167
i PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM MURID KELAS V SDN NO. 89 PAKKABBA KECAMATAN GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeroleh Gelar Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH HIJRAWATI NIM 105401135319 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN LISTENING TEAM MURID

KELAS V SDN NO. 89 PAKKABBA KECAMATAN GALESONG UTARA

KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeroleh Gelar Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

HIJRAWATI

NIM 105401135319

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

ii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : HIJRAWATI

NIM : 105401135319

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN

No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar

Setelah diperiksa dan diteliti, proposal ini telah memenuhi persyaratan untuk

diseminarkan.

Makassar, Maret 2021

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Andi Adam, S.Pd,.M.Pd Sri Rahayu, S.Pd,.M.Pd

Mengetahui

Dekan FKIP Ketua Prodi

Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Erwin Akib, S.Pd,.M.Pd,.Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd,.M.Pd

NBM: 860 934 NBM: 114 8913 970 635

iii

iii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : HIJRAWATI

NIM : 105401135319

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN

No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar

Setelah diperiksa dan diteliti, proposal ini telah memenuhi persyaratan untuk

diseminarkan.

Makassar, Maret 2021

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Andi Adam, S.Pd,.M.Pd Sri Rahayu, S.Pd,.M.Pd

Mengetahui

Dekan FKIP Ketua Prodi

Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Erwin Akib, S.Pd,.M.Pd,.Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd,.M.Pd

NBM: 860 934 NBM: 114 8913

iv

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : HIJRAWATI

Nim : 105401135319

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN

No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan TIM Penguji adalah ASLI hasil karya saya

sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima

sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juni 2021

Yang Membuat Pernyataan,

HIJRAWATI

v

v

SURAT PERJANJIAN

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, benar bahwa saya

yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusun skripsi ini.

4. Apabila melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juni 2021

Yang Membuat Perjanjian,

HIJRAWATI

vi

vi

Motto

Tiada kesuksesan yang datang...

Secara kebetulan dan

Karena warisan nenek moyang...

Tapi kesuksesan ada

Jika usaha dan doa sebagai penopangnya...

Persembahan

Tiada pengorbanan setulus pengorbanannya.

Tiada kasih sayang setulus kasih sayangnya.

Kupersembahkan karya ini

Kepada Ayahanda dan Ibunda serta suamiku yang tercinta

Yang telah mengorbankan segalanya demi tercapainya cita-cita

Semoga Allah SWT memberikan Hidayah-Nya

kepada kita semua..

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

vii

vii

ABSTRAK

HIJRAWATI. 105401135319. 2021. ”Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing

II Sri Rahayu.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan

penerapan model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran

menyimak cerita murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara

Kabupaten Takalar.

Penelitin ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang didesain melalui

penelitian tindakan kelas (class room action research). Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan sebanyak dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali

pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar. Subjek penelitian ini berjumlah 21 orang.

Instrumen penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Data dianalisis secara

kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar menyimak siklus I

dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus II dikategorikan tinggi. Ketuntasan

belajar pada siklus I sebesar 61,90% dan meningkat pada siklus II dengan presentase

ketuntasan belajar murid sebesar 80,95% . Jadi, ketuntasan belajar meningkat dari

kategori tidak tuntas menjadi tuntas. Dengan demikian, penerapan model

pembelajaran Listening Team dalam pembelajaran Menyimak Cerita Siswa Kelas V

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar mengalami

peningkatan yang sangat signifikan. (2) Pembelajaran model listening team

meningkatkan keaktifan murid dalam belajar. Indikator peningkatan tersebut dapat

dicermati berdasarkan hasil observasi belajar murid dari siklus I dan siklus II yang

mengalami perubahan sikap sopan terhadap teman dalam mengkritik ide, memotivasi

murid dalam mengungkapkan ide/gagasan dengan kepercayaan kemampuan berpikir

sendiri, dapat menunjang pembicaraan dalam memahami bahan simak tersebut,

meningkatkan minat belajar siswa serta dapat meningkatkan kehadiran siswa.

Kata Kunci : Kemampuan Menyimak, Listening Team

viii

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah mengaruniakan rahmat

kesehatan dan panjang umur. Salam serta salawat penulis haturkan kepada junjungan

termulia, baginda Rasulullah Saw yang telah meletakkan dasar Keislaman dan

ketauhidan di muka bumi ini sehingga kita semua masih tetap dalam ikatan satu

keimanan Islam yang diberkahi.

Penulis merasa lega setelah rampungnya penyusunan skripsi ini. Selama

proses penyusunan dilakukan, terdapat banyak tantangan dan selalu ada saran dan

motivasi yang datang dari berbagai pihak. Sudah sepatutnyalah penulis mengucapkan

banyak terima kasih sebagai bentuk rasa syukur atas semua nikmat dan rahmat ilahiah

yang tercurah.

Disadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud

tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis sangat berhutang

budi dan sepatutnya berterima kasih kepada Ummiku Hj. St. Syamsiar Dg. Ngai yang

ikhlas mendoakan, membesarkan dan membimbingku, mendidik serta membiayai

hingga seperti sekarang. Penulis juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada

kekasih halalku yaitu Agussalim Faisal, SE Dg. Sibali dan kedua buah hatiku Abid

Fahrial Rasqa dan Abyan Zahirul Ubaid.

Ucapan dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse,.M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

ix

ix

2. Erwin Akib, S.Pd,.M.Pd,.Ph.D Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Aliem Bahri, S.Pd,.M.Pd Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Andi Adam, S.Pd,.M.Pd, Dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan

masukan dan arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Sri Rahayu, S.Pd,.M.Pd Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

dengan penuh keikhlasan dan senantiasa memberikan masukan dan arahan

bimbingan motivasi, saran-saran hingga akhir penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ibu Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga memiliki wawasan yang kels akan

diabadikan dalam meniti karier dihari esok.

7. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada Pegawai Administrasi

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan pelayanan

administrasi kepada penulis.

8. H. Usman, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar.

9. Hj. St. Jumatiah, S.Pd, Wali Kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar.

10. Bapak / ibu Guru serta seluruh staf tata usaha SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar, teman-teman Kelas yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungannya. murid-murid

x

x

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar kelas V

atas kerjasamanya, motivasi dan semangatnya dalam mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar.

Penulisan skripsi ini tentu masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran

atau kritik yang membangun kiranya dapat dihadirkan pada kami untuk

kesempurnaan laporan ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah Swt penulis bermohon semoga berkat dan

rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita. Dan

semoga niat baik dan suci serta usaha yang sungguh-sungguh yang mendapat Ridha

di sisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Takalar, Juni 2021

Penulis

xi

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Masalah Penelitian ............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8

A. Kajian Pustaka .................................................................................. 8

1. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 8

2. Pengertian Belajar ....................................................................... 9

3. Pengertian Hasil Belajar ............................................................. 10

4. Tujuan Belajar ............................................................................. 11

5. Model Pembelajaran Listening Team ......................................... 12

6. Menyimak ................................................................................... 15

7. Cerita ........................................................................................... 24

B. Kerangka Pikir .................................................................................. 28

C. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 32

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 32

B. Fokus Penelitian ................................................................................ 32

C. Setting dan Subjek Penelitian ........................................................... 33

D. Rancangan Penelitian ........................................................................ 34

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 41

F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 42

G. Indikator Keberhasilan ...................................................................... 42

xii

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 43

A. Hasil Penelitian Siklus I .................................................................... 44

B. Hasil Penelitian Siklus II ................................................................... 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 75

A. Simpulan ........................................................................................... 75

B. Saran ................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77

LAMPIRAN ....................................................................................................... 78

DOKUMENTASI PENELITIAN .................................................................... 145

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 151

xiii

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Keadaan Murid ......................................................................................... 34

3.2 Pengkategorian Hasil Belajar .................................................................... 42

4.1 Statistik nilai Hasil Belajar Siklus I .......................................................... 48

4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus I ...................... 50

4.3 Distribusi Frekuensi, Presentase, serta Kategori Ketercapaian

Ketuntasan Siklus I ................................................................................... 52

4.4 Observasi aktivitas murid pada siklus I .................................................... 54

4.5 Statistik nilai Hasil Belajar Siklus II ......................................................... 62

4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus II ..................... 64

4.7 Distribusi Frekuensi, Presentase, serta Kategori Ketercapaian

Ketuntasan Siklus II .................................................................................. 66

4.8 Observasi aktivitas murid pada siklus II ................................................... 54

xiv

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Statistik Skor dan Presentase Siklus I ....................................................... 49

4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus I ..................... 51

4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ............................................ 53

4.4 Statistik Skor dan Presentase Siklus II ..................................................... 63

4.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siklus II ..................... 65

4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ........................................... 66

4.7 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ....................... 67

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan pada penguasaan

empat kemampuan utama, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan itu menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran,

gagasan, dan pendapat sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh

pemakai bahasa. Di antara keempat keterampilan tersebut, menyimak merupakan

keterampilan pertama yang harus dikuasai oleh murid. Setelah itu, mampu berbicara,

membaca, dan menulis.

Keterampilan menyimak sudah mulai dipelajari dan diperoleh pada saat anak

masih usia prasekolah. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan berbahasa

yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

keterampilan menyimak merupakan kebutuhan vital manusia dalam kehidupannya.

Proses belajar mengajar dan keterampilan menyimak merupakan salah satu

faktor utama yang mendasar dalam pengajaran bahasa. Suatu tradisi yang telah

berakar menunjukkan bahwa anak cenderung menyukai kegiatan menyimak daripada

kegiatan lainnya untuk menguasai bahan ajar. Perkembangan metode pengajaran di

sekolah cukup memberi peluang lebih banyak kepada Murid untuk menyerap

informasi (materi pelajaran) melalui kegiatan yang lebih aktif, seperti membaca dan

1

2

2

menulis, tetapi pada kenyataannya murid tetap mengandalkan kemampuan

menyimak.

Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik

secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang

ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku

kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai

ucapan pembicara pun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima

kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu

diambil keputusan menerima atau menolaknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah

suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,

menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.

Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian.

Bahkan, situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan

dalam menentukan maknanya.

Mencermati hal tersebut, maka pembelajaran menyimak perlu dioptimalkan

karena memiliki peran dalam kehidupan manusia pada berbagai aspek. Keterampilan

menyimak Murid akan mempengaruhi keterampilan lainnya, seperti berbicara,

membaca, menulis, dan bahkan keterampilan bersastra.

Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tingkat kemampuan Murid,

khususnya menyimak cerita di sekolah tingkat awal masih rendah. Hasil belajar

khususnya aspek menyimak cerpen umumnya belum memperlihatkan hasil yang

3

3

optimal. Masalah lain adalah (1) Murid kurang memiliki keaktifan dan kreativitas

dalam belajar. (2) kemampuan memahami makna dan pesan dalam cerita masih

kurang. (3) Murid kurang mampu memahami informasi dalam cerita. (4) Murid sulit

berkonsentrasi dalam menyimak. (5) Hasil belajar menyimak cerita rata-rata 63%

sehingga belum mencapai target kurikulum, yaitu 65%. Kenyataan tersebut

menunjukkan masih perlunya diadakan perbaikan yang terus-menerus terhadap mutu

pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pada aspek keterampilan

menyimak. Oleh karena itu, seorang guru harus memilih dan menerapkan metode

atau strategi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar Murid.

Masalah dalam pembelajaran menyimak tersebut akan diatasi dan diselesaikan

melalui penerapan model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan).

Pelaksanaan model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan)

dilaksanakan sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur

Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan

refleksi (Arikunto 2008: 12).

Listening team, yaitu pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran

menyimak secara berkelompok/kerjasama dalam kelompok. Penerapannya dilakukan

dengan menyimak informasi secara bersama-sama. Dalam hal ini, semua tugas

menjadi bagian dan tanggung jawab kelompok. Murid yang kurang mampu

menyimak dapat dibantu oleh teman kelompoknya. Oleh karena itu, strategi listening

team dibentuk dengan tujuan membentuk Murid yang kooperatif dan bertanggung

jawab.

4

4

Mencermati hakikat pembelajaran listening team tersebut, dapat dinyatakan

bahwa sesuai untuk mengembangkan pembelajaran menyimak karena murid dibagi

secara berkelompok yang heterogen dan memiliki keluwesan dalam menangkap

pesan yang disimak secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti yang dilakukan di kelas V SDN No.

89 Pakkabba pada tanggal 03 Maret 2021 diperoleh keterangan dari guru kelas V

bahwa kemampuan murid dalam menyimak masih sangat rendah, bahkan nampaknya

murid merasa takut dan malu bertanya tentang materi yang belum diketahui pada saat

pembelajaran Tema yaitu Bahasa Indonesia . Hal ini dikarenakan penyajian materi

masih barsifat menoton, sehingga murid kurang tertarik untuk belajar Bahasa

Indonesia. Dalam situasi seperti ini murid merasa bosan karena kurangnya dinamika

inovasi, kekreatifan murid sebelum dilibatkan secara aktif akibatnya murid sulit untuk

mengembangkan pembelajaran yang benar-benar berkualitas. Berdasarkan hasil

pengamatan peneliti pada murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba, permasalahan yang

sering dijumpai dalam kelas terhadap hasil belajar menyimak yaitu tinggi rendahnya

nilai hasil belajar murid pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu dari 19 murid

yang mendapatkan nilai 0-34 yaitu 2 murid, mendapatkan nilai 35-59 yaitu 5 murid,

yang mendapatkan nilai 60-69 yaitu 3 murid, 70-84 yaitu 9 murid, dan 85-100 tidak

ada. Secara klasikal persentase ketuntasan 38,09% dengan murid yang tuntas hanya

mencapai 9 orang dari 19 jumlah murid dengan Kriteria Ketuntasan Minimal belajar

murid 70. Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar murid

lebih aktif, di antaranya mengerjakan LKM, menggunakan media yang ada di sekolah

5

5

dan menggunakan metode ceramah. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan hasil

belajar murid secara maksimal.

Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia maka

perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan murid dalam

proses belajar mengajar sehingga materi pelajaran Bahasa Indonesia dapat dicerna

dengan baik oleh murid. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan murid dalam pembelajaran yaitu kooperatif tipe listening team.

Model listening team merupakan model pembelajaran kooperatif yang

memungkinkan murid untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan masalah-

masalah yang diberikan oleh guru. Dalam penerapan model pembelajaran ini diawali

oleh pemaparan materi pembelajaran oleh guru, kemudian murid dibagi dalam 4

kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing, kelompok pertama

sebagai tim penanya, kelompok kedua sebagai tim pendukung, kelompok ketiga

sebagai tim penentang, dan kelompok keempat sebagai tim yang bertugas

mereviewdan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa strategi pembelajaran listening

team berpengaruh terhadap keberhasilan murid dalam pembelajaran bahasa

Indonesia, khususnya keterampilan menyimak cerita. Oleh karena itu, penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul "Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar". Pemilihan judul tersebut

disebabkan oleh kurangnya penelitian menyimak cerita sebelumnya sehingga

6

6

penggunaan Listening Team dapat memperkaya model pembelajaran menyimak cerita

di SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis

merumuskan permasalahan penelitian ini, yakni:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan model pembelajaran listening team

dalam pembelajaran menyimak cerita Murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?

2. Bagaimanakah hasil evaluasi penerapan model pembelajaran listening team

dalam pembelajaran menyimak cerita Murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan dan hasil

evaluasi penerapan model pembelajaran Listening Team dalam meningkatkan

pembelajaran menyimak cerita murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengena

penerapan model pembelajaran Listening Team (menyimak berpasangan)

7

7

dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita Murid Kelas V SDN No.

89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi guru, dapat memanfaatkan strategi kooperatif tipe cerita

berpasangan sebagai strategi pembelajaran menyimak dalam upaya

meningkatkan kemampuan berbahasa Murid.

b. Bagi murid, memperoleh pengalaman baru dalam proses belajar

berbicara dan terbantu untuk mempercepat dan memperoleh

kemampuan menyimak melalui bentuk kelompok berpasangan.

c. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan dan mendorong bagi

para guru agar lebih fokus, berperan aktif, dan professional dalam

menyelenggarakan serta memperhatikan proses belajar murid di

sekolah sehingga murid termotivasi belajar.

d. Bagi Peneliti, sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya

dan dijadikan acuan bagi peneliti lain untuk menerapkan metode

Listening Team.

8

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu, Kalsum (2010) meneliti tentang

Penerapan Kooperatif Script dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak

Murid Kelas IV SDN No. 148 Julumata Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten

Takalar. Hasilnya menunjukkan bahwa metode Kooperatif Script efektif dalam

meningkatkan keterampilan menyimak. Selanjutnya, Marhaeni (2011) dengan judul

“Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Penerapan Model Pembelajaran

Menyimak Berpasangan Murid Kelas V SDN No. 89 Centre Bontolebang Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar. Hasilnya menunjukkan bahwa model menyimak

berpasangan meningkatkan keterampilan menyimak bagi murid. Terakhir adalah

Marhaeni (2011) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui

Penerapan Model Pembelajaran Listening Team Murid Kelas V SDN No. 89 Centre

Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Hasilnya menunjukkan

bahwa kemampuan murid menyimak meningkat dengan model pembelajaran

Listening Team.

8

9

9

2. Pengertian Belajar

Belajar didefinisikan oleh banyak ahli dengan reaksi yang berbeda-beda,

berbagai definisi tersebut pada hakekatnya memiliki pengertian dan prinsip serta

tujuan yang sama, berikut ini beberapa kutipan dari berbagai ahli pembelajaran.

Menurut Slameto (2003: 2) “belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Haling (2007: 2) Belajar pada manusia merupakan suatu proses

psikologis yang berlangsung alam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan

keterampilan bersifat konstan/menetap. Perubahan- perubahan itu dapat berupa

sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku yang nyata.

Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya

belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82%

anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang

positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut

menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun.

Konsekuensinya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya

yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan. Nichol (Aunurrahman, 2002: 34).

Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur.

Meskipun kita melihat perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar

tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-

10

10

kesamaannya. Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Activities”,

merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya. Dalam buku Educational Psicology, H.C. Witherington,

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Dalam sebuah situs tentang pengertian

belajar, Abdillah (2002) mengidentifikasi sejumlah pengertian belajar yang

bersumber dari para ahli pendidikan/pembelajaran. James O. Whittaker

mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan

lingkungannya. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar

adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku

baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorikuntuk memperoleh tujuan tertentu.

3. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 200) “Hasil belajar adalah hasil yang

dicapai oleh Murid setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, yang ditandai

dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol”. Hasil belajar seringkali

diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang

11

11

diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah

tepat atau belum. Jika sebagian besar Murid memperoleh angka jelek pada penelitian

yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh metode dan media yang digunakan

kurang tepat. Apabila demikian halnya, Arikunto (2009: 7) mengatakan “bahwa guru

harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar”.

Pelaksanaan pembelajaran, pengukuran hasil belajar bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pembelajar setelah selesai

mengikuti suatu kegiatan belajar. Menurut Haling (2007: 108) mengatakan “bahwa

angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai makna jika dibandingkan

dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa pebelajar telah menguasai

secara tuntas materi pelajaran tersebut”.

Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil

akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang

dapat di amati dan dapat di ukur”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara

lain: (a) faktor jasmaniah, (b) faktor psikologis, dan (c) faktor kelelahan. Sedangkan

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, antara lain: (a) faktor keluarga,

(b) faktor sekolah, dan (c) faktor masyarakat.

12

12

4. Model Pembelajaran Listening Team

Rusman (2011: 131) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat

dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang

sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Rusman (2011: 136) menyatakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli

tertentu.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model

berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir

induktif.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar

mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk

memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah

langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya pninsip-pninsip reaksi;

(3) sistem sosial; dan (4) sistem pendukung. keempat bagian

tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan

suatu model pembelajaran.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil

belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar

jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan

pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran listening team.

Listening artinya menyimak atau mendengarkan dan team artinya tim, kelompok, dan

13

13

perkumpulan. Jadi, listening team merupakan kegiatan berbahasa mendengarkan/

menyimak informasi berdasarkan kelompok yang berasas atau berbasis kooperatif

(kerja sama).

Penerapan listening team dalam pembelajaran menyimak cerita mengacu

kepada belajar kelompok Murid, menyajikan informasi akademik baru kepada Murid

setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Murid dalam suatu

kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok

haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,

memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar

kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi

pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan

pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara

individual setiap minggu atau setiap dua minggu Murid diberi kuis. Kuis itu diskor,

dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak

berdasarkan skor mutlak Murid, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu

melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian

singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, Murid yang

mencapai skor perkembangan tinggi, atau Murid yang mencapai skor sempurna pada

kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu

dicantumkan dalam lembar itu.

Listening team merupakan pendekatan pembelajaran yang sederhana.

Kesederhanaannya pada belajar kelompok, setiap kelompok haruslah heterogen yang

14

14

memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Setiap anggota 1 minggu atau 2

minggu Murid diberi kuis, kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor

pengembangan. Skor pengembangan ini tidak didasarkan skor mutlak Murid, tetapi

berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui skor rata-rata Murid yang lain.

Listening team dapat dipadukan dengan cooperative script adalah metode

belajar di mana Murid bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan

mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Di dalam penerapan pembelajaran dengan model listening team ini harus

melalui beberapa langkah-langkah seperti yang dinyatakan oleh Suprijono (2009: 96)

sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode listening team diawali dengan

pemaparan materi pembelajaran oleh guru.

2. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok.

3. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misalnya, 40

orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok

pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan

kelompok ketiga adalah kelompok penjawab. Kelompok kedua

merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif

tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang yang

menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua.

Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang

ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir sehingga mereka

dapat menemukan pengetahuan struktural. Kelompok keempat

adalah kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan

dan hasil diskusi.

4. Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci

atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam

berdiskusi.

15

15

5. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Tarigan (2008: 31) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk mempeorleh informasi, menangkap isi

atau pesan, memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara

melalui ujaran.

Menurut Tarigan (1993: 80), menyimak adalah “Suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman

apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,

serta memahami makna. komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara

melalui ujaran atau bahasa lisan. Selanjutnya, Achsin (1985: 3) mengemukakan

bahwa “Menyimak adalah salah satu keterampilan berkomunikasi (Communication

Skill) yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam situasi bicara

tatap muka, mengikuti kuliah, mendengarkan radio, ceramah, di dalam kegiatan-

kegiatan profesional, perdagangan, dan lain-lain.”

Sutari (1997/1998: 18) menyatakan bahwa:

Dalam kegiatan menyimak, bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat

pendengar diidentifikasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frasa,

klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana. Selain itu, menyimak

harus memperhatikan aspek-aspek nonkebahasaan seperti: 1) tekanan

(keras lembutnya suara), 2) jangka (panjang pendeknya suara), 3) nada

(tinggi rendahnya suara), 4) intonasi (naik turunnya suara), 5) ritme

(pemberian tekanan nada dalam kalimat). Bunyi bahasa yang

diterimanya kemudian diinterpretasi maknanya, ditelaah, dinilai

kebenarannya, lalu diambil keputusan untuk menerima atau menolaknya.

16

16

Anderson (Sutari, dkk, 1997/1998: 19) mengemukakan bahwa “dalam

keterampilan menyimak, kemampuan menangkap dan memahami makna pesan baik

yang tersurat maupun yang tersirat, unsur kemampuan mengingat pesan, juga

merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengertian menyimak”. Dengan

demikian, menyimak dapat dibatasi sebagai proses mendengarkan, menyimak, serta

menginterpretasikan lambang-lambang lisan.

Berdasarkan pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak adalah proses kegiatan

mendengarkan yang disertai oleh kegiatan mental lainnya, yakni memahami,

mengapresiasi, serta menginterpretasi sehingga memunculkan pemahaman terhadap

makna ungkapan-ungkapan yang didengarnya.

b. Tujuan dan Fungsi Menyimak

Hunt (Tarigan, 1987: 58-59) mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah:

1) Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang memadai

bagi pembaca atau pendengar;

2) Untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru di kelas;

3) Untuk memperlancar terjadinya alur komunikasi antara pembicara

dan lawan bicara;

4) Untuk dapat membedakan bunyi bahasa dengan tepat;

5) Untuk dapat merumuskan dan menganalisis permasalahan yang

dihadapi oleh penyimak;

Selanjutnya, Tarigan (1987: 59) mengemukakan fungsi menyimak adalah:

1) Memperoleh informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau

profesi;

2) Memperoleh keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari;

3) Memperoleh data agar dapat membuat keputusan yang dapat

17

17

diterima secara akal sehat;

4) Memperoleh respons yang tepat dari lawan bicara atau pemberi

informasi.

Senada dengan itu, Tarigan (1987: 55) mengemukakan bahwa tujuan

menyimak adalah:

1) Menyimak untuk belajar,

2) Menyimak untuk menikmati,

3) Menyimak untuk mengevaluasi,

4) Menyimak untuk mengapresiasi,

5) Menyimak untuk mengomunikasikan ide.

c. Tahap-tahap Menyimak

Dari segi metode dan telaah perilaku menyimak, Hunt (Tarigan, 1987: 32-33)

mengemukakan bahwa tahap menyimak itu meliputi:

1) Tahap isolasi; pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek

individu kata lisan dan mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, dan

fakta-fakta yang diorganisasikan secara khusus dengan stimulasi

tertentu.

2) Tahap identifikasi; pada saat tertentu stimulasi telah dikenal dalam

bentuk makna atau identitas yang terdapat dalam kalimat sehingga

dapat diklasifikasikan.

3) Tahap integrasi; pada tahap ini seseorang mengintegrasikan hal

yang didengar dengan informasi yang telah terekam dalam otaknya.

Pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini karena

pengetahuan itu dapat diintegrasikan dengan informasi yang baru

saja didengarnya.

4) Tahap inspeksi; pada tahap ini informasi yang diterima

diperbandingkan dengan informasi yang telah dimiliki

sebelumnya. Proses ini akan mudah berlangsung kalau informasi

baru bertentangan dengan ide-ide yang dimiliki sebelumnya karena

ada upaya untuk mencari dan memilih informasi yang mendekati

kebenaran.

5) Tahap interpolasi; pada tahap ini tidak ada pesan atau informasi

yang dimiliki sebelumnya yang relevan dengan hal yang didengar,

karena itu seseorang yang berada pada tahap ini berusaha

menyediakan serta memberi data atau ide yang menunjang latar

18

18

belakang pengetahuan dan pemahaman untuk mengetahui butir-

butir pesan yang disampaikan oleh pembicara.

d. Proses Menyimak

Tarigan (1987: 59-60) mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses

kegiatan bertahap. Proses kegiatan yang dimaksud adalah:

1) Proses mendengarkan; dalam proses ini penyimak baru

mendengarkan ungkapan yang dikemukakan oleh pembicara.

2) Proses memahami, setelah penyimak mendengarkan, selanjutnya ada

kegiatan untuk memahami isi pembicaraan yang disampaikan oleh

pembicara.

3) Proses menginterpretasikan; dalam hal ini penyimak sudah

menafsirkan maksud butir-butir pembicaraan yang diungkapkan oleh

pembicara.

4) Proses mengevaluasi; setelah memahami dan menafsirkan isi pem-

bicaraan, penyimak mulai menilai gagasan yang disampaikan oleh

pembicara.

5) Proses menanggapi; pada proses ini, penyimak mulai memahami,

menyambut, dan menanggapi gagasan yang disampaikan oleh

pembicara.

e. Jenis-jenis Menyimak

Kegiatan menyimak tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuknya

yang beraneka ragam. Makin maju kehidupan sosial, makin bervariasi bentuk

menyimak itu. Keanekaragaman itu disebabkan oleh adanya berbagai titik pandang

yang kemudian dijadikan landasan pengklasifikasian menyimak.

Ruwin (Indira, 1998: 10-11) mengemukakan bahwa ada tujuh titik pandang

yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak, yaitu: 1) sumber suara

yang disimak, 2) taraf aktivitas menyimak, 3) taraf hasil simakan, 4) keterlibatan

19

19

penyimak dan kemampuan khusus, 5) cara penyimakan, 6) tujuan penyimak, dan 7)

tujuan spesifikasi.

1) Berdasarkan sumber suara yang disimak sutari, dkk. (1997/1998: 28)

mengemukakan bahwa berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat

dua ragam menyimak, yaitu:

(a) Menyimak intrapribadi (intrapersonal listening)

Suara yang disimak dalam ragam ini berasal dari diri sendiri.

Artinya, seseorang menyimak pikirannya sendiri. Biasanya hal

ini dilakukan pada saat ia sedang sendiri. Yang dipikirkan dapat

raja rencana masa depan, dapat menyalahkan diri sendiri karena

telah berbuat kesalahan, dan sebagainya.

(b) Menyimak antar pribadi (interpersonal listening)

Menyimak yang dimaksudkan di sini adalah menyimak suara

yang berasal dari orang lain. Menyimak seperti ini yang paling

banyak dilakukan orang, misalnya: bercakap-cakap, menyimak

cerita, rapat, diskusi, ceramah, seminar, dan sebagainya.

2) Berdasarkan Taraf Aktivitas Menyimak

Sutari, dkk. (1997/1998: 28-29) mengemukakan bahwa dalam

menyimak, taraf aktivitas penyimak dapat dibedakan atas kegiatan

menyimak bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertaraf

rendah, penyimak baru sampai pada taraf memberikan perhatian, dorongan,

dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat non verbal

yang diperlihatkan dengan mengangguk-angguk, penuh perhatian,

mengucapkan ya, setuju, atau sejenisnya yang sifatnya mendukung

pembicaraan. Menyimak semacam itu disebut silent listening.

Kegiatan menyimak bertaraf tinggi biasanya diperlihatkan

penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan. Hal ini menunjukkan

20

20

bahwa ia memahami bahan simakan tersebut. Penyimak sudah lebih tinggi

memperlihatkan keterlibatan mentalnya. Oleh karena itu, menyimak

semacam ini disebut active listening.

3) Berdasarkan Taraf Hasil Rekaman

Sutari, dkk. (1997/1998: 29-30) mengemukakan bahwa berdasarkan

taraf hasil simakan terdapat beberapa ragam atau jenis menyimak, seperti

berikut ini.

(a) Menyimak terpusat

Pikiran menyimak terpusat pada suatu perintah atau aba-aba,

untuk mengetahui saatnya mengerjakan suatu perintah. Dalam

hal ini, menyimak harus benar-benar memusatkan pikirannya

agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu.

(b) Menyimak untuk membandingkan

Penyimak menyimak pesan itu kemudian membandingkan isi

pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang

relevan.

(c) Menyimak organisasi materi

Yang terpenting oleh penyimak di sini adalah mengetahui

organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide

pokoknya maupun ide penunjangnya.

(d) Menyimak kritis

Penyimak mencoba menyimak secara kritis dengan cara

menganalisis materi atau pesan yang disimaknya. Untuk

kejelasan, penyimak meminta data atau informasi lebih lengkap

tentang hal yang dikemukakan pembicara.

(e) Menyimak kreatif dan apresiatif

Penyimak memberikan reaksi lebih jauh terhadap hasil

simakannya dengan memberi respons, baik fisik maupun mental.

Pada taraf ini setelah penyimak memahami dan menghayatinya

betul pesan itu, ia memperoleh inspirasi yang dapat melahirkan

pendapat baru sebagai basil kreasinya.

21

21

4) Berdasarkan Cara Penyimakan

Menurut Ruwin (Indira, 1998: 10-11), berdasarkan cara penyimakan

dikenal dua jenis menyimak, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak

intensif.

(a) Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif adalah jenis kegiatan menyimak menyangkut

hal-hal yang bersifat umum dan lebih dari satu ujaran yang tidak perlu

mendapat bimbingan langsung dari seorang pembicara atau guru. Pada

hakikatnya, menyimak ekstensif ini diperlukan untuk menyimak kembali

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Menyimak ekstensif dapat

memberikan kebebasan penyimak atau Murid untuk memenuhi butir-butir

kosakata atau struktur makna yang terdapat dalam kalimat. Penyimak ada

kalanya tidak memahami secara keseluruhan kosakata yang diungkapkan

oleh pembicara, tetapi dengan kebebasan itu ia dapat mengetahui maksud

pembicaraan. Menurut Tarigan (1987: 37-38), menyimak ekstensif meliputi

beberapa bagian, yaitu: a) menyimak sosial, b) menyimak sekunder, c)

menyimak estetik, dan d) menyimak fasih.

(b) Menyimak Intensif

Menyimak intensif lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendapat

pengawasan dan kontrol dari guru. Menurut Tarigan (1987: 42-49:

menyimak intensif meliputi beberapa bagian, antara lain:

22

22

(1) Menyimak kritis yaitu jenis kegiatan menyimak yang

bukan hanya bertujuan mencari kesalahan atau kekeliruan,

melainkan juga hal-hal yang menjurus ke arah kebenaran.

Situasi khusus yang menuntun pendengar untuk menyimak

kritis adalah pidato politis, filosofi, dan kata-kata memikat

seperti tukang obral.

(2) Menyimak konsentrasi yaitu kegiatan menyimak yang

merupakan jenis telaah terhadap suatu teks yang dibacakan.

(3) Menyimak kreatif yaitu kegiatan menyimak yang sifatnya

menyelidik sesuatu agar lebih terarah dan jelas

permasalahan yang dibahas.

(4) Menyimak eksploratif yaitu jenis kegiatan menyimak yang

sifatnya, menyelidiki sesuatu agar lebih terarah dan jelas

permasalahan yang ditemukan.

(5) Menyimak interogatif yaitu jenis kegiatan menyimak yang

lebih banyak menuntut penyimak berkonsentrasi dan

menyeleksi butir-butir ujaran pembicara.

5) Berdasarkan Tujuan Menyimak

Sutari, dkk. (1997/1998: 31-32) mengemukakan bahwa penentuan

menyimak dapat pula didasarkan atas tujuan menyimak, ada enam jenis

menyimak berdasarkan tujuan ini, yaitu:

(a) Menyimak Sederhana

Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman

atau percakapan melalui telepon.

(b) Menyimak Diskriminatif

Menyimak untuk membedakan suara, perubahan suara, seperti

membedakan suara orang marah, gembira, atau kecewa, suara

burung, suara mobil, dan sebagainya.

(c) Menyimak Santai

Menyimak untuk tujuan kesenangan, misalnya: menyimak

pembicaraan puisi, cerita pendek, dagelan, dan sebagainya.

(d) Menyimak Informatif

Menyimak untuk mencari informasi, menyimak pengumuman,

jawaban pertanyaan, dan sebagainya.

(e) Menyimak Literatur

Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan, seperti:

penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan basil

23

23

penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato,

mencari penjelasan butir tertentu.

f. Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak

Menurut Tarigan (1987: 97), kegiatan menyimak dapat dipengaruhi beberapa

faktor, antara lain: sikap, motivasi, pribadi, situasi dalam kehidupan, dan peranan

dalam masyarakat. Weeb (Tarigan, 1987: 97) mengemukakan bahwa ada empat

faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak, yaitu: pengalaman, pembawaan,

sikap atau pendirian, dan perbedaan jenis kelamin. Selanjutnya, Tarigan (1987: 87)

menegaskan bahwa faktor yang mempengaruhi penyimak, antara lain:

1) Faktor lingkungan yang terdiri atas fisik dan sosial.

2) Faktor psikologis.

3) Faktor pengalaman.

Selain itu, Suhendar (1992: 5-6) mengemukakan faktor-faktor yang harus

diperhatikan untuk dapat menyimak dengan baik adalah:

1) Alat dengar si pendengar dan alat ucap si pembicara harus baik;

2) Situasi dan lingkungan pembicara itu harus baik;

3) Konsentrasi penyimak kepada pembicara;

4) Pengenalan tujuan pembicaraan;

5) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-

kalimat inti pembicaraan;

6) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat; 7) Kemampuan

berbahasa dengan baik turut serta menentukan kemampuan

menyimak.

24

24

3. Cerita

a. Pengertian Cerita

Cerita adalah serangkaian peristiwa yang berusaha menjawab pertanyaan

tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya sesuatu peristiwa. Untuk

memahami konsep istilah cerita dipaparkan beberapa pengertian cerita. Cerita sebagai

pengisahan yang berhubungan dengan penyajian berupa peristiwa. Pokok masalahnya

dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.

Keraf (2005: 136) mengidentifikasikan cerita sebagai suatu bentuk paparan

yang berusaha menggambarkan dengan sejelas–jelasnya kepada pembaca maupun

pendengar suatu peristiwa yang telah terjadi. Cerita sebagai perbuatan atau tindakan

yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang terjadi tidak lain dari tindak

tanduk yang dilakukan oleh tokoh–tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Cerita adalah

suatu peristiwa atau kejadian.

Keraf (2005: 140) menyatakan bahwa bercerita adalah menyampaikan

serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada

sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik

hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain, cerita ini hendak memenuhi keinginan

pembaca yang selalu bertanya-tanya. “Apa yang terjadi?’ Penataan peristiwa

didasarkan alas urutan waktu ( kronologis).

Ambo Enre (1994: 90) mengatakan bahwa cerita adalah karangan yang

bersifat subjektif. Isinya bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun

cerita itu bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi, namun materi cerita dan

25

25

penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang. Cerita dapat berisi fakta

yang benar-benar terjadi, dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Cerita yang berupa

fakta misalnya otobiografi atau biografi seseorang tokoh terkenal. Isi wacana itu

benar-benar nyata atau berdasarkan fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Namun,

cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain digolongkan cerita yang

khayali karena disusun atas dasar imajinasi seseorang pengarang yang tidak pernah

terjadi.

Dalam cerita sering terlihat dialog tokoh-tokoh cerita, di samping uraian

biasa. Dialog cerita memang terasa lebih hidup dan menarik sehingga lebih dapat

mengasyikkan bagi pembaca. Lukisan watak, pribadi, kecerdasan sikap, dan tingkat

pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan sering dapat lebih tepat dan mengena

apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. Tokoh yang kejam, buta huruf atau lemah

lembut yang sangat penyantun akan lebih hidup apabila diceritakan dalam bentuk

percakapan, daripada diceritakan dengan uraian biasa.

Cerita rekaan adalah cerita prosa. Dalam pengertian kesusasteraan sering

disebut fiksi (berasal dari bahasa Inggris fiction) atau prosa rekaan atau cerita rekaan,

yaitu suatu cerita yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi pengarang

(Rahmanto, 1998: 15). Cerita rekaan mengisahkan berbagai masalah hidup dan

kehidupan manusia dalam hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya.

Dengan demikian, cerita rekaan sebenarnya merupakan hasil dialog, renungan, dan

reaksi pengarangnya terhadap kehidupan lingkungannya. Nurgiyantoro (2008: 2)

26

26

menjelaskan bahwa prosa dalam pengertian fiksi, yaitu teks naratif atau wacana

naratif yang berarti cerita rekaan atau cerita khayalan.

Mustopo (1983: 35) mendefisinikan cerita rekaan sebagai suatu bentuk cerita

atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, pelaku, peristiwa, dan alur yang

dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Suharianto (1982: 27) menjelaskan bahwa

cerita rekaan atau prosa, ciri khasnya adalah bentuknya yang bersifat pembeberan

perasaan yang dipikirkan pengarangnya secara terperinci, adanya pembagian

kesatuan-kesatuan makna dalam wujud paragraf atau alinea dan kekhasan

penggunaan bahasa yang konstruktif. Aminuddin (1990: 66) menyatakan bahwa

cerita rekaan adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu

dengan pemeran, latar tahapan, dan rangkain cerita tertentu yang bertolak dari hasil

imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Suatu karya yang

menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan khayalan sesuatu yang tidak terjadi

sungguh-sungguh sehingga dia tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata.

Sesuai dengan batasan cerita rekaan tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita

rekaan adalah pelahiran yang imajiner dari pembelajaran, baik berupa pandangan

kenyataan kontemplasi, penghayatan, dan penilaian terhadap peristiwa yang pernah

dikenal dan diuntai atau dibeberkan dalam kesatuan-kesatuan makna yang

dimanifestasikan ke dalam suatu rangkain cerita. Selain itu, merupakan bentuk

penyampaian atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia. Agar

timbul kesan indah dan menarik, diperlukan cara penyajian yang tepat. Selain itu,

diperlukan pula pemilihan suatu cerita atau peristiwa yang dianggap menarik.

27

27

b. Pola Penceritaan

Cerita biasanya mempunyai pola–pola yang sederhana adalah berupa adanya

awal cerita atau peristiwa, tengah peristiwa dan akhir peristiwa (Keraf, 2005: 145).

Bagian awal biasanya membawa pembaca/pendengar ke dalam cerita dan menariknya

ke dalam suasana tertentu. Bagian pertama ini juga menjelaskan latar belakang suatu

peristiwa juga mengisyaratkan tentang apa yang akan terjadi pada bagian atau akhir

cerita. Bagian awal ini mempunyai fungsi khusus untuk memancing dan mengiring

pembaca ke kondisi ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bagian tengah wacana narasi merupakan bagian yang menjelaskan secara

panjang lebar suatu peristiwa. Pada bagian ini biasanya konflik dipertajam atau di

dramatisasi. Bagian akhir narasi merupakan inti klimaks, konflik melalui menurun ke

arah tertentu tetapi penulisannya belum tentu menunjukkan penyelesaiannya secara

jelas. Kadang-kadang penulis menghadirkan konflik pada bagian awal. Lalu muncul

krisis, yaitu konflik yang mulai meninggi, krisis pun mulai menghambat, baru

kemudian ditemukan jalan ke arah tertentu. Akan tetapi krisis itu, biasanya

dilanjutkan ke atas lagi untuk mencapai klimaks lalu turun kembali. Arus naik turun

yang saling bersambung ini biasanya dinamakan plot.

Ciri khas cerita antara lain: (1) berupa cerita tentang peristiwa atau

pengalaman manusia, (2) kejadian yang benar-benar terjadi, (3) berdasarkan konflik

karena tanpa konflik biasanya narasi tidak akan menarik, (4) menentukan susunan

kronologi (urutan kejadian menurut waktu), dan (5) biasanya memiliki dialog.

28

28

Berdasarkan jenis-jenis cerita, dapat dikemukakan pola penceritaan sebuah

cerita. Unsur-unsur cerita menurut Keraf (2005: 145) sebagai berikut:

1) Alur, yakni rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha

memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu yang berusaha

memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan

harmonis.

2) Bagian pendahuluan, yakni bagian yang menyajikan situasi dasar,

memungkinkan pembaca memahami adegan-adegan selanjutnya.

Oleh karena itu, bagian ini sering disebut eksposisi. Bagian

pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca terhadap

bagian-bagian berikutnya. Bagian pendahuluan harus merupakan

seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian

pembaca.

3) Bagian perkembangan. Perkembangan tentu saja terjadi pertikaian

sebagai akibat logis dan situasi awal yang mengandung faktor-faktor

peledak. Dari pertikaian timbul penggawatan yang menyiapkan

jalan untuk mencapai puncak dari seluruh narasi.

4) Bagian penutup, merupakan bagian terakhir dari suatu narasi atau

disebut juga peleraian. Dalam bagian ini di komplikasi akhirnya

dapat diatasi dan diselesaikan. Namun, tidak selalu terjadi bahwa

bagian peleraian betul-betul memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Kerangka Pikir

Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru haruslah disesuaikan dengan tujuan

yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan-tujuan pembelajaran itu dirumuskan oleh

guru dan tertuang di dalam rencana pembelajaran yang dirancang. Demikian pula

halnya dalam proses pembelajaran menyimak. Dalam proses pembelajaran tersebut

sangat kompleks sehingga susah dipahami oleh Murid. Dengan demikian, perlu

dilakukan pemilihan penerapan model pembelajaran listening team (menyimak

berpasangan) karena melalui model ini akan merangsang kreativitas Murid dalam

bentuk ide, prakarsa, terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah dalam individu

29

29

dan kelompoknya sehingga dapat membangkitkan keinginan dan prestasi belajar yang

baru, serta membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar Murid.

Untuk mengungkap penerapan penerapan model pembelajaran listening team

(menyimak berpasangan) dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak pada

mata pelajaran Bahasa, maka dilakukan penelitian dengan rancangan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitian ini dilakukan melalui dua siklus

pembelajaran.

Berdasarkan hasil pembelajaran kedua siklus tersebut dilakukan tes (evaluasi).

Hasil evaluasi tersebut merupakan sarana analisis untuk mengungkap dan

menghasilkan temuan penelitian ini. Secara sederhana, alur penelitian ini

digambarkan seperti berikut ini.

30

30

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Ket : ( ) berhubungan dan diteliti

( ) berhubungan tapi tidak diteliti

Mendengarkan/Menyimak

Model Pembelajaran Listening

Team (Menyimak Berpasangan)

Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Perencanaan

Siklus I

K13

Pelaksanaan Evaluasi

Siklus II

Refleksi

Berbicara Membaca Menulis

Argumentasi Deskripsi Persuasi Eksposisi Narasi/cerita

Analisis

Temuan

31

31

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoretis di atas, maka rumusan hipotesis tindakan pada

peneliti ini adalah: Jika model pembelajaran listening team diterapkan, maka

pembelajaran kemampuan menyimak murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dapat meningkat.

32

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menerapkan model pembelajaran listening team (menyimak

berpasangan) dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita murid kelas V

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Dengan

demikian, penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk

kegiatan bersiklus yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini, yaitu penerapan model pembelajaran listening team

(menyimak berpasangan) dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita

murid Kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar. Untuk mengetahui hal tersebut, ada beberapa fokus yang diselidiki, yaitu:

1. Model pembelajaran listening team adalah suatu model belajar yang

menekankan pada kerja sama Murid sebagai upaya meningkatkan partisipasi,

memberikan pelajaran kepemimpinan dan pengalaman, membuat keputusan

kelompok dan memberikan kesempatan untuk berintegrasi dan belajar dengan

Murid lain yang berasal dari latar belakang budaya dan kemampuan yang

32

33

33

berbeda. Dalam pembelajaran gotong royong yang diterapkan dalam

pembelajaran kooperatif ada lima indikator yang diukur yaitu : kerjasama

dalam kelompok, aktif mengajukan pertanyaan, aktif berdiskusi, aktif

menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan pendapat, membuat kesimpulan

materi.

2. Keterampilan menyimak cerita adalah proses kegiatan mendengarkan yang

disertai oleh kegiatan mental lainnya, yakni memahami, mengapresiasi, serta

menginterpretasi saling memunculkan pemahaman terhadap ungkapan-

ungkapan yang didengar. Dalam operasionalnya indikator yang diukur dalam

keterampilan menyimak yaitu: mendengarkan cerita, menemukan pokok-

pokok isi cerita, menemukan amanat/pesan isi cerita, menyimpulkan isi cerita,

menanggapi isi cerita.

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada murid kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Penelitian ini diagendakan

dilaksanakan pada tahun 2021.

34

34

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah murid kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar sebanyak 21 orang tahun pelajaran 2020/2021.

Lebih jelasnya, jumlah murid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Keadaan Murid

No. Urut Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Keterangan Laki-laki Perempuan

1 V 10 Orang 11 Orang 21 Sasaran

Penelitian

Sumber: Absensi SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pada semester II tahun pelajaran

2020/2021 yang terbagi dalam dua siklus dengan perincian sebagai berikut: Siklus I

dilaksanakan selama satu pekan dan 3 kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan selama

1 pekan atau 3 kali pertemuan.

Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti

yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui hasil

belajar menyimak Murid dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran listening team (menyimak berpasangan) guna meningkatkan hasil

belajar menyimak.

35

35

Kegiatan awal

Berdasarkan rencana pembelajaran di atas, maka penelitian tindakan kelas ini

meliputi 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan

tahap refleksi. Adapun rincian kegiatan yang akan dilakukan pada setiap siklus dapat

dilihat pada skema berikut:

Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 3.1 Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas (Tim Pelatih Proyek PGSM;

1999: 27)

Untuk lebih rinci, skema prosedur penelitian tindakan kelas dijabarkan

sebagai berikut:

Rencana tindakan 1 Pelaksanaan tindakan 1 Observasi/Evaluasi

Refleksi 1

Observasi/Evaluasi

Refleksi 2

Rencana tindakan 2 Pelaksanaan tindakan 2

36

36

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

1) Menelaah kurikulum dengan membuat rencana pembelajaran dengan

pokok bahasan menyimak.

2) Menetapkan bahan dan sumber belajar.

3) Membuat soal-soal yang akan diberikan sebagai tes awal dan tes akhir.

4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi

model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan).

5) Merencanakan pengaturan tempat duduk untuk setiap Murid.

6) Membuat lembar observasi untuk melihat kordisi Murid pada saat proses

belajar-mengajar berlangsung yang meliputi motivasi, keaktifan, dan

kerajinan.

7) Membuat jurnal untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di kelas

dan melihat data refleksi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Silkus I dilaksanakan selama 2 pekan (3 kali pertemuan). Model pembelajaran

secara klasikal. Materi (tugas) dikerjakan oleh Murid secara individu. Rincian

tindakan sebagai berikut:

37

37

1) Penyajian materi

Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan memotivasi Murid untuk belajar sekaligus menyajikan informasi (materi)

melalui demonstrasi.

2) Evaluasi hasil kerja setiap Murid

Setiap Murid ditunjuk untuk mempresentasikan hasil temuannya

berdasarkan materi.

3) Tes/kuis

Seluruh Murid melakukun tes/kuis, jika nilai kuis didapat maka

diperhitungkan dalam skor perkembangan.

c. Observasi/Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati

proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran listening team

(menyimak berpasangan) dalam meningkatkan hasil belajar menyimak. Pelaksanaan

Pelaksanaan observasi dilaksanakan setiap pertemuan guna memperoleh gambaran

tentang perilaku Murid dalam mengikuti pelajaran.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan kemudian

dianalisis, begitu pula untuk hasil evaluasi. Dari hasil yang didapatkan guru akan

38

38

dapat merefleksikan diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang telah

dilakukan telah dapat meningkatkan hasil menyimak dengan model pembelajaran

listening team (menyimak berpasangan).

Selain data hasil observasi, dipergunakan pula jurnal yang dibuat oleh guru

pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jurnal juga

sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Pada tahap ini,

akan dilihat sampai di mana faktor-faktor yang diselidiki telah tercapai. Hal-hal yang

dipandang masih kurang akan ditindak lanjuti pada siklus kedua dengan suatu model

tindakan ke arah yang lebih memperbaiki dengan tetap mempertahankan apa yang

sudah baik.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

1) Menelaah kurikulum dengan membuat rencana pembelajaran dengan pokok

bahasan menyimak.

2) Menetapkan bahan dan sumber belajar.

3) Membuat soal-soal yang akan diberikan sebagai tes awal dan tes akhir.

4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi

model pembelajaran listening team (menyimak berpasangan).

5) Merencanakan pengaturan tempat duduk untuk setiap Murid.

39

39

6) Membuat lembar observasi untuk melihat kordisi Murid pada saat proses

belajar-mengajar berlangsung yang meliputi motivasi, keaktifan, dan

kerajinan.

7) Membuat jurnal untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi di kelas dan

melihat data refleksi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Silkus II dilaksanakan selama 2 pekan (3 kali pertemuan). Model

pembelajaran secara klasikal. Materi (tugas) dikerjakan oleh Murid secara individu.

Rincian tindakan sebagai berikut:

1) Penyajian materi

Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan memotivasi Murid untuk belajar sekaligus menyajikan informasi (materi)

melalui demonstrasi.

2) Evaluasi hasil kerja setiap Murid

Setiap Murid ditunjuk untuk mempresentasikan hasil temuannya

berdasarkan materi.

3) Tes/kuis

Seluruh Murid melakukun tes/kuis, jika nilai kuis didapat maka

diperhitungkan dalam skor perkembangan.

40

40

c. Observasi/Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati

proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran listening team

(menyimak berpasangan) dalam meningkatkan hasil belajar menyimak. Pelaksanaan

Pelaksanaan observasi dilaksanakan setiap pertemuan guna memperoleh gambaran

tentang perilaku Murid dalam mengikuti pelajaran.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan kemudian

dianalisis, begitu pula untuk hasil evaluasi. Dari hasil yang didapatkan guru akan

dapat merefleksikan diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang telah

dilakukan telah dapat meningkatkan hasil menyimak dengan model pembelajaran

listening team (menyimak berpasangan).

Selain data hasil observasi, dipergunakan pula jurnal yang dibuat oleh guru

pada saat guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Data dari jurnal juga

sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Pada akhir siklus

kedua diharapkan hasil belajar Murid lebih meningkat serta kemandirian Murid

dalam belajar menjadi lebih tinggi dan peranan guru mengarah ke mediator dalam

proses belajar mengajar.

41

41

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu teknik observasi, tes, dan

dokumentasi.

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran dengan model

pembelajaran listening team (menyimak berpasangan) dalam meningkatkan hasil

belajar menyimak. Pelaksanaan Pelaksanaan observasi dilaksanakan setiap pertemuan

guna memperoleh gambaran tentang perilaku Murid dalam mengikuti pelajaran.

2. Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan data hasil belajar menyimak. Kriteria

atau aspek penilaian menyimak, yaitu kemampuan Murid (1) menentukan pokok isi

bacaan. (2) menentukan amanat dan pesan cerita. (3) menuliskan nama tokoh,

menuliskan watak/karakter tokoh cerita. (4) menuliskan latar tempat kejadian cerita.

(5) menentukan tema cerita. (6) memberikan tanggapan tentang isi cerita.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan kegiatan pencatatan guna mengetahui

banyaknya Murid.

42

42

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis

kuantitatif dianalisis secara deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu

ditentukan pula standar deviasi, nilai minimum dan maksimum yang diperoleh Murid.

Kemudian nilai tersebut dikategorikan dengan menggunakan kategorisasi hasil

belajar berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan yang dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pengkategorian Hasil Belajar

No Interval Nilai Kategori

1

2

3

4

5

90 – 100

75 – 89

55 – 74

40 – 54

0 – 39

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi

pada setiap siklus dengan melakukan penilaian secara verbal (aktivitas yang diamati).

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah digunakan nilai ketercapaian nilai

rata-rata dengan syarat keberhasilan adalah minimal 85% Murid yang mendapat nilai

65 ke atas sehingga penelitian ini dikatakan berhasil.

43

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan kunjungan pada

tanggal 28 April 2021 di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Tujuan

kunjungan adalah melakukan koordinasi dengan Kepala sekolah dalam melaksanakan

penelitian pada sekolah yang dipimpinnya. Kunjungan bermaksud untuk menemui

Kepala sekolah, dan guru kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara

Kabupaten Takalar untuk membicarakan rencana penelitian. Pada pertemuan tersebut

Kepala Sekolah memberikan izin pelaksanaan penelitian dan mempersilahkan

berkonsultasi langsung dengan guru kelas V dalam menetapkan jadwal rencana

penelitian.

Dalam diskusi antara peneliti dan guru kelas V disepakati bahwa setiap siklus

pertama dilaksanakan 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan

(proses belajar mengajar) dan 1 kali pertemuan untuk pemberian tes hasil belajar

Bahasa indonesia (tes siklus), begitu juga dengan siklus kedua.

Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan penerapan

model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak

cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar. Adapun yang dianalisis adalah skor hasil belajar murid secara deskriptif,

43

44

44

data mengenai hasil belajar dan perubahan sikap murid yang diambil dari

pengamatan dan tanggapan serta refleksi yang diberikan.

A. Hasil Penelitian Siklus I

1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut.

a. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penerapan listening

team. Guru menerapkan pembelajaran kooperatif listening team kepada

murid sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara

kolaboratif, sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.

b. Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan.

c. Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan

pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:

1) Menyusun RPP;

2) Memilih materi yang sesuai dengan minat murid;

3) Memilih tema wacana berdasarkan pengalaman murid;

4) menyiapkan media pembelajaran.

5) Menyiapkan alat evaluasi.

45

45

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali

pertemuan, masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit yang dilaksanakan

pada tanggal 17, 20, dan 24 Mei 2021. Dalam pelaksanaan penelitian pada

siklus ini yang bertindak sebagai pengajar adalah peneliti sendiri sedangkan

yang bertindak sebagai observer adalah wali kelas V SDN No. 89 Inpes

Pakkabba.

▪ Pertemuan I: Hari Senin, Tanggal 17 Mei 2021

Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi

dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode

mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario

dan aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita berpasangan.

Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagi murid untuk

berpasangan; (2) guru membagikan wacana/materi tiap murid untuk dibaca

dan membuat ringkasan; (3) guru dan murid menetapkan siapa yang

pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai

pendengar; (4) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,

dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) sementara

pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang

kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)

46

46

bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-

sama dengan guru.

Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS

selesai, Selanjutnya presentase masing-masing kelompok; (2) guru

memberikan penghargaan atau hasil kerja kelompok; dan (3) melakukan

penyimpulan dan laporan. Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas

rumah dan berpesan agar semua murid selalu rajin belajar. Guru menutup

pembelajaran dengan mempersilahkan murid untuk berdoa dan

menyiapkan kelas.

▪ Pertemuan II: Hari Kamis, Tanggal 20 Mei 2021

Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi

dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode

mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario

dan aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita berpasangan.

Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagi murid untuk

berpasangan; (2) guru membagikan wacana/materi tiap murid untuk dibaca

dan membuat ringkasan; (3) guru dan murid menetapkan siapa yang

pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai

pendengar; (4) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,

dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) sementara

47

47

pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang

kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)

bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-

sama dengan guru.

Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS

selesai, Selanjutnya presentase masing-masing kelompok; (2) guru

memberikan penghargaan atau hasil kerja kelompok; dan (3) melakukan

penyimpulan dan laporan. Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas

rumah dan berpesan agar semua murid selalu rajin belajar. Guru menutup

pembelajaran dengan mempersilahkan murid untuk berdoa dan

menyiapkan kelas.

▪ Pertemuan III: Hari Senin, Tanggal 24 Mei 2021

Pada pertemuan ke-3 dilakukan tes evaluasi yang dilaksakan untuk

mengetahui keberhasilan tindakan siklus I.

Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan pelaksanaan tindakan

siklus I lebih baik dibanding dengan skor awal murid walaupun belum

mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 65. Dimana dari

pelaksanaan tindakan siklus I yang masih jauh dari yang diharapkan yaitu

murid yang mendapat nilai 85-100 tidak ada atau 0%, murid yang

48

48

mendapat nilai 70-84 hanya 8 orang atau 38,10%, murid yang mendapat

nilai 60-69 sebanyak 13 orang atau 61,90%, sedangkan murid yang

mendapat nilai 35-59 tidak ada atau 0%. Nilai tersebut memperlihatkan

adanya peningkatan hasil belajar murid dibandingkan dengan salah satu

hasil belajar murid sebelumnya. Dari analisis deskriptif nilai hasil belajar

disajikan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Statistik nilai penerapan model pembelajaran listening team

dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas

V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Siklus I

Jumlah murid

Nilai ideal

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Rentang nilai

Nilai rata-rata

21

100

84

60

24

67,85

Sumber: Data analisis hasil belajar menyimak

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, tampak bahwa dari 21 jumlah murid yang

dites diperoleh nilai rata-rata pada siklus I adalah sebesar 67,85. Nilai yang

dicapai responden tersebar dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 60 dari

49

49

nilai tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan nilai terendah yang dicapai 0

dengan rentang nilai 24 dari skor nilai ideal yang mungkin dicapai 100.

Untuk lebih jelasnya, data skor hasil belajar menyimak cerita siswa kelas

V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada

siklus I dapat dilihat dari grafik berikut ini

Grafik 4.1 Statistik skor dan presentase nilai penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan

pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

pada Siklus I

Apabila nilai hasil belajar murid dikelompokkan ke dalam lima kategori,

maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini:

50

50

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran

menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada Siklus I

No Interval

Nilai Kategori

Frekuensi Presentase (%)

Siklus I Siklus I

1

2

3

4

5

85 – 100

70 – 84

60 – 69

35 – 59

0 – 34

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

0

8

13

0

0

0

38,10

61,90

0

0

Jumlah 21 100

Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita

siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar siklus I dikategorikan sedang.

Distribusi frekuensi dan persentase nilai penerapan model pembelajaran

listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada

Siklus I dapat dilihat dengan jelas pada grafik berikut ini:

51

51

Grafik 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan

pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

pada Siklus I

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, distribusi frekuensi, presentase, serta

kategori ketercapaian ketuntasan penerapan model pembelajaran listening team

dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus I dan siklus

II ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut:

52

52

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi, presentase, serta kategori ketercapaian

ketuntasan Penerapan Model Pembelajaran Listening Team

Dalam Meningkatkan Pembelajaran Menyimak Cerita Siswa

kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara

Kabupaten Takalar pada Siklus I

Tes

Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi

Presentase

(%)

Siklus

I

Nilai 65 ke atas Tuntas 8 38,10

Nilai di bawah 65 Tidak tuntas 13 61,90

Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa presentase penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita

siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar pada siklus I sebesar 61,90% atau 13 orang dari 21 murid berada dalam

kategori tuntas dan 42,85% atau 8 orang dari 21 murid berada dalam kategori

tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 8 murid yang perlu perbaikan karena

belum mencapai kriteria ketuntasan individual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam grafik berikut ini:

53

53

Grafik 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan

pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

pada Siklus I

Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu

80%, data hasil penelitian pada siklus I di atas dianggap belum tuntas kelas di

mana yang tuntas mencapai 61,90%. Penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan hasil

belajar belum terlihat.

3. Observasi/Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas murid dengan

menggunakan lembar observasi untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi

selama proses belajar mengajar. Hasil observasi aktivitas belajar pada siklus I

ditampilkan dalam tabel berikut:

54

54

Tabel 4.4 Observasi aktivitas murid pada siklus I

No Aktivitas murid

Kategori

Frekuensi

Sangat

Tinggi

(85 –

100%)

Tinggi

(70-

84%)

Sedang

(60 -

69%)

Rendah

(35-

59%)

Sangat

Rendah

(0-

34%)

1. Menyimak pengarahan

dan penjelasan guru 14

66,66

2. Kerjasama di

kelompoknya 9

57,14

3. Aktif berdiskusi 7 33,33

4. Mengeluarkan pendapat 8 38,09

5. Mengajukan pertanyaan

yang relevan 7

33,33

6. Menjawab pertanyaan

dengan benar dan tepat 8

38,09

7. Perilaku yang tidak

relevan dalam KBM

a. Membicarakan hal-hal

yang tidak

berhubungan dengan

materi

6

28,57

b. Keluar masuk kelas 5 23,80

c. Bermain-main 5 23,80

Berdasarkan tabel hasil observasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pada siklus I belum tampak keseriusan murid dalam mengikuti pembelajaran. Hal

ini terlihat pada indikator perilaku yang tidak relevan dalam kegiatan belajar

mengajar masih ada murid yang tidak terlibat di dalam indikator tersebut.

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa:

a. Aktivitas murid dalam menyimak pengarahan dan penjelasan guru

dikategorikan sedang dengan presentase 66,66%.

55

55

b. Aktivitas murid dalam kerjasama di kelompoknya dikategorikan rendah

dengan presentase 57,14%.

c. Aktivitas murid dalam berdiskusi dikategorikan sangat rendah dengan

presentase 33,33%.

d. Aktivitas murid dalam mengeluarkan pendapat dikategorikan rendah dengan

presentase 38,09%.

e. Aktivitas murid dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dikategorikan

sangat rendah dengan presentase 33,33%.

f. Aktivitas murid dalam menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat

dikategorikan rendah dengan presentase 38,09%.

g. Murid yang membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi

dikategorikan sangat rendah dengan presentase 28,57%.

h. Murid yang keluar masuk kelas dikategorikan sangat rendah dengan

presentase 23,80%.

i. Murid yang bermain-main dikategorikan sangat rendah dengan presentase

23,80%.

Aktivitas murid pada siklus I belum menunjukkan adanya keseriusan dan

keantusiasan murid dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelasnya. Hal ini

terlihat pada indikator memberi tanggapan, kerjasama di kelompoknya,

menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat, dan mencatat materi. Untuk

indikator lainnya, yaitu mengajukan pertanyaan dan mengajukan pertanyaan

yang relevan hanya sebagian murid saja yang terlibat di dalamnya, ini

56

56

disebabkan konsentrasi murid yang belum terfokus dengan suasana belajar baru

yang menuntut murid untuk aktif bekerjasama di kelompoknya dan juga murid

belum mampu mengungkapkan pertanyaan dengan menggunakan kalimat yang

tepat dan keberanian untuk menjawab pertanyaan juga masih kurang sehingga

masih ada murid kelihatan bingung dan bersikap pasif. Selain itu, tingkat

persentase murid yang melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan

materi dikategorikan tinggi. Jadi, aktivitas murid siklus I masih berada pada

kategori sedang. Hal inilah yang menjadi bahan refleksi untuk pelaksanaan

Siklus II.

4. Refleksi

Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak

cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara

Kabupaten Takalar. Sebelum memasuki materi pokok guru menyampaikan

kepada murid tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menciptakan suasana

yang membuat murid dapat termotivasi belajar, menyajikan materi pelajaran

dengan tidak menampilkan media, membagikan buku bacaan kepada murid,

menugasi murid untuk menyimak materi pelajaran, mengadakan tanya jawab,

memberikan tugas kepada murid yang ada pada LKS yang telah disediakan,

dan murid ditugasi menyimpulkan materi dengan menggunakan kata-kata

sendiri. Pada tahap ini, masih ada beberapa murid yang kurang

57

57

memperhatikan yang pada akhirnya murid tersebut menemukan kesulitan-

kesulitan pada saat mengerjakan soal.

Pada akhir pertemuan pertama guru memberikan latihan soal

mengerjakan tugas. Namun, masih banyak murid yang tidak menyelesaikan

pekerjaannya dengan berbagai alasan. Pembelajaran tahap akhir yakni

memberi penghargaan kepada kelompok dan murid yang dapat mendorong

peningkatan pembelajaran. Namun, kalau dipresentasikan secara klasikal

belum terlalu banyak peningkatan. Hal ini disebabkan oleh murid belum dapat

menyesuaikan secara langsung model pembelajaran yang baru diterapkan oleh

guru.

Kurang meningkatnya penerapan model pembelajaran listening team

dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No.

89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus I

disebabkan pula oleh bimbingan bertanya jawab yang kurang menarik, sulit

menciptakan pertanyaan, kegiatan belajar mengajar kurang memberikan

kesempatan kepada murid untuk memecahkan masalah sendiri, kurangnya

kesempatan yang diberikan kepada murid untuk mengembangkan

pengetahuannya, guru dalam mengajar kurang memahami penggunaan

metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan,

guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvesional dengan alasan

cukup sederhana dan mudah dilakukan, tidak ada penggunaan media

pembelajaran yang dapat membantu murid dalam memahami suatu konsep.

58

58

Berdasarkan hal ini maka tidak mengherankan jika kemudian hari diperoleh

hasil belajar yang masih kurang memuaskan.

B. Hasil Penelitian Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda

dengan siklus I, yaitu:

a. Peneliti dan guru menelaah kembali proses dan hasil belajar siklus I.

b. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan penerapan

model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran

menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar. Guru menerapkan pembelajaran kepada murid

sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif,

sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.

c. Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan.

d. Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan

pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:

1) Menyusun RPP;

2) Memilih materi yang sesuai dengan minat murid;

3) Memilih tema wacana berdasarkan pengalaman murid;

4) menyiapkan media pembelajaran;

5) Menyiapkan alat evaluasi.

59

59

2. Pelaksanaan

Struktur pelaksanaan pembelajaran siklus II hampir sama dengan siklus I,

yakni tetap mengulangi semua kegiatan pembelajaran. Hanya saja, semua

kegiatan tersebut lebih dioptimalkan sesuai dengan kekurangan siklus I.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti pada tindakan siklus I yaitu

dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan adalah 2 x

35 menit yang dilaksanakan pada tanggal 27, 31 Mei 2021 dan 03 Juni 2021.

Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus ini yang bertindak sebagai pengajar

adalah peneliti sendiri sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah wali

kelas V SDN No. 89 Inpes Pakkabba.

▪ Pertemuan I: Hari Kamis, Tanggal 27 Mei 2021

Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi

dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode

mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario dan

aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita secara berpasangan.

Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagikan wacana/materi tiap

murid untuk dibaca dan membuat ringkasan; (2) guru dan murid menetapkan

siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan

sebagai pendengar; (3) pembicara membacakan ringkasannya selengkap

mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (4)

sementara pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok

60

60

yang kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok

dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)

bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-sama

dengan guru.

Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS selesai,

Selanjutnya presentase setiap individu; (2) guru memberikan penghargaan

atau hasil kerja setiap invidu; dan (3) melakukan penyimpulan dan laporan.

Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas rumah dan berpesan agar semua

murid selalu rajin belajar. Guru menutup pembelajaran dengan

mempersilahkan murid untuk berdoa dan menyiapkan kelas.

▪ Pertemuan II: Hari Senin, Tanggal 31 Mei 2021

Kegiatan awal guru, yaitu: (1) guru (peneliti) memberikan motivasi

dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode

mengajar bercerita berpasangan; (2) guru (peneliti) menjelaskan skenario dan

aturan-aturan pembelajaran metode mengajar bercerita secara berpasangan.

Kegiatan inti guru, yaitu (1) guru membagikan wacana/materi tiap

murid untuk dibaca dan membuat ringkasan; (2) guru dan murid menetapkan

siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan

sebagai pendengar; (3) pembicara membacakan ringkasannya selengkap

mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (4)

61

61

sementara pendengar: (a) menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok

yang kurang lengkap; (b) membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok

dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (c)

bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas; (d) kesimpulan murid bersama-sama

dengan guru.

Kegiatan akhir guru, yaitu (1) pemecahan masalah dalam LKS selesai,

Selanjutnya presentase setiap individu; (2) guru memberikan penghargaan

atau hasil kerja setiap invidu; dan (3) melakukan penyimpulan dan laporan.

Sebagai tindak lanjut guru memberikan tugas rumah dan berpesan agar semua

murid selalu rajin belajar. Guru menutup pembelajaran dengan

mempersilahkan murid untuk berdoa dan menyiapkan kelas.

▪ Pertemuan III: Hari Kamis, Tanggal 03 Juni 2021

Pada pertemuan ke-3 dilakukan tes evaluasi yang dilaksakan untuk

mengetahui keberhasilan tindakan siklus II.

Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan pelaksanaan tindakan siklus

II lebih baik dibanding dengan skor awal murid walaupun belum mencapai

target minimal yang telah ditetapkan yakni 65. Dimana dari pelaksanaan

tindakan siklus II meningkat yaitu murid yang mendapat nilai 85-100

sebanyak 2 orang atau 9,53%, murid yang mendapat nilai 70-84 sebanyak 12

orang atau 57,14%, murid yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 7 orang atau

62

62

33,33%, sedangkan murid yang mendapat nilai 35-59 tidak ada atau 0%. Nilai

tersebut memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar murid yang

disebabkan meningkatnya motivasi belajar murid dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia dibandingkan dengan tindakan siklus I walaupun masih ada yang

belum mencapai target indikator yang ditentukan guru/peneliti yaitu 65.

Adapun data nilai hasil belajar murid pada akhir siklus II disajikan pada tabel

4.5 berikut:

Tabel 4.5 Statistik nilai penerapan model pembelajaran listening team dalam

meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN

No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

pada Siklus II

Statistik

Nilai Statistik

Siklus II

Jumlah murid

Nilai ideal

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Rentang nilai

Nilai rata-rata

21

100

100

60

40

73,61

Sumber: Data analisis hasil belajar menyimak

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, tampak bahwa dari 21 jumlah murid yang

dites diperoleh nilai rata-rata sebesar 73.61. Nilai yang dicapai responden tersebar

dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dari nilai tertinggi yang mungkin

63

63

dicapai 100 dan nilai terendah yang dicapai 0, dengan rentang nilai 40 dari skor

nilai ideal yang mungkin dicapai 100.

Untuk lebih jelasnya, data skor hasil belajar menyimak cerita siswa kelas V

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus

II dapat dilihat dari grafik berikut ini:

Grafik 4.4 Statistik skor dan presentase nilai penerapan model pembelajaran

listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak

cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar pada Siklus II

Apabila nilai hasil belajar murid dikelompokkan ke dalam lima kategori,

maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini:

64

64

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran

menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada Siklus II

No Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%)

Siklus II Siklus II

1

2

3

4

5

85 – 100

70 – 84

60 – 69

35 – 59

0 – 34

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

2

12

7

0

0

9,53

57,14

33,33

0

0

Jumlah 21 100

Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita

siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar siklus II dikategorikan tinggi.

Distribusi frekuensi dan persentase nilai penerapan model pembelajaran

listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada

Siklus II dapat dilihat dengan jelas pada grafik berikut ini:

65

65

Grafik 4.5 Distribusi frekuensi dan presentase nilai penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan

pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

pada Siklus II

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, distribusi frekuensi, presentase, serta kategori

ketercapaian ketuntasan penerapan model pembelajaran listening team dalam

meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus II

ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut:

66

66

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi, presentase, serta kategori ketercapaian

ketuntasan penerapan model pembelajaran listening team dalam

meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V

SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar pada Siklus II

Tes

Belajar Interval nilai Kategori Frekuensi

Presentase

(%)

Siklus

II

Nilai 65 ke atas Tuntas 17 80,95

Nilai di bawah 65 Tidak tuntas 4 19,05

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4.7, tampak presentase penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita

siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar sebesar 80,95% atau 21 murid berada dalam kategori tuntas dan 19,05%

atau 4 murid berada pada kategori tidak tuntas. Dari siklus I sampai siklus II,

penerapan model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran

menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

67

67

Grafik 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan

pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

pada Siklus II

Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu

85%, data hasil penelitian pada siklus dua di atas dianggap tuntas kelas di mana

yang tuntas mencapai 80,95% dari 21 orang murid. Penelitian ini tidak perlu

dilanjutkan pada siklus berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,

yaitu peningkatan hasil belajar sudah terlihat, maka peneliti menganggap

penelitian ini sudah cukup dengan menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita

siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar.

68

68

3. Observasi/Pengamatan

Pengamatan aktivitas murid digunakan pada lembar observasi untuk

mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar. Hasil

observasi aktivitas pembelajaran pada siklus II ditampilkan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.8 Observasi aktivitas murid pada siklus II

No Aktivitas murid

Kategori

Frekuensi

Sangat

Tinggi

(85 –

100%)

Tinggi

(70-

84%)

Sedang

(60 -

69%)

Rendah

(35-

59%)

Sangat

Rendah

(0-

34%)

1. Menyimak pengarahan

dan penjelasan guru

19 90,47

2. Kerjasama di

kelompoknya

18 85,71

3. Aktif berdiskusi 16 76,19

4. Mengeluarkan pendapat 14 66,66

5. Mengajukan pertanyaan

yang relevan

13 61,90

6. Menjawab pertanyaan

dengan benar dan tepat

14 66,66

7. Perilaku yang tidak

relevan dalam KBM

a. Membicarakan hal-hal

yang tidak

berhubungan dengan

materi

2 20

b. Keluar masuk kelas 2 20

c. Bermain-main 2 20

Aktivitas murid pada siklus II sudah terlihat dengan jelas adanya

keseriusan dan keantusiasan murid dalam mengikuti pelajaran. Hal ini terlihat

69

69

pada beberapa indikator mengalami peningkatan frekuensi di mana hampir semua

murid ikut terlibat di dalamnya, ini disebabkan karena minat belajar murid.

Indikator yang perlu ditekankan, yaitu murid yang keluar masuk, bermain-main,

dan membicarakan hal yang tidak relevan dengan materi pelajaran berkurang

drastis, sebaliknya murid yang aktif menyimak, aktif bertanya dan menjawab

pertanyaan meningkat sangat signifikan.

a. Aktivitas murid dalam menyimak pengarahan dan penjelasan guru

dikategorikan sangat tinggi dengan presentase 90,47%.

b. Aktivitas murid dalam kerjasama di kelompoknya dikategorikan sangat tinggi

dengan presentase 85,71%.

c. Aktivitas murid dalam berdiskusi dikategorikan tinggi dengan presentase

76,19%.

d. Aktivitas murid dalam mengeluarkan pendapat dikategorikan sedang dengan

presentase 66,66%.

e. Aktivitas murid dalam mengajukan pertanyaan yang relevan dikategorikan

sedang dengan presentase 61,90%.

f. Aktivitas murid dalam menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat

dikategorikan sedang dengan presentase 66,66%.

g. Murid yang membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi

berkurang dikategorikan sangat rendah dengan presentase 20%.

h. Murid yang keluar masuk kelas dikategorikan sangat rendah dengan

presentase 20%.

70

70

i. Murid yang bermain-main dikategorikan sangat rendah dengan presentase

20%.

4. Refleksi

Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan penerapan model

pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak

cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara

Kabupaten Takalar. Pada tahap ini, guru menyampaikan kepada murid tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, menciptakan suasana yang membuat murid

dapat termotivasi belajar, membentuk kelompok pasangan, menyajikan materi

pelajaran dengan menampilkan media, menugasi murid berdiskusi, menugasi

murid menyimak, memanggil perwakilan tiap-tiap murid membaca hasilnya di

depan kelas, murid ditugasi menceritakan dan menyimpulkan hasil diskusinya.

Pada kegiatan pembelajaran siklus II, kehadiran murid 100%

mengikuti pelajaran. Rasa ingin tahu dan semangatnya semakin menunjukkan

peningkatan. Perhatian, motivasi, dan minat murid dalam mengerjakan soal

latihan yang diberikan sangat besar.

Pada siklus II, sudah menunjukkan keseriusan dan keantusiasan murid

dalam mengikuti pembelajaran, ini terlihat dari keaktifan murid dalam saling

melontarkan pertanyaan baik terhadap guru maupun dengan teman

pasangannya, ini menunjukkan ketercapaian pembelajaran sudah sesuai

dengan langkah-langkah penerapan model pembelajaran listening team dalam

71

71

meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis kuantitatif dan kualitatif tampak bahwa pada dasarnya

penerapan model pembelajaran listening team dapat meningkatkan pembelajaran

menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara

Kabupaten Takalar dan dapat memberikan perubahan nilai dan perilaku murid

dalam belajar. Demikian halnya penilaian keterampilan menyimak, dilakukan

lewat penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil hanya merujuk pada

hasil simakan murid yang berupa respons atau jawaban-jawaban terhadap

pertanyaan, sedangkan penilaian pada proses dilakukan dengan menggunakan

model instrumen penilaian yang dirancang guru. Penilaian hasil dapat dilakukan

dengan menggunakan tes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan murid menangkap dan memahami informasi yang

terkandung di dalam wacana yang terima melalui saluran pendengaran. Hal ini

dinyatakan sebab sebelum penerapan model pembelajaran listening team dalam

meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, yang diterapkan guru

adalah pengajaran yang berpusat pada murid yang mana ketika mereka diberi

suatu masalah, mereka tidak mampu memecahkan masalah tersebut dengan usaha

sendiri.

72

72

Berbeda dengan penerapan model pembelajaran listening team dalam

meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Pada siklus I selama

kegiatan berlangsung, terlihat bahwa murid sedikit termotivasi untuk mengikuti

pelajaran. Disebabkan adanya tugas yang diberikan pada setiap pertemuan. Murid

diharapkan memperlihatkan sejauh mana penguasaan materi yang telah diajarkan.

Selain itu, pada akhir siklus ini murid sudah memperlihatkan aktivitas yang cukup

baik dalam belajar kelompok. Seperti murid yang belum mengerti sudah mulai

bertanya kepada teman kelompoknya atau gurunya begitu pula murid yang sudah

mengerti dengan tulus memberikan bimbingan kepada temannya sampai mengerti,

murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis dan motivasi untuk

belajar meningkat. Sampai pada pertemuan akhir siklus satu setelah diadakannya

tes akhir siklus satu terlihat terjadi peningkatan pada hasil belajar murid di mana

nilai rata-rata yang dicapai murid masih kurang. Namun, hal yang belum maksimal

pada siklus I adalah guru kurang menuntun murid secara kelompok dan individu

dalam belajar serta pemberian penguatan yang kurang.

Setelah diadakan refleksi kegiatan pada siklus satu, maka dilakukan

beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu demi meningkatkan penerapan

model pembelajaran listening team dalam meningkatkan pembelajaran menyimak

cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar. Pada siklus II, aktivitas dan motivasi murid dalam belajar mengalami

peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan murid dalam berdiskusi, bertanya

73

73

pada waktu pembelajaran berlangsung, keberanian dan rasa percaya diri murid

untuk mengajukan diri mengerjakan soal. Setelah diberikan tes akhir siklus dua,

nilai rata-rata yang dicapai murid berada pada kategori sangat tinggi. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran listening team

dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Pembelajaran penerapan model pembelajaran Listening Team dalam

Meningkatkan Pembelajaran Menyimak Cerita Siswa Kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar menurut murid

merupakan teknik yang baru dilakukan. Sebelumnya, murid tidak pernah belajar

berkelompok dengan model pembelajaran listening team melalui pembentukan

kelompok yang berpasangan. Teknik ini bagi murid merupakan sesuatu yang baru

dan membantu mereka dalam belajar. Jika ada hal yang tidak bisa dipahami, maka

dapat diselesaikan melalui kerja sama kelompok pasangan.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pembelajaran listening team dapat

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar menyimak. Kelompok belajar terdiri

atas golongan murid berprestasi yang tinggi dengan rendah yang dipasangkan.

Masalah yang dialami oleh murid, bukan menjadi masalah pribadi, melainkan

menjadi masalah besama dan diselesaikan secara kelompok pasangan.

Perbandingan persentase penerapan model pembelajaran listening team

dalam meningkatkan pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89

Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar pada siklus I sebesar

74

74

61,90% murid berada dalam kategori tuntas. Selanjutnya, pada siklus II persentase

ketuntasan belajar murid sebesar 80,95% murid berada dalam kategori tuntas.

Dari siklus I sampai siklus II, penerapan penerapan model pembelajaran listening

team dalam pembelajaran menyimak cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar mengalami peningkatan yang

sangat signifikan.

75

75

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: Kemampuan

menyimak siklus I dikategorikan rendah, sedangkan pada siklus II dikategorikan

tinggi. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 61,90% dan meningkat pada siklus

II dengan persentase ketuntasan belajar murid sebesar 80,95% . Jadi, ketuntasan

belajar meningkat dari kategori tidak tuntas menjadi tuntas. Dengan demikian,

penerapan model pembelajaran listening team dalam pembelajaran menyimak

cerita siswa kelas V SDN No. 89 Pakkabba Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Pembelajaran model listening team meningkatkan kekatifan murid dalam

belajar. Indikator peningkatan tersebut dapat dicermati berdasarkan hasil observasi

belajar murid dari siklus I dan siklus II yang mengalami perubahan sikap sopan

terhadap teman dalam mengkritik ide, memotivasi murid dalam mengungkapkan

ide/gagasan dengan keercayaan kemampuan berpikir sendiri, dapat menunjang

pembicaraan dalam memahami bahan simakan tersebut, meningkatkan minat

belajar siswa serta dapat meningkatkan kehadiran siswa.

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan di atas, diajukan saran, yaitu guru hendaknya

menerapkan model pembelajaran listening team karena strategi ini memotivasi

75

76

76

murid, menciptakan masyarakat belajar, serta dapat membantu murid memahami

materi pelajaran. Bagi murid, hendaknya lebih meningkatkan proses dan keaktifan

dalam belajar bahasa Indonesia, khususnya menyimak sehingga hasil yang

diperoleh di masa mendatang lebih meningkat. Bagi peneliti selanjutnya,

diharapkan mengkaji masalah yang relevan dengan rancangan penelitian Tindakan

Kelas (PTK) guna mengetahui lebih ilmiah tentang penerapan model listening

team dalam pembelajaran menyimak.

77

77

DAFTAR PUSTAKA

Achsin. 1985. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Ujung Pandang.

Ambo Enre, Fachruddin. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang:

IKIP Ujung Pandang.

Aminuddin. 1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Cox, Calore.1999. Teks Learning Leguage Made Art. Boston: Allyn and Bacon

Publisher.

Dhieni dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas

terbuka.

Hill dan Hill. 1990. Claborative Class Room. Victoria: Eleanor.

Ibrahim, Muslim dkk. 2000. Pembelajaran Cooperative. Surabaya: Uneka.

Indira, Aryanti. 1998. "Kemampuan Menyimak Murid Kelas II SLTP Negeri 1

Mamuju dengan Menggunakan Media Elektronik dalam Pengajaran Bahasa

Indonesia". Skripsi. UNM: FBS UNM.

Keraf, Gorys. 2005. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Masnur, M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslimin dkk. 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Makassar: Prodi PGSD Fip UNM.

Mustopo, Habib M. 1983. Ilmu Belajar Dasar, Kumpulan Esai Manusia dan Belajar.

Surabaya: Indonesia Usaha Nasional.

Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE.

Pratiwi, Yuni. 2002. Strategi Belajar Cooperative. Malang: Fakultas sastra UN.

Rahmanto. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisus.

77

78

78

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning: Theory Research and Practice. Masschusets:

Allyn and Bacon Publisher.

Suharianto, S., 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Suhendar, dkk. 1992. MKDU Bahasa Indonesia Pengajaran dan Ujian keterampilan

Menyimak dan Keterampilan Berbicara. Bandung: Pioner Jaya.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutari, Ide, K.Y., dkk. 1997. Menyimak. Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran

Guru SLTP Setara D-III.

Tarigan, Djago. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Berbahasa.

Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai Sutau Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Umar, A. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Pengantar ke dalam Pemetaan Konsep

dan Aplikasi. Makassar: Badan Penerbit UNM.

78

78

79

79

LAMPIRAN 1

80

80

RPP

81

81

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 1 PERTEMUAN KE 1

Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA

Kelas / Semester : V /Genap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga

dan Negara.

3. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif

pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan

tempat bermain.

4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,

mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,

logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan

anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan

tahap perkembangannya.

82

82

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,

tema, latar, amanat)

3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat

yang didengarnya

3.3.2 Memberikan contoh teks unsur

cerita rakyat yang didengarnya

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya

dengan tepat

3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi

kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

D. MATERI PEMBELAJARAN

1. Teks Cerita

E. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,

dan ceramah.

Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team

F. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR

Media/Alat :1. Teks bacaan.

Bahan : -

83

83

Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku

Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Memberi salam

2. Berdo’a, absensi

3. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan

kelas

4. Apersepsi

5. Informasi tentang tujuan pembelajaran

15

menit

Kegiatan Inti • Guru membentuk kelompok menjadi 4 tim

• Masing-masing tim diberi peran tim A

sebagai tim penanya, tim B sebagai tim

pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan

tim D sebagai tim penarik kesimpulan dan

tugas yang berbeda.

• Guru memotivasi murid dengan

mengemukakan tujuan dan tema

pembelajaran, yakni menjelaskan unsur cerita

rakyat yang disimak.

• Guru menanyakan kepada murid tentang

langkah-langkah menyimak melalui model

listening team.

• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur

cerita.

• Setelah selesai guru memberi waktu kepada

tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas

sesuai dengan perannya masing-masing.

• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.

• Guru memberikan LKS

• Penghargaan

menit

84

84

Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran

yang telah diajarkan

• Pemberian PR

• Guru menyampaikan pesan moral

10

menit

H. PENILAIAN

a. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung

dan pada akhir pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui

observasi, terutama ketika bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian

produk (akhir pembelajaran) dilakukan melalui unjuk kerja.

b. Teknik

• Tes dan Unjuk Kerja

c. Instrument

• Essay

• Soal / Instrument

• Terlampir

d. Format Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Maksimum

1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat

dalam cerita 20

85

85

2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-

tokoh dalam cerita 30

3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar

dalam cerita 20

4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema

cerita 30

Pakkabba, 17 Mei 2021

Peneliti

HIJRAWATI

NIM. 105401135319

Mengetahui

Kepala Sekolah

H. USMAN, S.Pd

NIP. 19670117 198803 1 006

Mengetahui

Guru Kelas V

HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd

NIP. 19661231 198903 2 075

86

86

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 1 PERTEMUAN KE 2

Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA

Kelas / Semester : V /Genap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga

dan Negara.

3. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif

pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan

tempat bermain.

4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,

mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,

logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan

anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan

tahap perkembangannya.

87

87

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,

tema, latar, amanat)

3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat

yang didengarnya

3.3.2 Memberikan contoh teks unsur

cerita rakyat yang didengarnya

I. TUJUAN PEMBELAJARAN

4. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

5. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya

dengan tepat

6. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi

kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

J. MATERI PEMBELAJARAN

2. Teks Cerita

K. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan,

dan ceramah.

Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team

L. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR

Media/Alat :1. Teks bacaan.

Bahan : -

88

88

Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku

Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

M. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

Pendahuluan 6. Memberi salam

7. Berdo’a, absensi

8. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan

kelas

9. Apersepsi

10. Informasi tentang tujuan pembelajaran

15

menit

Kegiatan Inti • Guru membentuk kelompok menjadi 4 tim

• Masing-masing tim diberi peran tim A

sebagai tim penanya, tim B sebagai tim

pendukung, tim C sebagai tim penentang, dan

tim D sebagai tim penarik kesimpulan dan

tugas yang berbeda.

• Guru memotivasi murid dengan

mengemukakan tujuan dan tema

pembelajaran, yakni menjelaskan unsur cerita

rakyat yang disimak.

• Guru menanyakan kepada murid tentang

langkah-langkah menyimak melalui model

listening team.

• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur

cerita.

• Setelah selesai guru memberi waktu kepada

tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas

sesuai dengan perannya masing-masing.

• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.

• Guru memberikan LKS

• Penghargaan

menit

89

89

Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran

yang telah diajarkan

• Pemberian PR

• Guru menyampaikan pesan moral

10

menit

N. PENILAIAN

a. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung

dan pada akhir pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui

observasi, terutama ketika bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian

produk (akhir pembelajaran) dilakukan melalui unjuk kerja.

b. Teknik

• Tes dan Unjuk Kerja

c. Instrument

• Essay

• Soal / Instrument

• Terlampir

e. Format Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Maksimum

1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat

dalam cerita 20

90

90

2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-

tokoh dalam cerita 30

3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar

dalam cerita 20

4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema

cerita 30

Pakkabba, 24 Mei 2021

Peneliti

HIJRAWATI

NIM. 105401135319

Mengetahui

Kepala Sekolah

H. USMAN, S.Pd

NIP. 19670117 198803 1 006

Mengetahui

Guru Kelas V

HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd

NIP. 19661231 198903 2 075

91

91

MATERI AJAR

92

92

MATERI AJAR

Tujuan Pembelajaran

1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan

tepat

3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi

kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

“Asal-Usul Danau Toba”

93

93

94

94

MATERI AJAR

Tujuan Pembelajaran

1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan

tepat

3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam diskusi

kelompok mengenai unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

Gerhana Bulan

(Cerita Rakyat dan Bali)

Alkisah, Kerajaan Wisnuloka Dipimpin oleh Dewa Wisnu. Kerajaan

\Visnuloka dihuni oleh para dewa dan bidadari. Salab satu bidadari itu bemama Dewi

Ratih dan Dewi Bulan.

Kerajaan Wisnuloka sering mendapat ancaman dan para raksasa yang

bermukim di Bumi Balidwipa. Di antara para raksasa itu, yang paling menakutkan

adalah Kala Rau. Ia bertubuh besar dan kekar. Wajahnya sangat menyeramkan. Ia

pun sangat sakti. Kesaktiannya melebihi kesaktian beberapa dewa. Kala Rau

mengancam akan menyeram Kerajaan Wisnuloka. Karena cintanya ditolak oleh Dewi

Ratih dan Dewi Bulan.

Dewa Wisnu berfikir panjang. Salah satujalan yang dapat ditempuh adalah

membagikan tirki arnerta (air kehidupan) kepada para dewa. Tirki arnerta itu dapat

menhindarkan para dewa dan dan kematian saat Kala Rau menyerang Kerajaan

Wisnuloka. Desa Wisnu lalu membenikan kendi yang berisi tirta merta kepada para

dewa . Dewa wisnu berpesan, setiap dewa cukup minum seteguk tirta amerta.

Satu demi satu dewa pun minum tirta amerta dri kendi tersebut. Mulamula

Dewa Iswara, kemudian Dewa Sambu, Brahma, Mahadewa, dan Sangkara. Ketika

giliran tiba pada Dewa Kuwera, Dewa Wisnu menciurn bau aneh. Dewa Wisnu

merasakan sosok Dewa Kuwera mencunigakan. Kecurigaan Dewa Wisnu semakin

besar setelah melihat Dewa Kuwera meneguk tirta amerta berkali-kali.

Tiba-tiba Dewa Wisnu berteriak, “Kamu bukan Kuwera! Kamu raksasa Kala

Rau!”

Semua Dewa yang mendengar teriakan Dewa Wisnu terkejut. Dewa Wisnu

lalu memanah leher Dewa Kuwera palsu itu. Perlahan-lahan Dewa Kuwera berubah

menjadi Kala Rau. Leher Kala Rau putus dan kepala terpisah dan badannya. Dengan

95

95

segera, para dewa membuang badan Kala rau kebumi berubah menjadi kentungan

atau lesung.

Sedangkan kepala Kala rau yang terpisah dan badannya melayang-layang di

angkasa. Kepala itu belum menjadi bangkai karena sempat meminum tirta amerta. Air

yang diminumnya baru sampai di kerongkongan. OIeh sebab itu, kepala kala Rau

masih tetap hidup.

Pada suatu ketika, pada saat bulan pumama, kepala kala mu berjumpa dengan

Dewi ratih. Kepala kala rau lalu menghadang Dewi Ratih.

“Dewi ratih! Kamu tidak dapat menghindar dariku lagi! Kamu tidak dapat

menolak cintaku. Kini kau menjadi milikku!” kata Kala Rau kepada Dewi Ratih.

Tubuh Dewi Ratih gemetar mendengar kata-kata Kala Rau. Ia tidak dapat

menghindar saat kepala Kala Rau semakin mendekat dan mendekapnya. Tubuh dewi

Ratih yang cantik itu perlahan-lahan tertelan Kala Rau.

Raksasa yang rakus itu mengira tubuh Dewi Ratih masuk keperutnya. Tem ata

dugaan Kala Rau salah. Sesaat kemudian, sedikit demi sedikit tubuh Dewi Ratih

muncul kembali.

Ketika tubuh Dewi Ratih tertelan kepala Kala Rau, Bumi Balidwipa menjadi

gelap. Peristiwa tertelannya tubuh Dewi Ratih oleh Kala Rau dipercaya oleh

penduduk Balidwipa sebagai penyebab terjadinya gerhana bulan. Oleh karena itu,

setiap terjadi gerhana bulan penduduk beramai-ramai memukul kentungan, lesung,

dan alat bunyi-bunyian lain.

(Sumber: kumpulan Cerita Rakyat, 2007, dengan pengubah seperlunya)

96

96

TES SIKLUS I

97

97

TES SIKLUS I

A. Pilihlah jawaban yang paling benar !

Nama : ………………….

No. Urut : ………………….

98

98

Silanglah salah satu jawaban yang tepat!

1. Apakah nama judul bacaan di atas?

a. Asal-Usul Danau Toba c. Gerhana Bulan

b. Pedagang yang tidak jujur d. Si Lancang

2. Dimanakah Petani tinggal sesui pada bacaan di atas?

a. Wilayah Sumatera c. Wilayah Sumatera Barat

b. Wilayah Jawa d. Wilayah Jawa Barat

3. Apakah tugas yang diberikan kepada Putra oleh ibunya yang terdapat bacaan?

a. Mengantarkan makanan dan minuman ke sawah

b. Membawa parang

c. Bermain-main

d. Membawa cangkul

4. Apa nama julukan yang sebenarnya diberikan pada cerita Asal usul danau Toba?

a. Toba c. Putri

b. Samosir d. Putra

Gerhana Bulan

(Cerita Rakyat dan Bali)

Alkisah, Kerajaan Wisnuloka Dipimpin oleh Dewa Wisnu. Kerajaan Wisnuloka

dihuni oleh para dewa dan bidadari. Salah satu bidadari itu bernama Dewi Ratih dan

Dewi Bulan.

Kerajaan Wisnuloka sering mendapat ancaman dan para raksasa yang bermukim

di Bumi Balidwipa. Di antara para raksasa itu, yang paling menakutkan adalah Kala

Rau. Ia bertubuh besar dan kekar. Wajahnya sangat menyeramkan. Ia pun sangat

sakti. Kesaktiannya melebihi kesaktian beberapa dewa. Kala Rau mengancam akan

menyeram Kerajaan Wisnuloka. Karena cintanya ditolak oleh Dewi Ratih dan Dewi

Bulan.

99

99

5. Apa nama kerajaan yang sesuai pada cerita rakyat di atas?

a. Kerajaan Balidwipa c. Kerajaan Wisnuloka

b. Kerajaan Mataram d. Kerajaan Pajajaran

6. Siapakah pemimpin kerajaan yang terdapat pada bacaan di atas?

a. Dewa Wisnu c. Dewi Bulan

b. Dewi Ratih d. Kala Rau

7. Kerajaan manakah yang paling menakutkan pada bahan bacaan di atas?

a. Dewa Wisnu c. Dewi Ratih

b. Kala Rau d. Dewi Bulan

8. Apa nama judul cerita yang tepat pada gambar di atas....

a. Si Lancang c. Petuah Pak Garam

100

100

b. Pedagang yang tidak jujur d. Gerhana Bulan

9. Si Lancang tinggal di daerah....

a. Di wilayah Sumatera c. Di Daerah Kampar

b. Bali d. Jawa Tengah

10. Apa pesan yang disampaikan ibu kepada anaknya sebelum pergi merantau dari

bahan bacaan di atas?

a. Jangan menjadi anak durhaka

b. Pedagang yang tidak jujur

c. Untuk mencukupi kebutuhan hidup

d. Menjadi pemalas

B. Jawablah Pertanyaan Berikut Ini dengan Jawaban Yang Tepat!

1. Tuliskan kesimpulan yang terdapat pada bacaan asal usul danau toba!

2. Tuliskan amanat atau pesan yang terdapat pada bacaan Si Lancang!

3. Tuliskan tokoh utama yang terdapat pada bacaan Asal Usul Danau Toba!

4. Tentukan latar tempat dan waktu yang terdapat pada bacaan Si Lancang!

5. Tentukan tema cerita yang terdapat pada bacaan Asal Usul Danau Toba!

SELAMAT BEKERJA

101

101

LAMPIRAN 2

102

102

RPP

103

103

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II PERTEMUAN KE 1

Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA

Kelas / Semester : V /Genap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

A. KOMPETENSI INTI

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga

dan Negara.

3. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif

pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan

tempat bermain.

4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,

mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,

logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan

anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan

tahap perkembangannya.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,

tema, latar, amanat)

3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat yang

didengarnya

3.3.2 Memberikan contoh teks unsur cerita

rakyat yang didengarnya

104

104

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan

tepat

3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita

rakyat yang didengarnya dengan tepat

D. MATERI PEMBELAJARAN

1. Teks Cerita

E. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan

ceramah.

Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team

F. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR

Media/Alat :1. Teks bacaan.

Bahan : -

Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku

Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Memberi salam

2. Berdoa, absensi

3. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan kelas

4. Apersepsi

5. Informasi tentang tujuan pembelajaran

15

menit

105

105

Kegiatan Inti • Guru memotivasi murid dengan mengemukakan

tujuan dan tema pembelajaran, yakni menjelaskan

unsur cerita rakyat yang disimak.

• Guru menanyakan kepada murid tentang langkah-

langkah menyimak melalui model Listening Team.

• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur cerita.

• Setelah selesai guru memberi waktu kepada tiap

kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai

dengan perannya masing-masing.

• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.

• Guru memberikan LKS

• Penghargaan

menit

Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran

yang telah diajarkan

• Pemberian PR

• Guru menyampaikan pesan moral

15

menit

H. PENILAIAN

a. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung dan pada akhir

pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui observasi, terutama ketika

bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian produk (akhir pembelajaran)

dilakukan melalui unjuk kerja.

b. Teknik

• Tes dan Unjuk Kerja

c. Instrument

• Essay

• Soal / Instrument

106

106

• Terlampir

d. Format Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Maksimum

1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat

dalam cerita 20

2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-

tokoh dalam cerita 30

3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar

dalam cerita 20

4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema

cerita 30

Pakkabba, 27 Mei 2021

Peneliti

HIJRAWATI

NIM. 105401135319

Mengetahui

Kepala Sekolah

H. USMAN, S.Pd

Mengetahui

Guru Kelas V

HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd

107

107

NIP. 19670117 198803 1 006 NIP. 19661231 198903 2 075

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II PERTEMUAN KE 1

Satuan Pendidikan : UPT SDN NO. 89 PAKKABBA

Kelas / Semester : V /Genap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

I. KOMPETENSI INTI

5. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

6. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, tetangga

dan Negara.

7. Memahami pengetahuan faktual, Konseptual, prosedural, dan metakognitif

pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya dan mencoba

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan

tempat bermain.

8. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,

mandiri, kolaboratif dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis,

logis dan kritis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan

anak Sehat, dan tindakan yang mencerminkan prilaku anak sesuai dengan

tahap perkembangannya.

J. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Menyimak unsur cerita (tokoh,

tema, latar, amanat)

3.3.1 Menjelaskan unsur cerita rakyat yang

didengarnya

108

108

3.3.2 Memberikan contoh teks unsur cerita

rakyat yang didengarnya

K. TUJUAN PEMBELAJARAN

4. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

5. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan

tepat

6. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita

rakyat yang didengarnya dengan tepat

L. MATERI PEMBELAJARAN

2. Teks Cerita

M. METODE DA MODEL PEMBELAJARAN

Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan

ceramah.

Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe Listening Team

N. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR

Media/Alat :1. Teks bacaan.

Bahan : -

Sumber Belajar :1. Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema Kelas V SD Buku

Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2017). Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

O. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

109

109

Pendahuluan 6. Memberi salam

7. Berdoa, absensi

8. Mengecek kesiapan murid dan kebersihan kelas

9. Apersepsi

10. Informasi tentang tujuan pembelajaran

15

menit

Kegiatan Inti • Guru memotivasi murid dengan mengemukakan

tujuan dan tema pembelajaran, yakni menjelaskan

unsur cerita rakyat yang disimak.

• Guru menanyakan kepada murid tentang langkah-

langkah menyimak melalui model Listening Team.

• Guru menjelaskan teori cerita dan unsur cerita.

• Setelah selesai guru memberi waktu kepada tiap

kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai

dengan perannya masing-masing.

• Tiap tim mempersentasekan hasil diskusinya.

• Guru memberikan LKS

• Penghargaan

menit

Penutup • Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran

yang telah diajarkan

• Pemberian PR

• Guru menyampaikan pesan moral

15

menit

P. PENILAIAN

d. Prosedur : proses dan produk. Penilaian terhadap murid dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran berlangsung dan pada akhir

pembelajaran. Penilaian dalam proses dilakukan melalui observasi, terutama ketika

bekerja dalam kelompok, sedangkan penilaian produk (akhir pembelajaran)

dilakukan melalui unjuk kerja.

e. Teknik

• Tes dan Unjuk Kerja

f. Instrument

110

110

• Essay

• Soal / Instrument

• Terlampir

e. Format Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Maksimum

1 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan amanat

dalam cerita 20

2 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tokoh-

tokoh dalam cerita 30

3 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan latar

dalam cerita 20

4 Kemampuan menjelaskan dan menyebutkan tema

cerita 30

Pakkabba, 31 Mei 2021

Peneliti

HIJRAWATI

NIM. 105401135319

Mengetahui

Kepala Sekolah

Mengetahui

Guru Kelas V

111

111

H. USMAN, S.Pd

NIP. 19670117 198803 1 006

HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd

NIP. 19661231 198903 2 075

MATERI AJAR

112

112

MATERI AJAR

Tujuan Pembelajaran

1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan

tepat

3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita

rakyat yang didengarnya dengan tepat

113

113

114

114

115

115

MATERI AJAR

Tujuan Pembelajaran

1. Murid dapat menjelaskan unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan tepat

2. Murid dapat memberikan contoh teks unsur cerita rakyat yang didengarnya dengan

tepat

3. Murid dapat terampil dalam menyampaikan ide dan gagasan mengenai unsur cerita

rakyat yang didengarnya dengan tepat

116

116

117

117

TES SIKLUS II

118

118

TES SIKLUS II

Nama : ………………..

Kelas : ………………..

Waktu : 30 Menit

Petunjuk : Bacalah dengan baik teks bacaan dibawah ini

A. Pilihlah jawaban yang paling benar !

1. Apakah nama judul pada cerita di atas?

a. Si Bungsu c. Batu Menangis

b. Petuah Pak Garam d. Pedagang yang tidak jujur

2. Dimanakah pak Garam tinggal pada bacaan di atas?

a. Di Gubuk c. Bali

b. Riau d. Jawa Barat

3. Perhatikan isi bacaan di atas, dimanakah Pak Garam menjual garamnya?

119

119

a. Di Pasar dan dari rumah ke rumah c. Di seberang kampung

b. Di pinggir jalan d. Dekat jembatan

4. Siapakah yang diminta untuk memandikan dan menyembahyangkan jenazah

pada cerita di atas?

a. Pak Tani c. Pak Garam

b. Pak Hamdan d. Bu Tina

5. Pada cerita di atas, siapakah yang berperan sebagai kepala keluarga?

a. Pak Boma c. Pak Garam

b. Beruang d. Pak Danu

6. Apa yang dilihat Pak Boma pada saat dia berangkat ke ladang?

a. Seekor gajah

b. Ular Besar

120

120

c. Seekor Beruang dan harimau bertarung

d. Ular dan gajah bertarung

7. Apa nama gelar harimau yang diceritakan di atas?

a. Raja Hutan c. Raja Harimau

b. Kala Rau d. Si Pemangsa

8. Apa nama judul cerita di atas?

a. Beruang membalas kebaikan Pak Boma

b. Petuah pak garam

c. Pak Belalang

121

121

d. Batu menangis

9. Siapakah nama yang diberikan Pak Belalang pada anaknya?

a. Belalang c. Pangeran

b. Baginda d. Tuan Muda

10. Apa nama gelar Pak Belalang dari cerita di atas?

a. Ahli Penebak c. Ahli Pengobatan

b. Ahli Nujum d. Sang Penyelamat

B. Jawablah Pertanyaan Berikut Ini dengan Jawaban Yang Tepat!

1. Tuliskan pokok-pokok isi cerita yang berjudul Petuah Pak Garam!

2. Tuliskan amanat yang terdapat pada cerita Pak Belalang!

3. Tuliskan tokoh utama pada cerita Pak Belalang!

4. Tentukan latar tempat dan waktu dari bacaan yang berjudul Beruang

Membalas Kebaikan Pak Boma!

5. Tentukan tema cerita yang terdapat pada judul bacaan Beruang Membalas

Kebaikan Pak Boma!

****SELAMAT BEKERJA****

122

122

LAMPIRAN 3 RATA-RATA HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU

SIKLUS I

123

123

Lampiran 3

Rata-Rata Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I

N

o Aspek yang dinilai

Pelaksanaan Penilaian

Ya Tidak A B C D E

1. Apersepsi guru √ - √ - - - -

2. Pemberian motivasi dengan

bantuan media √ - - √ - - -

3. Strategi guru dalam membagi

kelompok pasangan √ - - - √ - -

4. Pengaturan kursi √ - - - √ - -

5. Keterlibatan guru dalam

mengarahkan diskusi kelompok

pasangan

√ - - - √ - -

6. Kreativitas guru menerapkan

pembelajaran kooperatif

listening team

√ - - - √ - -

7. Strategi guru meningkatkan

minat dan motivasi belajar

murid sampai berakhir

√ - - - √ - -

8. Pemberian penguatan √ - - - √ - -

9. Guru menyimpulkan materi √ - - √ - -

Keterangan:

Sangat Tinggi : A

Tinggi : B

Sedang : C

124

124

Rendah : D

Sangat Rendah : E

LAMPIRAN 4 RATA-RATA HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU

SIKLUS II

125

125

Lampiran 4

Rata-Rata Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II

N

o Aspek yang dinilai

Pelaksanaan Penilaian

Ya Tidak A B C D E

1. Apersepsi guru √ - √ - - - -

2. Pemberian motivasi dengan

bantuan media √ - √ - - - -

3. Strategi guru dalam membagi

kelompok pasangan √ - √ - - -

4. Pengaturan kursi √ - √ - - -

5. Keterlibatan guru dalam

mengarahkan diskusi kelompok

pasangan

√ - √ - - - -

6. Kreativitas guru menerapkan

pembelajaran kooperatif

Listening Team

√ - - √ - - -

7. Strategi guru meningkatkan

minat dan motivasi belajar murid

sampai berakhir

√ - √ - - - -

8. Pemberian penguatan √ - √ - - -

9. Guru menyimpulkan materi √ - √ - - -

Keterangan:

Sangat Tinggi : A

Tinggi : B

Sedang : C

Rendah : D

126

126

Sangat Rendah : E

LAMPIRAN 5 LEMBAR OBSERVASI

AKTIVITAS BELAJAR MURID SIKLUS I

127

127

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

AKTIVITAS BELAJAR MURID SIKLUS I

No Aspek yang dinilai

Pertemuan

I II III Rata-rata %

I Pra Pembelajaran

a. Mengucapkan salam 20 19 T

es Evalu

asi

19,50 92,85

b. Murid menempati tempat duduknya

masing-masing 20 19

19,50 92,85

c. Kesiapan menerima pelajaran 17 17

17,00 80,95

II Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Mampu menjelaskan kembali isi

materi terlebih dahulu

6 7

Tes ev

alu

asi S

iklu

s I

6,50 30,95

b. Mampu mendengarkan secara

seksama ketika dijelaskan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

16 17 16,50 78,57

III Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Murid yang memperhatikan

penjelasan guru

13 14 13,50 64,28

128

128

b. Murid yang aktif berdiskusi di dalam

kelompok

9 10 9,50 45,24

c. Murid yang memperhatikan

kelompok yang menjawab

pertanyaan

12

14

13,00 61,90

d. Murid yang aktif menanggapi

kelompok lain 8 8

8,00 38,10

IV Kegiatan Akhir

a. Murid yang aktif menyimpulkan

materi 9 10

9,50 45,24

b. Murid membuat rangkuman hasil

belajar secara runtut 11 12

11,50 54,76

c. Murid yang aktif mengerjakan tugas 16 14

15,00 71,43

Oberserver

HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd

NIP. 19661231 198903 2 075

129

129

LAMPIRAN 6 LEMBAR OBSERVASI

AKTIVITAS BELAJAR MURID SIKLUS II

130

130

Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI

AKTIVITAS BELAJAR MURID SIKLUS II

No Aspek yang dinilai

Pertemuan

I II III

Rata-

rata

%

I Pra Pembelajaran

a. Mengucapkan salam 21 21

Tes E

valu

asi

21,00 100

b. Murid menempati tempat duduknya

masing-masing

21 20 20,50 97,62

c. Kesiapan menerima pelajaran 18 16 17,00 80,95

II Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Mampu menjelaskan kembali isi

materi terlebih dahulu

8 8

Tes ev

alu

asi S

iklu

s II

8,00 38,10

b. Mampu mendengarkan secara

seksama ketika dijelaskan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

17 17 17,00 80,95

III Kegiatan Inti Pembelajaran

131

131

a. Murid yang memperhatikan

penjelasan guru

14 15 14,50 69,05

b. Murid yang aktif berdiskusi di dalam

kelompok

10 11 10,50 50,00

c. Murid yang memperhatikan

kelompok yang menjawab

pertanyaan

12 15 13,50 64,29

d. Murid yang aktif menanggapi

kelompok lain

9 10 9,50 45,24

IV Kegiatan Akhir

a. Murid yang aktif menyimpulkan

materi

9 11 10,00 47,62

b. Murid membuat rangkuman hasil

belajar secara runtut

12 11 11,50 54,76

c. Murid yang aktif mengerjakan tugas 17 18 17,50 83,33

Oberserver

HJ. ST. JUMATIAH, A.Ma.Pd

NIP. 19661231 198903 2 075

132

132

LAMPIRAN 7 HASIL OBSERVASI KEGIATAN MURID

SIKLUS I

133

133

Lampiran 7

Hasil Observasi Kegiatan Murid Siklus I

No Aktivitas murid

Kategori

Frekuensi

Sangat

Tinggi

(85 –

100%)

Tinggi

(70-

84%)

Sedang

(60 -

69%)

Rendah

(35-

59%)

Sangat

Rendah

(0-

34%)

1. Menyimak pengarahan

dan penjelasan guru

14 66,66

2. Kerjasama di

kelompoknya

9 57,14

3. Aktif berdiskusi 7 33,33

4. Mengeluarkan pendapat 8 38,09

5. Mengajukan pertanyaan

yang relevan

7 33,33

6. Menjawab pertanyaan

dengan benar dan tepat

8 38,09

7. Perilaku yang tidak

relevan dalam KBM

a. Membicarakan hal-

hal yang tidak

berhubungan dengan

materi

6 28,57

b. Keluar masuk kelas 5 23,80

c. Bermain-main 5 23,80

134

134

Keterangan:

Sangat Tinggi : 85-100

Tinggi : 70-84

Sedang : 60 -69

Rendah : 35-59

Sangat Rendah : 0-34

LAMPIRAN 8 HASIL OBSERVASI KEGIATAN MURID

SIKLUS II

135

135

Lampiran 8

Hasil Observasi Kegiatan Murid Siklus II

No Aktivitas murid

Kategori

Frekuensi

Sangat

Tinggi

(85 –

100%)

Tinggi

(65-

84%)

Sedang

(55 -

64%)

Rendah

(35-

54%)

Sangat

Rendah

(0-34%)

1. Menyimak pengarahan

dan penjelasan guru

19 90,47

2. Kerjasama di

kelompoknya

18 85,71

3. Aktif berdiskusi 16 76,19

4. Mengeluarkan pendapat 14 66,66

5. Mengajukan pertanyaan

yang relevan

13 61,90

6. Menjawab pertanyaan

dengan benar dan tepat

14 66,66

7. Perilaku yang tidak

relevan dalam KBM

a. Membicarakan hal-

hal yang tidak

berhubungan dengan

materi

2 20

b. Keluar masuk kelas 2 20

c. Bermain-main 2 20

136

136

Keterangan:

Sangat Tinggi : 85-100

Tinggi : 70-84

Sedang : 60 -69

Rendah : 35-59

Sangat Rendah : 0-34

LAMPIRAN 9

HASIL PENILAIAN MENYIMAK SIKLUS I

137

137

Lampiran 9

Hasil Penilaian Menyimak Siklus I

No Nomor Urut Indikator Penilaian

Jumlah

A B C D E

1. 01 85 70 61 40 19 275

2. 02 86 70 64 51 20 291

3. 03 85 70 62 36 17 270

4. 04 87 73 67 50 26 303

5. 05 85 70 63 45 24 287

6. 06 86 71 63 46 23 289

7. 07 85 71 62 44 21 283

8. 08 85 70 60 41 18 274

9. 09 85 71 62 43 19 280

10. 10 85 70 61 42 18 276

11. 11 85 70 61 41 18 275

12. 12 85 70 60 37 16 268

13. 13 85 70 61 42 19 277

14. 14 86 74 67 51 26 304

15. 15 85 70 63 45 25 288

16. 16 85 70 63 46 24 288

138

138

17. 17 85 72 63 47 25 292

18. 18 87 74 67 52 27 307

19. 19 85 70 61 45 20 281

20. 20 86 73 65 49 24 297

21. 21 85 70 61 43 19 278

Jumlah 1793 1489 1317 936 448 5983

Rata-rata 85,38 70,90 62,71 44,57 21,33 284,1

LAMPIRAN 10 HASIL PENILAIAN MENYIMAK SIKLUS II

139

139

Lampiran 10

Hasil Penilaian Menyimak Siklus II

No Nama Murid Indikator Penilaian

Jumlah

A B C D E

1. 01 88 75 64 47 25 299

2. 02 89 77 65 53 25 309

3. 03 86 76 64 40 23 289

4. 04 94 84 68 59 34 339

5. 05 88 80 64 50 29 311

6. 06 88 79 65 50 28 310

7. 07 87 77 63 47 25 299

8. 08 86 74 62 46 22 290

9. 09 87 77 64 52 24 304

10. 10 86 75 63 51 23 298

11. 11 86 73 62 50 22 293

12. 12 86 72 61 43 20 282

13. 13 86 74 63 48 24 295

14. 14 95 84 68 59 34 340

140

140

15. 15 88 75 64 50 28 305

16. 16 88 77 64 50 29 308

17. 17 89 78 64 52 30 313

18. 18 96 84 69 59 34 342

19. 19 87 77 65 49 28 306

20. 20 90 81 67 53 32 323

21. 21 87 76 63 49 28 303

Jumlah 1857 1625 1352 1057 567 6458

Rata-rata 88,42 78,66 64,38 50,33 27 307,52

LAMPIRAN 11 DAFTAR NILAI SIKLUS I

141

141

Lampiran 11

Daftar Nilai Siklus I

No Nama Murid Nilai Keterangan

1. 01 56 Tidak tuntas

2. 02 64 Tuntas

3. 03 36 Tidak tuntas

4. 04 76 Tuntas

5. 05 68 Tuntas

6. 06 72 Tuntas

7. 07 76 Tuntas

8. 08 60 Tidak tuntas

9. 09 70 Tuntas

10. 10 64 Tidak tuntas

11. 11 76 Tuntas

12. 12 48 Tidak tuntas

13. 13 68 Tuntas

14. 14 80 Tuntas

15. 15 68 Tuntas

142

142

16. 16 60 Tidak tuntas

17. 17 72 Tuntas

18. 18 84 Tuntas

19. 19 60 Tidak tuntas

20. 20 80 Tuntas

21. 21 56 Tidak tuntas

Jumlah 1385

Rata-rata 65,95

LAMPIRAN 12 DAFTAR NILAI SIKLUS II

143

143

Lampiran 12

Daftar Nilai Siklus II

No Nama Murid Nilai Keterangan

1. 01 72 Tuntas

2. 02 76 Tuntas

3. 03 60 Tidak tuntas

4. 04 100 Tuntas

5. 05 76 Tuntas

6. 06 76 Tuntas

7. 07 80 Tuntas

8. 08 68 Tuntas

9. 09 72 Tuntas

10. 10 68 Tuntas

11. 11 76 Tuntas

12. 12 60 Tidak tuntas

13. 13 68 Tuntas

14. 14 84 Tuntas

144

144

15. 15 72 Tuntas

16. 16 72 Tuntas

17. 17 76 Tuntas

18. 18 100 Tuntas

19. 19 60 Tidak tuntas

20. 20 88 Tuntas

21. 21 60 Tidak tuntas

Jumlah 1546 Rata-rata 73,61

LAMPIRAN 13 DAFTAR HADIR

145

145

Lampiran 13

DAFTAR HADIR MURID KELAS V SDN NO. 89 PAKKABBA KECAMATAN

GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

NO NOMOR URUT SIKLUS I SIKLUS II

I II III I II III

1. 01 √ √ √ √ √ √

2. 02 a a √ √ √ √

3. 03 √ √ √ √ √ √

4. 04 √ √ √ √ √ √

5. 05 √ √ a √ √ √

6. 06 a √ √ √ √ √

7. 07 √ √ √ √ √ √

8. 08 √ √ √ √ √ √

9. 09 √ √ √ √ √ √

10. 10 √ √ √ √ √ √

11. 11 √ s √ √ √ √

12. 12 a √ √ a √ √

13. 13 √ √ √ √ √ √

14. 14 √ √ √ √ √ √

146

146

15. 15 √ √ √ √ √ √

16. 16 √ a √ √ √ √

17. 17 √ a √ √ √ √

18. 18 √ √ √ √ √ √

19. 19 √ √ √ √ √ √

20. 20 √ √ √ √ √ √

21. 21 √ √ √ √ √ √

Keterangan :

Hadir : √

Alpa : a

Sakit : s

DOKUMENTASI PROSES BELAJAR MENGAJAR

PENELITI DENGAN GURU KELAS V

147

147

MENJELASKAN MATERI PELAJARAN

PEMBENTUKAN KELOMPOK

148

148

149

149

150

150

151

151

DAFTAR RIWAYAT

HIDUP

152

152

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

HIJRAWATI, lahir pada tanggal 09 Agustus 1986 di

Ujung Pandang Kota Makassar. Penulis adalah putri keempat

dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda H. T. Muh.

Rustam dan Ibunda Hj. St. Syamsiar.

Penulis mulai mengecap pendidikan di SDN No. 119 Inpres Bontosunggu

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar kelas I – VI tamat tahun 1999. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Galesong Utara

dan tamat tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1

Galesong Utara dan tamat pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi pada jurusan

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dan pada tahun 2010 penulis akan menyelesaikan

studinya sekaligus menyandang gelar sarjana pendidikan (S.Pd).

Kemudian pada tahun 2019, penulis terdaftar sebagai Mahasiswi pada jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan pada tahun ini 2021 penulis akan

menyelesaikan studinya sekaligus menyandang gelar sarjana pendidikan (S.Pd).