Upload
hoangmien
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Komposisi Lagu ‘’TO Do More’’ Inspirasi Dari Injil (MAT 5:41)
(Suatu Kajian Semiotika-Musikologis)
Ramanda Hamran Pranesta, M.A
Abstrack
The composition of music as a new thing is solely not something that has never been
found but it is new because of the literature or reference that inspires the
composition of music created. The literature or reference used may be songs,
instrumental works, or literary verses sung. The song composition of To Do More is
an inspired vocal music composition from Matthew 5:41. The inspiration of this
composition is contained in a verse in the Bible which the composer says is one idea
to produce a lyric that relates to the biblical text. The existence of an
interrelationship or connection of spiritual life which is illustrated by singing so that
it becomes a statement or pledge for every people of God who sings the composition
itself.
Keywords: Music Composition, To Do More, Mat 5 :41, Music.
I. Introduksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komposisi memiliki beberapa pengertian
dan defenisi, seperti susunan, gubahan baik instrumen (alat musik) maupun vokal,
teknik menyusun karangan agar terlihat indah dan selaras serta integrasi warna, garis
dan bidang untuk menjadi kesatuan yang harmonis. Begitu pula hal yang sama jika
sebuah komposisi itu adalah komposisi yang berkaitan dengan musik (komposisi
musik), maka terciptalah hasil karya seni musik atau karangan musik yang baru dan
yang belum pernah ada sebelumnya. Komposisi musik sebagai hal yang baru semata-
mata bukanlah hal yang belum pernah ditemukan namun hal ini menjadi baru karena
adanya literatur atau referensi yang memberikan inspirasi terhadap komposisi musik
yang diciptakan. Literatur atau referensi yang digunakan dapat berupa lagu-lagu,
karya musik instrumental, maupun syair-syair sastra yang dinyanyikan. Dari
beberapa literatur yang ada menjadi sebuah inspirasi bagi sang composer untuk
menghasilkan sebuah karya yang sesuai dengan keinginan dan pengalaman yang ia
alami dan rasakan.
Komposisi lagu To Do More ialah sebuah komposisi musik vocal yang
terispirasi dari Matius 5:41. Inspirasi dari komposisi ini terdapat dalam sebuah ayat
dalam Alkitab yang menurut sang komponis menjadi salah satu ide untuk
menghasilkan sebuah lirik yang berkaitan dengan teks Alkitab tersebut.
Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah
bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5:41)
Dari kutipan ayat di atas jelas ada beberapa makna yang terkandung dari ayat
tersebut. jika di telisik dari satu kata dengan kata yang lain, ini dalat dikatakan sebuah
perintah bagi manusia untuk melakukan hal yang lebih dari seharusnya. Melakukan
hal yang lebih tersirat melalui kata “memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” ini lah yang perlu di garis bawahi bahwa
perbuatan seperti ini apakah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh manusia
tersebut. Penulis bukan jurnal ini bukanlah ahli teolog yang dapat menafsirkan ayat
ini secara spesifik dan dengan sudut pandang teologis, namun ada makna yang
penting jika di perhatikan secara seksama mengenai perintah yang tertulis di dalam
kitab tersebut. makna itu adalah To Do More, yang dapat di pahami ”melakukan
lebih”.
To Do More dipilih menjadi topik dalam kompisisi lagu yang ini karena
sebagai manusia dan umat yang percaya akan Tuhan, harus melakukan sesuatu hal
yang lebih dari seharusnya. Untuk memiliki rasa percaya tentunya harus disertai
dengan keihklas hati dalam melakukan segala hal, apalagi sebuah hal yang menurut
akal manusia tidak dipercaya dan bertolak belakang dengan perasaan yang dialami.
Dapat artikan pula ToDo More ini adalah perilaku yang dilakukan secara “totalitas”
terhadap apa yang dilakukan. Totalitas sendiri mengacu kepada hasil atas proses yang
dilakukan, baik pekerjaan, pelayanan kepada Tuhan, dan tugas-tugas yang diberikan.
Tidak hanya sekedar menyelasikan tugas dan pekerjaan namun ada hal yang lebih
untuk pekerjaan itu misalnya, seorang musisi hebat yang melakukan latihan selama
10 jam perhari yang mana waktu 10 jam itu adalah di luar batas normal bagi para
musisi untuk latihan. Begitu pula dengan atlit sepak bola yang di arahkan oleh
pelatihnya untuk push up sebanyak 100 kali dan ia melakukannya sebanyak 200 kali.
Dua contoh ilustrasi ini menggambarkan bahwa untuk mencapai kesuksesan dan
keberhasilan ada hal yang harus dikerjakan dan dilakukan secara lebih atau dengan
kata lain melakukan sesuatu secara totalitas. Dapat di tegaskan kembali bahwa To Do
More itu adalah himbauan bagaimana manusia harus melakukan hal yang lebih dalam
hidupnya demi keberhasilan sebuah pihak dan tanpa merugikan orang lain dan diri
sendiri.
Terkait dengan tema komposisi To Do More ini, penulis mencoba untuk
menginterpretasikan inspirasi lewat ayat Matius 5:41yang disusun dengan
menggunakan melodi, ritmik dan harmoni sehingga menjadi sebuah komposisi musik
yang dapat menyampaikan makna inspirasi kepada setiap orang yang
mendengarkannya. Namun untuk mecapai hal tersebut penulis akan memaparkan
teori yang digunakan baik itu teori musikal dan teori ekstra musikal serta analisis-
analisi yang dibahas adalam tulisan ini.
II. Teori Semiotik Susan K. Langer
Setaip karya ilmiah yang berupa jurnal ataupun penelitian tentunya harus
didukungan teori-teori yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dan dikaji. Teori
yang digunakan akan menjadi pisau bedah dalam pembahasan dan analisis yang
dilakukan oleh penulis terhadap fenomena yang ada. Dalam kesempatan ini penulis
menggunakan teori semiotika (simbol) dan teori musikologi. Adapun teori semiotika
yang digunakan adalah teori Discursive & Presentational form oleh Susan K. Langer.
Sama halnya dengan teori semiotika, penulisan ini juga menggunakan beberapa teori
musikologi dari beberapa buku yang berisikan teori-teori musik.
1. Discursif (Discursive)
Manusia eratkaitannya dengan simbol-simbol yang ada di sekelilingnya dan
sudah menjadi salah satu buadaya bagi manusia untuk memahami simbol-simbol
yang ada. Adanya tuntutan terhadap manusia untuk memhami simbol-simbol itulah
yang terjadi dalam kehidupan saat ini, contohnya seperti rambu-rambu lalu lintas dan
simbol-simbol lainnya. Oleh sebab itu fungsi simbol sangatlah penting, sebab tanpa
memahami simbol sulit bagi manusia untuk dapat memahami perubahan. Simbol-
simbol menjadi tugu-tugu yang menandai proses belajar manusia, penunjuk ke arah
pembaharuan dan penyusunan kembali.1 Salah satu pembahasan mengenai simbol
yang diungkapkan oleh Susane K. Langer ialah discursive. Dalam bukunya Langer
membahas mengenai teori-teori mengenai simbol yang dapat dilogikakan. Artinya
teori yang bersifat logika pun memiliki simbol-simbol di dalamnya.2 Langer
memandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks antara simbol, objek dan
manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama/hubungan antara simbol dan
referennya/objek) dan konotasi (makna pribadi/hubungan antara simbol dan orang).
1 Peursen, C.A.Van. Strategi Kebudayaan, cetakan keempat Kanisius. 1993. Yogyakarta.Hal 149.
2 Langer, K Susane. The Philosophy in a New Ke; A Study in the Symbolism of Reason, Rite, and Art.
1941the New American Library. Hal. 63
Dapat dikatakan juga bahwa denotasi merupakan aspek logis, sedangkan makna
konotasi merupakan aspek psikologis dari suatu makna. Atau dengan kata lain,
Simbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unit- unitnya
bermakna berdasarkan konvensi (aturan yg disepakati bersama). Selain itu setiap unit
memiliki maknanya sendiri sendiri seperti kata di dalam serangkaian kalimat.3 Untuk
mengerti makna yang terkandung dalam sebuah simbol diperlukan intelektual yang
baik serta pemahaman untuk mengerti makna dari simbol-simbol yang ada. Contoh
simbol diskursif seperti, bahasa dan tarian. Bahasa dan tarian adalah sebuah simbol
yang dapat dikatakan sebagai simbol diskursif, karena di dalam bahasa ada sebuah
pemaknaan yang merujuk kepada sebuah objek. Begitupula sebaliknya dalam tarian,
setiap gerak tari adalah sebuah pemaknaan yang memiliki makna dari tiap gerakan
yang dilakukan oleh sang penari.
Dapat disimpulkan bahawa simbol diskursif ini erat kaitannya dengan logika
atau pikiran dalam membaca sebuah simbol dan menemukan makna dalam simbol
tersebut. Teori ini dapat menjadi acuan berpikir demi mendapatkan kesan dari
komposisi ini. Kesan yang ada dapat di adupadankan dengan ayat di Alkitab yang
menjadi inspirasi bagi penulis. Tidak sampai di situ saja, teori harus pula didukung
oleh bukti-bukti yang dapat menjelaskan bagaiman cara dan pila piker dari sebuah
komposisi yang telah diciptakan. Adapun bukti-bukti itu didukung oleh teori Susane
K. Langer yang berbicara mengenai presentational form yang akan dibahas
selanjutnya.
2. Presentational Form
Simbol Presentasional, tidak terdiri dari unit- unit yang memiliki arti tetap
untuk digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknanya
ada dalam bentuk totalnya. Contohnya ialah sebuah lukisan yang hanya dapat
ditangkap melalui arti secara keseluruhan. Secara khusus, Susanne Langer memang
3 Langer (1941)
membuat teori dasar mengenai symbol untuk teori symbol presentasional, dari sana ia
mendefenisikan seni sebagai “kreasi bentuk - bentuk simbolis perasaan manusia”4.
Defenisi seni ini mengimplikasikan beberapa hal:
a. Seni Merupakan Kreasi.
Kreasi berarti pengadaan sesuatu yang tadinya tidak ada dan menghasil
sebuah karya yaitu karya seni. Begitu pula hal nya dengan sebuah kompoisi
musik yang merupakan hasil pemikiran sang kreator untuk menciptakan
lagu-lagu dan nyanyian-nyanyian. Tentunya hasil pemikiran oleh sang
komponis lagu mewakili perasaan dan pengalaman yang menjadi
inspirasinya dalam menciptakan karya seni. Hal seperti ini tidak hanya
ditemukan dalam seni musik, berlaku pula dalam setiap bidang seni yang
berkaitan dengan menciptakan karya seni atau dengan bahasa lebih
sederhana berkreasi.
b. Rumusan bentuk simbolis.
Bentuk simbolis tidak mengacu pada pengalaman sendiri secara langsung
melainkan pengalaman yang sudah disimbolkan. Sang pencipta karya seni
atau dalam hal ini komponis, pasti memiliki pengalaman-pengalaman
indrawi untuk menangkap peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga menjadi
inspirasinya dalam menghasilkan sebuah karya seni. Hal inilah yang
menjadi bentuk simbolis dalam sebuah penciptaan. Bentuk simbolis itu
dapat berupa penglihatan oleh mata, rasa oleh lidah serta kulit yang meraba.
Bentuk bentuk seperti ini lah yang ditangkap oleh pemikiran manusia
sehingga menciptakan karya seni dari pengalaman yang ia alami.
4 Langer (1941). Hal 66
c. Bentuk Simbolis Perasaan
Bentuk-bentuk seni sang seniman dalam kreasi seninya tidak berasal dari
pikiran melainkan dari perasaannya, yakni formasi dari pengalaman
emosionalnya. Pengalaman-pengalaman emosional lebih merujuk kepada
bagaimana sang seniman itu mengoah karya-karyanya. Seperti di dalam
bentuk musik yang menggunakan pola-pola tertentu, aksen-aksen tertentu
bahkan permainan dinamika oleh sang komponis dalam karya musiknya.
Contoh-contoh itu ialah simbol-simbol perasaan yang dapat dilihat dari hasil
karya seni, baik seni musik maupun seni-seni lainnya.
3. Analisi Bentuk Musik
Dalam bidang akademik sebuah karya seni khususnya musik tidaklah cukup
hanya untuk diperdengar, dipertunjukan dan dilihat saja, namun perlu juga analisis
oleh karya musik tersebut. Perlunya analisis dari sebuah karya atau komposisi,
bertujuan untuk mendapatkan makna-makna yang ada di dalam komposisi itu dan hal
apa yang menjadikan komposisi tersebut menarik dan menjadisebuah fenomenal.
Tentunya ada banyak teori dan perspektif secara musikologis untuk mengkaji atau
menganalisis sebuah bentuk musik. Sebagai contoh kita dapat menganalisis sebuah
karya musik dari tiga unsur musik yakni; melodi, harmoni dan ritmik. Ketiga unsur
musik ini tidak lah cukup jika ingin mengetahui lebih dalam lagi sebuah karya musik,
karena unsur-unsur tersebut hanya unsur dasar dari sebuah musik. Unsur-unsur
lainnya dapat berupa analisis yang merupakan pengembangan dari ketiga unsur
tersebut. pembahasan mengenai analisis bentuk musik “To Do More” menggunakan
teori analisis musik oleh Phillip Tagg: Analysing Popular Music (1982, minor
revisions 2015);5
5 P Tagg: Analysing Popular Music (1982, minor revisions 2015)
a. Melody
…a call to action and attention, strong, individual movement, up and
outwards: virile, energetic and heroic, leading to undulating swaying
calm and confidence – something individual, male, martial and heroic…6
Tagg dalam bukunya menjelaskan bahwa sebuah unsur melodi dalam lagu
atau karya musikal, adalah sebuah kekuatan dan unsur utama yang
menciptakan kekuatan dan ciri khas dari lagu itu sendiri. Dapat
disimpulkan bahwa melodi dalam lagu dapat mencirikan lagu tersebut
serta membentuk sebuah ciri khas yang menandai bahwa lagu tersebut
dapat dikenal.
b. Type of Relation
Dari tiap bentuk musik, diketahui bahwa setiap karya musik yang ada
tentunya memiliki hubungan dari satu frasa kalimat musik dengan frasa
lainnya. Selain itu melodi-melodi yang membentuk pun memiliki
perbedaan baik itu berubah secara sequen maupun pola ritmik yang
berubah dengan harmonisasi yang sama dan sebaliknya. Hal ini lah yang
dapat menjadi tanda atau simbol dalam sebuah karya musik.
c. Accompaniment
6 Tagg, Phillip. (1982) Hal. 14
Accompaniment berarti iringan. Iringan dapat memiliki unsur-unsur yang
mendukung iringan tersebut. unsur-unsur itu seperti bass, serta ritmik atau
irama dari perkusi ataupun drum set. Selain itu terdapat pula unsur-unsur
musik lainnya seperti filler, pad dan percussion.
III. Analisis Bentuk Komposisi To Do More
Lagu To Do More ini adalah lagu yang diciptakan oleh Ramanda H.P yang
memiliki karakteritik musik pop dan dimainkan dengan menggunakan nada dasar 4#
(E Mayor). Lagu in dibawakan dengan format musik seperti; combo band, ansamble
string, dan percussion (congas). Adapun struktur atau song form (bentuk lagu) ini
ialah A-A’-B. A( bait 1), A’ (bait 2), dan B (reffren), serta terdapat intro sebagai
bagian pembuka dari komposisi lagu To Do More ini.
1. Bagian Intro
Notasi 1. Intro Unisono
Bagian intro lagu dimulai dengan permainan unison atau memainkan nada
daln ritmik yang sama oleh semua instrument. Bentuk melodi pembuka
menandakan bahwa adanya kesatuan dan kekompakan dalam memainkan lagu
tersebut secara bersama. Begitu pula halnya dalam melayani Tuhan,
dibutuhkan kekompakan dan dibutukan unisono dalam kehidupan pelayanan.
Notasi 2. Melodi Intro di mainkan gitar
Adapun bagian ini menggunakan progresi akor A – B7 – C#min7- A- B7- F#7
Pemilihan progresi akor ini seperti berjalan satu bersatu secara berurutan dan
dan tidak monoton. Progresi akor ini mengalami pengulangan dengan
memainkannya sebanyak dua kali. Serta terdapat pula melodi pokoko dari
intro ini yang dimainkan oleh instrument string, yakni violin 1. Adapun
contoh melodinya seperti part dibawah ini.
Notasi 3. Melodi Introdi mainkan violin 1
Pemilihan ritmik atau irama dalam lagu ini bersifat up tempo atau dengan
tempo cepat serta ritmik yang dimainkan oleh istruen drum set tidak terlalu
rumit dan tritmik yang tidak begitu kompleks.
Notasi 4. Bentuk Ritmik/irama dari instrument drum set
Notasi 5. Unisono bagian akhir intro
Setelah bagian intro lagu dimainkan, terdapat penutup bagian intro yang
berupa permainan melodi secara bersamaan atau unisono oleh semua
intrumen. Hal ini bertujuan sebagai tanda bahwa bagian intro lagu telah usai
dimainkan dan sebagai penanda untuk memasuki bagian berikutnya.
2. Bagian Verse/ Bait
Notasi 6. Melodi dan syair bagian verse/ bait
Bagian Verse atau bait dimulai dari birama 13 samapai birama 21. Bagian ini
berupa nyanyian yang meliputi lirik atau syair dari lagu. Atau dengan kata lain
cantus firmus dari bagian ini terletak pada vokal (penyanyi).
Notasi 7. Bentuk iringan string bagian verse/ bait
Notasi 8. Pola ritme instrument elektrik gitar bagian verse/ bait 1
Notasi 9. Pola ritmi/ irama yang dimainkan instrument drum set
Notasi 10. Sinkopisasi oleh instrument tiup (flute & saxo) sebagai aksen oengantar ke
bagian reffren
IV. Analisis Syair/Lirik
Berikut ini adalah syair atau lirik dari algu To Do More:
KAMI DI SINI MAU BERJALAN BERSAMA MUTUK MELAKUKAN TUGAS MU….MELAYANI MU DENGAN SEGENAP HATITUK HORMAT KEMULIAN MU….
LEBIH LAGI MELANGKAH BERSAMA MUDALAM MEMBERITAKAN INJILMU….LEBIH LAGI MELAKUKAN KEHENDAKMUTAAT AKAN FIRMAN MU YA ALLAH KU….
Dari setiap penggalan lirik bait demi bait, lagu ini menyampaikan pesan
bahwa hidup orang Kristen harus memberikan sesuatu hal yang lebih (to do more).
Hal lebih yang seperti; melayani Tuhan dalam keadaan suka maupun duka, memiliki
sikap tanggung jawab dalam melakukan setiap kehendak Tuhan, berani
memberitakan Injil, dan taat akan ajaran-ajaran Tuhan melalui firman-Nya. Dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan lirik ini memiliki sifat ajakan dan pernyataan
dari orang-orang yang akan melayani dan orang-orang yang sudah melayani Tuhan.
Sifat ajakan untuk menyatukan visi dan misi dalam melayani Tuhann dengan
motivasi yang sama yakni nama Tuhan dipermuliakan. Sedangkan sifat pernyataan
terlihat dari ketaatan orang-orang yang akan melayani bahkan yang sudah melayani
Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari.
V. Penutup
Setelah membedah hasil komposisi To Do More di atas, maka ada beberapa
keimpulan yang diperoeh oleh penulis. Hal yang paling menonjol yang dapat
disimpulkan dari serangkaian paparan data dan analisis karya pada bab-bab sebelum
ini adalah adanya inter-relasi atau jalinan hubungan kehidupan rohani yang
digambarkan melalui nyanyian sehingga menjadi pernyataan atau ikrar bagi setiap
umat Allah yang menyanyikan komposisi itu sendiri. Selain itu lagu ini dapat menjadi
sebuah pengingat ketika sebelum atau sesudah mempersiapkan hati untuk melayani
Tuhan lewat pemberitaan Injil. Melakukan lebih adalah penegasan kembali bahwa
dalam memberitakan Injil baik melalui penginjilan maupun melalui pelayanan dalam
hal ini ialah musik. Sebuah komposisi yang menjadi sebuah bentuk pernyataan bahwa
setiap pengikut Kristus hendaklah melakukan lebih (To Do More) dalam setiap hal
yang berkaitan dengan kehidupan rohani dan kesadaraan akan taat kepada Tuhan.
Bibliografi
Langer, K Susane. The Philosophy in a New Ke; A Study in the Symbolism of Reason,
Rite, and Art. The New American Library1941.
Mack, Dieter, Apresiasi Musik: Musik Populer Yogyakarta: Yayasan PustakaNusatama, 1995.
Mack, Dieter. “Ilmu Melodi”, PML, Yogyakarta, 1996.
P Tagg: Analysing Popular Music 1982. Minor revisions 2015.
Peursen, C.A.Van. Strategi Kebudayaan, cetakan keempat Kanisius. 1993.
Robin L. Thompson. The production of gospel music: An ethnographic study of studio-recorded music in Bellville, Cape Town. University of the Western Cape November 2015.
Schenker, Heunrich. Free Composition. Ed., and Trans., by Ernst Oster, New York:Two Vols, 1999.
Stein, Leon. “Structure & Style, the Study & Anlysis of Musical Form”, Summy-BirchardMusic, USA, 1979.