Upload
others
View
20
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH DANA OTONOMI KHUSUS, INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DAN INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP KEMISKINAN DI
KABUPATEN/KOTA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 – 2019
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun oleh:
Miftahur Rahma
NIM : 11160840000026
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
i
LEMAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Miftahur Rahma
2. Tempat/tanggal lahir : Padang Laweh, 28 Oktober 1998
3. Alamat : Jorong Muaro Sopan Kecamatan Padang Laweh
Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat
4. Telepon : 082283900628
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 44 Koto Baru 2004 – 2010
2. Smp Negeri 01 Padang Laweh 2010 – 2013
3. Smas Adabiah Padang 2013 - 2016
4. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 – 2021
III. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar nasional “Menjawab Peluang Dan Tantangan Perkembangan
Financial Technology di Indonesia”, diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan, 10 April 2018.
2. Seminar nasional “4th Industrial Revolution – Global Welfare Through
Digitalization”, diselenggarakan oleh universitas mercu buana
3. Seminar “Tantangan Millennials Di Era Industri Keuangan 4.0”,
diselenggarakan oleh Lembaga penjamin simpanan.
vi
ABSTRACT
Poverty is one of the main problems in various countries, including Indonesia.
Poverty is also part of the main problems that need to be considered by the government.
The purpose of this research is to see the effect of the Special Autonomy Fund, Human
Development Index and Road Infrastructure on Poverty by using the percentage of
poverty in the Regency/City of West Papua Province in 2016 – 2019. Using panel data
analysis through the Fixed Effect Model (FEM). This research proves that the Special
Autonomy Fund has a negative and significant effect on poverty. The Human
Development Index has a negative and significant effect on Poverty. Road
infrastructure has a negative and significant effect on poverty. Furthermore,
simultaneously the Special Autonomy Fund, the Human Development Index and road
infrastructure have an effect on Poverty in the Regency/City of West Papua Province
in 2016 – 2019.
Keywords: poverty, special autonomy fund, human development index, road
infrastructure and Fixed Effect Model (FEM).
vii
ABSTRAK
Kemiskinan sebagai salah satu pokok permasalahan di berbagai negara
termasuk di Indonesia. Kemiskinan juga merupakan bagian dari pokok permasalahan
yang perlu di perhatikan oleh pemerintah. Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh
Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur jalan terhadap
Kemiskinan dengan menggunakan persentase kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi
Papua Barat Tahun 2016 – 2019. Menggunakan analisis data panel melalui Fixed Effect
Model (FEM). Penelitian ini membuktikan bahwa Dana Otonomi Khusus berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan. Indeks Pembangunan Manusia
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan. Infrastruktur jalan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kemiskinan. Selanjutnya secara simultan
Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur jalan
berpengaruh terhadap Kemiskian di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2016
– 2019.
Kata Kunci: Kemiskinan, Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia,
Infrastruktur Jalan dan Fixed Effect Model (FEM).
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanawata’ala atas
nikmat serta karunianya sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini dengan baik
dengan judul “Pengaruh Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan
Infrastruktur Jalan terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun
2016 – 2019”. Salawat serta salam tak lupa dikirimkan kepada nabi Muhammad
Shallallahu A’alaihi Wasalam yang telah membawa umat manusia pada kegelapan
menuju cahaya ilmu.
Skripsi ini ditulis untuk mendapat sarjana ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. melalui bdukungan, do’a serta semangat untuk penulis bisa dikerjakan dengan
baik. Karena itu penulis berterima kasih kepada:
1. Orang tua, ayah dan ibu senantiasa mendukung dan memberikan semangat
untuk penulis. Selesainya skripsi ini dipertemukan dalam keadaan sehat wal
afiat. Semoga kedepannya penulis dapat membehagiakan kalian dan
memberikan yang terbaik.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP sebagai
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
jajaran.
3. Bapak Djaka Badranaya S.Ag., M.E. sebagai dosen pembimibing yang telah
memberikan waktu, arahan serta ilmunya. Diharapkan Bapak selalu diberi
rahmat serta kesehatan oleh Allah SWT.
4. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Ibu Fitri Amalia, S.Pd., M.Si
sebagai Ketua Jurusan serta Sekretaris Prodi Ekonomi Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan petunjuk serta bimibingan
untuk menyelesaikan perkuliahan.
ix
5. Ibu Najwa Khairina S.E., M.A. sebagai dosen pembimbing akademik
memberikan pengertian selama perkuliahan. diharapkan ibu diberi berkah oleh
Allah SWT.
6. Semua jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta telah membagi ilmu berguna untuk penulis serta karyawan yang
membantu pada perkuliahan.
7. Teman-teman “BALALA” (Bimo, Ali, Ade, Dila, Dina, Febi, Desi, Ica, Isty,
Tessia, Nadifa dan Tiara) dengan memberikan motivasi serta membantu penulis
selama perkuliahan. Semoga diberikan keberkahan oleh Allah SWT.
8. Teman-teman “KOPASSUS” (Desi, Bibah, Nabila, Nanda, Tiara, Shinta,
Azizah, Annisa PD dan Mutia) yang memberikan penulis berbagai hal konyol
dan membantu penulis selama perkuliahan. Semoga kita semua diberikan
berkat dan rahmat oleh Allah SWT.
9. Kepada semua orang yang berada di lingkungan penulis, terima kasih telah
membantu selama perkuliahan dan menunjukkan arahan yang baik kepada
penulis serta dorongan motovasi selama mengerjakan skripsi skripsi.
Penulis menyadari skripsi ini memiliki kesalahan dan kelemahan, dengan ini
penulis mohon maaf diharapkan memberikan kritik beserta saran yang membangun.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2021
Miftahur Rahma
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ........................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR....... ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Batasan Masalah.............................................................................................. 10
C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 12
E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 13
A. Landasan Teori ................................................................................................ 13
1. Kemiskinan .............................................................................................. 13
xi
2. Dana Otonomi Khusus .............................................................................. 21
3. Indeks Pembangunan Manusia .................................................................. 24
4. Infrastruktur Jalan ..................................................................................... 30
B. Hubungan Antar Variabel ............................................................................... 33
C. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 35
D. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 42
E. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 44
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN .................................................................... 45
A. Jenis Data Penelitian ....................................................................................... 45
B. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 45
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 45
D. Instrumen Penelitian........................................................................................ 46
E. Metode Analisis Data ...................................................................................... 48
F. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................... 52
G. Uji Hipotesis ................................................................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 58
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................ 58
1. Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat ............................ 59
2. Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat ................ 61
3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat .... 62
4. Infrastruktur Jalan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat ....................... 64
B. Hasil Temuan Penelitian ................................................................................. 65
1. Uji Chow ................................................................................................... 65
2. Uji Hausman ............................................................................................. 66
3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 67
4. Fixed Effect Model ................................................................................... 70
5. Uji Hipotesis ............................................................................................. 79
xii
C. Pembahasan ..................................................................................................... 82
1. Dana Otonomi Khusus Terhadap Kemiskinan .......................................... 82
2. Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan ............................. 83
3. Infrastruktur Jalan Terhadap Kemiskinan ................................................. 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 86
A. KESIMPULAN ............................................................................................... 86
B. SARAN ........................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 89
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019 ............... 5
Tabel 1.2 IPM Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019 ............................................ 7
Tabel 1.3 Infrastruktur Jalan Kab/Kota Papua Barat Tahun 2019 ............................... 9
Tabel 2.1 Komponen Indeks Pembangunan Manusia ................................................. 29
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 38
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................... 46
Tabel 3.2 Hipotesis Dan Keputusan Durbin Watson Test .......................................... 54
Tabel 4.1 Daftar Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Beserta Luas Wilayah Tahun
2019 ............................................................................................................................. 59
Tabel 4.2 Uji Chow ..................................................................................................... 65
Tabel 4.3 Uji Hausman ............................................................................................... 66
Tabel 4.4 Uji Normalitas ............................................................................................. 67
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ................................................................................... 68
Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas ................................................................................ 69
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi .......................................................................................... 69
Tabel 4.8 Hasil Regresi Data Panel ............................................................................ 71
Tabel 4.9 Individual Effect ......................................................................................... 74
Tabel 4.10 Uji T – Statistik ........................................................................................ 80
Tabel 4.11 Uji F – Statistik ........................................................................................ 81
Tabel 4.12 Uji Koefisien Determinasi ........................................................................ 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 42
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Persentase Kemiskinan Provinsi Indonesia Tahun 2019 ............................. 3
Grafik 4.1 Persentase Kemiskinan Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019
..................................................................................................................................... 60
Grafik 4.2 Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019
..................................................................................................................................... 61
Grafik 4.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 –
2019 ............................................................................................................................ 63
Grafik 4.4 Infrastuktur Jalan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2016 –
2019 ............................................................................................................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional mengupayakan dalam mencapai perkembangan
perekonomian tinggi, kemudian menguatkan menumbuhkan tingkat kehidupan dan
kerukunan semua masyarakat (Syahputra 2017). Salah satu upaya untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi, pemerintah Indonesia melakukan peningkatan perekonomian
pada tingkat daerah. Dalam melakukan pembangunan ekonomi daerah, pemerintah
membuat rencana yang membahas pokok bahasan tentang pembangunan daerah.
Rencana itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan untuk
nasional disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
atau Rencana Pembanguan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Prioritas pembangunan
ekonomi daerah, permasalahan yang terjadi di daerah dan cara penanggulangannya
dijelaskan dalam rencana tersebut selama lima tahun kedepan untuk jangka menengah
dan dua puluh tahun untuk jangka panjang. Tujuan adanya RPJMN/D yaitu
mewujudkan daerah yang berdiri sendiri dan berkembang melalui kekayaan alam yang
dipunyai pada masing wilayah. Salah satu prioritas utama dalam rencana daerah atau
nasional adalah masalah kemiskinan.
2
Handalani (2019) menyatakan bahwa kemiskinan di Indonesia telah terjadi
sejak lama. Penanggulan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai
cara. Pada cara pengurangan kemiskinan di Indonesia, tidak hanya dengan penerobosan
strategi serta aturan pada kementerian dan lembaga, apalalgi dibuat instansi ekslusif
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Menurut TNP2K
dalam (Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional 2016) penurunan kemiskinan
pernah terhenti karena adanya ketegangan finansia Asia tahun 1997 – 1998.
Adanya otonomi daerah pemerintah pusat mengemukakan wewenang untuk
pemerintah daerah baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan, kesejahteraan
masyarkat dan semua yang berada dalam ruang lingkup daerah tersebut. Hal itu sudah
tecantum pada UU Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
menyatakan otonomi daerah hak, otoritas serta keharusan daerah otonomi dalam
menyusun serta megelola individu kepentingan pemerintahan serta kepentingan
penduduk lokal berimbang melalui hukum perundangan. Akan tetapi, berbagai pokok
permasalahan seperti kemiskinan belum bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah
daerah. Badan Pusat Statistik (2019) menyatakan permasalahan kemiskinan di
Indonesia dibuktikan tercatat sebanyak 25.144.720 jiwa per maret 2019 mayarakat
Indonesia masih berada pada kemiskinan sedangkan untuk persentase kemiskinan
sebesar 9.14% per maret 2019. Jumlah penduduk miskin terbanyak terdapat pada
wilayah pedesaan. Tahun 2019 penduduk miskin wilayah pedesaan sebanyak
15.149.920 jiwa dengan persentase kemiskinan sebesar 12.85% dan untuk wilayah
3
05
1015202530
AC
EHSU
MA
TER
A…
SUM
ATE
RA
…R
IAU
JAM
BI
SUM
ATE
RA
…B
ENG
KU
LULA
MP
UN
GK
EP. B
AN
GK
A…
KEP
. RIA
UD
KI J
AK
AR
TAJA
WA
BA
RA
TJA
WA
TEN
GA
HD
I YO
GYA
KA
RTA
JAW
A T
IMU
RB
AN
TEN
BA
LIN
USA
…N
USA
…K
ALI
MA
NTA
N…
KA
LIM
AN
TAN
…K
ALI
MA
NTA
N…
KA
LIM
AN
TAN
…K
ALI
MA
NTA
N…
SULA
WES
I…SU
LAW
ESI…
SULA
WES
I…SU
LAW
ESI…
GO
RO
NTA
LOSU
LAW
ESI B
AR
AT
MA
LUK
UM
ALU
KU
UTA
RA
PA
PU
A B
AR
AT
PA
PU
A
tahun 2019
perkotaan 9.994.800 jiwa dengan persentase kemiskinan sebesar 6.69%. Hal ini terjadi
penurunan dari tahun sebelumnya per maret 2018 jumlah penduduk miskin sebesar
25.949.800 jiwa dengan persentase kemiskinan sebesar 9.82%. Wilayah pedesaan dan
perkotaan per maret 2018 masing-masing sebesar 13.20% untuk wilayah pedesaan dan
7.02 untuk wilayah perkotaan (BPS, 2018). Papua Barat pada tahun 2019 tercatat
sebagai provinsi kedua pada persentase kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Grafik 1.1
Persentase Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik,2021
Pada grafik 1.1 persentase kemiskinan Provinsi Papua Barat berada pada posisi
kedua dari seluruh provinsi sebagai persentase kemiskinan tertinggi setelah Provinsi
Papua yaitu sebesar 22.17%. Persentase tersebut masih jauh dibandingkan dengan DKI
Jakarta sebagai persentase kemiskinan terendah tahun 2019 sebesar 3.47%. Tahun
2018 keadaan kemiskinan di Provinsi Papua Barat tingkat persentase kemiskinan
4
sebesar 23.01%. Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya belum membuat Provinsi
Papua Barat keluar dari provinsi dengan tingkat persenteasi kemiskinnan tertinggi.
Indonesia perlu lebih mendalami tentang persoalan yang terjadi di setiap daerah
terutama masalah kemiskinan. Dalam melakukan rencana pembangunan ekonomi di
Indonesia kemiskinan selalu dikutsertakan, hal ini terjadi karena kemiskinan
merupakan salah satu pokok utama yang perlu diselesaikan bagi pemerintah pusat atau
daerah. Dasarnya pemerintah telah mengupayakan beraneka macam agar dapat
mengentaskan kemiskinan. Berbagai program yang telah dikembangkan oleh
pemerintah pusat telah dilakukan agar kemiskinan di Indonesia semakin berkurang.
Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah ditugaskan melihat perkembangan
serta permasalahan yang terjadi di setiap daerah. Selain adanya otonomi daerah,
pemerintah pusat memberikan wewenang untuk daerah tertentu berupa daerah otonomi
khusus. Daerah yang mendapatkan otonomi khusus antara lain Provinsi Aceh, Papua
dan Papua Barat. Berdasarkan Peraturan Gubernur Papua Barat No. 3 tahun 2020
menjelaskan bahwa ditetapkan Provinsi Papua untuk otonomi khusus menjadi undang-
undang berdasarkan UU No. 35 tahun 2008. Diberlakukannya hal tersebut agar dapat
membantu percepatan pembangunan ekonomi maupun sosoial. Selain itu, otonomi
khusus diberikan kepada daerah tersebut untuk menjadi daerah maju dari berbagai
aspek serta bisa megganjar fasilitas baik untuk penduduk. selanjutnya, daerah tersebut
juga diberikan dana otonomi khusus (DOK). Provinsi Papua Barat dalam peraturan
Gubernur Papua Barat No. 3 Tahun 2020 tentang pedoman teknis pelaksanaan,
5
penerimaan dan pembagian dana otonomi khusus Provinsi Papua Barat dijelaskan
bahwa dana otonomi khusus bersumber dari 2% pagu DAU nasional. Selanjutnya dana
otonomi khusus tersebut bisa diterima melalui APBD.
Dana transfer berupa dana otonomi khusus dipergunakan mampu mengejar
ketertinggalan dari daerah lain dan membantu daerah tersebut dalam meningkatkan
perekonomiannya. Tujuan utama ditujukan dana otonomi khusus adalah
mensejahterakan dan memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat. Salah satu
persoalan karena pengelolaan dana otonomi khusus yang ditujukan kepada daerah
otonomi khusus minim pengawasan, selanjutnya penduduk secara pribadi secara garis
besar belum mengerti eksistensi dana otonomi khusus serta tugasnya kemudian
masalah itu tidak membuat berita luas pada penduduk (LIPI, 2019).
Tabel 1.1
Dana Otonomi Khusus Papua Barat Tahun 2016 – 2019
Tahun
Anggaran Dana
Otonomi Khusus (Rp)
Realisasi Dana Otonomi
Khusus (Rp)
2016 3,174,665,083,000.00 3,174,665,083,000.00
2017 3,266,493,888,000.00 3,266,493,888,000.00
2018 4,008,937,478,000.00 4,008,937,478,000.00
2019 3,947,794,959,000.00 3,947,794,959,000.00
Sumber: BPK, 2021
6
Dilihat dari tabel 1.1 dana otonomi khusus Provinsi Papua Barat setiap tahun
mengalami fluktuasi. Akan tetapi, penurunan realisasi terjadi pada tahun 2019 yaitu Rp
3,947,794,959,000.00 yang sebelumnya pada tahun 2018 sebesar Rp
4,008,937,478,000.00. Transfer dana otonomi khusus, digunakan untuk mendanai
pengentasan kemiskinan dan pendidikan. Dua hal Ini adalah dua indikator pencapaian
penting Pembangunan daerah, terutama dalam kaitannya dengan kondisi Pencapaian
pembangunan yang relatif buruk, jika Dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia
(Qibthiyyah & Budiratna, 2020).
Sebagai indikator penting dalam pembangunan, indeks pembangunan manusia
menjadi standar dalam mengamati apakah negara atau daerah itu mempunyai
pembangunan manusia baik ataupun tidak. Palenewen, dkk. (2018) menyatakan bahwa
IPM menjelaskan bagaimana masyarakat bisa mendapatkan hasil pembangunan dan
demikian mendapatkan penghasilan, kesehatan, pendidikan, serta sebagainya. Modal
manusia melalui tingkat pendidikan dan kesehatan yang baik memberikan peluang
kepada masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan, secara tidak langsung akan
memberikan pendapatan kepada masyarakat, yang selanjutnya pendapatan yang
diterima dapat membantu masyarakat keluar dari kerentanan kemiskinan.
7
Tabel 1.2
IPM provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019
Tahun Indeks Pembangunan Manusia
2016 62.21
2017 62.99
2018 63.74
2019 64.70
Sumber: BPS Papua Barat, 2021
Pada tabel 1.2 indeks pembangunan manusia Provinsi Papua Barat dari tahun
2016 – 2019 mengalami peningkatan. Walaupun saat ini indeks pembangunan manusia
Papua Barat berstatus sedang akan tetapi jika dibandingkan dengan daerah lain masih
tertinggal jauh hal ini dibuktikan dengan bahwa indeks pembangunan manusia Provinsi
Papua Barat berada pada barisan kedua terendah setelah Provinsi Papua. Pendidikan,
kesehatan dan pendapatan termasuk bagian dari indikator untuk menentukan
pembangunan manusia. Perkembangan sumber daya manusia bisa dilaksanakan
melalui meningkatkan investasi pada manusia. Perkembangan manusia pada Indonesia
memiliki ciri untuk mengurangi kemiskinan (Lutfi, dkk., 2016).
Sitorus (2019:146) menyatakan infrastruktur salah satu penunjang kegiatan
ekonomi, sosial dan lainnya memberikan manfaat yang banyak kepada masyarakat.
Infrastruktur adalah pokok masukan untuk aktivitas menghasilkan serta bisa
berpengaruh aktivitas ekonomi pada beraneka program,baik nyata atapun tidak nyata.
Infrastruktur bukan hanya yaitu aktivitas menghasilkan untuk mewujudkan hasil serta
8
peluang pekerjaan, tetapi eksistensi infrastruktur berpengaruh pada daya guna serta
mobilitas aktivitas ekonomi pada bagian lainnya. Pembangunan Infrastruktur sudah
menjadi bahasan khusus pada rencana membangun terutama infrastruktur daerah
tertinggal.
Pembangunan infrastuktur di Pulau Jawa sangat berkembang pesat
dibandingkan dengan Pulau Papua yang masih memiliki kekurangan. Faktor geografi
tersebut mengakibatkan adanya ketimpangan tersebut. Sebagian daerah Papua Barat
berada pada Kawasan hutan ditambah moda tansportasi yang belum memadai membuat
sektor barang atau jasa yang diperlukan sulit untuk ditemukan. Transportasi yang
belum memadai dengan sempurna dan juga biaya yang dikeluarkan untuk mengirim
barang atau jasa ke Papua Barat cukup tinggi. Untuk itu pemerintah pusat
merencanakan adanya peningkatan infrastruktur di Papua Barat, hal ini tertuang dalam
RPJMD.
9
Tabel 1.3
Panjang Jalan Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2019
Kabupaten/Kota Panjang Jalan (𝒌𝒎)
Fakfak 517,674
Kaimana 442,877
Teluk Wondama 243,591
Teluk Bintuni 1,488,363
Manokwari 1,081,525
Sorong Selatan 737,643
Sorong 993,911
Raja Ampat 584,231
Tambrauw 478,060
Maybrat 800,750
Manokwari Selatan 272,222
Pegunungan Arfak 821,390
Kota Sorong 179,405
Sumber: Kementrian PUPR,2021
Pada tabel 1.3 Kabupaten/Kota yang memiliki Panjang jalan terpanjang adalah
Kabupaten Teluk Bintuni sepanjang 1,488,363 kilometer sedangkan jalan terpendek
dari seluruh kabupaten/kota di Papua Barat yaitu Kota Sorong sepanjang 179,405
kilometer. Selama beberapa tahun terakhir pemerintah pusat membuat target untuk
memudahkan dan memperlancar ekonomi atau sosial di Pulau Papua terutama Papua
Barat. Akan tetapi, infrastruktur jalan di Papua Barat kurang memadai bagi masyarakat
setempat. Menurut Forest Watch Indonesia (FWI) (2020) organisasi yang memantau
10
keadaan hutan Indonesia dimana Kabupaten Tambraw menjadi daerah yang
mendapatkan tambahan infrastruktur jalan menjelaskan bahwa sebenarnya banyak
daerah dibuka pada jalan merupakan daerah yang tidak melintasi desa ataupun kawasan
tinggal. Selanjutnya Dengan demikian, penduduk wajib mempersoalkan pada siapa
jalan tersebut. Infrastruktur dianggap sebagai indikator utama untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat melalui penyediaan pelayanan dasar. Hal ini memudahkan dan
memberikan fasilitas layak kepada masyarakat untuk dinikmati dengan baik dan
mempermudah melaksanakan kegiatan sehari-hari terutama dalam bidang
perekonomian.
Berdasarkan latar belakang di atas selanjutnya penulis ingin meneliti
bagaimana pengaruh dari ketiga variabel terhadap kemiskinan dan bagaimana ketiga
variabel tersebut bersama-sama dapat mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten/Kota
Provinsi Papua Barat. Dari latar belakang tersebut penulis membuat judul “Pengaruh
Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan
terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016-
2019”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan pendahululan penulis membatasi masalah dengan:
1. Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan
sebagai variabel independen (X). Sedangkan Kemiskinan sebagai variabel
dependen (Y).
11
2. Daerah yang digunakan penulis yaitu Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat.
3. Periode 2016 s.d 2019.
4. Pada penelitian ini penulis melihat bagaimana Pengaruh Dana Otonomi
Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta batasan masalah yang telah diuraikan, maka
penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019?
2. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019?
3. Bagaimana pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Kemiskinan Kabupaten/Kota
Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019?
4. Bagaimana Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan
Infrastruktur Jalan terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua
Barat tahun 2016 – 2019?
12
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian bisa disimpulkan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Kemiskinan
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Kemiskinan
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan yaitu Dana Otonomi Khusus,
Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan terhadap Kemiskinan
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Bagi pemerintah. Diharapkan adanya penelitian ini pemerintah dapat
menentukan kebijakan yang akan diambil dalam pengentasan kemiskinan pada
Provinsi Papua Barat.
2. Bagi peneliti berikutnya. Diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai
referensi pada penelitian selanjutnya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Yacoub (2012) dalam jurnal (Dewi, dkk., 2016) menyatakan kemiskinan dapat
didefinisikan ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kemiskinan adalah satu dari persoalan dasar, karena kemiskinan melibatkan
pemenuhan kepentingan paling dasar pada aktivitas serta kemiskinan merupakan
urusan universal karena kemiskinan adalah permasalahan yang dialami berbagai
negara. Menurut (Adelfina Jember, 2016) kemiskinan adalah masalah hampir penting
oleh modal manusia sebab kemiskinan berawal dari ketidakmampuan daya beli
masyarakat terhadap kebutuhan pokok sehinnga menyebabkan kebutuhan yang lain
seperti Pendidikan dan kesehatan diabaikan.
Menurut Mankiw (2002) dalam jurnal (Ariwuni & Kartika, 2019) kemiskinan
adalah satu dari bagian masalah yang sulit dilalui oleh para penyusun kebijakan.
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan yang dimiliki oleh beberapa orang untuk
mendapatkan hidup layak, Pendidikan yang tinggi dan kesehatan konsumsi makanan
yang kurang layak. Rendahnya kualitas pada masyarakat miskin membuat
produktivitas rendah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi rendah. Kartasasmita
14
(1997:35) menyatakan kemiskinan adalah permasalahan pembangunan yang bercirikan
pengangguran serta ketinggalan perkembangan, yang kemudian memperburuk menjadi
ketimpangan.
Menurut Ragner Nurkse (1953) dalam jurnal (Ariwuni & Kartika, 2019)
produktivitas yang rendah diakibatkan karena ketidakmajuan, tidak sempurnanya pasar
serta rendahnya sumber daya yang dimiliki. Kapasitas kecil menimbulkan upah
diperoleh lebih sedikit. Selanjutnya upah yang rendah akan berdampak kepada
tabungan dan investasi. Badrudin (2017:188) menyatakan bahwa kemiskinan
merupakan permasalahan sangat berjangka panjang dan luas, sehingga metode
penanggulangan kemiskinan juga perlu dianalisis dengan baik, mencakup semua aspek
masalah, sehingga diperlukan strategi penanggulangan yang tepat, berkelanjutan dan
non-kontemporer. Brendly's dalam (Sudarwati, 2009:22) menyatakan bahwa
kemiskinan mengacu pada ketidakmampuan memperoleh barang dan jasa dalam
memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Sementara itu, Ladaren dalam (Sudarwati,
2009:23) mendefinisikan kemiskinan sebagai kurangnya barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk mencapai taraf hidup.
b. Pengukuran Kemiskinan
Menurut BPS dalam jurnal (Adji, dkk., 2020) data kemiskinan didapatkan
melalui survei nasional yang diadakan oleh badan pusat statisitk. Saat ini BPS
menggunakan metode yang paling banyak digunakan oleh negara lain yaitu
menggunakan metode srategi kebutuhan dasar (basic needs approach). Melalui strategi
15
ini keperluan dasar konsumsi rumah tangga sebesar 2.100 kilokalori setiap orang
dijumlahkan melalui keperluan dasar kelompok tidak konsumsi. Ketidakcukupan
berdasarkan pada penyisihan biaya ataupun penerimaan pada hidup berkecukupan
sedikitnya pada rupiah adalah strategi secara moneter (monetary approach).
masyarakat miskin merupakan masyarakat umumnya mempunyai penyisihan biaya per
kapita setiap bulan berada pada bawah garis kemiskinan (GK). (Wahab & alga, 2017:
65) menyatakan bahwa dari segi ekonomi, jika biaya hidup sehari-hari kurang dari $1,
tergolong kemiskinan ekstrim.
c. Macam-Macam Kemiskinan
Menurut BPS (2020) menyebutkan terdapat dua macam kemiskinan, yaitu:
1) Kemiskinan relatif adalah Standar hidup yang ditetapkan dan ditentukan
menurut subjektif bagi penduduk sekitar bersifat lokal, dan masyarakat yang
terletak di bawah standar penilaian tergolong relatif miskin.
2) Kemiskinan absolut adalah Standar hidup minimum yang dibutuhkan dalam
memenuhi keperluan dasar yang esensial, termasuk konsumsi serta bukan
konsumsi. Standar hidup minimum yang memenuhi keperluan dasar ini yaitu
garis kemiskinan.
d. Penyebab atau Faktor Kemiskinan
Menurut Todaro & Smith (2006:23) dalam jurnal (Rini, dkk., 2016) adanya
kemiskinan bukan karena ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi komoditi
16
akan tetapi kemiskinan terjadi akibat masyarakat tidak memaksimalkan fungsi dan
manfaat dari komoditi tersebut. Selanjutnya menurut (Haughton & Khandker, 2012)
dalam jurnal (Rini, dkk., 2016) terdapat tiga bagian yang menjadi penyebab adanya
kemiskinan yaitu, individu, rumah tangga, masyarakat dan wilayah. Kemiskinan
merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh sebagian orang, akan tetapi terdapat
faktor-faktor yang menyebabkan sebagaian orang dihadapkan kepada kemiskinan baik
itu disengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh sebagian orang (Goso & Anwar, 2017).
Adapun terjadi kemiskinan menurut Hartomo dan Azis dalam Dadan Hudayana yang
dikutip (Itang, 2017) sebagai berikut:
1) Tidak adanya keinginan seseorang untuk bekerja.
2) Sumber daya alam yang tidak memadai.
3) Kurangnya lapangan pekerjaan, persaingan yang semakin ketat membuat
seseorang akan sulit untuk mencari pekerjaan yang sesuai.
4) Pendidikan yang rendah.
Kurniawan (2017) menyatakan bahwa kemiskinan menjadi masalah yang sangat serius
ada berbagai faktor yang dirasakan secara langsung dan tidak langsung penyebab
terjadinya kemiskinan dimulai dari pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, upah tenaga
kerja, jumlah pekerjaan, jumlah rumah tangga, jumlah tenaga kesehatan, jumlah tenaga
Pendidikan ataupun tingkat Pendidikan, pendapatan yang diterima, wilayah tempat
tinggal, fasilitas umum, konsumsi rumah tangga semua penyebab tersebut dapat
dikatakan saling berhubungan. Selanjutnya secara makro penyebab kemiskinan
17
menurut penelitian yang dilakukan oleh (Ajakakaiye & Adeyeye, 2002) dalam jurnal
(Septiadi & Nursan, 2020) di negara berkembang terjadi karena:
1) pertumbuhan ekonomi yang rendah.
2) ketidakstabilan makroekonomi.
3) kurangnya pasar tenaga kerja.
4) perpindahan penduduk.
5) perkembangan sumber daya manusia.
Handayani (2006) dalam jurnal (Komariah, dkk., 2019) menyatakan beberapa
terjadinya kemiskinan terjadi karena kesempatan kerja yang kurang memadai,
pendapatan yang diterima di bawah minimum, tidak memiliki aset, diskriminasi dan
harga pada suatu komoditi. Menurut (Sudarwati, 2009:33) mengatakan bahwa karena
kebijakan ekonomi dan politik yang tidak kondusif bagi masyarakat dan
menjadikannya miskin, mereka tidak dapat sepenuhnya memperoleh sumber daya
utama yang dibutuhkan untuk kehidupan normal.
e. Dampak Kemiskinan
Menurut Margareni, dkk. (2016) dalam jurnal (Ariwuni & Kartika, 2019)
kegagalan dalam mengatasi kemiskinan akan berdampak kepada permasalahan yang
serius dan dapat menggangu tatanan sosial, ekonomi dan politik di lingkungan
masyarakat. Menurut (Abilawa, 2016) dalam jurnal (Rah Adi Fahmi, dkk., 2018)
kemiskinan akan menyebabkan permasalahan sosial berupa penurunan pada jumlah
18
sumber daya manusia, adanya ketimpangan, meningkatnya kriminalitas, tatananan
sosial yang tidak stabil dan adanya rasa kecemburuan sosial pada masyarakat.
Kemiskinan memiliki dampak yang serius dari berbagai hal menurut (Itang, 2017)
terdapat dampak dari adanya kemiskiaan tersebut :
1) Pengangguran
Pengangguran adalah akibat dari kemiskinan karena sulitnya masyarakat
memperoleh pendidikan dan keterampilan, serta sulit bagi masyarakat dalam
perkembangan serta memperoleh kerja yang baik dalam pemenuhan kebutuhannya.
2) Kiriminalitas.
Kriminalitas adalah efek pada kemiskinan. sulitnya memperoleh rezeki
menyebabkan individu hilang kesadaran akhirnya mendapatkan alternative lain dengan
tidak memperdulikan baikp ataupun tidak rezeki selaku transaksi dalam memperoleh
keinginan.
3) Putusnya sekolah
Putus sekolah serta harapan pengetahuan tidak diragukan lagi adalah akibat dari
kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan membuat orang miskin tidak bisa bersekolah
karena mereka tidak mampu membayar uang sekolah.
19
4) Kesehatan
Kemiskinan menyebabkan gizi sehari-hari tidak mencukupi, sehingga
penduduk miskin sulit memelihara kesehatan, sehingga sulit memperoleh kesehatan.
f. Arah dan Kebijakan Menanggulangi Kemiskinan
Sudarwati (2009:39) menyatakan bahwa selama ini berusaha untuk
mengentaskan kemiskinan masyarakat yang sudah terlanjur miskin, namun masih
belum ada rencana untuk menghentikan kemiskinan baru. Oleh karena itu, upaya
penanggulangan kemiskinan sangat penting. Pertama secara kuratif adalah
menanggulangi masyarakat yang sudah miskin. Kedua langkah preventif adalah
mencegah munculnya orang miskin atau munculnya orang miskin baru. Menurut
Mansuri dan Rao dalam (Elfindri, 2008:120) mengatasi kemiskinan dalam hal ini perlu
dilakukan dengan mendorong masyarakat lokal untuk bersama-sama menentukan
pilihan dan mengatasinya secara kolektif. Menurut (World Bank, 2007:318)
kemiskinan bisa di atasi dengan arah dan kebijakan serta tindakan khusus yang
dilakukan seperti:
1) Mengatasi risiko dan kerentanan penduduk miskin
Tindakan khusus dari kemiskinan sendiri dengan memberikan program upah
dengan menetapkan standar minium agar dapat membantu penduduk miskin ketika
mereka kehilangan pekerjaan. Selain itu, program bantuan tunai diberikan kepada
masyarakat miskin hal ini dilakukan agar tingkat konsumsi masyarakat miskin berjalan
20
dengan lancar ketika menghadapi permasalahan perekonomian di masa yang akan
datang.
2) Kebijakan beras
Sebagai wilayah yang memiliki pertanian yang luas, Indonesia perlu membatasi
impor beras hal ini guna membantu para petani dalam meningkatkan penjualan beras
dalam negeri dan juga mengembangkan usaha pertanian rakyat.
3) Penargetan
Dalam hal ini penargetan dilakukan kepada rumah tangga miskin. Masyarakat
diikutsertakan dalam menargetkan program-program pemerintah untuk membantu
masyarakat msikin agar tepat sasaran.
4) Sistem kebijakan, perencanaan dan penganggaran
Melalui kementrian keuangan pemerintah daerah ditugaskan untuk membuat
laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan dan selanjutnya di arahkan tepat sasaran
terutama untuk kemiskinan yang terjadi di daerahnya.
Menurut Tim Nasioal Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TPN2K, 2011) ada
beberapa prinsip yang digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan:
1) Memperbaiki rencana perlindungan sosial. Dalam hal ini, memberikan jaminan
sosial dan bantuan sosial kepada masyarakat miskin terutama yang sangat
membutuhkan pertolongan, seperti lansia, penyandang cacat, dan masyarakat
21
yang tinggal di daerah miskin. Selain itu, jaminan sosial membantu masyarakat
miskin menghadapi dampak masalah hidup, seperti pengangguran, bencana
keluarga atau kematian.
2) Meningkatkan pelayanan dasar. Kebutuhan masyarakat harus terpenuhi, yang
dapat berupa perbaikan fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, air bersih,
sanitasi, serta pangan dan gizi.
3) Memberdayakan kelompok masyarakat miskin. Menyediakan kegiatan
produktif bagi masyarakat miskin untuk mengentaskan kemiskinan.
4) Pembangunan inklusif. Pembangunan inklusif yaitu pembangunan yang
menyertakan penduduk serta bisa memperoleh keuntunga untuk penduduk.
2. Dana Otonomi Khusus
a. Pengertian Otonomi Khusus
Menurut (BPK, 2021) otonomi khusus yaitu wewenang khusus yang ditetapkan
serta ditampilkan untuk provinsi yang mendapat otonomi khusus dalam mengatur serta
mengurus kepentingan masyarakat lokal menurut usulan masing daerah berdasarkan
tujuan serta kewajiban dasar masyarakat. Berdasarkan peraturan gubernur Papua Barat
Nomor 16 tahun 2017 tentang pengalokasian dana otonomi khusus dalam pasal 1 (8)
bahwa dana otonmi khusus adalah penerimaan pemerintah Provinsi Papua Barat yang
berasal dari APBN yang besarnya setara 2% dari pagu alokasi umum nasional dipakai
untuk melaksanan otonomi khusus. Daerah otonom menurut (Widjaja, 2002:76)
merupakan integritas penduduk memiliki asas mempunyai batas daerah tertentu dapat
22
menyusun serta mengelola hak dasar penduduk lokal sesuai dengan keinginan
penduduk dalam ikatan negara kesatuan republik Indonesia. Otonomi khusus menurut
(Amin, 2019:91) wilayah tertentu diberikan untuk mnyusun serta mengelola
kepentingan penduduk lokal berdasarkan dengan hak dan keinginan penduduk
setempat serta inisiatifnya sendiri.
b. Permasalahan dan Rekomendasi pada Dana Otonomi Khusus
Menurut Letty & Zuhro (2016) beberapa rekomendasi yang dilakukan untuk
pemecahan masalah pada dana otonomi khusus:
1) Transparansi, berharap pemerintah daerah terbuka dan memungkinkan
masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan daerah.
2) Komite Perimbangan Otonomi Daerah perlu memperhatikan dan memberikan
pengawasan tambahan kepada daerah penerima dana otsus untuk
memaksimalkan anggarannya secara tepat.
3) Birokrasi atau lembaga yang menerima dana otonomi, pertimbangan yang tepat
harus diberikan kepada kesiapan setiap daerah untuk memastikan
penggunaannya benar.
c. Otonomi khusus dalam kebijakan fiskal
(Kemenkeu dalam kebikajan fiskal dalam rangka mendorong percepatan daerah
(2018) Kebijakan fiskal melalui tiga fungsi strategis, yaitu alokasi, distribusi, dan
stabilisasi memiliki peran sentral dalam menelola makro ekonomi yang kuat, sehat, dan
23
inklusif dalam mencapai pembangunan daerah dan nasional yang berkelanjutan.
Mendorong percepatan pembangunan daerah selaku bagian dalam pembangunan
nasional untuk mencapai tujuan otonomi daerah, yaitu kebijakan fiskal yang
dilaksanakan melalui perangkat desentralisasi fiskal untuk mengembangkan layanan
umum serta ketentraman penduduk. Desentralisasi fiskal adalah bagian metode transfer
dana dalam APBN serta berkaitan pada program keuangan negara ialah dalam
mencapai pertahanan fiskal berkelanjutan serta menunjukkan dorongan kepada
kegiatan ekonomi penduduk, adanya desentralisasi fiskal dinantikan untuk membuat
kerataan kekuatan finansial antar wilayah yang setara pada tingginya wewenang
kepentingan pemerintah yang dialihkan untuk daerah otonom (sun’an & senuk, 2015).
Menurut (Suratman 2017) alat pokok desentralisasi fiskal di Indonesia yaitu
kebijakan transfer ke daerah, terdiri dana perimbangan, dana otonomi khusus, serta
dana insentif daerah. Implementasi kebijakan otonomi daerah serta desentralisasi fiskal
berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang tsudah diperbaiki membentuk UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 25 Tahun 1999 yang telah
diperbaiki menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (World Bank 2011). Transfer ke daerah
yaitu komponen pada Belanja Negara untuk rangka membiayai perwujudan
desentralisasi fiskal berbentuk Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana
Otonomi Khusus, serta Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (amelia
&belawati, 2019).
24
Menerapkan desentralisasi fiskal berakibat turut transfer pusat dan membat
aspek utama untuk integritas pengembangan daerah serta berpengaruh kepada
performa ekonomi, desentralisasi akan bisa memajukan kemajuan ekonomi serta
keamana penduduk sebab pemerintah daerah akan lebih baik untuk hasil serta
tersedianya barang publik amelia & belawati (2019).
3. Indeks Pembangunan Manusia
a. Pengertian Indek Pembangunan Manusia
Pembangunan perlu memprioritaskan masyarakat dalam pusat perhatian, dan
menjelaskan bahwa pembangunan adalah bagi menambah yang dipilih masyarakat,
bukan sekedar menambah pendapatan. Oleh sebab itu, rencana pengembagan manusia
perlu menitikberatkan kepada masyarakat secara totalitas, bukan hanya pada aspek
ekonomi. Pembangunan manusia tidak hanya menitikberatkan terhadap usaha
pengembangan kekuatan manusia, namun menitikberatkan kepada upaya pemanfaatan
kekuatan manusia tersebut secara maksimal. Pembangunan manusia adalah landasan
untuk menentukan visi pengembangan serta analisis pilihan dalam mencapai tujuan
tersebut Arofah & Rohimah (2019).
Menurut Yektiningsih (2018) Pembangunan manusia yaitu membangun
penduduk dengan meningkatkan modal manusia. Untuk penduduk, menjelaskan visi
kehidupan dan pengembangan sosial dengan berpartisipasi aktif dalam proses
mempengaruhi dan membentuk kehidupan masyarakat. (Ginting, dkk 2020:30)
25
Pembangunan manusia mengacu pada lingkungan di mana orang atau penduduk dapat
mewujudkan potensi dirinya secara penuh dan menjadikan hidupnya produktif dan
kreatif sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Manusia merupakan pusat moda bangsa serta landasan modal pembangunan.
Untuk sepenuhnya mengembangkan manusia menjadi pemahaman yang baik tentang
prosedur pembangunan. Bagian visi pembangunan adalah menumbuhkan kawasan
kondusif untuk masyarakat, sehingga dapat memperoleh hidup layak, umur panjang,
serta hidup makmur Efendi (2020).
Pembangunan manusia yaitu model pembangunan yang meletakkan
kemanusiaan (masyarakat) pada tujuan utama srta ujung untuk semua aktivitas
pembangunan, seperti mewujudkan kapasitas sumber daya (pendapatan untuk
kehidupan yang lebih baik), meningkatkan derajat kesehatan (hidup sehat jangka
panjang), dan meningkatkan pendidikan. Dengan kata lain, manusia yang sedang
berkembang yaitu manusia yang dianggap untuk topik pembangunan, berarti
pembangunan yang dikerjakan dalam kemaslahatan umat manusia ataupun penduduk
Maratade, dkk (2016). Menurut Mahroji & Nurkhasanah (2019) Tujuan pembangunan
modal manusia secara nyata serta norma adalah untuk meningkatkan status dasar
masyarakat, sehingga memperluas peluang dalam ikut aktif pada prosedur
pembangunan yang berkesinambungan.
26
Sementara tumpuan penting dalam pembangunan manusia diantaranya (UNDP 1995):
1) Pembangunan wajib menjadi prioritas masyarakat sebagai pokok perhatian.
2) Pembangunan dijelaskan dalam memperluas pilihan kepada masyarakat.
3) Pembangunan manusia melihat tidak hanya untuk cara mengembangkan
kemampuan (kapabilitas) manusia, akan tetapi untuk cara menunggangi tenaga
manusia itu sendiri dengan maksimal.
4) Pembangunan manusia dibantu oleh empat utama: kreativitas, kerataan,
kelangsungan serta memberdayakan.
5) Pembangunan manusia merupakan akar dalam keputusan capaian
pembangunan serta untuk melihat pilahan dalam tujuan capaiannya.
b. Perbedaan Metode Lama dengan Metode Baru
Berikut perbedaan antara metode lama dan metode baru dalam pengukuran IPM (BPS,
2014):
1) Metode Lama
a) Kesehatan:
1. indikator Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH)
2. BPS indiaktor Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH)
b) Pengetahuan:
1. UNDP indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan Kombinasi Angka Partisipasi
Kasar (KAPK)
27
2. BPS indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
c) Standar hidup layak:
1. UNDP indikator PDRB per kapita (PPP U$)
2. BPS indikator pengeluaran perkapita (Rp)
d) Agregasi (rata-rata aritmatrik)
𝐼𝑃𝑀 =1
3(𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 + 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 + 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)
2) Metode Baru
a) Kesehatan:
1. UNDP indikator Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH)
2. BPS indikator Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH)
b) Pengetahuan
1. UNDP indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah
(RLS)
2. BPS indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah
(RLS)
c) Standar hidup layak:
1. UNDP indikator PNB per kapita (PPP U$)
2. BPS indikator pengeluaran per kapita disesuaikan (Rp)
d) Agregasi (rata-rata geometrik)
28
𝐼𝑃𝑀 = √𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 x 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 x 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛3
c. Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Menurut (Erisman 2017) terdapat beberapa komponen indeks pembangunan manusia:
1) Angka Harapan Hidup Saat Lahir (AHH) didartikan dugaan mean jumlah tahun
diterima individu ketika hadi ke dunia, AHH pantulan dari kesehatan
masyarakat. Jumlah identifikasi berdasarkan prediksi masyarakat Sensus
masyarakat 2010.
2) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diartikan penjumlahan tahun akhir masyarakat
untuk menerima pengetahuan reguler, perkiraan pada keadaan normal, RLS
tidak berkurang. Pada saat yang sama, angka lingkup masyarakat yang diukur
dalam RLS adalah untuk mereka yang berusia 25 tahun atau lebih. RLS hanya
dihitung pada masyarakat berusia 25 tahun ke atas, karena diperkirakan telah
menyelesaikan proses pendidikan pada usia tersebut.
3) Harapan Lama Sekolah (HLS) diartikan waktu sekolah yang diharapkan
(berupa tahun) untuk anak-anak dalam usia spesifik di periode datang. HLS
dipakai dalam menentukan syarat pengembangan prosedur pendidikan pada
semua tingkatan. HLS diukur dari usia tujuh tahun, hal ini berdasarkan program
pemerintah yaitu wajib belajar.
4) Pengeluaran per kapita yang ditetapkan berdasarkan pengeluaran per kapita
serta kesetaraan daya beli. Rata-rata pengeluaran per kapita setiap tahun
29
didapatkan atas modul Susenas yang diukur menurut tingkat provinsi hingga
tingkat kabupaten/kota. Dengan mengambil tahun 2012=100 sebagai tahun
dasar, pengeluaran rata-rata per kapita tetap sama / benar. kesetaraan daya beli
diukur pada carabaru memiliki 96 komoditas, 66 komoditas di antaranya
merupakan pangan dan sisanya nonpangan. Metode penghitungannya
menggunakan metode Rao. 96 jenis kemasan produk dipilih dalam perhitungan
kesetaraan daya beli.
Tabel 2.1
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen Indeks Pembangunan Manusia
Sumber: BPS Papua Barat, 2019
Dalam melihat tingkatan IPM antar wilayah dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori (BPS Papua Barat, 2019):
1. Kelompok tertinggi : IPM lebih besar dari 80
2. Kelompok tinggi : IPM lebih besar dari 70 IPM lebih kecil dari 80
30
3. Kelompok sedang : IPM besar dari 60 IPM kecil dari 70
4. Kelompok rendah : IPM kecil dari 60
d. Manfaat pengukuran Indeks Pembangunan Manusia
Manfaat dalam pengukuran IPM (BPS, 2014):
1) Indeks Pembangunan Manusia merupakan bagian pencapaian keutamaan hidup
manusia.
2) Indeks Pembangunan Manusia mampu menetapkan tingkat perkembangan
suatu wilayah / negara.
3) Indeks Pembangunan Manusia tidak hanya untuk mengukur kinerja
pemerintah, tetapi serta dipakai untuk menentukan pilihan dalam penyalur
Dana Alokasi Umum (DAU).
4. Infrastruktur Jalan
a. Pengertian Infrastruktur Jalan
Susantono (2012) dalam jurnal (Lestari & Suhadak, 2019) menyatakan bahwa
infrastruktur adalah kebutuhan fisik dasar mengutamakan jalan, rel kereta api,
jembatan, listrk, komunikasi, irigasi/irigasi dan bandara bertujuan untuk
mengklasifikasikan sistem struktur yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi.
Melalui infrastruktur fisik yang tepat dapat mendukung kecepatan kegiatan ekonomi
masyarakat, pemerataan arus produksi barang dan jasa.
31
(Larimer, 1994) dalam jurnal Suriani & Keusuma (2019) infrastruktur adalah
ketahanan ataupun rencana kerja ialah fondasi layanan dasar, sarana dan prasarana serta
lembaga terikat kepada perkembangan serta pengembangan pada suatu wilayah,
penduduk serta program. Infrastruktur dalam Kamus Oxford dalam buku (Mulyo &
Santoso, 2018: 1) adalah fisik dasar dan struktur organisasi (seperti gedung, jalan,
suplai energi) yang dibutuhkan untuk operasional masyarakat dan institusi.
Purnomo (2020) menyatakan pembangunan infrastruktur akar dari dapat
terbagi dua jenis, Pertama-tama, infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur material
dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. Mendukung kegiatan ekonomi, termasuk
utilitas umum utilitas umum Pekerjaan serta sektor transportasi. Kedua, Infrastruktur
sosial adalah infrastruktur sosial yang terdiri Infrastruktur pendidikan serta
infrastruktur kesehatan. Menurut Grig (1988) dalam jurnal (Purnomo 2020) Definisi
infrastruktur merujuk pada pola fisik menyajikan layanan umum seperti transportasi,
irigasi, drainase, konstruksi, dll. Seperti kelistrikan, telekomunikasi, air bersih, dll,
kesemuanya merupakan dasar keperluan manusia di bidang sosial sertekonomi.
(Tarigan & Syumanjaya, 2013) Infrastuktur jalan adalah penggerak dalam
mobilisasi pembangunan ekonomi tidak pada wilayah kota namun pada wilayah desa.
Selajutnya, infrastruktur adalah tonggak menetapkan ekspedisi peredaran barang, jasa,
manusia, uang serta keterangan pada satu wilayahsatu ke wilayah lainnya. (Paulus
Iriyena, Amran T. NAukoko, Hanly F, 2019) Jalan adalah bagian infrastruktur
32
sekaligus terkadang dipakai adalah infrastruktur pada suatu daerah untuk bisa
menigkatkan pertumbuhan ekonomi.
Berikut kriteria infrastruktur yang tercantum dalam (PERPRES No. 75 Tahun
2014) tentang percepatan penyediaan infrastruktur prioritas:
1) Mempunyai kecocokan rancangan pembangunan jangka menengah
nasional/regional serta rancangan fundamental sektor infrastruktur.
2) Mempunyai kecocokan dengan rencangan mengatur ruang dan daerah.
3) Mempunyai hubungan bagian infrastruktur dengan bagian wilayah.
4) Mempunyai fungsi fundamental tentang ekonomi, sejahtera sosial, penjagaan
serta ketentraman negara.
5) Memerlukan bantuan pemerintah atau jaminan pemerintah untuk alokasi
infrastuktur prioritas kerja sama pemerintah dan swasta.
b. Manfaat Infrastruktur Jalan
(Ditjen Bina Marga, 2015) Ketersediaan infrastruktur jalan dapat mendorong
kegiatan ekonomi, yaitu: Menghubungkan produsen, pasar, dan konsumen. Selain itu,
tersedianya jalan akan membuka saluran dan peluang bagi masyarakat lokal untuk
memasuki dunia usaha sehingga mendorong terbentuknya lapangan kerja baru.
Pembangunan infrastruktur transportasi khususnya jalan dapat menjangkau daerah
yang memiliki potensi ekonomi atau daerah terpencil (desa) untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan pemerataan
pendapatan.
33
B. Hubungan Antar Variabel
1. Kemiskinan Dengan Dana otonomi Khusus
Alokasi DOK pada aktivitas pertumbuhan kepada provinsi ataupun kabupaten
kota dianjurkan pada peningkatkan keamanan penduduk serta untuk turunnya
kemiskinan Muliadi & Amri (2019). Menurut Mantsani, dkk (2020) pada dasarnya
dana otonomi khusus khusus dapat memberikan dampak besar terhadap kesejahteraan
masyarakat. Dimana melalui dana transfer yang diserahkan bagi pemerintah pusat
untuk pemerintah daerah dapat meningkatkan pembangunan misalnya melalui
infrastruktur yang berdampak langsung terhadap penduduk miskin. Secara terus-
menerus melalui otonomi daerah pemerintah pusat telah membuat kebijakan dan
kontribusi kepada masyarakat baik itu tunai ataupun non-tunai. Wilayah pada dana
OTSUS besar mengarahkan wilayah itu agar bisa menumbuhkan keamanan penduduk
Ferdiansyah, dkk (2018).
2. Kemiskinan dengan Infrastruktur
Menurut (Wahab & alga, 2017:66) Perkembangan kebutuhan infrastruktur,
terutama kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh masyarakat miskin, jelas memberikan
bantuan yang besar bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidup mereka
dan memberikan mereka kesempatan untuk keluar dari siklus kehidupan. kemiskinan.
(Wahab & alga, 2017:70) Kemiskinan tidak hanya terjadi pada tingkat mata uang,
tetapi juga terdapat pada akses ke infrastruktur dasar seperti pendidikan, perawatan
kesehatan, dan listrik. Menurut Nugroho (2015) jika pemerintah Indonesia serius dalam
34
menangani kemiskinan, maka pemerintah Indonesia lebih mendalami apa saja yang
dibutuhkan oleh masyarakat miskin dan membuat kebijakan dimana hal itu ditujukan
untuk masuyarakat miskin membangun infrastruktur dasar untuk masyarakat miskin
dan meningkatkan akses infrastruktur yang telah ada untuk mereka.
1. Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia
Menurut (elfindri, 2008:136) kemiskinan membawa dampak penduduk miskin
sensitif kepada bagian kesehatan serta pendidikan, kedua pokok tersebut bisa benar
serius untuk penyelesaian kemiskinan sebab bagian kesehatan serta bagian pendidikan
yaitu modal yang perlu perhatian dalam memperoleh hasil baik. Estrada & Wenagama
(2019) menyebutkan kualitas sumber daya manusia dapat menjadi faktor adanya
penduduk miskin, kualitas manusia bisa dilihat melalui indeks pembangunan manusia.
Rendahnya kualitas indeks pembangunan manusia berakibat kepada rendahnya
produktivitas penduduk dimana hal itu akan mempengaruhi tangkat pendapatan yang
diterima rendah sehungga menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin.
Modal manusia adalah penentu pokok pertumbuhan ekonomi yang penting
Kualitas sumber daya manusia harus diinvestasikan dalam pendidikan serta kesehatan
dalam peningkatan kehidupan masyarakat serta keamanan masyarakat Olopade, dkk
(2019). Mitra kerja meningkatkan kemampuan petani dengan memberikan pelatihan
dan lokakarya, yang keduanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan profesional
petani. Berkembangnya budaya sumber daya manusia telah meningkatkan kesadaran
mereka terhadap bisnis e-commerce dan meningkatkan literasi digital mereka,
35
sehingga meningkatkan kemampuan pendapatan mereka. Bersama-sama, ini
memberikan penduduk pedesaan yang miskin teknologi tambahan, keterampilan dan
pengetahuan kewirausahaan yang dapat membantu mereka keluar dari kemiskinan
Huang, dkk (2020).
C. Penelitian Terdahulu
1. Mukhtar, dkk. (2019) dengan judul The Analysis Of The Effects Of Human
Development Index And Opened Unemployment Levels To The Poverty In
Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi melalui
menggunakan Random Effect menurut hasil uji test Lagrange Multiplier.
Kesimpulan yaitu bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh signifikan
negatif terhadap kemiskinan.
2. Mantsani, dkk. (2020) dengan judul penelitian Determinasi Kemiskinan
Provinsi Aceh Tahun 2017. Melalui regresi linear berganda. Kesimpulan pada
penelitian yaitu Variabel infrastruktur serta dana otonomi khusus tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di Povinsi Aceh Tahun
2017.
3. Fargana & Ikhsan (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Perjanjian Damai
Mou-Helsinki Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Aceh. Melalui data panel
dengan model Fixed effect model tahun 2008 – 2015. Kesimpulan pada
penelitian yaitu variabel dana otonomi khusus berpengaruh negatif serta
signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh.
36
4. Kadafi & Murtala (2020) dengan judul penelitian Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Otonomi Khusus Terhadap
Kemiskinan Di Provinsi Aceh Periode 2010 – 2017. Melalui regresi linear
berganda. Kesimpulan pada penelitian yaitu bahwa dana otonomi khusus tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh.
5. Zuhdiyaty & Kaluge (2018) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir
(Studi Kasus Pada 33 Provinsi). Melalui pendekatan kuantitatif pada uji regresi
pada tahun 2011 – 2015. Kesimpulan pada penelitian yaitu indeks
pembangunan manusia berpengaruh negatif signifikan terhadap kemiskinan.
6. Ningrum (2017) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Tingkat
Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia Dan Upah Minimum
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2011 – 2015. Melalui
model data panel serta eviews9. Kesimpulan pada penelitian yaitu indeks
pembangunan manusia negatif serta signifikan terhadap kemiskinan.
7. Muliadi & Amri (2019) dengan judul penelitian Penerimaan Zakat Dan
Penurunan Kemiskinan Di Aceh: Peran Otonomi Khusus Sebagai
Pemoderrasi. Melalui data panel lima belas kabupaten/kota Aceh kurun waktu
2011-2016, Moderated Regression Analysis (MRA). Kesimpulan pada
penelitian yaitu penerimaan zakat dan dana otonomi khusus berpengaruh
negatif serta signfikan terhadap kemiskinan di Aceh.
37
8. (Anyanwu dkk. 2009) dengan judul The Impact of Road Infrastructure on
Poverty Reduction in Africa. Bagian ini yang didasarkan pada survei literatur
ekstensif. infrastruktur jalan memiliki dampak yang kuat dan signifikan secara
statistik dalam mengurangi kemiskinan di Afrika.
9. (Singh 2012) dengan judul Human Development Index And Poverty Linkages.
Data yang berkaitan dengan 15 negara bagian utama India telah
dipertimbangkan untuk mempelajari hubungan antara ketiga variabel ini dari
waktu ke waktu dengan bantuan teknik korelasi dan regresi. Analisis empiris di
atas dengan jelas mengungkapkan bahwa indeks pembangunan manusia dan
per kapita pendapatan memiliki pengaruh besar pada pengurangan kemiskinan.
10. Carola, dkk. (2020) dengan judul penelitian Pemodelan Spasial Pengaruh
Infrastruktur Terhadap Kemiskinan Di Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon
Kabupaten Ponorogo. Melalui Indeks Kemiskinan Multidimensi (MPI) serta
Analisis Regresi Spasial tahun. Kesimpulannya adalah variabel infrastruktur
memberikan pengaruh terhadap tingkat kemiskinan multidimensi (variabel
dependen) di Desa Sidoharjo adalah kepemilikan MCK privat.
38
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Penulis dan tahun Judul Variabel Hasil
penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Fardilla & Masbar
(2020)
Analisis
Pengaruh
Infrastruktur
Jalan, Listrik,
Sekolah, Dan
Pdrb Terhadap
Kemiskinan Di
Aceh
variabel
infrastruktur
jalan
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
kemiskinan
Aceh.
Meneliti
Infrastruktur
jalan dengan
Kemiskinan
meneliti Listrik,
Sekolah, Dan
Pdrb Dan
Kemiskinan
2. Syera (2017) The Effect of
Unemploymen-t
Rate, Human
Development
Index, Gross
Domestic
Product Against
Level of Poverty
in Indonesia.
indeks
pembangunan
manusia dan
domestik bruto
produk
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
kemiskinan di
Indonesia tahun
2002-2013.
Meneliti Indeks
Pembangunan
Manusia dengan
Kemiskinan
meneliti Tingkat
Pengangguran,
Produk
Domestik Bruto
dan Kemiskinan
39
3. Ahmad, dkk.
(2019)
The Impact of
Human
Development
Index on
Poverty in
Southeast
Sulawesi.
indeks
pembangunan
manusia
memiliki nilai
negatif dan
berpengaruh
signifikan
terhadap
kemiskinan
Meneliti dampak
Indeks
Pembangunan
Manusia dan
Kemiskinan
meneliti dimensi
kesehatan dan
ekonomi dan
IPM.
4. (Estrada and
Wenagama 2019)
Pengaruh Laju
Pertumbuhan
Ekonomi,
Indeks
Pembangunan
Manusia, dan
Tingkat
Pengangguran
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan
indeks
pembangunan
manusia
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
kemiskinan di
Provinsi Bali
2009 – 2013.
Meneliti Indeks
Pembangunan
Manusia dengan
Kemiskinan
meneliti
pertumbuhan
ekonomi dan
tingkat
pengangguran
dan IPM.
5. (Nugraheni &
Priyarsono, 2012)
Kinerja
Keuangan
Daerah,
Infrastruktur,
dan
Kemiskinan:
Analisis
ketersediaan in-
frastruktur
jalan
berpengaruh
signifikan
terhadap
Meneliti
Infrastruktur
Jalan Dengan
Kemiskinan
Meneliti kinerja
keuangan
daerah, air bersih
dan listrik dan
kemiskinan
40
Kabupaten/Kota
di Indonesia
2006–2009.
pengurangan
kemiskinan
6. (Purnomo &
Wijaya, 2021)
Infrastruktur
dan Kemiskinan
di Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Variabel
infrastruktur
ekonomi yang
diukur dengan
panjang jalan
signifikan
berpengaruh
negatif
terhadap
kemiskinan di
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Meneliti
Infrastruktur
Jalan Dengan
Kemiskinan.
Meneliti
pendidikan,
kesehatan dan
kemiskinan.
7. Samputra &
Munandar (2019)
Korupsi,
Indikator Makro
Ekonomi, dan
IPM terhadap
tingkat
kemiskinan di
Indonesia.
Terdapat
pengaruh
negatif dan
signifikan dari
peningkatan
IPM terhadap
penurunan
tingkat
kemiskinan di
Indonesia.
Meneliti Indeks
Pembangunan
Manusia dengan
Kemiskinan
Meneliti
Indikator Makro
Ekonomi dengan
Kemiskinan
41
8. Bisai, Charley M &
Maria K (2019)
Analisis
Pembangunan
Manusia Dan
Pengaruhnya
Terhadap
Kesejahteraan
Masyarakat Di
Provinsi Papua.
IPM
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
kemiskinan di
Provinsi Papua.
Meneliti Indeks
Pembangunan
Manusia dengan
Kemiskinan
meneliti
komponen
AHH, RLS dan
HLS dengan
IPM. pendapatan
perkapita dengan
kemiskinan
9. Yusuf & Dai
(2020)
The Impact of
Unemployment
and Human
Development
Index on
Poverty in
Gorontalo
Province 2008-
2017.
Indeks
pembangunan
manusia
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap angka
kemiskinan.
Meneliti Indeks
Pembangunan
Manusia dengan
Kemiskinan
meneliti
pegangguran
dengan
kemiskinan
10. (Ade dkk., 2019) Pengaruh Pdrb
Dan
Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap Ipm
Dan Tingkat
Kemiskinan Di
Kab/Kota
Provinsi Bali
IPM
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
tingkat
kemiskinan
Meneliti Indeks
Pembangunan
Manusia dengan
Kemiskinan
meneliti
pengeluaran
pemerintah
daerah, PDRB
dengan
kemiskinan
42
D. Kerangka Berpikir
Variabel dependen untuk penelitian ini yaitu Kemiskinan (X) serta untuk
variabel independen yaitu Dana Otonomi Khusus (X1), Indeks Pembangunan Manusia
(X2) dan Infrastruktur Jalan (X3). Adapun rumusan kerangka dalam penelitian ini
yaitu:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
43
Gambar 2.2
Pengaruh Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan
Infrastruktur Jalan terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi
Papua Barat Tahun 2016 - 2019
Dana Otonomi Khusus (X1)
Indeks pembangunan manusia
(X2)
Infrastruktur Jalan (X3)
Kemiskinan (Y)
Alat Analisis Panel Data
Pemilihan Model
- Uji Chow
- Uji Hausman
Fixed Effect Model
Uji Normalitas
- Uji Heteroskedastisitas
- Uji Autokorelasi
- Uji Multikolinearitas
-
Uji Hipotesis
- Uji koefisien
Determinasi
- Uji t
- Uji F
44
E. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2010) hipotesis adalah jawaban dugaan kepada rumusan masalah
diteliti, rumusan masalah yang diteliti sudah diakui berupa kalimat pertanyaan.
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Terdapat pengaruh variabel Dana Otonomi Khusus secara individu terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
b. Terdapat pengaruh variabel Indeks Pembangunan Manusia secara idividu terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
c. Terdapat pengaruh variabel Infrastruktur Jalan secara individ terhadap Kemiskinan
di Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
d. Terdapat pengaruh variabel Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia
Dan Infrastruktur Jalan secara bersama terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota
Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
45
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Data Penelitian
Menggunakan model regresi data panel melalui penggunaan eviews 10. Jenis
data yang dipakai yaitu data sekunder. Sugiyono (2016) data sekunder yaitu bersumber
tidak langsung mengemukakan data untuk peneliti.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang dipakai untuk penelitian yaitu 13 Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua Barat Tahun 2016-2019. Variabel independen meliputi dana ototnomi
khusus (X1), indeks pembangunan manusia (X2) dan infrastruktur jalan (X3)
selanjutnya variabel dependen dalam penelitian ini maenggunakan persentase
kemiskinan (Y).
C. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari lembaga atau website terkait dengan judul penelitian.
Berikut penelitian yang memerlukan data dan sumber data yang diperlukan:
1. Persentase Kemiskinan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019
yang diperoleh dari Badan Pusat Statsitik (BPS) provinsi Papua Barat.
46
2. Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019
diperoleh dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK).
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun
2016 – 2019 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat.
4. Infrastruktur Jalan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 – 2019
diperoleh dari PPID Kementerian Pekerjaan umum dan perumahan rakyart
(PUPR).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan cara dalam penghimpunan data. Instrumen
penelitian diperoleh oleh peneliti bersumber dari Kementrian PUPR, Badan Pusat
Statistik dan Badan Pemeriksaan Keuangan. Berikut variabel operasional penelitian:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Variabel Definisi Sumber Satuan
Dependen Kemiskinan Kemiskinan adalah
ketidakmampuan individu
dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
seperti papan, sandang
dan pangan.
Badan Pusat
Statistik
Persentase
47
Independen Indeks
pembangunan
manusia
IPM merupakan proses
pembangunan yang
bertujuan untuk memiliki
lebih banyak pilihan
terutama dalam hal
pendapatan, kesehatan
dan pendidikan.
Badan Pusat
Statistik
Indeks
Independen Infrastruktur
Jalan
Jalan adalah prasarana
trasnportasi darat yang
meliputi segala bagian
jalan termasuk bangunan
pelengkap dan
perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu
lintas.
Kementerian
PUPR dalam
(UU RI
No.38
Tahun 2004)
Kilometer
Independen Dana
otonomi
khusus
Dana Otonomi Khusus
adalah kewenangan
khusus yang diakui untuk
mengatur dan mengurus
masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri
berdassarkan aspirasi dan
hak-hak masyarakat.
Badan
Pemeriksaan
Keuangan
Rupiah
48
E. Metode Analisis Data
1. Model regresi data panel
a. panel data
Gujarati (2004:636) berpendapat data panel artinya perpaduan dari data cross-
section serta time series. time series yaitu rangkaian pengamatan nilai-nilai yang di
ambil suatu variabel pada waktu yang berbeda. Selanjutnya data cross section yaitu
data memiliki banyak variabel yang dihimpun pada lokasi sejenis. Dalam sebagian
kasus, menggunakan data panel memiliki kelebihan (Gujarati, 2004:637):
1) data panel berkaitan dengan perorangan, perusahaan dan wilayah, dengan
berjalannya periode tertentu ada keberagaman dalam bagian tersebut.
2) dengan adanya rangkaian waktu data panel memrekomendasikan data lebih
aktual, lebih bermacam, degree of freedom dan lebih baik, selain itu terdapat
sedikit kolinearitas antar variabel.
3) data panel mampu memberikan adanya dinamika perubahan dalam suatu
pengamatan.
4) data panel mampu efisien memprediksi serta menghitung dampak yang tidak
mampu melihat pada murni lintas-bagian atau data seri waktu murni.
5) data panel dimungkinkan dalam meninjau model perilaku lebih rumit.
6) data panel mampu mengurangi bias kemungkinan ada apabila
memengelompokkan perorangan ataupun perusahaan pada dalam agregat
besar.
49
Pada penelitian ini memiliki satu variabel dependen yaitu variabel persentase
kemiskinan (Y) dan tiga variabel independen yaitu dana otonomi khusus (X1), indeks
pembangunan manusia (X2) dan infrastruktur jalan (X3). Berikut model persamaan
data panel:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1𝑋𝑖𝑡 + 𝑒
Keterangan:
𝑌𝑖𝑡 : variabel dependen
𝛼 : konstanta
𝛽1 : koefisien regresi
𝑋 : variabel independent
𝑒 : erorr term
t : waktu
i : individu
untuk persamaan dalam penelitian ini adalah:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1𝑂𝑇𝑆𝑈𝑆𝑖𝑡 + 𝛽2𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡 + 𝛽3𝐼𝑁𝐹𝑅𝐴𝐽𝐿𝑁𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡
Keterangan
𝑌𝑖𝑡 : persentase kemiskinan
𝛼 : konstanta
𝑂𝑡𝑠𝑢𝑠𝑖𝑡 : otonomi khusus di daerah i waktu t
𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡 : indeks pembangunan manusia di daerah i waktu t
𝐼𝑛𝑓𝑟𝑎𝑗𝑙𝑛𝑖𝑡 : infrastruktur jalan di daerah i waktu t
𝛽1, 𝛽2, 𝛽3 : koefisien regresi
𝑒𝑖𝑡 : error term di kabupaten/kota waktu t
50
2. Model Estimasi Data Panel
Pada model estimasi yang dipakai menggunakan tigal model adalah Fixed
Effect Model, Random Effect Model serta Common Effect Model. Berikut tinjauan
ketiga model estimasi tersebut:
a. Common Effect Model
Menurut Widarjono (2013) Model estimasi common effect yaitu teknik estimasi
yang semuanya dapat diandalkan Memperkirakan data panel memadukan sederhana
data time series dengan cross-section.
b. Fixed Effect Model
Menurut Widarjono (2013) model fixed effect yaitu model estimasi data panel
dipakai variabel dummy dalam memahami pada variasi karakter.
c. Random Effect Model
Menurut Widarjono (2013) random Effect, parameter bervariasi antar
perusahaan ataupun antar waktu di pada error. Model ini menunjang untuk estimasi
data panel dimana variabel gangguan dapat silih bersinggungan antar waktu antar
individu.
51
3. Uji Spefikasi Model
a. Uji Chow
Widarjono (2013) Uji chow dipakai dalam melihat regresi data Panel yang
menggunakan model fixed effect lebih efisien daripada model common effect.
𝐻0 : common effect adalah terbaik
𝐻1 : fixed effect adalah terbaik
Signifikansi yang digunakan untuk α adalah 5% (0.05). apabila prob. cross-
section F uji Chow lebih rendah dari α 5% (0.05) sehingga 𝐻1 diterima berarti model
yang akan dipakai dalam estimasi model regresi yaitu fixed effect. Akan tetapi, jika
prob. cross-section F uji Chow lebih tinggi dari α 5% (0.05) selanjutnya 𝐻0 diterima
yang berarti estimasi model regresi yang dipakai yaitu common effect.
b. Uji Hausman
Widarjono (2013) Uji hausman yaitu dalam perbandingan model fixed effect
dengan radom effect. Berikut hipotesis pada uji Hausman:
𝐻0 : random effect merupakan terbaik
𝐻1 : fixed effect merupakan terbaik
Signifikansi yang digunakan untuk α adalah 5% (0.05). Jika nilai statistik
hausman tinggi dari nilai prob. α 5% (0.05) sehingga 𝐻0 diterima artinya penentuan
model estimasi regresi menggunakan random effect. ketika nilai statistik hausman
52
rendah dari nilai tabel prob. dengan α 5% (0.05) selanjutnya 𝐻1 diterima artinya model
yang dipakai yaitu fixed effect.
F. Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
Menurut Sunyoto (2016) Selain uji hipotesis klasik multikolinearitas dan
heteroskedastisitas, uji hipotesis klasik lainnya adalah uji normalitas, yang akan
meneliti data Variabel independen (X) serta data variabel dependen (Y) dalam
persamaan regresi yang diperoleh. Berikut untuk menemukan apakah residual pada
penelitian ini berdistribusi normal ataupun tidak melalui pengamatan nilai prob. pada
tabel menggunakan signifikansi α = 5% (0.05).
𝐻0 : data tidak normal
𝐻1 : data normal
a) Apabila nilai prob. > 0.05, maka residualnya berdistribusi normal terima 𝐻1
b) Apabila nilai prob. < 0.05, maka residualnya tidak berdistribusi normal diterima
𝐻0
2. Multikolinearitas
Sunyoto (2016) Jenis uji hipotesis klasik ini cocok untuk analisis regresi
berganda Terdapat dua variabel independent dalam melakukan penelitian. kedekatan
hubungan antar variabel independen akan diukur Melalui ukuran koefisien korelasi (r).
Konsekuensi multikolinearitas yaitu tidak validnya signifikansi variabel ataupun
53
besaran koefisien variabel dan konstanta. Multikolinearitas diduga terjadinya ketika
estimasi memiliki hasil nilai R (kuadrat) lebih besar dari 0.8, nilai-t dan nilai f statistik
lebih besar maka tidak signifikan (Gujarati, 2003). Hipotesis:
𝐻0 : terdapat multikolinearitas
𝐻1 : tidak terdapat multikolinearitas
a) Apabila pada uji nilai matrix nya > 0,8 maka terdapat multikolinearitas (𝐻0
diterima)
b) Apabila pada uji nilai matrix nya < 0,8 maka tidak ada multikolinearitas (𝐻1
diterima)
3. Heteroskedastisitas
Sunyoto (2016) Dalam persamaan regresi di halaman beranda, perlu juga untuk
memeriksa apakah mereka sama Varians residual dari satu penelitian kepada penelitian
lainnya. Dalam hal Residual memiliki varians sejenis yaitu terjadi homoskedastisitas
Jika variansnya tidak sejenis, maka hal itu terjadi Heteroskedastisitas. Persamaan yang
baik yaitu tidak terdapat heteroskedastisitas. Hipotesis:
𝐻0 : terdapat heteroskedastisitas
𝐻1 : tidak terdapat heteroskedastisitas
a) apabila nilai prob. < 0,05 sehingga data tersebut memiliki heteroskedastisitas
(𝐻0 diterima).
54
b) Apabila nilai prob. > 0,05 sehingga data tersebut tidak terdapat
heteroskedastisitas (𝐻1 diterima).
4. Autokolerasi
Sunyoto (2016) Persamaan regresi efisien yaitu tidak terdapat autokorelasi,
adanya autokorelasi ketika itu persamaan tersebut tidak efisien atau cocok dalam
prediksi. Jika terdapat kesesuain linier antara permasalahan gangguan waktu t (yang
ada) dan permasalahan gangguan waktu t-1 (waktu awalannya), permasalahan
autokorelasi baru akan timbul. Untuk itu, dapat dikatakan telah dilakukan uji hipotesis
autokorelasi klasik terhadap data deret waktu atau data dengan deret waktu. berikut
keputusan yang diambil pada Durbin Watson test untuk uji autokorelasi menurut
(Gujarati, 2004):
Tabel 3.2
Hipotesis Dan Keputusan Durbin Watson test
Sumber: Gujarati, 2004
55
G. Uji Hipotesis
Basuki (2016) Hipotesis adalah ungkapan tentang sifat populasi, selanjutnya uji
hipotesis merupakan rangkaian dalam membuktikan validitas tentang karakteristik
populasi menurut data sampel. Berikut uji hipotesis dilakukan:
1. Uji t-statistik
Ghozali (2011) uji t bermula membuktikan derajat pengaruh suatu variabel
independen secara masing-masing untuk mewujudkan variasi variabel dependen.
Signifikan atau tidak yaitu dengan membandingkan probabilitasnya dengan signifikan
α = 5% (0.05). Hipotesis dipakai pada Uji t yaitu:
hipotesis pada uji t:
a) 𝐻0 ∶ 𝛽1 ≠ 0 tidak berpengaruh signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
b) 𝐻1 ∶ 𝛽1 = 0 berpengaruh signfikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Kriteria pada uji t:
a) Jika nilai prob. > α = 5% (0.05) sehingga 𝐻1 ditolak atau diterima 𝐻0
b) Jika nilai prob. < α = 5% (0.05) sehingga 𝐻1 diterima atau ditolak 𝐻0
56
2. Uji F-statistik
Ghozali (2011) Uji statistik F mulanya membuktikan benarkah seluruh variabel
independen dikategorikan pada model memiliki pengaruh simultan terhadap variabel
dependen. metode digunakan dalam mengamati besar kecilnya nilai probabilitas
signifikan. dalam hal jika nilai prob. signifikansi lebih rendah dari 5% sehingga
variabel independennya simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Hipotesis yang dipakai pada Uji F yaitu sebagai berikut:
a) 𝐻0 : secara simultan variabel independen dengan variabel tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
b) 𝐻1 : secara simultan variabel independen dengan variabel dependen
mempunyai pengaruh yang signifikan
Kriteria pada uji F:
a) Jika nilai Prob. tinggi dari α = 5% (0.05) sehingga diterima 𝐻0 bisa dikatakan
secara simultan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
b) Jika nilai Prob. lebih rendah dari α = 5% (0.05) sehingga diterima 𝐻1 bisa
dijelaskan secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
57
3. Uji Koefisien Determinasi (R-square)
Ghozali (2011) Koefisien determinasi (𝑅2) dasarnya menaksir berapa dalam
kekuatan model untuk menjelaskan keragaman variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi berada pada 0 dan 1. Nilai 𝑅2 rendah variabel independen memiliki
kemampuan yang sangat kuat untuk menguraikan variabel dependen. Nilai dekat
dengan satu dapat dijelaskan variabel independen menyajikan kurang lebih seluruh
keterangan yang diperlukan dalam menganalisis variabel-variabel dependen. Akan
tetapi, adanya koefisien determinasi terdapat kekurangan, adanya bias terhadap
keseluruhan variabel independen yang ditujukan pada model. supaya hindar adanya
bias, untuk itu memakai nilai adjusted 𝑅2, karena nilai adjusted 𝑅2 bisa fluktuatif ketika
terdapat tambahan satu variabel independen.
58
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Sumber: Provinsi Papua Barat, 2021
Papua Barat merupakan wilayah provinsi yang berada di ujung Pulau Papua
bagian Barat. Provinsi Papua Barat berada antara 00-40 Lintang Selatan dan antara
1240-1320 Bujur Timur. Luas daerah Provinsi Papua Barat yaitu 102.946,15 km2.
Jumlah penduduk Papua Barat tahun 2019 mencapai 959.617,00 jiwa. Pada kondisi
geografis Papua Barat berbatasan dengan beberapa wilayah:
a) Utara batas Samudra Pasifik
b) Selatan batas Laut Banda dan Provinsi Maluku
c) Barat batas Laut Seram
d) Timur batas Provinsi Papua
59
Tabel 4.1
Daftar Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Beserta Luas Wilayah Tahun
2019
Sumber: BPS Papua Barat dalam angka (2020), 2021
1. Kemiskinan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
Data yang dipakai untuk penelitian ini yaitu persentase kemiskinan
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 s.d 2019. Data tersebut bisa diamati
melalui grafik 4.1.
60
Grafik 4.1
Persentase Kemiskinan Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019
Sumber: data diolah, 2021
Pada grafik di atas persentase kemiskinan tinggi di kabupaten/kota Papua Barat
pada Kabupaten Pegunungan Arfak dimana tahun 2016 sebesar 39.46%, tahun 2017
yaitu sebanyak 39.23% untuk tahun 2018 35.72% dan tahun 2019 34.83%. Hal ini
membuktikan bahwa Kabupaten Pegunungan Arfak sangat memprihatinkan mengingat
capaian persentase kemiskinan yang sangat tinggi. Selanjutnya posisi capaian
persentase kemiskinan terendah pada tahun 2016 diduduki oleh Kabupaten Kaimana
sebesar 17.44% serta tahun 2017 Kabupaten Kaimana masih memegang terendah
sebagai persentase kemiskinan sebesar 17.22%. Kota Sorong adalah kota satu-satunya
di Papua Barat untuk tahun 2016 masih terbilang tinggi walaupun tidak mecapai 20%
yaitu sebesar 17.85% dan tahun 2017 mecapai 17.78%. Kota Sorong tahun 2018 dan
2019 menjadikan sebagai daerah kabupaten/kota di Papua Barat dengan persentase
kemiskinan terendah yaitu sebesar 15.85% dan 15.45%.
01020304050
2016 2017 2018 2019
61
2. Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
Data yang dipakai untuk penelitian ini yaitu Dana Otonomi Khusus
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 s.d 2019. Data tersebut bisa diamati
melalui grafik 4.2.
Grafik 4.2
Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 – 2019
Sumber: data diolah, 2021
Jika dilihat pada grafik 4.2 untuk tahun 2016 Kabupaten Sorong mendapatkan
dana otonomi khusus tertinggi yaitu sebesar Rp. 185,046,495,216.00 untuk penerimaan
terendah pada tahun 2016 adalah Kabupaten Teluk Wondama sebesar Rp.
90,532,999,000.00. Untuk tahun 2017 penerimaan tertinggi diterima oleh Kabupaten
Sorong sebesar Rp. 468,273,475,106.00, akan tetapi untuk Kabupaten Sorong
mengalami penurunan penerimaan pada tahun 2018 menjadi Rp. 188,048,710,738.00.
Penerimaan terendah untuk tahun 2017 diterima oleh Kabupaten Sorong Selatan
0.00
200,000,000,000.00
400,000,000,000.00
600,000,000,000.00
800,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
2016 2017 2018 2019
62
sebesar Rp. 83,035,325,250.00. Selanjutnya untuk tahun 2018 penerimaan tertinggi
diterima oleh Kabupaten Teluk Bintuni sebesar Rp. 223,536,262,819.00 dan untuk
terendah pada tahun 2018 adalah Kabupaten Teluk Wondama sebesar Rp.
122,925,060,000.00 Capaian tertinggi dari penerimaan dana otonomi khusus pada
kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat terjadi tahun 2019 diterima oleh Teluk Bintuni
sebesar Rp. 847,419,914,558.00 disusul oleh Kabupaten Sorong sebesar Rp.
390,925,585,999.00. Penerimaan terendah dana otonomi khusus tahun 2019 diterima
oleh Kabupaten Teluk Wondama sebesar Rp. 127,769,792,000.00.
3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
Data yang dipakai untuk penelitian ini yaitu indeks pembangunan manusia
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2016 s.d 2019. Data tersebut bisa diamati
melalui grafik 4.3.
63
Grafik 4.3
Indeks pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Papua Barat Tahun 2016 –
2019
Sumber: data diolah, 2021
Pada grafik 4.3 indeks pembangunan manusia berturut-turut untuk tahun 2016
sampai dengan tahun 2019 untuk wilayah Kabupaten/kota Provinsi Papua barat di
duduki Kota Sorong. Adapun persentase dari Kota Sorong adalah tahun 2016 sebesar
76.33, tahun 2017 sebesar 76.73, tahun 2018 77.35 serta tahun 2019 sebesar 77.98.
Daerah dengan indeks pembangunan terendah untuk tahun 2016 sampai pada tahun
2019 di kabupaten/kota Provinsi Papua Barat adalah Kabupaten Tambrauw untuk
tahun 2016 sebesar 50.35, tahun 2017 sebesar 51.01% tahun 2018 sebesar 51.95 serta
tahun 2019 sebesar 52.9.
020406080
100
2016 2017 2018 2019
64
4. Infrastruktur Jalan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat 2016 – 2019
Data yang dipakai untuk penelitian ini yaitu infrastruktur jalan Kabupaten/Kota
Provinsi Papua Barat tahun 2016 s.d 2019. Data tersebut bisa diamati melalui grafik
4.4.
Grafik 4.4
Infrastruktur Jalan kabupaten/kota Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019
Sumber: data diolah, 2021
Pada grafik daerah Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat yang memiliki jalan
terpanjang yaitu Kabupaten Teluk Bintuni. Untuk tahun 2016 panjang jalan Teluk
Bintuni sebesar 1,191,280 km dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi
sebesar 1,488,363 km. Untuk daerah kabupaten/kota yang memiliki Panjang jalan
terpendek yaitu kabupaten Kota Sorong. Pada tahun 2016 Kota Sorong memiliki
Panjang jalan sebesar 184,050 km dan untuk tahun 2019 Kota Sorong memiliki
Panjang Jalan sebesar 179,405 km.
0200,000400,000600,000800,000
1,000,0001,200,0001,400,0001,600,000
2016 2017 2018 2019
65
B. Hasil Temuan Penelitian
1. Uji chow
Uji Chow adalah uji dipakai dalam penentuan model common effect ataupun
fixed effect yang dipakai untuk estimasi model. Jika prob. cross-section F uji Chow
rendah dari α=5% (0.05) maka 𝐻1 diterima berarti model digunakan untuk estimasi
model regresi yaitu fixed effect. Akan tetapi, apabila prob. cross-section F Uji Chow
lebih tinggi dari α=5% (0.05) sehingga 𝐻0 diterima yang berarti estimasi model regresi
dipakai yaitu common effect.
𝐻0 : common effect merupakan model terbaik
𝐻1 : fixed effect merupakan model terbaik
Berikut hasil dari Uji Chow dalam penelitian ini:
Tabel 4.2
Uji Chow
Sumber: data diolah, 2021
66
Pada tabel 4.2 dengan penelitian yang di digunakan adalah uji Chow
membuktikan nilai prob. cross-section F Uji Chow adalah 0.0000 atau rendah α=5%
(0.0000 < 0.05). dapat dijelaskan 𝐻1 diterima atau metode dipakai untuk uji Chow
adalah Fixed Effect Model.
2. Uji Hausman
Nilai α dipakai pada penelitian Uji Hausman yaitu 5% (0.05). apabila prob. uji
hausman lebih tinggi dari α 5% (0.05) maka 𝐻0 diterima artinya penentuan model
estimasi regresi menggunakan random effect. Sebaliknya, jika probabilitas uji hausman
lebih rendah dari α 5% (0.05) maka 𝐻1 diterima artinya model dipakai yaitu fixed effect.
𝐻0 : random effect merupakan model terbaik
𝐻1 : fixed effect merupakan model terbaik
Berikut uji Hausman dalam penelitian ini:
Tabel 4.3
Uji Hausman
Sumber: data diolah, 2021
Pada tabel 4.3 Uji Hausman membuktikan nilai Prob. 0.0360 karena prob.
rendah dari α = 5% (0.0360 < 0.05) sehingga bisa dihasilkan 𝐻1 diterima berarti model
dipakai pada uji Hausman yaitu Fixed Effect Model.
67
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Hipotesis:
a) apabila nilai prob.> 0.05, sehingga residual berdistribusi normal terima 𝐻1
b) apabila nilai prob. < 0.05, sehingga residual tidak berdistribusi normal diterima
𝐻0
Tabel 4.4
Uji Normalitas
Sumber: data diolah, 2021
Dari uji normalitas yang telah dilaksanakan dengan nilai prob. 0.464494. Hal
ini membuktikan bahwa nilai prob. lebih tinggi dari α = 5% (0.464494 > 0.05) artinya
data berdistribusi normal atau terima 𝐻1.
b. Uji Multikolinearitas
Hipotesis:
68
a) Apabila pada uji nilai matrix nya > 0,8 sehingga terdapat multikolinearitas (𝐻0
diterima)
b) Apabila pada uji nilai matrix nya < 0,8 sehingga tidak terdapat multikolinearitas
(𝐻1 diterima)
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
Sumber: data diolah, 2021
Hasil dari Uji Multikolinearitas di atas, nilai matrix masing-masing variabel
Dana otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan berada
dibawah nilai 0.8, hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam
penelitian.
c. Uji Heterokedastisitas
Hipotesis:
a) Apabila nilai prob. < 0,05 sehingga data tersebut memiliki heteroskedastisitas
(𝐻0 diterima)
b) Apabila nilai prob. > 0,05 sehingga data tersebut tidak terdapat
heteroskedastisitas (𝐻1 diterima)
69
Tabel 4.6
Uji Heterokedastisitas
Sumber: data diolah, 2021
Pada Uji Glejser di atas, menunjukkan nilai prob. variabel Dana Otonomi
Khusus sebesar 0.9657 untuk variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0.9922
sedangkan pada variabel Infrastruktur Jalan sebesar 0.8434. Artinya pada uji ini tidak
terdapat permasalahan heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi
Sumber: data diolah, 2021
70
Nilai DW hitung sebesar 2.103463. Jumlah sampel pada penelitian yaitu 52 (n)
sedangkan jumlah variabel independen (X) 3 (k=3). Maka nilai DW tabel yang
diperoleh adalah dL = 1.4339 dan dU = 1.6769.
Pada tabel di atas nilai dU 1.6769 rendah dari nilai DW hitung sebesar 2.103463
serta rendah dari nilai 4 – dU sebesar 2.3231 sehingga bisa dijelaskan bahwa tidak ada
korelasi positif dan korelasi negatif artinya tidak ada autokorelasi dalam penelitian.
4. Fixed Effect Model
Telah dilakukan dua pengujian yaitu Uji Chow dan Uji Hausman melalui hasil
yang diperoleh pada keduanya bahwa metode yang diterima yaitu Fixed Effect Model.
Berikut estimasi data panel melalui Fixed Effect Model.
71
Tabel 4.8
Hasil Regresi Data Panel
Sumber: data diolah, 2021
72
Persamaan dalam model regresi tabel 4.8 adalah:
KEMISKINAN = 144.3483 – 6.240307OTSUS – 0.255459IPM – 5.460999INFRA
Keterangan:
Kemiskinan : kemiskinan
OTSUS : dana otonomi khusus
IPM : indeks pembangunan manusia
INFRA : infrastruktur jalan
Pada tabel 4.7 berdasarkan hasil data panel yang dilakukan maka dapat di
inteperpretasikan:
a) Variabel Dana Otonomi Khusus bersifat negatif terhadap variabel Persentase
Kemiskinan sebesar -6.240307. Dari hasil temuan tersebut menunjukkan setiap
kenaikan 1% Dana Otonomi Khusus akan menurunkan Persentase Kemiskinan
6.240307%. Selanjutnya variabel Dana Otonomi Khusus mempunyai nilai
prob. 0.0000 berarti nilai tersebut rendah dari α = 5% (0.0000 < 0.05) hal ini
menunjukkan variabel Dana Otonomi Khusus memiliki pengaruh signifikan
terhadap Persentase Kemiskinan.
b) Variabel Indeks Pembangunan Manusia bersifat negatif terhadap variabel
Persentase Kemiskinan -0.255459. Dari hasil temuan tersebut menunjukkan
setiap kenaikan 1 satuan Indeks Pembangunan Manusia akan menurunkan
73
Persentase Kemiskinan sebesar 0.255459%. Selanjutnya variabel Indeks
Pembangunan Manusia mempunyai nilai prob. sebesar 0.0026 berarti nilai
tersebut rendah dari α = 5% (0.0026 < 0.05) hal ini menjelaskan variabel Indeks
Pembangunan Manusia memiliki pengaruh signifikan terhadap Persentase
Kemiskinan.
c) Variabel Infrastruktur jalan bersifat negatif terhadap variabel Persentase
Kemiskinan sebesar -5.460999. Dari hasil temuan tersebut menunjukkan setiap
kenaikan 1% Infrastruktur Jalan akan menurunkan Persentase Kemiskinan
sebesar 5.460999. Selanjutnya variabel Infrastruktur Jalan memilki nilai prob.
0.0120 berarti nilai tersebut rendah dari α = 5% (0.0120 < 0.05) hal ini
menjelaskan variabel Infrastruktur Jalan memiliki pengaruh signifikan terhadap
Persentase Kemiskinan.
74
Tabel 4.9
Individual Effect
Variable Coefficient Individual Effect
C 144.3483
OTSUS? -6.240307
IPM? -0.255459
INFRA? -5.460999
Fixed Effects (Cross)
FAKFAK--C -1.498402 142.849898
KAIMANA--C -10.37831 133.96999
KOTASORONG--C -9.519672 134.828628
MANOKWARI--C -2.028509 142.319791
MANSEL--C 1.793142 146.141442
MAYBRAT--C 5.685846 150.034146
PGARFAK--C 7.866335 152.214635
RAJAAMPAT--C -8.374618 135.973682
SORONG--C 7.318632 151.666932
SORSEL--C -8.811084 135.537216
TAMBRAW--C 4.498952 148.847252
TLBINTUNI--C 10.10326 154.45156
TLWONDAMA--C 3.344427 147.79257
Sumber: Data Diolah, 2021
1. Fakfak
Kemiskinan = 142.849898 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menurunkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Fakfak sebesar 142.849898.
75
2. Kaimana
Kemiskinan = 133.96999 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menurunkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Kaimana sebesar 133.96999.
3. Kota Sorong
Kemiskinan = 134.828628 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menurunkan pengaruh persentase kemiskinan Kota
Sorong sebesar 134.828628.
4. Manokwari
Kemiskinan = 142.319791 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menurunkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Manokwari sebesar 142.319791.
76
5. Manokwari Selatan
Kemiskinan = 146.141442 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Manokwari Selatan sebesar 146.141442.
6. Maybrat
Kemiskinan = 150.034146 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Maybrat sebesar 150.034146.
7. Pegunungan Arfak
Kemiskinan = 152.214635 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Pegunungan Arfak sebesar 152.214635.
77
8. Raja Ampat
Kemiskinan = 135. 973682 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menurunkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Raja Ampat sebesar 135. 973682.
9. Sorong
Kemiskinan = 151.666932 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Sorong sebesar 151.666932.
10. Sorong Selatan
Kemiskinan = 135.537216 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menurunkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Sorong Selatan sebesar 135.537216.
78
11. Tambraw
Kemiskinan = 148.847252 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Tambraw sebesar 148.847252.
12. Teluk Bintuni
Kemiskinan = 154.45156 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 154.45156.
13. Teluk Wondama
Kemiskinan = 147.79257 -6.240307OTSUS -0.255459IPM -5.460999INFRA + e
Berdasarkan dari persamaan diatas dapat diketahui jika terjadi perubahan 1
satuan pada dana otonomi khusus, indeks pembangunan manusia dan infrastruktur
jalan, dianggap konstan maka akan menaikkan pengaruh persentase kemiskinan
Kabupaten Teluk Wondama sebesar 147.79257.
79
5. Uji Hipotesis
b. Uji t-statistik
Dalam menentukan benarkah variabel independen dengan variabel dependen
mempunyai hubungan signifikan atau tidak yaitu dengan membandingkan
probabilitasnya dengan signifikansi α = 5% (0.05). Pada penelitian ini variabel
independen meliputi Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan
Infrastruktur Jalan sedangkan untuk variabel dependen menggunakan Persentase
Kemiskinan.
Selanjutnya hasil dari hipotesis yang dilakukan oleh penulis dalam uji t-statistik:
1) Ada pengaruh Dana Otonomi Khusus terhadap Persentase Kemiskinan di
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
2) Ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Persentase Kemiskinan
di Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
3) Ada pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Persentase Kemiskinan di
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
Apabila nilai prob. > α = 5% (0.05) sehingga 𝐻1 ditolak atau diterima 𝐻0.
Sedangkan, selanjutnya nilai prob. < α = 5% (0.05) sehingga 𝐻1 diterima atau ditolak
𝐻0. Berikut hasil penelitian uji t-statistik melalui model Fixed Effect Model.
80
Tabel 4.10
Uji t-statistik
Sumber: data diolah, 2021
Beradasarkan hasil dari pengujian uji t-statistik:
1) Variabel Dana Otonomi Khusus mempunyai nilai prob. 0.0000, nilai tersebut
rendah dari α = 5% (0.0000 < 0.05). Hal ini membuktikan dalam penelitian ini
𝐻1 diterima atau ditolak 𝐻0.
2) Variabel Indeks Pembangunan Manusia mempunyai nilai prob. sebesar 0.0026,
nilai tersebut rendah dari α = 5% (0.0026 < 0.05). Hal ini membuktikan bahwa
dalam penelitian ini 𝐻1 diterima atau ditolak 𝐻0.
3) Variabel Infrastruktur mempunyai nilai prob. sebesar 0.0120, nilai tersebut
rendah dari α = 5% (0.0120 < 0.05). Hal ini membuktikan bahwa dalam
penelitian ini 𝐻1 diterima atau ditolak 𝐻0.
Dilihat pada temuan penelitian yang telah dilaksanakan telah disimpulkan
bahwa variabel Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan
Infrastruktur Jalan berpengaruh signifikan terhadap Persentase Kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
81
c. Uji f-statistik
Uji f-statistik dipakai apakah secara simultan variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. pada penelitian ini variabel independen terdiri dari Dana
Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan sedangkan
untuk variabel dependen menggunakan Persentase Kemiskinan. Tingkat signifikan
dalam penelitian ini adalah α = 5% (0.05).
Adapun hipotesis penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
𝐻1 : terdapat pengaruh Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan
Infrastruktur Jalan terhadap Persentase Kemiskinan di Kabupaten/Kota
Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
Tabel 4.11
Uji F-statistik
Sumber: data diolah, 2021
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa F-statistik mempunyai nilai koefisien
sebesar 146.3639 dan nilai probabilitas 0.0000. nilai prob. rendah dari α = 5% (0.0000
< 0.05). Sehingga bisa disimpulkan diterima 𝐻1 dan ditolak 𝐻0. Artinya Dana Otonomi
Khusus, Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan secara simultan
berpengaruh terhadap Persentase Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
Tahun 2016 – 2019.
82
d. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.12
Uji Koefisien Determinasi
Sumber: data diolah, 2021
Hasil dari uji koefisien determinasi Adjusted R-squared menunjukkan nilai
sebesar 0.977145. Hal ini menjelaskan variabel independen (Dana Otonomi Khusus,
Indeks Pembangunan Manusia dan Infrastruktur Jalan) dapat menyatakan variabel
dependen (Persentase Kemiskinan) di setiap Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
sebesar 97.7% selebihnya 2.3% dinyatakan bagi variabel di luar penelitian yang
dilakukan.
C. Pembahasan
1. Dana Otonomi Khusus terhadap Persentase Kemiskinan
Setelah melakukan penelitian telah ditemukan hasil bahwa dana otonomi
khusus mempunyai hubungan negatif terhadap persentase kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat. Hasil regresi data panel nilai koefisien untuk
variabel dana otonomi khusus -6.240307. Berarti setiap kenaikan 1% dana otonomi
khusus dapat menurunkan kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
6.240307%. Selanjutnya, variabel dana otonomi khusus mempunyai pengaruh
signifikan terhadap persentase kemiskinan. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas
83
hasil regresi data panel untuk dana otonomi khusus 0.0000 dimana nilai probabilitasnya
kecil dari 5% (0.0000 < 0,05).
Hasil temuan yang diperoleh pada penelitian ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muliadi & Amri (2019) menyatakan penyaluran zakat dan dana
otonomi khusus secara signifikan mampu menurunkan jumlah penduduk miskin.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fargana & Ikhsan (2017) menunjukkan
bahwa dana otonomi khusus berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan
di Provinsi Aceh.
2. Indeks Pembangunan Manusia terhadap Persentase Kemiskinan
Pada penelitian yang dilakukan terhadap persentase kemiskinan ditemukan
hasil bahwa indeks pembangunan manusia mempunyai hubungan negatif terhadap
persentase kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat. Untuk hasil regresi
data panel nilai koefisien untuk variabel indeks pembangunan manusia -0.255459.
Berarti setiap kenaikan 1 satuan indeks pembangunan manusia dapat menurunkan
persentase kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat 0.255459%.
Selanjutnya, variabel indeks pembangunan manusia mempunyai pengaruh signifikan
terhadap persentase kemiskinan. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas hasil
regresi data panel untuk indeks pembangunan manusia 0.0026 dimana nilai
probabilitasnya kecil dari 5% (0.0026 < 0,05).
84
Penelitian tentang indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan dengan
hasil yang sama yaitu dilakukan oleh Mukhtar, dkk. (2019) menyatakan bahwa indeks
pembangunan manusia berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan. Adapun
penelitian selanjutnya dilakukan oleh Suripto & Subayil (2020) menjelaskan bahwa
variabel indeks pembangunan manusia memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap Kemiskinan Budhijana (2017) menyebutkan bahwa indeks pembangunan
manusia berpengaruh negatif terhadap variabel tingkat kemiskinan. Penelitian lainnya
didukung oleh Silaban, dkk. (2020) menyebutkan bahwa secara parsial variabel indeks
pembangunan manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Sumatera Utara Tahun 2002 – 2017 dengan nilai prob. Sebesar 0.0183 < 0.05.
3. Infrastruktur Jalan terhadap Persentase Kemiskinan
Infrastruktur Jalan mempunyai hubungan negatif terhadap Persentase
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat. Untuk hasil regresi data panel
nilai koefisien untuk variabel Infrastruktur Jalan -5.460999. Berarti setiap kenaikan 1%
infrastruktur jalan dapat menurunkan persentase kemiskinan di Kabupaten/Kota
Provinsi Papua Barat 5.460999%. Variabel infrastruktur jalan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap persentase kemiskinan. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas
hasil regresi data panel untuk infrastruktur jalan 0.0120 dimana nilai probabilitasnya
kecil dari 5% (0.0120 < 0,05).
Hasil temuan yang sama dilakukan oleh Fardilla & Masbar (2020) menjelaskan
bahwa variabel infrastruktur jalan berpengaruh negatif dan dan signifikan terhadap
85
Kemiskinan Aceh. Nugraheni & Priyarsono (2012) ketersediaan infrastruktur jalan
berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kemiskinan di daerah-daerah di
Indonesia. Purnomo & Wijaya (2021) Variabel infrastruktur ekonomi yang diukur
dengan panjang jalan signifikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari Dana Otonomi Khusus,
Indeks pembangunan Manusia dan Infrastruktur terhadap Kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019. Adapun hasil temuan yang
diperoleh sebagai berikut:
1. Variabel Dana Otonomi Khusus mempunyai hubungan negatif dan signifikan
terhadap variabel Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun
2016 – 2019.
2. Variabel Indeks Pembangunan Manusia mempunyai hubungan negatif dan
signifikan terhadap variabel Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua
Barat Tahun 2016 – 2019.
3. Variabel Infrastruktur Jalan mempunyai hubungan negatif dan signifikan
terhadap variabel Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun
2016 – 2019.
4. Secara simultan variabel Dana Otonomi Khusus, Indeks Pembangunan
Manusia dan Infrastruktur Jalan berpengaruh terhadap variabel Kemiskinan di
Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2016 – 2019.
87
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan yang ditelah dijelaskan, penulis mempunyai beberapa
saran:
1. Bagi Pemerintah
a. Dana otonomi khusus sebagai usah yang dilakukan bagi pemerintah pusat
kepada daerah yang memperoleh otonomi khusus untuk lebih memaksimal
dalam melakukan penganggaran dan juga realisasi yang tepat sasaran perlu
ditindak lanjuti. Dana otonomi khusus yang bersumber dari APBN tersebut
diharapkan dapat membantu semua kegiatan perekonomian di Papua Barat.
b. Indeks pembangunan manusia sebagai bagian dalam tolak ukur untuk
pengamatan kualitas sumber daya manusia yang baik perlu diperhatikan.
Pelatihan dasar lapangan usaha yang diberikan kepada masyarakat setempat
merupakan bagian cara untuk membantu masyarakat disana dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Diharapkan adanya pelatihan dasar lapangan
usaha dapat meningkatkan sumber daya manusia yang baik dan dapat
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan ataupun membuka
usaha sendiri.
c. Infastruktur jalan sebagai mobilitas barang dan jasa diharapkan ditingkatkan
kembali mengingat beberapa di daerah Provinsi Papua Barat sangat sulit untuk
dijangkau. Diharapkan peningkatan ruas jalan dilakukan dengan baik terutama
pada daerah terpencil Provinsi Papua Barat. Selanjutnya adanya peningkatan
88
ruas jalan tersebut memudahkan masyarakat dalam menjalani kegiatan sehari-
hari ataupun untuk membantu masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
perekonomian.
2. Bagi Peneliti
a. Dari variabel yang telah dilakukan penulis dapat melihat perkembangan dari
kemiskinan di Provinsi Papua Barat dan selanjutnya penulis diharapkan dapat
melihat variabel lain selain yang diteliti mempengaruhi kemiskinan di Provinsi
Papua Barat.
3. Bagi masyarakat
a. Adanya dana trasnfer melalui dana otonomi khusus masyarakat bisa
menentukan sikap terhadap penerimaan tersebut dengan kata lain masyarakat
berhak ikut berpartisipasi dalam lingkup otonomi daerah yang dilakukan oleh
pemerintah setempat.
b. Pendidikan sebagai dasar pengetahuan, masyarakat berhak untuk menuntut
kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Selain
pendidikan yang baik masyarakat juga berhak untuk meningkatkan kreativitas
atau pengembangan diri melalui pelatihan lapangan usaha kepada pemerintah
daerah. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk dapat bersaing dengan
kualitas sumber daya manusia yng berasal dari luar daerah.
c. Segala suatu aktivitas yang dilakukan bagi pemerintah daerah masyarakat bisa
turut andil dalam aktivitas itu mengingat di Indonesia sudah menerapkan
kebijakan otonomi daerah.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Made, Dwi Ariwuni, And I Nengah Kartika. 2019. “Pengaruh Pdrb Dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Ipm Dan Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten /
Kota Provinsi Bali.” E-Jurnal Ep Unud 8(12): 2927–58.
Adelfina, Jember, M. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Dan
Belanja Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Kota
Provinsi Bali Periode 2005 - 2013. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, 5(10), 1011–1025.
Adji, Ardi Et Al. 2020. “Pengukuran Garis Kemiskinan Di Indonesia: Tinjauan
Teoretis Dan Usulan Perbaikan.” : 1–36.
Amelia, Fransiska Ekobelawati. 2019. “Efektivitas Transfer Pusat Terhadap
Perekonomian Kalimantan Barat.” Buletin Studi Ekonomi 23(1): 124–37.
Anyanwu, John C, Formerly African, Development Bank, And Andrew E O
Erhijakpor. 2009. The Impact Of Road Infrastructure On Poverty Reduction In
Africa.
Arofah, Irvana, And Siti Rohimah. 2019. “Analisis Jalur Untuk Pengaruh Angka
Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia Melalui Pengeluaran Riil Per Kapita Di Provinsi
Nusa Tenggara Timur.” Jurnal Saintika Unpam : Jurnal Sains Dan Matematika
Unpam 2(1): 76.
Badan Pemeriksaan Keuangan. 2021.
Badan Pusat Statsitik. 2018. Perhitungan Dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia
Tahun 2018.
Badan Pusat Statsitik. 2019. Perhitungan Dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia.
Tahun 2019.
90
Badan Pusat Statistik Papua Barat. 2021.
Badan Pusat Statistik Papua Barat. 2014. Indeks Pembangunan Manusia 2014.
Badan Pusat Statistik Papua Barat dalam angka. 2021.
Badrudin, Rudi. (2017). Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: Upp Stim Ykpn.
Bank, World. 2007. “Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia.” The
World Bank 112(483): 211–12.
Basuki, Agus Tri. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi & Bisnis:
Dilengkapi Aplikasi Spss & Eviews. Jakarta: Rajawali Press.
Bisai, Charley M., Maria K., Dan Achmad R.P. 2019. “Analisa Pembangunan Manusia
Dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Papua.”
Jurnal Kajian Ekonomi & Keuangan Daerah 4(3): 184–219.
Budhijana, R Bambang. 2017. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi Dan
Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Indonesia (2000-2015).” 5(3): 43.
Budiratna, Hasta & Riatu Qibthiyyah. 2020. “Evaluasi Transfer Dana Otonimi Khusus
Di Aceh, Papua, Dan Papua Barat.” 1(5): 402–14.
Carola, Gresya Cicin Et Al. 2020. “Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo
Provinsi Jawa Timur Menjadi Provinsi Ke-.” 9(0341).
Dewi, N., Y. Yusuf, And R. Iyan. 2016. “Pengaruh Kemiskinan Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau.” Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau 4(1): 870–82.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2015. Rencana Strategi Direktorat Jenderal Bina
Marga 2015 - 2019.
Dp, Mohd Kurniawan. 2017. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Di
Kabupaten Musi Banyuasin.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini 8(01):
91
16–20.
Elfendri, Dkk. (2008) Strategi Sukses Membangun Daerah. Gorga Media.
Sun'an, Muammil & Senuk, Abdurrahman. Ekonomi Pembangunan Daerah. Mitra
Wacana Media.
Erisman. 2017. “Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kota Semarang 2016.” : 77.
Estrada, Anak Agung Eriek, And I Wayan Wenagama. 2019. “Pengaruh Laju
Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, Dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan.” E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana 8(7): 1637–65.
Ferdiansyah, Irfan, Dwi Risma Deviyanti, And Salmah Pattisahusiwa. 2018. “Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Dana
Perimbangan Terhadap Belanja Daerah.” Inovasi 14(1): 44.
Ginting, rivani, rasbin, budiyanti. 2020. Membangun kebijakan ekonomi
berkelanjutan. Jakarta:Yayasan pustaka obor indonesia.
Goso, G., & Anwar, S. M. (2017). Kemiskinan Nelayan Tradisional Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Kumuh. Jurnal Manajemen Stie Muhammadiyah
Palopo, 3(1), 25–37. Https://Doi.Org/10.35906/Jm001.V3i1.201
Handalani, Radite Teguh. 2019. “Determinant Of Poverty In Indonesian’s Province: A
Review Of Public Policy.” Jurnal Borneo Administrator 15(1): 59–80.
Huang, Chien Chung Et Al. 2020. “The Effects Of An Innovative E-Commerce Poverty
Alleviation Platform On Chinese Rural Laborer Skills Development And Family
Well-Being.” Children And Youth Services Review 116(March): 105189.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Childyouth.2020.105189.
Ikhsan, Teuku Marsha Fargana &. 2017. “Pengaruh Perjanjian Damai Mou-Helsinki
Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Aceh.” 2(4): 646–53.
92
Itang, Itang. 2017. “Faktor Faktor Penyebab Kemiskinan.” Tazkiya 16(01): 1–30.
Kadafi, Muhammad, And Murtala. 2020. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umumdan Dana Otonomi Khusus Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Provinsi Aceh Periode 2010-2017.” Jurnal Ekonomi Regional Unimal 3(2): 23–
31. Https://Ojs.Unimal.Ac.Id/Index.Php/Ekonomi_Regional/Article/View/3203.
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. 2021.
Keuangan, Badan Pemeriksa, And Republik Indonesia. 2021. Pendapat Bpk
Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Pada Provinsi Papua Dan Papua Barat
2021.
Keuangan, Kementerian, And Republik Indonesia. 2018. “Kebijakan Fiskal Dalam
Rangka Mendorong Percepatan Pembangunan Daerah 1 1.” (April).
Komariah, Diah, Mukhammad Yogiantoro, And Alexandra Hukom. 2019. “Diah
Komariah *, Mukhammad Yogiantoro , Alexandra Hukom.” 4(S1): 523–32.
Lestari, Mega, And Suhadak. 2019. “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dan Pemerataan Ekonomi Indonesia (Studi Pada Badan
Pusat Statistik Tahun 2003-2017).” Jurnal Administrasi Bisnis 70(1): 98–105.
Letty, Aziz, And R. Siti Zuhro. 2016. “Politik Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Dan
Istimewa.”
Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=Nnrndwaaqbaj&Printsec=Frontcover&D
q=Politik+Pengelolaan+Dana+Otonomi+Khusus+Dan+Istimewa&Hl=Id&Sa=X
&Ved=0ahukewjxhrqqrffbahuefyskhtvscxiq6aeikdaa#V=Onepage&Q=Politik
Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Dan Istimewa&F=False.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Dan Politik. 2019. Pengawasan Dana Otonomi Khusus
Dan Istimewa: Problematika Dan Solusi. Jakarta.
Lutfi, Ahmad Fathul, Sunlip Wibisono, And Lilis Yuliati. 2016. “Pengaruh Upah
93
Minimum Kabupaten/Kota (Umk), Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Dan
Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Timur
Periode 2006-2013.” Artikel Ilmiah Mahasiswa.
Mad, Ah, Muhammad Syarif, Fajar Saranani, And Wali Aya Rumbia. 2019. “The
Impact Of Human Development Index On Poverty In Southeast Sulawesi.”
International Journal Of Economics And Management Studies 6(12): 30–36.
Mahroji, Dwi, And Iin Nurkhasanah. 2019. “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Tingkat Pengangguran Di Provinsi Banten.” Jurnal Ekonomi-Qu 9(1).
Mantsani, Muhammad, Diah Afrah Liany Rumodar, Khadijah Syukriah, And Soegiarto
Soegiarto. 2020. “Determinan Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2017.” Seminar
Nasional Official Statistics 2019(1): 466–77.
Manusia, Pembangunan, And I P M Di. 2020. “Studi Korelasi Indeks Pembangunan
Pemuda (Ipp) Dengan Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Di Indonesia 1.” 9(1):
39–48.
Maratade, Siske Yanti Et Al. 2016. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Indeks
Pembangunan Manusia Di Provinsi Sulawesi Utara ( Studi Pada Tahun 2002-2013
).” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16(01): 328–38.
Masbar, Shiffa Fardilla & Raja. 2020. “Analisis Pengaruh Infrastruktur Jalan, Listrik,
Sekolah, Dan Pdrb Terhadap Kemiskinan Di Aceh.” 5(3): 175–83.
Mukhtar, Saparuddin, Ari Saptono, And As"Ad Samsul Arifin. 2019. “The Analysis
Of The Effects Of Human Development Index And Opened Unemployment
Levels To The Poverty In Indonesia.” Jurnal Ecoplan 2(2): 77–89.
Muliadi, Muliadi, And Khairul Amri. 2019. “Penerimaan Zakat Dan Penurunan
Kemiskinan Di Aceh: Peran Dana Otonomi Khusus Sebagai Pemoderasi.” Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam 5(3): 231.
94
Ningrum, Shinta Setya. 2017. “Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka,
Indeks Pembangunan Manusia, Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin Di Indonesia Tahun 2011-2015.” Jurnal Ekonomi Pembangunan 15(2):
184.
Nugraheni, Diyah, And D S Priyarsono. 2012. “Kinerja Keuangan Daerah ,
Infrastruktur , Dan Kemiskinan : Analisis Kabupaten / Kota Di Indonesia 2006 –
2009 Local Financial Performance , Infrastructure , And Poverty : An Analysis Of
Districts / Municipalities In Indonesia 2006 – 2009 Pendahuluan.” 12(2): 148–67.
Nugroho, S. Suryo. 2015. “The Roles Of Basic Infrastructure On Poverty Alleviation
In Indonesia.” Kajian Ekonomi Dan Keuangan 19(1): 27–44.
Http://Fiskal.Depkeu.Go.Id/Ojs_Bkf/Index.Php/Kek/Article/Viewfile/19/11.
Olopade, Bosede Comfort, Henry Okodua, Muyiwa Oladosun, And Abiola John
Asaleye. 2019. “Human Capital And Poverty Reduction In Opec Member-
Countries.” Heliyon 5(8): E02279.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Heliyon.2019.E02279.
Papua, Otonomi Khusus. 2015. “Pelayanan Publik Oleh Pemerintah Daerah Dalam
Penyelenggaraan Otonomi Khusus Papua.” Lex Administratum 3(4): 92–98.
Paulus Iriyena, Amran T. Naukoko, Hanly F, Dj. Siwu. 2019. “Analisis Pengaruh
Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Kaimana
2007-2017.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 19(02): 49–59.
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. “Peraturan Presiden Republik Indonesia No
Mor 75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.”
Undang-Undang Pasal 1: 02.
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. “Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.” Undang-
Undang Pasal 1: 02.
95
Peraturan Gubernur Papua Barat No. 3 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis
Pelaksanaan, Penerimaan Dan Pembagian Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua
Barat.
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas.
Purnomo, Sodik Dwi. 2020. “Determinan Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.” E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana
11(1): 47–58.
Purnomo, Sodik Dwi, And Minadi Wijaya. 2021. “Issn : 1411 - 1977 Infrastruktur Dan
Kemiskinan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No Diy Jawa Tengah Jawa
Timur Jawa Barat Banten Dki Jakarta Tahun.” 18(1): 10–19.
Priyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama
Pusat Analisis Dan Evaluasi Hukum Nasional. 2016. “Analisis Evaluasi Hukum Dalam
Rangka Penanggulangan Kemiskinan.”
Rini, Ayu Setyo, Lilik Sugiharti, And Universitas Airlangga. 2016. “Jurnal Ilmu
Ekonomi Terapan.” Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan 01(2): 17–33.
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/98850-Id-Sinergi-Industri-Dan-
Umkm-Berbasis-Kelem.Pdf.
Santoso & Mulyo. 2018. Proyek Infrastrktur dan Sengketa Konstruksi. Depok:
Prenadamedia Group.
Samputra, Palupi Lindiasari, And Adis Imam Munandar. 2019. “Korupsi, Indikator
Makro Ekonomi, Dan Ipm Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia.” Jurnal
Ekonomi Kuantitatif Terapan 12(1): 35–46.
Silaban, Putri Sari M J, Permata Sari Br Sembiring, Vini Alvionita Br Sitepu, and
Jessica Putri Br.Sembiring. 2020. “Pengaruh IPM Dan PDRB Terhadap Jumlah
96
Penduduk Miskin Di Sumatera Utara Tahun 2002-2017.” Jesya (Jurnal Ekonomi
& Ekonomi Syariah) 4(1): 311–21.
Suripto, and Lalu Subayil. 2020. “Pengaruh Tingkat Pendidkan, Pengangguran,
Pertumbuhan Ekonomi Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan
Di D.I. Yogyakarta Periode 2010-2017.” Ilmiah Ekonomi Pembangunan 1(2):
127–43.
Singh, Harsimran. 2012. “Human Development Index And Poverty Linkages.”
International Journal Of Marketing And Technology 2(5).
Sitorus, Santun R.P. (2019). Penataan Ruang. Bogor: Pt. Penerbit Ipb Press.
Suratman, Eddy. 2017. “Dana Transfer Dan Kesenjangan Wilayah.” Kompak
(September).
Sudarwati, Ninik. (2009). Kebijakan Pengentasan Kemiskinan: Mengurangi Kegagalan
Penanggulangan Kemiskinan. Malang: Intimedia.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunyoto, Danang. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: Pt Refika
Aditama.
Suriani, And Cut Nanda Keusuma. 2019. “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.” Journal Of Chemical
Information And Modeling 53(9): 1689–99.
Syahputra, Rinaldi. 2017. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia (1990-2016).” Jurnal Samudra Ekonomika 1(2): 183–89.
Https://Dspace.Uii.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/8498/M Eko Yansyah
97
Putra S.E..Pdf?Sequence=1.
Syera, Inda Arfa. 2017. “The Effect Of Unemployment Rate , Human Development
Index , Gross Domestic Product Against Level Of Poverty In Indonesia.” : 62–68.
Tarigan, S., And R. Syumanjaya. 2013. “Analisis Pengaruh Kualitas Infrastruktur Jalan
Terhadap Harga-Harga Hasil Pertanian Di Kecamatan Dolok Silau.” Jurnal
Ekonomi Dan Keuangan 1(6): 14750.
Thembry O. M. Palenewen, Een N. Walewangko, Jacline I. Sumual. 2018. “Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Sektor Kesehatan Terhadap Ipm
Dan Dampaknya Terhadap Kemiskinan Di Sulawesi Utara.” Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi 18(4): 52–61.
Tpn2k. 2011. “Panduan Penanggulangan Kemiskinan.” Tpn2k: 1–131.
Http://Www.Tnp2k.Go.Id/Images/Uploads/Downloads/Panduan
Umum_Tnp2k_1.Pdf.
Undp. 1995. Human Development Report (1990 To Present) Human Development
Report 1995: Gender And Human Development.
Http://Hdr.Undp.Org/Sites/Default/Files/Reports/256/Hdr_1995_En_Complete_
Nostats.Pdf.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Peraturan Daerah.
Wahab & Indria. 2017. Kesenjangan Ekonomi. Jakarta Selatan: Eka Saputra.
Widjaja HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Rajawali Press.
World Bank. 2011. “Analisis Hubungan Dana Perimbangan Dengan Kinerja Pelayanan
Dasar Publik Di Indonesia.”
Http://Documents.Worldbank.Org/Curated/En/859141468042236729/Analisis-
Hubungan-Dana-Perimbangan-Dengan-Kinerja-Pelayanan-Dasar-Publik-Di-
Indonesia.
98
Yektiningsih, Endang. 2018. “Analisis Indeks Pembangunan Manusia (Ipm)
Kabupaten Pacitan Tahun 2018.” Jurnal Ilmiah Sosio Agribis 18(2): 32–50.
Yusuf, Lian A, And Sri Indriyani Dai. 2020. “The Impact Of Unemployment And
Human Development Index On Poverty In Gorontalo Province 2008-2017.”
Jambura Equilibrium Journal 2(1): 7–16.
Zuhdiyaty, Noor, And David Kaluge. 2018. “Analisis Faktor - Faktor Yang
Mempengaruhi Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir.” Jurnal
Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia 11(2): 27–31.
99
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN I
1. COMMON EFFECT MODEL
100
2. RANDOM EFFECT MODEL
101
3. UJI CHOW
102
4. UJI HAUSMAN
103
5. FIXED EFFECT MODEL
6. UJI MULTIKOLINEARITAS
104
7. UJI HETEROKEDASTISITAS
8. Uji Normalitas
105
LAMPIRAN II
Kab/Kota Tahun
Persentase
Kemiskinan
(%)
Dana Otonomi
Khusus (Rp) IPM
Panjang
Jalan
(𝑘𝑚) logotsus logjalan
Fakfak 2016 26.66 127,344,993,000.00 65.55 451,600 11.10498187 5.654753933
2017 25.96 129,030,433,810.00 66.09 517,674 11.11069216 5.714056353
2018 24.31 165,387,155,000.00 66.99 517,674 11.21850178 5.714056353
2019 23.25 165,355,445,000.00 67.87 517,674 11.2184185 5.714056353
Kaimana 2016 17.44 136,086,809,870.00 62.15 442,900 11.13381603 5.64630568
2017 17.22 167,395,582,457.00 62.74 442,877 11.22374399 5.646283127
2018 16.65 166,361,361,340.00 63.67 442,877 11.22105247 5.646283127
2019 16.11 230,986,800,511.00 64.59 442,877 11.36358716 5.646283127
Tl Wondama 2016 36.37 90,532,999,000.00 57.16 218,950 10.95680691 5.34034495
2017 36.37 94,305,039,810.00 58.1 218,950 10.9745349 5.34034495
2018 33.32 122,925,060,000.00 58.86 243,591 11.08964043 5.386661238
2019 32.42 127,769,792,000.00 59.82 243,591 11.10642819 5.386661238
Tl Bintuni 2016 34.72 135,206,266,000.00 61.81 1,191,280 11.13099682 6.076013851
2017 34.32 136,916,182,810.00 70.67 1,488,363 11.13645478 6.172708865
2018 31.3 223,536,262,819.00 71.17 1,488,363 11.34934799 6.172708865
2019 30.57 847,419,914,558.00 64 1,488,363 11.92809867 6.172708865
106
Manokwari 2016 24.93 132,022,664,000.00 70.34 520,380 11.12064849 5.716320597
2017 24.32 149,187,332,007.00 60.19 1,081,525 11.17373195 6.034036563
2018 22.21 171,334,691,000.00 61.01 1,081,525 11.23384531 6.034036563
2019 21.06 178,986,879,000.00 71.67 1,081,525 11.2528212 6.034036563
Sorsel 2016 19.92 105,428,235,000.00 59.2 434,000 11.02295694 5.63748973
2017 19.66 83,035,325,250.00 60.19 737,643 10.91926289 5.867846225
2018 19.14 141,822,234,000.00 61.01 737,643 11.15174432 5.867846225
2019 18.41 146,478,382,000.00 61.93 737,643 11.16577353 5.867846225
Sorong 2016 33.25 185,046,495,216.00 62.42 862,210 11.26728086 5.935613056
2017 32.86 468,273,475,106.00 63.42 993,911 11.67049956 5.997347497
2018 30.19 188,048,710,738.00 64.32 993,911 11.27427036 5.997347497
2019 28.61 390,925,585,999.00 65.29 993,911 11.5920941 5.997347497
R. Ampat 2016 20.5 114,628,965,000.00 61.95 688,640 11.05929437 5.837992245
2017 20 115,821,026,810.00 62.35 688,641 11.06378741 5.837992876
2018 17.8 151,090,858,000.00 62.84 584,231 11.17923819 5.766584597
2019 17.16 153,448,669,000.00 63.66 584,231 11.18596313 5.766584597
Tambraw 2016 36.67 106,206,324,000.00 50.35 731,000 11.02615038 5.863917377
2017 35.99 109,063,795,410.00 51.01 478,060 11.03768061 5.679482407
2018 34.59 139,409,886,520.00 51.95 478,060 11.14429357 5.679482407
2019 33.66 137,286,690,000.00 52.9 478,060 11.13762843 5.679482407
107
Maybrat 2016 34.65 123,075,771,071.00 56.35 731,000 11.09017257 5.903496947
2017 34.87 112,622,529,810.00 57.23 800,750 11.05162528 5.903496947
2018 32.89 148,459,001,000.00 58.16 800,750 11.17160653 5.903496947
2019 32.2 147,784,925,000.00 59.15 800,750 11.16963014 5.903496947
ManokSel. 2016 34.15 99,090,500,198.00 57.12 219,520 10.99603202 5.341474094
2017 34.02 127,575,760,759.00 58.08 272,222 11.10576817 5.43492322
2018 30.87 130,971,427,198.00 58.84 272,222 11.11717656 5.43492322
2019 29.94 188,614,042,348.00 59.72 272,222 11.27557402 5.43492322
Pg Arfak 2016 39.46 109,233,711,334.00 53.89 322,720 11.03835669 5.508825881
2017 39.23 139,413,353,203.00 54.39 326,720 11.14430437 5.51417572
2018 35.72 145,159,019,116.00 55.31 821,390 11.16184402 5.914549411
2019 34.83 206,519,456,292.00 56.15 821,390 11.31496097 5.914549411
Kota Sorong 2016 17.85 130,981,208,000.00 76.33 184,050 11.11720899 5.264935822
2017 17.78 134,716,366,810.00 76.73 184,050 11.12942036 5.264935822
2018 15.85 158,622,035,000.00 77.35 179,405 11.20036352 5.253834543
2019 15.45 164,852,857,000.00 77.98 179,405 11.21709648 5.253834543