70
PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM PEMBANGUNAN KAMPUNG WERUR DISTRIK BIKAR KABUPATEN TAMBRAUW PROVINSI PAPUA BARAT (Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kampung Werur Distrik Bikar) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah Oleh : ANSELMUS YAPPEN NIM 17610056 PROGRAM MAGISTER (S-2) SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    35

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM PEMBANGUNAN

KAMPUNG WERUR DISTRIK BIKAR KABUPATEN TAMBRAUW

PROVINSI PAPUA BARAT

(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kampung Werur Distrik Bikar)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Oleh :

ANSELMUS YAPPEN

NIM 17610056

PROGRAM MAGISTER (S-2)

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 2: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

i

PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM PEMBANGUNAN

KAMPUNG WERUR DISTRIK BIKAR KABUPATEN TAMBRAUW

PROVINSI PAPUA BARAT

(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kampung Werur Distrik Bikar)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Oleh :

ANSELMUS YAPPEN

NIM 17610056

PROGRAM MAGISTER (S-2)

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 3: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …
Page 4: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …
Page 5: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

iv

Motto

”dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan

kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” (Mazmur 37:4).

Page 6: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

v

Persembahan

Tesis ini aku mempersembahkan kepada :

1. Istriku yang tercinta Costansa O. Turay dan ketiga anak-anakkuyakni Aurora Emma Yappen, Eliazer Piet Yappen dan Ancelma E.Yappen yang sangat aku cintai dalam hidupku ini.

2. Ayahku Petrus Yappen (Almarhum) dan ibuku Emma Paraibabo(Almarhuma) yang telah melahirkan aku kedalam dunia ini dansudah membesarkan aku, kamu adalah orang terhebat dan sangatberarti dalam hidupku.

3. Saudara dan Saudari kandungku yang telah lahir bersama aku dalamsatu kandungan dan dari satu darah yaitu Kakak Gr. YakobusYappen, Kakak Stevanus Yappen, Kakak Dominggus Yappen, KakakRosalina Yappen, Kakak Maria Yappen dan Kakak Welmince Mayor.

4. Semua pihak, keluarga dan sahabatku yang aku tidak menyebutkansatu persatu.

Terimah kasih atas Doa dan dukungannya baik secara spiritual maupunmaterial sehingga saya boleh selesaikan tesis ini.

Page 7: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM

PEMBANGUNAN KAMPUNG WERUR DISTRIK BIKAR KABUPATEN

TAMBRAUW PROVINSI PAPUA BARAT” yang dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan Strata 2 (S-2).

Terselesaikannya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam proses penelitian

maupun selama penulisan. Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku Dosen pembimbing utama yang juga

Direktur Program Magister (S-2) Program Studi Ilmu Pemerintahan, Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan

selama penyusunan tesis.

2. Bapak Dra. B. Hari Saptaning Tyas, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji tesis ini serta memberikan

masukan yang sangat berarti demi kesempurnaan tesis ini.

3. Bapak Drs. Jaka Triwidaryanta, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji tesis ini serta memberikan

masukan yang sangat berarti demi kesempurnaan tesis ini.

Page 8: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

vii

4. Bapak/Ibu Dosen Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa studi.

5. Staf Sekertariat Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, atas bantuannya dalam mengurus

keperluan akademik dan administrasi selama penulis melaksanakan studi.

6. Pemerintah Kabupaten Tambrauw yang telah memberikan kesempatan dan

dukungan kepada penulis untuk studi lanjut pada Program Studi Magister (S-

2) Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Pemerintah Distrik Bikar Kabupaten Tambrauw yang telah menerima penulis

selama melakukan penelitian dan memberikan data untuk penyusunan tesis

ini.

8. Pemerintah Kampung, Badan Permusyawaratan Kampung (BPD), Tokoh

Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Tokoh Perempuan di Kampung

Werur Distrik Bikar Kabupaten Tambrauw yang telah menerima penulis

selama melakukan penelitian dan memberikan data untuk penyusunan tesis

ini.

9. Kepala Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw Bapak Ferdinand Mofu,

S.Km sebagai motor penggerak selama penulis menempuh pendidikan

Magister (S-2) di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

Page 9: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

viii

10. Kedua orang tuaku (Mama dan Bapak), Kakak, Adik, dan keluarga besar

yang ada di Kabupaten Tambrauw atas kepercayaan, kesabaran, dukungan

moril dan materi serta semangat yang tak pernah berhenti sehingga menjadi

kekuatanku selama menyelesaikan tesis ini. Kalian adalah orang yang paling

berarti dalam hidupku.

11. Istriku dan anak-anakku yang menjadi saluran berkat bagi hidupku dan

menjadi kekuatanku selama menempuh pendidikan Magister (S2) di Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

12. Teman-teman seperjuangan Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta angkatan 20B kelas

khusus dari Kabupaten Tambrauw untuk keceriaan dan kenangan serta telah

menjadi bagian dalam perjalanan studiku.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca dan semua pihak.

Yogyakarta, Oktober 2019

Penulis

ANSELMUS YAPPEN

Page 10: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

INTISARI ................................................................................................... xiii

ABSTRACT ............................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Fokus Penelitian .................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ................................................................. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6

E. Kerangka Konseptual ............................................................ 7

1. Pengelolaan ...................................................................... 7

2. Otonomi Khusus .............................................................. 11

3. Pembangunan Kampung .................................................. 23

F. Metode Penelitian ................................................................. 29

1. Jenis Penelitian ................................................................. 29

2. Obyek Penelitian .............................................................. 30

3. Lokasi Penelitian .............................................................. 30

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian ............................... 30

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 32

6. Teknik Analisis Data ........................................................ 34

BAB II. PROFIL KAMPUNG WERUR ............................................ 37

A. Sejarah Terbentuknya Kampung Werur ............................... 37

Page 11: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

x

B. Kepemimpinan di Kampung Werur ...................................... 41

C. Luas Wilayah Kampung Werur ............................................ 42

D. Letak Kampung Werur ......................................................... 43

E. Data Penduduk Kampung Werur .......................................... 44

F. Mata Pencarian Penduduk Kampung Werur ......................... 45

G. Pendidikan ............................................................................. 46

H. Sarana dan Prasarana ............................................................ 47

I Budaya Tari ........................................................................... 47

J Struktur Kampung Werur ..................................................... 48

K Nama-Nama Aparatur Kampung Werur ............................... 49

L Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kampung ................... 49

M Kelembagaan di Kampung Werur ........................................ 52

N Dasar Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Kampung

Werur .................................................................................... 52

O Data Pembangunan di Kampung Werur ............................... 53

BAB III. ANALISIS PENGELOLAAN DANA OTONOMI

KHUSUS DI KAMPUNG WERUR DISTRIK BIKAR

KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2017....................... 54

A. Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Kampung Werur

Distrik Bikar Tahun 2017 ..................................................... 54

1. Perencanaan ..................................................................... 55

2. Pengorganisasian .............................................................. 73

3. Pelaksanaan atau Realisasi Kegiatan ............................... 75

4. Pengawasan ...................................................................... 78

5. Dampak dalam Pengelolaan Dana Otonomi Khusus

di Kampung Werur Distrik Bikar Tahun 2017 ................ 81

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Dana

Otonomi Khusus Kampung Werur 2017 ...................... 86

1. Faktor Pendukung dalam Pengelolaan Dana Otonomi

Khusus Kampung Werur 2017 ......................................... 86

2. Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Dana Otonomi

Page 12: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

xi

Khusus Kampung Werur 2017.......................................... 88

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 91

A. Kesimpulan ........................................................................... 91

B. Saran ..................................................................................... 94

Page 13: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

xii

Daftar Tabel

No. Judul Tabel Hal1.1 Pemilihan Informan ............................................................................... 32

2.1 Penggunaan Lahan ................................................................................ 432.2 Penduduk Kampung Werur ................................................................... 442.3 Mata Pencaharian Penduduk Kampung Werur ..................................... 452.4 Pendidikan ............................................................................................. 462.5 Sarana dan Prasarana Kampung Werur ................................................ 472.6 Data Pembangunan di Kampung Werur ............................................... 53

3.1 Besaran Alokasi Dana Otonomi Khusus di Kampung WerurDistrik Bikar Kabupaten Tambrauw Tahun 2017 ................................. 55

3.2 Kegiatan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Kampung Werur2017 Tahap I ......................................................................................... 75

3.3 Kegiatan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Kampung Werur2017 Tahap II ........................................................................................ 76

3.4 Kelompok Kerja pada Pengelolaan Dana Otonomi Khusus KampungWerur 2017 ........................................................................................... 77

Page 14: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

xiii

INTISARI

Penelitian ini terkait dengan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus dalamPembangunan Kampung Werur Distrik Bikar Kabupaten Tambrauw ProvinsiPapua Barat. Kampung Werur merupakan salah satu Kampung yang beradadiwilayah Distrik Bikar di Kabupaten Tambrauw di Papua Barat. Sebagai wilayahyang masih membutuhkan banyak perkembangan dan pembangunan untukmembantu agar masyarakat dapat hidup lebih layak dan menerima aksespendidikan serta kesehatan dari pemerintah. Penelitian ini dimaksudkan untukmenganalisis bagaimana pengelolaan dana otonomi khusus untuk pembangunanKampung di Distrik Bikar. Hal ini untuk menjawab dinamika yang terjadi atas prokontra masalah pengelolaan dana khusus yang dipertanyakan oleh banyakkalangan.

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian iniadalah Pengelolaan Dana Otonomi Khusus dalam Pembangunan Kampung WerurDistrik Bikar Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Adapun informan yangterlibat dalam penelitian ini sebanyak 10 (Sepuluh) orang yaitu Kepala DistrikBikar, Sekretaris Distrik Bikar, Kepala Kampung Werur, Sekretaris KampungWerur, Ketua Bamuskam Kampung Werur dan Tokoh Masyarkat KampungWerur. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah observasi,wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis Data dalam penelitian ini terhadapPengelolaan Dana Otonomi Khusus dalam Pembangunan Kampung Werur DistrikBikar Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat dengan cara pengumpulan data,pemilihan data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan saran. TeknikPengumpulan Data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dandokumentasi. Teknik analisis Data dalam penelitian ini terhadap PengelolaanDana Otonomi Khusus dalam Pembangunan Kampung Werur Distrik BikarKabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat dengan cara Pengumpulan Data,Reduksi Data, Penyajian Data dan Kesimpulan

Hasil penelitian ini terkait dengan Pengelolaan Dana Otonomi Khususdalam Pembangunan Kampung Werur Distrik Bikar Kabupaten TambrauwProvinsi Papua Barat Tahun 2017 dapat dilakukan melalui tahapan pembanguanyaitu Perencanaan, Pengorganisasian Masyarakat, Pelaksanaan atau RealisasiKegiatan, dan Pengawasan. Dan hasil yang diperoleh dari Pengelolaan DanaOtonomi Khusus Kampung Werur Tahap I dan II tahun 2017 dapat direalisasikandalam bentuk 3 (tiga) kegiatan pembangunan yaitu : Pembangunan RumahMasyarakat 1 Unit (Rp 80,000,000.00), Bantuan Biaya Kesehatan/Honor KaderPosyandu (Rp 10,000,000.00), dan Bantuan Biaya Pendidikan bagi MahasiswaStudi Akhir (Rp 10,000,000.00). Maka realita menunjukan bahwa 100% DanaOtonomi Khusus Kampung Werur tahun 2017 dapat dikelola dengan baik olehPemerintah Kampung Werur walaupun belum optimal sebagaimana idealnya.

Kata kunci: Pengelolaan Dana Otsus, Pembangunan Kampung Werur.

Page 15: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

xiv

ABSTRACT

The research is related to the Management of the Special AutonomyFund in the development of the village of Werur. Werur village is one of thevillages including the bikar sub-district government area , Tambrauw Regency,West Papua Province. As an area that still needs development to help improveliving standards, get access to education, and health from the government. Thestudy was intended to analyze the management of special autonomy funds for theconstruction of the werur village. the results of research to answer the dynamicsthat occur over the pros and cons of the problem of managing special funds thatare questioned by public.

This type of research is descriptive qualitative. The object of thisresearch is the Management of Special Autonomy Funds in the development ofWerur Village, Bikar District, Tambrauw Regency, West Papua Province. therewere ten informants involved in this research, namely the Head and Secretary ofBikar District, the Head and Secretary of Werur Village, the Chairperson ofBamuskam (village consulting agency) Kampung Werur and the CommunityLeader of Kampung Werur. Data collection techniques in this study wereobservation, interviews and documentation. Data analysis techniques in this studyof the Guiding Function in the Administration of Village Government by the Headof Bikar District, Tambrauw Regency, West Papua Province by collecting data,selecting data, presenting data and drawing conclusions also suggestions. Datacollection techniques in research are observation, interviews and documentation.Data analysis techniques in research on the Management of Special AutonomyFunds in the development of Werur Village, Bikar District, Tambrauw Regency,West Papua Province by means of Data Collection, Data Reduction, DataPresentation and Conclusion.

The results of this study related to the Management of the SpecialAutonomy Fund in the Development of Werur Village in 2017 can be donethrough the development phase, namely: Planning, Community Organizing,Implementation or Realization of Activities, and Supervision. The results of theManagement of the Special Autonomy Fund of Werur Village Phase I and II in2017 realized in the three development activities. first, the Construction of Housesfor the Community of 1 Unit (Rp. 80,000,000.00). Secondly, the Health Costs /Posyandu Cadre Assistance cost (Rp. 10,000,000.00), and Third, Education CostAssistance for Final Study Students (Rp. 10,000,000.00). So, the reality showsthat 100% of Special Autonomy Fund in 2017 is well managed by theGovernment of the Werur Village even though it has not been as optimal asideally.

Keyword: Special Autonomy Fund Management, Werur VillageDevelopment.

Page 16: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Tambrauw sebagai Kabupaten yang baru dibentuk pada

tahun 2008, Kabupaten Tambrauw di Papua Barat memiliki beban yang cukup

besar dalam membangun wilayahnya. Wilayah Papua merupakan Daerah

Otonomi Khusus Indonesia yang ditentukan karena beberapa pertimbangan,

seperti kondisi geografis, politik, konflik serta kesejahteraan masyarakat

(Tabuni dkk, 2016). Pemberlakuan kebijakkan Otonomi Khusus bagi Papua

diharapkan mampu menjadi sarana percepatan pembangunan dibidang

pendidikan tanah Papua sehingga dapat sejajar dengan daerah lain di Indonesia

(Tabuni dkk, 2016) mengingat secara geografis dan politis wilayah ini masih

tertinggal.

Namun upaya yang dilakukan tidak cukup untuk pembanguan di

Papua, sehingga pemerintah Indonesia mengeluarkan solusi dengan

mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2001 yang

memberikan Otonomi Khusus kepada wilayah Irian Jaya serta mengubah

namanya menjadi Papua. Otonomi Khusus (Otonomi Khusus) bagi Provinsi

Papua pada dasarnya adalah kewenangan Khusus yang diakui dan diberikan

bagi propnsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus sendiri dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi Khusus mulai diberlakukan di Provinsi Papua pada tahun

2002 berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi

Page 17: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

2

Khusus bagi Provinsi Papua, kemudian untuk Provinsi Papua Barat

pemberlakuan Otonomi Khusus diberikan melalui Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 tentang

Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang-undang. Di samping itu,

dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus kepada Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat juga dialokasikan Dana tambahan infrastruktur. Besaran

Dana tambahan infrastruktur ini disepakati antara Pemerintah dengan DPR, dan

penggunaannya diutamakan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur.

Dana Otonomi Khusus yang besarnya setara dengan 2% dari plafond Dana

Alokasi Umum (DAU) Nasional, terutama ditujukan untuk pembiayaan

pendidikan dan kesehatan; yang masing-masing minimal 30% (tiga puluh

persen) dan 15% (lima belas persen) (DPR RI, 2013).

Otonomi Khusus disini mencakup pada banyak bidang dan diharapkan

akan mengurangi ketertinggalan di wilayah Papua. Dalam prakteknya,

pemberlakuan Otonomi Khusus disini masih mengalami beberapa

permasalahan, seperti belum dilaksanakannya dengan maksimal serta

mengalami banyak masalah internal. Laporan dari jurnal yang diterbitkan oleh

DPR RI (2013) menyebutkan bahwa pelaksanaan Otonomi Khusus dianggap

gagal mencapai tujuan dasarnya yaitu melakukan pembangunan Papua, dan

bukan melakukan pembangunan di atau untuk Papua. Namun, dalam tulisan

yang sama disebutkan bahwa terdapat hal-hal positif terkait dengan

pelaksanaan Otonomi Khusus, diantaranya adalah, tidak sedikit pihak, terutama

Page 18: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

3

dari kalangan pemerintahan dan pelaksana percepatan pembangunan Papua

(UP4B) yang secara tidak langsung menyatakan bahwa pembangunan Papua

telah berhasil dilaksanakan sebagaimana terlihat dari sejumlah perubahan dan

kemajuan yang berhasil diraih.

Penelitian tentang Pengelolaan Dana Otonomi Khusus disini menjadi

kajian yang menarik ketika dikaitkan dengan pengembangan wilayah baru

yang berada di kawasan daerah Khusus itu sendiri. Pembahasan tentang

Pengelolaan Dana Otonomi Khusus ini beberapa kali sudah dibahas

sebelumnya, seperti yang telah dibahas dalam laporan DPR RI tahun 2013

menyebutkan bahwa efektifitas Dana Otonomi Khusus berpotensi rendah

karena tidak ada strategi (Renstra), tidak ada sanksi terinci dan tegas (Kasus

Papua), sehingga berpotensi diselewengkan karena Silpa Otonomi Khusus

makin lama makin besar tanpa aturan dalam pemanfaatannya (NAD). BPK

Jayapura (2018) juga menulis hal yang sama yang menyatakan bahwa Dana

Otonomi Khusus Provinsi Papua merupakan salah satu sumber pendanaan

utama bagi APBD Provinsi Papua. Penggunaan Dana Otonomi Khusus ini

diprioritaskan untuk bidang-bidang tertentu guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Provinsi Papua agar sama bahkan lebih baik dari provinsi-provinsi

lain di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh (Wijaya, 2015) membahas bahwa

penggunaan Dana Otonomi Khusus di Papua selama ini masih belum

transparan. Bagaimana dana tersebut dikelola dan rinciannya masih belum

disebutkan secara detail. (Hartati, 2016) menyebutkan bahwa Pengelolaan

Page 19: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

4

Dana Otonomi Khusus disini akan berjalan lurus/seimbang dengan indeks

pembangunan manusia. Selain itu (Iha, 2015) menyebutkan bahwa sejak

diberlakukannya Otonomi Khusus yang hingga kini sudah berjalan selama 14

tahun, ternyata belum mampu mensejahterakan rakyat Papua dengan baik,

padahal dengan sumber kekayaan alam yang melimpah seharusnya Papua

mampu untuk meningkatkan infrastruktur dan kesejahteraan rakyat. Sejak

tahun 2001 pemberian dana dalam rangka Otonomi Khusus sudah mencapai Rp

28 triliun diluar dana pertimbangan lainnya, namun begitu belum memberikan

dampak perubahan yang signifikan di tanah Papua atas dana yang sebanyak itu

(Iha, 2015). Kenyataan seperti ini, apabila pemerintah tidak mengambil

langkah maju yang tepat bagi peningkatan perekonomian dan kasejahteraan

orang Papua, sampai masa berakhirnya undang-undang Otonomi Khusus yaitu

selama 25 tahun sesuai amanat undang-undang tersebut, sangat memungkinkan

memberikan peluang bagi rakyat Papua untuk meminta solusi lain karena

ketidakberhasilan implementasi Otonomi Khusus. Salah satu cara yang perlu

dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang terkait dengan

implementasi Otonomi Khusus adalah melalui penelitian agar dapat dicarikan

solusi pemecahannya (Iha, 2015).

Hasil penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Tabuni dkk (2016)

menyebutkan bahwa pemberlakuan Otonomi Khusus telah memberikan peran

yang singnifikan kepada pemerintah daerah untuk perumusan kebijakan dan

program pembanguan yang berpihak kepada rakyat, namun dalam

implementasi masih terdapat masalah dan masih belum mencapi tujuan

Page 20: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

5

daripada Otonomi Khusus karena masih banyak masyarakat yang belum

mersakan keberhasilan kesejahteraan dalam bidang pendidikan dan segala

bidang pembanguan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Douw (2018) yang menunjukkan bahwa Pengelolaan Dana Otonomi

Khusus Provinsi Papua memang telah terlaksana sesuai dengan aturan yang

berlaku, namun dalam pelaksanaannya ada yang berhasil dan belum berhasil

atau gagal. Pelaksanaan penggunaan Dana Otonomi Khusus ini membutuhkan

pengawasan yang lebih sehingga nantinya dapat bermanfaat dan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

Berdasarkan beberapa literatur tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Papua sudah berjalan

sebagaimana mestinya namun masih terbilang gagal dalam hal efektifitas

implementasinya.

Kampung Werur merupakan salah satu Kampung yang berada

diwilayah Distrik Bikar di Kabupaten Tambrauw di Papua Barat. Sebagai

wilayah yang masih membutuhkan banyak perkembangan dan pembangunan

untuk membantu agar masyarakat dapat hidup lebih layak dan menerima akses

pendidikan serta kesehatan dari pemerintah. Penelitian ini dimaksudkan untuk

menganalisis bagaimana Pengelolaan Dana Otonomi Khusus untuk

pembangunan Kampung di Distrik Bikar. Hal ini untuk menjawab dinamika

yang terjadi atas pro kontra masalah Pengelolaan Dana Otonomi Khusus yang

dipertanyakan oleh banyak kalangan.

B. Fokus Penelitian

Page 21: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

6

Fokus pada penelitian ini adalah :

1. Pengelolaan Dana Otonomi Khusus dalam Pembangunan Kampung Werur

tahun 2017.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Dana

Otonomi Khusus dalam Pembangunan Kampung Werur.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaiman Pengelolaan Dana Otonomi Khusus dalam Pembangunan

Kampung Werur tahun 2017?

2. Apakah Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Dana

Otonomi Khusus di Kampung Werur?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana Pengelolaan Dana Otonomi Khusus dalam

Pembangunan Kampung Werur tahun 2017.

b. Untuk mengetahui apakah Faktor Pendukung dan Penghambat dalam

Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Kampung Werur.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Page 22: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

7

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori tentang Pengelolaan

Dana Otonomi Khusus yang berfokus pada pembangunan Kampung.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara Khusus bagi

Pemerintah Kampung Werur Distrik Bikar, dan secara umum bagi

Pemerintah Kampung lain yang ada di wilayah Pemerintahan Distrik

Bikar Kabupaten Tambrauw dalam hal Pengelolaan Dana Otonomi

Khusus bagi Pembangunan Kampung.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep

yang mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam

menyususun sistimatis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pedoman

peneliti untuk menjelaskan secara sistimatis teori yang digunakan dalam

penelitian.

1. Pengelolaan

Pengelolaan berasal dari kata kelola yang dapat diartikan sebagai

memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan supaya lebih

baik, lebih maju dan sebagianya serta bertanggungjawab atas pekerjaan

tertentu. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan

kebijaksanaan dan tujuan memberikan pengawasan pada semua hal yang

terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan, Pengelolaan juga bisa

Page 23: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

8

diartikan penyelenggaraan suatu kegiatan. Pengelolaan bisa diartikan

manajemen, yaitu suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai

tujuan organisasi yang telah ditentukan (Handayaningrat, 1990; 9).

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan

semua sumber daya yang menurut seuatu perencanaan diperlukan untuk atau

penjelesaian suatu tujuan kerja tertentu serta pemanfaatan sumber daya

manusia atau pun sumber daya lainnya yang dapat diwujudkan dalam

kegiatan pembangunan dalam suatu daerah tertentu serta mencapai tujuan

kesejahteraan masyarakat.

Istilah Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu menggerakan,

mengorganisasikan, dan mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan

secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai tujuan tertentu,

Pengelolaan bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan akan rangkaian

kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan

efesien (Adisasmita, 2011: 22).

Menurut (Handoko, 2012:8) Pengelolaan adalah proses yang

membantu merumuskan suatu kebijakan dan tujuan organisasi atau proses

yang memberikan pengawasan pada suatu yang terlibat dalam pelaksanaan

dan pencapaian tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas

penyusunan menyimpulkan bahwa pengeloaan merupakan suatu rangkaian

Page 24: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

9

kegiatan yang meliputi merencanakan, mengorganisasikan, dan mengawasi

kegiatan manusia dengan menmanfaatkan material dan fasilitas yang ada

untuk mencapai tujuan yang tertentu secara efektif dan efisien.

Handoko mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu

pengetahuan (sice) yang berusaha secara sistematis untuk memahami

mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan

dan membuat sistim kerja sama ini menjadi lebih bermanfaat bagi

kemanusian. Menurut Handoko manajemen telah memenuhi persyaratan

untuk disebut bidang ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari untuk itu

yang lama dan telah diorganisasi menjadi suatu rangkaian teori-teori ini

masih terlalu umum dan subyektif, tetapi teori manajemen selalu diuji dalam

praktek sehingga manajemen sebagai ilmu terus berkembang (Handoko,

2011:11)

Manajemen meningkatkan tujuan tercapainya dengan efektif dan

efisien, dua kata tersebut mengandung arti bahwa efisien berarti

mengerjakan sesuatu yang benar (doing things rights) sedangkan efektifitas

adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the rights). Efektifitas

merupakan suatu kemampuan untuk memilih tujuan yang dapat atau

peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan

kata lain efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode

(cara) yang tepat untuk mencapai tujuan (Budiyono, 2004: 25).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dapat diketahui bahwa

istilah Pengelolaan mempunyai makna sebagai berikut :

Page 25: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

10

a. Proses, cara perbuatan pengelola.

b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan orang lain.

c. Proses membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi.

d. Proses yang memberikan pengawasan pada suatu hal yang terlibat dalam

pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.

Dengan demikian maka yang dimaksud dengan Pengelolaan adalah

suatu proses kegiatan melalui dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

dan pengendalian sampai dengan proses pertanggung jawaban.

Pengelolaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses

manajemen suatu kerjasama orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah

disepakati bersama dengan sistematis, efisien. Efektif, dalam Encilklopedia

of the sosial seiences dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses

pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

Menurut Soewarno Handayaningrat Pengelolaan juga bisa diartikan

penyelenggaraan suatu kegiatan. Pengelolaan bisa diartikan manajemen,

yaitu suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai

tujuan organisasi yang telah ditentukan Pengelolaan pada dasarnya adalah

pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut seuatu

perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu

serta pemanfaatan sumber daya manusia ataupun sumber daya lainnya yang

Page 26: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

11

dapat diwujudkan dalam kegiatan pembangunan dalam suatu daerah tertentu

serta mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat (Handayaningrat, 1990; 9).

Dari uraian di atas, maka Pengelolaan merupakan rangkaian

kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, petunjuk,

pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan program pembangunan pada

organisasi pemerintah maupun organisasi swasta agar semua kegiatan dapat

terlaksana dengan baik.

2. Otonomi Khusus

Otonomi Khusus disini berangkat dari konsep desentralisasi yang

dianut oleh Indonesia sebagai bagian dari sistem pemerintahan. Dalam

konteks ini, Parsons mendefinisikan desentralisasi sebagai pembagian

(sharing) kekuasaan pemerintahan antara kelompok pemegang kekuasaan di

pusat dengan kelompok-kelompok lainnya agar masing-masing kelompok

memiliki otoritas untuk mengatur bidang-bidang tertentu dalam lingkup

teritorial suatu negara (Hidayat, 2007). Scligman (dalam Suryadinata, 1993)

memaknai desentralisasi adalah “the process of decentralization denotes the

transference of authority, legislative or administrative, from a higher level

of government to a lower”. Suatu proses penyerahan wewenang dari

pemerintah yang lebih tinggi yang mempunyai kekuasaan, kepada

pemerintah yang lebih rendah derajatnya, menyangkut bidang legislatif atau

administratif.

Selanjutnya, dalam studi desentralisasi, praktik desentralisasi

terbagi atas dua bentuk utama, yaitu desentralisasi politik dan desentralisasi

Page 27: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

12

administrasi. Penerapan desentralisasi politik diharapkan sebagai upaya

untuk mencegah pembuatan keputusan secara sentralistik dan mengurangi

dominasi pemerintah pusat dalam keputusan politik di daerah, memperluas

otonomi di daerah dan sebagai strategi untuk menciptakan stabilitas politik.

Dalam hal ini, desentralisasi merupakan tindakan pendemokrasian agar

rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam

mempergunakan hak-hak demokrasi. Sementara, desentralisasi administratif

dimaksudkan untuk mewujudkan efisiensi dalam penyelenggaraan

administrasi pemerintahan (Hidayat, 2007).

“Pengelolaan merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan,pengorganisasian, petunjuk, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanprogram pembangunan pada organisasi pemerintah maupun organisasiswasta agar semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik’’

Dalam konteks ini, Van Der Pot (dalam Supriatna, 1993) melihat

desentralisasi dalam dua kategori, yaitu: pertama, desentralisasi teritorial

(teritoriale decentralisatie), yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangga dari daerah masing-masing (otonom); kedua,

desentralisasi fungsional (functional decentralisatie), yaitu; pelimpahan

kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan

tertentu. Tujuan dari desentralisasi semacam ini dikehendaki agar

kepentingan-kepentingan tertentu tadi diselenggarakan sendiri oleh

golongan-golongan yang bersangkutan. Selanjutnya, dalam hal ini

kewajiban pemerintah hanyalah memberikan pengesahan atas segala sesuatu

yang telah ditetapkan oleh golongan kepentingan tertentu saja. Ranis dan

Stewart (dalam UNDP, 2004) mengklasifikasikan format sistem

Page 28: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

13

desentralisasi dalam tiga kategori, yakni: pertama, dekonsentrasi (pegawai

pemerintah pusat bekerja di daerah); kedua; delegasi (pemerintah pusat

mendelegasikan kekuasaannya ke tingkat daerah); dan ketiga, devolusi

(pemerintah pusat mengalihkan kekuasaannya kepada pemerintah daerah).

“Pelimpahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untukmengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dan juga pelimpahankekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingantertentu yang ada di daerahnya masing-masing dengan tujuan pembangunandi daerah maju dan berkembang disertai dengan pengembangan potensisumber daya alam demi kesejahteraan masyarakat’’

Dalam konteks ini, Van Der Pot (dalam Supriatna, 1993) melihat

desentralisasi dalam dua kategori, yaitu: pertama, desentralisasi teritorial

(teritoriale decentralisatie), yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur

dan mengurus rumah tangga dari daerah masing-masing (otonom); kedua,

desentralisasi fungsional (functional decentralisatie), yaitu; pelimpahan

kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan

tertentu. Tujuan dari desentralisasi semacam ini dikehendaki agar

kepentingan-kepentingan tertentu tadi diselenggarakan sendiri oleh

golongan-golongan yang bersangkutan. Selanjutnya, dalam hal ini

kewajiban pemerintah hanyalah memberikan pengesahan atas segala sesuatu

yang telah ditetapkan oleh golongan kepentingan tertentu saja. Ranis dan

Stewart (dalam UNDP, 2004) mengklasifikasikan format sistem

desentralisasi dalam tiga kategori, yakni: pertama, dekonsentrasi (pegawai

pemerintah pusat bekerja di daerah); kedua; delegasi (pemerintah pusat

mendelegasikan kekuasaannya ke tingkat daerah); dan ketiga, devolusi

(pemerintah pusat mengalihkan kekuasaannya kepada pemerintah daerah).

Page 29: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

14

Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam Undang-Undang Nomor.

23 Tahun 2014 yang merupakan landasan operasional penyelenggaraan

pemerintahan daerah telah memberikan arahan bahwa penyelenggaraan

pemerintahan daerah didasarkan pada tiga asas pemerintahan. Pertama, asas

dekonsentrasi, merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada

gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau sebagai perangkat pusat di

daerah. Kedua, asas desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka

NKRI. Ketiga, asas tugas pembantuan (medebewind), yaitu penugasan dari

pemerintah kepada daerah dan dari daerah keDesa untuk melaksanakan

tugas tertentu.

Desentralisasi Asimetris (asymmetrical decentralization) adalah

pemberlakuan kewenangan Khusus pada wilayah-wilayah tertentu dalam

suatu negara, yang dianggap sebagai alternatif untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Penerapan desentralisasi asimetris merupakan sebuah manifestasi

dari usaha pemberlakuan istimewa. Konsep tersebut sebenarya sudah mulai

dijalankan, yaitu dengan adanya beberapa daerah Otonomi Khusus seperti

Provinsi Papua, Pemerintahan Aceh, DKI Jakarta dan yang terakhir

Provinsi DIY. Keempat provinsi ini secara legal formal sudah memperoleh

pengakuan dari negara. Inti dari desentralisasi asimetris adalah terbentuknya

ruang geraka implementasi dan kreativitas provinsi dalam pelaksanaan

pemerintahan diluar ketentuan umum dan Khusus. Titik berat desentralisasi

Page 30: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

15

asimetris terletak di provinsi, karena level Kabupaten dan Kota sudah cukup

terakomodasi dalam perundangan pemerintahan daerah selama ini.

Dalam konsep desentralisasi, pemberian status Khusus pada

wilayah tertentu dalam suatu negara biasanya didasarkan atas pertimbangan

historis, politik, keberagaman etnik dan budaya, akselerasi pembangunan,

dan sebagainya (Van Houten, 2004). Dalam konteks ini Van Houten (2004)

mengungkapkan :

“The legally astablilished power of distinctive, non soverigh ethniccommunities or ethnically distinc territories to make substancial publicdicisions and execute publik policy independently of other sources ofauthority in the state., but subject to the overall legal order of the state. Inorder words, in our understanding outhonomy denotes the exercise ofexclusive jurisdiction by distinctive no-sovereign ethnic communities or thepopulation of ethnically distinc territories”

Pencermatan terhadap ungkapan Van Houten tersebut setidaknya

mencakup dua aspek. Pertama, dalam konteks kewilayahan, konsepsi

otonomi dapat diklasifikasikan sebagai otonomi wilayah (territorial

authonomy) dan otonomi non wilayah (non territorial authonomy). Kedua,

dalam konteks fungsional, konsepsi otonomi dapat diklasifikasi: otonomi

asimetris dan otonomi umum. Hannum mensinyalir, setidaknya ada dua

manfaat yang dapat diperoleh dari pemberlakuan desentralisasi asimetris

(asymmetric decentralization) atau otonomi asimetris (asyimmetric

authonomy). Pertama, sebagai solusi terhadap kemungkinan terjadinya

konflik etnis, atau konflik-konflik fisik lainnya. Kedua, sebagai respon

demokratis dan damai terhadap keluhan/masalah yang dihadapi kelompok

kaum minoritas yang hak-haknya selama ini cenderung dilanggar/kurang

Page 31: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

16

diperhatikan (Djojosoekarto dkk., 2008). Hal ini kemudian berlaku dalam

penetapan daerah Otonomi Khusus Papua yang juga menjadi pilihan bagi

pemerintah Indonesia sebagai bagian dari pelaksanaan desentralisasi di

Indonesia, sebagai solusi terhadap kemungkinan terjadinya konflik etnis,

atau konflik-konflik fisik lainnya. Dan juga sebagai respon demokratis dan

damai terhadap keluhan/masalah yang dihadapi kelompok kaum minoritas

yang hak-haknya selama ini cenderung dilanggar/kurang diperhatikan dalam

kehidupan bermasyarakat pada suatu daerah.

Pada dasarnya, Otonomi Khusus Papua adalah pemberian

kewenangan yang lebih luas bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur

dan mengurus diri sendiri dalam kerangka NKRI. Melalui pemberlakuan

Otonomi Khusus Papua, maka, terdapat hal-hal mendasar yang hanya

berlaku di Provinsi Papua dan tidak berlaku di provinsi lain di Indonesia,

sebaliknya terdapat pula hal-hal yang berlaku di daerah lain yang tidak

diberlakukan di Provinsi Papua. Konstruksi Undang-Undang Otonomi

Khusus dibangun berlandaskan pada sejumlah pernyataan bermakna

filosofis, sebagaimana tertuang dalam konsiderans menimbang yang

mengandung sejumlah pengakuan antara lain:

a. Pengakuan atas cita-cita dan tujuan NKRI

b. Pengakuan bahwasanya masyarakat Papua adalah insan ciptaan Tuhan

dan bagian dari umat manusia yang beradab

c. Pengakuan terhadap adanya satuan-satuan pemerintahan daerah yang

bersifat Khusus

Page 32: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

17

d. Pengakuan bahwasanya penduduk asli Provinsi Papua adalah salah satu

rumpun dari ras Melanesia dan merupakan bagian dari suku-suku bangsa

di Indonesia yang memiliki keragaman budaya, sejarah, adat istiadat, dan

bahasa

e. Pengakuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di

Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan,

memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, mendukung

terwujudnya penegakan hukum, dan belum sepenuhnya menampakan

penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)

f. Pengakuan bahwa Pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alam

Provinsi Papua belum digunakan secara optimal untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat asli

g. Pengakuan adanya kesenjangan Provinsi Papua dengan provinsi lain di

Indonesia.

Dasar hukum dari pelaksanaan Otonomi Khusus menurut DPR RI

(2013) adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi

Provinsi Papua, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2008

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara

Page 33: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

18

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan atara Pemerintah Pusat dan Daerah

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia55 tahun

2005 tentang Dana Perimbangan

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah

g. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang

Rencana Pembangunan jangka Menengan Nasional tahun 2004-2009

h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Disamping itu, dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus kepada

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga dialokasikan Dana tambahan

infrastruktur. Besaran Dana tambahan infrastruktur ini disepakati antara

Pemerintah dengan DPR, dan penggunaannya diutamakan untuk pendanaan

pembangunan infrastruktur. Provinsi Papua dan Papua Barat adalah daerah

Page 34: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

19

yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, namun

masyarakatnya mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan daerah lain

di Indonesia. Ketertinggalan perekonomian masyarakat, minimnya

penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas, jaringan infrastruktur

yang masih memprihatinkan, hingga persoalan rendahnya kualitas

sumberdaya manusia (SDM) merupakan permasalahan mendasar di wilayah

ini. Oleh karena itu, untuk memperkecil ketertinggalan dengan daerah lain,

maka pemerintah memberikan Dana Otonomi Khusus kepada Provinsi

Papua dan Papua Barat. Pemberian Dana Otonomi Khusus ini didasarkan

pada nilai-nilai dasar yang mencakup perlindungan dan penghargaan

terhadap etika dan moral, hak-hak dasar penduduk asli, Hak Asasi Manusia,

supremasi hukum, demokrasi, pluralisme, serta persamaan kedudukan, hak,

dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (DPR RI, 2013).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 20021 tentang

Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat adalah kewenangan Khusus yang

diakui dan dibeikan kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi hak-hak dasar masyarakat Papua. Pengertian

menurut praktisinya, keKhususan Otonomi Papua berarti ada dua hal dasar

yang hanya berlakuh di Papua dan kemungkinan tidak berlaku di daerah

lain, di Negara Indonesia yang tidak diterapkan di Papua. (Menurut

Serajung dikutip Nugroho, D, 2000 : 46)

Page 35: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

20

Istilah “Otonomi” dalam Otonomi Khusus haruslah diartikan

sebagai kebebasan Rakyat Papua mengatur dan mengurus dirinya sendiri

sekaligus untuk kebebasan pemerintahnya sendiri. Mengatur dan

memanfaatkan Alam Papua untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyatnya. Tidak meninggalkan tanggungjawab untuk ikut serta mendukung

penyelenggaraan pemerintah pusat dan penting adalah kebebasan untuk

menentukan strategi pembangunan sosial, budaya, politik sesuai dengan

karakteristik. Hal penting sebagai bagian dari pembangunan jati diri orang

yang seutuhnya yang ditunjukkan melalui simbol-simbol daerah seperti,

lagu, bendera dan lambang.Istilah “Khusus” hendak diartikan sebagai

perlakuan berbeda yang di berikan kepada Provinsi Papua karena

kekhususan yang dimiliki. Kekhususan tersebut menyangkut hal-hal seperti

perlindungan hak-hak dasar orang asli Papua, termasuk sejarah politik,

penegakan demokrasi dan hak asasi manusia (Agus Semule, Otonomi

Khusus, jalan tengah bagi masalah konflik provinsi Papua, Jayapura:

Cendrawasi Press, 2007:49-50 ).

Pemberlakuan Otonomi Khusus adalah mewujudkan kehadiran,

penegakkan supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia

(HAM) dan menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia, Demokrasi,

Agama, Budaya Adat dalam percepatan pembangunan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat papua dalam rangka

kesetaraan dan keseimbangan dengan provinsi lain. Terutama penghormatan

dan pengakuan hak-hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak intelektual,

Page 36: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

21

hak kesejahteraan, hak politik, hak kultur, hak perempuan, hak ulayat dan

hak kebebasan (Socratez Sofiyan Yoman, 2009:200-201).

Otonomi menurut bahasa yunani “autos” berarti sendiri dan

“nomos” yang berarti aturan. Jadi, Otonomi diartikan sebagai kemerdekaan

dan kebebasan penyelenggaran pemerintahan sendiri. Otonomi Daerah

berarti kebebasan untuk mengambil keputusan baik politik maupun

administrasi berdasarkan prakarsa sendiri artinya menjalankan pemerintahan

daerah tanpa ikut campur tangan pemerintah pusat. Hakekat Otonomi

Daerah untuk mengembangkan manusia Indonesia yang otonom, yang

memberikan kekuasaan bagi terkuaknya potensi-potensi individu secara

optimal. Individu-individu otonom menjadi modal dasar bagi perwujudan

otonomi yang hakiki. Oleh karena itu, penguatan Otonomi Daerah harus

membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap pelaku dan rambu-

rambu yang disepakati bersama sebagai rambu-rambu jaminan tercapainya

sosial older.

Disimpulkan Desentralisasi dan Otonomi Daerah adalah

Pelimpahan Kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah

untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri, sedangkan Otonomi

Daerah adalah hak, kewenangan dan kewajiban untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan perundang-undangan. Penyelenggaraan pemerintah

daerah terlepas dari pemerintah pusat, itu berarti terlepas dari pemerintah

pusat, kecuali ada lima bidang yang harus diatur oleh pemerintah pusat.

Page 37: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

22

Terlepas dari pengertian desentralisasi dan Otonomi Daerah, dua kebijakan

ini diberlakukan dalam rangka membuka ruang demokrasi dan menegakan

Hak Asasi Manusia ditingkat lokal Indonesia.

Kajian secara etimologis menunjukan bahwa istilah desentralisasi

berasal dari bahasa latin “de” artinya lepas dan “centrum” artinya pusat.

Jadi, desentralisasi dari asal kata “de dan centrum” yang berarti lepas dari

pusat, desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri

selanjutnya, pemerintah Indonesia memisahkan mengenai Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Tidak cukup bila

pelimpahan kewenangan kepada Pemerintah Daerah saja, maka Pemerintah

Pusat menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Otonomi Daerah.

Otonomi Daerah adalah hak, kewenangan dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi

Daerah), kajian lain yang pernah dikemukakan oleh Rondeli dan Cheema

membagi empat tipe desentralisasi yaitu; dekonsentrasi, distribusi,

kewenangan dalam struktur pemerintah. Delegasi adalah pendelegasian

manajemen dan pengambilan keputusan asas fungsi-fungsi tertentu yang

sangat spesifik kepada organisasi tidak dibawah kontrol pemerintah.

Devolusi: penyerahan fungsi otoritas pemerintah pusat kepada pemerintah

Page 38: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

23

otonom. Swastanisasi adalah penyerahan beberapa tanggungjawab kepada

organisasi-organisasi swasta (Julianto,2006 ; 51-52).

Dapat disimpulkan bahwa Otonomi adalah pemberian hak dan

kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daearh untuk

mengatur dan mengurus daerahnya sendiri tanpa campur tangan pemerintah

pusat, memberi kewenangan dan kewajiban untuk mengurus urusan

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan

dan memberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang

ada untuk penggunaan yang sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya untuk

kepentingan dan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di daerah

tersebut.

3. Pembangunan Kampung

Pembangunan Kampung di Distrik Bikar disini diartikan secara

literal dalam membangun fisik Kampung guna memberdayakan masyarakat.

Pembangunan fisik dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, dengan maksud untuk

mengadakan kegiatan ke arah perubahan yang lebih baik dan perubahan

tersebut dapat dilihat secara kongkrit, nyata dari bentuk perubahannya.

Dengan kata lain bahwa perubahan itu identik dengan adanya wujud atau

bentuk dari pembangunan seperti adanya gedung-gedung, sarana

perumahan, sarana peribadatan, sarana pembuatan jalan, sarana pendidikan,

dan sarana umum lainnya (Fuji, 2015). Pembangunan fisik, seperti jalan,

jembatan, lapangan terbang, gedung, pelabuhan, dan lain sebagainya jelas

Page 39: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

24

sekali berpijak pada ruang yang ada dipermukaan bumi. Pembangunan

fisisk dilakukan agar masyarakat dapat menggunakan sarana infrastruktur

yang ada untuk menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari. Contoh kongkrit

dari pembangunan fisik dipedesaan seperti pembangunan jembatan yang

menghubungkan suatu Desa ke Desa lain yang dilintasi oleh sungai. 2014

anta

a. Pembangunan pemanfaatan serta pemeliharaan infrastruktur dan

lingkungan Desa antara lain: tambatan perahu, jalan pemukiman, jalan

Desa antar pemukiman ke wilayah pertanian, pembangkit listrik tenaga

mikrohidro, lingkungan pemukiman masyarakat Desa,dan infrastruktur

Desa dan lainnya sesuai kondisi Desa.

b. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana

kesehatan antara lain: air bersih berskala Desa dan sanitasi lingkungan.

c. Pelayanan kesehatan Desa seperti posyandu, sarana dan prasarana

kesehatan lainnya sesuai kondisi Desa.

d. Pembangunan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pendidikan dan kebudayaan antara lain: taman bacaan masyarakat,

pendidikan anak usia dini, balai pelatihan/kegiatan belajar masysrakat,

pengembangan dan pembinaan sanggar seni, dan sarana dan prasarana

pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi Desa.

e. Pengembangan uasaha ekonmi produktif serta pembangunan,

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain:

pasar Desa, pembentukan dan pengembangan Badan usaha milik Desa,

Page 40: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

25

penguatan permodalan badan usaha milik Desa, pembibitan tanaman

pangan, penggilingan padi, lumbung Desa, pembukaan lahan pertanian,

Pengelolaan usaha utang Desa sesuai kondisi Desa.

f. Lingkungan hidup antara lain: penghijauan, pembuatan terasering,

pemeliharaan hutan bakau, perlindungan mata air, pembersihan daerah

aliran sungai, perlindungan terumbu karang, dan kegiatan lainnya sesuai

kondisi Desa.

g. Bidang pembinaan kemasyarakatan antara lain: pembinaan lembaga

kemasyarakatan, penyelenggraan ketentraman dan ketertiban, pembinaan

kerukunan umat beragama, pengadaan sarana dan prasaran olah raga,

pembinaan lembaga adat, pembinaan kesenian dan sosial budaya

masyarakat dan kegiatan lain yang sesuai dengan kondisi Desa.

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan

melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana

Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber

daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, pembangunan Desa

meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Pemerintah Desa menyusun Perencanaan Pembangunan Desa

sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan

pembangunan Kabupaten/Kota dan dilaksanakan sesuai dengan rencana

kerja pemerintah Desa (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ).

Page 41: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

26

Bidang pemberdayaan masyarakat antara lain: pelatihan usaha ekonomi,

pertanian, perikanan dan perdagangan, pelatihan teknologi tepat guna,

pendidikan, dan penyuluhan bagi Kepala Desa, perangkat Desa, dan Badan

Perwakilan Desa, peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: kader

pemberdayaan masyarakat Desa, kelompok usaha ekonomi produktif,

kelompok tani, kelompok masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok

pengrajin dan kelompok lain sesuai kondisi Desa (Sudarmanto, 2015: 15-

16).

Menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pembangunan Desa adalah upaya

peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat Desa. Perencanaan pembangunan adalah proses

tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan

melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara

partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa dalam

rangka mencapai tujuan pembangunan Desa. Adapun tujuan

pembangauanan Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup

manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan

dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi

ekonomi lokal, serta pemanfaatan suber daya alam dan lingkungan secara

berkelanjutan.

Page 42: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

27

Pembangunan Desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan

kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan

sarana dan prasarana, pengembangan ekonomi lokal, serta pemanfaatan

sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Untuk itu, Undang-

Undang Desa menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu Desa membangun dan

mambangun Desa yang diintegrasikan dalam perencanaan pembangunan

Desa. Pembangunan Desa dilaksanakan oleh pemerintah Desa dan

masyarakat Desa dengan gotong-royong serta memanfaatkan kearifan lokal

dan sumber daya alam Desa, pelaksanaan program sektor yang masuk ke

Desa diinformasikan kepada pemerintah Desa dan diintegrasikan dengan

rencana pembangunan Desa, masyarakat Desa berhak mendapat informasi

dan melakukan pemantauan mengenai rencana dan pelaksanaan

pembangunan Desa (Pristiyanto, 2015: 10).

Pembangunan Desa dilakukan pada wilayah Desa itu sendiri,

secara singkat disebut pembangunan Desa, maupun antar wilayah Desa-

Desa yang berdekatan atau disebut kawasan pedesaan. Pembangunan

kawasan pedesaan merupakan perpaduan pembangunan antar Desa dalam

suatu Kabupaten sebagai upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas

pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa di kawasan

pedesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Oleh karena itu,

rancangan-rancangan pembangunan kawasan pedesaan dibahas bersama

oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah

Page 43: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

28

Kabupaten, dan Pemerintah Desa. Pembanguanan Desa sangat dekat dengan

konsep pembangunan Desa dan Desa membangun bahkan kedua konsep

tersebut seringkali menimbulkan pertanyaan dan perdebatan mengenai

perbedaan dan persamaannya secara rinci perbedaan kedua konsep tersebut

adalah sebagai berikut yaitu:

a. Membangun Desa

Membangun Desa mengurangi keterbelakangan, ketertinggalan, kemiskinan,

sekaligus membangun kesejahteraan dengan melibatkan pemerintah

Kabupaten dalam merencanakan, membiayai, dan melaksanakan, sedangkan

peran Desa berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

dengan hasil pembangunan infrastruktur Desa yang lebih baik, tumbuhnya

Kota-Kota kecil sebagai pusat pertumbuhan dan penghubung transaksi

ekonomi Desa Kota.

b. Desa Membangun

Menjadikan Desa sebagai basis penghidupan-penghidupan masyarakat

secara berkelanjutan dan menjadikan Desa sebagai ujung depan yang dekat

dengan masyarakat, serta Desa yang mandiri, dan peran pemerintah daerah

memfasilitasi, supervisi dan pengembangan kapasitas Desa, sedangkan

peran Desa sebagai aktor (subyek) utama yang merencanakan, membiayai

dan melaksanakan dan pemerintah Desa menjadi ujung depan

penyelenggaraan pelayanan publik bagi warganya (Pristiyanto, 2015: 12).

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu

perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang

Page 44: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

29

sifatnya direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tertentu akan

mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan

sempurna dari keadaan yang sebelumnya: untuk mewujudkan harapan ini tentu

harus memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara berencana lebih

dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi

pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang (Subandi: 2011:

9-11 ).

Dalam bidang sosial, usaha-usaha pembangunan pada umumnya

diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap dalam masyarakat

yang lebih kondusif bagi pembaharuan, pembangunan dan pembinaan bangsa,

dalam hal ini termasuk pengembangan motivasi kegairahan usaha yang bersifat

produktif dan yang lebih penting adalah dapat dikembangkan suatu proses

pendewasaan masyarakat melalui pembinaan dan dorongan serta adanya

energi.

Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok : pertama,

masalah materi yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia

yang menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun.

Bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada

pembangunan manusia; manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif,

dan untuk kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa

takut, pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses transformasi

masyarakat dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin mendekati

tata masyarakat yang dicita-citakan, dalam proses transformasi itu ada dua hal

Page 45: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

30

yang perlu diperhatikan yaitu, berkelanjutan (continuity) dan perubahan

(change), tarikan antara keduanya menimbulkan dinamika dalam

perkembangan masyarakat.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif, penelitian kualitatif deskriptif adalah pendekatan penelitian

dimana data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar dan

bukan angka. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil wawancara, catatan

lapangan atau memo dan dukumentasi lainnya, yang merupakan proses

kegiatan mendiskripsikan secara logis, sistimatis dan empiris terhadap

fenomena-fenomena sosial yang terjadi untuk direkonstruksikan, untuk

mengungkap kebenaran sebagai bentuk realisasi yang bermanfaat bagi

kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan (Iskandar, 2009: 24). Oleh

karena itu,diperlukan wawancara mendalam dengan subyek penelitian yang

hanya bisa dilakukan dengan metode kualitatif. Tujuan dari penelitian

kualitatif adalah diperolehnya pemahaman yang utuh dan menyeluruh

tentang suatu fenomena dengan berupaya mendiskripsikan dan memahami

proses dinamis yang trejadi berkanan dengan gejala yang diteliti

(Poerwandari, 2003:25).

Penelitian ini akan menjelaskan tentang gambaran Pengelolaan Dana

Otonomi Khusus Dalam pembangunan Kampung Werur di Distrik Bikar

Kabupaten Tambrauw tahun 2017. Data yang akan didapatkan dari sini

Page 46: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

31

adalah tentang gambaran Pengelolaan Dana Otonomi Khusus yang selama

ini sudah dilakukan.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah Pengelolaan Dana Otonomi

Khusus dalam Pembangunan Kampung Werur Distrik Bikar Kabupaten

Tambrauw Provinsi Papua Barat.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kampung Werur Distrik Bikar Kabupaten

Tambrauw Provinsi Papua Barat.

4. Tenik Pemilhan Subyek Penelitian

Dengan penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan

pertimbabangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan infoman.

Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi. Teknik yang

digunakan adalah purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006: 85). Selanjutnya menurut Arikunto

(2010: 183) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini akan

berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut :

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau

karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri polpulasi.

b. Subyek yang diambil sebagai sample benar-benar merupakan subyek

yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi

(key subjectis).

Page 47: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

32

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan.

Dalam penelitian ini, informan penelitian akan diambil dengan

kriteria sebagai berikut :

a. Bekerja dalam Pengelolaan Dana Otonomi Khusus

b. Mengetahui tentang proses pembangunan Kampung Werur dengan baik

c. Merupakan pegawai Pemerintah Kampung yang memiliki pengalaman

kurang lebih tiga tahun.

Teknik pemilihan subyek sering disebut dengan metode penentuan

sumber data, yaitu menentukan informan, sebagai tempat untuk memperoleh

data. Moleong (2010:132) mendeskripsikan subyek penelitian sebagai

informan yang artinya, orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun

subyek penelitian ini sebanyak 10 orang informan yang tertera pada tabel

dibawah ini.

Tabel. 1.1

Pemilihan Informan

No Nama JenisKelamin

Umur(Thn)

Pendi-dikan

Jabatan

1 Baryeta Pupela P 55 S1 Ka. Distrik Bikar2 Yance Padwa L 47 SMA Ka. Kampung3 Korneles Mambrasar L 68 SMEA Sekretaris

Kampung4 Hans Mambrasar L 61 SMP Ketua

Bamuskam5 Soleman Mambrasar L 60 SD Anggota

Bamuskam6 Susana Mambrasar P 55 S1 Tokoh

Perempuan

Page 48: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

33

7 Elsa Mayor P 69 SMKK TokohMasysrakat

8 Mesak Wanma P 30 S1 Ketua TPKK9 Davit Yesnath L 30 S1 Sekretaris

Distrik10 Fredek Padwa L 65 SD Tokoh

MasyarakatSumber : Kampung Werur 2019

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode opservasi dan wawancara. Alasan menggunakan

metode tersebut adalah kesesuaian dengan masalah yang diungkapkan

dalam penelitian ini. Pengumpulan data penelitian kualitatif tidak

mengumpulkan data melalui instrumen yang dibuat untuk mengukur

variabel penelitian, namun pengumpulan data dengan berinteraksi secara

simbolik dengan subyek penelitian (Iskandar, 2009: 25).

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah obyek

yang bersangkutan dan sumber data sekunder ialah teman subyek, orang tua

subyek, subyek, tetangga subyek, atau orang lain yang masih berkaitan

dengan subyek (Iskandar, 2009: 26).

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan

dilakukan ada tiga, antara lain sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan

Page 49: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

34

bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan

dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton

(Poerwandari, 2003:25) dalam proses wawancara, wawancara ini

menggunakan pedoman umum wawancara serta mencantumkan isu-isu

yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin

tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

b. Observasi

Di samping wawancara, penilitian ini juga melakukan metode

obsevasi. Menurut (Poerwandi 2003: 25) adalah observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam obyek penelitian.

Dalam penelitian ini obsevasi dibutuhkan untuk dapat

memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat

dipahami dalam konteksnya. Observasi yang dilakukan adalah observasi

terhadap subyek, perilaku subyek selama wawancara, interaksi subyek

dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relavan sehingga dapat

memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

c. Dokumentasi

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara,

agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa

harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam

pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah

mendapatkan ijin dari subyek untuk menggunakan alat tersebut pada saat

Page 50: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

35

wawancara berlangsung. Menurut (Arikunto 2010:28), teknik

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa

catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

rekam medik, agenda, dan lain sebagainya. Teknik dokumentasi ini

merupakan penelaah terhadap referensi-referensi yang berhubungan

dengan fokus permasalahan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menjadi tahap penting dalam riset kualitatif,

yakni sebagai faktor utama dalam menentukan sebuah riset berkualitas atau

tidak. Sebab pada tahap ini peneliti dituntut untuk membuat transkrip dari

proses pengumpulan data. Huberman dan Miles (dalam Bugin, 2003:63)

mengatakan bahwa analisis data dan pengumpulan data memperlihatkan

sifat interaktif, sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan

data ditempatkan sebagai komponen yang merupakan bagian integral dari

kegiatan analisis data. Hal ini seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Bagan 1.1

Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Huberman dan

Miles (dalam Bungin, 2003:63)

PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

PENYAJIAN DATA

KESIMPULAN-KESIMPULANPENAFSIR/FERIVIKASI

Page 51: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

36

Langkah yang harus dilakukan sebelum analisis dilakukan adalah :

a. Analilsis pada tahap pertama dilakukan sejak awal pengumpulan data

dengan maksud untuk mencari dan menentukan fokus serta untuk

mempertajam pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara;

b. Analisis pada tahap kedua dilakukan setelah data yang telah banyak

terkumpul. Peneliti kemudian memilah-milah dan mengelompokkan data

yang telah ada berdasarkan tema atau kategori-kategori yang telah

ditentukan sebelumnya;

c. Analisis pada tahap ketiga dilakukan setelah semua data dianggap cukup,

peneliti mulai melihat hubungan-hubungan antara tema atau fenomena

secara menyeluruh dan sistematis, kemudian peneliti melakukan suatu

kontekstualisasi antara tujuan dan target penelitian dengan berbagai

macam temuan nyata atau riil yang ada di lapangan;

d. Setelah itu peneliti melakukan interpretasi dan melakukan evaluasi serta

reduksi terhadap terhadap data yang ada untuk mendalami tentang

gambaran kecerdasan adversitas pada teknisi luar.

Page 52: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

37

BAB II

PROFIL KAMPUNG WERUR

A. Sejarah Terbentuknya Kampung Werur

Komunitas Suku Biak di Kampung Werur adalah migran dari

Kampung Mamoribo Biak Barat yang kini dikenal dengan sebutan Suku Biak

Karon (Bikar) yang pengertiannya bahwa suku biak yang mendiami daerah

atau wilayah Karon yang artinya Daerah Ombak. Nama Karon dipatri oleh para

leluhur. Sejak abad ke lima belas, suku ini terkenal sebagai pelaut yang unggul

dalam Perang Hongi di Teluk Cenderawasi dan Kepala burung Tanah Papua

sampai ke luar tanah Papua, (Philipina, Australia dan lain-lain). Untuk itu

secara Khusus kami ulas cikal bakal Kampung Werur yang dipandang perlu

diketehui karena penuh dengan suka duka. Suku Biak yang terdiri dari 7

(Tujuh) marga antara lain marga Mirino, Paraibabo, Yappen, Mayor,

Mambrasar, Sarwa dan Padwa sejak abad ke delapan belas mendiami Myos Su

(Pulau Dua ) dan sama sekali tidak ada rencana untuk menjejaki daratan dan

semua pada berdomisili di Myos Su karena disana sangat strategis dan

berpotensi ekonomis dengan hasil laut yang melimpah. Tetapi seiring jalannya

waktu dengan populasi penduduk yang bertambah maka terjadi persaingan

kepemilikkan tanah maka, hubungan kekeluargaan mulai renggang, begitupun

terjadi sistim kepemimpinan pemirintahan yang menekan akibatnya satu marga

memjejaki daratan untuk berkebun (marga paraibabo) pada tahun 1908 yang

hanya pergi pulang (senin-sabtu).

Page 53: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

38

Kemudian terjadi lagi perselisihan antara dua marga yaitu marga

mayor dan mirino sehingga pada tahun 1928 dipindahkan secara paksa dari

Myos Su ke Sausapor, disusul marga Paraibabo, kemudian marga Yappen.

Kependudukan di Sausapor berjalan seiring terbentuknya Pemerintah Distrik

Tahun 1930, kurang lebih sepuluh tahun, penduduk lain masih berdomisili di

Myos Su, yaitu marga Mayor dan marga Mambrasar. Sejak tahun 1943 tentara

Jepang memasuki daerah ini dengan cara-cara kekerasan sehingga kerja paksa

dan tawanan diberlakukan dan tidak sedikit warga yang dibantai dan ditawan

dibawa ke Yefman dan Babo oleh tentara Jepang untuk bekerja membangun

benteng-benteng pertahanan tentara Jepang. Penderitaan suku Biak dan suku

Karon saat itu sangat mencekam karena tindakan kekerasan dari tentara Jepang

sehingga korban berjatuhan dimana-mana dan kehilangan harta benda karena

pantai utara daerah ini dikuasai oleh tentara Jepang.

Dengan demikian semua aktifitas masyarakat lumpuh total baik di

Sausapor maupun di Myos Su. Tetapi tepatnya tanggal 30 Juli 1944 Tentara

Sekutu Amerika mendarat dini hari di Werur dan membangun pertahanannya

termasuk membangun bandara. Pada tanggal 31 Juli 1944 pertahanan tentara

Jepang dihancurkan oleh tentara sekutu Amerika dan untuk penumpasan

tentara Jepang secara bebas dan terbuka maka warga suku Biak di Sauasapor

dan Myos Su dipindahkan ke Numfor (Kameri) pulau Biak, kurang lebih satu

tahun dan pada bulan Desember 1945 keluarga besar Suku Biak dikembalikan

atau dipulangkan kembali dari Numfor ke Sausapor dan Myos Su dari tempat

pengungsian.

Page 54: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

39

Pemindahan secara resmi pada tanggal 5 Februari 1946 dari Myos Su

(pulau dua) kedaratan. Peran warga di saat itu sedikitnya dikendalikan oleh

agama, karena peran pemerintah saat itu lumpuh akibat perang dunia ke dua

maka, perpindahan secara resmi disesuaikan dengan memanfaatkan Ulang

Tahun Injil masuk di Tanah Papua tanggal 5 Februari 1946. Pemindahan

masyarakat atau Jemaat Immanuel dari Myos Su ke Daratan (Werur) dan

otomatis memiliki seorang Kepala Kampung, dimana Kepala Kampung pada

saat itu dipercayakan kepada Bapak Frans Yappen sebagai Kepala Kampung

Werur pertama, dan saat semua marga lengkap berada di Kampung Werur

(Mirino, Paraibabo, Yappen, Mambrasar, Sarwa, Sisdifu, Warsa, Rumansra)

karena baru kembali dari pengungsian di Numfor.

Proses pembangunan rumah-rumah hunian disaat itu sangat mudah

karena memanfaatkan sisa sisa peninggalan perang dunia kedua. Setelah

setahun kemudian Pemerintah Hindia Belanda menetapkan seorang Kepala

Distrik untuk mengaktifkan pemerintah Distrik, Bistir Dominggus Ihalaw.

Pemerintah Distrik tidak berjalan lama di Kampung Werur sehingga hanya dua

setengah tahun terpaksa harus dikembalikan ke Sausapor. Tahun 1950 juga

dengan demikian beberapa marga turut serta pindah ke Sausapor yaitu, marga

Mirino, Sisdifu, Warsa, Rumansra, dan beberapa marga lain, sedangkan empat

marga lain yaitu Paraibabo, Mayor, Mambasar, Yappen menetap di Werur.

Seiring jalannya waktu kebutuhan lain mulai terasa seperti pendidikan, tempat

ibadah dengan sendirinya mendesak maka sekolah rakyat (tiga kelas) dibangun

atau pindah dari Wowei ke Werur, begitupun rumah ibadah dibangun darurat

Page 55: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

40

dan berfungsi sebagai sekolah rakyat, guru Infandi disaat itu mengajar

kemudian diganti dengan guru Rumbewas.

Pemerintah Hindia Belanda disaat itu memulai perhatiannya kembali

setelah Ibu Kota Distrik Sausapor berfungsi menyelenggarakan Roda

Pemerintahan. Pergantian Kepala Kampung dilaksanakan tahun 1955 dari

Bapak almarhum Frans Yappen kepada almarhum Demiaus Mambrasar.

Kepemimpinan almarhum Demianus Mambrasar tidak banyak yang dibuat

karena Pemerintah Hindia Belanda enggan peduli dengan masyarakat di

Kampung-Kampung tetapi masyarakat saat itu memiliki kepemimpinan adat

yang merangkul kebersamaan melalui tokoh-tokoh adat di marga masing-

masing untuk saling menghidupkan.

Pada tahun 1960 Pemerintah Hindia Belanda meminta utusan-utusan

yang dinamakan Dewan New Gunea Raed untuk sebuah Resolusi (Persiapan

Pemerintah Papua Barat). Maka dari Kampung Werur diwakili tujuh orang

utusan, sehingga pada tanggal 1 Desember 1961 secara serentak di tanah Papua

menaikkan bendera bintang kejora, sehingga terjadilah konfrontasi antara

Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Indonesia yang kenal dengan

Trikora (Tiga Komando Rakyat), di wilayah Kepala burung umumnya dan

Khususnya di Werur dan Sausapor, Raja Ampat (Gebe) Ibu Herlina dan

Kumanto sempat berhadapan dengan tentara Belanda akhibatnya Herlina dan

Kumanto bersama anak-anak buahnya ditangkap oleh tentara Belanda dan

ditahan. Tahun 1963 Irian Barat diamankan oleh Tentara PBB karena kondisi

saat itu cukup genting terutama di Perairan Arafura dan Raja Ampat.

Page 56: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

41

Sejak pembentukkan Kampung Werur pada tanggal 5 Februari 1946

sampai sekarang ini, Kampung Werur masih didiami oleh Suku Biak dengan

beberapa marga yaitu :

1. Marga Mayor

2. Marga Mambrasar

3. Marga Yappen

4. Marga Padwa

5. Marga Sarwa

6. Marga Paraibabo

Dan beberapa pendatang yang mendiami Kampung Werur baik

sebagai pengusaha, penempatan petugas atau Aparatur Sipil Negara (ASN),

kebanyakan didominasi oleh tenaga pengajar atau guru dan tenaga medis.

Werur merupakan Kampung tua atau Kampung induk, sehingga sampai

sekarang ini telah memekarkan beberapa Kampung, yaitu :

1. Kampung Wertim

2. Kampung Werwaf

3. Kampung Wertam

4. Kampung Suyam

5. Kampung Bukit

B. Kepemimpinan di Kampung Werur

Sejak terbentuknya Kampung Werur pada tahun 1946, kepemimpinan

Kepala Kampung di Werur Sudah melakukan pergantian sebanyak delapan

Page 57: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

42

kali. Adapun Kepala Kampung yang pernah memimpin Kampung Werur

sebagai berikut :

1. Frans Yappen tahun 1946 sampai tahun 1955

2. Demianus Mambrasar tahun 1955 sampai dengan tahun 1959

3. Cundrat Mayor tahun 1959 sampai tahun 1968

4. Yonathan Mambrasar tahun 1975 sampai tahun 1990

5. Fredik Mayor tahun 1990 sampai tahun 1997

6. Korneles Mambrasar tahun 1997 sampai tahun 2013

7. Yance Padwa tahun 2013 sampai tahun 2018

8. Adiryanus Mambrasar tahun 2018 sampai sekarang

C. Luas Wilayah Kampung Werur

Secara administarsi Kampung Werur adalah bagian dari Wilayah

Distrik Bikar Kabupaten Tambrauw, dengan luas wilayah Kampung Werur

adalah 300 x 700 m2. Dari luas wilayah tersebut ini merupakan tempat

pemukiman perumahan penduduk dan perkantoran, balai Kampung, tempat

wisata, jalan Kampung dan tempat pemakaman umum. Sedangkan tanah

lainnya untuk pertanian dan perkebunan.

Perincian penggunaan lahan di Kampung Werur tercantum dalam tabel

sebagaimana mestinya.

Page 58: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

43

Tabel. 2.1

Penggunaan Lahan

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Tanah Pemukiman 11

2 Tanah Pariwisata Sepanjang Pantai

3 Tanah Perkantoran 1/3

4 Tanah Pertanian 12 ha

5 Lain-lain 5

Sumber : Kampung Werur 2019

Pada tabel penggunaan lahan di Kampung Werur, lahan-lahan yang

ada di Kampung Werur tanahnya digunakan untuk tanah pemukiman

masyarakat bahkan tanah untuk pembangunan fasilitas pemerintah berupa

perkantoran fasilitas lainnya dan pantai yang indah untuk kegiatan pariwisata

dan juga tanah pertanian yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan

pertanian dan aktivits masyarakat.

D. Letak Kampung Werur

Secara Geografis Kampung Werur berbatasan dengan beberapa

Kampung-Kampung antara lain :

1. Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Bukit.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Wertam

3. Sebelah utara berbatasan dengan laut Pasifik

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Wertim dan Werbes.

Page 59: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

44

E. Data Penduduk Kampung Werur

Tabel. 2.2

Penduduk Kampung Werur

Kelompok Umur (Thn) Jenis Kelamin

Jumlah L P

0 – 16 Tahun 29 34 63

17 – 45 Tahun 76 84 160

46 – 70 Tahun ke atas 87 72 159

Jumlah Total 382

Sumber : Kampung Werur 2019

Jumlah Penduduk Kampung Werur pada tahun 2016-2017 berjumlah

382 jiwa yang terdiri dari 73 Kepala keluarga. Sesuai jumlah penduduk

Kampung Werur seperti yang tertera dalam tabel di atas, maka ketersedian

tenaga kerja dapat diklasifikasi berdasarkan usia. Untuk jumlah tenaga kerja

sesuai kelompok usia maka tabel maka sangat siap untuk dipekerjakan di

berbagai bidang mata pencairan, baik sebagai, petani, buruh bangunan,

nelayan, pengusaha, maupun sebagai aparatur sipil negara. Bila diliahat dalam

tabel maka kelompok usia produktif sanagat dominan, ini menandakan bahwa

penduduk Kampung Werur siap melaksanakan pembangunan demi

terwujudnya masyarakat yang makmur dan mandiri.

Page 60: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

45

F. Mata Pencarian Penduduk Kampung Werur

Tabel. 2.3

Mata Pencarian Penduduk Kampung Werur

No Mata Pencaharian Penduduk Jumlah

1. Petani 73

2. Nelayan 13

3 ASN 13

4 Pensiunan 1

5 Pertukangan 7

6 Pengusaha 1

7 Pedagang 3

8 Montir 2

9 TNI 1

10 Polisi 2

Jumlah 116

Sumber : Kampung Werur 2017

Mata pencaharian utama masyarakat Kampung Werur adalah petani

ini dikarenakan ketersediaan lahan yang ada dan lahan untuk bertani rata-rata

merupakan milik sendiri, sehingga hampir sebagian besar masyarakat

Kampung Werur bermata pencaharian adalah petani, walaupun ada sebagian

kecil masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Sebagian kecil dari nelayan ini

bisa dikatakan sebagai mata pencaharian sampingan saja, karena para nelayan

ini, mereka juga memiliki lahan untuk bertani, mata pencaharian sebagai

nelayan di Kampung Werur sedikit sekali ini disebabkan oleh sarana penunjang

untuk para nelayan belum memadai atau masih secara tradisional, belum

dilengkapi dengan dengan sarana yang moderen. Kedua mata pencaharin ini

yang lebih menonjol di Kampung Werur dan disusul, PNS pertukangan, dan

lainnya, lebih jelasnya dapat dilihat tabel di atas.

Page 61: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

46

G. Pendidikan

Tabel. 2.4

Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

1. Yang belum sekolah 55

2. Yang tidak berijazah 80

3. Yang berijazah SD 90

4. Yang berijazah SLTP 70

5. Yang berijazah SMU 45

6. Yang berijazah SMK 13

7. D I 7

8. D II 3

9. DIII 2

10. S I 17

11. S II

12 S III

Jumlah 382

Sumber : Kampung Werur 2018

Untuk tingkat Pendidikan di Kampung Werur sesuai tabel di atas

menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan sudah di atas rata-rata ini dilihat dari

jumlah tamatan dari berbagai tingkat pendidikan yang ada, baik dari sekolah

dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, perguruan

tinggi, walaupun untuk strata dua dan strata tiga belum ada, tetapi ini

menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Kampung Werur akan pendidikan

sangat penting dan bisa bersaing dalam dunia pendidikan.

Page 62: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

47

H. Sarana dan Prasarana

Tabel. 2.5

Sarana dan Prasarana Kampunng Werur

No Sarana Dan Prasarana Jumlah

1. Kantor Kampung 1 unit

2. Balai Kampung 1 unit

3 Gereja 2 unit

4 Taman Kanak-Kanak 1 unit

5 Sekolah Dasar 1 unit

6 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 1 unit

7 Sekolah Menengah Umun 1 unit

8 Puskesmas Pembantu 1 unit

9 Rumah Penduduk 61 unit

Jumlah Total 70 unit

Sumber : Kampung Werur 2018

Sarana dan Prasarana yang ada di Kampung inilah sebagai penunjang

bagi masyarakat Kampung Werur unutuk melaksanakan aktifitas sehari-hari,

baik di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan Kepala Kampung

dan aparat Kampung kepada masyarakat, pelayanan dibidang kerohanian,

tempat tinggal masyarakat (rumah).

I. Budaya Tari

Ada budaya tari yang berpengaruh luas dalam kehidupan masyarakat

Kampung Werur yaitu tari Yosim Pancar (Yospan). Tari tersebut telah lama

hidup di tengah masyarakat dan tari Yosim Pancar merupaka budaya yang

sudah turun temurang dari orang tua sampai generasi sekarang termasuk

masyarakat yang ada di Kampung Werur. Tari Yosim Pancar adalah tari

pergaulan Suku Biak yang dikenal pada zaman dahulu sabagai tari pergaulan

muda-mudi. Tari Yospan dikenal sejak nenek moyang, tari Yospan banyak

dimainkan pada cara pesta adat seperti pesta perkawinan, penejemputan tamu,

Page 63: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

48

acara pembayaran maskawin dan acara adat lainnya. Tari Yospan cukup lama

menghilang atau puna seiring dengan masuknya pengaruh kehidupan modern

dan musik-musik moderen dan pengaruh lain seperti goyang disko, regge, dan

lainnya yang mempengaruhi Yospan di Kampung Werur. Tari Yospan diangkat

untuk perlombaan, tari Yospan diminati oleh kelompok-kelompok usia yang

hampir merata di Kampung Werur. Busana yang digunakan dalam memainkan

tari Yospan adalah busana pesta yang sopan dan indah untuk dipakai ketika

menari, agar dapat menampilkan keindahan dan keserasian bagi mereka yang

menikmatinya.

J. Struktur Kampung Werur

Sumber : Kampung Werur 2017

Kepala Kampung

Sekretaris

Kampung

Kaur pemerin

tahan

Kaur

pembangunan Kaur

Umum Sie.Admini

strasi

Urusan

Keuangan

Sie.Kesra

Page 64: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

49

K. Nama-nama Aparatur Kampung Werur :

1. Kepala Kampung : Yance Padwa

2. Sekretaris Kampung : Korneles Mambrasar

3. Kaur Pemerintahan : Firlep Padwa

4. Kaur Pembangunan : Yusak Mambrasar

5. Kaur Umum : Yonas Padwa

6. Kaur Uruan Keuangan : Susance Sisdifu

7. Sie Kesra : Martina Warnares

8. Sie Administrasi : Baslik Mayor

L. Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kampung

1. Tugas Kepala Kampung

a. Menyelenggarakan Pemerintah Kampung, melaksanakan Pembangunan

Kampung, pembinaan kemasyarakatan Kampung dan pemberdayaan

masyarakat Kampung.

b. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Kampung

c. Mengangkat dan memberhantikan perangkat Kampung

d. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset Kampung

e. Menetapkan peraturan Kampung

f. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Kampung

g. Membina kehidupan masyarakat Kampung,dan membina ketentraman

dan ketertiban masyarakat Kampung.

Page 65: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

50

2. Tugas Sekretaris Kampung

a. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan

b. Mengkordinasikan tugas-tugas dan membina kepala urusan

c. Membantu Pelayanan Ketatausahaan kepada Kepala Kampung

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kampung.

3. Tugas Kepala Urusan Pemerintahan

Membantu Kepala Kampung dalam melaksanakan Pengelolaan

administrasi kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat Kampung, mempersiapkan bahan

perumusan kebijakan penataan, kebijakan penyusunan produk hukum

Kampung.

4. Tugas Kepala Urusan Umum

Membantu sekretaris Kampung dalam melakasanakan administrasi

umum, tata usaha dan kearsipan, Pengelolaan inventaris kekayaan Kampung

serta mempersiapkan agenda rapat dan laporan.

5. Tugas Kepala Urusan Pembangunan

a. Membantu Kepala Kampung dibidang teknis dan administratif

pelaksanaan Pengelolaan pembangunan masyarakat Kampung.

b. Membantu Membina Perekonomian Kampung.

c. Mengajukan pertimbangan kepada Kepala Kampung baik menyangkut

rancangan peraturan Kampung maupun hal-hal yang bertalian dengan

pembangunan Desa.

Page 66: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

51

d. Penggalian dan pemaanfaatan Kampung.

6. Tugas Kepala Urusan Keuangan

a. Membantu Sekretaris Kampung dalam melaksanakan pengelolaan

sumber pendapatan Kampung, Pengelolaan administrasi keuangan

Kampung dan mempersiapkan bahan penyuluhan APB Kampung.

b. Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi Keuangan Kampung.

c. Persiapan Bahan Penyususnan APB Kampung.

d. Pelaksanaan Tugas Lain yang diberikan oleh Sekretaris Kampung.

7. Tugas Kepala Seksi Kesejahteraan

Kepala Seksi Kesejahteraan bertugas membantu Kepala Kampung

sebagai pelaksana tugas operasional. Tugas operasional di bidang

kesejahteraan meliputi peleksanaan pembangunan sarana prasarana

Kampung, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan tugas

sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,

lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga dan karang

taruna. Pelaksanaan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan

kewajiban masyarakat, meningkatkan upaya partisipasi masyarakat,

pelestarian nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan

ketenagakerjaan.

8. Tugas Kepala Seksi Administrasi

Pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan pemerintahan

Kampung pada Buku Administrasi Umum, terdiri dari ;

a. Buku Data Peraturan Kampung

Page 67: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

52

b. Buku Data Keputusan Kampung

c. Buku Infentaris Kampung

d. Buku Data Aparat Pemerintah Kampung

e. Buku Data Tanah milik Kampung/Tanah Kas Kampung

f. Buku Tanah di Kampung

g. Buku Agenda

h. Buku Ekspedisi.

M. Kelembagaan di Kampung Werur

Kampung Werur mempunyai satu Struktur lembaga Kampung yaitu Badan

Pemusyawaratan Kampung (BAMUSKAM ), yaitu;

1. Ketua : Hans Mambrasar

2. Sekretaris : Soleman Mambrasar

3. Anggota Bamuskam :

a. Yakoba Mambrasar

b. Regina Mambrasar

c. Fredek Padwa

N. Dasar Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Kampung Werur

Yang menjadi dasar atau Regulasi Dana Otonomi Khusus di Provinsi

Papua Barat adalah “ Peraturan Gubernur Papua Barat Nomor 53 Tahun 2018,

Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Penerimaan Khusus Dalam Rangka

Pelaksanaan Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat.

Page 68: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

53

O. Data Pembangunan di Kampung Werur

Tabel. 2.6

Data Pembangunan di Kampung Werur

No. Tahun Kegiatan

1. 2015 -Rehap Kantor Kampung

-Rehap Balai Kampung

2. 2016 -Pembangunan Jembatan Jalan dalam Kampung

-Honor Kader Posyandu

-Beasiswa untuk Mahasiswa

3. 2017 -Pembangunan 1 unit rumah tipe 36

-Honor Kader Posyandu

-Beasiswa untuk Mahasiswa tugas akhir

Sumber : Kampung Werur 2017

Page 69: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal :

Bintoro, Tjokroamidjojo. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:

PT. Gunung Agung.

BPK. 2018. Pengaturan Terkait Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana Otonomi

Khusus Pada Provinsi Papua. [Online]. Available at

http://jayapura.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/02/Tulisan-Hukum-

Otonomi Khusus.pdf diakses pada 30 Oktober 2018.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Douw, T.A. 2018. Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua

Berdasarkan Prinsipprinsip Pengelolaan Keuangan Negara Yang Baik

(Good Financial Governance) (Studi Kasus Dana Otonomi Khusus

Provinsi Papua Tahun Anggaran 2016). Tesis. Universitas Atmajaya.

Djojosoekarto, Agung dkk. 2008. Kebijakan Otonomi Khusus di Indonesia;

Pembelaja- ran Dari Kasus Aceh, Papua, DKI Jakarta, dan Yogyakarta.

Jakarta: Kemitraan.

DPR RI. 2013. Kajian Atas Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi

Khusus Provinsi Papua, Papua Barat Dan Provinsi Aceh. [Online].

Available at

http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/bpkdpd_Analisa_Pengelolaan_

&_Pertanggungjawaban_Dana_Otonomi

Khusus_Prov._Papua,_Papua_Barat_&_NAD20130304142912.pdf

diakses pada 30 Oktober 2018.

Fuji. 2015. Pengertian Pembangunan Fisik. [Online]. Available at

http://www.trigonalmedia.com/2015/07/pengertian-

pembangunanfisik.html diakses pada 30 Oktober 2018.

Hidayat, Syarif. 2007. Too Much Too Soon: Local State Elite’s Perspective On

And The Puzzle Of Contemporary Indonesian Regional Autonomy Policy.

Jakarta: Rajawi Pers.

Iha, C. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Khusus Di Dist Rik Kayuni Kabupat

En Fak-Fak Propinsi Papua Barat. [Online]. Available at

https://media.neliti.com/media/publications/158813-ID-evaluasi-

pelaksanaan-otonomi-Khusus-di-d.pdf diakses pada 30 Oktober 2018

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.

Mulyana, D. Metodologi Penelitian Kualitatif. 2003. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nazir, M.. 2003, Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta.

Poerwandari, E.K. 2007. Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku. Jakarta:

LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supriatna, T. 1993. Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 70: PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS DALAM …

98

Suryadinata, E. 1993. Kebijaksanaan Pembangunan dan Pelaksanaan Otonomi

Daerah: Perkembangan Teori dan Penerapan. Bandung: Ramadhan.

Tabuni, D. Dkk. 2016. Implementasi Kebijakan Otonomi Khusus (Studi Kasus

Tentang Pelayanan Publik Bidang Pendidikan) Di Kabupaten Lanny Jaya

Provinsi Papua. [Online]. Available at

https://media.neliti.com/media/publications/163229-ID-implementasi-

kebijakan-otonomi-Khusus-st.pdf diakses pada 30 Oktober 2018.

UNDP. 2004. Memahami Desentralisasi. Yogyakarta: Pembaruan.

Van Houten, Peter. 2004. The International Politics of Authonomy Regimes.

London: University of Cambridge.

Wijaya, A.H. 2015. Kajian Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Di Kabupaten

Asmat. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Keuangan Daerah.

Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014

tentang Pembangunan Desa.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi

Khusus bagi Provinsi Papua.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun

2001

Website :

(Online).Availableat http://jayapura.bpk.go.id/wp-content/upload/2018/02/Tulisan

Hukum-Otonomi Khusus.pdf diakses pada 30 Oktober 2018.

(Online). Available at htt://jayapura.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/Tulisan-

Hukum-Otonomi Khusus.pdf diakses pada 30 Oktober 2018.

(Online). Available at https://media. Neliti.com/media/publications/158813-ID-

evaluasi-pelaksanaan-otonomi-Khusus-di-d.pdf diakses pada 30 Oktober

2018 .