26
Infeksi Virus Zika Syahrir P , Sudirman Katu* *Subdivisi Infeksi Tropis, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin PENDAHULUAN Virus Zika (ZIKV), merupakan flavivirus yang dibawa oleh nyamuk Aedes yang menyebabkan penyakit demam disertai ruam, dilaporkan telah cepat menyebar di belahan dunia barat selama beberapa bulan terakhir. Virus ini jarang diidentifikasi sampai wabah terjadi pada Pulau Yap di Negara Federasi Mikronesia pada tahun 2007, kemudin berturut-turut di France Polinesia pada tahun 2013, di Pulau Paskah pada tahun 2014, bagian Timur Laut Brasil pada tahun 2015 dan kemudian menyebar di beberapa negara di kawasan Amerika di mana vektor nyamuk Aedes berada. Penularan juga terjadi di wisatawan yang kembali dari daerah yang terinfeksi ke negara-negara nonendemik, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Eropa Barat. 1 Sampai Januari 2016, telah dilaporkan total 20 negara (Gambar 1), dengan perkiraan 1,6 juta kasus di seluruh dunia. 2 1

Penyakit Virus Zika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

infeksi virus zika

Citation preview

Page 1: Penyakit Virus Zika

Infeksi Virus ZikaSyahrir P, Sudirman Katu*

*Subdivisi Infeksi Tropis, Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

PENDAHULUAN

Virus Zika (ZIKV), merupakan flavivirus yang dibawa oleh nyamuk Aedes yang

menyebabkan penyakit demam disertai ruam, dilaporkan telah cepat menyebar di belahan

dunia barat selama beberapa bulan terakhir. Virus ini jarang diidentifikasi sampai wabah

terjadi pada Pulau Yap di Negara Federasi Mikronesia pada tahun 2007, kemudin berturut-

turut di France Polinesia pada tahun 2013, di Pulau Paskah pada tahun 2014, bagian Timur

Laut Brasil pada tahun 2015 dan kemudian menyebar di beberapa negara di kawasan

Amerika di mana vektor nyamuk Aedes berada. Penularan juga terjadi di wisatawan yang

kembali dari daerah yang terinfeksi ke negara-negara nonendemik, termasuk Amerika

Serikat, Kanada, Jepang, dan Eropa Barat.1 Sampai Januari 2016, telah dilaporkan total 20

negara (Gambar 1), dengan perkiraan 1,6 juta kasus di seluruh dunia.2

Gambar 1 : Negara-negara yang memiliki bukti penularan virus Zika.2

EPIDEMIOLOGI

1

Page 2: Penyakit Virus Zika

Awalnya virus ini ditemukan di Hutan Zika Uganda pada bulan April tahun 1947

dari monyet “rhesus 766” yang menderita demam dalam proyek pengawasan terhadap

demam kuning di hutan tersebut. Setelah 2 hari demam, serumnya dibawa ke laboratorium,

kemudian diketahui disebabkan oleh virus yang diberi nama Virus Zika (ZIKV).

Selanjutnya pada tahun 1948, virus tersebut didapatkan pada nyamuk Aedes africanus di

hutan yang sama. Pada tahun 1956, dilaporkan bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat

menularkan virus Zika ke tikus dan monyet. Dari tahun 1951–1981, serologic evidence

infeksi virus Zika ke manusia telah dilaporkan di Negara Afrika antara lain Uganda,

Tanzania, Mesir, Afrika Tengah, Sierra Leone, dan Gabon, sebagian Asia antara lain India,

Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. ZIKV diisolasi pada manusia di

Nigeria pada penelitian-penelitian di tahun 1968 dan selama 1971 sampai 1975. Pada

penelitian tersebut 40% pasien terdeteksi memiliki antibodi terhadap ZIKV.3

Pada tahun 2007, barulah ZIKV ini terdeteksi di luar Afrika dan Asia, ketika wabah

demam, ruam, konjungtivitis, dan arthralgia terjadi pada Pulau Yap, Micronesia. Meskipun

hasil serologi awal yang positif untuk IgM dengue, pengujian lebih lanjut dengan Reverse

Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dikonfirmasi virus Zika sebagai

penyebabnya. Diperkirakan 73% dari penduduk Pulau Yap berusia 3 tahun atau lebih,

terinfeksi virus Zika, sekitar 80% dari infeksi yang subklinis.4 Kemudian pada Oktober

2013, virus Zika pertama kali diidentifikasi di Polinesia Perancis dan diduga menyebabkan

sekitar 19.000 kasus sindrom dengue seperti pada bulan Desember tahun itu. Sirkulasi virus

Zika kemudian terdeteksi di Kaledonia Baru, Kepulauan Cook, dan Pulau Paskah (Chili)

pada tahun 2014. Pada Maret 2015, kasus sindrom demam berdarah seperti dilaporkan dari

Natal di negara bagian Rio Grande do Norte, Brasil, dikonfirmasi virus Zika melalui RT-

PCR. Setelah itu, wabah terjadi di beberapa negara bagian di Brazil yang diduga akibat

wisatawan dari Asia dan sampai mencapai 1,5 juta kasus dan telah menyebar dengan cepat

di Amerika.5.6

Pada tahun 1981, Olson dkk melaporkan tujuh orang dengan bukti serologis

penyakit ZIKV di Jawa Tengah, selanjutnya sebuah studi serologi menunjukkan bahwa

9/71 (13%) relawan di Lombok ditemukan antibodi untuk ZIKV.5 Kemudian pada tahun

2013 dilaporkan kasus ZIKV di Australia setelah pasien bepergian di Jakarta selama 9

2

Page 3: Penyakit Virus Zika

hari.7 Terakhir dilaporkan kasus bulan Mei 2015, penelitian Eijkman Institute for

Molecular Biology, menemukan satu kasus infeksi virus Zika di Jambi.8

VIROLOGI

Zika merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA) dalam family Flaviviridae, genus

Flavivirus. Virus ini memiliki hubungan kekerabatan dengan Dengue Virus (DENV),

Yellow Fever Virus (YFV), West Nile Virus (WNV), dan Japanese Enchephalitis Virus

(JEV). Virus ini berbentuk icosahedral, berdiameter sekitar 40 nm dengan tebal permukaan

kira-kira 5-10 nm.Nukleokapsid berdiameter 25-30 nm dikelilingi oleh membran lipid

bilayer mengandung protein Envelope E dan M. Genom virus Zika merupakan Genom

RNA dengan panjang 10.794 kb, berupa untai tunggal, diapit oleh dua daerah noncoding

(59 dan 39 NCR) dan tujuh protein non struktural (NS).9,10 (Gambar 2). ZIKV bisa mati

oleh potassium permanganate, ether, dan pada suhu >60°C. Analisis filogenetik

menunjukkan dua garis keturunan utama, Afrika dan Asia, berasal dari virus nenek moyang

Zika, mungkin dari Uganda.3

Gambar 2 : A. Virus Zika dari mikroskop elektron dengan diameter 40 nm.11

B. Skema Struktur Virus Zika.10

C. Genom Virus Zika.10

3

Page 4: Penyakit Virus Zika

PATOGENESIS

Informasi mengenai patogenesis ZIKV masih sedikit, flavivirus yang ditularkan

oleh nyamuk diduga bereplikasi di sel dendritik dekat lokasi inokulasi kemudian menyebar

ke kelenjar getah bening dan aliran darah. Meskipun replikasi flavivirus diduga terjadi

dalam sitoplasma sel, Buckley A, dkk mendapatkan bahwa antigen ZIKV dapat ditemukan

dalam inti sel yang terinfeksi. Untuk saat ini, ZIKV telah terdeteksi dalam darah manusia

pada awal onset penyakit, asam nukleat virus masih terdeteksi hingga akhir hari ke 11

setelah gejala klinis.3

TANDA DAN GEJALA

Infeksi virus Zika umumnya tidak bergejala. Sekitar satu dari empat orang yang

terinfeksi ZIKV akan menimbulkan gejala.7 Gejala berkembang setelah gigitan oleh

nyamuk Zika terinfeksi dengan masa inkubasi diperkirakan dua sampai tujuh hari, mirip

dengan flavivirus lainnya. Gejala klinis utama pada pasien adalah demam ringan (<38,5

°C), pada pasien biasanya tampak ruam makulopapular yang sering dimulai pada wajah dan

kemudian menyebar ke seluruh tubuh (durasi 2 sampai 14 hari; median 6 hari), arthralgia

(durasi 1 sampai 14 hari; median 3,5 hari), dan hiperemis konjungtiva atau bilateral

konjungtivitis nonpurulen, kadang disertai dengan gejala umum nonspesifik seperti

mialgia, asthenia, sakit kepala, nyeri retro-orbital, vertigo, dan muntah.1,12 Gejala infeksi

Zika umumnya ringan dan sembuh sendiri dalam seminggu.5

Hasil laboratorium beberapa kasus menunjukkan transient leukopenia dan dalam

beberapa kasus bisa trombositopenia. Kadar Aspartat Serum Aminotransferase (AST) dan

Alanine Aminotransferase (ALT) bisa normal dan kadang meningkat. Dari penelitian

Dennis dkk, menunjukkan adanya peningkatan beberapa sitokin pada fase akut dan

menurun pada fase convalesence.13 Sampai saat ini, belum ada kematian yang dilaporkan

akibat infeksi ZIKV.12

Beberapa komplikasi yang diduga berhubungan dengan ZIKV antara lain :

1. Guillain-Barré syndrome (GBS)

Sindrom Guillain-Barré adalah suatu penyakit saraf akut berupa defisit

sensorimotor pada bagian ekstremitas bawah, bilateral, dan simetris. Dalam banyak kasus

biasanya ada riwayat infeksi sebelum berkembang menjadi sindrom Guillain-Barré.

4

Page 5: Penyakit Virus Zika

Kejadian tahunan GBS diperkirakan antara 0,4 dan 4,0 kasus per 100.000 penduduk per

tahun. Di Amerika Utara dan Eropa, GBS lebih umum pada orang dewasa dan meningkat

sejalan dengan usia. Beberapa studi menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih banyak

daripada wanita.14

Komplikasi neurologis ini telah diidentifikasi dalam wabah Polinesia Perancis.

Sejak awal epidemi di Polinesia, kejadian GBS telah meningkat 20 kali lipat (74 kasus),

sehingga diduga berhubungan dengan infeksi ZIKV. Mekanisme fisiopatologis mendasari

Zika terkait GBS belum diketahui, diduga mekanisme imunologi yang terlibat seperti pada

penyebab GBS akibat infeksi lainnya. Demikian pula telah dilaporkan kasus GBS dalam

konteks wabah virus Zika di Brasil, Kolombia, El Salvador, Suriname, dan Venezuela. 14,15

2. Mikrosefali

Mikrosefali biasanya merupakan perkembangan otak yang abnormal. Konsekuensi

jangka panjang mikrosefali tergantung pada anomali otak yang mendasari dan dapat

berkisar dari keterlambatan perkembangan motorik ringan sampai berat dan defisit

intelektual. Selain infeksi kongenital, mikrosefali bisa berasal dari kelainan kromosom,

paparan obat, alkohol, racun, dan fusi prematur tulang tengkorak (craniosynostosis).14

Hubungan antara infeksi maternal dan anomali kongenital telah lama dikenal,

terutama bila infeksi terjadi selama 12 minggu pertama kehamilan. Sejak wabah infeksi

virus Zika diketahui di Timur Laut Brasil pada awal tahun 2015, pada bulan September

2015, otoritas kesehatan mulai menerima laporan dari dokter di daerah tentang peningkatan

jumlah bayi yang lahir dengan mikrosefali. Pada bulan Oktober, Kementerian Kesehatan

setempat mengkonfirmasi peningkatan prevalensi kelahiran mikrosefali di Timur Laut

Brazil, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya dilaporkan (sekitar 0,5/10.000

kelahiran hidup). Pada bulan Desember, Pan American Health Organization (PAHO)

melaporkan identifikasi virus Zika dengan RT-PCR dalam sampel cairan ketuban dari dua

perempuan hamil dengan janin ditemukan memiliki mikrosefali oleh USG, dan identifikasi

RNA virus Zika dari beberapa jaringan tubuh, termasuk otak, dari bayi dengan mikrosefali

yang meninggal dalam periode neonatal. Peristiwa ini menyebabkan Kementerian

Kesehatan Brazil dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan

tentang hubungan yang mungkin dari mikrosefali dengan infeksi virus Zika. Hubungan ini

masih dalam penelitian lebih lanjut.14

5

Page 6: Penyakit Virus Zika

PENULARAN

1. Melalui gigitan nyamuk

Virus Zika dominan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Awalnya diketahui

oleh nyamuk Aedes africanus di hutan di Uganda. Kemudian diketahui juga Ae. hesilli di

Pulau Yap, Ae. aegypti dan Ae. polynesiensis di Polinesia Perancis. Aedes aegypti dan Ae.

albopictus yang banyak di kawasan Amerika. Ini adalah nyamuk yang sama yang

menyebarkan demam berdarah dan Chikungunya.4 Nyamuk ini biasanya bertelur pada

genangan air seperti ember, mangkuk, piring hewan, pot bunga dan vas. Mereka lebih

memilih untuk menggigit orang, dan hidup di dalam ruangan dan di luar ruangan dekat

orang. Nyamuk ini menggigit agresif pada siang hari namun mereka juga bisa menggigit di

malam hari. Nyamuk terinfeksi ketika mereka menggigit orang yang sudah terinfeksi virus.

Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menyebarkan virus ke orang lain melalui gigitan.1

2. Melalui kontak seksual

Penyebaran virus melalui kontak seksual telah dilaporkan. Satu laporan kasus

penularan oleh seorang ilmuwan ke istrinya (diagnosis berdasarkan serologis), dia

memperoleh penyakit dari Senegal dan mulai muncul gejala setelah seminggu kembali ke

Amerika Serikat. Sebelum timbulnya gejala, ia melakukan hubungan seksual dengan

istrinya, yang tidak pernah meninggalkan Amerika Serikat. Beberapa hari kemudian

istrinya mengalami gejala yang sama dengan suaminya. Hal ini dibuktikan pula dengan

studi yang menunjukkan tingginya viral load dan replikasi virus pada air mani dan urine

dari pasien yang telah mengalami kesembuhan klinis selama seminggu.12-18

3. Penularan dari ibu ke anak

Penularan perinatal virus Zika sudah dibuktikan sebelumnya dalam sebuah

penelitian di Polinesia Prancis, berhubungan dengan komplikasi mikrosefali kongenital.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan adanya RNA virus Zika di cairan ketuban dari dua

ibu hamil dengan anak mikrosefali. Departemen Kesehatan Brasil melaporkan deteksi virus

genom Zika dalam darah dan jaringan sampel empat kasus malformasi kongenital,

6

Page 7: Penyakit Virus Zika

meninggal tak lama setelah dilahirkan. Pada bulan Januari 2016, Infeksi virus Zika

serologis dikonfirmasi pada bayi mikrosefali yang lahir di Hawaii, dari seorang ibu yang

memperoleh infeksi saat tinggal di Brazil. Karena hubungan ini belum diamati di awal

wabah virus Zika dan karena penyebab lain dari mikrosefali bawaan belum

dikesampingkan dalam banyak kasus, sehingga ECDC menyatakan belum cukup bukti

yang tersedia untuk mengkonfirmasi atau membantahnya.18-20

4. Penularan dari transfusi darah

Potensi untuk transmisi ZIKV melalui transfusi darah telah dilaporkan. Saat wabah

di Polinesia, untuk mencegah penularan Zika oleh transfusi darah, tes virus Zika dengan

PCR dilaksanakan pada pendonor. Dari November 2013 sampai Februari 2014 didapatkan

42 (3%) dari 1.505 donor darah, meskipun tanpa gejala pada saat donor darah, ditemukan

positif ZIKV dengan PCR. 21

DIAGNOSA

Diagnosis infeksi ditegakkan dengan RT-PCR selama minggu pertama sakit;

viremia telah dibuktikan dari hari 0-11 setelah onset gejala.7 Uji serologi (IgM dengan

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dapat mendeteksi virus, meskipun dengue dapat

menyebabkan hasil positif palsu. Oleh karena itu, hasil positif harus dikonfirmasi oleh

Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT). Virus Zika juga dapat dideteksi dalam air

liur dan urine.. Kesulitan diagnosis bila terjadi koinfeksi dengan dengue (terbukti) dan

Chikungunya (potensial).22,23

Dianjurkan untuk mempertimbangkan Penyakit virus Zika, demam berdarah, dan

Chikungunya dalam diagnosis diferensial bagi wisatawan demam dengan ruam, arthralgia,

dan mialgia setelah perjalanan ke Amerika Tengah dan Selatan serta Karibia, mengingat

adanya Ae.aegypti dan khususnya Ae. Albopictus di banyak negara.2

Berdasarkan rekomendasi Pan American Health Organization/World Health

Organization (PAHO/WHO)18, pasien dikatakan Suspek Penyakit Virus Zika bila Pasien

dengan ruam atau suhu tubuh meningkat (> 37,2 ° C) dengan satu atau lebih dari gejala

berikut (menyingkirkan kondisi medis lain) :

1. Artralgia atau mialgia

2. Non-purulen konjungtivitis dan hiperemia konjungtiva

7

Page 8: Penyakit Virus Zika

3. Sakit kepala atau malaise

Kemudian dikonfirmasi dengan laboratorium (Gambar 2). Dipertimbangkan infeksi virus

Zika pada pelancong, bila muncul gejala di atas selama atau dalam waktu dua minggu dari

daerah dengan yang sedang berlangsung transmisi virus Zika.24

Wanita hamil dapat terinfeksi virus Zika di setiap trimester. Kejadian infeksi virus

Zika pada wanita hamil saat ini tidak diketahui, dan data pada wanita hamil yang terinfeksi

virus Zika terbatas. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa wanita hamil lebih rentan

terhadap infeksi virus Zika atau pengalaman penyakit yang lebih parah saat hamil.25

Gambar 3 : Skema deteksi ZIKV.25

PENANGANAN

Penanganan utama virus Zika saat ini adalah pencegahan. Penyakit virus Zika

biasanya relatif ringan dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Berikut rekomendasi

PAHO/WHO (Oktober 2015) :

1. Tidak ada vaksin atau pengobatan khusus untuk infeksi virus Zika. Oleh karena itu,

pengobatan diarahkan untuk menghilangkan gejala.

8

Page 9: Penyakit Virus Zika

2. Pengobatan simtomatik dan suportif, termasuk istirahat dan penggunaan acetaminophen

atau parasetamol untuk meredakan demam. Penggunaan antihistamin untuk mengontrol

pruritus yang biasanya berhubungan dengan ruam makulopapular dapat diberikan.

3. Penggunaan aspirin tidak disarankan karena resiko pendarahan dan berkembang ke

sindrom Reye pada anak-anak yang kurang dari 12 tahun. Penggunaan obat-obatan

Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) tidak disarankan.

4. Pasien harus dianjurkan untuk minum banyak cairan untuk mengisi cairan yang hilang

dari berkeringat, muntah dan Insensible water loss lainnya.27

Centre for Disease Prevention and Control telah mengembangkan guidelines untuk

penyedia layanan kesehatan di Amerika Serikat dalam wanita hamil selama wabah virus

Zika. Pedoman ini mencakup rekomendasi untuk wanita hamil mempertimbangkan

perjalanan ke daerah dengan penularan virus Zika dan rekomendasi untuk skrining,

pengujian, dan manajemen dari wisatawan kembali hamil (gambar 4). Demikian pula

pedoman sementara untuk penyedia layanan kesehatan di Amerika Serikat yang merawat

bayi yang lahir dari ibu yang melakukan perjalanan ke atau berada di daerah dengan

transmisi virus Zika selama kehamilan. Pedoman ini mencakup rekomendasi untuk

pengujian dan manajemen bayi tersebut.25,27 (Gambar 5).

PENCEGAHAN

1. Isolasi Pasien

Untuk mencegah infeksi ke orang lain, pasien yang terinfeksi virus Zika harus

terhindar dari gigitan nyamuk Aedes selama minggu pertama (fase viremic). Pasien

dianjurkan untuk tinggal di tempat tidur dengan kelambu (dengan atau tanpa

insektisida), atau tinggal di tempat dengan jendela/pintu tertutup. Selain itu, dokter atau

petugas kesehatan harus melindungi diri terhadap gigitan nyamuk dengan

menggunakan obat nyamuk dan mengenakan baju lengan panjang dan celana.23

2. Penanggulangan Vektor Terintegrasi.23

Pencegahan dan pengendalian tindakan terintegrasi oleh otoritas kesehatan nasional

setempat harus mencakup antara lain :

9

Page 10: Penyakit Virus Zika

a. Memperkuat pengelolaan lingkungan dan menghilangkan tempat perkembangan

vektor dalam rumah tangga dan area umum, untuk mencegah atau meminimalkan

kontak manusia dengan vektor nyamuk.

Gambar 4 : Pedoman Penanganan Ibu Hamil

dengan Riwayat ke Daerah Endemis.26

b. Menyelenggarakan kampanye sanitasi massa untuk penghapusan tempat

perkembangbiakan nyamuk, khususnya di daerah-daerah di mana pengumpulan

sampah rutin.

c. Menerapkan langkah-langkah pengendalian tempat perkembangbiakan nyamuk

melalui metode fisik, biologi dan kimia, serta aktif melibatkan keluarga dan

masyarakat.

d. Mengidentifikasi daerah berisiko tinggi penularan, dan memprioritaskan tempat

orang berkumpul (misalnya, sekolah, terminal, rumah sakit, pusat kesehatan, dll),

nyamuk harus dibasmi dengan radius minimal 400 meter di sekitar tempat-tempat

ini.

10

Page 11: Penyakit Virus Zika

e. Di daerah di mana kasus demam berdarah, Chikungunya, dan/atau virus Zika yang

telah terdeteksi, disarankan untuk menggunakan pengobatan adulticide (melalui

penyemprotan), untuk menghilangkan nyamuk dewasa yang terinfeksi.

Gambar 5 : Pedoman Evaluasi dan Pengujian Bayi dengan

Kemungkinan Infeksi Virus Zika Kongenital.27

f. Memilih insektisida yang tepat (sesuai dengan rekomendasi PAHO/WHO),

memverifikasi label produk dan formula, dan mempertimbangkan kerentanan

populasi nyamuk terhadap insektisida.

g. Memelihara dan menggunakan peralatan penyemprotan dengan cara yang tepat.

h. Memastikan pemantauan intensif dari operator lapangan.

3. Tindakan Pencegahan Personal. 23

Pasien, keluarga pasien dan masyarakat, harus dididik tentang risiko penularan

kepada orang lain dan cara-cara untuk meminimalkan risiko ini dengan mengurangi

11

Page 12: Penyakit Virus Zika

populasi vektor dan kontak manusia-vektor.Tindakan berikut ini dianjurkan untuk

meminimalkan kontak vektor-pasien:

a. Pasien harus beristirahat di dalam kelambu, dengan atau tanpa insektisida.

b. Pasien dan keluarganya harus memakai pakaian yang menutupi ekstremitas.

c. Gunakan penolak nyamuk yang mengandung Diethyltoluamide (DEET), Ethyl

Butylacetylaminopropionate (IR3535) atau Picaridin untuk kulit yang terkena atau

pakaian; penggunaannya harus benar-benar sesuai dengan petunjuk yang tertera

pada label produk.

d. Gunakan kawat penghalang nyamuk pada pintu dan jendela.

Langkah-langkah pencegahan pribadi ini juga efektif dalam mencegah penularan virus

kepada orang-orang yang sehat.

4. Wisatawan. 23

a. Sebelum keberangkatan

Wisatawan menuju ke negara manapun dengan sirkulasi demam berdarah,

Chikungunya, dan/atau virus Zika disarankan untuk mengambil tindakan yang

diperlukan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk, seperti menggunakan

penolak nyamuk, mengenakan pakaian yang sesuai yang meminimalkan paparan

kulit, dan menggunakan insektisida. Penting untuk menginformasikan wisatawan

tentang gejala demam berdarah, Chikungunya, dan virus Zika, agar mereka

mengidentifikasi itu selama perjalanan mereka.

b. Saat mengunjungi tempat-tempat transmisi virus Zika

Wisatawan disarankan untuk:

1) Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi diri dari gigitan

nyamuk dengan menggunakan repellents atau mengenakan pakaian yang tepat

yang meminimalkan paparan kulit,

2) Hindari daerah banyak nyamuk,

3) Gunakan jaring dan/atau insektisida,

4) Kenali gejala demam berdarah, Chikungunya, dan virus Zika, serta mencari

perawatan kesehatan profesional jika gejala-gejala tersebut terjadi.

c. Setelah kembali dari tempat-tempat dengan dengue, Chikungunya dan/atau

transmisi virus Zika

12

Page 13: Penyakit Virus Zika

Wisatawan disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan

mereka jika mereka mengalami gejala-gejala demam berdarah, Chikungunya, atau

virus Zika setelah kembali ke rumah.

5. Ibu Hamil.25

Mengingat kemungkinan hubungan antara virus Zika dan mikrosefali, wanita

hamil harus menghindari perjalanan ke daerah-daerah yang mewabah atau menghindari

diri dari kontak dengan nyamuk di daerah endemis (termasuk dengan penggunaan obat

pengusir nyamuk yang mengandung DEET, picaridin, atau IR3535, dianggap aman pada

wanita hamil dan menyusui).

6. Transfusi darah.21

Mengingat potensi untuk transmisi ZIKV melalui transfusi darah, European

Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) merekomendasikan untuk

mewaspadai penularan virus melalui transfusi darah dan menganjurkan untuk menolak

darah pendonor dari area terinfeksi virus Zika.

7. Pasangan Seks.26

Rekomendasi untuk pria dan pasangannya yang hamil, pria yang tinggal di atau

telah melakukan perjalanan ke daerah penularan virus Zika aktif yang memiliki

pasangan hamil harus menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau secara konsisten

menggunakan kondom saat berhubungan seks selama durasi kehamilan. Sedangkan

rekomendasi untuk pria dan pasangan seks yang tidak hamil, pria yang tinggal di atau

telah melakukan perjalanan ke daerah penularan virus Zika aktif, sebaiknya

mempertimbangkan berpantang dari aktivitas seksual atau menggunakan kondom secara

konsisten dan benar saat berhubungan seks.

13

Page 14: Penyakit Virus Zika

RINGKASAN

Virus Zika (ZIKV), merupakan flavivirus yang dibawa oleh nyamuk Aedes yang

menyebabkan penyakit yang biasanya asimptomatis. Gejala klinis yang biasa muncul

adalah demam ringan (<38,5 °C), tampak ruam makulopapular, arthralgia dan hiperemi

konjungtiva. Komplikasi penyakit GBS dan mikrosefali telah banyak dilaporkan. Diagnosa

ditegakkan dengan pemeriksaan PCR, serologis dan dikonfirmasi dengan PRNT. Penularan

bukan hanya melalui gigitan nyamuk, melainkan telah dilaporkan pula melalui kontak

seksual, penularan dari ibu ke anak, dan penularan dari transfusi darah. Penanganan utama

virus Zika saat ini adalah pencegahan, dengan mengikuti langkah-langkah preventif yang

direkomendasikan CDC/WHO. Pengobatan saat ini hanya bersifat supportif. Saat ini

sirkulasi virus berada di kawasan Amerika, Afrika dan Pasifik.

14

Page 15: Penyakit Virus Zika

DAFTAR PUSTAKA

1. Chen LH, Hamer DH. Zika Virus: Rapid spread in the western hemisphere. Ann

Intern Med. 2016. doi:10.7326/M16-0150

2. European Centre for Disease Prevention and Control. Areas with Zika virus. ECDC.

2016. Diambil dari: http://www.cdc.gov/zika/geo/

3. Hayes EB. Zika virus outside Africa. Emerg Infect. 2009. doi:

10.3201/eid1509.090442

4. Duffy MR, et al. Zika virus outbreak on Yap Island, Federated States of Micronesia.

N Engl J Med. 2009; 360:2536-43

5. Hennessey M, Fischer M, Staples JE. Zika virus spreads to new areas-region of the

Americas, May 2015 – January 2016. MMWR Morb Mortal Wkly Rep.2016;

65(3):55–58

6. Foy BD, et al. Probable non-vector-borne transmission of Zika virus, Colorado,

USA. Emerg Infect Dis. 2011; 17:880-2

7. Kwong JC, Druce JD, Leder K.Case Report: Zika Virus Infection Acquired During

Brief Travel to Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2013; 89(3)516–517

8. Perkasa A, et al. Isolation of Zika virus from febrile patient, Indonesia. Emerg Infect

Dis. 2016. DOI: 10.3201/eid2205.151915

9. Faye O, et al. Molecular Evolution of Zika Virus during Its Emergence, in the 20th

Century. PLoS Negl Trop Dis. 2014; 8(1): e2636

10. Aryal S. Zika Virus- Structure, Genome, Symptoms, Transmission, Pathogenesis,

Diagnosis. Online Microbiology Notes; 2016. Diambil dari:

http://www.microbiologyinfo.com/zika-virus-structure-genome-symptoms

transmission-pathogenesis-diagnosis

11. Goldsmith C. Zika virus details. CDC. 2005. Diambil dari:http://phil.cdc.

gov/phil/details.asp?pid=20487

15

Page 16: Penyakit Virus Zika

12. Pan American Health Organization. Zika virus infection. PAHO. 2015.Diambil

dari:www.paho.org/hq/index.php?

option=com_topics&view=article&id=427&Itemid=41484&lang=en

13. Tappe D, et al. Cytokine kinetics of Zika virus-infected patients from acute to

reconvalescent phase. Med Microbiol Immunol.2015. DOI 10.1007/s00430-015-

0445-7

14. European Centre for Disease Prevention and Control. Rapid risk assessment: Zika

virus epidemic in the Americas: potential association with microcephaly and

Guillain-Barré syndrome. ECDC. 2015. Diambil dari: http://ecdc.

europa.eu/en/publications/Publications/zika-virus-americas-association-with-micro

cephaly-rapid-risk-assessment.pdf

15. Oehler E, et al. Zika virus infection complicated by Guillain-Barré syndrome – case

report, French Polynesia, December 2013. Euro Surveill. 2014;19(9)

16. Foy BD, et al. Probable Non–Vector-borne Transmission of Zika Virus, Colorado,

USA. Emerg Infect Dis. 2011;17(5):880-2

17. Musso D, et al. Potential Sexual Transmission of Zika Virus. Emerg Infect Dis.

2015.doi: 10.3201/eid2102.141363

18. Goorhuis A, et al. Zika virus and the risk of imported infection in returned travelers:

implications for clinical care. Travel Medicine and Infectious Disease. 2016. doi:

10.1016/j.tmaid.2016.01.008

19. Oliveira Melo AS, et al. Zika virus intrauterine infection causes fetal brain

abnormality and microcephaly: tip of the iceberg? Ultrasound Obstet Gynecol. 2016;

47(1):6-7

20. European Centre for Disease prevention and Control (ECDC). Rapid risk

assessment: Microcephaly in Brazil potentially linked to the Zika virus epidemic –

24 November 2015. ECDC. 2015. Diambil dari: http://ecdc.europa.eu/

en/publications/Publications/zika-microcephaly-Brazil-rapid-risk-assessment-Nov-

2015.pdf

21. Musso D, et al. Potential for Zika virus transmission through blood transfusion

demonstrated during an outbreak in French Polynesia, November 2013 to February

2014. Euro Surveill. 2014;19(14)

16

Page 17: Penyakit Virus Zika

22. Lanciotti RS, et al. Genetic and serologic properties of Zika virus associated with an

epidemic, Yap State, Micronesia, 2007. Emerg Infect Dis. 2008;14:1232-9

23. Pan American Health Organization. Epidemiological Update: Zika virus infection,

16 October 2015. PAHO. 2015. Diambil dari:http://www.paho.org/hq/ index.php?

option=com_docman&task=doc_view&Itemid=270&gid=32021&lang=e

24. Pan American Health Organization. Zika virus (ZIKV) Surveillance in the Americas:

Interim guidance for laboratory detection and diagnosis 29 June 2015. PAHO. 2015.

Diambil dari: http://www.paho.org/hq/index.php?option=com_docman&task=

doc_download&Itemid=&gid=30176&lang=fr

25. Petersen EE, et al. Interim Guidelines for Pregnant Women During a Zika Virus

Outbreak-United States, 2016. MMWR Morb Mortal Wkly Re.p 2016;65:30–33

26. Oster AM, et al. Interim Guidelines for Prevention of Sexual Transmission of Zika

Virus-United States, 2016. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2016;65:1–2

27. Staples JE, et al. Interim Guidelines for the Evaluation and Testing of Infants with

Possible Congenital Zika Virus Infection-United States, 2016. MMWR Morb Mortal

Wkly Rep. 2016; 65(3):63-67

17