11
97 Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak) POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH HUJAN SETEMPAT Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga email: [email protected] PENDAHULUAN Selain ditentukan oleh faktor genetik bahan tanamnya, produksi tanaman juga ditentukan juga ditentukan oleh kondisi fisik lingkungan tumbuhnya. Tanaman dengan bahan genetik yang baik sekalipun akan tumbuh buruk apabila tidak didukung oleh lingkungan yang kondusif. Aspek lingkungan yang dimaksud terutama adalah karakter tanah dan variabel iklim. Karakter tanah menentukan ketersediaan nutrisi tanaman sementara variabel iklim (curah hujan, suhu udara, radiasi matahari, dan angin) mem- pengaruhi ketersediaan air tanaman serta proses-proses fisiologis tanaman. Setiap lahan memiliki kapasitas yang berbeda dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, konsep sistem budidaya tanaman sejatinya didasarkan pada efektivitas peng- gunaan sumber daya air, hara, dan cahaya yang tersedia di lahan untuk produksi tanaman secara ABSTRACT Cropping pattern is a strategy of cropping system arrangements which aims to attain effective and efficient crop production in its actual environmental conditions. It consists of crop type selection, planting period, and crops spatial arrangement in the farms. This study was conducted to determine the proper local cropping pattern in the Regency of Central Sumba by utilizing its precipitation trends during the period of 1997 to 2012. We used the water balance analysis to estimate the sufficiency of water availability to support the production of the proposed main crops (rice and companion crops). We subsequently calculated the cropping index for each crop by using the information of annual water supply. There was 16.13% of the total land area which could only be cultivated once a year. The cropping season occurred likely from December to April. The area included Mamboro (14.96%), Umbu Ratu Nggay (1.05%), and Umbu Ratu Nggay Barat (0.12%). The remaining area may implement two cropping seasons in a year. There were two cropping pattern alternatives. The first included wetland rice production from November to March and later companion crops production from April to July. This area scattered in Umbu Ratu Nggay Barat (2.91%), Katikutana Selatan (1.53%), Mamboro (2.60%), and Umbu Ratu Nggay (38.23%). The second option comprised wetland rice cultivation from November to March and subsequently upland rice or companion crops production from April to July. This area consisted of Umbu Ratu Nggay (12.40%), Katikutana (3.78%), Katikutana Selatan (19.50%), and Umbu Ratu Nggay (2.91%). Keywords: Precipitation, cropping pattern, rice, companion crops, Central Sumba

POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

  • Upload
    lethien

  • View
    233

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

97

Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak)

POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAIDENGAN CURAH HUJAN SETEMPAT

Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan BisnisUniversitas Kristen Satya Wacana Salatiga

email: [email protected]

PENDAHULUAN

Selain ditentukan oleh faktor genetik bahantanamnya, produksi tanaman juga ditentukanjuga ditentukan oleh kondisi fisik lingkungantumbuhnya. Tanaman dengan bahan genetikyang baik sekalipun akan tumbuh buruk apabilatidak didukung oleh lingkungan yang kondusif.Aspek lingkungan yang dimaksud terutamaadalah karakter tanah dan variabel iklim.Karakter tanah menentukan ketersediaan nutrisi

tanaman sementara variabel iklim (curah hujan,suhu udara, radiasi matahari, dan angin) mem-pengaruhi ketersediaan air tanaman sertaproses-proses fisiologis tanaman.

Setiap lahan memiliki kapasitas yang berbedadalam menunjang pertumbuhan tanaman.Olehkarena itu, konsep sistem budidaya tanamansejatinya didasarkan pada efektivitas peng-gunaan sumber daya air, hara, dan cahaya yangtersedia di lahan untuk produksi tanaman secara

ABSTRACT

Cropping pattern is a strategy of cropping system arrangements which aims to attaineffective and efficient crop production in its actual environmental conditions. It consistsof crop type selection, planting period, and crops spatial arrangement in the farms.This study was conducted to determine the proper local cropping pattern in the Regencyof Central Sumba by utilizing its precipitation trends during the period of 1997 to2012. We used the water balance analysis to estimate the sufficiency of wateravailability to support the production of the proposed main crops (rice and companioncrops). We subsequently calculated the cropping index for each crop by using theinformation of annual water supply. There was 16.13% of the total land area whichcould only be cultivated once a year. The cropping season occurred likely fromDecember to April. The area included Mamboro (14.96%), Umbu Ratu Nggay (1.05%),and Umbu Ratu Nggay Barat (0.12%). The remaining area may implement two croppingseasons in a year. There were two cropping pattern alternatives. The first includedwetland rice production from November to March and later companion cropsproduction from April to July. This area scattered in Umbu Ratu Nggay Barat (2.91%),Katikutana Selatan (1.53%), Mamboro (2.60%), and Umbu Ratu Nggay (38.23%).The second option comprised wetland rice cultivation from November to March andsubsequently upland rice or companion crops production from April to July. Thisarea consisted of Umbu Ratu Nggay (12.40%), Katikutana (3.78%), KatikutanaSelatan (19.50%), and Umbu Ratu Nggay (2.91%).

Keywords: Precipitation, cropping pattern, rice, companion crops, Central Sumba

Page 2: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

98

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 97-107

optimal dan berkelanjutan (Palaniappan, 2014).Pengelolaan aspek iklim dan tanah dengantepat akan menunjang optimasi produksipertanian yang optimal.

Salah satu strategi optimasi yang dapatdilakukan adalah dengan penerapan pola tanamyang tepat. Ada banyak pengertian pola tanamakan tetapi secara global pola tanam dapatdidefinisikan sebagai urutan tahunan danpengaturan spasial tanaman pada satu unit lahanpertanian (Chandrasekaran et al., 2010). Didalamnya tercakup pengaturan jenis tanaman,waktu penanaman, serta tata letak pertanamandimana tanaman yang luasan pertanamannyadominan pada satu masa tanam tertentu akanmenjadi tanaman utama. Pengaturan inidilakukan sesuai dengan tujuan budidaya dantipe penggunaan lahan yang ingin dicapai. Polatanam sebagai sub-sistem dari budidayatanaman adalah salah satu bentuk pengaturanpertanaman untuk mencapai efektivitas danefisiensi produksi pada kondisi lingkunganbudidayanya.

Umumnya keterbatasan persediaan air adalahalasan utama yang mendasari penyusunan polatanam dalam periode waktu tertentu (Suryadi,2011). Oleh karena itu, pola tanam akan menjadilebih krusial di daerah yang sepenuhnyamengandalkan curah hujan. Selain ketersediaanair/curah hujan, yang juga perlu dipertimbang-kan dalam menentukan pola tanam adalahkarakter tanah, ketinggian tempat, keberadaanhama dan penyakit kronis dan potensial,ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanam,akses pasar, kemampuan permodalan petani,serta karakter sosial budaya masyarakat(Rusastra et al., 2004).

Penyusunan pola tanam akan mencakuppenentuan jenis tanaman yang sesuai dengankeadaan biofisik lahan serta penetapan sistem

pertanaman. Sistem pertananam dapat berupamonokultur (satu jenis tanaman pada satu lahan)ataupun polikultur (lebih dari satu jenis tanamanpada satu lahan). Sistem polikultur dapat berupatumpang sari, rotasi, tanaman bersisipan,ataupun tanaman campuran. Tumpang saridilakukan dengan menanam lebih dari satu jenistanaman di satu lahan yang sama pada masayang bersamaan. Rotasi merupakan praktekpenggiliran tanaman dimana beberapa tanamanyang berbeda dibudidayakan pada periodeberurutan dalam masa satu tahun. Tanamanbersisipan dilakukan dengan cara menyisipkansatu tanaman pendamping pada lahan tanamanpokok. Tanaman campuran merupakan praktekmencampur penanaman beberapa jenis tanamanpada satu lahan tanpa adanya pengaturan jaraktanam ataupun larikannya.

Pada kondisi polikultur, penentuan tanamanpasangan dan tata letak pertanaman perlu diatursesuai dengan karakter tanaman yang dikom-binasikan. Tujuannya adalah untuk menghindarikompetisi cahaya, air, atau hara serta untukmenghindari terjadinya ledakan hama penyakit.Pola hubungan tanaman penting untuk diperhati-kan dalam penentuan tanaman pasangan supayasemua individu dapat memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan merata dan optimal.

Untuk sistem pertanaman yang dipilih, nilaiIndeks Pertanaman dapat ditentukan. Indekspertanaman (IP) menunjukkan kekerapanpertanaman pada sebidang lahan pada satutahun masa tanam. Nilai IP menentukanbesarnya produktivitas lahan tersebut selamasatu tahun. Untuk meningkatkan produktivitaslahan suatu wilayah maka salah satu cara yangdapat dilakukan adalah meningkatkan nilai IPuntuk lahan tersebut.

Page 3: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

99

Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak)

Jenislahan

IndeksPertanaman(IP)

Pola tata tanam dalam 1 tahunSyarat ketersediaan air pada jaringan irigasi

Lahanberirigasi

3,00 Padi - Padi - Palawija atauPadi - Padi - Padi

Air harus terjamin tersedia dalam jumlah cukupbanyak hingga banyak

2,00 atau3,00

Padi - Padi - Bera atau Padi -Palawija - Palawija

Air harus terjamin tersedia dalam jumlah cukup

2,00 Padi - Palawija - Bera atauPalawija - Padi - Bera

Daerah yang cenderung selalu mengalamikekurangan air

Lahantadahhujan

2,00 Padi - Palawija - Bera atauPalawija - Palawija - Bera

Curah hujan yang ada harus menjaminkebutuhan air tanaman dalam jumlah cukupbanyak

1,00 Padi - Bera – Bera atauPalawija -Bera - Bera

Curah hujan yang ada harus menjaminkebutuhan air tanaman dalam jumlah cukup

Tabel 1. Model pola tata tanam untuk lahan irigasi dan lahan tadah hujan

Untuk wilayah yang memiliki irigasi teknis makalahan yang berpengairan (beririgasi) tersebutdapat ditingkatkan nilai IP-nya. Namun, untukwilayah yang tidak memiliki infrastruktur irigasimaka nilai IP lahan akan sangat tergantung padabesar dan distribusi curah hujan selama setahun.Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya airuntuk bidang pertanian harus dilakukan secaraefisiensi. Selain menggunakan teknologipengairan (irigasi) maka peningkatan IP suatulahan dapat diupayakan dengan caramempersingkat proses produksi (waktu tanam),meniadakan waktu lowong antara duapertanaman, dan melakukan tumpang tindihwaktu tanam dari dua pertanaman.

Di dalam pola tanam juga ditetapkan tata tanamserta jadwal penanaman (masa tanam). TataTanam adalah perencanaan dan penyusunanpenggunaan lahan beririgasi maupun tidakberirigasi (tadah hujan) dengan memperhatikansistem pengaturan tanaman dalam satu wilayahdalam jangka waktu 1 (satu) tahun baik padamusim hujan dan kemarau. Pemilihan tata tanamyang tepat dan cocok akan menjamin tersedia-nya air dalam memenuhi kebutuhan air tanaman.

Pola tata tanam di lahan beririgasi maupun tidakberirigasi (tadah hujan) secara umum dapatmengikuti model pada Tabel 1.

Masa tanam suatu pola tanam diatur denganmempertimbangkan ketersediaan sumber dayalingkungan pada periode tertentu. Masa tanamadalah waktu tertentu yang dijadikan sebagaitahap permulaan menanam. Umumnyapenentuan masa tanam akan terkait denganmusim. Di Indonesia dikenal ada tiga musim:musim penghujan (musim tanam utama), musimkemarau, dan musim gadu (peralihan antaramusim hujan ke kemarau). Masa tanam di suatuwilayah akan mengikuti dari awal penentuanmusim hujan atau kemarau atau gadu.

Musim tanam utama adalah musim tanam yangdilaksanakan pada saat musim penghujan baikdi lahan beririgasi maupun tanpa irigasi (lahantadah hujan). Musim tanam utama (penghujan)dilakukan dengan masa tanam Novembersampai Maret. Musim tanam gadu adalah musimtanam yang dilaksanakan pada saat peralihanantara musim penghujan ke kemarau denganmasa tanam April sampai Juli. Musim tanamkemarau adalah musim tanam yang dilaksana-

Page 4: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

100

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 97-107

kan pada saat musim kemarau, dimana musimtanam kemarau hanya dapat dilakukan padawilayah yang memiliki jaringan irigasi yang baik.Musim tanam kemarau dilakukan dengan masatanam Agustus, September, dan Oktober.

Di dalam konteks Kabupaten Sumba TengahProvinsi Nusa Tenggara Timur, sektor pertanianmasih merupakan andalan perekonomian lokal.Petani lokal telah bertani sejak dahulu dengansistem pertanian lokal berbasis pengetahuanindividual maupun komunal. KomitmenPemerintah Daerah Kabupaten Sumba Tengahuntuk meningkatkan produktivitas pertanian dankesejahteraan masyarakat dengan Tiga GerakanMoral: Hidup Hemat, Desa Aman, dan Kembalike Kebun diharapkan akan bermuara padagerakan bertani yang lebih aktif dan efektif.

Usaha tani yang dilakukan petani di SumbaTengah sebagian besar merupakan pertanianlahan kering. Dalam pertanian lahan kering ini,curah hujan merupakan sumber air utamasehingga faktor iklim sangat mempengaruhikesuksesan budidaya tanaman. Oleh karena itu,untuk mendukung tujuan kebangkitan pertanianyang telah dicanangkan pemerintah, regulasibudidaya tanaman pangan khususnya pola tanamyang sesuai dengan kondisi lokal menjadi salahsatu langkah strategis. Tujuannya adalah untukmendukung efektivitas dan efisiensi penggunaansumber daya lahan, mendapatkan hasil produksiyang lebih optimal, serta mendukung pem-bangunan masyarakat secara kolektif.

Di dalam studi ini, penyusunan pola tanam yangcocok untuk wilayah Kabupaten Sumba TengahProvinsi Nusa Tenggara Timur akan dikembang-kan berdasarkan kondisi iklim dan sosialsetempat. Pola tanam yang dirancang mencakupvariabel indeks pertanaman, tata tanam, danmasa tanam serta sebaran pola tanamnya diseluruh wilayah kabupaten.

LtMH + Lt MKI+Lt MK IIIP =

Lt Bakux 100

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan untuk menjawabtujuan penelitian ini adalah analisis neraca airberdasarkan data curah hujan dasarian (10harian) dan kebutuhan air tanaman padi danpalawija. Data curah hujan dasarian yangdigunakan adalah data sepanjang tahun 1997-2012. Data ini diperoleh dari Dinas PertanianPerkebunan Kehutanan Sumba Tengah danberasal dari tiga stasiun penakar hujan: Mananga,Lendiwacu, dan Waimamongu. Informasitentang curah hujan digunakan sebagai satu-satunya patokan ketersediaan air pada lahankering karena ketersediaan air dari irigasi belumdapat diandalkan. Ketersediaan air inilah yangkemudian akan menjadi landasan dalampenentuan pola tata tanam dan masa tanam. Datadiolah dengan menggunakan Microsoft Excel.

Neraca air menggambarkan kesetimbanganantara ketersediaan air di lahan dengan kebutuh-an air tanaman. Ketersediaan air dihitung daricurah hujan efektif. Curah hujan efektif (Re)dikalkulasi dengan dengan persamaan yangdisediakan FAO (Dwiratna et al., 2013):

Re = (0.8 x R80%) -24 untuk R80% 70 mm

Re = (0.6 x R80%) – 10 untuk R80% < 70 mm

dimana R80 = hujan andalan 80% = (n/5) + 1dan n merupakan jumlah data yang diurutkandari kecil ke besar. Kebutuhan air tanaman (Etc)adalah perkalian antara nilai koefisien tanaman(Kc) dengan nilai evapotranspirasi potensial(ETo). Kebutuhan air tanaman didasarkan padakebutuhan air untuk penggunaan air konsumtif.Persamaan neraca air yang digunakan dengandata curah hujan efektif dan kebutuhan airtanaman dapat diuraikan sebagai:Δ S (±) = Re– Etc. Nilai indeks pertanaman (IP) potensial

dapat dihitung dengan persamaan:

Page 5: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

101

Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak)

Dimana Lt MH = Luas tanam musim hujan, LtMK I = Luas tanam musim kering 1, dan LtMK II = Luas tanam musim kering 2 (Barus,2001). Untuk peningkatan IP denganmemperkecil luas lahan bera maka penggunaanair dapat dilimpahkan sebagiannya dari tanamanpadi ke tanaman pangan yang kebutuhan airnyalebih kecil seperti jagung dan aneka kacang.

Penentuan pola tanam pada studi ini didasarkanpada kondisi setempat yaitu komoditastanaman pangan yang umum dibudidayakanpetani di Sumba Tengah. Dengan adanyapembandingan antara pola ketersediaan air(berdasarkan curah hujan) serta pola kebutuhantanaman sepanjang tahun maka indekspertanaman, tata tanam, dan masa tanamsebagai substansi dari pola tanam dapatditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi biofisik dan iklim Sumba Tengah

Letak geografis Kabupaten Sumba Tengahmembentang antara 90 18o – 100 20o LintangSelatan (LS) dan 1180 55o - 1200 23o BujurTimur (BT). Luas wilayah daratan KabupatenSumba Tengah adalah 1.869,18 km2 atau186.918 ha. Secara administratif, KabupatenSumba Tengah terdiri dari 5 (lima) Kecamatandengan 66 desa atau kampung. Kelimakecamatan tersebut adalah:a. Kecamatan Umbu Ratu Nggay, seluas

79.137 ha (42,34 % luas wilayah Kabupaten)dengan ketinggian tempat 0 – 800 m dpl.

b. Kecamatan Katikutana, seluas 7.883 ha(4,22% luas wilayah Kabupaten) denganketinggian tempat 0 – 800 m dpl.

c. Kecamatan Mamboro, seluas 35.859 ha(19,18% luas wilayah Kabupaten) denganketinggian tempat 0 - 450 m dpl.

d. Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, seluas27.205 ha (14,55% luas wilayah Kabu-paten) dengan ketinggian tempat 0 - 800mdpl.

e. Kecamatan Katikutana Selatan, seluas36.834 ha (19,71% luas wilayah Kabu-paten) dengan ketinggian tempat 0 -720 mdpl.

Kabupaten Sumba Tengah merupakan daerahkering dengan hanya empat bulan basah dalamsetahun. Delapan bulan sisanya merupakanbulan relatif kering terutama bulan Juni sampaiAgustus dimana tidak terjadi hujan sama sekali(Tabel 2). Terdapat dua sumber air permukaanyaitu Sungai Bewi sepanjang 8 km di daerahMamboro dan Sungai Pamalar sepanjang 6 kmdi Kecamatan Umbu Ratu Nggay. Di banyakdesa juga terdapat mata air. Walaupun demikian,sumber air utama untuk pertanian adalah airhujan karena ketersediaan irigasi masih belummemadai.

Tabel 2. Rerata curah hujan di Sumba Tengah pada tahun 1997-2012.

Stasiun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Total

Mananga 373 317 237 132 28 13 0 0 28 42 46 91 1306

Lendiwacu 390 299 226 181 74 6 2 0 86 67 200 218 1749

Waimamongu 318 332 280 232 87 22 29 9 77 128 190 322 2027

Oleh karena kedudukan geografisnya, wilayah-wilayah di lima kecamatan di Sumba Tengahmenerima curah hujan dengah level yangberbeda (Gambar 1). Kecamatan Mamboroyang sebagian besar berada di daerah utara danberdekatan dengan perairan laut didominasi

Page 6: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

102

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 97-107

oleh wilayah dengan rentang curah hujanterendah:1306-1546 mm per tahun. Kecamat-an Umbu Ratu Nggay didominasi oleh daerah-daerah dengan interval curah hujan 1546-1787mm per tahun. Wilayah Kecamatan Katikutana,Katikutana Selatan dan Umbu Ratu NggayBarat didominasi oleh kawasan-kawasandengan rentang curah hujan paling tinggi: 1787-2027 mm per tahun.

Penggunaan lahan dan produksi tanamanpangan Sumba Tengah

Penggunaan lahan untuk kawasan pertanianbasah atau kering (lahan sawah, tegalan, kebun,padang gembala/padang rumput) adalah yangterluas bila dibandingkan dengan penggunaan

Gambar 1. Peta curah hujan tahunan di wilayah Sumba Tengah.

lahan untuk kawasan permukiman (Tabel 3).Penggunaan lahan untuk persawahan ber-pengairan terkonsentrasi di Kecamatan UmbuRatu Nggay (887 ha), Umbu Ratu Nggay Barat(647 ha) dan Mamboro (783 ha). Lahan sawahtidak berpengairan terkonsentrasi di KecamatanUmbu Ratu Nggay Barat (1.314 ha), KatikutanaSelatan (2.360 ha) dan Katikutana (951 ha).

Tanaman pangan utama yang dibudidayakanmasyarakat setempat secara luas adalah padi danjagung (Tabel 4) dengan produktivitas reratamasing-masing 3 ton ha-1. Padi dan jagungdibudidayakan di lima kecamatan yang ada diSumba Tengah. Tanaman pangan lainnya yanglazim diproduksi adalah aneka kacang dan umbi.

Page 7: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

103

Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak)

KecamatanLuasWilayah(ha)

LAHAN

Sawah Irigasi(ha)

Sawah NonIrigasi (ha)

Kering (ha) Lainnya (ha)

Mamboro 35,859 782 100 32,802 2,175

Katikutana 7,883 350 951 6,292 290

Umbu Ratu Nggay Barat 27,205 647 1,314 23,383 1,861

Umbu Ratu Nggay 79,137 887 506 60,130 17,614

Katikutana Selatan 36,834 225 2,360 19,229 15,020

LUAS LAHAN (HA) 186,918 2,891 5,231 141,836 36,960

PERSENTASE (%) 100 1.55 2.80 75.88 19.77

Tabel 3. Luas penggunaan lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten Sumba Tengah

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Sumba Tengah (2015).Keterangan:1. Lahan Sawah Berpengairan adalah gabungan dari lahan sawah dengan Irigasi Teknis, Setengah Teknis dan Sederhana2. Lahan Sawah Tidak Berpengairan adalah gabungan dari lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah yang tidak diusahakan

(lahan sawah tidur)3. Lahan Kering adalah lahan yang diusahakan untuk Tegalan/Kebun, Pekarangan/Permukiman, Ladang/Huma, Padang

Rumput, Hutan Rakyat, Hutan Negara, Perkebunan, Lahan Kering yang tidak diusahakan (lahan tidur)4. Lahan Lainnya adalah lahan Rawa-rawa yang Tidak Ditanami, Tambak, dan Kolam/Tebak/Empang

terbatasnya infrastruktur irigasi usaha tani sehinggaketersediaan air tanaman secara berkelanjutansepanjang tahun tidak dapat dijamin. Nilai IP diwilayah Sumba Tengah terdiri atas dua kategori:IP 1,00 dan IP 2,00 (Tabel 4).

Persentase lahan dengan nilai IP 1,00 adalahsebesar 16,13% dari total luas lahan kabupaten.Sebarannya ada di: Kecamatan Mamboro(14,96%), Umbu Ratu Nggay (1,05%), danUmbu Ratu Nggay Barat (0,12%) (Gambar 2).

Pola tanam Sumba Tengah

Dengan berdasar pada jenis komoditas tanamanyang lazim dibudidayakan di Sumba Tengah makakomoditas yang diikutsertakan dalam rancanganpola tanam ini adalah padi dan palawija (terutamajagung dan aneka kacang).

Indeks pertanaman (IP)

Nilai IP Sumba Tengah masih sangat tergantungpada curah hujan. Hal ini disebabkan karena

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Sumba Tengah (2015).

Tabel 4. Luas produksi, produktivitas, dan sentra produksi tanaman pangan utama Sumba Tengah.

Jenis tanaman Luas produksi(ha)

Produktivitas(ton ha-1)

Sentra produksi

Padi 7.600 3 Semua kecamatan

Jagung 4.780 3 Semua kecamatan

Ubi kayu 1.365 10 Semua kecamatan

Ubi jalar 314 8 Kecamatan Mamboro

Kacang tanah 725 1,2 Kecamatan Mamboro dan Umbu Ratu Nggay

Kedelai 246 1 Kecamatan Mamboro dan Katikutana Selatan

Kacang hijau 291 1 Kecamatan Mamboro dan Umbu Ratu Nggay Barat

Page 8: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

104

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 97-107

Lahan tersebut hanya dapat ditanami tanamanpangan (padi atau palawija) sebanyak 1 kalidalam setahun yaitu selama 4 bulan ketika curahhujan efektif tersedia. Lahan akan bera ataudigunakan sebagai padang penggembalaanselama delapan bulan sisanya.

Persentase lahan dengan nilai IP 2 (83,87%)tersebar di: Kecamatan Umbu Ratu Nggay(15,31%), Katikutana (53,78%), KatikutanaSelatan (21,04%), Mamboro (2,60%), UmbuRatu Nggay (41,14%). Lahan di daerahtersebut dapat ditanami tanaman pangan (padiatau palawija) sebanyak 2 kali berturut-turutyaitu selama 8 bulan dalam satu tahun. Lahanakan bera atau digunakan untuk penggembalaanternak selama empat bulan selanjutnya.

Sebetulnya melalui ketersediaan jaringan irigasiusaha tani maka IP (Indeks Pertanaman)tanaman pangan pada suatu wilayah dapat

ditingkatkan. Wilayah yang memiliki jaringanirigasi teknis yang dapat menjamin pengairanlahan secara kontinyu sepanjang tahun akanmampu memiliki IP tinggi yaitu 3,00. Hal iniberarti bahwa wilayah tersebut selama setahunmampu untuk ditanami tanaman pangansebanyak 3 kali. Akan tetapi dalam konteksSumba Tengah hal ini masih belum dapatditerapkan karena bangunan irigasi yang ada dilokasi tidak kontinyu mengairi lahan sepanjangtahun. Akibatnya, IP tertinggi yang bisaditerapkan adalah IP 2,00.

Tata tanam dan masa tanam

Pola tata tanam dan masa tanam yang cocokuntuk Kabupaten Sumba Tengah bervariasiantar wilayah dan disesuaikan pula denganindeks pertanaman yang sudah diperolehsebelumnya (Tabel 5). Untuk wilayah dengankemampuan satu kali masa tanam dalam satu

Gambar 2. Sebaran nilai indeks pertanaman di Sumba Tengah.

Page 9: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

105

Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak)

Gambar 3. Kalender tanam yang bisa diterapkan di wilayah Sumba Tengah berdasarkan pola tanam 1, 2a, dan 2b.

tahun (IP 1,00), pertanaman padi atau palawijasecara serentak dapat dilakukan di awalDesember sehingga pada akhir bulan April tahunberikutnya panen dapat pula dilakukanserentak. Dengan cara ini pemanfaatan curahhujan menjadi maksimal karena air yang tersediasejak hujan pertama dapat semaksimal mungkindigunakan untuk produksi tanaman. Setelah itulahan hanya dapat dibiarkan bera (tanpabudidaya) karena ketersediaan air tidakmemadai. Opsi lainnya adalah menggunakanlahan tersebut sebagai padang penggembalaan.

Untuk wilayah dengan potensi dua kali masatanam dalam setahun (IP 2,00), terdapat duajenis pola tanam yang dapat diberlakukan. Padapola I (pola 2a), budidaya padi dilakukan disepanjang periode November-Maret dandigantikan dengan pertanaman palawija padabulan April-Juli. Setelah itu lahan dibiarkan berasampai musim tanam berikutnya (Gambar 3).Persentase wilayah yang dapat menerapkanpola 2a adalah 45,28% dari total luas kabu-paten. Sebarannya terdapat di KecamatanUmbu Ratu Nggay Barat (2,91%), KatikutanaSelatan (1,53%), Mamboro (2,60%), dan

Umbu Ratu Nggay (38,23%) (Gambar 4).

Pola yang kedua (pola 2b) diterapkandengan cara membudidayakan padi padaperiode November-Maret dan merotasinyadengan padi gogo atau palawija pada bulanApril-Juli. Setelah itu lahan tidak diolahsampai musim tanam selanjutnya.Persentase luas lahan di Kabupaten SumbaTengah yang dapat diolah dengan berdasarpada pola 2b adalah sebesar 38,59% daritotal luas kabupaten. Sebarannya ada diKecamatan Umbu Ratu Nggay Barat(12,40%), Katikutana (3,78%), KatikutanaSelatan (19,50%), dan Umbu Ratu Nggay(2,91%).

Gambar 4. Variasi sebaran pola tanam yang bisa diterapkan dibeberapa wilayah Sumba Tengah

Page 10: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

106

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.1, Juni 2015: 97-107

Tabe

l 5. P

ola

tan

am y

ang

dap

at

dite

rap

kan

di s

elur

uh w

ilaya

h K

abu

pa

ten

Sum

ba

Teng

ah

Page 11: POLA TANAM KABUPATEN SUMBA TENGAH YANG SESUAI DENGAN CURAH ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8902/2/PROS_Dina... · berdasarkan data curah hujan dasarian (10 harian) dan

107

Pola Tanam Kabupaten Sumba Tengah yang sesuai dengan Curah Hujan Setempat (Dina Banjarnahor dan Bistok Hasiholan Simanjuntak)

KESIMPULAN

Kabupaten Sumba Tengah dengan karakterlahan dan iklimnya yang kering serta kondisipenyediaan air irigasi yang tidak memadaimemiliki tantangan tersendiri dalam sistembudidaya tanaman terutama apabila gerakanbertani dan kembali ke kebun akan diintensifkanoleh pemerintah daerah. Akan tetapi, kondisibiofisik dan iklim tersebut dapat disiasati denganmenerapkan pola tanam yang tepat untukmencapai efektivitas dan efisiensi pemanfaatansumber daya lahan terutama ketersediaan air.Berdasarkan pola tanam yang telah ditentukandengan menggunakan data curah hujan aktualselama 15 tahun di Kabupaten Sumba Tengahmaka pola tanam yang cocok untuk SumbaTengah adalah pola tanam dengan hanya satusampai dua kali masa tanam dalam satu tahun.Daerah Katikutana, Katikutana Selatan,sebagian kecil Umbu Ratu Nggay dan UmbuRatu Nggay Barat merupakan wilayah yangsepenuhnya dapat menerapkan dua kalipertanaman dalam setahun karena pola curahhujan dasariannya memungkinkan untukmenanam padi dan palawija secara berturut-turut. Walaupun demikian akan ada satu masatanam (dari tiga kali masa tanam yangmemungkinkan di daerah tropis) yang tidakdapat digunakan karena keterbatasan airsehingga lahan hanya dapat diberakan. Masaini terutama adalah periode Agustus sampaiOktober/November.

Sebagian besar wilayah Kecamatan Mamborodan sebagian kecil wilayah Umbu Ratu Nggaydan Umbu Ratu Nggay Barat hanya dapatmenerapkan satu kali masa tanam. Pertanamanini bisa berupa padi ataupun palawija (4 bulan)dan setelah itu lahan menjadi bera. Masa tanamyang dimaksud di sini adalah masa tanam dariDesember sampai April.

Dengan berpedoman pada pola tanam tersebut,pemanfaatan kondisi biofisik dan iklim lahanakan menjadi maksimal untuk mencapaiproduksi tanaman pangan yang optimal.Walaupun demikian, sistem pola tanam ini kedepannya masih bisa dimodifikasi terutamaapabila ketersediaan air dapat ditingkatkandengan sistem irigasi yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, H. 2001.Potensi Peningkatan IndeksPertanaman Berdasarkan PolaKetersediaan Air Irigasi di Sumaterabagian Utara. Bogor: IPB.

Chandrasekaran, B., Annadurai, K, danSomasundaram, E. 2010.A Textbookof Agronomy. New Age InternationalPublishers. New Delhi, India.

Dwiratna N.P.S., Nawawi, G. dan Asdak, C.2013. Analisis curah hujan dan aplikasi-nya dalam penetapan jadwal dan polatanam pertanian lahan kering di Kabu-paten Bandung.Bionatura-Jurnal ilmu-ilmu hayati dan fisik 15 (1): 29-34.

Palaniappan, S.P. dan Sivaraman, K. 1996.Cropping Systems in the Tropics. NewAge International Publishers. New Delhi,India.

Rusastra, I.W., Saliem, H.P., Supriati, danSaptana. 2004. Prospek pengembanganpola tanam dan diversifikasi tanamanpangan di Indonesia.Forum penelitianagroekonomi 22 (1): 37-53.

Suryadi, A. 2011.Studi PengembanganJaringan Irigasi di Daerah Irigasibandar Sidoras. Medan: USU.

***