3
Proyek Hujan Anda pasti bertanya-tanya apa itu proyek hujan. Proyek ini merupakan sebuah inisiatif pengaplikasian metode rainwater harvesting system ‘sistem pemanenan air hujan’ pada bangunan dengan tingkat konsumsi air yang tinggi. Pasalnya, selama ini pemanenan air hujan masih berfokus pada skala rumah tangga atau lingkungan. Masih sulit ditemukan bangunan komersial yang memproduksi sendiri airnya melalui pemanenan air hujan. Kini, sudah saatnya para pengusaha terlibat lebih jauh dalam gerakan go green ini, bukan malah menyedot air tanah secara besar-besaran. Penggunaan sistem pemanenan air hujan merupakan kontribusi pengusaha untuk menjadikan usahanya lebih ramah lingkungan. Apalagi, isu mengenai air kian sensitif sekarang ini. Selain itu, pengusaha juga akan diuntungkan secara ekonomi karena terjadi efisiensi biaya pengadaan air. Harga air yang semakin hari semakin mahal tentu menjadi momok. PDAM Kota Surabaya contohnya, mematok harga air pada bangunan komersial antara 4.000 rupiah hingga 10.000 rupiah per meter kubik air, tergantung jumlah pemakaian dan tipe usaha. Harga air dari penyedia air non-PDAM bahkan mencapai Rp24.000/m 3 . Proyek hujan rencananya akan dimulai oleh salah satu perusahaan logistik di gudangnya di Surabaya. Menurut rencana, hasil pemanenan air hujan ini akan memenuhi kebutuhan air bersih untuk 100 pekerjanya setiap hari. Pada tahap awal, harus dihitung jumlah air yang dibutuhkan oleh seluruh pekerja. Hingga kini, belum ada acuan baku mengenai kebutuhan air per orang per hari. Namun, berdasarkan pengamatan lapangan dan dukungan pustaka (SNI 03-7065-2005), diambil nilai kebutuhan air sebanyak 50 m 3 /orang/hari. Artinya, dalam 30 hari, gudang harus mendapatkan suplai air sebanyak 150.000 liter dan selama setahun (313 hari, Minggu libur dan belum termasuk libur nasional dan cuti bersama) dibutuhkan 1.565.000 liter. Jika kebutuhan air itu dipenuhi melalui air PDAM, maka perusahaan harus bersiap menyediakan 14.867.500 rupiah hanya untuk kebutuhan air bersih saja. Jika tidak ada jaringan air PDAM, biaya yang dikeluarkan lebih membengkak, 37.560.000 rupiah. Belum lagi bila dihitung dalam jangka panjang, berapa banyak uang yang akan dihemat jika pengusaha tidak menggunakan air dari pihak lain.

Proyek Hujan: Perencanaan Awal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aplikasi rainwater harvesting pada bangunan komersial (gudang).

Citation preview

  • Proyek Hujan

    Anda pasti bertanya-tanya apa itu proyek hujan. Proyek ini merupakan sebuah inisiatif

    pengaplikasian metode rainwater harvesting system sistem pemanenan air hujan pada

    bangunan dengan tingkat konsumsi air yang tinggi. Pasalnya, selama ini pemanenan air hujan

    masih berfokus pada skala rumah tangga atau lingkungan. Masih sulit ditemukan bangunan

    komersial yang memproduksi sendiri airnya melalui pemanenan air hujan.

    Kini, sudah saatnya para pengusaha terlibat lebih jauh dalam gerakan go green ini, bukan

    malah menyedot air tanah secara besar-besaran. Penggunaan sistem pemanenan air hujan

    merupakan kontribusi pengusaha untuk menjadikan usahanya lebih ramah lingkungan.

    Apalagi, isu mengenai air kian sensitif sekarang ini.

    Selain itu, pengusaha juga akan diuntungkan secara ekonomi karena terjadi efisiensi biaya

    pengadaan air. Harga air yang semakin hari semakin mahal tentu menjadi momok. PDAM

    Kota Surabaya contohnya, mematok harga air pada bangunan komersial antara 4.000 rupiah

    hingga 10.000 rupiah per meter kubik air, tergantung jumlah pemakaian dan tipe usaha.

    Harga air dari penyedia air non-PDAM bahkan mencapai Rp24.000/m3.

    Proyek hujan rencananya akan dimulai oleh salah satu perusahaan logistik di gudangnya di

    Surabaya. Menurut rencana, hasil pemanenan air hujan ini akan memenuhi kebutuhan air

    bersih untuk 100 pekerjanya setiap hari.

    Pada tahap awal, harus dihitung jumlah air yang dibutuhkan oleh seluruh pekerja. Hingga

    kini, belum ada acuan baku mengenai kebutuhan air per orang per hari. Namun, berdasarkan

    pengamatan lapangan dan dukungan pustaka (SNI 03-7065-2005), diambil nilai kebutuhan

    air sebanyak 50 m3/orang/hari. Artinya, dalam 30 hari, gudang harus mendapatkan suplai air

    sebanyak 150.000 liter dan selama setahun (313 hari, Minggu libur dan belum termasuk libur

    nasional dan cuti bersama) dibutuhkan 1.565.000 liter.

    Jika kebutuhan air itu dipenuhi melalui air PDAM, maka perusahaan harus bersiap

    menyediakan 14.867.500 rupiah hanya untuk kebutuhan air bersih saja. Jika tidak ada

    jaringan air PDAM, biaya yang dikeluarkan lebih membengkak, 37.560.000 rupiah. Belum

    lagi bila dihitung dalam jangka panjang, berapa banyak uang yang akan dihemat jika

    pengusaha tidak menggunakan air dari pihak lain.

  • Selanjutnya, harus diketahui berapa jumlah air hujan yang dapat dimanfaatkan. Data ini

    dihasilkan dari perkalian nilai curah hujan dengan luas atap. Karena tidak semua air hujan

    yang jatuh ke atap dapat dimanfaatkan, kalikan dengan koefisien antara 0,70,95,

    disesuaikan dengan sejauh mana kemampuan atap untuk menangkap hujan.

    Nilai curah hujan yang dipakai adalah nilai normal curah hujan (nilai rata-rata curah hujan

    selama 30 tahun). Data ini dapat diminta di stasiun meteorologi atau stasiun klimatologi

    terdekat, atau dari publikasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

  • Selanjutnya, hasil perhitungan volume air yang dibutuhkan dan volume air hujan

    disandingkan. Dari situ dapat diketahui berapa kebutuhan tandon / tempat penampungan air

    yang harus dibangun. Volume air yang dapat ditampung di tandon adalah sama dengan

    jumlah kekurangan air pada musim kemarau (jika kemaraunya menerus) atau jumlah

    kekurangan air terbesar antara musim hujan dan kemarau (jika musim kemarau diselingi

    hujan).

    Air hujan yang tidak tertampung di tandon, dapat disalurkan ke sumur resapan air dan

    menjadi sumber air tanah. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua lahan cocok untuk

    pembuatan sumur resapan. Sedikitnya ada tiga faktor yang harus diperhatikan: koefisien

    permeabilitas tanah, tinggi muka air tanah, dan jarak antara sumur resapan dengan septic

    tank, resapan limbah, dan sumur air bersih.

    Pada masa mendatang, seyogianya semakin banyak pengusaha dan perusahaan yang

    memunculkan inisiatif ramah lingkungan lainnya atau meniru contoh-contoh yang telah ada.

    Bumi kita adalah tanggung jawab bersama.