Presentasi Kasus Bedah Thorak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BTKV

Citation preview

PRESENTASI KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 80 TAHUN DENGAN FRAKTUR COSTAE

Oleh :Gagat Ragil A.PG99122050.Kristianto AryoG99131048

Pembimbing:dr. Darmawan Ismail, Sp.BTKV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDISURAKARTA2014BAB ISTATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIENNama: Tn. SUmur: 80 TahunJenis Kelamin: PriaAgama: IslamPekerjaan: PensiunanAlamat: Mondoretno, Bulu, Temanggung, Jawa TengahNo. RM: 01256325Masuk RS: 29 Mei 2014Pemeriksaan: 5 Juni 2014

B. ANAMNESA1. Keluhan UtamaNyeri punggung kanan atas setelah kecelakaan lalu lintas

2. Riwayat Penyakit SekarangKurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit ketika pasien sedang menyebrang jalan raya, pasien ditabrak sepeda motor dari arah samping. Setelah tertabrak pasien terjatuh dengan panggul dan punggung membentur aspal. Kemudian pasien merasakan nyeri pada punggung kanan bagian atas.. Nyeri dirasakan hebat, terus menerus, tidak menjalar, tidak berkurang dengan istirahat dan bertambah nyeri dengan bertambahnya aktifitas. Pasien juga mengeluh sesak nafas setelah kejadian tersebut. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada bahu kanannya, Nyeri dirasakan terus menerus, tidak menjalar Tidak berkurang dengan istirahat. Pasien mengalami kesulitan dalam menggerakkan tangan kanan dikarenakan nyeri. Tangan terasa dingin (-), terasa kaku (-), kesemutan (-) Pingsan (-), muntah (-), kejang (-).Oleh keluarga pasien dibawa ke RSUD Temanggung. Di sana pasien diinfus, disuntik obat-obatan, dan di foto rontgen. Karena keterbatasan alat maka pasien dirujuk ke RSUD Dr Moewardi dengan diagnosa fraktur clavicula.3. Riwayat Penyakit DahuluR. Asma: disangkalR. Alergi: disangkalR. Hipertensi: disangkalR. Diabetes: disangkal

4. Riwayat Penyakit KeluargaR. Alergi: disangkalR. Hipertensi: disangkalR. DM: disangkalR. Asma: disangkal

5. Anamnesa SistemikKepala: pusing (-) nyeri kepala (-)Mata: pandangan kabur (-/-)Hidung:sekret (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)Telinga: pendengaran berkurang (-/-), keluar cairan (-/-)Mulut: sianosis (-)Tenggorokan: nyeri telan (-)Thorak: nyeri punggung (+) kanan atasRespirasi: sesak (+), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-)Cardiovascular: pingsan (-), kaki bengkak (-)Gastrointestinal: mual (-) muntah (-),perut terasa panas (-) kembung (-), sebah (-), muntah darah (-), BAB warna hitam (-), BAB lendir darah (-), BAB sulit (-)Genitourinaria: BAK warna kuning jernih, nyeri saat BAK (-)Muskuloskeletal: nyeri otot (-), nyeri sendi (+), bengkak sendi (-)Ekstremitas: Atas: Nyeri (+) pada bahu kanan Bawah: pucat (-/-), kebiruan (+/-), bengkak (+/-), luka (-/-)terasa dingin (-/-)

B. PEMERIKSAAN FISIKI. Primary Surveya. A :Bebasb. B :Inspeksi: Pengembangan dada Kanan =Kiri RR : 26x/menitPalpasi: Nyeri tekan (+/-)Perkusi: Redup/SonorAuskultasi: Suara dasar vesikuler (/+), Suara tambahan (-)c. C :TD=120/70 , N=80 x / menit, tegangan dan isian cukupd. D :GCS E4V5M6, Pupil isokor (3mm/3mm)e. E :T=36.80C, Jejas lihat status lokalis

II. Secondary Surveya. Kepala: mesocephalb. Mata: konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor(3mm/3mm), reflekcahaya (+/+), hematom periorbita (-/-),diplopia (-/-), visus (N/N), gerak bola mata (N/N)c. Telinga: secret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), jejas (+)d. Hidung: bentuk simetris, napas cuping hidung (-), secret (-), darah (-).e. Mulut: gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-), maloklusi (-).f. Leher: pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-),JVP tidak meningkatg. Thorak: simetris, retraksi (-), jejas (+) lihat status lokalish. Paru:Inspeksi: pengembangan dada kanan = kiri.Palpasi: Fremitus raba kanan > kiri, Nyeri tekan (+/-)Perkusi: redup/sonor.Auskultasi: suara dasar vesikuler (/ +), suara tambahan (-/-)i. JantungInspeksi: ictus cordis tidak tampak.Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat.Perkusi: batas jantung kesan tidak melebar.Auskultasi: bunyi jantung I-II intenstas normal, regular, bising (-).

j. AbdomenInspeksi: distended (-)Auskultasi: bising usus (+) normalPerkusi: timpaniPalpasi: supel, nyeri tekan (-), defance muscular (-)k. Ekstremitas: lihat status lokalis Akral dinginOedemPucat__

__

+-

--

--

--

III. Status LokalisRegio Lobulus Auricula DextraLook: vulnus terhecting silk 2.0 berjumlah 1 buahRegio Thoraks Posterior DextraLook: udem (+)Feel: nyeri tekan (+)Regio Clavicula DextraLook: udem (+), deformitas (+) angulasi ke superiorFeel: NVD (-), krepitasi (+) pada sepertiga tengah, nyeri tekan (+) Movement: ROM bahu terbatas karena nyeri

C. ASSESSMENT ISuspek close fraktur costae posterior dextraClose fraktur clavicula 1/3 tengah dextraSuspek Hematothoraks dextra

D. PLAN IInfus Ringer Laktat 20 tpmInjeksi Ketorolac 30 mg / 8 jamInjeksi Ranitidine 50 mg / 12 jamImmobilisasiFoto Thorax PALaboratorium darah: DR3, Golongan darah, AGD

E. PEMERIKSAAN PENUNJANGTanggal 2 Juni 2014 dilakukan di RSDM1. Foto Ro Thorax PA

Kesan : Hematothoraks bilateral Fraktur segmental costae posterior dan lateral 2, 3, 4, 5, 6, 8sisi kanan, dan fraktur costae lateral 7, 9 sisi kanan Fraktur 1/3 tengah os clavicula kanan Terpasang WSD dengan tip terproyeksi setinggi costae 2 posterior kanan

2. Laboratorium darahHb 10,8 g/dl AE 3,50 x106/uL Hct 30 % AL 9,7 x103/uLAT 135 x103/uLGolongan darah BHBsAg non reaktif

3. Analisa Gas DarahPH= 7.398BE= -2,8 mmol/lPCO2= 36,3 mmHgPO2= 90,7 mmHgHct= 22 % HCO3= 22,0 mmol/lTotal CO2`= 23.4 mmol/l02 Saturasi= 97.3 %

F. ASSESSMENT IIFlail Chest costae posterior dextraClose fraktur costae VII, IX lateral simpledextraClose fraktur clavicula 1/3 tengah dextra kominutifHematothoraks dextra

G. PLAN IIChest tubeORIF Clavicula Dextra Elektif

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiFraktur Costa adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa.1

Fraktur costa akan menimbulkan rasa nyeri, yang mengganggu proses respirasi, disamping itu adanya komplikasi dan gangguan lain yang menyertai memerlukan perhatian khusus dalam penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena costa pada anak masih sangat lentur.1,2

B. EtiologiCosta merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena tulang ini sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka setiap ada trauma dada akan memberikan trauma juga kepada costa. Fraktur costa dapat terjadi dimana saja disepanjang costa tersebut.. Dari keduabelas pasang costa yang ada, tiga costa pertama paling jarang mengalami fraktur hal ini disebabkan karena costa tersebut sangat terlindung. Costa ke 4-9 paling banyak mengalami fraktur, karena posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat sedikit, sedangkan tiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang mengalami fraktur oleh karena sangat mobil .Pada olahragawan biasanya lebih banyak dijumpai fraktur costa yang undisplaced , oleh karena pada olahragawan otot intercostalnya sangat kuat sehingga dapat mempertahankan fragmen costa yang ada pada tempatnya.2Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :31. Disebabkan traumaa. Trauma tumpulPenyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain : Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.b. Trauma TembusPenyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa adalah luka tusuk dan luka tembak

2. Disebabkan bukan traumaYang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur, seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf.

C. PatofisiologiFraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan, samping ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma costa, tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada, maka tidak semua trauma dada akan terjadi fraktur costa.Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat traumanya. Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut. Seperti pada kasus kecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan dari angulus costa, dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.Fraktur costa yang displace akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ dibawahnya. Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai arteri intercostalis, pleura visceralis, paru maupun jantung, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks, pneumotoraks ataupun laserasi jantung.3

D. KlasifikasiMenurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan:3,41) Fraktur simple 2) Fraktur multiple Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat dibedakan:1) Fraktur segmental 2) Fraktur simple 3) Fraktur comminutif Menurut letak fraktur dibedakan :1) Superior (costa 1-3 ) 2) Median (costa 4-9) 3) Inferior (costa10-12)Menurut posisi dibedakan:1) Anterior 2) Lateral 3) Posterior. Ada beberapa kasus timbul fraktur campuran, seperti pada kasus Flail chest, dimana pada keadaan ini terdapat fraktur segmental, 2 costa atau lebih yang letaknya berurutan.

Diagnosis

Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru terdiagnosis setelah timbul komplikasi, seperti hematotoraks dan pneumotoraks. Hal ini dapat terjadi pada olahragawan yang memiliki otot dada yang kuat dan dapat mempertahankan posisi frakmen tulangnya.3

Anamnesis1,2,3

Perlu ditanyakan mengenai mekanisme trauma, apakah oleh karena jatuh dari ketinggian atau akibat jatuh dan dadanya terbentur pada benda keras, kecelakan lalu lintas, atau oleh sebab lain.

Nyeri merupakan keluhan paling sering biasanya menetap pada satu titik dan akan bertambah pada saat bernafas. Pada saat inspirasi maka rongga dada akan mengembang dan keadaan ini akan menggerakkan fragmen costa yang patah, sehingga akan menimbulkan gesekan antara ujung fragmen dengan jaringan lunak sekitarnya dan keadaan ini akan menimbulkan rangsangan nyeri.

Apabila fragmen costa ini menimbulkan kerusakan pada vaskuler akan dapat menimbulkan hematotoraks, sedangkan bila fragmen costa mencederai parenkim paru-paru akan dapat menimbulkan pneumotoraks.

Penderita dengan kesulitan bernafas atau bahkan saat batuk keluar darah, hal ini menandakan adanya komplikasi berupa adanya cedera pada paru.

Riwayat penyakit dahulu seperti bronkitis, neoplasma, asma, haemoptisis atau sehabis olahraga akan dapat membantu mengarahkan diagnosis adanya fraktur costa.

Pada anak dapat terjadi cedera paru maupun jantung,meskipun tidak dijumpai fraktur costa. Keadaan ini disebabkan costanya masih sangat lentur, sehingga energi trauma langsung mengenai jantung ataupun paru-paru.

Pemeriksaan fisik1,2,3

Kondisi lokal pada dinding dadanya seperti adanya plester, deformitas dan asimetris, kita perlu juga memeriksa fisik secara keseluruhan yang berkaitan dengan kemungkinan adanya komplikasi akibat adanya fraktur costa sendiri maupun penyakit penyerta yang kadang ada.

Adanya fraktur costa ke 1-2 yang merupakan costa yang terlindung oleh sendi bahu, otot leher bagian bawah dan clavicula, mempunyai makna bahwa fraktur tersebut biasanya diakibatkan oleh trauma langsung dengan energi yang hebat. Pada fraktur daerah ini perlu dipikirkan kemungkinan adanya komplikasi berupa cidera terhadap vasa dan saraf yang melewati apertura superior.

Pemisahan costocondral memiliki mekanisme trauma seperti pada fraktur costa. Pemisahan costocondral atau dislokasi pada artikulasi antara parsosea dengan parscartilago akan menimbulkan gejala yang sama dengan fraktur costa, dengan nyeri yang terlokalisir pada batas costocondral, apabila terdapat dislokasi secara komplit akan teraba defek oleh karena ujung parsoseanya akan lebih menonjol dibandingkan dengan parscartilagonya.Adapun pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan adanya :a. Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada b. Adanya garakan paradoksal c. Tandatanda insuffisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea, d. Kadang akan nampak ketakutan dan cemas,karena saat bernafas bertambah nyeri. e. periksa paru dan jantung,dengan memperhatikan adanya tanda-tanda pergeseran trakea, pemeriksaan ECG, saturasi oksigen. f. periksa abdomen terutama pada fraktur costa bagian inferior :diafragma, hati, limpa, ginjal dan usus. g. periksa tulang rangka: vertebrae, sternum, clavicula, fungsi anggota gerak.

h. nilai status neurologis: plexus bracialis, intercostalis, subclavia.

Pemeriksaan penunjang

Rontgen toraks anteroposterior dan lateral dapat membantu mendiagnosis adanya hematotoraks dan pneumotoraks ataupun contusio pulmonum. Pemeriksaan ini akan dapat mengetahui jenis, letak fraktur costaenya.4,5

Pemeriksaan foto oblique hanya dapat membantu diagnosis fraktur multiple pada orang dewasa, rontgen abdomen apabila ada kecurigaan trauma abdomen yang mencederai hati, lambung ataupun limpa akan menimbulkan gambaran peritonitis. Sedangkan pada kasus yang sulit terdiagnosis dapat dilakukan dengan Helical CT Scan.

Differential Diagnosis1,3,5:

a. Contusio dinding dada

b. Repirasi (infeksi, pleuritis, emboli pulmo)

c. Cardiac (MI, pericarditis)

d. Fraktur (stress fraktur, fraktur sternum, fraktur vertebrae)

e. Musculoscletal (Osteoartritis, costocondritis, ankylosisng spondilitis)

f. Gastrointestinal (Gastritis, hepatitis, cholecystitis)

g. DVT

Komplikasi5,6

Komplikasi yang timbul akibat adanya fraktur costa dapat timbul segera setelah terjadi fraktur, atau dalam beberapa hari kemudian setelah terjadi. Besarnya komplikasi dipengaruhi oleh besarnya energi trauma dan jumlah costae yang patah.

Gangguan hemodinamik merupakan tanda bahwa terdapat komplikasi akibat fraktur costae. Pada fraktur costa ke 1-3 akan menimbulkan cedera pada vasa dan nervus subclavia, fraktur costa ke 4-9 biasannya akan mengakibatkan cedera terhadap vasa dan nervus intercostalis dan juga pada parenkim paru, ataupun terhadap organ yang terdapat di mediastinum, sedangkan fraktur costa ke 10-12 perlu dipikirkan kemungkinan adanya cedera pada diafragma dan organ intraabdominal seperti hati, limpa, lambung maupun usus besar.

Pada kasus fraktur costa simple pada satu costa tanpa komplikasi dapat segera melakukan aktifitas secara normal setelah 3-4 minggu kemudian, meskipun costa baru akan sembuh setelah 4-6 minggu.

Komplikasi awal :

Pneumotoraks, effusi pleura, hematotoraks, dan flail chest, sedangkan komplikasi yang dijumpai kemudian antara lain contusio pulmonum, pneumonia dan emboli paru. Flail chest dapat terjadi apabila terdapat fraktur dua atau lebih dari costa yang berurutan dan tiap-tiap costa

terdapat fraktur segmental,keadaan ini akan menyebabkan gerakan paradoksal saat bernafas dan dapat mengakibatkan gagal nafas.

Penatalaksanaan6,7

1. Pre Hospital :

Pada tahap ini tindakan terhadap pasien terutama ditujukan untuk memperbaiki suplai oksigenasi

2. Penanganan pada saat di ruang UGD:

Tindakan darurat terutama ditujukan untuk memperbaiki jalan nafas,pernafasan dan sirkulasinya( Airway, Breath dan circulation).

Fraktur costa simple 1-2 buah terapi terutama ditujukan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan kemudahan untuk pembuangan lendir/dahak, namun sebaiknya jangan diberikan obat mucolitik, yang dapat merangsang terbentuknya dahak dan malah menambah kesulitan dalam bernafas.

Fraktur 3 buah costa atau lebih dapat dilakukan tindakan blok saraf, namun pada tindakan ini dapat menimbulkan komplikasi berupa pneumotoraks dan hematotoraks, sedangkan fraktur costa lebih dari empat buah sebaiknya diberikan terapi dengan anastesi epidural dengan menggunakan morphin atau bupivacain 0,5%.

Pada saat dijumpai flail chest atau gerakan paradoksal, segera dilakukan tindakan padding untuk menstabilkan dinding dada, bahkan kadang diperlukan ventilator untuk beberapa hari sampai didapatkan dinding dada yang stabil

3. Penanganan di ruang rawat inap

Pada fraktur costa yang simple tanpa komplikasi dapat dirawat jalan, sedangkan pada pasien dengan fraktur multiple dan kominutif serta dicurigai adanya komplikasi perlu perawatan di RS. Pasien yang dirawat di RS perlu mendapatkan analgetik yang adekuat, bahkan kadang diperlukan narkotik (lihat tabel ), dan yang juga penting untuk ini adalah pemberian latihan nafas (fisioterapi nafas).

Fraktur costa dengan komplikasi kadang memerlukan terapi bedah, dapat dilakukan drainase atau torakotomi, untuk itu evaluasi terhadap kemungkinan adanya komplikasi harus selalu dilakukan secara berkala dengan melakukan foto kontrol pada 6 jam,12 jam dan 24 jam pertama.

4. Penanganan di rawat jalan.

Penderita rawat jalan juga tetap memprioritaskan pemberian analgetik yang adekuat untuk memudahkan gerakan pernafasan. Latihan nafas harus selalu dilakukan untuk memungkinkan pembuangan dahak.

Prognosis

Fraktur costa pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis yang baik, sedangkan pada penderita dewasa umumnya memiliki prognosis yang kurang baik oleh karena selain penyambungan tulang relatif lebih lama juga umumnya disertai dengan komplikasi. Keadaan ini disebabkan costa pada orang dewasa lebih rigit sehingga akan mudah menusuk pada jaringan ataupun organ di sekitarnya.7

Tanda utama adalah gerakan nafas asimetri, nyeri waktu nafas dan sesak nafas.

Tindakan :

1. Pemasangan Plester

Harus melewati garis tengah atau lingkaran dada (1-2 minggu). Kerugiannya dapat menimbulkan pneumonitis dan kolaps paru

2. Blok anestesi interkostal

3. Anestesi lokal pada hematom sekitar patah tulang

4. Blok paravertebral

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W, Sjamsuhidajat R 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Rasjad C.R 2003. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue. Makasar.3. Duan Y, Smith CE, Como JJ. Cardiothoracic trau8. ma. In: Wilson WC, Grande CM, Hoyt DB (eds). Trauma: emergency resuscitation perioperative anesthesia surgical management (Vol. 1). New York: Informa Healthcare 2007:469994. Robinson CM. Fractures of the clavicle in the adult. 14. J Bone Joint Surg 1998;80 B:476845. Tai NRM, Boffard KD. Thoracic trauma: principles 19. of early management. Trauma 2003;5: 12336.6. Hinton D, Steiner CA. Fractures of the ribs. J Bone 21. Joint Surg Am. 1940;22:5976077. Bolliger CT, Van Eeden SF. Treatment of multiple 20. rib fractures (randomized controlled trial comparing ventilatory with nonventilatory management). Chest 1990;97;9438

8