelitian pendahuluan, tidak

memerlukan keterampilan bertanya, dan dapat memelihara kewajaran

suasana.

b. Wawancara terpimpin ialah tanya jawab yang terarah untuk mengupulkan

data-data yang relevan saja. Kelemahannya teknik ini adalah kesan-kesan,

seperti angket yang diucapkan serta suasana menjadi kaku dan formal.

Sedangkan keuntungan teknik ini adalah pertanyaan sistematis sehingga

mudah diolah kembali, pemecahan masalah lebih mudah, memungkinkan

analisis kuantitatif dan kualitatif, dan kesimpulan yang diperoleh lebih

reliable.65

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terpimpin. Sasaran

wawancara peneliti adalah wali asuh kelas XII yakni Ustadzah Zulfa Yunita,

64 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2001), cet. 13, h. 140

65

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Op. Cit, h. 56

Page 53: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

39

wali kelas XII Ustad Salman Alfarisi, dan kepala sekolah yakni Ustad Qosim

Susilo dan beberapa siswa.

Wali Asuh, Ustadzah Zulfa Yunita

Dari wawancara peneliti dengan wali asuh kelas XII, peneliti

mendapatkan penjelasan tentang beberapa macam pembinaan yang

dilakukan oleh Ustadzah ZulfaYunita kepada kelas XII, yakni

pembinaan tentang kedisiplinan santri di luar sekolah dan kegiatan

sehari-harinya.

Wali Kelas, Ustad Salman AlFarisi

Wali kelas XII membina, membimbing, mengayomi, mengontrol, dan

mengarahkan santri kelas XII terkhusus di dalam hal belajarnya. Wali

kelas XII juga tidak pernah lelah memberikan motivasi dan stimulus

yang berguna untuk peningkatan kualitas belajar dan disiplin santri

dalam prestasinya.

Kepala Sekolah, Ustad Qosim Susilo

Kepala sekolah sebagai pemegang kendali keadaan dan situasi di

sekolah mempunyai andil untuk membina guru dalam hal

kedisiplinannya. Sebab ketika kepala sekolah berhasil membina guru

dalam kedisiplinannya, maka guru pun akan mampu dan berhasil

membina santri untuk berdisiplin.

Beberapa Santri kelas XII

Wawancara peneliti dengan beberapa santri kelas XII untuk

mengetahui manfaat apa saja yang telah santri rasakan dari pembinaan

yang telah dilakukan para guru. Serta untuk mengecek kebenaran dari

pernyataan para guru tentang pembinaan kedisiplinan yang telah

mereka lakukan.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan

daya yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan

dokumentasi ialah biayanya relatif murah, wak’tu dan tenaga lebih efisien.

Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumen cenderung

Page 54: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

40

sudah lama, dan kalau da yang salah cetak, maka peneliti ikut salah pula

mengambil datanya.66

Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari

sekolah adalah profil sekolah, data siswa kelas XII, data guru, dan tata tertib

sekolah yang berlaku bagi kelas XII. Peneliti mendapat data-data ini dari

Bidang Tata Usaha dan Wali Asuh kelas XII. Dari bagian tata usaha, peneliti

mendapatkan data berupa profil, sejarah, struktur organisasi, visi dan misi

pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta. Selain itu peneliti juga

mendapatkan data guru dan santri. Sedangkan dari wali asuh kelas XII,

peneliti mendapatkan rancangan kegiatan, surat perjanjian pelanggaran, dan

data pelanggaran santri kelas XII. Selanjutnya, data yang didapat oleh peneliti

akan diolah menjadi bahan untuk memperkuat penelitian di pondok pesantren

Daarul Rahman Jakarta.

E. Kisi – kisi Instrumen

Kisi-kisi instrument merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk

memudahkan dalam pencarian data-data penelitian. Di dalam kisi-kisi instrument

terdapat dimensi dan indikator dari variabel penelitian yang akan diuraikan dalam

bentuk pertanyaan dan pernyataan. Adapun kisi-kisi instrument yang digunakan

dalam pengumpulan data sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No Aspek yang dikaji Dimensi Sumber Data

1.

Reward dan

Punishment sebagai

Strategi Pembinaan

Disiplin Siswa

Program Pembinaan Disiplin

Siswa:

Pengabsenan Santri setiap

hari Minggu sore.

Mendisplinkan santri dalam

sholat jamaah.

Melakukan evaluasi setiap

minggu untuk diberikan

masukan, motivasi,

nasihat, dan sharing

1. Kepala Sekolah

2. Wali Asuh

3. Wali Kelas

4. Bagian

Pendisiplinan

Santri

5. Siswa kelas XII

66

Ibid, h. 69

Page 55: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

41

tentang kegiatan yang

dilalui santri selama

seminggu.

Mengawasi dan mengontrol

belajar malam santri di

kelas.

Mengecek keadaan kamar

santri saat malam hari.

Table 3.3

Pedoman Observasi

No. Aspek yang diamati Keadaan Keterangan

1. Lingkungan Fisik Pondok Pesantren

2. Lingkungan sosial pondok pesantren

3. Sarana dan Prasana

4. Pembinaan kedisiplinan santri

5. Penerapan reward dan punishment

santri

Table 3.4

Daftar Ceklis Studi Dokumen

No.

Dokumen

Keterangan

Ada Tidak Ada

1. Sejarah dan profil pondok pesantren

2 Visi dan misi pondok pesantren

3. Struktur Organisasi

4. Dokumen tenaga pendidik dan kependidikan

5. Tata tertib pondok pesantren

6. Data sarana dan prasarana pondok pesantren

a. Ruang Kelas

b. Ruang Kepala Sekolah

c. Ruang Guru

Page 56: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

42

d. Ruang Tata Usaha

e. Ruang Perpustakaan

f. Ruang Komputer

g. Asrama Santri

h. Asrma guru

i. Rumah Pengasuh Pondok Pesantren

j. Masjid

k. Aula

l. Kamar mandi

m. Kantin

7. Data pelanggaran santri

8. Foto kegiatan pembinaan santri

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Untuk pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data, peneliti menggunakan

teknik triangulasi. Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk menggunakan teknik pengumpulan data yang sama.67

Triangulasi di sini dimaksud untuk mengecek ulang antara data yang diperoleh

melalui studi dokumen, wawancara, dan observasi. Adapun tujuan dari triangulasi di

sini untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan.

G. Teknik Analisis Data

Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam

bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan data apa

yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu

dijawab, metode apa yang harus digunakan untuk mendapat informasi baru, dan

kesalahan apa yang harus segera diperbaiki.68

Ada berbagai cara untuk menganalisis

data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Jika dalam penelitian kualitatif terdapat data yang bersifat kuantitatif,

yaitu dalam bentuk angka-angka, maka sebaiknya angka-angka jangan dipisahkan

dari kata-katanya secara kontekstual sehingga tidak mengurangi maknanya.

67Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta) ,h.317.

68 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Op. Cit, h. 83.

Page 57: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

43

Data yang didapat di lapangan langsung diketik atau ditulis dengan rapi,

terinci, serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Data-data yang

terkumpul semakin bertambah, biasanya mencapai ratusan atau ribuan lembar.

Oleh karena itu laporan itu harus dianalisis sejak dimulainya penelitian. Laporan-

laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai

dengan fokus penelitian kita, kemudian dicari temanya. Data-data yang telah

direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi

dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Display Data

Data yang semakin bertumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran

secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan display data. Display data ialah

menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart, atau grafik, dan sebagainya.

Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam setumpuk

data.

3. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari data yang

diperolehnya. Untuk maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema, dan

hubungan, persamaan, hal-hal yang serung muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi,

dari data yang didapatnya itu, ia mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula

kesimpulan itu kabur, tetapi lama kelamaan semakin jelas karena data dilakukan

dengan singkat, yaitu dengan cara mengumpulkan data baru.69

Menurut Nana Syaodih yang mengutip pendapat Geoffrey E. Mills (2000)

mengemukakan beberapa teknik pengumpulan data:

1. Mengidentifikasi tema-tema. Dari data yang dikumpulkan secara induktif

daoat diidentifikasi tema-tema tertentu. Dari tema-tema kecil dapat

disimpulkan tema yang lebih besar.

2. Membuat kode pada hasil survey, interview, dan angket. Untuk setiap tema

ataupun kelompok data dapat dibuat kode, umpamanya kode untuk

perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil, dsb.

3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa, di mana, kapan, mengapa,

dan bagaimana? Pertanyaan kunci dapat membantu mensistematisasi data,

sehingga membentuk satu-kesatuan yang bermakna.

4. Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti (sekolah). Stringer (1996)

menyarankan keorganisasian sebagai berikut: visi dan misi, tujuan umum dan

69Ibid, h.84-85

Page 58: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

44

khusus, struktur organisasi, pelaksanaan, dan masalah-masalah, isu-isu dan

kepedulian dan para pelaku.

5. Buatlah peta konsep. Memetakan secara visual faktor-faktor yang terkait, atau

melatarbelakangi dan diakibatkan oleh suatu hal, seperti hal-hal yang

melatarbelakangi dan diakibtakan oleh proses-pembelajaran, hasil belajar,

kegagalan siswa, dll.

6. Analisis faktor yang mendahului dan mengikuti. Menganalisis faktor-faktor

yang mendahulu mungkin juga menjadi penyebab dan yang mengikuti atau

diakibatkan oleh sesuatu hal, kegiatan, masalah, dsb.

7. Buatlah bentuk-bentuk penyajian dari temuan. Temuan hasil penelitian data

disajikan dalam berbagai bentuk seperti table, grafik, peta bagan, dll.

8. Kemukakan apa yang belum/tidak ditemukan. Bertolak dan data yang telah

ditemukan, dapat diidentifikasi hal-hal yang belum ditemukan.70

Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dari responden yang sudah

terkumpul. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini yaitu :

1. Tahap Pra-Lapangan

Kegiatan ini meliputi penyusunan rancangan penelitian, mengurus perizinan,

menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,

dan menyiapkan perlengkapan penelitian seperti pedoman wawancara, dan buku

catatan.

2. Tahap Seleksi Data

Seleksi data di sini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah

terkumpul memenuhi syarat untuk diolah atau tidak. Persyaratan yang dimaksud

adalah setiap data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berkaitan

atau tidak dengan tujuan penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahan

data yang diperoleh.

3. Tahap Klarifikasi Data

Dari data yang diperoleh melalui wawancara kemudian diklarifikasi menurut

kategorinya masing-masing untuk memperoleh kesimpulan. Hasil dari seleksi dan

klarifikasi data dari hasil wawancara tersebut kemudian dilanjutkan dengan

menganalisis dan dideskripsikan untuk menjelaskan masalah dalam penelitian.

Berdasarkan analisis data dan metode yang digunakan pada penelitian ini, maka

data akan disajikan.

70Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit, h. 156

Page 59: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta pertama kali didirikan pada

tanggal 11 Januari 1975 di atas tanah yang diwaqafkan oleh KH. Abdurahman Bin

Naidi di kawasan Senopati Dalam II, No. 35 A Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Tetapi pada tahun 2016 dengan berbagai pertimbangan dan melihat kondisi Pondok

yang tidak kondusif lagi sebagai tempat menuntut ilmu di tengah hiruk pikuk ibu

kota, Pondok ini dipindahkan ke daerah Cipedak, Jagakarsa dengan luas tanah

kurang lebih 3 hektar.

Sekarang ini Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta bertempat di Jalan

Purwaraya 1, Kavling DKI, Kelurahan Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta

Selatan. Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta tidak menggunakan kurikulum

nasional, tetapi memiliki kurikulum tersendiri yakni perpaduan antara pondok

modern Gontor dan Pondok Salafi, sehingga para santri tidak hanya diajarkan

bahasa arab saja, tetapi juga dibentuk untuk mampu membaca kitab kuning juga.

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta tidak menyelenggarakan UN (Ujian

Nasional) mengikuti pemerintah, melainkan Pondok ini memiliki ijazah tersendiri

yang sudah diakui dan disamakan dengan pendidikan formal setara Mts dan MA.

Pondok ini berasaskan pada kedisiplinan dan kesederhanaan pada setiap

keseharian dan kegiatan para santri dari mulai bangun tidur sampai ketika

menjelang waktu tidur santri. Hal inilah yang selalu ditekankan oleh KH. Syukron

Ma’mun selaku pengasuh pondok ini agar para santri sudah terbiasa hidup prihatin,

sehingga tidak dimanja dengan keadaan zaman yang sudah serba instan dan praktis

ini. Para santri juga dilarang untuk membawa handphone di area pondok sebab

akan mempengaruhi proses belajar santri sehingga membuat santri tidak

konsentrasi menerima pelajaran.

Pondok Pesantren Daarul Rahman mewajibkan setiap santrinya untuk

menempuh pendidikan wajib 6 tahun. yakni terhitung dari kelas 1 Tsanawiyah

sampai kelas 3 Aliyah. Kewajiban ini dibuat sebab ijazah dari pondok hanya akan

Page 60: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

46

keluar dan diberikan pada santri saat santri telah melewati masa 6 tahun belajar di

Pondok ini. Maka dari itu tidak dianjurkan bagi para santri untuk mengundurkan

diri atau hanya ingin memilih salah satu jenjang pendidikannya saja, sebab sistem

pendidikan di Pondok sudah sepaket 6 tahun lamanya proses pembelajaran.

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Pondok Pesantren Daarul Rahman memiliki visi yakni:

“Menjunjung tinggi syariat islam dengan berpegang teguh ajaran ahlu sunnah wal

jamaah (aswaja).”

Selain itu Pondok Pesantren Daarul Rahman juga memiliki misi, sebagai berikut:

1. Membentuk generasi muda ber-IMTAQ

2. Mencetak generasi muda ber-IPTEK

3. Mewujudkan pribadi berdisiplin

4. Menyelenggarakan pendidikan secara profesional

5. Memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat dengan pelayanan prima.

Salah satu misi dari pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta adalah

mewujudkan pribadi berdisiplin. Sikap disiplin bukan hanya ditujukan kepada

santri saja, tetapi setiap masyarakat pesantren yaitu pendidik dan tenaga

kependidikannya juga dituntut untuk selalu mematuhi peraturan dan menjauhi dari

hal-hal yang tidak boleh dilanggar di pondok ini. Etika, norma, adab, dan agama

menjadi dasar pertimbangan dari pembuatan peraturan yang nantinya akan

menuntun santri untuk senantiasa berdisiplin dengan hati ikhlas dan tanpa paksaan.

Melalui pembinaan dan usaha-usaha lain seperti penerapan reward dan punishment

akan mampu mendorong pribadi santri untuk berdisiplin dan membangun sikap

disiplin yang telah dilatih di pondok selama bertahun-tahun, sehingga ketika

mereka telah lulus dari pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta mereka akan

terbiasa untuk hidup disiplin dalam keseharian dan juga disiplin dalam hal ibadah.

Inilah yang menjadi keunggulan dari pondok pesantren ini yakni melatih dan

membangun sikap disiplin pada pribadi santri sejak awal mereka masuk ke pondok

ini.

3. Data Siswa Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Jumlah santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta pada tahun ajaran

2018-2019 adalah sebagai berikut:

Page 61: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

47

Tabel 4.1

Jumlah Santri di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Mts Daarul Rahman Jakarta

Kelas L P Jumlah

VII 280 311 591

VIII 88 103 191

IX 51 98 149

Jumlah 419 512 931

MA Daarul Rahman Jakarta

Kelas L P Jumlah

X 52 48 100

XI 49 48 97

XII 110 108 218

Jumlah 211 204 415

Setiap tahunnya, jumlah siswa yang ingin mendaftar ke Pondok ini semakin

bertambah dan meningkat jumlahnya. Sebab itu, Pondok Pesantren Daarul

Rahman melakukan tes ujian masuk yang cukup ketat guna menyaring santri yang

mendaftar dan membatasinya sebab menyesuaikan pula dengan kondisi dan

keadaan bangunan dan sarana prasarana yang tersedia. Pada tahun ini saja (2019),

jumlah siswa yang mendaftar mencapai 1000 siswa, tetapi yang diterima masuk

hanya 700 siswa. Pembatasan jumlah siswa yang masuk seleksi pendaftaran

dilakukan demi kenyamanan dan pembelajaran yang kondusif.

Saat ini jumlah seluruh santri yang belajar di Pondok Pesantren Daarul

Rahman Jakarta tercatat mencapai 1346 santri, dengan rincian 630 santri putra dan

716 santri putri. Jumlah rombel (rombongan kelas) di Pondok ini mencapai 31

rombel dengan isi setiap kelas rata-rata 30-40 santri pada masing-masing rombel.

Walaupun dengan jumlah rombel yang cukup banyak dan jumlah santri yang penuh

pada tiap kelasnya, tidak membuat proses pembelajaran mengalami gangguan

karena didukung pula dengan saran dan prasana yang cukup mumpuni dan layak

untuk para santri belajar dengan tenang dan tertib. Untuk jumlah kelas XII sendiri,

Page 62: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

48

yang menjadi objek penelitian skripsi ini, terdapat 3 kelas putri dan 3 kelas putra.

Akan tetapi peneliti hanya membatasi penelitian pada kelas XII putri saja yang

jumlah keseluruhan siswanya mencapai 108 santri.

Dengan jumlah santri yang banyak, maka tidak mudah bagi guru dan

sekolah untuk mewujudkan pribadi berdisiplin santri. perlu adanya penerapan

disiplin yang pasti, pembinaan menyeluruh yang dilakukan guru, dan salah satu

upayanya adalah diterapkan reward dan punishment yang seimbang dan merata.

Tata tertib dan peraturan yang jelas dan tegas juga diperlukan untuk menumbuhkan

sikap disiplin santri yang jumlahnya kurang lebih 1000 orang.

4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Luas tanah sekitar 3 hektar membuat Pondok Pesantren ini bisa dibilang

Pondok pesantren besar dan luas dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap

dan memadai. Bangunan sekolah dan asrama antara putra dan putri dipisahkan oleh

masjid besar yakni masjid Nida An’naidi yang terletak di tengah area pondok ini.

Setiap bangunan putra dan putri berlantai 3 dengan kamar mandi yang tersedia di

setiap lantainya. Sedangkan kamar mandi untuk keseharian santri terjejer banyak di

lantai basement. Terdapat pula Aula yang cukup besar yang biasa digunakan santri

untuk mengadakan berbagai acara. Begitu juga disediakan dua lapangan yang

cukup nyaman digunakan para santri untuk berolahraga serta koperasi yang

dikelola oleh para guru untuk memenuhi kebutuhan harian para santri. Lab

komputer juga tak luput disediakan pihak pondok guna menunjang kemahiran

santri dalam bidang teknologi, agar santri tidak kekurangan informasi dan bisa

menyeimbangkan kemajuan zaman. Data lengkap terkaita sarana dan prasarana di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta dapat dilihat pada lampiran 1.

Asrama para guru pun tak luput dari perhatian pondok. Bagi para guru yang

sudah berkeluarga, disediakan rumah untuk ditempati bersama keluarganya dan

bagi para guru yang belum menikah di berikan juga beberapa kamar untuk

ditinggali dengan fasilitas yang nyaman dan layak untuk ditinggali para guru. Bagi

para wali santri yang sekiranya ingin menginap saat mengunjungi anaknya,

disediakan pula kamar tamu yang bisa ditempati untuk beberapa hari, biasanya

yang menggunakan fasilitas ini adalah wali santri yang datang dari luar jawa.

Fasilitas sarana dan prasarana yang ada di pondok pesnatren Daarul

Rahman Jakarta cukup memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan santri dan

Page 63: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

49

mendukung dalam proses mweujudkan kedisiplinana pondok. Salah satu upayanya

adalah dengan dipasangnya CCTV di setiap kelas dan di area pondok seperti

lapangan dan asrama santri. Hal ini dilakukan agar majelis guru dapat terus

mengawasi santri 24 jam dan meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Dipasangnya CCTV di kelas juga membuat guru terawasi sehingga akan kelihatan

guru yang tidak hadir atau yang datang terlambat. Monitor dari CCTV diletakkan

di kantor sekolah dan terdapat guru yang piket menjaganya secara bergantian.

5. Data Guru Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta adalah lembaga pendidikan islam

yang telah berdiri kurang lebih 43 tahun. Telah banyak pula mengeluarkan para

lulusan yang berkecimpung pada dunia dakwah dan pendidikan. Sebagian dari para

lulusan pondok ini dipilih dengan khusus dan direkrut untuk bisa mengabdikan

dirinya di pondok tempat mereka menimba ilmu pengetahuan. Maka tak heran bila

kebanyakan para guru yang mengajar di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta

tidak lain adalah para alumni dari pondok ini.

Beberapa guru salafi juga didatangkan langsung dari pesantren-pesantren di

Jawa guna memperkaya khazanah keilmuan santri di bidang pengetahuan kitab

kuning. Terdapat pula para guru yang merupakan lulusan luar negeri yakni

mengajar di pondok ini. Tercatat total guru di pondok pesantren ini mencapai

hampir 100 orang guru yang mengajar dalam bidang pelajaran yang berbeda-beda.

Jumlah guru yang banyak memang sesuai dengan kebutuhan pondok pesantren

yang bukan hanya mengawasi santri di sekolah saja, tetapi juga kegiatan harian di

pondok. Maka dari itu, terdapat wali kelas dan wali asuh dalam setiap kelas. Dan

semua guru di pondok ini adalah guru tetap. Data lengkap para guru di Daarul

Rahman Jakarta dapat dilihat dalam lampiran 2.

Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan Pondok Pesantren Daarul

Rahman Jakarta yang berjumlah cukup banyak, hal ini memungkinkan untuk

tegaknya peraturan dan tata tertib kedisiplinan yang bagus dan mumpuni. Tentunya

guru yang mampu menegakkan disiplin santri, adalah guru yang memulai disiplin

dari dirinya sendiri. kedisiplinan menjadi hal yang wajib diusahakan bersama untuk

terwujudnya lingkungan pondok yang kondusif dan agar semua tujuan dari

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tepat guna dan sasaran. Para guru

yang tinggal di asrama pondok biasanya adalah para guru muda yang bertugas dan

Page 64: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

50

bertanggung jawab atas berjalannya peraturan dan kedisiplinan santri sehari-hari.

Tetapi para guru yang lebih senior dan telah mengajar cukup lama dan telah

berkeluarga, biasanya hanya ada dan hadir saat waktu sekolah saja, sehingga hanya

bertanggung jawab untuk mengawasi kedisiplinan santri saat di kelas. Para guru

yang tinggal di asrama cukup banyak pula, mereka mengawasi dan mengontrol

santri, kehadirannya bisa dibilang sebagai pengganti orang tua santri saat di

pondok.

B. Deskripsi dan Analisis Data

Daarul Rahman Jakarta adalah pondok pesantren modern yang

mengkolaborasikan antara kurikulum modern dan salafi. Di pondok ini santri tidak

hanya dikenalkan dan diajarkan ilmu agama dan umum saja, melainkan juga dilatih

dan dibiasakan untuk bersikap disiplin dalam segala aspek, baik disiplin dalam ibadah

ataupun disiplin dalama belajar dan kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini,

peneliti akan menjabarkan hasil penelitian tentang penerapan reward dan punishment

sebagai strategi pembinaan disiplin kelas XII. Pengawasan kedisiplinan kelas XII

diawasi langsung oleh majelis guru dan ketua IP4DR yakni pengurus dari kelas XI

yang menjadi tangan kanan majelis guru yang mengurus santri dari kelas VII sampai

kelas XII dalam kegiatan sehari-harinya.

Aktivitas harian santri yang cukup padat membuat tata kedisiplinan menjadi

hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hari padat bagi santri terhitung dari hari

Senin sampai dengan Sabtu. Mulai dari santri bangun untuk sholat Subuh berjamaah

jam 04:00 sampai kegiatan terakhir yakni belajar malam di kelas dari jam 20:00-

22:00, santri wajib mengikuti semua kegiatan ini dan mematuhi peraturan yang

berlaku. Tetapi untuk hari Jumat dan Sabtu santri hanya bersekolah dari jam 07:00

sampai jam 11:00 saja (hari biasa dari jam 07:00 - 12:45). Khusus pada hari Sabtu,

setelah sekolah selesai, akan dilajutkan dengan kegiatan Muhadhoroh atau latihan

pidato yang berlangsung di kelas masing-masing dari jam 12:00 sampai jam 13:00.

Santri diberikan libur pada hari Minggu. Tetapi pada pagi harinya santri diwajibkan

untuk berolahraga dari jam 06:00 – 08:00 dan kemudian dilanjutkan dengan Tanziful

„Aam (bersih-bersih pondok bersama) sampai selesai. Untuk lebih jelasnya kegiatan

harian santri, akan ditampilkan dalam table berikut:

Page 65: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

51

Tabel 4.2

Jadwal Keseharian Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

No. Waktu Kegiatan Santri

1. 04:30 – 05:00 Sholat berjamaah

2. 05:00 – 05:30 Membaca Al-Quran/ Kitab Salafiyah di kelas

3. 05:30 -06:30 Mandi dan Sarapan Pagi

4. 06:30 – 07:00 Persiapan masuk kelas/ Muhadatsah Bahasa Arab dan

Inggris setiap hari Kamis dan Sabtu

5. 07:00 – 12:45 Sekolah

6. 12:30 – 14:30 Makan siang, sholat Dzuhur, dan istirahat

7. 14:30 – 15:40 Sholat Ashar berjamaah

8. 15:40 – 16:30 Kegiatan intrakurikuler (belajar kitab salafiyah di kelas)

9. 16:30 – 17:30 Makan sore dan persiapan sholat maghrib berjamaah

10. 17:30 – 18:30 Sholat Maghrib berjamaah

11. 18:30 – 19:20 Membaca Al-quran / Mengaji kitab Salafiyah di kelas

12. 19: 20- 20:00 Persiapan belajar malam

13. 20:00 – 22:00 Belajar malam di kelas

14. 23:00 – 04:00 Istirahat / Tidur

Kegiatan harian santri menuntut santri untuk mengikuti segala peraturan dan

kedisiplinan agar semua kegiatan yang telah tersusun di atas dapat terlaksana dengan

baik. Dapat dibayangkan seandainya santri terlambat bangun subuh, maka akan

berdampak pada ketidakhadiran santri di masjid untuk sholat berjamaah, dan tentunya

ini memicu pelanggaran baru yang tidak diinginkan. Hidup di pondok pesantren dengan

segudang peraturannya memang tidaklah mudah. Maka dari itu, pondok mendidik

santri bukan hanya untuk berdisiplin. tetapi menjadikan sikap disiplin tersebut sebagai

sebuah kebutuhan.

Pemaparan semua data dan informasi yang didapatkan peneliti tentang

penerapan reward dan punishment sebagai strategi pembinaan disiplin santri kelas XII

di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta meliputi analisis peneliti pada tata tertib

yang harus dipatuhi santri kelas XII, macam-macam pelanggaran dan hukuman yang

akan diterima santri ketika melanggarnya, analisis dan data santri kelas XII yang

melanggar peraturan.

1. Penerapan Reward dan Punishment Sebagai Strategi Pembinaan Disiplin

Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

Pembinaan disiplin santri dilakukan oleh majelis guru untuk menumbuhkan

sikap disiplin dan melatih santri untuk untuk terbiasa mematuhi peraturan tanpa

adanya paksaan. Salah satu upaya yang dilakukan guru agar terlaksananya

Page 66: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

52

pembinaan disiplin yang baik dan sesuai harapan adalah dengan penerapan

reward dan punishment kepada santri kelas XII. Walaupun pada kenyataan yang

terjadi di lapangan, yang paling mendominasi santri adalah pemberian sanksi

(punishment) dari pada pemberian ganjaran/hadiah (reward). Santri kelas XII

dianggap sudah mengerti dan paham serta tidak membutuhkan lagi adanya

stimulus dengan pemberian reward, sebab mereka sudah terbiasa dan dilatih

untuk berdisiplin sedari kelas VII. Upaya lainnya yang dilakukan guru agar santri

mau berdisiplin adalah dengan memulainya dari pribadi guru sebagai teladan bagi

santrinya. Hal ini senada dengan yang dijabarkan oleh Ustzah Zulfa Yunita selaku

wali asuk kelas XII:

“Upaya agar santri mau berdisiplin seperti membuat surat perjanjian di awal

tahun ajaran masuk, agar santri lebih berfikir lagi saat ingin melanggar.

Yang kedua, untuk meningkatkan kedisiplinan santri, harus dimulai dulu

dari pribadi gurunya. Semisal, agar santri tidak ada yang telat jamaah, maka

guru juga harus ikut membangunkan santri saat subuh.”71

Seluruh majelis guru mempunyai tanggung jawab untuk menegakkan

disiplin kelas XII dan diberikan kewenangan pula untuk memberikan sanksi

ketika terdapat kelas XII yang melanggar peraturan. Terkadang majelis guru juga

melakukan pemerikasaan pada kamar dan masing-masing lemari kelas XII untuk

memastikan bahwa tidak ada barang haram (Handphone) yang disimpan oleh

santri. Ketua Pelajar IP4DR (pengurus dari kelas XI) bertanggung jawab pula

untuk mengatur dan mengurus kelas XII dari mulai kedisiplinan dalam sholat

jamaah, keterlambatan masuk sekolah, izin keluar pondok, dan menghukum kelas

XII ketika melanggar peraturan yang berlaku.

1) Penerapan Reward pada Santri Kelas XII

Penerapan reward dalam ilmu pendidikan merupakan salah satu alat

yang dapat digunakan guru untuk menegakkan disiplin siswa. Hasil observasi

dan wawancara yang peneliti dapatkan dari penelitian di Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta menunjukan bahwa penerapan reward bagi kelas XII

belumlah berjalan dengan baik. Bahkan penerapan reward cenderung

diabaikan dan dianggap tidak perlu oleh para majelis guru yang

bertanggungjawab pada kelas XII. Seperti yang diungkapkan wali asuh kelas

71 Hasil wawancara dengan Ustadzah Zulfa Yunita, Wali Asuh Kelas XII Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta (01 Agustus 2019), di Asrama Guru Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

Page 67: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

53

XII, yakni Ustadzah Zulfa Yunita : “Kalau untuk reward belum berjalan

dengan baik, tapi kalau punishment sudah berjalan dengan sangat baik.

Tetapi dengan ini guru juga sadar dan menjadi teguran juga bagi diri guru

yang kurang peduli pada santri yang telah taat. Bisa menjadi bahan evaluasi

juga”72

Ustadzah Zulfa Yunita selaku wali asuh kelas XII sebetulnya

memahami dan arti penting reward dan merasa tidak ada keseimbangan bila

hanya punishment (sanksi) yang diberikan kepada kelas XII. Sebab bila

begitu, maka lambat laun santri akan merasa tertekan dengan peraturan,

pelanggaran, dan hukuman tanpa adanya bentuk penghargaan dari guru akan

sikap disiplin dan sikap baik mereka.

Walaupun pemberian reward belum berjalan dengan baik bagi kelas

XII, terdapat usaha-usaha lain yang bisa dilakukan guru untuk menumbuhkan

semangat berdisiplin santri, salah satunya adalah dengan memberikan

nasihat, motivasi, dan pendekatan personal kepada mereka. Hal ini senada

dengan yang disampaikan oleh Ustad Qosim Susilo, selaku kepala sekolah di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, beliau berkata:

“Selain dari pemberian reward bagi anak, itu ada memberikan

kesadaran, nasihat, perhatian. Juga penting memberikan pendekatan,

khusunya wali kelas dan wali asuh. Setiap malam mengontrol anak.

Mengajak ngobrol anak dari hati ke hati. Pendekatan secara personal.

Contoh: membangkitkan semangat belajar anak dengan cara mengajak

bicara anak. Semisal anak itu pekerjaan orangtuannya buruh.

Diberikanlah nasihat anak kepada anak itu ketika dia malas belajar

“kalau kamu malas belajar di pondok, akan semakin memberatkan

kehidupan orang tuamu. Tapi kalau kamu pintar dan rajin belajar.

Kamu tidak harus menjadi buruh lagi. Dengan pengetahuan kamu bisa

punya kehidupan yang lebih baik dari orang tuamu sekarang. Kamu

bisa mengajar, menjadi pembimbing.”73

Sebagai kepala sekolah, Ustad Qosim selalu menghimbau kepada para

guru untuk melakukan pendekatan pada para santri. Terlebih pada santri yang

sering melanggar. Baiknya diajak bicara dari hati ke hati untuk membangun

kedekatan pada santri agar guru dapat memahami dan mengetahui apa yang

selama ini membuat santri sulit untuk berdisiplin. Bila santri yang melanggar

hanya dihukum dan dimarahi saja, maka yang tertanam dibenak santri hanya

ada ketakutan pada hukuman dan bukan rasa segan. Dan akan terbentuk

72 Ibid, Ustadzah Zulfa Yunita.

73 Op.Cit, Ustad Qosim Susilo.

Page 68: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

54

mindset bahwa disiplin berbanding lurus pada hukuman, sehingga santri

mematuhi peraturan karena paksaan yakni karena takut dihukum. Tetapi bila

santri diberi motivasi dan nasihat serta dibimbing dan diberi pengertian

bahwa dengan berdisiplin berarti membantu diri sendiri untuk tidak terjebak

dalam masalah yang hanya akan membuat santri tidak betah di pondok

2) Penerapan Punishment Pada Santri Kelas XII

Penerapan punishment (sanksi) adalah salah satu metode yang populer

untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Bisa dibayankan bila di

seolah hanya ada peraturan dan tata tertib tetapi tidak ada sanksi yang

diberikan guru ketika terdapat siswa yang melanggar. Maka bisa dipastikan

tata tertib dan peraturan yang diberlakukan bagi siswa tidak akan bisa

berjalan baik, bahkan siswa akan cenderung mengabaikan dan tidak peduli

pada peraturan tersebut. Maka penerapan sanksi menjadi hal yang penting

dan perlu diperhatikan guru akan syarat dan tujuannya. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh Ustadzah Zulfa Yunita selaku wali asuh kelas XII tentang

kelebihan dari penerapan sanksi bagi siswa, beliau berkata: “Kelebihan

punishment agar pelanggaran itu tidak terjadi pada anak yang lain. Bisa

menjadi kaca perbandingan juga untuk anak lain yang tidak melanggar.

Kelebihan dari punishment juga memberikan dampak anak lain menjadi takut

untuk melanggar karena takut dihukum seperti temannya.”74

Menurut

Ustadzah Zulfa, manfaat terbaik dari pemberian sanksi adalah terdapatnya

efek jera pada diri santri, sehingga santri tidak akan berani untuk melakukan

pelanggaran, sebab tidak ingin dihukum.

Penerapan punishment di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta

sudah terlihat baik berjalan dengan lancar dan sesuai tujuannya. Hal ini dapat

terlihat dari sangat perhatiannya pondok membuat tata tertib, pelanggaran

dan sanksi yang semuanya harus dijalankan, dipatuhi, dan diterima oleh

santri kelas XII. Tetapi masih saja terdapat kekurangan dalam

pelaksanaannya. Salah satunya adalah karena mejelis guru yang bertanggung

jawab dengan kelas XII, mayoritas adalah asatidzah yang tinggal di asrama

guru yang kebanyakan umurnya masih muda dan tidak beda jauh jaraknya

74 Ibid.

Page 69: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

55

dengan kelas XII. Dapat dikatakan bahwa kurangnya rasa segan kelas XII

terhadap para ustadzah yang memberikan hukuman menyebabkan penerapan

disiplin menjadi tidak stabil. Misalnya ketika ada santri yang melanggar dan

guru memanggil mereka untuk diberikan hukuman, maka santri tersebut akan

lama datangnya seakan mengulur waktu pemberian hukuman atau

mengabaikan panggilan dari majelis guru.

Semua guru yang menjadi koordinator bagian, dapat menghukum

santri kelas XII ketika mereka melanggar peraturan. Misalnya santri

melanggar kedisiplinan pondok, maka akan dihukum oleh guru koordinator

bagian keamanan. Ketika mereka melanggar misalnya tidak ikut sholat

jamaah di masjid, maka guru koordinator bagian pengajaran yang akan

memberikan sanksi. Dan ketika santri ada yang melanggar masalah

kebersihan pondok, maka guru koordinator bagian kesehatan yang akan

menetukan sanksinya. Bila ada guru yang mendapati/memergoki santri

melakukan pelanggaran, maka guru tersebut akan melaporkan santri yang

melanggar kepada guru yang bertanggungjawab pada bagiannya masing-

masing. Walau begitu, semua guru berhak dan mempunyai kewajiban untuk

menegur dan mengawasi bila ada santri yang ketahuan melanggar peraturan.

3) Upaya Guru dalam Penerapan Reward dan Punishment

Upaya guru dalam penerapa reward dan punishment agar terwujudnya

disiplin santri yang baik dan berjalan sesuai dengan tujuannya, tentunya

bukanlah hal mudah. Terdapat berbagai macam kendala, baik yang muncul

dalam diri siswa ataupun dari diri guru sendiri. Salah satu upaya agar

pemberian sanksi berjalan sesuai dengan aturan dan prinsip sanksi yang

seharusnya adalah dengan dibuatnya aturan kedisiplinan, sehingga akan

terlihat apa saja hal-hal yang tidak boleh dilanggar santri dan konsekuensi

hukuman yang akan diterima bila melanggar peraturan tersebut. Berikut

adalah analisis dari jenis-jenis pelanggaran, sanksi yang di terima, catatan

pelanggaran santri kelas XII (2019) dan pengelolaan kedisiplinan guru.

1) Analisis Pelanggaran dan Sanksi yang Berlaku untuk Santri Kelas XII

Tata tertib kelas XII tertulis pada program kerja Ketua Pelajar IP4DR

Masa Bakti 2019-2020 yang berisi tata tertib, jenis-jenis pelanggaran dan

sanksi-sanksi yang diberikan ketika melanggar peraturan tersebut. Ketua

Page 70: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

56

Pelajar mengatur kedisiplinan bagi santri kelas XI dan XII (kelas 5 dan 6).

Majelis guru pun ketika memberikan sanksi kepada santri kelas XII akan

berpedoman pada program kerja ketua pelajar.

Program kerja ketua pelajar disahkan dan dibacakan ketika tahun

ajaran baru dimulai. Ketua pelajar merancang program kerja yang akan

berlaku selama satu tahun masa jabatannya. Lalu akan dibacakan pada

musyawarah kerja yang akan dihadiri oleh seluruh santri kelas XII. Santri

kelas XII yang merasa keberatan dengan pelanggaran dan sanksi yang tertulis

dalam program kerja, boleh menyuarakan keberatannya dan akan

dipertimbangkan lagi oleh ketua pelajar dan majelis guru. Setelah

pengesahan program kerja ketua pelajar, maka kelas Bisa dikatakan bahwa

ketua pelajar adalah kaki-tangan dari majelis guru yang bertugas untuk

membantu dalam penegakan disiplin santri kelas XII. Berikut adalah jenis-

jenis pelanggaran kelas XII dan sanksi yang diberikan:

Tabel 4.3

Jenis-Jenis Pelanggaran Santri Pondok Pesantren

Daarul Rahman Jakarta

No. Jenis

Pelanggaran

Keterangan Pelanggaran

1. Pelanggaran

Ringan

1) Tidak mendaftarkan diri ketika haid dan

melaporkan ketika suci.

2) Tidak hadir saat pengabsenan mingguan

3) Tidak melipat kerudung

4) Tidak memakai almamater pada saat penyidangan

dan saat bertugas

5) Tidak memakai baju muslimah pada saat hari

minggu

6) Tidak mengikuti konsulat pada saat 1 bulan sekali

7) Tidak membuang sampah pada tempatnya

8) Membuang air pada tangga

2. Pelanggaran

Sedang

1) Tidak memakai selayer, daleman, leging pada saat

upacara dan sekolah

2) Tidak melapor apabila telah kembali ke pondok

saat izin pulang dan izin harian

3) Tidak memakai celana panjang saat tidur

4) Tidak mengikuti tanzin umum setiap 2 minggu

sekali

5) Memakai mukena di atas jam 20.00 WIB

6) Memakai sandal pada batas suci

7) Jajan di gerbang apabila lebih dari jam yang

Page 71: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

57

ditentukan

8) Tidak jalan pada jalan yang telah ditentukan

9) Menguncir/menggelung rambut (membuat konde

besar)

10) Tidak melakukan administrasi saat izin keluar dan

izin pulang

11) Menggunakan gamis yang berkaret

12) Memakai rok span

13) Tidak memakai sepatu pantopel saat upacara

14) Tidak memakai bros saat keluar rumah

15) Tidak melipat kerudung

16) Tidak mengancingkan pakaian

17) Tidak melapor sehabis pulang/izin harian

3. Pelanggaran

Berat

1) Tidak izin terlebih dahulu apabila handak izin

pulang dan izin harian

2) Tidak sholat berjamaah di masjid

3) Tidak melunasi administrasi organisasi IP4DR

4) Tidak izin apabila ingin bertemu dengan saudara

kandung di putra

5) Menggunakan pakaian ketat atau kecil

6) Tidak izin terlebih dahulu apabila ingin

berkonsultasi dengan pengurus putra

7) Tidak izin ke area putra

8) Mengizinkan alumni/alumnus menginap di kamar

9) Tidak memakai kerudung di luar area kamar

mandi.

10) Memakai kaos di luar waktu yang telah ditentukan

11) Tidak membawa kartu izin harian

12) Tidak mengikuti olahraga

13) Online

14) Dijenguk bukan pada waktunya

15) Berpura-pura sakit dan haid

16) Mewarnai rambut

17) Kelihatan rambut

18) Duduk di taman/saung belakang

19) Menyalahgunakan perizinan

20) Memakai aksesoris

21) Memakai celana pendek dan tengtop pada saat

tidur

22) Jajan di gerbang pada malam hari

23) Memesan makanan via aplikasi. (Go Food)

24) Membuka aurat (kerudung/rok) di tempat wudhu

dan mengantri di kamar mandi

25) Pulang tanpa dijemput walinya

26) Keluar mengajak teman ketika dijenguk

27) Membuat kegaduhan

28) Tidak izin meeting dengan saudara kandung

29) Mengangkat rok tingkat tinggi

30) Memakai mp3 dan music box bukan pada

waktunya

Page 72: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

58

4. Pelanggaran

Khusus

1) Membawa handphone

2) Berpacaran

3) Asusila/lesbi (usir)

4) Mengonsumsi obat-obatan terlarang

5) Tidur di rumah pembantu atau rumah tetangga

6) Menitipkan barang elektronik di rumah

tetangga/tukang laundry

7) Tidak izin keluar pondok (kabur)

8) Mengambil hak milik orang lain

9) Membohongi pengurus dan majelis guru.

Semua jenis tata tertib, pelanggaran, dan kategori sanksi di terapkan

merata dari kelas 1-6 (VII-XII). Tidak terdapat perbedaan dalam penerapan

pelanggaran santri, hanya saja bila kelas 1-4 di bawah tanggung jawab

pengurus IP4DR, tetapi kelas 5 dan 6 di bawah tanggung jawab majelis guru.

semua jenis pelanggaran yang tercantum di atas kebanyakan adalah

pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari santri

di asrama. Dari mulai hal kecil sampai hal-hal besar semua diperhatikan dan

dibuatkan peraturan agar terciptanya kedisiplinan dan kepatuhan santri yang

dibutuhkan pondok agar terwujudnya pondok yang berkualitas. Bila sekilas

diamati, sangat banyak sekali hal yang diatur pondok dari mulai santri

bangun tidur di pagi hari, sampai ketika hendak tidur di malam hari. Tetapi

tata tertib dan pelanggaran yang tercantum di atas bukan untuk membatasi

santri dalam aktivitasnya, melainkan untuk mengarahkan santri pada sikap

disiplin dan membangun karakter mandiri. Setiap jenis pelanggaran

mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Berikut adalah uraiannya:

1) Pelanggaran Ringan

Pelanggaran ringan adalah pelanggaran yang masih bisa ditolerir

bagi santri yang melanggarnya, seperti diberi teguran, tanpa namanya

dicatat pada buku pelanggaran. Biasanya hukuman yang didapat dari

pelangaran ringan adalah hukuman di tempat atau diberi sanksi ringan.

Pelanggaran ringan menyangkut etika dan kebersihan pondok seperti

tidak boleh membuang sampah sembarang, membuan air di tangga

karena akan membuat tangga licin dan membahayakan santri lain, dan

tidak boleh mandi lewat dari jam yang telah ditentukan, yakni batas

mandi untuk sore hari adalah sampai jam 18:00. Dari pelanggaran ringan

kita bisa mengamati bahwasanya pondok membuat aturan tentu dengan

maksud dan tujuan yang baik.

Page 73: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

59

Peraturan diciptakan untuk membangun sikap disiplin santri yang

bukan hanya terjadi saat di pondok saja, tetapi saat masa liburan dan

pulang ke rumah pun santri akan telah terbiasa hidup disiplin dan teratur.

Hal ringan seperti tidak melipat kerudung, tidak memakai almamater

saat pengurus mengadakan sidang dan tidak mendaftarkan diri saat haid,

juga termasuk pelanggaran ringan. Pondok sangat memperhatikan setiap

santrinya bahkan dalam urusan kecil sekalipun. Sebab untuk

menciptakan hal-hal besar akan dimulai dari hal kecil terlebih dahulu.

2) Pelanggaran Sedang

Hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran sedang kebanyakan

menyangkut tata tertib kerapihan dalam menggunakan atribut sekolah

ataupun dalam berbusana sehari-hari. Seperti tidak memakai slayer, tidak

memakai sepatu pantopel saat upacara, tidak memakai bros, tidak

mengancingkan baju, memakai rok yang sempit, dan tidak memakai

celana panjang saat tidur malam hari. Pondok pesantren sangat

memperhatikan masalah berbusana ini, karena diri seseorang tercermin

dari bagaimana mereka berpakaian. Pengurus atau majelis guru akan

langsung menegur santri yang kedapatan memakai rok ketat, atau tidak

memakai bros sehingga auratnya khawatir terlihat, tidak memakai gamis

berkaret sebab akan membentuk lekuk tubuh dan santri yang tidak

memakai celana panjang saat tidur malam.

3) Pelanggaran Berat

Bila diamati, hal-hal yang termasuk dalam jenis pelanggaran berat

cukup banyak. Beberapa pelanggaran terkait dengan masalah perizinan.

Ini menujukan bahwa masalah perizinan menjadi masalah yang cukup

serius dan tidak bisa dianggap remeh. Misalnya saat ada santri putri yang

ingin pulang ke rumah karena suatu alasan, dan pulangnya dia tidak izin

terlebih kepada pengurus IP4DR maka santri tersebut bisa dianggap

kabur dari pondok. Beda halnya ketika dia izin terlebih dahulu ketika

akan pulang, maka tidak akan dianggap kabur dari pondok. Sedangkan

hukuman karena kabur dari pondok bukanlah hal yang ringan, melainkan

pelanggaran berat dan akan mendapat hukuman yang berat pula.

Selain masalah perizinan, pelanggaran berat juga termasuk dalam

hal-hal yang berkaitan dengan adab dan tingkah laku santri seperti

Page 74: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

60

memakai aksesoris. Santri dilarang memakai aksesoris seperti gelang,

kalung, dan cincin. Terlebih bila yang dipakai adalah aksesoris berbahan

emas, dianjurkan kepada snatri untuk tidak memakainya di pondok

sehari-hari. Karena pondok sangat menjaga dan mewanti santri akan

setiap bentuk pencurian dan kehilangan barang-barang santri. termasuk

dalam pelanggaran berat yang menyangkut adab adalah mewarnai

rambut, memakai celana pendek dan tengtop saat tidur malam, dan

menggunakan pakaian ketat atau kecil. Mengenai sanksi pelanggaran

tentang berpakaian ini kadangkala bagian keamanan pondok akan

menggunting baju yang ketat, tengtop atau celana pendek yang

digunakan saat tidur malam.

Pelanggaran berat yang berkaitan dengan masalah adab juga

termasuk di dalamnya adalah pura-pura sakit dan pura-pura

haid/menstruasi. Santri yang berpura-pura sakit dan haid biasanya karena

mereka malas dan menghindari kegiatan di pondok. Para pengurus

biasanya selalu mengecek semua kamar santri setiap akan sholat jamaah,

saat sekolah, waktu olahraga, dan kegiatan lainnya. Dan mereka

(pengurus) akan menanyakan satu-persatu santri bila masih ada yang

tersisa di kamar. Bila saat ditanya, santri menjawab sakit, maka pengurus

akan memberikan surat izin orang sakit (tasyrih) atau membawa mereka

ke kamar bagian kesehatan. Tetapi bila santri ternyata ketahuan pura-

pura sakit/haid, maka hukuman yang didapat pula akan berat.

4) Pelanggaran Khusus

Pelanggaran khusus atau pelanggaran besar mencakup tata tertib

inti yang dilanggar oleh santri. Pelanggaran khusus biasanya tidak bisa

ditolerir lagi. Sangat fatal sekali bila ada santri kelas XII yang

melanggaran tata tertib ini. Ustadzah Zulfa Yunita selaku wali asuh kelas

XII mengatakan:

”Sebelum tahun ajaran awal dimulai, semua anak kelas akhir

diberikan surat perjanjian yang ditandatangani oleh mereka. Dalam

surat perjanjian itu mereka menyetujui beberapa pelanggar yang

tidak boleh dilanggar dan hukumannya bila pelanggaran itu

dilakukan. Surat perjanjian ditandatangni langsung oleh siswa dan

orangtuanya. 75

75 Ibid, Ustadzah Zulfa Yunita.

Page 75: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

61

Khusus untuk kelas XII, sebelum mereka memulai tahun ajaran

baru, diadakan perjanjian di atas materai di depan santri, wali asuh dan

wali murid tentang tata tertib inti yang tidak boleh dilanggar. Seperti

membawa handphone, berpacaran, ataupun kabur. Semua tata tertib ini

menjadi perjanjian tertulis yang apabila dilanggar maka hukumannya

adalah diberikan surat peringatan, bahkan pengusiran dari pondok.

Hampir semua pelanggaran besar/khusus berkaitan pula dengan

pelanggaran Syariah Islam, seperti berpacaran, asusila, mengambil hak

milik orang lain dan mengonsumsi obat-obatan terlarang. Pelanggaran-

pelanggaran ini bukan hanya akan mendapat hukuman ketika dilanggar,

tetapi juga mendapat dosa dari Allah. Berbeda dengan pelanggaran kecil

dan sedang yang kebanyakan hanya menyangkut masalah kedisiplinan

dan ketertiban di pondok, pelanggaran khusus juga menyangkut norma,

adab, agama. Maka pondok memperingatkan dengan keras macam-

macam pelanggaran khusus/besar ini dengan membuatkan banner

peringatan yang dipajang di dinding asrama pondok yang mudah terlihat

oleh banyak santri

Semua jenis pelanggaran yang telah disebutkan di atas, memiliki

konsekuensi sanksi yang bermacam kategorinya. Dari mulai sanksi di tempat

untuk pelanggaran ringan, sanksi menghafal pelajaran dan bersih-bersih area

pondok untuk pelanggaran sedang dan berat, serta sanksi diberikan surat

peringatan, iqrar, dan bahkan pengusiran bagi santri yang melanggar

pelanggaran berat dan khusus. Berikut adalah macam-macam kategori

sanksi bagi santri yang melanggar peraturan.

Page 76: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

62

Tabel 4.4

Macam-Macam Kategori Sanksi Santri

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

No. Kategori

Sanksi

Keterangan Sanksi

1. Sanksi Di

Tempat

1) Lari di tempat 3 menit

2) Operasi semut (minimal 30 menit)

3) Menyapu seluruh kelas dan asrama putrid

4) Mengepel 1 lantai

5) Mengepel semua tangga

6) Membersihkan kamar mandi

7) Membuang sampah + mencuci tong sampah

8) Mengelap jendela semua kelas

9) Menyapu depan kelas putri

10) Disita, digunting (jika perlu)

2. Sanksi

Ringan

1) Menulis Istighfar 200 kali + mengelilingi lapangan

putri

2) Menulis Istghfar 250 kali + berjalan dari depan kantor

pengurus putri sampai depan pos satpam

3) Lari lapangan 5 kali + menulis Istighfar 300 kali +

berjalan dari depan kantor pelajar sampai depan pos

satpam

4) Lari di lapangan 10 kali + menulis sholawat nariyah 30

kali

5) Dijemur di lapangan putri sambil menghafal 5 ayat

surat Al-Anfal

6) Dijemur di lapangan putri istirahat pertama dan kedua

+ menulis istighfar 300 kali

7) Dijemur di lapangan putri saat istirahat pertama dan

kedua selama 3 hari + hafalan 2 nusus

8) Dijemur di depan kamar majelis guru (gedung baru)

selama 3 hari + hafalan 2 surah

9) Tandzif kamar majelis guru + hafalan 1 judul

mutholaah dan 1 judul nusus

10) Membaca Al-Quran di depan kamar Majelis Guru 1

hari + hafalan surah 10 ayat

3. Sanksi

Sedang

1) Membaca Al-Quran di depan kamar majelis guru

2) Hafalan 1 judul mutholaah + membaca Al-Quran di

depan kamar majelis guru 3 hari

3) Hafalan 2 judul mutholaah + 2 judul nusus + menyikat

2 kamar mandi

4) Hafalan 2 judul muthalaah + 3 judul tarikh islam +

tandzif tempat makan 3 hari

5) Hafalan 2 judul + 1 surat al-quran yang telah dipelajari

+ tandzif kamar majelis guru dna jemuran belakang 3

hari

6) Hafalan 3 judul muthalaah + 2 judul nusus + 2 surah

Page 77: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

63

al-quran yang telah dipelajari + tandzif kamar majelis

guru selama 3 hari

7) Hafalan 3 judul muthalaah + 2 judul tarikh islam + 2

surah al-quran + tandzif di tempat makan 3 hari +

membaca al-quran di depan kantor sekolah 3 hari

8) Tanda tangan semua pengurus dan mejelis guru.

4. Sanksi

Berat

1) Memakai jilbab khusus selama 3 hari + dijemur di

depan kantor sekolah 3 hari + hafalan 2 judul

muthalaah

2) Memakai jilbab khusus selama 5 hari + membaca al-

quran di depan kantor sekolah selama 3 + tandzif

seluruh lapangan putri

3) Memakai jilbab khusus selama 6 hari + membaca al-

quran di depan kantor sekolah selama 3 hari + cabut

perizinan

4) Memakai jilbab khusus selama 8 hari + hafalan 2 surah

al-quran yang sudah ditentukan + cabut perizinan +

tandzif lantai 1,2,3 (1 hari)

5) SP 1

6) SP 2 (Iqrar)

7) SP 3 (dikembalikan ke orang tua)

5. Sanksi

Khusus

1) SP 1

2) SP 2 (Iqrar)

3) SP 3 (dikembalikan ke orang tua)

Sumber: Program Kerja Ketua Pelajar Masa Bakti 2019-2020

Bila diamati, hampir tidak ada hukuman fisik seperti mencubit,

memukul, atau menyuruh santri untuk push up. Hal ini jelas sekali bahwa

Pondok Pesantren Daarul Rahman menggunakan hukuman pedagogis yang

bermanfaat bagi santri yang melanggar. Hukuman pedagogis lebih

dibutuhkan santri, selain menimbulkan efek jera, hukuman pedagogis seperti

menghafal pelajaran, membaca Al-quran, dan bersih-bersih lingkungan

pondok akan berdampak baik bukan hanya pada diri santri, tetapi juga pada

lingkungan pondok. Demikian pula yang diterangkan oleh Kepala sekolah

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta yakni Ustad Qosim Susilo tentang

hukuman fisik dan hukuman pedagogis:

“Kekurangan dari pemberian sanksi adalah yang kelewatan batas.

Hukuman yang tidak sesuai dengan kondisi anak. Seperti contoh anak yg

fisiknya lemah, diberikan hukuman yang berupa fisik. Misalnya anak

putri disuruh push up, maka tidak baik untuk tubuhnya. Dihukum berdiri

Page 78: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

64

yang lama. Lebih baik disuruh duduk dan sambil menghafal. Kecuali

jika disuruh berdiri sambil membaca atau menghafal pelajaran.”76

Menurut Ustad Qosim, hukuman fisik sangat riskan diberikan kepada

santri yang melanggar peraturan, apalagi bila santri tersebut mempunyai fisik

yang lemah, yang mana bila dihukum berlari di lapangan akan berdampak

buruk bagi kesehatannya. Maka Ustad Qosim lebih menganjurkan guru untuk

memberikan hukuman yang lebih bermanfaat untuk belajarnya, yakni

menghafal pelajaran.

Senada dengan pernyataan Ustad Qosim, wali asuh kelas XII yakni

Ustadzah Zulfa Yunita juga berpendapat tidak setuju akan hukuman fisik :

“Tidak setuju, karena santri kelas akhir ini adalah santri yang sudah cukup

besar yang bila dikasih tau saja atau ditegur sudah cukup mengerti. Santri

lebih takut jika namanya dicatat dari pada hukuman cubit. Sekarang tidak ada

lagi hukuman cubit atau fisik.”77

Ustadzah Zulfa Yunita menganggap tidak

perlunya hukuman fisik seperti mencubit dan memukul dengan rotan tipis,

sebab kelas XII sudah dianggap dewasa sehingga sudah mampu

membedakan mana yang baik dan buruk serta tidak perlu adanya hukuman

fisik seperti itu. Namun begitu, dalam islam, sanksi pukulan adalah salah satu

cara yang telah ditetapkan oleh Islam. Namun cara ini dilakukan pada tahap

akhir setelah nasihat dan boikot tidak lagi mempan.78

Saat di kelas pun, wali

kelas XII yaitu Ustad Salman Al-Farisi menegaskan bahawa tidak ada

hukuman fisik bagi kelas XII yang tidak mengerjakan tugas atau tidak

menuruti perkataan guru. Ustad Salman menerapkan hukuman pedagogis

seperti:

“Hukuman pedagogis diantaranya: berdiri di depan kelas, menghafal

pelajaran-pelajaran tertentu seperti: Nusus Adabiyah, Mutholaah, Hadist,

Tafsir dan Al-quran. Pemberian sanksi juga tergantung jenis

kesalahannya/pelanggarannya, seperti tidak hafal pelajaran didirikan di

depan kelas sambil menghapal, tidak mengerjakan PR disuruh keluar

kelas sambil menyelesaikan PR.”79

76 Hasil wawancara dengan Ustad Qosim Susilo, Kepala Sekolah Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta (25

Juli 2019), di kantor sekolah Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

77

Hasil wawancara dengan Ustadzah Zulfa Yunita, Wali Asuh Kelas XII Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta (01 Agustus 2019), di asrama guru Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

78 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam; Pendidikan Anak dalam Islam, Penerjemah, Emiel Ahmad,

Cet. Ke-5, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2017) h. 443.

79

Hasil wawancara dengan Ustad Salman AlFarisi, Wali Kelas XII Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta (01

Agustus 2019), di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

Page 79: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

65

Sebagai wali kelas XII, Ustad Salman mempunyai peran penting untuk

membimbing santri belajar dan mempersiapkan kelas XII untuk ujian akhir di

pondok. Ustad Salman selalu mengawasi belajar santri dengan mengecek

hafalan mereka, mengulang penjelasan untuk pelajaran yang masih sukar

dipahami dan memberikan motivasi dan dorongan agar kelas XII selalu

semangat belajar dan mempersiapkan sebaik mungkin diri mereka untuk

ujian akhir kelulusan.

2) Analisis Kesesuain Jenis Pelanggaran dan Sanksi Santri Kelas XII

Tahun 2019

Ketika terdapat santri kelas XII yang melanggar peraturan pondok,

maka majelis guru dan ketua pelajar berhak untuk memberikan hukuman

yang sesuai dengan jenis pelanggarannya. Akan tetapi, untuk pelanggaran

kecil dan sedang, ketua pelajar dan majelis guru tidak memasukkannya ke

dalam buku catatan pelanggaran. Bisa dikatakan bahwa hanya pelanggaran

berat dan khusus saja yang masuk dalam buku catatan pelanggaran.

Sedangkan untuk pelanggaran ringan dan sedang, biasanya majelis guru akan

menghukum santri dengan sanksi yang ringan/sedang sesuai yang tertulis

pada sanksi-sanksi yang dibuat dalam program kerja ketua pelajar IP4DR.

Berikut adalah catatan pelanggaran besar yang dilakukan kelas XII selama

masa penelitian.

Tabel 4.5

Catatan pelanggaran Santriwati Kelas XII

No. Nama Jenis Pelanggaran Hukuman

1. Miftah

Imaniyah

Kabur dengan santri

putra

Pengusiran dari pondok

2. Putri

Handayani

Membohongi

pengurus dan majelis

guru

SP 2 (IQRAR)

3 Elida Zahri Membohongi

pengurus dan majelis

guru

SP 2 (IQRAR)

4 Khofifah M Menyalahgunakan

Perizinan

Memakai jilbab khusus 3 hari

+ japip depan kantor sekolah 3

hari + hafalan 2 judul

muthalaah

Page 80: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

66

4. Sarifah Menyalahgunakan

perizinan

Memakai jilbab khusus 3 hari

+ japip depan kantor sekolah 3

hari + hafalan 2 judul

muthalaah

5. Alfi Mirse Menyalahgunakan

perizinan

Memakai jilbab khusus 3 hari

+ japip depan kantor sekolah 3

hari + hafalan 2 judul

muthalaah

6. Saidah

Umamah

Menyalahgunakan

perizinan

Memakai jilbab khusus 3 hari

+ japip depan kantor sekolah 3

hari + hafalan 2 judul

muthalaah

Sumber: Buku Pelanggaran Ketua Pelajar

Sanksi yang diberikan oleh ketua pelajar kepada kelas XII yang

melanggar sudah sesuai dengan yang tertulis pada program kerja ketua pelajar.

Hanya pelanggaran besar dan khusus yang masuk dalam buku catatan

pelanggaran. Terdapat 1 santri yang dikeluarkan dari pondok karena

melanggar peraturan inti yakni kabur dengan santri putra. Walaupun ia sudah

kelas XII dan sebentar lagi akan lulus dari pondok, tetap saja pondok tidak

memberikan keringan jika peraturan yang dilanggar adalah tidak boleh adanya

korespondensi dengan santri putra. Maka bukan hanya santri putra dan putri

tersebut diusir dari pondok dengan tanpa terhormat. Surat keputusan

pengeluaran santri yang diusir akan dibacakan saat upacara berlangsung

setelah mereka meninggalkan pondok. Sanksi semacam ini tentunya akan

membuat santri sangat malu dan membuat orang tuanya kecewa. Diharapkan

bahwa santri lain bisa mengambil pelajaran dan lebih patuh serta menaati

peraturan pondok yang berlaku. Sebab bukan hanya akan membuat malu orang

tua, tetapi akan membuat mereka sedih dan kecewa, karena terasa sia-sia

pengorbanan mereka selama hampir 6 tahun untuk membiayai anaknya.

Dalam catatan buku pelanggaran, terdapat pula santri yang dihukum

dengan dibeirkan surat perjanjian antara orang tua, majelis guru dan santri

yang melanggar. Sebutan untuk sanksi adalah Iqrar, yakni pembacaan surat

pernyataan yang dibacakan langsung oleh santri di depan santri lainnya.

Biasanya pembacaan Iqrar ini dilakukan saat upacara atau santri yang

melanggar disuruh untuk membacakannya ke setiap kelas putra dan putri

dengan ditemani guru beberapa majelis guru. hal ini dilakukan agar santri yang

melanggar benar-benar merasa jera, malu, dan benar-benar tobat dari

Page 81: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

67

pelanggarannya tersebut. Biasanya para majelis guru atau ketua pelajar akan

lebih memantau dan mengawasi santri yang telah mendapat hukuman Iqrar

untuk melihat tingkah laku mereka apakah adanya perubahan menjadi lebih

baik. Tetapi apabila setelah dibacakan Iqrar tersebut santri masih tidak

berubah dan tetap saja masih melanggar peraturan berat, maka hukumannya

adalah pengusiran dari pondok.

Menyalahgunakan perizinan juga termasuk yang tertulis pada buku

catatan kelas XII. Perizinan di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta

bukanlah hal yang dapat dianggap ringan. Santri yang telah diizinkan untuk

pulang maka hanya boleh menggunakan izinnya untuk hal yang menjadi

alasannya pulang. Ketika santri menyalahkgunakan perizinanya untuk sesuatu

yang tidak dibutuhkan atau bahkan mungkin hal yang dilarang pondok, maka

itu termasuk pelanggaran berat dan saat balik ke pondok santri akan diberikan

hukuman yang berat.

3) Analisis Pengelolaan Disiplin Santri

Kelengkapan dokumen/catatan tentang kedisiplinan siswa dapat

memudahkan sekolah untuk menilai sejauh mana perkembangan siswa dari

waktu ke waktu. Sebaliknya, bila sekolah tidak dapat mendokumentasikan

dengan baik data pelanggaran dan prestasi siswa, maka tidak akan terlihat

perkembangan `yang terjadi baik dari meningkatnya jumlah prestasi maupun

pelanggaran santri. Sekolah seolah hanya mempedulikan bagaimana santri

harus berdisiplin dan berkembang dalam hal akademiknya, tetapi acuh tak

acuh tentang penghargaan dan pengawasan akan perkembangannya. Sebab

dengan adanya data/dokumentasi pelanggaran dan prestasi siswa, maka

sekolah dapat menilai statistik kemajuan siswanya.

Hal ini lah yang peneliti temukan saat meneliti tentang kedisiplinan

kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta. Saat peneliti hendak

meminta data prestasi siswa pada bagian tata usaha sekolah yakni Ustad

Syukron Ma’mun seolah tidak mengetahui/menyimpan data tersebut. Dan saat

peneliti menemui wali asuh kelas XII untuk menanyakan perihal data

pelanggaran kelas XII, beliau mengatakan bahwa selama ini pelanggaran kelas

Page 82: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

68

XII tidak pernah didokumentasikan/dicatat oleh majelis guru.80

Tentu

kurangnya perhaian pada pendokumentasian pelanggaran kelas XII, akan

berdampak tidak terawasinya secara pasti siapa saja siswa yang sering

melanggar, dan pelanggaran apa yang paling sering dilanggar. Seolah hal ini

menunjukan bahwa perhatian majelis guru pada peraturan kelas XII perlu

dipertanyakan eksistensinya. Baik mulai dari pelanggaran ringan sampai

pelanggaran khusus/berat tidak tercatat track record santri saat ia duduk di

kelas XII. Berbeda halnya data pelanggaran dari kelas VII sampai kelas IV,

dokumentasinya rapih sebab di bawah tanggung jawab pengurus IP4DR.

80 Op.Cit, Ustadzah Zulfa Yunita.

Page 83: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat dipaparkan beberapa temuan yang

terkait dengan penerapan reward dan punishment sebagai strategi pembinaan disiplin

santri kelas XII yaitu sebagai berikut:

1. Penegakan disiplin santri di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta

menggunakan alat/media reward dan punishment. Walaupun pada kenyataan

yang terjadi di lapangan, pemberian reward (ganjaran) belumlah berjalan

maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dan kepedulian guru pada

prestasi dan sikap baik siswanya yang menganggap bahwa perbuatan baik

memang hal yang biasa dan harus dilakukan. Lain halnya dengan pemberian

punishment (hukuman) pada santri yang melanggar. Pondok sangat menaruh

perhatian pada hal-hal apa saja yang termasuk jenis pelanggaran, sanksi-sanksi

yang harus diberikan ketika santri melanggar bahkan kebijakan besar yakni

mengeluarkan santri dari pondok ketika ada santri yang melanggar pelanggaran

berat dan khusus.

2. Terdapat hal-hal yang menyebabkan penerapan sanksi belum berjalan maksimal

bagi santri, yaitu:

a) Para guru yang bertanggung jawab akan kedisiplinan santri adalah guru-guru

asrama yang kebanyakan adalah para guru yang usianya masih muda. Hal ini

membuat rasa segan santri kelas XII kepada para guru menjadi rendah.

Misalnya hal ini dapat terlihat saat ada santri yang melanggar dan akan

diberikan sanksi, santri tersebut sangat lama dan sulit sekali untuk dipanggil

ke kamar majelis guru, seakan mengundur waktu pemberian sanksi.

b) Mindset yang melekat pada santri kelas XII bahwa terdapat kelonggaran bagi

mereka untuk tidak melaksanakan peraturan pondok. Seperti dalam hal

kerapihan berpakaian, kedisiplinan masuk kelas, dan lain sebagainya.

Padahal tata tertib pondok berlaku bagi seluruh santri tanpa terkecuali.

3. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam penegakan kedisiplinan dan enerapa

reward yaitu sebelum masuk tahun ajaran baru, khusus untuk kelas XII diadakan

musyawarah antara wali murid, wali asuh, santri dan pengasuh pondok untuk

menegaskan bahwa terdapat beberapa peraturan inti yang tidak boleh dilanggar

Page 84: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

70

santri yang dituangkan dalam bentuk surat perjanjian. Semua jenis pelanggaran

ini adalah pelangaran-pelanggaran berat seperti membawa handphonoe,

berpacaran, kabur, dan perbuatan asusila. Yang hukumannya adalah SP1 dan

pengusiran dari pondok.

4. Upaya lainnya yang dilakukan guru adalah dengan diperbolehkannya bagi seluruh

majelis guru untuk menghukum santri yang melanggar peraturan. Tidak ada

bagian atau koodinator khusus yang berperan sebagai pemberi hukuman bagi

ssantri. Hal ini menyebabkan kebebasan dan tidak adilnya hukuman yang

diberikan. Sebab pasti semua guru mempunyai caranya masing-masing untuk

menghukum santri, dan bahkan memungkin santri diberikan banyak hukuman

dari beberapa orang berbeda.

5. Kurang terkelolanya dokumentasi/data pelanggaran santri. Para guru yang

menghukum santri yang melanggar peraturn, tidak mempuyai catatan/tidak

mendata pelanggaran apa saja yang telah dilakukan oleh santri tersebut. Hal ini

membuat perkembangan santri yang melanggar tidak dapat dianalisis apakah

terdapat perubahan atau tidak setelah santri diberikan hukuman. Hal serupa juga

terjadi pada tidak adanya catatan prestasi siswa pondok pesantren Daarul Rahman

Jakarta. Sepertinya pondok kurang memperhatikan masalah administrasi atau

pengelolaan dokumentas dan data dari setiap santri yang melanggar ataupn yang

berprestasi.

Berdasarkan hasil temuan-temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan

reward dan punishment santri kelas XII belum berjalan dengan baik. Perlu adanya

kebijakan dan sistem penerapan sanksi yang lebih rapih dan terkontrol dengan baik.

Pengelolaan disiplin santri yakni catatan dan dokumentasi pelanggaran dan prestasi

santri juga luput dari perhatian pondok, sehingga tidak nampak jelas presentase

pelanggaran dari tahun ke tahun apakah menurun atau justru meningkat.

B. Saran

Berdasarkan dari temuan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka

disampaikan saran sebagai berikut:

1. Pimpinan pondok perlu memberikan pemahaman kepada setiap guru akan

pentingnya mendokumentasikan setiap pelanggaran dan prestasi santri untuk

memudahkan guru dalam melihat perkembangan yang terjadi pada diri santri.

Page 85: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

71

2. Diangkatnya beberapa orang-orang yang cakap dan konsisten sebagai

koordinator kedisiplinan yang bertugas sebagai pemberi sanksi kepada santri

kelas XII yang melanggar peraturan, sehingga tidak semua guru bisa

menghukum santri, sebab bila hal ini dibiarkan maka akan terjadinya

ketidakadilan bagi santri.

3. Bagi santri yang sering melanggar dan sulit sekali untuk berdisiplin, maka

upaya yang dilakukan guru adalah tidak cukup dengan menghukumnya,

melainkan juga dilakukan pendekatan yang insentif dari hati ke hati terhadap

santri dan bila perlu melakukan pendekatan pula terhadap orangtua santri. hal

ini diharapkan guru bisa lebih memahami santri dan mengetahui apa

sebetulnya hal yang membuat santri sulit berdisiplin.

4. Perlu diangkatnya guru senior sebagai wali asuh yang mampu mengawasi dan

mengontrol kedisiplinan santri sehari-hari. Sebab selama ini, yang menjadi

wali asuh santri adalah guru-guru muda yang mana berdampak pada

rendahnya rasa segan pada guru tersebut.

Page 86: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

72

DAFTAR PUSTAKA

Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Cet 1,

Jogjakarta: Laksana, 2011.

Badruddin, Manajemen Peserta Didik, Jakarta: PT Indeks, 2014.

Badri, Muhammad Muhammad. Sentuhan Jiwa Untuk Anak Kita, Bekasi: Daun Publishing,

2015.

Durkheim, Emile. Pendidikan Moral; Suatu Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan,

Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1961.

Gunawan, Imam dan Benty, Noor Djum Djum, Manajemen Pendidikan; Suatu Pengantar

Praktik, Bandung: Alfabeta, 2017.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, terj. Med. Meitasari Tjandrasa, Jakarta:

Erlangga, 1990.

Hamid, Rusdiana. Reward dan Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad

Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, 2006.

Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Jensen, Eric. Pemelajaran Berbasis Otak, terj. Benyamin Molan, Jakarta: Indeks, 2011.

Johnson, LouAnne. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik, terj. Dani Dharyani, Jakarta:.

Indeks, 2008.

Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, terj. Muhammad

Muchson Anasy, Cet. 4, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010.

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Cet. 7, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013.

Mustari, Mohamad, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, Cet. 1, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014.

Nata, Abuddin dan Fauzan. Pendidikan dalam Prespektif Hadits, Ciputat: UIN Jakarta Press,

2005.

Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), Cet. 4, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 39 Tahun 2008 Tentang

“Pembinaan Kesiswaan”

Page 87: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

73

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Cet. 18, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007.

Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik, Cet. 1, Bandung: Alfabeta, 2011.

Poulus, Sugiono dan Rusdin. Metodologi Penelitian Sosial, Cet.1, Bandung: Alfabeta, 2018.

Rahman, Masykur Arif. Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam

Kegiatan Belajar-Mengajar. Jakarta: Diva Press, 2011.

Rasyid, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran, Cet. 4, Jakarta: UHAMKA Press,

2003.

Suwarno dan Farida, Lathifah A. Pengaruh Reward And Punishment Terhadap Kedisiplinan

Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 3 Pandean kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

Sutirna. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2013.

Sahertian, Piet A. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Surabaya: Usaha

Nasional, 1994.

Sumarmo, D. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan tata Tertib sekolah 1998, Jakarta:

Sekala Jalmakarya, 1997.

Subri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Cet. 8, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

Ulwan, Abdullah Nashih, Tabiyatul Aulad; Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta:

Khatulistiwa Press, 2017.

Walidin, Warul. Konstelasi Pemikiraan Pedagogik Ibnu Khaldun; Perspektif Pendidikan

Modern, Cet. 2, Yogyakarta: Suluh Press dan Taufiqiyah Sa’adah, 2005.

Page 88: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 89: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 1

Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

No. Nama Fasilitas Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Kelas 31

3. Ruang Tata Usaha 1

4. Ruang Penerimaan Murid Baru 1

5. Asrama Guru 9

6. Perpustakaan 1

7. Laboratorium Komputer 1

8. Aula 1

9. Masjid 1

10. Asrama Santri 32

11. Ruang Satpam 1

12. Toilet Guru dan Tamu 10

13. Toilet Santri 40

14. Kantin 1

15. Lapangan 1

Page 90: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 2

Data Tenaga Pendidik Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

NO Nama Tgl.

Lahir

Ijazah

Terakhir

Mengajar Mapel Jam

Mengajar 1.

Ust. Ah. Qosim Susilo, M.Pd 05/10/1954 S2

Tarikh

14

2. Ust. H. Ahmad Dhofir 05/07/1958

SLTA

Hadits-Ilmu Hadist

24

3. Ust. Drs. Ahmad Fauzi Bukhori 21/02/1962

S1

Tarikh

12

4. Ust. H. Abdul Mu'in Muhyi 09/03/1964

SLTA

Hadits-Ilmu Hadist

12

5. Ust. Drs. Syihabuddin Qurtubi 12/04/1966 S1

Nahwu-Sharaf

18

6. Ust. H. Anwar Wahdi Hasyi 14/10/1962 S1

Bahasa Arab

4

7. Ust. Drs. Ukar Rohili 15/07/1969 S1

Hadits-Ilmu Hadist

10

8. Ust. KH Ahmad Sobari 03/07/1956 S1 Fiqh-Ushul Fiqh 8

9. Ust. KH. Muizuddin 21/04/1954

SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh 6

10. Ust. H. AR. Musyaffa Basya, BA 25/11/1959

S1

Nahwu-Sharaf

12

11.

Ust. H. Achmad Zainal Ridho SM 27/02/1972 SLTA

Pendidikan

Kewarganegaraan

24

12. Ust. H. Moh. Taqwim S.Sos.I 28/07/1965

S1

Tafsir-Ilmu Tafsir

13

13. Ust. H. Muhammad faiz SM 08/05/1974

S2

Tarikh

16

14. Ust. KH. Faisal Ali Nurdin, Lc,

MA. 26/08/1967 S1

Fiqh-Ushul Fiqh

6

15. Ust. Salman Alfarisi, S.Pd.I 16/12/1970 S1

Bahasa Arab

18

16. Ust. M. Sidup BA 15/06/1959 S1

Bahasa Indonesia

18

17. Ust. Ahmad Kholili, S.Ag 25/10/1967 S1

Muatan Lokal

16

18. Ust. Drs. Hadi Musthofa 05/02/1958 S1

Ilmu Mantiq

24

19. Ust. Muhammad Naufal ,S.PdI 20/11/1975 S1

Bahasa Arab

8

20. Ustz. St. Rahmah Thohir, S.PdI 23/05/1973 S1 Fiqh-Ushul Fiqh 16

21. Ustz. St. Romlah Asmuni 25/10/1970

SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh 10

22. Ustz. Nursyidah 08/01/1972 S1 Fiqh-Ushul Fiqh 7

23. Ust. Isma'il Rakasiwi, S.PdI 09/09/1975 S1

Nahwu-Sharaf

17

24. Ust. Sayed Mohamed Ramadan El

Mahdi, Lc,MA. 07/11/1962

S3

Bahasa Arab

12

25. Ust. Drs. Abd. Syakur, MMP.d 12/03/1975

S2

Muatan Lokal

12

26. Ust. Moh. Makki, S.Ag 26/10/1960 S1

Tarikh

12

27. Ust. Abdul Rochman, S.Pd.I 24/03/1979 S1

Fiqh-Ushul Fiqh

19

Page 91: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

28. Ust. H. Zaenal Arifin Hamzawi 24/04/1959 S1

Nahwu-Sharaf

11

29.

Ust. H.M. Raffi Affani, S.Sos 20/10/1982 S1

Pendidikan

Kewarganegaraan

18

30. Ust. H. Umar Faruq 10/08/1981 S1

Hadits-Ilmu Hadist

15

31. Ust. Drs. Widianto 19/03/1966 S1

Matematika

5

32. Ust. Akhmad Mustolih, S.Pd. 24/06/1980 S1

Bahasa Indonesia

15

33. M. Zakky 01/03/1971 SLTA PPKN 18

34. Ust. M. Khoiri AM. S.Pd.I 25/07/1972

S1

Fiqh-Ushul Fiqh 24

35. Ust. Syahrulli Arif 22/09/1974 SLTA Fiqh-Ushul Fiqh 16

36. Ust. Izzi Rahman 21/10/1976 SLTA Fiqh-Ushul Fiqh 14

37. Ust. M. Hilman 21/04/1993 S1 PPKN 34

38. Ust. Syamsul Arifin 22/07/1991 S1

Fiqh-Ushul Fiqh

21

39. Ust. Ahmad Zahid 06/12/1979 S1

Bahasa Arab

35

40. Ust. Syukron Ma'mun 02/10/1985

SLTA

Tauhid

32

41. Ust. Irfan Prasetyo M, S. Sy. 09/01/1994

S1

Bahasa Arab 31

42. Ustz. Anti Hanifah Noer 21/09/1995 SLTA Bahasa Arab 18

43. Ustz. Siti Nurhasilah 15/11/1994 SLTA Bahasa Arab 26

44. Ust. Moh. Sholeh Faqih, M.Pd.I 10/05/1986

S2

Fiqh-Ushul Fiqh

30

45. Ustz. Nurul Aulia 18/09/1996 SLTA

Nahwu-Sharaf

15

46.

Ust. Ahmad Zarkasy 02/09/1993 SLTA

Pendidikan

Kewarganegaraan

18

47. Ust. Muhammad Rizky Alamsyah 01/08/1993

D1

Bahasa Arab 29

48. Ust. Imaduddin 02/05/1993 SLTA Bahasa Arab 23

49. Ust. Ibnu Aqil 02/09/1994 SLTA

Nahwu-Sharaf

25

50. Ust. Ahmad Mufid, S.Pd.I 29/01/1991 S1

Matematika

23

51. Ust. Abdur Rozak 02/02/1986 S1

Muatan Lokal

11

52. Ust. Muhammad Walid 08/05/1998

SLTA

Bahasa Arab 19

53. Ust. Samsul Arifin, S.Pd 23/10/1993

S1

Bahasa Arab 19

54. Ustz. Hana Kafiyah 01/10/1989 SLTA

Muatan Lokal

8

55. Ustz. Mutammimah 08/03/1996 SLTA

Bahasa Arab

16

56. Ustz. Susi Ernawati 30/10/1997 SLTA

Nahwu-Sharaf

19

57. Ustz Zulfa Yunita , S.Pd. 28/05/1991 S1 Muatan Lokal 10

58. Ustz. Ummu Hanik, S.Pd. 05/10/1992 S1 Muatan Lokal 11

59. Ust. H. Ahmad Baidlowi, Sag 26/02/1972 S1

Hadits-Ilmu Hadist

24

60. Ust. Rifky Pahlepy 10/05/1997

SLTA

Muatan Lokal 21

Page 92: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

61. Ust. Rosmalaily, S.Pd 21/01/1979

S1

Muatan Lokal 14

62. Ust. Muhammad Ismail Habibi 01/07/1999 SLTA

Nahwu-Sharaf

16

63. Ust. Ghiyats Rizky Muhammad 12/04/1999 SLTA

Muatan Lokal

13

64. Ust. Faiz Hasbullah 26/02/1999 SLTA

Matematika

15

65. Ustz. Arini Al Ashlah 06/03/1999 SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh

24

66. Ustz. Lailatul Mubarokah 13/10/1999 SLTA

Al Qur'an

18

67. Ustz. Anggina Salsabela 06/10/1999 SLTA Bahasa Arab 19

68. Ustz. Syifa Oktaviani 19/10/1999 SLTA Bahasa Arab 19

69. Ustz. Shofinah 29/07/1999 SLTA Muatan Lokal 22

70. Ustz. Aslahah 19/09/1998 SLTA Muatan Lokal 19

71. Ust. M.Abdul Jabbar 12/05/1996 SLTA

Bahasa Arab

23

72. Ust. Abdul Rozaq 14/05/1988 SLTA Fiqh-Ushul Fiqh 18

73. Ust. M. Muhsin Solihin 23/02/1985 SLTA Fiqh-Ushul Fiqh 18

74. Ust. Amiruddin Bashori 4

75. Ust. Abdul Aziz Fathoni 13

76. Ust. Tata Takiyudin 02/07/1990

S1

Fiqh-Ushul Fiqh

21

77. Ust. Imam Busthomi 08/10/1999 SLTA 14

78. Muhammad Azhar Husaini 23/07/2000 SLTA 18

79. Ust. Adam Malik 07/01/1998 SLTA

Tauhid

17

80. Ust. Ahmad Syarifuddin 05/02/2000 SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh

20

81. Ust. MOH. Lisin 02/04/2000 SLTA

Tauhid

16

82. Ust. M. Noprizal 24/11/1996 SLTA

Akhlaq-Tasawuf

13

83. Ust. Baka Sagiri 11/11/1999 SLTA

Tauhid

16

84. Ust. Suhairu 24/11/2000 SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh

17

85. Ust. Aimar Fikri Haikal 15/06/2000 SLTA

Tarikh

17

86. Ust. Ahmad Muzaki SLTA

Bahasa Arab

16

87. Ust. Adzani Wildan SLTA

Akhlaq-Tasawuf

16

88. Ust. Nur Riyan Fhauzie SLTA

Tauhid

17

89. Ustz. Siti Rizqiyah SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh

11

90. Ustz. Dini Nur Khofifah 07/05/2000 SLTA

Tarikh

20

91. Ustz. Iis Anisah 22/05/2000 SLTA

Nahwu-Sharaf

15

92. Ustz. Tika Muzayanah 04/06/1999 SLTA

Hadits-Ilmu Hadist

15

93. Ustz. Haynun Natul Zuairiyah 01/01/2000 SLTA

Tauhid

17

94. Ustz. Libna Zulkarnain 20/10/2000 SLTA

Fiqh-Ushul Fiqh

19

95. Ustz. Embunt Muzdalifah 26/03/1999 SLTA Akhlaq-Tasawuf 16

Page 93: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

96. Ustz. Ana Luthfiyah 07/04/2000 SLTA

Al Qur'an

15

97. Ustz. Ifadhah Deria Santi 10/09/1997 SLTA Tafsir-Ilmu Tafsir 15

98. Ustz. Silka Mawaddah SLTA

Hadits-Ilmu Hadist

15

99. Ustz. Nur Rizky Rahmah SLTA

Akhlaq-Tasawuf

15

Page 94: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 3

Rekap Hasil Observasi

No Aspek yang Diamati Keadaan Keterangan

1. Lingkungan fisik pondok

pesantren

Baik Lingkungan fisik sudah cukup baik, dari

mulai luas tanah, bangunan, dan fasilitas

penunjang kegiatan pendidikan di

pondok pesantren.

2. Lingkungan sosial pondok

pesantren

Baik Lingkungan sosial juga dalam keadaan

yang cukup baik, pondok pesantren

berada di lingkungan kavling DKI.

3. Sarana dan Prasarana Baik Sarana dan Prasaran sudah baik dan

memadai, mulai dari ruang kelas, asrama,

masjid, kantin, toilet, aula, perpustakaan,

asrama guru, dan lapangan.

4. Penerapan Reward Kurang

Baik

Penerapan reward kepada santri kelas

XII belum cukup baik sebab para guru

yang bertanggung jawab untuk

mengawasi kelas XII kurang memahami

arti penting pemberian reward bagi

santri.

5. Penerapan Punishment Baik Penerapan punishment sudah berjalan

dengan baik, terlihat dari perhatian guru

pada peraturan yang berlaku dan sanksi

yang dibuat sebagai konsekuensi ketika

santri melanggar.

Page 95: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 4

Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara dengan Wali Asuh

Penerapan Reward dan Punishment sebagai Srategi Pembinaan Disiplin

Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

1. Apakah tujuan memberikan reward dan punishment untuk meningkatkan

kedisiplinan santri kelas XII sudah berjalan dengan baik?

2. Apakah pemberian reward dan punishment sudah diberikan dengan rata dan

seimbang?

3. Menurut anda apa kelebihan pemberian reward dan punishment bagi santri?

4. Apakah terdapat hasil yang signifikan dari pemberian reward dan punishment

dalam mempengaruhi tingkat kedisiplinan santri kelas XII?

5. Apakah anda menyetujui hukuman badan/fisik (mencubit atau memukul dengan

rotan dan alat lainnya) sebagai upaya untuk mendisiplinkan santri kelas XII?

6. Apakah terdapat perbedaan perilaku santri setelah diberikan punishment menjadi

lebih taat atau lebih berani dalam melanggar?

7. Apakah terdapat perbedaan perilaku santri setelah diberikan reward menjadi lebih

taat atau selalu menuntut untuk diberikan reward dan baru mau berbuat baik?

8. Apa saja upaya-upaya anda dalam meningkatkan disiplin santri?

9. Apa saja jenis-jenis reward dan punishment yang anda berikan pada santri kelas

XII?

10. Apakah pemberian reward dan punishment dibedakan sesuai dengan pribadi

masing-masing santri?

11. Apa saja kendala yang anda hadapi dalam pelaksanaan reward dan punishment ?

12. Adakah alat pendidikan selain reward dan punishment yang anda rasa lebih

mampu meningkatkan disiplin santri kelas XII?

13. Apakah pernah ada wali murid yang protes sebab anaknya diberikan punishment

yang terlalu berat?

14. Apakah punishment terbesar yang pernah anda berikan pada santri?

15. Apakah reward terbesar yang pernah anda berikan pada santri?

16. Apakah dilakukan evaluasi rutin setiap bulannya untuk mengetahui statistik

kedisiplinan santri?

Page 96: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Pedoman Wawancara dengan Wali Kelas XII

Penerapan Reward dan Punishment sebagai Srategi Pembinaan Disiplin

Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

1. Apakah pemberian reward dan punishment mempengaruh kedisiplinan santri di

kelas?

2. Apakah menurut anda kelebihan dan kekurangan pemberian reward dan

punishment bagi santri?

3. Jenis reward dan punishment apa saja yang anda berikan untuk meningkatkan

kedisiplinan santri di kelas atau dalam belajar?

4. Apakah pernah ada santri yang tidak meneriman/melawan saat diberikan

punishment ?

5. Apa sajakah hukuman pedagogis menurut anda?

6. Apakah santri kelas XII masih dirasa perlu untuk diberikan reward dan

punishment, mengingat mereka sudah cukup dewasa dan mengerti mana perbuatan

yang baik dan buruk?

7. Apakah anda memberikan reward dan punishment secara seimbang atau ada yang

lebih diutamakan di antara keduanya?

8. Bagaimana anda dapat berlaku adil dalam pemberian reward dan punishment pada

santri kelas XII?

9. Apakah dengan nasihat saja sudah cukup untuk membuat anak berdisiplin dalam

belajar?

10. Adakah kendala yang anda hadapi dalam pemberian reward dan punishment

kepada santri?

Page 97: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah

Penerapan Reward dan Punishment sebagai Srategi Pembinaan Disiplin

Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

1. Bagaimana anda memandang arti penting sebuah pemberian reward dan

punishment kepada santri ?

2. Apakah terdapat kelebihan dan kekurangan pemberian reward dan punishment

pada santri?

3. Apa sekolah membenarkan para guru memberikan hukuman fisik? Dan apa

konsekuensinya jika hal itu dilakukan guru?

4. Siapa sajakah yang berhak memberikan hukuman kepada santri?

5. Menurut anda, apakah pemberian reward dan punishment adalah satu-satunya alat

6. Apakah guru yang memberikan punishment secara berlebihan kepada santrinya

akan ditegur atau diberi kebijakan lainnya?

7. Bagaimana jika ada wali murid yang tidak setuju dan memprotes atas pemberian

8. Apakah sekolah melakukan evaluasi kepada para guru dalam hal kedisplinan di

kelas dan keseharian santri?

Page 98: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Pedoman Wawancara dengan Santri Kelas XII

Penerapan Reward dan Punishment sebagai Srategi Pembinaan Disiplin

Santri Kelas XII di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

1. Apakah kamu pernah mendapat reward dan punishment dari para guru?

2. Dalam pelanggaran apa saja biasanya guru memberikan punishment kepada santrinya?

3. Apakah menurutmu guru sudah memberikan reward dan punishment secara

seimbang?

4. Apakah kamu merasa guru pilih kasih dalam pemberian reward dan punishment ?

5. Apa saja upaya-upaya guru dalam menegakan disiplin pada santrinya?

6. Pernahkan kamu merasa guru terlalu berlebihan dalam memberikan punishment pada

santri yang melanggar peraturan?

7. Apa saja jenis reward yang pernah diberikan guru kepada santri yang berbuat baik?

8. Apakah kamu pernah merasakan hukuman fisik dari guru?

9. Menurutmu, apa santri memang baru bisa berdisiplin hanya saat setelah diberikan

hukuman terlebih dahulu?

Page 99: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 5

Transkip Hasil Wawancara Wali Asuh

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Ustadzah Zulfa Yunita

Jabatan : Wali Asuh Kelas XII

Waktu : 01 Agustus 2019

Tempat : Asrama Guru

1. Apakah tujuan memberikan reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan

santri kelas XII sudah berjalan dengan baik?

Jawab: Kalau untuk reward belum berjalan dengan baik, tapi kalau punishment sudah

berjalan dengan sangat baik. Tetapi dengan ini guru juga sadar dan menjadi

teguran juga bagi diri guru yang kurang peduli pada santri yang telah taat.

Bisa menjadi bahan evaluasi juga

2. Apakah pemberian reward dan punishment sudah diberikan dengan rata dan seimbang?

Jawab: Belum diberikan secara seimbang karena fokusnya hanya pada pemberian

punishment saja.

3. Menurut anda apa kelebihan pemberian reward dan punishment bagi santri?

Jawab: Kelebihan punishment agar pelanggaran itu tidak terjadi pada anak yang lain.

Bisa menjadi kaca perbandingan juga untuk anak lain yang tidak melanggar.

Kelebihan dari punishment juga memberikan dampak anak lain menjadi takut

untuk melanggar karena takut dihukum seperti temannya.

4. Apakah terdapat hasil yang signifikan dari pemberian reward dan punishment dalam

mempengaruhi tingkat kedisiplinan santri kelas XII?

Jawab: Terdapat hasil yang signifikan. Sebelum tahun ajaran awal dimulai, semua

anak kelas akhir diberikan surat perjanjian yang ditandatangani oleh mereka.

Dalam surat perjanjian itu mereka menyetujui beberapa pelanggar yang tidak

boleh dilanggar dan hukumannya bila pelanggaran itu dilakukan. Surat

perjanjian ditandatangni langsung oleh siswa dan orangtuanya.

Pemberian punishment selama ini berpengaruh dengan tingkat kedisiplinan

santri. Tetapi lebih kepada pemberian punishment yang bentuknya dapat

dilihat oleh santri lain, seperti ketika ada santri yang membawa nasi ke kamar,

hukumannya mereka disuruh untuk makan di depan rumah pimpinan.

Page 100: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Punishment diberikan sesuai bentuk pelanggaran yang mereka langgar.

Semisal lagi mereka tidak jamaah, maka hukumannya disuruh untuk sholat di

depan masjid. Tetapi kalau seandainya hukumannya disuruh bersih-bersih

tidak terlalu membuat kaca perbandingan bagi santri yang lain. Atau seperti

menulis istighfar yang banyak. Tidak pengaruh pada santri lain.

5. Apakah anda menyetujui hukuman badan/fisik (mencubit atau memukul dengan rotan

dan alat lainnya) sebagai upaya untuk mendisiplinkan santri kelas XII?

Jawab: Tidak setuju, karena santri kelas akhir ini adalah santri yang sudah cukup besar

yang bila dikasih tau saja atau ditegur sudah cukup mengerti. Santri lebih takut

jika namanya dicatat dari pada hukuman cubit. Sekarang tidak ada lagi

hukuman cubit atau fisik.

6. Apakah terdapat perbedaan perilaku santri setelah diberikan punishment menjadi lebih

taat atau lebih berani dalam melanggar?

Jawab: Ada santri yang setelah diberikan punishment menjadi lebih taat tetapi ada juga

yang justru semakin berani. Tetapi kebanyakan mereka menjadi lebih taat

setelah diberikan punishment.

7. Apa saja upaya-upaya anda dalam meningkatkan disiplin santri?

Jawab: Upaya agar santri mau berdisiplin seperti membuat surat perjanjian di awal

tahun ajaran masuk, agar santri lebih berfikir lagi saat ingin melanggar. Yang

kedua, untuk meningkatkan kedisiplinan santri, harus dimulai dulu dari pribadi

gurunya. Semisal, agar santri tidak ada yang telat jamaah, maka guru juga

harus ikut membangunkan santri saat subuh.

8. Apa saja jenis-jenis reward dan punishment yang anda berikan pada santri kelas XII?

Jawab: Jenis reward yang diberikan, misalnya, anak yang taat datang ke pondok setelh

izin pulang, maka ketika nanti mereka ingin izin lagi akan dimudahkan. Tetapi

yang terlambat, akan dicabut perizinannya. Jenis dari punishment sesuai dengan

pelanggarannya. Bila pelanggaran kecil, contoh: tidak memakai atribut sekolah,

maka santri disuruh beli atribut yang mereka tidak punya itu, dan hukumannnya

disuruh bersih-bersih. Pelanggaran kecil hukumannya biasanya bersih-bersih

atau hafalan.

9. Apakah pemberian reward dan punishment dibedakan sesuai dengan pribadi masing-

masing santri?

Page 101: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Jawab: Punishment tidak diberikan berbeda setiap anak karena tidak ada punishment

yang berupa fisik. Semua pelanggaran dan hukuman sesuai prosedur yang

telah ditetapkan di awal tahun ajaran.

10. Apa saja kendala yang anda hadapi dalam pelaksanaan reward dan punishment ?

Jawab: Kendala yang paling sering dihadapi saat pemberian punishment adalah santri

yang akan dihukum lama datang jika dipanggil.

11. Apakah pernah ada wali murid yang protes sebab anaknya diberikan punishment yang

terlalu berat?

Jawab: Belum ada wali murid yang protes. Karena setelah dilakukan evaluasi tahun

lalu tentang pemberian hukuman pada santri, disepakati bahwa hukuman cubit

dihapus, sebeb sebelumnya ada wali murid anaknya diberikan hukuman cubit.

12. Apakah punishment terbesar yang pernah anda berikan pada santri?

Jawab: Punishment terbesar adalah dikeluarkan dari pondok. Tetapi sampai saat ini

belum ada lagi santri yang diusir atau dikeluarkan dari pondok karena suatu

pelanggaran. Hukuman terberat adalah surat perjanjian atau ikrar, yakni bila

mereka melanggar lagi maka akan diusir dari pondok.

13. Apakah dilakukan evaluasi rutin setiap bulannya untuk mengetahui statistik

kedisiplinan santri?

Jawab: Setiap minggu wali asuh mengumpulkan anak-anak, untuk diadakan evaluasi

tentang pelanggaran apa saja yang telah mereka perbuat selama seminggu ini.

Dan sekaligus pemberian motivasi dan dorongan juga untuk anak-anak agar

menaati dan mengikuti peraturan pondok yang berlaku dengan tertib dan

berdisiplin.

Page 102: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 6

Transkip Hasil Wawancara Wali Kelas XII

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Ustad Salman AlFarisi, SP.d,I

Jabatan : Wali Kelas XII

Waktu : 01 Agustus 2019

Tempat : Kantor Sekolah

1. Apakah pemberian reward dan punishment mempengaruh kedisiplinan santri di kelas?

Jawab: Ya, pemberian reward dan punishment mempengaruhi kedisiplinan santri di

kelas.

2. Apakah menurut anda kelebihan dan kekurangan pemberian reward dan punishment

bagi santri?

Jawab: Kelebihan: meningkatkan semangat belajar santri, membiasakan santri hidup

berdisiplin, menumbuhkan jiwa persaingan di dalam belajar dan berdisiplin.

Kekurangan: Dapat menumbuhkan sifat egois, dapat menumbuhkan rasa iri,

dapat menumbuhkan rasa keterpaksaan di dalam belajar dan berdisiplin bukan

timbul karena kesadaran dan tanggung jawab.

3. Jenis reward dan punishment apa saja yang anda berikan untuk meningkatkan

kedisiplinan santri di kelas atau dalam belajar?

Jawab: Reward: memberikan nilai-nilai harian yang dapat menambah nilai-nilai

semesteran atau kelulusan. Punishment: tergantung jenis

kesalahannya/pelanggarannya, seperti tidak hafal pelajaran didirikan di depan

kelas sambil menghapal, tidak mengergerjakan PR disuruh keluar kelas sambil

menyelesaikan PR.

4. Apakah pernah ada santri yang tidak meneriman/melawan saat diberikan punishment ?

Jawab: Tidak ada.

5. Apa sajakah hukuman pedagogis menurut anda?

Jawab: Hukuman pedagogis diantaranya: berdiri di depan kelas, menghafal pelajaran-

pelajaran tertentu seperti: Nusus Adabiyah, Mutholaah, Hadist, Tafsir dan Al-

quran.

Page 103: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

6. Apakah santri kelas XII masih dirasa perlu untuk diberikan reward dan punishment,

mengingat mereka sudah cukup dewasa dan mengerti mana perbuatan yang baik dan

buruk?

Jawab: Masih, karena manusia itu khilaf dan mengikuti nafsunya.

7. Apakah anda memberikan reward dan punishment secara seimbang atau ada yang lebih

diutamakan di antara keduanya?

Jawab: Seimbang, santri yang taat dan berdisiplin akan diberikan reward sedangkan

santri yang tidak taat dan tidak berdisiplin diberikan punishment.

8. Bagaimana anda dapat berlaku adil dalam pemberian reward dan punishment pada

santri kelas XII?

Jawab: Tegas dan tidak pilih kasih.

9. Apakah dengan nasihat saja sudah cukup untuk membuat anak berdisiplin dalam

belajar?

Jawab: Tidak cukup.

10. Adakah kendala yang anda hadapi dalam pemberian reward dan punishment kepada

santri?

Jawab: Tidak ada, karena semua yang dilakukan didasari oleh keikhlasan untuk

membentuk santri yang berpengetahuan dan berakhlak yang mulia.

Page 104: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 7

Transkip Hasil Wawancara Kepala Sekolah

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Ustad Ahmad Qosim Susilo, M.Pd

Jabatan : Kepala Sekolah

Waktu : 25 Juli 2019

Tempat : Kantor Sekolah

1. Bagaimana anda memandang arti penting sebuah pemberian reward dan punishment

kepada santri ?

Jawab: Pemberian reward dan punishment sangat penting karena dengan adanya itu

bisa mendorong anak untuk semangat belajar. Pemberian reward biasanya

diberikan diakhir masa tahun ajaran. Adanya punishment untuk memberikan

rasa jera kepada anak dalam masalah pelanggaran agar ia mengurangi

pelanggarannya.

2. Apakah terdapat kelebihan dan kekurangan pemberian reward dan punishment pada

santri?

Jawab: Kekurangan punishment adalah yang kelewatan batas. Hukuman yang tidak

sesuai dengan kondisi anak. Seperti contoh anak yg fisiknya lemah, diberikan

hukuman yang berupa fisik. Musalnya anak putri disuruh push up, maka tidak

baik untuk tubuhnya. Dihukum berdiri yang lama. Lebih baik disuruh duduk

dan sambil menghafal. Kecuali jika disuruh berdiri sambil membaca atau

menghafal pelajaran. Kekurangan reward adalah di hati anak akan tumbuh

perasaan bangga (i’jabun nafsi). Kelebihan reward mendorong anak untuk

berprestasi.

3. Apa sekolah membenarkan para guru memberikan hukuman fisik? Dan apa

konsekuensinya jika hal itu dilakukan guru?

Jawab: Hukuman fisik boleh tapi harus disesuaikan dengan kondisi anak. Seperti

berdiri. Kalau ketahuan akan ditegor. Biasanya yang memberikan hukuman

fisik berat adalah pengurus bukan guru.

4. Siapa sajakah yang berhak memberikan hukuman kepada santri?

Jawab: Semua guru punya wewenang untuk menghukum anak.

Page 105: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

5. Menurut anda, apakah pemberian reward dan punishment adalah satu-satunya alat

pendidikan yang ampuh untuk meningkatkan disiplin santri?

Jawab: Tidak satu-satunya. Selain itu ada memberikan kesadaran, nasihat, perhatian.

Juga penting memberikan pendekatan, khusunya wali kelas dan wali asuh.

Setiap malam mengontrol anak. Mengajak ngobrol anak dari hati ke hati.

Pendekatan secara personal. Contoh: membangkitkan semangat belajar anak

dengan cara mengajak bicara anak. Semisal anak itu pekerjaan orangtuannya

buruh. Diberikanlah nasihat anak kepada anak itu ketika dia malas belajar

“kalau kamu malas belajar di pondok, akan semakin memberatkan kehidupan

orang tuamu. Tapi kalau kamu pintar dan rajin belajar. Kamu tidak harus

menjadi buruh lagi. Dengan pengetahuan kamu bisa punya kehidupan yang

lebih baik dari orang tuamu sekarang. Kamu bisa mengajar, menjadi

pembimbing

6. Apakah guru yang memberikan punishment secara berlebihan kepada santrinya akan

ditegur atau diberi kebijakan lainnya?

Jawab: Mesti ditegur. Ditanya dulu, klarifikasi ke gurunya. Kenapa bisa anak ini

diberikan punishment. Cari dulu kebenarannya. Apakah benar guru itu benar-

benar melakukan punishment yang berlebihan dan apa sebabnya. Klarifikasi

ke dua belah pihak.

7. Bagaimana jika ada wali murid yang tidak setuju dan memprotes atas pemberian

hukuman kepada anaknya? Pengertian apa yang bisa diberikan sekolah?

Jawab: Kalau ada wali murid yang tidak setuju maka diberi dulu pengertian kepada

wali murid. Dikasih tau ke wali murid. Pondok ini mendidik bukan hanya satu

orang, tapi juga banyak orang. Pondok tidak bisa mengistimewakan satu anak

karena dia melanggar. Tetapi secara umum tidak ada wali murid yang protes.

8. Apakah sekolah melakukan evaluasi kepada para guru dalam hal kedisplinan di kelas

dan keseharian santri?

Jawab: Evaluasi dilakukan setelah semesteran. Ditanyakan kepada wali kelasnya,

kenapa kelas ini kok banyak melanggarnya, mengapa nilainya kecil-kecil

begitu.

Page 106: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 8

Transkip Hasil Wawancara Santri 1

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Muhafanatul Hasanah

Kelas : XII A

Waktu : 21 Juni 2019

Tempat : Halaman Asrama Putri

1. Apakah kamu pernah mendapat reward dan punishment dari para guru?

Jawab: Saya pernah mendapat hukuman karna tidak sholat berjamaah, tetapi itu

dihukumnya rame-rame, karena yang tidak jamaah juga rame-rame. Pernah

juga belajar di kolam belakang pondok (tempat terlarang bagi santri putri),

terus saya belajarnya sambil tidur-tiduran di pinggir kolamnya, setelah itu

saya mendapat hukuman dari 3 Ustadzah. Yang pertama, saya dihukum

membersihkan kantor sekolah mulai dari cuci piring, mengepel, dan

membuang sampah. Yang kedua, saya disuruh mencuci piring kotor guru

asrama yang lumayan banyak. Yang ketiga, saya dihukum setiap sore selama

seminggu harus datang ke kamar Ustadzah untuk mendapat hukuman

berganti-gantian, tetapi paling sering adalah disuruh membuang sampah.

Kalau untuk reward, tidak pernah diberikan oleh para guru.

2. Dalam pelanggaran apa saja biasanya guru memberikan punishment kepada santrinya?

Jawab: Biasanya karena tidak ikut sholat berjamaah dan itu termasuk hukuman berat.

Sering juga diberi hukuman karena tidak memakai baju seragam olahraga saat

olahraga dan malah memakai kaos biasa.

3. Apakah menurutmu guru sudah memberikan reward dan punishment secara

seimbang?

Jawab: sebenarnya tidak seimbang, karena seringnya diberikan hukuman terus tanpa

diberi reward.

4. Apakah kamu merasa guru pilih kasih dalam pemberian reward dan punishment ?

Jawab: Menurut saya agak pilih kasih, tetapi pilih kasihnya terhadap kelas XI.

Biasanya Ustadzah yang menghukum kelas XI tidak pernah keliatan, padahal

bila kelas XII saja ada yang tidak sholat berjamaah malah seakan dibesar-

besarkan.

Page 107: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

5. Apa saja upaya-upaya guru dalam menegakan disiplin pada santrinya?

Jawab: Biasanya upayanya adalah ustdzahnya mencontohkan yang baik.

6. Pernahkan kamu merasa guru terlalu berlebihan dalam memberikan punishment pada

santri yang melanggar peraturan?

Jawab: Iya saya pernah merasa bahwa guru berlebihan, contohnya waktu saya

dihukum belajar di kolam belakang pondok, hal itu berlebihan karena

langsung dihukumnya oleh 3 ustadzah.

7. Apa saja jenis reward yang pernah diberikan guru kepada santri yang berbuat baik?

Jawab: Kalau diberi reward di kelas saya pernah merasakan, saat saya dan teman-

teman sedang dalam fase jenuh di pondok, wali kelas kami mengajak kami

jalan-jalan ke Setu Babakan dan mentraktir makan.

8. Apakah kamu pernah merasakan hukuman fisik dari guru?

Jawab: Tidak pernah.

9. Menurutmu, apa santri memang baru bisa berdisiplin hanya saat setelah diberikan

hukuman terlebih dahulu?

Jawab: Iya, sepertinya santri harus diberikan hukuman dulu baru bisa disiplin.

Page 108: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Transkip Hasil Wawancara Santri 2

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

Narasumber : Selly Puspita Sari

Kelas : XII A

Waktu : 21 Juni 2019

Tempat : Halaman Asrama Putri

1. Apakah kamu pernah mendapat reward dan punishment dari para guru?

Jawab: Saya pernah mendapat hukuman karena tidak sholat berjamaah maghrib,

padahal saat itu saya sedang puasa dan tidak mencatat ke Ustadzah, saya

jadi tidak ikut berjamaah. Tetapi tetap kena hukuman dan saat itu juga

diberikan hukumanya rame-rame, karena yang tidak berjamaah juga rame-

rame. Hukumannya adalah disiram dengan ember satu-persatu. Hukuman

kedua yang pernah saya terima adalah karena saya belajar di masjid saat

belajar malam, padahal saat itu sedang hujan deras, saya kira tidak akan

Ustadzah yang akan mengontrol, ternyata ada ustdzah yang mengontrol,

maka saya dihukum membersihkan kantor sekolah saat masa ujian. Kalau

untuk reward pernah sekali wali asuh mengajak makan-makan bareng

karena disiplin kita meningkat, tapi besoknya melanggar lagi.

2. Dalam pelanggaran apa saja biasanya guru memberikan punishment kepada santrinya?

Jawab: Biasanya kalau tidak berjamaah paling sering diberikan hukuman

3. Apakah menurutmu guru sudah memberikan reward dan punishment secara

seimbang?

Jawab: Tidak memberikan secara seimbang, tapi kalau dipikir-pikir memang kitanya

yang seringnya melanggar terus makanya diberikan hukuman.

4. Apa saja upaya-upaya guru dalam menegakan disiplin pada santrinya?

Jawab: Biasanya ustadzah mengetatkan peraturan misalnya kita kan tidak disiplinnya

seringnya dalam hal sholat berjamaah, maka ustadzah membuat peraturan

baru bahwa yang tidak ikut sholat berjamaah maka tidak boleh izin

pulang/keluar.

5. Pernahkan kamu merasa guru terlalu berlebihan dalam memberikan punishment pada

santri yang melanggar peraturan?

Jawab: Kalau saya tidak pernah merasa guru berlebihan dalam memberika hukuman.

Page 109: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

6. Apa saja jenis reward yang pernah diberikan guru kepada santri yang berbuat baik?

Jawab: Pernah kami diajak jalan-jalan oleh wali kelas kami.

7. Apakah kamu pernah merasakan hukuman fisik dari guru?

Jawab: Tidak Pernah.

8. Menurutmu, apa santri memang baru bisa berdisiplin hanya saat setelah diberikan

hukuman terlebih dahulu?

Jawab: Santri memang sepertinya harus diberikan hukuman dulu baru mau

berdisiplin.

Page 110: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 9

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

PE

NG

AS

UH

KH

. Syukro

n M

a’mun

WA

KIL

PE

NG

AS

UH

KH

. Ahm

ad Z

ainal R

idho

WA

KIL

PE

NG

AS

UH

KH

. Ahm

ad Z

ainal R

idho

WA

KIL

PE

NG

AS

UH

KH

. Ahm

ad Z

ainal R

idho

WA

KIL

PE

NG

AS

UH

KH

. Ahm

ad Z

ainal R

idho

KE

PA

LA

PE

NG

AS

UH

AN

KE

PA

LA

TU

KE

PA

LA

KU

RIK

UL

UM

KE

PA

LA

AD

MIN

IST

RA

SI

KE

PA

LA

HU

MA

S

KORDINATOR

UMUM

STAF TU

1

KORDINATOR

IP3DR

KORDINATOR

IP4DR

WAKIL

HUMAS

STAF TU

2

KURIKULUM

UMUM

KURIKULUM

AGAMA

BENDAHARA

DAPUR

ASRAMA

Page 111: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 10

Program Kerja Ketua Pelajar Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

Visi : Menjadikan pelajar pondok pesantren Daarul Rahman menjadi lebih baik lagi dan

memiliki akhlaqul karimah yang berpendidikan

Misi: Dengan mempertegas pelajar Pondok Pesantren Daarul Rahman dan memfokuskan

dengan peraturan yang telah ditentukan.

PROGRAM KETUA PELAJAR :

1. Mengadakan evaluasi pengurus selama 1 bulan sekali.

2. Mengadakan evaluasi bulanan masing-masing satu bulan sekali.

3. Menciptakan kerja sama dalam kepengurusan.

4. Membentuk dan mengangkat pengurus konsulat.

5. Mengadakan rapat pengurus konsulat dan IP4DR apabila dianggap perlu.

6. Mewajibkan kelas 5 dan kelas 6 untuk mendaftarkan diri ketika haid dan melaporkan

ketika suci.

7. Berkonsultasi antara coordinator IP4DR dan majelis guru.

8. Mewajibkan kepada seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengikuti pengabsenan

mingguan.

9. Membentuk kepanitian ketika hari besar.

10. Mengadakan resufle pengurus setiap 3 bulan sekali.

11. Mengatur kelas 5 dan 6 sesuai peraturan.

12. Mewajibkan kepada seluruh kelas 5 dan 6 untuk melipat kerudung.

13. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memakai almamater pada waktu-

waktu penyidangan dan pada waktu yang telah ditentukan.

14. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengikuti konsulat setiap 1 bulan

sekali.

15. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memkai baju muslimah setiap hari

Minggu.

16. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk membaca Asmaul-Husna sebelum

jam pelajaran dimulai.

17. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memakai kaos dalam lagging dan

bandana pada waktu sekolah dan upacara.

Page 112: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

18. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk izin terlebih dahulu apabila hendak

izin pulang dan izin harian.

19. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memiliki kartu izin harian.

20. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengikuti PBB.

21. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk membayar iuran IP4DR. Kelas 5:

Rp. 25.000 dan kelas 6: Rp. 20.000

22. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengikuti olahraga mingguan

dengan berpakaian muslimah.

23. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memakai sepatu pantopel pada saat

upacara.

24. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengikuti tanzil umum setiap 2

Minggu sekali.

25. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengadministrasikan jika izin

keluar : Rp. 2000 dan izin pulang: Rp. 5000

26. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memakai bross jika keluar kamar.

27. Menindak pelajar kelas 5 dan 6 jika melanggar kedisiplinan pondok.

28. Menghadiri undangan dari dalam ataupun dalam pondok.

29. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mandi tepat waktu.

30. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk mengancingkan pakaian.

31. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk ta’zim kepada wali santri, ustad dan

ustadzah.

32. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk tidak membeli pada waktu yang

telah diharamkan (waktu jam sekolah berlangsung).

33. Menindak kelas 5 dan 6 yang berkoresponden dengan lawan jenis.

34. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk menaruh sandal dengan tertib.

35. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memakai sandal pada tempatnya.

36. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk makan di tempat yang telah

disediakan.

37. Diwajibkan kepada kelas 5 dan 6 untuk sholat berjamaah tepat waktu, yakni:

Subuh: paling telah azan

Ashar: 15:00

Maghrib: 17:30

Isya: paling telat azan

Page 113: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

38. Menindak kelas 5 dan 6 yang mengambil makanan menggunakan plastic, kertas nasi, dan

lain-lain.

39. Menindak kelas 5 dan 6 yang membuka kerudung dan rok saat mencuci dan mengantri di

kamar mandi.

40. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk membuang sampah pada

tempatnya.

41. Menindak kelas 5 dan 6 yang membuang air di tangga.

42. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk kanisah (piket) kamar pada waktu

yang telah ditentukan.

43. Menindak kelas 5 dan 6 yang pura-pura haid dan pura-pura sakit.

44. Mengesahkan dan menandatangani keluar masuknya dari setiap bagian.

45. Memeriksa perlengkapan kelas 5 dan 6 pada saat sekolah dan upacara.

46. Mengadakan penyidangan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 pada malam Selasa dan

Rabu sampai jam 21:00 WIB.

47. Masuk sekolah paling lambat jam 07:00 WIB.

48. Bagi yang terlambat jamaah pada waktu azan akan mendapatkan sanksi.

49. Keluar komplek izin harian harus izin terlebih dahulu.

50. Sehabis pulang dan keluar komplek wajib melapor pada hari itu juga.

51. Meeting wajib izin terlebih dahulu pada hari Rabu apabila memiliki saudara kandung di

santri putra.

52. Mewajibkan izin terlebih dahulu bagi setiap pengurus putri jika ingin berkonsultasi

dengan pengurus putra.

53. Mewajibkan seluruh santri kelas dan 6 untuk mengikuti PBB pada pagi hari.

54. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk memakai celana panjang saat tidur

di amlam hari.

55. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk tidur pada pukul 23:00 WIB.

56. Memberi sanksi kepada kelas 5 dan 6 yang mewarnai rambut.

57. Memberi sanksi kepada kelas 5 dan 6 apabila duduk/makan/ belajar di saung belakang.

58. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk menitipkan uang jajan pada wali

kelas dan wali asuh.

59. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk menjaga dan mnutup aurat.

60. Menindak santri kelas 5 dan 6 yang memakai aksesoris (gelang, kalung, cinci)

61. Menindak kelas 5 dan 6 yang menitipkan barang elektronik kepada tetangga/tukang

laundry.

Page 114: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

62. Menindak santri pelajar kelas 5 dan 6 yang menginap di rumah warga.

63. Menindak kelas 5 dan 6 yang memesan makanan via online (Go Food).

64. Menindak kepada kelas 5 dan 6 yang membuka aurat pada tempat yang diharamkan.

65. Member sanksi kepada kelas 5 dan 6 yang mengajak teman keluar pondok pada saat

dijenguk.

66. Member sanksi pada pelajar kelas 5 dan 6 yang membuat kegaduhan.

67. Mewajibkan bagi seluruh pelajar kelas 5 dan 6 untuk izin terlebih dahulu apabila ingin

konsultasi dan meeting dengan saudara kandung.

68. Member sanksi kepada seluruh pelajar kelas 5 dan 6 yang mengangkat rok tinggi-tinggi.

69. Member sanksi kepada seluruh kelas 5 dan 6 yang mneggunakan mp3 dan music box

pada waktu yang diharamkan.

Page 115: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 11

Surat Perjanjian Tertulis Santri

Page 116: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 12

Surat Bimbingan Skripsi

Page 117: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 13

Surat Permohonan Izin Penelitian

Page 118: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 14

Surat Keterangan Penelitian

Page 119: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 15

Lembar Uji Referensi

Page 120: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 121: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 122: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …
Page 123: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 16

Kegiatan Pembinaan Disiplin Santri

Page 124: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

Lampiran 17

Hasil Dokumentasi

Page 125: PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI STRATEGI …

cxi

Lampiran 18

Biodata Penulis

Virna Mutiara Wahyu, lahir di Jakarta 15 November

1996. Anak pertama dari 3 bersaudara dari

pasangan Bapak Yuyu Wahyudin dan Ibu Yatmi

Maghfirah. Email penulis yaitu

[email protected]. Penulis menempuh

pendidikan dasar di SDN 03 Pengasinan, kemudian

melanjutkan Tsanawiyah dan Aliyah di Pondok

Pesantren Daarul Rahman Jakarta. Saat ini penulis

merupakan mahasiswi di Jurusan Manajemen

Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-2019 dan

lulus dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd). Minat dan kecintaan penulis pada dunia

sastra membuat ia mengikuti berbagai perlombaan

menulis tingkat nasional dan puisinya pernah masuk

sebagai kontributor dalam Festival Seni Multatuli

yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Banten.

Berbekal keyakinan, semangat, dan doa serta dukungan dari berbagai pihak, Alhamdulliah

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ke depannya penulis dapat menjadi pribadi

yang lebih baik dan berkembang lagi baik dari segi intelektual, sosial maupun spritualnya.