12
 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN  PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN PER REKTAL (PKB) DAN STERILITY CONTROL OLEH : NUR ALIF BAHMID O11111266 KELOMPOK 9 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

PKB dan Sterility Control.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 1/12

 

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN 

PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN PER REKTAL (PKB)

DAN STERILITY CONTROL

OLEH :

NUR ALIF BAHMID

O11111266

KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 2/12

TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu : 

1.  Untuk mengetahui teknik pemeriksaan kebuntingan per rectal 

2.  Untuk mengetahui bunting atau tidaknya hewan tersebut 

3.  Untuk mengetahui status/Umur dari fetus pada hewan terebut 

TINJAUAN PUSTAKA 

A.  Pemeriksaan Kebuntingan 

Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi kelahiran

(Frandson, 1992). Kebuntingan dapat didiagnosa dengan meraba/merasakan membrane

fetus dan fetus, letak/posisi dan ukuran fetus, karunkula dan fremitus a.uterina media

(Achjadi, 2010).

Pemeriksaan paling dini bisa dilakuakn pada 35 hari setelah kawin (membrane

fetus/fetal membrane slip, fetus/fetal slip). Pemeriksaan pada hari 60 hari atau lebih

setelah kawin (paling aman) memeriksa posisi dan ukuran uterus. Untuk pemeriksaan

lanjut pada 90 hari dilakukan pemeriksaan posisi, ukuran uterus dan karunkula (Achjadi,

2010).

PKB dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemeriksaan saluran reproduksi per

rektum, pemeriksaan hormonal dan teknik ultrasonografi. Pemeriksaan Kebuntingan

melalui palpasi rektal, merupakan cara pemeriksaan yang sederhana, namun

membutuhkan ketrampilan dan latihan yang intensif sehingga mampu mendiagnosa

kebuntingan, sekaligus menentukan umur kebuntingan, mengetahui posisi fetus dan

memprediksikan kelahiran. Dengan demikian maka dapat di prediksikan kondisi

kebuntingan sapi, sekaligus dapat mencegah kondisi gangguan reproduksi maupun

gangguan kelahiran pada sapi saat melahirkan. Pada pemeriksaan kebuntingan ada dua

hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan yaitu (Lestari, 2006)

Setiap individu memiliki lama bunting bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu faktor genetik, faktor maternal, fetal dan lingkungan. Contohnya sapi dara

Page 3: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 3/12

 pada umur muda akan mempunyai masa kebuntingan yang lebih pendek dari sapi yang

lebih tua (Toelihere, 1981).

Dalam usaha pembangunan Peternakan Kesehatan dan reproduksi ternak menjadi

faktor penting dalam mendorong populasi dan pertumbuhan/perkembangan ternak.

Karena dari reproduksi maka akan tumbuh genari baru /individu ternak baru. Kecepatan

 pertumbuhan ini sangat di tentukan:

1.  Kondisi ternak yang dapat di nilai dari Body Condition Scorer (BCS), di atas 3.

2.  Kondisi kesehatan dan normalitas organ reproduksi.

3.  Keberhasilan fertilisasi baik kawin secara alami maubun melalui teknik Inseminasi

Buatan (IB).

4.  Pemeliharaan selama kebuntingan.

Seorang petugas inseminar sebelum melakukan Inseminasi Buatan (IB) sebaiknya

melakukan palpasi rectal untuk mengetahui lebih jauh tentang status estrus dan kondisi

 pada uterus. Karena jika ternayata di dalam uterus telah terdapat fetus maka jika di IB

akan menyebabkan abortus.

Lebih lanjut teknik palpasi rectal sabagai dasar Teknik Pemeriksaaan Kebuntingan

(PKB), Melalui teknik PKB maka dapat mendeteksi lebih dini terhadap status

kebuntingan, sekaligus mengetahui kondisi reproduksi sapi. Pemeriksaan Kebuntingan

melalui palpasi rectal, merupakan cara pemeriksaan yang sederhana, namun

membutuhkan ketrampilan dan latihan yang intensif sehingga petugas PKB mampu

mendiagnosa kebuntingan, sekaligus menentukan umur kebuntingan, mengetahui posisi

fetus dan memprediksikan kelahiran. Dengan demikian maka dapat di prediksikan

kondisi kebuntingan sapi, sekaligus dapat mencegah kondisi gangguan rproduksi

maupun gangguan kelahiran pada sapi saat melahirkan.

Suatu pemeriksaan kebuntingan secara tepat dan dini sangat penting bagi program

evaluasi keberhasilan inseminasi buatan (IB). Ketrampilan untuk menentukan

kebuntingan secara dini sangat perlu dimiliki oleh setiap petugas pemeriksa

kebuntingan. Selain ketrampilan menentukan kebuntingan perlu juga menetukan umur

kebuntingan dan ramalan waktu kelahiran dengan ketepatan beberapa hari sampai satu

dua minggu tergantung pada tingkat kebuntingan.

Kebuntingan pada sapi dapat didiagnosa melalui palpasi rectal dan penentuan kadar

 progesterone dalam serum darah. Darah dapat diambil pada hari 21 sampai 24 sesudah

IB untuk diperiksa di laboratorium dengan metode radioimmunoassay (RIA) atau

metode ELISA.

Page 4: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 4/12

1.  Indikasi Luar

Berhentinya gejala-gejala birahi sesudah IB sudah bisa menandakan adanya

kebuntingan, akan tetapi tidak berarti bahwa seratus persen akan terjadi

kebuntingan. Peternak mungkin lalai atau tidak memperhatikan gejala birahi

walaupun tidak terjadi kebuntingan. Kematian embrio dini atau abortus mungkin

saja dapat terjadi. Perubahan-perubahan patologis dapat terjadi didalam uterus

seperti myometra, sista ovarium bisa menyebabkan kegagalan birahi. Penelitian

menunjukkan tidak ada hubungan antara perdarahan setelah IB dengan konsepsi.

Kelenjar susu pada sapi dara berkembang dan membesar mulai kebuntingan 4

 bulan. Pada sapi yang pernah beranak/ sering beranak pembesaran ambing terjadi

 pada 1 sampai 4 minggu menjelang kelahiran.

Ternak betina bertambah tenang, lamban dan hati-hati dalam pergerakannya

sesuia dengan bertambahnya umur kebuntingan. Pada minggu terakhir kebuntingan

ada kecenderungan pertambahan berat badan. Pada akhir kebuntingan ligamentum

 pelvis mengendur, terlihat legokan pada pangkal tulang ekor, oedema dan relaksasi

vulva.

Pada umur kebuntingan 6 bulan keatas gerakan fetus dapat dipantulkan dari

dinding luar perut. Fetus teraba sebagai benda padat dan besar yang tergantung

 berayun didalam struktur lunak perut (abdomen).

2.  Indikasi Dalam

Palpasi per-rektal terhadap uterus, ovaria dan pembuluh darah uterus adalah

cara diagnosa diagnose kebuntingan yang paling praktis dan akurat pad sapid an

kerbau.

Sebelum palpasi rektal perlu diketahui :

-  Sejarah perkawinan ternak yang bersangkutan

-  Tanggal melahirkan terakhir

-  Tanggal dan jumlah perkawinan atau IB

-  Kejadian-kejadian penyakit pada ternak tersebut

Catatan reproduksi yang lengkap sangat membantu dalam menentukan

kebuntingan secara cepat dan tepat.

Teknik palpasi rektal secara ringkas sebagai berikut :

-  Pemeriksa memekai pelindung sepatu boot, pakaian praktek lapangan berlengan

 pendek

-  Memakai sarung tangan plastic

Page 5: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 5/12

-  Kuku pemeriksa harus dipotong tumpul, rata, licin dan tidak boleh memakai

cincin

-  Melakukan pemeriksaan dengan tangan kanan atau kiri sesuai kebiasaan

-  Waspada terhadap sepakan (tendangan) kaki sapi yang biasanya terjadi

menjelang atau waktu tangan dimasukkan ke dalam rectum.

-  Sarung tanngan plastik harus dilicinkan dengan sabun

-  Tangan dimasukkan kedalam rectum dalam bentuk mengerucut dan diteruskan

sampai melampaui organ reproduksi. Apabila feses banyak maka perlu

dikeluarkan terlebih dahulu

-  Rasakan setiap perubahan-perubahan pada organ reproduksi

Indikasi yang pasti tentang adanya kebuntingan pada ternak sapi dan kerbau

melalui pemeriksaan per-rektal adalah :

-  Palpasi secar halus dan sangat hati-hati terhadap kantong amnion pada

kebuntingan muda, 35 sampai 50 hari

-  Palpasi cornu uteri yang membesar berisi cairan plasenta dari hari ke 30 sampai

ke 90 periode kebuntingan

-  Selip selaput fetal, allantochorion, pada penjepitan secara luwes terhadap uterus

diantara ibu jari dan jari telunjuk pada kebuntingan muda, 40 sampai 90 hari

-  Perabaan dan pemantulan kembali fetus didalam uterus yang membesar yang

 berisi selaput fetus dan cairan plasenta

-  Perabaan plesentoma

-  Palpasi arteria uterine media yang membesar, berdinding tipis dan berdesir

(fremitus)

Adapun keuntungan dari pemeriksaan kebuntungan per rectal yakni dapat

mendiagnosa kebuntingan dan mendiagnosa gangguan reproduksi. Adapun keuntungan

lainnya yakni cukup ekonomis dan lebih efektif dikarenakan hasil pemeriksaan dapat

lebih diandalkan. Untuk kerugiannya relative tidak ada (Achjadi, 2010).

Page 6: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 6/12

Berikut tanda-tanda utama kebuntingan pada sapi yang diidentifikasi secara perektal

(Achjadi, 2010) :

Umur (hari)

KebuntinganTanda-tanda Utama

35

(1 bulan)

Satu kornua uteri lebih besar, “Foetal membrane slip”,

“Foetal slip”. Corpus luteum pada ovarium 

60

(2 bulan)Cornua uteru asimetris, uterus masih di rongga pelvis

90

(3 bulan)

Cornua uteri asimetris semakin jelas, uterus mulai turun dari

rongga pelvis (menggantung di simpisis pubis)

120

(4 bulan)

Cornua bunting semakin besar (sarung tinju), fremitus pada

a. uterine media berdenyut lemah, karunkula teraba (1,5 –  

2,5 cm), foetus kadang teraba

150

(5 bulan)

Cornua bunting berada di dasar andomen, kadang foetus

teraba (sulit), fremitus berdenyut kuat sampai mendesir

ringan, karunkula semakin besar (2,5 –  4 cm)

180

(6 bulan)

Fetus bisa di raba, fremitus berdesir kuat, karunkula teraba

(4 –  5 cm)

210

(7 bulan)

Fremitus berdesir semakin kuat, karunkula semakin besar

(5,5 –  7 cm), fetus sudah bereaksi sentuhan (refleks),

diameter serviks membesar

240

(8 bulan)

Fremitus berdesir kuat sekali, karunkula teraba (6 –  9 cm),

fetus mengarah jalan kelahiran

270

(9 bulan)Fetus sudah masuk di jalan kelahiran

Page 7: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 7/12

B.  Sterility Control

Produktivitas suatu peternakan sangat tergantung pada manajemen/pengelolaan

termasuk pengelolaan dalam bidang reproduksi. Pengelolaan reproduksi yang baik akan

meningkatkan efisiensi reproduksi, tinggi rendahnya efisiensi reproduksi ditentukan oleh

5 faktor yaitu :

-  Angka perkawinan per kebuntingan (service per conception)

-  Angka kebuntingan (conception rate)

-  Angka kelahiran (calving rate)

-  Tenggang waktu antar melahirkan (calving interval)

-  Tenggang waktu antara melahirkan sampai bunting kembali (service period)

Gangguan proses reproduksi (kemajiran) akan menyebabkan rendahnya efisiensi

reproduksi sehingga produktivitas peternakan rendah.

Kemajiran adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan proses

reproduksi yang disebabkan oleh satu atau banyak faktor yang dapat terjadi baik pada

ternak jantan maupun betina. Derajat kemajiran tergantung dari faktor penyebab dan

tingkat kesembuhan setelah penanganan.

Infertilitas adalah kemajiran derajat ringan yang sifatnya sementara dan masih dapat

disembuhkan setelah dilakukan penanganan. Sterilitas adalah kemajiran yang bersifat

 permanen atau tidak dapat disembuhkan sehingga proses reproduksi terhenti secara

menyeluruh.

Adapun titik dari sterility control yakni :

-  Ovarium

-  Uterus

-  Serviks

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kemajiran pada ternak betina

adalah :

1.  Gangguan keseimbangan hormon reproduksi

Hormon reproduksi adalah hormon yang mempunyai target akhir pada alat

reproduksi yang terjadi pada setiap periode dari siklus reproduksi yang dimulai

setelah hewan betina mengalami dewasa kelamin. Siklus reproduksi terdiri dari fase

 birahi, ovulasi, fertilisasi, kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran, selanjutnya

akan kembali terjadi birahi apabila tidak terjadi gangguan reproduksi.

Page 8: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 8/12

2.  Infeksi

Kemajiran ternak betina yang disebabkan oleh infeksi-infeksi penyakit yang

umum dan sering terjadi di lapangan. Diantaranya penyakit infeksi yang disebabkan

oleh jamur yang sering oleh aspergillus fumigatus, virus seperti IBR, bakteri seperti

Brucellosis, dan parasit seperti Trichomoniasis.

3.  Kelainan congenital atau herediter

4.  Patologi alat reproduksi

5.  Pakan

Page 9: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 9/12

MATERI DAN METODE

A.  Materi

1.  Alat

-  Sarung tangan panjang/ handskun 

-  Box tiruan punggung sapi

-  Wadah (nampan)

2.  Bahan

-  Organ sapi bunting

-  Organ sapi normal (tidak bunting)

B.  Metode

1.  Persiapkan sapi yang akan dilakukan pemeriksaan kebuntingan kemudian masukkan

kedalam kandang jepit

2.  Pemriksa harus memotong kuku dengan pendek menggunakan werk-pack dan

menggunakan sepatu boot, tidak memiliki cincin dan jam tangan

3.  Pemeriksa yang menggunakan sarung tangan panjang kemudian melumuri dengan

sabun atau pelicin lainnya

4.  Tepuk punggung dari sapi agar lebih tenang lalu tangan kanan memegang ekor dari

sapi lalu tangan kiri pada jari-jarinya membentuk kerucut lalu perlahan-lahan

memasukkan jari dengan jalan memutar tangan.

5.  Jika terdapat feses atau kotoran dari sapi, keluarkan dahulu sampai bersih dan

masukkan tangan dengan hati-hati

6.  Kemudian meraba servik lalu angkat perlahan-lahan, jika berat kemungkinan ada

massa atau fetus dalam cornua uteri

7.  Lalu telusuri uterus sampai teraba biforcatio, pada biforcatio uteri jika bunting maka

 percabangannya tidak jelas kemudian telusuri cornua uterinya jika bunting maka

cornua uterinya asimetri

8.  Pada palpasi arteri uterina mediana di bagian dorsal tulang ileum akan mengalami

desiran atau fremitus dan ini menandakan bunting.

Page 10: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 10/12

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil

Pemeriksaan uterus normal perektal Pemeriksaan uterus bunting perektal

B.  Pembahasan

Pada praktikum kali ini yakni pemeriksaan kebuntingan per rektal dilakukan dengan

objek organ reproduksi pada sapi yang normal dan organ sapi yang bunting. Sebelum

melakukan pemeriksaan kebuntingan dilakukan pengenalan terlebih dahulu terhadap

organ-organ reproduksi, kemudian penjelasan mengenai titik orientasi pada pemeriksaan

kebuntingan per rektal yakni serviks dan cornua uteri serviks, biforcatio uterus, cornua

uteri dan arteri uterina mediana. Pada pemeriksaan per rectal sebaiknya menggunakan

glove dengan tangan yang masuk kedalam rektum adalah tangan kiri. Pada saat

memasukkan tangan, jari-jari membentuk kerucut lalu dimasukkan kedalam rektum

secara perlahan-lahan dengan jalan memutar kembali tangan sampai menggapai serviks.

Selanjutnya angkat serviks jika serviks terasa berat maka kemungkinan didalam cornua

uteri terdapat massa atau fetus. Kemudian menelusuri cornua uteri, jika sapi bunting maka

cornua uterinya asimetris. Pada praktikum kali ini diperkirakan umur fetus dalam cornua

uteri sekitar 3 - 4 bulan. Adapun arteri uterina mediana tidak dapat ditemukan. Saat

 pemeriksaan, dalam cornua uteri terdapat membran foetal selip dan adanya kotiledon.

Pada pemeriksaan per rektal hal yang harus diperhatikan yaitu tidak boleh sama sekali

menyentuh ovarium pada sapi yang telah bunting.

Sedangkan pada uterus yang normal, uterus tidak mengalami pembesaran, tidak

terjadi penebalan pada dinding endometrium. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

ovarium secara perektal untuk mengetahui steril atau tidak dengan melakukan palpasi

 pada ovarium apabila dipalpasi tidak terasa adanya folikel/penonjolan kemungkinan besar

hewan tersebut steril.

Page 11: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 11/12

KESIMPULAN

Dari praktikum pemeriksaan kebuntingan per rectal yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa : 

1.  Pada pemeriksaan kebuntingan per rektal dilakukan untuk mengetahui bunting tidaknya

hewan tersebut 

2.  Dalam melakukan pemeriksaan kebuntingan titik orientasi yang harus diperhatikan yaitu

serviks, biforcatio uterus, cornua uteri dan arteri uterina mediana  

3.  Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kebuntingan dan dinyatakan bunting sekitar 3-

4 bulan, dimana ditemukan kotiledon dan membran foetal selip. 

4.  Pada pemeriksaan uterus normal hanya dilakukan untuk mengetahui steril atau tidak

dengan melakukan palpasi pada ovarium. 

Page 12: PKB dan Sterility Control.docx

7/18/2019 PKB dan Sterility Control.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pkb-dan-sterility-controldocx 12/12

DAFTAR PUSTAKA

Achjadi, R. Kurnia. 2010. Hand Out : Bahan Kuliah Ilmu Kebidanan. IPB : Bogor.

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak . Gadjah Mada University Press :Yogyakarta

http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id/palpasi-rektal-dan-pemeriksaan-kebuntingan-pkb 

Lestari, Tita Damayanti. 2006. Metode Deteksi Kebuntingan Pada ternak sapi. Fakultas

Peternakan. Universitas padjajaran

Toelihere MR. 1985.  Ilmu Kebidanan Pada Ternak sapi dan Kerbau. Salemba Jakarta

Universitas Indonesia