16
Komposisi Lagu ‘’TO Do More’’ Inspirasi Dari Injil (MAT 5:41) (Suatu Kajian Semiotika-Musikologis) Ramanda Hamran Pranesta, M.A Abstrack The composition of music as a new thing is solely not something that has never been found but it is new because of the literature or reference that inspires the composition of music created. The literature or reference used may be songs, instrumental works, or literary verses sung. The song composition of To Do More is an inspired vocal music composition from Matthew 5:41. The inspiration of this composition is contained in a verse in the Bible which the composer says is one idea to produce a lyric that relates to the biblical text. The existence of an interrelationship or connection of spiritual life which is illustrated by singing so that it becomes a statement or pledge for every people of God who sings the composition itself. Keywords: Music Composition, To Do More, Mat 5 :41, Music. I. Introduksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komposisi memiliki beberapa pengertian dan defenisi, seperti susunan, gubahan baik instrumen (alat musik) maupun vokal, teknik menyusun karangan agar terlihat indah dan selaras serta integrasi warna, garis dan bidang untuk menjadi kesatuan yang harmonis. Begitu pula hal yang sama jika sebuah komposisi itu adalah komposisi yang berkaitan dengan musik (komposisi musik), maka terciptalah hasil karya seni musik atau karangan musik yang baru dan yang belum pernah ada sebelumnya. Komposisi musik sebagai hal yang baru semata-

Ramanda Hamran Pranesta, M - musikgereja.sttkao.ac.id · teknik menyusun karangan agar terlihat indah dan selaras serta integrasi warna, garis ... teori yang digunakan baik itu teori

Embed Size (px)

Citation preview

Komposisi Lagu ‘’TO Do More’’ Inspirasi Dari Injil (MAT 5:41)

(Suatu Kajian Semiotika-Musikologis)

Ramanda Hamran Pranesta, M.A

Abstrack

The composition of music as a new thing is solely not something that has never been

found but it is new because of the literature or reference that inspires the

composition of music created. The literature or reference used may be songs,

instrumental works, or literary verses sung. The song composition of To Do More is

an inspired vocal music composition from Matthew 5:41. The inspiration of this

composition is contained in a verse in the Bible which the composer says is one idea

to produce a lyric that relates to the biblical text. The existence of an

interrelationship or connection of spiritual life which is illustrated by singing so that

it becomes a statement or pledge for every people of God who sings the composition

itself.

Keywords: Music Composition, To Do More, Mat 5 :41, Music.

I. Introduksi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komposisi memiliki beberapa pengertian

dan defenisi, seperti susunan, gubahan baik instrumen (alat musik) maupun vokal,

teknik menyusun karangan agar terlihat indah dan selaras serta integrasi warna, garis

dan bidang untuk menjadi kesatuan yang harmonis. Begitu pula hal yang sama jika

sebuah komposisi itu adalah komposisi yang berkaitan dengan musik (komposisi

musik), maka terciptalah hasil karya seni musik atau karangan musik yang baru dan

yang belum pernah ada sebelumnya. Komposisi musik sebagai hal yang baru semata-

mata bukanlah hal yang belum pernah ditemukan namun hal ini menjadi baru karena

adanya literatur atau referensi yang memberikan inspirasi terhadap komposisi musik

yang diciptakan. Literatur atau referensi yang digunakan dapat berupa lagu-lagu,

karya musik instrumental, maupun syair-syair sastra yang dinyanyikan. Dari

beberapa literatur yang ada menjadi sebuah inspirasi bagi sang composer untuk

menghasilkan sebuah karya yang sesuai dengan keinginan dan pengalaman yang ia

alami dan rasakan.

Komposisi lagu To Do More ialah sebuah komposisi musik vocal yang

terispirasi dari Matius 5:41. Inspirasi dari komposisi ini terdapat dalam sebuah ayat

dalam Alkitab yang menurut sang komponis menjadi salah satu ide untuk

menghasilkan sebuah lirik yang berkaitan dengan teks Alkitab tersebut.

Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah

bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5:41)

Dari kutipan ayat di atas jelas ada beberapa makna yang terkandung dari ayat

tersebut. jika di telisik dari satu kata dengan kata yang lain, ini dalat dikatakan sebuah

perintah bagi manusia untuk melakukan hal yang lebih dari seharusnya. Melakukan

hal yang lebih tersirat melalui kata “memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,

berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” ini lah yang perlu di garis bawahi bahwa

perbuatan seperti ini apakah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh manusia

tersebut. Penulis bukan jurnal ini bukanlah ahli teolog yang dapat menafsirkan ayat

ini secara spesifik dan dengan sudut pandang teologis, namun ada makna yang

penting jika di perhatikan secara seksama mengenai perintah yang tertulis di dalam

kitab tersebut. makna itu adalah To Do More, yang dapat di pahami ”melakukan

lebih”.

To Do More dipilih menjadi topik dalam kompisisi lagu yang ini karena

sebagai manusia dan umat yang percaya akan Tuhan, harus melakukan sesuatu hal

yang lebih dari seharusnya. Untuk memiliki rasa percaya tentunya harus disertai

dengan keihklas hati dalam melakukan segala hal, apalagi sebuah hal yang menurut

akal manusia tidak dipercaya dan bertolak belakang dengan perasaan yang dialami.

Dapat artikan pula ToDo More ini adalah perilaku yang dilakukan secara “totalitas”

terhadap apa yang dilakukan. Totalitas sendiri mengacu kepada hasil atas proses yang

dilakukan, baik pekerjaan, pelayanan kepada Tuhan, dan tugas-tugas yang diberikan.

Tidak hanya sekedar menyelasikan tugas dan pekerjaan namun ada hal yang lebih

untuk pekerjaan itu misalnya, seorang musisi hebat yang melakukan latihan selama

10 jam perhari yang mana waktu 10 jam itu adalah di luar batas normal bagi para

musisi untuk latihan. Begitu pula dengan atlit sepak bola yang di arahkan oleh

pelatihnya untuk push up sebanyak 100 kali dan ia melakukannya sebanyak 200 kali.

Dua contoh ilustrasi ini menggambarkan bahwa untuk mencapai kesuksesan dan

keberhasilan ada hal yang harus dikerjakan dan dilakukan secara lebih atau dengan

kata lain melakukan sesuatu secara totalitas. Dapat di tegaskan kembali bahwa To Do

More itu adalah himbauan bagaimana manusia harus melakukan hal yang lebih dalam

hidupnya demi keberhasilan sebuah pihak dan tanpa merugikan orang lain dan diri

sendiri.

Terkait dengan tema komposisi To Do More ini, penulis mencoba untuk

menginterpretasikan inspirasi lewat ayat Matius 5:41yang disusun dengan

menggunakan melodi, ritmik dan harmoni sehingga menjadi sebuah komposisi musik

yang dapat menyampaikan makna inspirasi kepada setiap orang yang

mendengarkannya. Namun untuk mecapai hal tersebut penulis akan memaparkan

teori yang digunakan baik itu teori musikal dan teori ekstra musikal serta analisis-

analisi yang dibahas adalam tulisan ini.

II. Teori Semiotik Susan K. Langer

Setaip karya ilmiah yang berupa jurnal ataupun penelitian tentunya harus

didukungan teori-teori yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dan dikaji. Teori

yang digunakan akan menjadi pisau bedah dalam pembahasan dan analisis yang

dilakukan oleh penulis terhadap fenomena yang ada. Dalam kesempatan ini penulis

menggunakan teori semiotika (simbol) dan teori musikologi. Adapun teori semiotika

yang digunakan adalah teori Discursive & Presentational form oleh Susan K. Langer.

Sama halnya dengan teori semiotika, penulisan ini juga menggunakan beberapa teori

musikologi dari beberapa buku yang berisikan teori-teori musik.

1. Discursif (Discursive)

Manusia eratkaitannya dengan simbol-simbol yang ada di sekelilingnya dan

sudah menjadi salah satu buadaya bagi manusia untuk memahami simbol-simbol

yang ada. Adanya tuntutan terhadap manusia untuk memhami simbol-simbol itulah

yang terjadi dalam kehidupan saat ini, contohnya seperti rambu-rambu lalu lintas dan

simbol-simbol lainnya. Oleh sebab itu fungsi simbol sangatlah penting, sebab tanpa

memahami simbol sulit bagi manusia untuk dapat memahami perubahan. Simbol-

simbol menjadi tugu-tugu yang menandai proses belajar manusia, penunjuk ke arah

pembaharuan dan penyusunan kembali.1 Salah satu pembahasan mengenai simbol

yang diungkapkan oleh Susane K. Langer ialah discursive. Dalam bukunya Langer

membahas mengenai teori-teori mengenai simbol yang dapat dilogikakan. Artinya

teori yang bersifat logika pun memiliki simbol-simbol di dalamnya.2 Langer

memandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks antara simbol, objek dan

manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama/hubungan antara simbol dan

referennya/objek) dan konotasi (makna pribadi/hubungan antara simbol dan orang).

1 Peursen, C.A.Van. Strategi Kebudayaan, cetakan keempat Kanisius. 1993. Yogyakarta.Hal 149.

2 Langer, K Susane. The Philosophy in a New Ke; A Study in the Symbolism of Reason, Rite, and Art.

1941the New American Library. Hal. 63

Dapat dikatakan juga bahwa denotasi merupakan aspek logis, sedangkan makna

konotasi merupakan aspek psikologis dari suatu makna. Atau dengan kata lain,

Simbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unit- unitnya

bermakna berdasarkan konvensi (aturan yg disepakati bersama). Selain itu setiap unit

memiliki maknanya sendiri sendiri seperti kata di dalam serangkaian kalimat.3 Untuk

mengerti makna yang terkandung dalam sebuah simbol diperlukan intelektual yang

baik serta pemahaman untuk mengerti makna dari simbol-simbol yang ada. Contoh

simbol diskursif seperti, bahasa dan tarian. Bahasa dan tarian adalah sebuah simbol

yang dapat dikatakan sebagai simbol diskursif, karena di dalam bahasa ada sebuah

pemaknaan yang merujuk kepada sebuah objek. Begitupula sebaliknya dalam tarian,

setiap gerak tari adalah sebuah pemaknaan yang memiliki makna dari tiap gerakan

yang dilakukan oleh sang penari.

Dapat disimpulkan bahawa simbol diskursif ini erat kaitannya dengan logika

atau pikiran dalam membaca sebuah simbol dan menemukan makna dalam simbol

tersebut. Teori ini dapat menjadi acuan berpikir demi mendapatkan kesan dari

komposisi ini. Kesan yang ada dapat di adupadankan dengan ayat di Alkitab yang

menjadi inspirasi bagi penulis. Tidak sampai di situ saja, teori harus pula didukung

oleh bukti-bukti yang dapat menjelaskan bagaiman cara dan pila piker dari sebuah

komposisi yang telah diciptakan. Adapun bukti-bukti itu didukung oleh teori Susane

K. Langer yang berbicara mengenai presentational form yang akan dibahas

selanjutnya.

2. Presentational Form

Simbol Presentasional, tidak terdiri dari unit- unit yang memiliki arti tetap

untuk digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknanya

ada dalam bentuk totalnya. Contohnya ialah sebuah lukisan yang hanya dapat

ditangkap melalui arti secara keseluruhan. Secara khusus, Susanne Langer memang

3 Langer (1941)

membuat teori dasar mengenai symbol untuk teori symbol presentasional, dari sana ia

mendefenisikan seni sebagai “kreasi bentuk - bentuk simbolis perasaan manusia”4.

Defenisi seni ini mengimplikasikan beberapa hal:

a. Seni Merupakan Kreasi.

Kreasi berarti pengadaan sesuatu yang tadinya tidak ada dan menghasil

sebuah karya yaitu karya seni. Begitu pula hal nya dengan sebuah kompoisi

musik yang merupakan hasil pemikiran sang kreator untuk menciptakan

lagu-lagu dan nyanyian-nyanyian. Tentunya hasil pemikiran oleh sang

komponis lagu mewakili perasaan dan pengalaman yang menjadi

inspirasinya dalam menciptakan karya seni. Hal seperti ini tidak hanya

ditemukan dalam seni musik, berlaku pula dalam setiap bidang seni yang

berkaitan dengan menciptakan karya seni atau dengan bahasa lebih

sederhana berkreasi.

b. Rumusan bentuk simbolis.

Bentuk simbolis tidak mengacu pada pengalaman sendiri secara langsung

melainkan pengalaman yang sudah disimbolkan. Sang pencipta karya seni

atau dalam hal ini komponis, pasti memiliki pengalaman-pengalaman

indrawi untuk menangkap peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga menjadi

inspirasinya dalam menghasilkan sebuah karya seni. Hal inilah yang

menjadi bentuk simbolis dalam sebuah penciptaan. Bentuk simbolis itu

dapat berupa penglihatan oleh mata, rasa oleh lidah serta kulit yang meraba.

Bentuk bentuk seperti ini lah yang ditangkap oleh pemikiran manusia

sehingga menciptakan karya seni dari pengalaman yang ia alami.

4 Langer (1941). Hal 66

c. Bentuk Simbolis Perasaan

Bentuk-bentuk seni sang seniman dalam kreasi seninya tidak berasal dari

pikiran melainkan dari perasaannya, yakni formasi dari pengalaman

emosionalnya. Pengalaman-pengalaman emosional lebih merujuk kepada

bagaimana sang seniman itu mengoah karya-karyanya. Seperti di dalam

bentuk musik yang menggunakan pola-pola tertentu, aksen-aksen tertentu

bahkan permainan dinamika oleh sang komponis dalam karya musiknya.

Contoh-contoh itu ialah simbol-simbol perasaan yang dapat dilihat dari hasil

karya seni, baik seni musik maupun seni-seni lainnya.

3. Analisi Bentuk Musik

Dalam bidang akademik sebuah karya seni khususnya musik tidaklah cukup

hanya untuk diperdengar, dipertunjukan dan dilihat saja, namun perlu juga analisis

oleh karya musik tersebut. Perlunya analisis dari sebuah karya atau komposisi,

bertujuan untuk mendapatkan makna-makna yang ada di dalam komposisi itu dan hal

apa yang menjadikan komposisi tersebut menarik dan menjadisebuah fenomenal.

Tentunya ada banyak teori dan perspektif secara musikologis untuk mengkaji atau

menganalisis sebuah bentuk musik. Sebagai contoh kita dapat menganalisis sebuah

karya musik dari tiga unsur musik yakni; melodi, harmoni dan ritmik. Ketiga unsur

musik ini tidak lah cukup jika ingin mengetahui lebih dalam lagi sebuah karya musik,

karena unsur-unsur tersebut hanya unsur dasar dari sebuah musik. Unsur-unsur

lainnya dapat berupa analisis yang merupakan pengembangan dari ketiga unsur

tersebut. pembahasan mengenai analisis bentuk musik “To Do More” menggunakan

teori analisis musik oleh Phillip Tagg: Analysing Popular Music (1982, minor

revisions 2015);5

5 P Tagg: Analysing Popular Music (1982, minor revisions 2015)

a. Melody

…a call to action and attention, strong, individual movement, up and

outwards: virile, energetic and heroic, leading to undulating swaying

calm and confidence – something individual, male, martial and heroic…6

Tagg dalam bukunya menjelaskan bahwa sebuah unsur melodi dalam lagu

atau karya musikal, adalah sebuah kekuatan dan unsur utama yang

menciptakan kekuatan dan ciri khas dari lagu itu sendiri. Dapat

disimpulkan bahwa melodi dalam lagu dapat mencirikan lagu tersebut

serta membentuk sebuah ciri khas yang menandai bahwa lagu tersebut

dapat dikenal.

b. Type of Relation

Dari tiap bentuk musik, diketahui bahwa setiap karya musik yang ada

tentunya memiliki hubungan dari satu frasa kalimat musik dengan frasa

lainnya. Selain itu melodi-melodi yang membentuk pun memiliki

perbedaan baik itu berubah secara sequen maupun pola ritmik yang

berubah dengan harmonisasi yang sama dan sebaliknya. Hal ini lah yang

dapat menjadi tanda atau simbol dalam sebuah karya musik.

c. Accompaniment

6 Tagg, Phillip. (1982) Hal. 14

Accompaniment berarti iringan. Iringan dapat memiliki unsur-unsur yang

mendukung iringan tersebut. unsur-unsur itu seperti bass, serta ritmik atau

irama dari perkusi ataupun drum set. Selain itu terdapat pula unsur-unsur

musik lainnya seperti filler, pad dan percussion.

III. Analisis Bentuk Komposisi To Do More

Lagu To Do More ini adalah lagu yang diciptakan oleh Ramanda H.P yang

memiliki karakteritik musik pop dan dimainkan dengan menggunakan nada dasar 4#

(E Mayor). Lagu in dibawakan dengan format musik seperti; combo band, ansamble

string, dan percussion (congas). Adapun struktur atau song form (bentuk lagu) ini

ialah A-A’-B. A( bait 1), A’ (bait 2), dan B (reffren), serta terdapat intro sebagai

bagian pembuka dari komposisi lagu To Do More ini.

1. Bagian Intro

Notasi 1. Intro Unisono

Bagian intro lagu dimulai dengan permainan unison atau memainkan nada

daln ritmik yang sama oleh semua instrument. Bentuk melodi pembuka

menandakan bahwa adanya kesatuan dan kekompakan dalam memainkan lagu

tersebut secara bersama. Begitu pula halnya dalam melayani Tuhan,

dibutuhkan kekompakan dan dibutukan unisono dalam kehidupan pelayanan.

Notasi 2. Melodi Intro di mainkan gitar

Adapun bagian ini menggunakan progresi akor A – B7 – C#min7- A- B7- F#7

Pemilihan progresi akor ini seperti berjalan satu bersatu secara berurutan dan

dan tidak monoton. Progresi akor ini mengalami pengulangan dengan

memainkannya sebanyak dua kali. Serta terdapat pula melodi pokoko dari

intro ini yang dimainkan oleh instrument string, yakni violin 1. Adapun

contoh melodinya seperti part dibawah ini.

Notasi 3. Melodi Introdi mainkan violin 1

Pemilihan ritmik atau irama dalam lagu ini bersifat up tempo atau dengan

tempo cepat serta ritmik yang dimainkan oleh istruen drum set tidak terlalu

rumit dan tritmik yang tidak begitu kompleks.

Notasi 4. Bentuk Ritmik/irama dari instrument drum set

Notasi 5. Unisono bagian akhir intro

Setelah bagian intro lagu dimainkan, terdapat penutup bagian intro yang

berupa permainan melodi secara bersamaan atau unisono oleh semua

intrumen. Hal ini bertujuan sebagai tanda bahwa bagian intro lagu telah usai

dimainkan dan sebagai penanda untuk memasuki bagian berikutnya.

2. Bagian Verse/ Bait

Notasi 6. Melodi dan syair bagian verse/ bait

Bagian Verse atau bait dimulai dari birama 13 samapai birama 21. Bagian ini

berupa nyanyian yang meliputi lirik atau syair dari lagu. Atau dengan kata lain

cantus firmus dari bagian ini terletak pada vokal (penyanyi).

Notasi 7. Bentuk iringan string bagian verse/ bait

Notasi 8. Pola ritme instrument elektrik gitar bagian verse/ bait 1

Notasi 9. Pola ritmi/ irama yang dimainkan instrument drum set

Notasi 10. Sinkopisasi oleh instrument tiup (flute & saxo) sebagai aksen oengantar ke

bagian reffren

IV. Analisis Syair/Lirik

Berikut ini adalah syair atau lirik dari algu To Do More:

KAMI DI SINI MAU BERJALAN BERSAMA MUTUK MELAKUKAN TUGAS MU….MELAYANI MU DENGAN SEGENAP HATITUK HORMAT KEMULIAN MU….

LEBIH LAGI MELANGKAH BERSAMA MUDALAM MEMBERITAKAN INJILMU….LEBIH LAGI MELAKUKAN KEHENDAKMUTAAT AKAN FIRMAN MU YA ALLAH KU….

Dari setiap penggalan lirik bait demi bait, lagu ini menyampaikan pesan

bahwa hidup orang Kristen harus memberikan sesuatu hal yang lebih (to do more).

Hal lebih yang seperti; melayani Tuhan dalam keadaan suka maupun duka, memiliki

sikap tanggung jawab dalam melakukan setiap kehendak Tuhan, berani

memberitakan Injil, dan taat akan ajaran-ajaran Tuhan melalui firman-Nya. Dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan lirik ini memiliki sifat ajakan dan pernyataan

dari orang-orang yang akan melayani dan orang-orang yang sudah melayani Tuhan.

Sifat ajakan untuk menyatukan visi dan misi dalam melayani Tuhann dengan

motivasi yang sama yakni nama Tuhan dipermuliakan. Sedangkan sifat pernyataan

terlihat dari ketaatan orang-orang yang akan melayani bahkan yang sudah melayani

Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari.

V. Penutup

Setelah membedah hasil komposisi To Do More di atas, maka ada beberapa

keimpulan yang diperoeh oleh penulis. Hal yang paling menonjol yang dapat

disimpulkan dari serangkaian paparan data dan analisis karya pada bab-bab sebelum

ini adalah adanya inter-relasi atau jalinan hubungan kehidupan rohani yang

digambarkan melalui nyanyian sehingga menjadi pernyataan atau ikrar bagi setiap

umat Allah yang menyanyikan komposisi itu sendiri. Selain itu lagu ini dapat menjadi

sebuah pengingat ketika sebelum atau sesudah mempersiapkan hati untuk melayani

Tuhan lewat pemberitaan Injil. Melakukan lebih adalah penegasan kembali bahwa

dalam memberitakan Injil baik melalui penginjilan maupun melalui pelayanan dalam

hal ini ialah musik. Sebuah komposisi yang menjadi sebuah bentuk pernyataan bahwa

setiap pengikut Kristus hendaklah melakukan lebih (To Do More) dalam setiap hal

yang berkaitan dengan kehidupan rohani dan kesadaraan akan taat kepada Tuhan.

Bibliografi

Langer, K Susane. The Philosophy in a New Ke; A Study in the Symbolism of Reason,

Rite, and Art. The New American Library1941.

Mack, Dieter, Apresiasi Musik: Musik Populer Yogyakarta: Yayasan PustakaNusatama, 1995.

Mack, Dieter. “Ilmu Melodi”, PML, Yogyakarta, 1996.

P Tagg: Analysing Popular Music 1982. Minor revisions 2015.

Peursen, C.A.Van. Strategi Kebudayaan, cetakan keempat Kanisius. 1993.

Robin L. Thompson. The production of gospel music: An ethnographic study of studio-recorded music in Bellville, Cape Town. University of the Western Cape November 2015.

Schenker, Heunrich. Free Composition. Ed., and Trans., by Ernst Oster, New York:Two Vols, 1999.

Stein, Leon. “Structure & Style, the Study & Anlysis of Musical Form”, Summy-BirchardMusic, USA, 1979.