Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HUBUNGAN USIA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI BADUTAUSIA 6-24 BULAN DI DESA PAYUNGAN KECAMATAN KALIWUNGU
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanandi STIKES Jendral Ahmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :SISWATI
NPM : 1308331
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANIPROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
YOGYAKARTA2010
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN USIA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZIBADUTA USIA 6-24 BULAN DI DESA PAYUNGAN KECAMATAN
KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun OlehSiswati
NPM : 1308331
Telah dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Diterima Sebagai Salah SatuSyarat Untuk Melakukan Karya Tulis Ilmiah
Tanggal :…………………………
Menyetujui :
Penguji ISri Handayani, A.Md.Keb, S.Pd, S.Kep, Ns,M.Kep ______________NPP :
Penguji IIEndang Suprapti, SST ______________NPP : 05.2309.4901
Penguji IIIEndah Puji Astuti, S.SiT ______________NIDN : 05-1203-8701
MengesahkanKetua Program Studi D III Kebidanan
STIKES A. Yani Yogyakarta
Tri Sunarsih. SST., M.Kes.NIDN : 05-2403-8401
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III Kebidanan di suatu
Akademi/Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan peneliti juga tidak terdapat
karya yang pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dilampirkan
dalam naskah ini dan disebut pustaka.
Semarang, Juli 2010
Siswati
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikanrahmat serta berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya TulisIlmiah Yang berjudul “ Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan Status GiziBaduta Usia 6-24 Bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, KabupatenSemarang Tahun 2010 “.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuanbeberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan pengarahan. Oleh karenaitu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Sri Wedati, SKM.,M.Kes. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan JenderalAhmad Yani Yogyakarta.
2. Tri sunarsih, S.ST.,M.Kes. Ketua Program Studi Diploma III KebidananSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
3. Endang Suprapti, S.ST. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Endah Puji Astuti, S.SiT. Pembimbing II yang telah memberikanbimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan Karya TulisIlmiah.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi diploma III Kebidanan SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiahini.Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu segala kritikyang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan KaryaTulis Ilmiah ini.
Semarang, Juli 2010
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
INTISARI
HUBUNGAN USIA PEMBERIAN MP-ASIA DENGAN STATUS GIZIBADUTA USIA 6-24 BULAN DI DESA PAYUNGAN KECAMATAN
KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
Siswati1), Endang Suprapti2), Endah Puji Astuti3)
Latar Belakang : Sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakantidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadiankekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan biasa, akantetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angkakematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup.Tujuan : Untuk mengetahui hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizibaduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan,Kecamatan Kaliwungu,KabupatenSemarang tahun 2010.Metode Penelitian : Menggunakan jenis penelitian analitik korelasional denganpendekatan Cross Sectional.Penelitian dilakukan terhadap 41 responden di DesaPayungan,Kecamatan Kaliwungu,Kabupaten Semarang selama bulan Juli tahun 2010.Hasil penelitian : Status gizi baduta usia 6-24 bulan ,gizi baik pada baduta yang diberi MP-ASI pada usia kurang dari 6 bulan adalah 12 baduta (42,9%), pada usia lebihdari 6-24 bulan 16 baduta (57,1%). Baduta dengan status gizi kurang pada badutayang disapih kurang dari 6 bulan adalah 9 baduta (81,8%), pada usia lebih dari 6bulan adalah 2 baduta (18,2%). Terdapat 2 baduta dengan status gizi buruk yangdiberi MP-ASI pada usia kurang dari 6 bulan.Kesimpulan : Ada hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi baduta usia6-24 bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang. Hal inidibuktikan dengan uji chi square di peroleh hasil r hitung 22.302 > r tabel 5.99.
Kata Kunci : Usia penyapihan, status gizi.
Halaman : xiii + 52 halaman + 7 lampiranDaftar Pustaka : 23 (2000-2009) : 22 Buku dan 1 artikel.
1) Mahasiswa STIKES Ahmad Yani Yogyakarta2) Pembimbing I3) Pembimbing II
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ABSTRACT
THE RELATION BETWEEN THE AGE OF WEANING WITHNUTRITIONAL STATUS OF INFANTS AGED SIX MONTHS TO TWENTY
FOUR MONTH (6 – 24 MONTHS) IN PAYUNGAN VILLAGE, KALIWUNGUSUBDISTRICT AND SEMARANG REGENCY IN 2010
Siswati1), Endang Suprapti2), Endah Puji Astuti3)
Background : Mostly or 50% Indonesia society can be said that they are not sick butnot health as well, generally we called with less of nutrition. The accident of less ofnutrition oftenly from sights or general observation, but slowly effected in the high ofmother’s death number, infants death number, also the low of hope to alive.Aim / Purpose: To know the relation between the age of weaning with the nutritionalstatus of infants in Payungan’s Village, Kaliwungu’s Subdistrict , Semarang Regencyin 2010.Research Methods : Using Analitik Korelasional’s research by approaching CrossSectional. Research can be done by 41’s respondent in Payungan’s Village,Kaliwungu’s Subdistrict, Semarang’s regency during on July 2010.Result : The nutritional status of infants aged 6 – 24 months, good nutrition for infantafter breast feeding in age less than 6 months is 12 infants ( 42,9% ), in age more than6-24 months is 16 infants ( 57,1% ). Infant with less of the nutritional status forunbreast feeding less than 6 months is 9 infants ( 81,8 % ), in age more than 6 monthsis 2 infants ( 18,2 % ). There are 2 infants with bad nutritional status that unbreastfeeding in age less than 6 months.Conclusion : There’s relation between the age of weaning with the nutritional statusof infants aged 6 – 24 months in Payungan’s Village, Kaliwungu’s Subdistrict,Semarang’s Regency.In this case been proved by test of chi square, there’s result of r count 22.302 > rtable 5.99.
Keyword : The age of weaning , The nutritional statusPage : xiii + 52 pages + 7 attachmentsContains : 20 ( 2000 – 2009 )
Boldness
1) Student Ahmad Yani Yogyakarta School of Health2) Lecture I3) Lecture II
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… iHALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iiHALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iiiHALAMAN PERNYATAAN …………………………………………….…. ivHALAMAN MOTTO …………………………………………………….…. vHALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………...... viKATA PENGANTAR ………………………………………………………. viiABSTRAK …………………………………………………………………… viiiINTISARI ………………………………………………………………….… ixDAFTAR ISI …………………………………………………………………. xDAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiDAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xiiDAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..…. 1A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 4C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….... 4D. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 5E. Keaslian Penelitian …………………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 8A. TinjauanTeori ……………………………………………………….. 8
1.MP-ASI …..……………………………………………………….. 82.Status Gizi ………………………………………………………… 143.Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Baduta ………………………………………………………….…. 25B. Kerangka Teori ……………………………………………………... 26C. Kerangka Konsep …………………………………………………... 27D. Hipotesis ……………………………………………………………. 28
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………. 29A. DesainPenelitian ……………………………………………………. 29B. Lokasi dan Waktu penelitian ………………………………………. 29C. Variabel Penelitian …………………………………………………. 30D. Hubungan Antar Variabel ………………………………………….. 31E. Definisi Operasional ………………………………………………... 32F. Polulasi dan Sampel ……………………………………………….. 33G. Alat dan Metode Pengumpulan Data ………………………………. 34
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
H. Jalannya Penelitian …………………………………………………. 35I. Metode Pengolahan dan Analisa Data ……………………………... 36J. Etika Penelitian …………………………………………………..…. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .………………….. 40A. Hasil Penelitian ……………………………………………………... 40B. Pembahasan …………………………………………………………. 45C. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….. 50
BAB V PENUTUP ………………………………………………………….. 51A. Kesimpulan …………………………………………………………. 51B. Saran ………………………………………………………………… 51
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN - LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Keaslian Penelitian ………………………………..…………… 7Tabel 2 : Penggolongan Keadaan Gizi Anak menurut Standar Deviasi ...... 23Tabel 3 : Definisi Operasional …………………………………………... 32Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan usia ibu di Desa Payungan,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten SemarangTahun 2010. ……………………………………………….…... 40
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan tingkat pendidikan ibu di DesaPayungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun2010. ……………………………………………………….….. 41
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan pekerjaan di Desa Payungan,Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun 2010.…… 41
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Makanan PendampingYang Diberikan oleh Responden di Desa Payungan, KecamatanKaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun 2010. ……………...... 42
Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pemberian MP-ASI diDesa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten SemarangTahun 2010. ..……………………………………………….….. 42
Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Baduta Umur 6-24Bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, KabupatenSemarang Tahun 2010 …………………………………….…. 42
Tabel 10 : Hubungan Usia Pemberian MP-ASI Terhadap Status Gizi Baduta diDesa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten SemarangTahun 2010. …………………………………………………... 43
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori ……………………………………………. 26
Gambar 2.2. Kerangka Konsep …………………….………………..….. 27
Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel ……………………………..…… 31
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal PenelitianLampiran 2 : Surat ijin pendahuluan penelitianLampiran 3 : Surat Balasan dari Kepala Desa PayunganLampiran 4 : Surat Ijin Penelitian dari Gubernur Propinsi DIYLampiran 5 : Surat Balasan dari Gubernur Propinsi DIYLampiran 6 : Surat Ijin Penelitian dari Gubernur Propinsi Jawa TengahLampiran 7 : Surat Balasan dari Gubernur Propinsi Jawa TengahLampiran 8 : Surat Ijin Penelitian dari Kepala Desa PayunganLampiran 9 : Surat Balasan dari Kepala Desa PayunganLampiran 10 : Permohonan menjadi RespondenLampiran 11 : Persetujuan menjadi RespondenLampiran 12 : Kuesioner PenelitianLampiran 13 : Hasil PenelitianLampiran 14 : Daftar Riwayat HidupLampiran 15 : Lembar Konsultasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian maternal dan perinatal merupakan tolok ukur kemampuan
pelayanan kesehatan suatu Negara. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI)
sesuai data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI). 2003, yakni 307
/ 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 20/1000
kelahiran hidup, tertinggi di negara ASEAN (Singapura, Malaysia, Brunei).
(Lucianawati, 2004).
Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan
tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi.
Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan
biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu,
angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup.
(Atmarita, 2004).
Penyebab gizi kurang pada anak, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi
dan keduanya saling mendorong. Sebagai contoh anak balita yang tidak mendapat
cukup makanan bergizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap
penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dapat
mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik sehingga
berakibat pada gizi buruk. Oleh karena itu, mencegah terjadinya infeksi juga dapat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Rencana Aksi Nasional Pangan
dan Gizi 2006, oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (BPPN)
Ditingkat nasional, promosi penggalangan pemberian ASI juga dilakukan
upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia sesuai Undang-undang Kesehatan no
36 tahun 2009 pasal 128 ayat 1 disebutkan bahwa : Setiap bayi berhak
mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
kecuali atas indikasi medis.
Menurut Savitri, (2005) dalam bukunya ASI dan Menyusui terdapat dua
kerugian utama memperkenalkan makanan padat pada bayi kurang dari enam
bulan, yakni meningkatnya resiko diare dan infeksi, juga jumlah ASI yang
diterima bayi akan menurun. Karena ASI lebih bergizi dari makanan padat,
pertumbuhan bayi akan terganggu.
Pemberian makanan terlalu dini akan menimbulkan resiko sebagai berikut:
Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke Obesitas,
alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan
tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang merugikan,
mungkin saja dalam makanan yang dipasarkan terhadap zat pewarna atau zat
pengawet yang tidak diinginkan, kemungkinan pencemaran dalam menyediakan
atau menyimpannya.
Gizi lebih, menimbulkan dampak penyakit degeneratif seperti penyakit-
penyakit pembuluh darah dan jantung, gangguan sendi, diabetus melitus, dan
sebagainya. Gizi kurang, menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
tubuh mudah terserang infeksi (sakit). Keduanya akan menurunkan produktivitas
dan gairah hidup. (Savitri, 2005).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2010, dengan
memberikan kuesioner pada 12 ibu yang ada di desa Payungan yang memiliki
anak usia 6-24 bulan (baduta), mengatakan melakukan pemberian MP-ASI
kurang dari enam bulan karena ibu beranggapan bila diberi makan anak tidak
rewel atau menangis serta anak cepat gemuk. Dari 12 ibu didapatkan hasil 1 anak
dengan gizi buruk, 4 anak dengan gizi kurang, 6 anak dengan gizi baik dan 1 anak
dengan gizi lebih, dengan cara penilaian hasil BB/U dan BB/TB dilihat dibuku
pedoman BB Standar Deviasi. Dep Kes RI. 2005.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan usia
pemberian MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut : “ Apakah ada hubungan usia pemberian MP-ASI dengan
status gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang Tahun 2010 ? “.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pemberian
MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1). Diketahuinya usia pemberian MP-ASI baduta di Desa Payungan,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
2). Diketahuinya status gizi baduta di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang.
3). Hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi baduta di Desa
Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan kiranya hasil penelitian ini
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya
mengenai Hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi
baduta usia 6-24 bulan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
b. Bagi Institusi Pendidikan Stikes Ahmad Yani Yogyakarta.
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi para mahasiswa serta pembaca pada umumnya
tentang hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi
baduta.
2) Sebagai acuan peneliti selanjutnya.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Kepala Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten
Semarang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
status gizi baduta.
b. Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas Kaliwungu (Petugas Gizi,
Bidan dan Perawat).
Dapat dijadikan masukan bagi petugas kesehatan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk menambah informasi yang dapat dimanfaatkan, serta untuk
meningkatkan wawasan dalam memberikan pengetahuan kepada
masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kaliwungu,
dalam menentukan kebijakan tentang gizi khususnya pemberian
makanan pendamping ASI pada baduta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
c. Bagi Kader Posyandu dan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat wilayah setempat khususnya kader
posyandu tentang status gizi dan pemberian MP-ASI pada baduta
(anak usia 6-24 bulan) dalam rangka meningkatkan kemandirian
keluarga dan masyarakat.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Secara administratif Desa Payungan terletak di Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Payungan memiliki 6
dusun, 28 Rt, 9 Rw dan dengan jumlah penduduk 3.125 jiwa, dengan kader
berjumlah 25 orang yang aktif dalam kegiatan posyandu. Kegiatan
penyuluhan kesehatan dilakukan tiap bulan di Tk Desa dan Posyandu,
penyuluhan yang diberikan antara lain : Tentang ASI Eksklusif, Gizi
seimbang, Pemberian MP-ASI pada anak usia di bawah 2 tahun ,
Penimbangan rutin tiap bulan di posyandu. Desa Payungan merupakan desa
yang berbatasan langsung dengan Desa Selodoko yang masuk wilayah
Kabupaten Boyolali.
1. Karakteristik ibu baduta di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang.
a. Usia Ibu
Tabel 4.1 : Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik usia ibu diDesa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, KabupatenSemarang tahun 2010.
Umur Ibu Frekuensi (n) Persen (%)< 20 tahun 0 020-35 tahun 38 92,7
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
>35 tahun 3 7,3Total 41 100
Karakteristik ibu di Desa Payungan, menunjukkan bahwa mayoritas
umur ibu (responden) adalah antara 20-35 tahun dengan jumlah
responden 38 responden (92,7%), minoritas responden berumur >35
tahun yaitu sebanyak 3 responden (7,3%). Responden yang berumur
<20 tahun tidak ada.
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan ibu diDesa Payungan Kecamatan Kaliwungu, KabupatenSemarang tahun 2010.
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persen(%)SD 14 34,1SMP 22 53,7SMU 5 12,2Total 41 100
Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah SMP dengan jumlah
22 responden (53,7%) dan minoritas tingkat pendidikan responden
adalah SMU yaitu sebanyak 5 responden (12,2%).
c. Pekerjaan
Pada table 4.3 : Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan di DesaPayungan Kecamatan Kaliwungu, KabupatenSemarang tahun 2010.
Pekerjaan Frekuensi (n) Persen(%)Bekerja 9 22Tidak bekerja 32 78
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Total 41 100Sumber : Data Primer, 2010
Mayoritas responden adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 32
responden (78%), dan minoritas responden bekerja yaitu sebanyak 9
responden (22%).
d. Jenis Makanan Pendamping ASI
Tabel 4.4 : Distribusi frekuensi berdasarkan jenis makananpendamping di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu,Kabupaten Semarang Tahun 2010
Jenis MP-ASI Frekuensi Persen(%)Buah 16 39Susu Formula 5 12,2Bubur Susu 20 48,8Total 41 100Sumber : Data Primer, 2010
Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan oleh responden
terhadap bayinya mayoritas adalah bubur susu yaitu sebanyak 20
responden (48,8%), dan minoritas adalah susu formula yaitu sebanyak
5 responden (12,2%).
2. Usia Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI yang dilakukan di Desa Payungan yang meliputi
usia pemberian MP-ASI, dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.5 : Distribusi frekuensi berdasarkan usia pemberian MP-ASIdi Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, KabupatenSemarang Tahun 2010.
Usia Pemeberian MP-ASI Frekuensi Persen(%)
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
< 6 bulan 23 56,26-24 bulan 18 43,8
Total 41 100Sumber : Data Primer, 2010
Usia pemberian MP-ASI yang dilakukan pada usia 6-24 bulan
mayoritas dilakukan pada usia kurang dari 6 bulan yaitu sebanyak 23
responden atau sebesar 56,2% dan minoritas dilakukan pada usia 6-24
bulan yaitu sebanyak 18 responden (43,8%) .
3. Status Gizi Anak
Tabel 4.6 : Distribusi frekuensi berdasarkan status gizi baduta di DesaPayungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten SemarangTahun 2010.
Status Gizi Anak Frekuensi Persen (%)Baik 28 68,3Kurang 11 26,8Buruk 2 4,9Total 41 100Sumber : Data Primer, 2010
Status gizi anak yang ada di Desa Payungan, menunjukkan bahwa
mayoritas status gizi baduta atau anak usia 6-24 bulan adalah status gizi
baik yaitu sebanyak 28 responden ( 68,3%), dan minoritas status gizi
baduta usia 6-24 bulan adalah status gizi buruk yaitu sebanyak 2
responden (4,9%).
4. Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Baduta usia 6-24
bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang
Tahun 2010.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Tabel 4.7 : Hubungan usia Pemberian MP-ASI dengan status gizi badutausia 6-24 bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu,Kabupaten Semarang tahun 2010.
NoStatusGizi
Usia Pemberian MP-ASIJumlah
P value:< 6 bulan 6-24 bulan
N % n % n %
1 Baik 10 24,4 18 43,9 28 68,3 0,0002 Kurang 11 26,8 0 0 11 26,83 Buruk 2 4,9 0 0 2 4,9
Jumlah 23 56,1 18 43,9 41 100Sumber : Data Primer, 2010
Dari tabel diatas menunjukkan :
a. Status gizi baik pada bayi yang diberi MP-ASI pada usia kurang dari 6
bulan sebanyak 10 anak (24,4%), dan anak yang diberi MP-ASI pada
usia 6-24 bulan sebanyak 18 anak (43,9%).
b. Bayi dengan status gizi kurang yang diberi MP-ASI pada usia kurang
dari 6 bulan sebanyak 11 anak (26,8%), dan anak yang diberi MP-ASI
pada usia lebih dari 6 bulan tidak ada.
c. Bayi dengan status gizi buruk yang diberi MP-ASI pada usia kurang
dari 6 bulan sebanyak 2 bayi (4,9%), dan bayi yang diberi MP-ASI
pada usia lebih dari 6 bulan tidak ada.
Hasil uji statistic dengan uji chi square didapatkan X² = 14,86%.
Dilihat pada table X², df=2, didapatkan p value = 0,000. Jadi p value <
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
alpha 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
usia pemberian MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa
Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun 2010.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Payungan, Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Semarang, yang dilakukan pada bulan Juli tahun 2010,
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Usia Pemberian MP-ASI
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosentasi pemberian
MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan lebih mendominasi.
Responden yang melakukan pemberian MP-ASI kurang dari 6 bulan yaitu
sebesar 56,1% sedangkan yang melakukan pemberian MP-ASI pada usia
6-24 bulan yaitu sebesar 43,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
MP-ASI yang ideal (pada usia 6-24 bulan) belum dilakukan di Desa
Payungan.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Depkes RI (2000) yang mengatakan bahwa ketika anak memasuki usia 6
bulan keatas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan
beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI tidak lagi
mencukupi. Sejak itu dalam usia 6 bulan, kepada anak selain ASI mulai
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) agar kebutuhan gizi bayi
terpenuhi.
Hasil penelitian tentang usia ibu di Desa Payungan, menunjukkan
bahwa mayoritas umur ibu (responden) adalah antara 20-35 tahun yaitu
sebanyak 38 responden (92,7%), minoritas responden berumur >35 tahun
yaitu sebanyak 3 responden (7,3%). Responden yang berumur <20 tahun
tidak ada. Kelompok umur 20-35 tahun merupakan kelompok umur yang
produktif dan masih mempunyai kemampuan baik untuk menerima
informasi sehingga berpengaruh terhadap meningkatnya pengetahuan ibu.
Selain itu pada kelompok umur ini belum terjadi penurunan fungsi organ
sehingga hormon masih aktif diproduksi. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Notoatmodjo (2003), bahwa penurunan fungsi organ
manusia terjadi mulai umur 40 tahun. Dengan menunda waktu pemberian
MP-ASI atau memeberikan ASI eksklusif pada kelompok umur ini maka
akan dapat memberi manfaat, diantaranya menunda waktu hamil sehingga
dapat dijadikan sebagai cara untuk melakukan KB secara alamiah.
Hasil penelitian tentang pendidikan ibu di Desa Payungan , mayoritas
tingkat pendidikan responden adalah SMP yaitu sebanyak 22 responden
(53,7%), minoritas tingkat pendidikan responden adalah SMU yaitu
sejumlah 5 responden (12,2%). Akan tetapi pengetahuan ibu tentang
penyapihan tidak tergantung pada faktor pendidikan saja, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih mendukung diantaranya sosial
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ekonomi, budaya dan dari pengalaman diri sendiri. Selain faktor diatas,
pengetahuan juga didukung oleh adanya media informasi serta peran aktif
dari tenaga kesehatan dalam memberikan stimulus yang berupa
informasi-informasi tentang kesehatan. Menurut Supariasa dkk (2002).
Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status gizi adalah
tingkat pendidikan ibu/bapak. Dengan pendidikan yang baik maka ibu
dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
anak yang baik dan cara menjaga kesehatan anaknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu 32 responden (78%).
Hal ini cukup menguntungkan dilihat dari waktu dan perhatian responden
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Ibu yang tidak
bekerja akan mempunyai kesempatan waktu luang lebih banyak untuk
mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh PKK atau tenaga
kesehatan guna menambah pengetahuan tentang pemberian nutrisi yang
tepat bagi anaknya meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu
bekerja juga bisa melakukannya.
2. Status gizi baduta usia 6-24 bulan.
Status gizi baduta atau anak usia 6-24 bulan di Desa Payungan,
menunjukkan hasil penghitungan status gizi anak berdasarkan BB/U yang
dilakukan secara langsung, didapatkan anak yang mempunyai status gizi
baik adalah 28 (68,3%) dan yang mempunyai status gizi kurang berjumlah
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
11 (26,8%). Dan terdapat 2 baduta anak usia 6-24 bulan yang memiliki
status gizi buruk, perlu dilakukan pemantauan yang lebih serius terhadap
anak yang memiliki status gizi kurang sehingga bisa meningkatkan status
gizi dan menghindarkan defisiensi nutrisi yang bisa menyebabkan
terjadinya status gizi buruk.
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai menjadi salah satu
penyebab terdapatnya status gizi anak yang kurang dan status gizi buruk.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah
maupun mutu gizinya. Rendahnya kualitas konsumsi pangan dipengaruhi
oleh kurangnya akses rumah tangga dan masyarakat terhadap pangan, baik
akses pangan karena masalah ketersediaan maupun tingkat pendapatan
yang mempengaruhi daya beli rumah tangga terhadap pangan (Supariasa,
2002).
Jenis Makanan Pendamping ASI. Pada penelitian mayoritas jenis
makanan pendamping ASI adalah bubur susu yaitu sebanyak 20
responden (48,8%), dan minoritas adalah susu formula yaitu sebanyak 5
responden (12,2%).
Menurut Suherni dkk (2008) bubur susu merupakan jenis makanan
lumat yang diberikan sebagai peralihan dari pemberian ASI ke makanan
padat. Sehingga dapat dikatakan bahwa responden memberikan jenis
makanan yang tepat kepada bayinya sebelum memberikan makanan padat.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian MP-
ASI usia kurang 6 bulan sebanyak 23 responden (56,1%), dan pemberian
MP-ASI usia 6-24 bulan sebanyak 18 responden (43,9%), dengan masing-
masing mayoritas status gizi baik karena anak masih mendapat ASI yang
cukup dilihat dari pekerjaan ibu yang sebagian besar ibu rumah tangga.
Menurut Savitri dalam bukunya ASI dan Menyusui (2005) terdapat
dua kerugian utama memperkenalkan makanan padat kurang dari enam
bulan, yakni meningkatnya resiko diare dan infeksi, juga jumlah ASI
yang diterima bayi akan menurun. Karena ASI lebih bergizi dari makanan
padat, pertumbuhan anak akan terganggu.
3. Hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-24
bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi baik pada anak yang
diberi MP-ASI pada usia kurang 6 bulan sebanyak 10 anak (24,4%), dan
bayi yang diberi MP-ASI pada usia 6-24 bulan sebanyak 18 anak (43,9%).
Anak dengan status gizi kurang yang diberi MP-ASI pada usia kurang dari
6 bulan sebanyak 11 anak (26,8%), dan anak yang diberi MP-ASI pada
usia lebih dari 6 bulan tidak ada. Anak dengan status gizi buruk yang
diberi MP-ASI pada usia kurang dari 6 bulan sebanyak 2 anak (4,9%), dan
bayi yang diberi MP-ASI pada usia lebih dari 6 bulan tidak ada.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara usia pemberian MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
24 bulan di Desa Payungan. Hasil perhitungan uji statistik dengan uji chi
square didapatkan X²=14,86%. Dilihat pada table X², df=2, didapatkan p
value = 0,000. Jadi p value < alpha 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia penyapihan dengan
status gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan, Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Semarang Tahun 2010.
Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif 6
bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan
berdampingan dengan makanan tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih.
(WHO, 2009).
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian terdapat keterbatasan, diantaranya :
1) Tehnik pengumpulan data yang belum dapat menggali informasi yang
mendalam, karena pengumpulan data dilakukan secara obyektif terhadap
ibu dengan anak usia 6-24 bulan.
2) Waktu penelitian yang hanya kurang lebih 1 bulan, belum mampu untuk
mendapatkan data yang lebih mendalam terhadap responden.
3) Alat ukur timbangan Dacin tidak dilakukan uji validitas terlebih dahulu
jadi untuk kevalitan penelitian belum dapat dipastikan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Usia pemberian MP-ASI ibu terhadap baduta usia 6-24 bulan mayoritas
dilakukan pada usia kurang 6 bulan yaitu sebanyak 56,1 persen.
2. Status gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan, 68,3 persen, baduta
yang memiliki status gizi baik, 26,8 persen status gizi kurang dan 4,9
persen status gizi buruk.
3. Hasil uji statsistik dengan uji chi square didapatkan X² = 14,86. Dilihat
pada table X², df=2, didapatkan p value = 0,000. Jadi p value < alpha 0,05.
Adanya hubungan yang signifikan usia pemberian MP-ASI dengan status
gizi baduta usia 6-24 bulan di Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang.
B. Saran
Saran-saran yang bisa penulis berikan berdasarkan dari hasil analisis
data adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis tentang hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi
baduta usia 6-24 bulan.
2. Untuk Ketua TP PKK dan kader posyandu di Desa Payungan, Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Diharapkan lebih intensif dalam menggerakkan program, kaitannya dengan
ASI eksklusif dan waktu yang tepat untuk dilakukan pemberian MP-ASI.
3. Untuk Petugas Kesehatan Puskesmas Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang (Dokter, Bidan, Ahli Gizi dan Perawat).
Petugas Gizi diharapkan untuk lebih meningkatkan dalam
mempromosikan keunggulan ASI untuk meningkatkan masyarakat dalam
memberikan ASI eksklusif, meningkatkan status gizi anak di wilayahnya
dan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi usia pemberian MP-ASI dengan status gizi anak kepada
masyarakat.
4. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.