27
Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan Oleh: Barnis Lady Mentari Alamdani Istiqomah Nurul Fauziah Masturoh Widuri Sinta Sharra Ati Kurnia Dewi Zenithesa Gifta Nadirini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2011

Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan

Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian

Makalah Konsep Dasar Keperawatan

Oleh:

Barnis Lady Mentari Alamdani

Istiqomah Nurul Fauziah

Masturoh Widuri Sinta

Sharra Ati Kurnia Dewi

Zenithesa Gifta Nadirini

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

2011

Page 2: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................

1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................

1.3 Sistematika Penulisan .............................................................

1.4 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ………..

BAB II URAIAN HASIL KERJA

2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan ......................

2.1.1 Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam

Pelayanan Kesehatan ...............................................

2.1.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan

Transkultural ...........................................................

2.1.3 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya.........

2.1.4 Instrumen Pengkajian Budaya .................................

2.2 Perawatan Pada Lanjut Usia ..................................................

2.2.1 Pengkajian ………………………………….........

2.2.2 Diagnosa Keperawatan …………………………

2.2.3 Perencanaan .............................................................

2.2.4 Implementasi ………………………….................

2.2.5 Evaluasi ………………………………………….

ii

1

2

2

3

4

4

5

7

8

9

9

13

13

14

14

Page 3: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

iii

2.3 Perawatan Menjelang serta Saat Kematian ………………

2.3.1 Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian

2.3.2 Asuhan Keperawatan ……………………………

BAB III PEMBAHASAN KASUS .........................................................

3.1 Pengkajian …………………………………………………

3.2 Diagnosa Keperawatan ………………………………….....

3.3 Perencanaan ………………………………………………..

BAB IV KESIMPULAN ……………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

14

15

16

18

18

19

19

21

iv

Page 4: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus

ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun

klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi.

Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang

kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat

menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi

perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan

itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang

bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.

Lima proses keperawatan: pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi selalu berkaitan erat dengan intervensi

keperawatan. Beda usia, beda pula intervensi yang akan digunakan oleh perawat

untuk menyelesaikan masalah kesehatan klien. Sepanjang daur kehidupan

manusia salah satunya meliputi lanjut usia yang diteruskan dengan menjelang dan

saat kematian. Intervensi perawatan lanjut usia sangat penting karena lansia

menunjukkan perubahan-perubahan penting yang membutuhkan perawatan

khusus, lain dari perawatan usia anak-anak ataupun dewasa. Klien dalam kondisi

terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses

penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,

perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya.

Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat

mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam

memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian.

Page 5: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

2

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan

dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan

b. Untuk memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural

c. Untuk memaparkan intervensi dalam menindaklanjuti klien lanjut usia

d. Untuk memaparkan asuhan keperawatan bagi klien menjelang dan saat

kematian

e. Untuk memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila

dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan

perawat untuk membantu klien

1.3 Sistematika Penulisan

Pada Bab I Pendahuluan terpaparkan latar belakang, tujuan penulisan,

sistematika penulisan, dan metode penulisan makalah ini oleh penulis. Pada Bab

II Uraian Hasil Kerja, penulis membaginya menjadi tiga bagian, yaitu (1)

Perspektif Transkultural dalam Keperawatan, (2) Perawatan pada Lanjut Usia, dan

(3) Perawatan Menjelang serta Saat Kematian.

Pada Perspektif Transkultural dalam Keperawatan, penulis memulai uraian

dengan menjelaskan keperawatan transkultural itu sendiri dan globalisasi dalam

pelayanan kesehatan. Selanjutnya, penulis memaparkan konsep dan prinsip dalam

asuhan keperawatan transkultural dilanjutkan dengan pengkajian asuhan

keperawatan budaya serta instrument pengkajian budaya.

Perawatan pada Lanjut Usia penulis bagi menjadi lima garis besar dalam

proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan pada klien lanjut usia.

Selanjutnya, pada Perawatan Menjelang serta Saat Kematian, penulis

memaparkan tahapan respon klien terhadap proses kematian dan asuhan

keperawatannya.

Page 6: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

3

Bab III Pembahasan Kasus berisi hasil diskusi penulis terkait kasus pada

klien lanjut usia. Pada Bab IV Kesimpulan, penulis meringkas hasil penulisan

makalah ini secara teratur dan ringkas.

1.4 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan adalah PBL

(Problem Based Learning) dimana penulis mendapat sebuah kasus untuk

diselesaikan sebagai pemicu penulisan makalah. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah membaca literatur dan mencari referensi tambahan dari internet.

Page 7: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

4

BAB II

URAIAN HASIL KERJA

2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan

Dalam buku Leininger dan McFarland (2002) “Transcultural Nursing:

Concepts, Theories, Research and Practice” Third Edition, keperawatan

transkultural adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar

dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan

diantara budaya dengan menghargai asuhan sehat dan sakit didasarkan pada nilai

budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk

memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya pada

manusia.

2.1.1 Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan

Kesehatan

Tujuan dari keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan

pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur

yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur yang dengan nilai-

nilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa.

Sedangkan, kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan

dilakukan oleh hamper semua kultur, seperti budaya olahraga dapar membuat

badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat. Keperawatan

transkultural juga bertujuan untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti, dan

menggunakan pemahaman perawatan transkultural untuk meningkatkan

kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.

Globalisasi dalam pelayanan kesehatan sangatlah penting. Maksudnya

adalah pada zaman yang serba maju ini, menuntut keperawatan semakin maju

pula mengikuti perkembangan zaman. Orang-orang akan menuntut asuhan

keperawatan yang berkualitas. Dengan adanya zaman globalisasi ini, banyak

orang yang melakukan perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) sehingga

memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan keperawatan. Konsep keperawatan

Page 8: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

5

didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang

melekat dalam masyarakat.

Sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai

dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal ini diabaikan oleh

perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock dialami

klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan

perbedaan nialai budaya dan kepercayaan. Ini akan mengakibatkan

ketidaknyamanan, ketidakberdayaan pada klien, dan beberapa mengalami

disorientasi.

2.1.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Ada dua belas konsep transkultural teori Leininger (1985) dalam buku

Leininger dan McFarland (2002) “Transcultural Nursing: Concepts, Theories,

Research and Practice” Third Edition, yaitu:

a. Budaya (kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota

kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam

berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih

diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu

tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

c. Culture care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan)

merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan,

mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang

dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai

budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap

lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali

lagi.

d. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacu

kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun

pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau

simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta

Page 9: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

6

mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh

suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy

universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu

temuan statistik yang signifikan.

e. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap

bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang

dimiliki oleh orang lain.

f. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya

yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

g. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada

mendiskreditkan asal muasal manusia.

h. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi

pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan

kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan

dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling

memberikan timbal balik diantara keduanya.

i. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,

dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya

kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

j. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,

mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada

keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi

kehidupan manusia.

k. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui

nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,

mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok

untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,

hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

l. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan

untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain

Page 10: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

7

karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada

kelompok lain.

2.1.3 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Pengkajian budaya merupakan hal yang penting bagi seorang perawat

dalam asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien. Pengetahuan

mengenai latar budaya dari klien dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam

membina hubungan dengan klien. Dalam buku Leininger dan McFarland (2002)

“Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice” Third

Edition, tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang

signifikan dari klien sehingga perawat dapat menetapkan kesamaan pelayanan

budaya.

Pada tahap pertama, perawat melakukan pengkajian budaya dengan

mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan komunitas dari

klien, sehingga perawat mengetahui latar belakang budaya klien agar pengkajian

yang dilakukan terarah. Data yang perlu diketahui dalam perubahan tersebut

adalah data demografik, meliputi data sensus lokal dan data regional. Persiapan

dan antisipasi sangat diperlukan dalam pengkajian budaya yang didukung dengan

keterampilan dalam pengambilan data dan efisiensi waktu.

Perawat juga harus memiliki kemampuan untuk memahami klien lebih

dalam sehingga kesimpulan interpretasi selama penilaian tepat dan sesuai dengan

pelayanan yang diharapkan bersama. Penggunaan pertanyaan yang terfokus,

terbuka, dan kontras dapat membantu dalam pemahaman kepada klien. Pemberian

pertanyaan tersebut bertujuan untuk mendorong atau memotivasi klien dalam

penggambaran nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti terhadap

pelayanan pada klien yang dilakukan. Pertanyaan yang diberikan seperti

menanyakan pendapat klien tentang penyebab penyakit klien, pernah atau tidak

klien mengalami penyakit tersebut sebelumnya, dan perbedaan penyakit sekarang

dengan sebelumnya.

Dalam membangun hubungan dengan klien, komunikasi yang kurang

biasanya terjadi pada hubungan interkultural. Hal tersebut disebabkan adanya

Page 11: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

8

perbedaan bahasa dan cara berkomunikasi. Sehingga keterampilan manajemen

impresi merupakan hal penting bagi perawat. Manajemen impresi merupakan

usaha untuk memberikan image dalam interaksi sosial. Manajemen impresi

membutuhkan keahlian berbahasa interpretasi yang sama secara budaya terhadap

sikap klien, dan keterampilan melakukan pengamatan.

Sebagai contoh penerapan dari manajemen impresi yaitu negara Amerika

menggunakan bahasa Inggris, tetapi pada setiap orang di wilayah Amerika,

memiliki dialek yang beragam dalam pengucapan bahasa Inggris tersebut.

Sehingga sebagai perawat perlu menilai dan mendengarkan bahasa yang

digunakan oleh klien ketika berbicara. Setelah itu, perawat menulis dan

memutuskan jika klien memerlukan seseorang ahli bahasa atau tidak. Seorang ahli

bahasa yang dipilih harus keputusan dari hasil diskusi perawat dengan klien.

Pihak rumah sakit memberikan ahli bahasa hanya untuk memberikan kondisi

medis klien. Ahli bahasa tersebut harus mempunyai kesesuaian latar belakang

etnik dengan klien agar lebih mudah timbul rasa percaya.

2.1.4 Instrumen Pengkajian Budaya

a. Mempertahankan Budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan

dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan

sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga

klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,

misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

b. Negosiasi Budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk

membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien

agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung

peningkatan

kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang

Page 12: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

9

berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang

lain.

c. Restrukturisasi Budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki

merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana

hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan

keyakinan yang dianut.

2.2 Perawatan Pada Lanjut Usia

Lima proses keperawatan berperan besar dalam melakukan intervensi

asuhan keperawatan.

2.2.1 Pengkajian

Ada lima kunci pengkajian keperawatan untuk memastikan usia dalam

buku Potter Perry (2009) “Fundamentals of Nursing” Seventh Edition:

a. Hubungan timbal balik fisik dan psikososial penuaan

b. Efek penyakit dan ketidakmampuan kerja fungsional

c. Penurunan tingkat efisiensi mekanisme homeostatis

d. Kurangnya standar kesehatan dan norma penyakit

e. Perubahan presentasi dan respon terhadap penyakit spesifik

Lansia pada umumnya pensiun. Karena pensiunan ini biasanya telah

diantisipasi, seseorang dapat berencana ke depan untuk (1) berpartisipasi dalam

konsultasi atau aktivitas suka rela, (2) mencari minat dan hobi baru, dan (3)

melanjutkan pendidikannya. Dalam perwujudan perencanaan tersebut, lansia

bertemu dengan berbagai perubahan-perubahan dalam dirinya.

Page 13: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

10

1. Perubahan Fisiologis

Beberapa klien lansia mungkin mengalami semua perubahan ini, dan

lansia lainnya mengalami hanya beberapa perubahan.

a. Survei Umum: inspeksi awal pada dewasa tua mungkin berupa

kontak mata dan ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi,

kerutan wajah, rambut uban, hilangnya jaringan ekstrimitas, dan

peningkatan jaringan serta lemak pada tubuh.

b. Sistem Integumen: kulit kehilangan kelenturannya dan

kelembabannya. Noda dan lesi mungkin juga muncul pada kulit.

c. Kepala dan Leher: raut wajah nampak asimetris karena hilangnya

atau pemasangan gigi palsu yang tidak benar. Perubahan pada nada

suara (biasanya keras) terjadi karena adanya penurunan kekuatan

dan tingkat nada. Ketajaman penglihatan lansia menurun. Sering

terjadi presbiopia, suatu penurunan pada kemampuan mata untuk

berakomodasi pada benda dekat, dan presbikus, suatu perubahan

terkait usia pada ketajaman pendengaran. Atrofi saraf pengecap

pun kerap muncul serta hilangnya efisiensi. Lansia tidak mampu

merasakan asin, manis, asam, dan pahit dengan cepat.

d. Toraks dan Paru: terdapat peningkatan diameter anteroposterior.

Kifosis yang sering terjadi pada lansia merupakan perubahan tajam

dan progresif pada struktur vertebrata yang permanen bila disertai

osteoporosis.

e. Jantung dan Vaskular: penurunan kekuatan kontraktil

miokardium menyebabkan penurunan darah jantung. Penurunan ini

signifikan jika lansia mengalami stres karena ansietas,

kegembiraan, penyakit, atau aktivitas yang berat.

f. Payudara: penurunan massa, tonus, dan elastisitas otot yang

menyebabkan payudara menjadi lebih kecil.

g. Gastrointestinal dan Abdomen: peningkatan jumlah jaringan

lemak pada tubuh dan abdomen. Sering juga munculnya intoleransi

pada makanan tertentu secara tiba-tiba.

Page 14: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

11

h. Sistem Reproduksi: menopause pada wanita berkaitan dengan

penurunan respons ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan

penurunan kadar estrogen dan progesteron.

i. Sistem Perkemihan: hipertrofi kelenjar prostat dapat terjadi pada

pria lansia. Wanita lansia dapat mengalami inkontinensia stres,

yaitu terjadi pelepasan urin involunter saat batuk, bersin, atau

mengangkat suatu benda.

j. Sistem Muskoskeletal: dewasa lansia yang berolahraga secara

teratur tidak akan mengalami kehilangan massa atau tonus otot dan

tulang sebanyak dewasa lansia lain yang tidak aktif. Pada dewasa

lansia yang tidak aktif, serat otot akan berkurang ukurannya dan

kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa otot.

k. Sistem Neurologis: secara khas, lansia tidak tidur sepanjang

malam. Penyebab disrupsi ini adalah (1) siklus tidur memendek,

(2) akibat pengosongan kandung kemih yang sering, nyeri, atau

gangguan psikologis, dan (3) medikasi yang memengaruhi siklus

bangun-tidur.

2. Perubahan Kognitif

a. Demensia: kerusakan umum fungsi intelektual yang mengganggu

fungsi sosial dan okupasi. Demensia sinilis tipe Alzheimer, atau

biasa disebut penyakit Alzheimer, dicirikan oleh adanya atrofi otak

dan timbulnya plak senil serta lilitan neurofibril dalam hemisfer

serebral. Progresi penyakit Alzheimer telah dibagi dalam tiga tahap

dalam buku Potter Perry (2005) “Fundamental Keperawatan” Buku

1 (Brady, 1993). Pada tahap awal, gejala utama adalah hilangnya

memori. Tahap pertengahan meliputi kerusakan keterampilan

bahasa, aktivitas motorik, dan pengenalan benda. Inkontinensia

urin dan fekal, ketidakmampuan ambulansi, dan hilangnya

keterampilan bahasa secara lengkap merupakan cirri klasik tahap

akhir atau terminal dari penyakit Alzheimer.

Page 15: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

12

b. Delirium (tingkat konfusi akut): sindrom otak menyerupai

demensia ireversibel, tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya

tingkat kesadaran tidak jelas atau, lebih tepatnya, perubahan

perhatian dan kesadaran. Ciri lain meliputi kurang perhatian, ilusi,

halusinasi, kadang bicara inkoheren, gangguan siklus bangun-tidur,

dan disorientasi.

c. Penyalahgunaan Zat dan Kerusakan Kognitif: penyalahgunaan

alkohol dan obat lain terjadi pada populasi lansia. Banyak

penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut adalah masalah serius

karena mencakup stres dan kehilangan terkait penuaan seperti

pension, kehilangan pasangan, dan kesepian.

3. Perubahan Psikososial

a. Pensiun: tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan

perubahan peran yang dapat menyebabkan stres psikososial. Stres

ini meliputi perubahan peran pada pasangan atau keluarga dan

masalah isolasi sosial.

b. Isolasi sosial: Ada empat tipe isolasi sosial dalam buku Potter

Perry (2005) “Fundamental Keperawatan” Buku 1.

Sikap: terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme

adalah sikap yang berlaku yang menstigmatisasi lansia,

suatu bias yang menolak lansia. Seiring lansia semakin

ditolak, harga diru lansia pun berkurang, sehingga usaha

bersosialisasi berkurang.

Penampilan: seseorang diisolasi karena penolakan oleh

orang lain atau karena sedikit interaksi yang dapat

dilakukan akibat kesadaran diri.

Perilaku: perilaku yang biasanya dikaitkan dengan

pengisolasian meliputi konfusi, demensia, alkoholisme,

eksentrisitas, dan inkontinensia.

Page 16: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

13

Geografis: jauh dari keluarga, kejahatan di kota, dan barier

institusi menyebabkan lansia mengalami isolasi sosial.

Dalam masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya

anak hidup jauh dari orangtua sehingga kesempatan untuk

mengunjungi anak-anak semakin berkurang. Hal ini

menyebabkan isolasi lebih lanjut pada lansia yang

mempunyai keterbatasan fisik atau mengalami kematian

pasangannya.

c. Seksualitas: meliputi cinta, kehangatan, saling membagi dan

sentuhan, bukan hanya melakukan hubungan seksual.

d. Tempat Tinggal dan Lingkungan: perubahan pada peran sosial,

tanggung jawab keluarga, dan status kesehatan memengaruhi

rencana kehidupan lansia.

e. Kematian: kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah kematian

seorang lansia sebagai berkah dan kulminasi (titik tertinggi)

seluruh kehidupan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Identifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk

setiap diagnosa memberi arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan.

Analisis data memerlukan pertimbangan terhadap kekuatan dan keterbatasan

individu dan juga persepsi klien lansia tentang status kesehatannya. Validasi data

dari keluarga, kolega, perawat, profesi kesehatan lain, dan catatan (rekam medis)

mungkin diperlukan.

2.2.3 Perencanaan

Rencana keperawatan lansia difokuskan pada kegiatan mencegah,

meningkatkan, mengurangi, atau menghilangkan masalah. Prioritas perawatan

ditetapkan, tujuan klien dan hasil yang diharapkan serta intervensi yang cocok

dipilih.

Page 17: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

14

2.2.4 Implementasi

Intervensi keperawatan pada lansia dapat mencakup peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial, keamanan rumah, pengobatan

mandiri, penyesuaian, dan penghematan. Dalam intervensi, dukungan psikososial

meliputi:

a. Komunikasi Terapeutik: merasakan dan menghargai keunikan klien.

b. Sentuhan: membuat nyaman lansia dengan menunjukkan rasa kasih

sayang.

c. Orientasi Realitas: teknik komunikasi yang digunakan untuk membuat

klien menyadari waktu, tempat, dan orang. Tujuan orientasi realitas

meliputi mengembalikan perasaan terhadap realitas, meningkatkan tingkat

kesadaran, meningkatkan sosialisasi, meningkatkan fungsi kebebasan, dan

meminimalkan konfusi, disorientasi, serta regresi fisik.

d. Resosialisasi: membantu lansia memperluas jaringan sosial mereka.

e. Terapi Validasi: teknik pada lansia yang mengalami konfusi berat dan

disorientasi. Tujuannya adalah mengembalikan martabat dan harga diri

serta memvalidasi perasaan klien.

f. Pengenangan: mengingat kembali masa lalu untuk menetapkan arti baru

terhadap pengalaman terdahulu.

g. Intervensi Citra Tubuh: pentingnya lansia menampilkan citra yang

diterima sosial. Memang butuh sedikit usaha untuk membantu klien

menyisir rambut, membersihkan gigi, bercukur, atau mengganti pakaian.

2.2.5 Evaluasi

Perubahan sering kali lambat dan tidak terlihat sehingga evaluasi mungkin

jarang dilakukan. Tipe masalah, pembentukan tujuan, dan pengunaan intervensi

menentukan frekuensi evaluasi.

2.3 Perawatan Menjelang serta Saat Kematian

Proses keperawatan menjelang perawatan merupakan proses penting

dalam melakukan perawatan terhadap klien. Kegiatan ini dilakukan bertujuan

Page 18: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

15

untuk (1) menghilangkan atau megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2)

mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu

kenyamanan fisik klien. Pada saat kondisi terminal, perawat dan keluarga sangat

berperan penting dalam proses kegiatan ini. Klien dalam kondisi terminal

membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses penyembuhan

bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan.

2.3.1 Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian

Menurut Kubler–Ross (1969) dalam buku “On Death and Dying” tahapan

respon klien terhadap proses kematian adalah:

a. Penolakan (denial)

Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang

dihadapi atau sedang terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung

setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan.

b. Marah (anger)

Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan.

Rasa marah ini terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat

dipicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan,

sering terjadi karena merasa tidak berdaya.

c. Tawar – Menawar (bargaining)

Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki

kesalahan atau dosa masa lalu. Klien mencoba untuk melakukan tawar-

menawar dengan tuhan dengan cara diam atau dinyatakan secara terbuka.

d. Kesedihan Mendalam (depression)

Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau

perpisahan abadi dengan siapapun dan apapun.

e. Menerima (acceptable)

Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai

menemukan kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan

dan memulai perjalanan panjang.

Page 19: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

16

2.3.2 Asuhan Keperawatan

Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan

psikologis:

a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan

dukungan pada klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang

terjadi di Indonesia pada kondisi terminal ini, klien dianggap

membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah perawat

memberikan dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada

klien.

b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal.

Sekarang ini, perawat lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga

klien agar keluarga klien pun tidak cemas melihat klien mengalami

keadaan seperti tersebut.

c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak

lagi sendiri dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi

selalu banyak pihak keluarga yang datang untuk memberikan semangat

atau motivasi kepada klien. Perawat lebih berfungsi untuk memberikan

arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya ketika klien

menghadapi respon respon tersebut.

d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan

perawat hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan

ikut serta membantu memotivasi keluarga klien.

Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien

tersebut. Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau

dukungan mental dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak

terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang

besar terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk berdoa di sekeliling klien

agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan

tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien, klien langsung dibawa

pulang ketika keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal.

Page 20: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

17

Gejala-gelala pada saat kondisi terminal:

a. Nafsu makan berkurang

b. Lesu

c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke

seluruh tubuh secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah

menjadi biru

d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi

bernafas klien makin lama makin berkurang

e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya

lagi

f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang

diberikan.

Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan

keperawatan secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan

gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4)

membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Seperti

itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga

pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju perjalan

yang sangat panjang. Proses proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan

lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak

keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak rumah sakit akan

senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.

Page 21: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

18

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 67 tahun mendapat serangan stroke non

hemoragik dan dirawat di ruang perawatan semi intensif sebuah rumah sakit.

Kesadaran pasien baik, namun pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah kanan

tubuhnya dan mengalami kesulitan bicara. Pasien seringkali menolak bantuan

perawat untuk pemenuhan perawatan hariannya. Pasien meminta supaya istrinya

yang merawat dan menemaninya. Kebijakan rumah sakit melarang anggota

keluarga menunggu di dalam ruang perawatan. Istri pasien hanya boleh menemui

pasien pada saat waktu kunjungan. Istri pasien selalu menunggu di luar ruang

perawatan dan ingin membantu merawat suaminya.

3.1 Pengkajian

Perawat melakukan pendekatan pada pasien, komunikasi sejauh mana latar

belakang budaya pasien dan cara pasien berinteraksi dengan orang lain. Hal itu

dilakukan untuk meningkatkan rasa kepercayaan pasien terhadap perawat.

Pertanyaan yang diberikan seperti menanyakan pendapat klien tentang penyebab

penyakit klien, pernah atau tidak klien mengalami penyakit tersebut sebelumnya,

dan perbedaan penyakit sekarang dengan sebelumnya. Karena pasien mengalami

kesulitan bicara, perawat lebih mengutamakan sumber utama pengkajian adalah

keluarga (istri) untuk mempermudah komunikasi dan memberikan kenyamanan

secara tidak langsung.

Pertama, perawat mencari tahu data demografik pasien, termasuk di

dalamnya latar budaya yang dianut. Budaya pasien harus dianalisis terlebih

dahulu. Istri pasien memiliki nilai budaya (keinginan atau tindakan pada suatu

waktu tertentu) untuk selalu ingin merawat pasien. Budaya yang muncul disini

adalah budaya berbakti pada suami.

Kedua, perawat memberi tahu pengertian kebijakan rumah sakit yang

berlaku di lingkungan tempat perawat bekerja. Perawat juga memberikan motivasi

Page 22: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

19

kepada pasien. Selama itu, perawat juga memerhatikan perubahan-perubahan

yang terjadi pada pasien dan dicatat sehingga dapat dibuat diagnosa

keperawatannya. Dalam kasus ini, pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah

kanan tubuhnya dan mengalami kesulitan bicara. Data medis yang didapatkan

perawat pun menceritakan bahwa pasien mendapat serangan stroke non

hemoragik.

Ketiga, perawat mencatat seluruh data yang didapat dari sumber primer

(pasien) dan sekunder (keluarga, kerabat, rekam medis, dan lain-lain). Keluarga

sangat berperan penting untuk memberi tahu perawat kebiasaan-kebiasaan pasien

sehingga perencanaan asuhannya dapat menyesuaikan dengan pasien dan nyaman

untuk pasien.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Kelumpuhan pada sisi kanan tubuh pasien disebabkan oleh stroke non

hemoragik yang dideritanya. Gangguan peredaran darah diotak atau stroke non

hemoragik adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran

darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau

secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan

daerah yang terganggu. Penyebab-penyebab yang mungkin terjadi pada pasien

antara lain:

a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)

b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)

c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)

Pasien juga telah menunjukkan salah satu ciri-ciri delirium (tingkat

konfusi akut) yaitu bicara kadang inkoheren yang merupakan salah satu jenis

kesulitan berbicara.

3.3 Perencanaan

Perawat mendiskusikan kembali dengan pasien mengenai perawatan yang

sesuai, atau dalam kasus kesulitan bicara ini diskusi dengan keluarga.

Implementasi yang mungkin menjadi jalan keluar kasus ini adalah orientasi

Page 23: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

20

realitas, suatu teknik komunikasi yang digunakan untuk membuat klien menyadari

waktu, tempat, dan orang yang salah satu tujuannya adalah meminimalkan

konfusi. Dalam menghargai budaya pasien, perawat dapat mengadakan

pendekatan atau konsep caring untuk membimbing, mendukung dan

mengarahkan pasien. Istri yang telah diberi penjelasan mengenai peraturan rumah

sakit akan tahu kapan waktu besuk sehingga istri dapat merawat suami saat waktu

besuk saja.

Page 24: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

21

BAB IV

KESIMPULAN

Keperawatan transkultural dibutuhkan dalam mengembangkan sains dan

pohon keilmuan yang humanis agar tercipta praktik keperawatan pada kultur yang

spesifik dan universal. Sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya

dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal ini

diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Dengan

adanya zaman globalisasi ini, banyak orang yang melakukan perpindahan

penduduk antar negara yang memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan

keperawatan. Konsep keperawatan didasari oleh pemahaman tentang adanya

perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.

Ada dua belas konsep transkultural teori Leininger (1985), yaitu (1)

budaya, (2) nilai budaya, (3) culture care diversity, (4) cultural care universality,

(5) etnosentris, (6) etnis, (7) ras, (8) etnografi, (9) care, (10) caring, (11) cultural

care, dan (12) cultural imposition. Tiga instrumen pengkajian budaya

(mempertahankan budaya, negosiasi budaya, dan restrukturisasi budaya) pun

berperan penting dalam asuhan keperawatan transkultural. Tujuan pengkajian

budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga

perawat dapat menetapkan kesamaan pelayanan budaya. Perawat juga harus

memiliki kemampuan untuk memahami klien lebih dalam sehingga kesimpulan

interpretasi selama penilaian tepat. Dalam membangun hubungan dengan klien,

komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural, sehingga

keterampilan manajemen impresi merupakan hal penting bagi perawat.

Dalam mengkaji masalah kesehatan lansia, perawat harus

memperhitungkan hubungan timbal balik fisik dan psikososial penuaan, efek

penyakit dan ketidakmampuan kerja fungsional, penurunan tingkat efisiensi

mekanisme homeostatis, kurangnya standar kesehatan dan norma penyakit, dan

perubahan presentasi serta respon terhadap penyakit spesifik. Perubahan-

perubahan yang muncul pada lansia meliputi perubahan fisiologis yang berkenaan

dengan sistem tubuh, kognitif yang bersangkutan dengan penyakit, dan

Page 25: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

22

psikososial yang berisi permasalahan sosial. Lalu, perawat mendiagnosa faktor

yang berhubungan atau penyebab yang mungkin sebagai arahan dalam

mengembangkan intervensi keperawatan. Prioritas perencaan ditetapkan, tujuan

klien dan hasil yang diharapkan serta intervensi yang cocok dipilih. Dalam

intervensi dukungan psikososial meliputi komunikasi terapeutik, sentuhan,

orientasi realitas, resosilisasi, terapi validasi, pengenangan, dan intervensi citra

tubuh. Tipe masalah, pembentukan tujuan, dan penggunaan intervensi

menentukan frekuensi evaluasi.

Menurut Kubler–Ross (1969) dalam buku “On Death and Dying” ada lima

tahapan respon klien terhadap proses kematian, yaitu (1) penolakan, (2) marah, (3)

tawar – menawar, (4) kesedihan mendalam, dan akhirnya (5) menerima. Klien

dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental

dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak.

Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2)

memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan

nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Proses proses perawatan

nantinya akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan

kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Inilah yang disebut

transkultural pada proses keperawatan.

Dalam penyelesaian kasus dapat dilakukan tiga proses keperawatan, yaitu:

pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan. Pada pengkajian, perawat

mencari data-data yang diperlukan untuk menindaklanjuti masalah pasien dan

melakukan pendekatan terhadap pasien ataupun keluarganya. Pada diagnosa

keperawatan, pasien mengalami kelumpuhan dikarenakan stroke non

hemoragiknya. Kesulitan bicara yang diderita oleh pasien juga merupakan salah

satu ciri-ciri delirium (konfusi akut). Untuk menyelesaikan masalah pasien

tersebut, dalam perencaan perawat dapat menggunakan teknik implementasi

orientasi realitas yang salah satu tujuannya adalah meminimalisasi tingkat konfusi

akut. Dalam menghargai budaya pasien, perawat dapat mengadakan pendekatan

atau konsep caring untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan pasien.

Page 26: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

iv

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Ringkasan Materi Unit 2 Keragaman Budaya dan Perspektif

Transkultural dalam Keperawatan.

http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturalnursing.pdf

(diakses pada 22 Oktober 2011)

BMS, Ajibarang. Stroke Non Hemoragik. http://keperawatan-

gun.blogspot.com/2007/07/stroke-non-hemoragik.html (diakses pada 22

Oktober 2011)

Susilaningsih, Francisca Sri. Asuhan Keperawatan dalam Pendampingan Klien

diambang Kematian. http://franciscasri.wordpress.com/2008/08/28/asuhan-

keperawatan-dalam-pendampingan-klien-diambang-kematian-care-of-the-

dying/ (diakses tanggal 23 Oktober 2011)

Erick. Konsep Pasien Terminal. http://erik-acver-

qincai.blogspot.com/2009/07/konsep-pasien-terminal.html (diakses tanggal

23 Oktober 2011)

Ismayadi. Proses Menua (Aging Proses).

http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/perkembangan-lansia.pdf

(diakses tanggal 23 Oktober 2011)

Kubler-Ross, E. (1969). On Death and Dying. London: Tavistock Publication

Leininger, M. dan Mc Farland, M.R. 2002. Transcultural Nursing: Concept,

Theories, Research and Practice. 3rd

Edition. USA: Mc-Graw Hill

Companies

Pristiana D, Ari. 2011. Teori Keperawatan Medelein Leininger.

http://aripristiana.com/2011/02/madeline-leininger.html (diakses tanggal 22

Oktober 2011)

Page 27: Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan · PDF filePerspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan

v

Asih, Yasmin (Penerjemah). 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Buku 1.

Jakarta: Salemba Medika

Potter, P.A. dan Perry, A.G. 2009. Fundamental of Nursing: Concepts, Process,

and Practice. 7th

Edition. St. Louis: Elsevier