28
REFERAT SEPTEMBER 2015 “ TEMPER TANTRUM” Nama : Virgiawan Listanto No. Stambuk : N 111 14 053 Pembimbing : dr. Effendy Salim, Sp.A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

REFERAT Temper Tantrum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFERAT Temper Tantrum

REFERAT SEPTEMBER 2015

“ TEMPER TANTRUM”

Nama : Virgiawan Listanto

No. Stambuk : N 111 14 053

Pembimbing : dr. Effendy Salim, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2015

Page 2: REFERAT Temper Tantrum

BAB I

PENDAHULUAN

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba,

tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari

orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung

melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras,

berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb. 1,2

Normalnya, tantrum pada anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik sampai

2 menit saja. Tapi, jika kemarahan berlanjut sampai pada tingkat yang

membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini bisa menjadi hal yang sangat

serius. 1,2

Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak

menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun

pernah mengalami ledakan kemarahan ini. Dan pada dasarnya, marah-marah pada

anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka.

Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini. 1,3

Pada umumnya temper tantrum dapat dikategorikan menjadi tiga jenis

yaitu usia dibawah 3 tahun yang sering diekspresikan dengan menangis,

memukul, menjerit, menendang bahkan dalam kasus yang parah adalah

membentur bentur kepalanya ke tembok. kedua pada usia tiga sampai empat tahun

dengan ekspresi kemarahan yang diungkapkan dengan membanting, merengek,

Page 3: REFERAT Temper Tantrum

mengkritik bahkan sampai menghentak-hentakan kaki. Terakhir adalah pada usia

5 tahun ke atas dengan mengkritik diri sendiri, memukul bahkan yang lebih parah

merusak benda benda yang ada disekitarnya. 1,2

Page 4: REFERAT Temper Tantrum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak

terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak sesuai bulan hingga 6

tahun. Umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada

usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Pada

usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya atau

temper tantrum. Sikap yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak

senangnya, anak melakukan tindakan yang berlebihan, misalnya menangis,

menjerit-jerit,melemparkan benda, berguling-guling, memukul ibunya atau

aktivitas besar lainnya. 1,3,4

Tantrum lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap sulit dengan ciri-

ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar yang tidak teratur, sulit

menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru, lambat beradaptasi terhadap

perubahan, suasana hati lebih sering negative, mudah terprovokasi, gampang

merasa marah dan sulit dialihkan perhatiannya. Tantrum adalah suatu perilaku

yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan,

suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Sebagai periode

dari perkembangan, tantrum pasti akan berakhir. Berdasarkan teori-teori di atas

Page 5: REFERAT Temper Tantrum

disimpulkan bahwa temper tantrum merupakan luapan emosi yang meledak-ledak

akibat suasana yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh anak. 3,4

B. EPIDEMIOLOGI

Temper tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi

berlimpah. Temper tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang

dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.

Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.

Lambat beradaptasi terhadap perubahan.

Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.

Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.

Sulit dialihkan perhatiannya. 1,3

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi tantrum berdasarkan kelompok usia. Berdasarkan kelompok usia

tantrum dibedakan menjadi :

a. Dibawah 3 tahun

Anak dengan usia di bawah 3 tahun ini bentuk tantrumnya adalah

menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, memekik-mekik,

melengkungkan punggung, melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan

tangan, menahan napas, membentur-benturkan kepala dan melempar-

lempar barang. 2

Page 6: REFERAT Temper Tantrum

b. Usia 3-4 tahun

Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan 4 tahun

bentuk tantrumnya meliputi perilaku pada anak usia di bawah 3 tahun

ditambah dengan menghentak-hentakkan kaki, berteriak-teriak, meninju,

membanting pintu, mengkritik dan merengek. 1,3

c. Usia 5 tahun ke atas

Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin meluas

yang meliputi perilaku pertama dan kedua ditambah dengan memaki,

menyumpah, memukul, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang

dengan sengaja dan mengancam.

Menurut Purnamasari (2005) menyebutkan bahwa stiap anak yang

setidaknya telah berusia 18 bulan hingga tiga tahun dan bahkan lebih akan

menentang perintah dan menunjukkan individualitasnya sekali waktu. Hal ini

merupakan bagian normal balita karena mereka terus menerus mengeksplorasi dan

mempelajari batasan-batasan disekelilingnya. Anak akan menunjukkan berbagai

macam tingkah laku, seperti keras kepala dan membangkang karena sedang

mengembangkan kepribadian dan otonominya. Tantrum juga merupakan cara

normal untuk mengeluarkan semua perasaan yang menumpuk. Seorang anak pada

usia ini akan menunjukkan beberapa atau semua tingkah laku sebagai berikut :

Penolakan atas kontrol dalam bentuk apapun

Keinginan untuk mandiri, lebih banyak menuntut dan menunjukkan

tingkah laku yang membangkang.

Page 7: REFERAT Temper Tantrum

Berganti-ganti antara kemandirian dan bertingkah manja.

Ingin mendapatkan kendali dan ingin mengendalikan. 1,3,5

D. FAKTOR PENYEBAB

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya temper tantrum,

diantaranya adalah :

a. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu

Anak jika menginginkan sesuatu harus selalu terpenuhi, apabila

tidak berhasil terpenuhinya keinginan tersebut maka anak sangat

dimungkinkan untuk memakai cara tantrum guna menekan

orangtua agar mendapatkan apa yang ia inginkan. 6,7

b. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri

Anak-anak mempunyai keterbatasan bahasa, pada saatnya dirinya

ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtua pun

tidak dapat memahami maka hal ini dapat memicu anak menjadi

frustasi dan terungkap dalam bentuk tantrum. 6,7

c. Tidak terpenuhinya kebutuhan

Anak yang aktif membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk

selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama.

Apabila suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan

panjang dengan mobil, maka anak tersebut akan merasa stress.

Salah satu contoh pelepasan stresnya adalah tantrum. 6,7

Page 8: REFERAT Temper Tantrum

d. Pola asuh orangtua

Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk

menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu

mendapat apa yang ia inginkan, bisa tantrum ketika suatu kali

permintaannya ditolak. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu

mendapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika suatu kali

permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dan didominasi oleh

orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang

dominasi orangtua dengan perilaku tantrum.Orangtua yang

mengasuh anak secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan

anak tantrum. 7,8

Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada

bagaimana orangtua dapat memberikan contoh atau teladan kepada

anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru

setiap tingkah laku orangtua. Jika anak melihat orangtua

meluapkan kemarahan atau meneriakkan rasa frustasi karena hal

kecil, maka anak akan kesulitan untuk mengendalikan diri. Seorang

anak perlu melihat bahwa orang dewasa dapat mengatasi frustasi

dan kekecewaan tanpa harus lepas kendali, dengan demikian anak

dapat belajar untuk mengendalikan diri. Orangtua jangan

menghadapkan anak dapat menunjukkan sikap yang tenang jika

selalu memberikan contoh yang buruk. 5,6

Page 9: REFERAT Temper Tantrum

e. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit

Kondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak

menjadi rewel. Anak yang tidak pandai mengungkapkan apa yang

dirasakan maka kecenderungan yang timbul adalah rewel,

menangis serta bertindak agresif.

f. Anak sedang stress dan merasa tidak aman

Anak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress

apalagi bila tidak dapat memecahkan permasalahannya sendiri

ditambah lagi lingkungan sekitar yang tidak mendukung menjadi

pemicu anak menjadi temper tantrum. 5,6

E. FAKTOR RISIKO

Pemicu tantrum menurut Purnamasari (2005) menyebutkan bahwa :

a. Mencari perhatian

Walaupun tantrum jarang dilakukan hanya untuk memanipulasi orangtua,

jika hasil dari tantrum adalah perhatian penuh orang dewasa, hal ini

memberi alasan untuk mulai menunjukkan tantrum

b. Meminta sesuatu yang tidak bisa ia miliki

Anak memaksa ingin sarapan es krim atau meminta ibunya memeluknya

saat menyiapkan makanan.

c. Ingin menunjukkan kemandirian

Anak ingin mengenakan pakaian yang kurang sesuai dengan cuaca hari itu,

seperti kaus di hari-hari yang dingin, atau tidak mau makan makanan yang

sudah disiapkan.

Page 10: REFERAT Temper Tantrum

d. Frustasi dengan kemampuan yang terbatas untuk melakukan aktivitas yang

ia coba, anak ingin menunjukkan kemampuannya melakukan beberapa hal

sendiri, seperti berpakaian, atau menemukan potongan puzle, tetapi tidak

bisa berhasil menyelesaikannya.

e. Cemburu

Biasanya ditunjukkan kepada kakak, adik atau lain. Ia menginginkan

mainan atau buku mereka.

f. Menantang otoritas

Anak tiba-tiba tidak ingin melakukan rutinitas seperti rutinitas sebelum

tidur, atau menolak berangkat ke tempat penitipan anak, walaupun ia

selalu senang di sana. 4,5

F. Aspek-aspek dalam Temper Tantrum

Bates, Freelow dan Lounsburry menyatakan ada empat aspek dalam

temper tantrum, yaitu : a) fussy difficult, b) unudaptable, c) dull (positive affect),

d) unpredictable.

Fussy Difficult adalah perilaku protes anak yang memberikan respon yang

ditandai dengan sikap menangis atau sikap mudah marah dengan lingkungan.

Unadaptable adalah ketidakmampuan anak beradaptasi dengan lingkungan

yang kemudian memunculkan sebuah reaksi negative, sebagai contoh anak bayi

yang akan terus menangis di sepanjang acara keluarga dan anak bayi tersebut

tidak mau digendong oleh orang lain selain ibunya sendiri.

Page 11: REFERAT Temper Tantrum

Dull atau efek positif adalah suatu perasaan positif dan aktivitas yang

berhubungan dengan kemampuan untuk mendekati lingkungan social anak.

Unpredictable adalah suatu sikap atau respon emosi maupun perilaku

yang sulit diduga seperti ketika anak stress maka akan muncul rasa lapar atau

mengantuk. 5,6,7

G. PENATALAKSANAAN

Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm banyak ahli

perkembangan anak menilai bahwa tantrum adalah suatu perilaku yang masih

tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu

periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari

proses perkembangan, episode tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang

bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa dengan tantrum anak ingin

menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya,

mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan

membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun

demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji ataupun diberikan

dukungan atau disemangati (encourage). 1,4,5

Jika orangtua membiarkan tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan

anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia tantrum) atau bereaksi dengan

hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah

menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif

(padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal

Page 12: REFERAT Temper Tantrum

tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi tantrum, orangtua juga

menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang

bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi,

takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat

sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan

emosi tersebut.8

Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam

menyikapi anak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut

kami mencoba untuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang

sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. 7,8

Ketika Tantrum Terjadi

Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan

yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:

1. Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka umum,

pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi.

Selama tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari

benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru

jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika

selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri,

jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

3,5,8

Page 13: REFERAT Temper Tantrum

2. Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar

tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak

marah pada anak. 5,6

3. Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore). Selama tantrum

berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak

memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan tantrumnya,

karena anak tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan

tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api,

anak akan semakin lama tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang

terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika

orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau

paksaan. 7,8

4. Jika perilaku tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan

tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul anda, peluk anak

dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta

(karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak),

minimal anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama

melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint. Yang

penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu

bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak dia. 7,8

Page 14: REFERAT Temper Tantrum

Ketika Tantrum Telah Selesai

Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan

emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-

nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan

anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika tantrum terjadi

karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang

diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar

bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya. 6,8

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak,

membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak,

sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya. 6,8

Setelah tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa

sampai terjadi tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau

orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak

merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar

orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya. 6,8

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk

mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak

mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi

nasihat, jangan dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika

keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang

tenang dan nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak

Page 15: REFERAT Temper Tantrum

ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira,

tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal. 7,8

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak

yang "sulit" dan mudah menjadi tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan

sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orang tualah yang

punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan

mempermudah kehidupan anak agar tantrum tidak terus-menerus meletup. 7,8

H. PENCEGAHAN

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan

mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-

kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu

bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika

terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia

tidak tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-

sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar

mobil. 6,7,8

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang

harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan

tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya) dan mengajarkan

hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena

beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas

Page 16: REFERAT Temper Tantrum

sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi

orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu

dengan memberikan petunjuk. 7,8

Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat

bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan?

Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka

melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak?

Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?

Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan

seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat

dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya

tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga

sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat

dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan

kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar

anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun. 6,7,8

Page 17: REFERAT Temper Tantrum

BAB III

KESIMPULAN

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba,

tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari

orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung

melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras,

berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb.

Pada umumnya temper tantrum dapat dikategorikan menjadi tiga jenis

yaitu usia dibawah 3 tahun yang sering diekspresikan dengan menangis,

memukul, menjerit, menendang bahkan dalam kasus yang parah adalah

membentur bentur kepalanya ke tembok. kedua pada usia tiga sampai empat tahun

dengan ekspresi kemarahan yang diungkapkan dengan membanting, merengek,

mengkritik bahkan sampai menghentak-hentakan kaki. Terakhir adalah pada usia

5 tahun ke atas dengan mengkritik diri sendiri, memukul bahkan yang lebih parah

merusak benda benda yang ada disekitarnya.

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan

mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-

kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak.

Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat

bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya karena pola asuh orang tua sangat

mempengaruhi tingkah laku dari anak tersebut.

Page 18: REFERAT Temper Tantrum

DAFTAR PUSTAKA

1. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama,

Bandung : PT. Refika Aditama, 2007

2. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta :

PT.Grasindo, 2006

3. Hasan, Maimun. Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Diva Press,

2009

4. Lichtenstein, R dan Ireton, H. Preeschool Screening:Identifying Young

Children With Developmental and Educational Problem, Orlando :

Groune and Statton,Harcout Brace Javanovich 1984

5. Shelov, Steven P. Caring For Your Baby and Young Child, New

York : Bantam Book, 1993

6. Smith, K Mark, Dkk. Teori Belajar dan pembelajaran (Terjemh).

Jakarta : Mirza Media Pustaka. 2009.

7. Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,

Jakarta : PT. Indeks,2009

8. Santrock, W John. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Kencana. 2007