2
1 Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) & Upaya Peningkatan Ekonomi Kota Banda Aceh ertas ebijakan K VOL 2, NO 1 TAHUN 2016 Cut Vivi Elvida ST, MT Staff Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi & Ketenagakerjaan BAPPEDA ACEH ACEH Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingginya ngkat pengangguran dan urbanisasi di Kota Banda Aceh berdampak pada kemiskinan dan kempangan pendapatan. Peningkatan perekonomian masyarakat sangat dipengaruhi oleh adanya sektor ekonomi informal dan salah satu penggeraknya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Menjamurnya PKL di Kota Banda Aceh dipicu oleh keterbatasan lapangan pekerjaan dan keahlian (skill) yang rendah. Keberadaan PKL pada ruang-ruang publik dan trotoar dapat mengganggu kenyamanan masyarakat, mengurangi keindahan dan keterban kota sehingga berpengaruh pada rencana tata ruang kota. Upaya pemerintah kota dalam menerbkan PKL kadang kala dilakukan secara tegas sehingga sering terjadi benturan dengan para pedagang. Oleh karena itu perlu adanya komitmen dan keseriusan pemerintah kota dalam mengatur, menata dan memberdayakan pedagang kaki lima (PKL) sehingga mampu menjadi unit usaha kecil yang mandiri serta memberikan nilai tambah bagi pendapatan Kota Banca Aceh. Ringkasan Eksekutif 1. Anonim, 2007, Qanun Kota Banda Aceh Nomor 3 Tahun 2007, Pemerintah Kota Banda Aceh, Banda Aceh. 2. Anonim, 2012, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012, Kementerian Dalam Negeri, Jakarta. 3. Anonim, 2014, Kota Banda Aceh Dalam Angka, Badan Pusat Stask Kota Banda Aceh, Banda Aceh. 4. Anonim, 2015, Kajian Ekonomi Regional Aceh, Bank Indonesia, Banda Aceh. 5. Anonim, 2015, Data Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Aceh, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, Banda Aceh. 6. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh, 2015, Banda Aceh. 7. UPTD Pasar Kota Banda Aceh, 2015, Banda Aceh. Daftar Pustaka BAPPEDA ACEH Bidang P2EK@2016 Penulis : Cut Vivi Elvida, ST, MT Layout : ekasaputra (ESP) Jln. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.26 Telp. (0651) 21440 (Hunting), Fax. 33654, Email Badan : [email protected] Email Bidang : [email protected] Banda Aceh - 23121 1 1 4 Strategi Penataan Pedangan Kaki Lima (PKL) dan Upaya Peningkatan Ekonomi Kota Banda Aceh Data BPS menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan penduduk di kota banda Aceh. Tahun 2012 jumlah penduduk meningkat sebesar 4,47%, Tahun 2013 sebesar 4,39% dan tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 0,087%. Tingginya ngkat urbanisasi dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap lapangan pekerjaan dan meningkatnya angka pengangguran. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk, angka pengangguran Banda Aceh terjadi peningkatan pada seap tahun mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Tahun 2012 ngkat pengangguran sebesar 7,17%, tahun 2013 meningkan menjadi 9,02%, tahun 2014 menjadi 10,24% hingga Tahun 2015 meningkat hingga 12,00%. Pendahuluan Rekomendasi 1. Merencanakan lokasi-lokasi strategis, layak dan terintegrasi dengan ruang terbuka (publik space), tempat-tempat wisata serta memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk ditata sesuai dengan rencana tata ruang kota dengan mempermbangkan kearifan lokal sebagai tempat relokasi Pedagang Kaki Lima. Perencanaan dan penataan lokasi turut memberdayakan PKL sehingga mbul rasa memiliki dan tumbuhnya semangat untuk menjaga aset yang tersedia. 2. Pemberian bantuan modal usaha oleh pemerintah kota dan mengajak sektor perbankan untuk bantuan kredit usaha dengan bunga yang rendah bagi penggiat ekonomi informal yaitu UMKM dan PKL. Melakukan kerjasama dengan dunia usaha (swasata) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam penataan, pemberdayaan serta pembinaan PKL di Kota Banda Aceh. 3. Melakukan relokasi dengan memanfaatkan pasar-pasar yang dak fungsional serta pembebasan biaya sewa untuk 2 s/d 3 tahun atau mengupayakan biaya sewa tempat yang terjangkau sehingga dapat meringankan beban PKL. Memberikan sosialisasi serta peraturan yang tegas kepada masyarakat agar dak berbelanja pada lokasi-lokasi yang dak dibenarkan untuk berdagang sehingga mencegah mbulnya lokasi-lokasi baru bagi PKL. 4. Membuat kebijakan daerah yang komprehensif untuk menekan jumlah PKL dan mengurangi arus migrasi ke Banda Aceh. Melakukan perubahan ekonomi makro untuk menyerap pekerja di sektor formal diantaranya dengan mengorganisasi PKL menjadi pedangang pasar dan memaksimalkan penataan PKL yang sudah ada.

Rekomendasi Kertas ebijakan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rekomendasi Kertas ebijakan

1

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) & Upaya Peningkatan Ekonomi Kota Banda Aceh

ertasebijakanK

VOL 2, NO 1 TAHUN 2016

Cut Vivi Elvida ST, MTStaff Bidang Perencanaan Pembangunan

Ekonomi & Ketenagakerjaan

BAPPEDA ACEHACEH

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Tingginya tingkat pengangguran dan urbanisasi di Kota Banda Aceh berdampak pada kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Peningkatan perekonomian masyarakat sangat dipengaruhi oleh adanya sektor ekonomi informal dan salah satu penggeraknya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Menjamurnya PKL di Kota Banda Aceh dipicu oleh keterbatasan lapangan pekerjaan dan keahlian (skill) yang rendah. Keberadaan PKL pada ruang-ruang publik dan trotoar dapat mengganggu kenyamanan masyarakat, mengurangi keindahan dan ketertiban kota sehingga berpengaruh pada rencana tata ruang kota. Upaya pemerintah kota dalam menertibkan PKL kadang kala dilakukan secara tegas sehingga sering terjadi benturan dengan para pedagang. Oleh karena itu perlu adanya komitmen dan keseriusan pemerintah kota dalam mengatur, menata dan memberdayakan pedagang kaki lima (PKL) sehingga mampu menjadi unit usaha kecil yang mandiri serta memberikan nilai tambah bagi pendapatan Kota Banca Aceh.

Ringkasan Eksekutif

1. Anonim, 2007, Qanun Kota Banda Aceh Nomor 3 Tahun 2007, Pemerintah Kota Banda Aceh, Banda Aceh.

2. Anonim, 2012, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012, Kementerian Dalam Negeri, Jakarta.

3. Anonim, 2014, Kota Banda Aceh Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, Banda Aceh.

4. Anonim, 2015, Kajian Ekonomi Regional Aceh, Bank Indonesia, Banda Aceh.

5. Anonim, 2015, Data Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Aceh, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, Banda Aceh.

6. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh, 2015, Banda Aceh.

7. UPTD Pasar Kota Banda Aceh, 2015, Banda Aceh.

Daftar Pustaka

BAPPEDA ACEHBidang P2EK@2016Penulis : Cut Vivi Elvida, ST, MTLayout : ekasaputra (ESP)Jln. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.26 Telp. (0651) 21440 (Hunting), Fax. 33654,Email Badan : [email protected] Bidang : [email protected] Aceh - 23121 1 14

Strategi Penataan Pedangan Kaki Lima (PKL) dan Upaya Peningkatan Ekonomi Kota Banda Aceh

Data BPS menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan penduduk di kota banda Aceh. Tahun 2012 jumlah penduduk meningkat sebesar 4,47%, Tahun 2013 sebesar 4,39% dan tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 0,087%. Tingginya tingkat urbanisasi dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap lapangan pekerjaan dan meningkatnya angka pengangguran. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk, angka pengangguran Banda Aceh terjadi peningkatan pada setiap tahun mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Tahun 2012 tingkat pengangguran sebesar 7,17%, tahun 2013 meningkan menjadi 9,02%, tahun 2014 menjadi 10,24% hingga Tahun 2015 meningkat hingga 12,00%.

Pendahuluan

Rekomendasi1. Merencanakan lokasi-lokasi strategis, layak

dan terintegrasi dengan ruang terbuka (publik space), tempat-tempat wisata serta memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk ditata sesuai dengan rencana tata ruang kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal sebagai tempat relokasi Pedagang Kaki Lima. Perencanaan dan penataan lokasi turut memberdayakan PKL sehingga timbul rasa memiliki dan tumbuhnya semangat untuk menjaga aset yang tersedia.

2. Pemberian bantuan modal usaha oleh pemerintah kota dan mengajak sektor perbankan untuk bantuan kredit usaha dengan bunga yang rendah bagi penggiat ekonomi informal yaitu UMKM dan PKL. Melakukan kerjasama dengan dunia usaha (swasata) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam penataan, pemberdayaan serta pembinaan PKL di Kota Banda Aceh.

3. Melakukan relokasi dengan memanfaatkan pasar-pasar yang tidak fungsional serta pembebasan biaya sewa untuk 2 s/d 3 tahun atau mengupayakan biaya sewa tempat yang terjangkau sehingga dapat meringankan beban PKL. Memberikan sosialisasi serta peraturan yang tegas kepada masyarakat agar tidak berbelanja pada lokasi-lokasi yang tidak dibenarkan untuk berdagang sehingga mencegah timbulnya lokasi-lokasi baru bagi PKL.

4. Membuat kebijakan daerah yang komprehensif untuk menekan jumlah PKL dan mengurangi arus migrasi ke Banda Aceh. Melakukan perubahan ekonomi makro untuk menyerap pekerja di sektor formal diantaranya dengan mengorganisasi PKL menjadi pedangang pasar dan memaksimalkan penataan PKL yang sudah ada.

Page 2: Rekomendasi Kertas ebijakan

1

Salah satu penyebab meningkatnya penganguran dikarenakan kecilnya kesempatan kerja pada sektor formal, sehingga sektor informal menjadi tumpuan hidup masyarakat marginal kota. Sektor informal yang paling besar konstribusinya di Kota Banda Aceh adalah sektor perdagangan dan salah satu sub sektornya adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). PKL merupakan kelompok usaha kecil yang mampu menyediakan lapangan kerja baru serta berperan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Kota Banda Aceh. Maraknya PKL sebagai alternatif pekerjaan di sektor informal disebabkan keterbatasan ilmu terutama kemampuan dan keahlian (skill) serta dukungan modal usaha yang rendah.

Ditinjau dari aspek sosial, PKL merupakan pernak-pernik yang memberikan daya tarik tersendiri terutama dari aspek budaya sehingga dapat menjadi identitas suatu kota, seperti di Yogyakarta Jalan Malioboro yang menjadi daya tarik yang dapat membangkitkan perekonomian masyarakat kelas menengah kebawah serta menjadi ikon dan identitas Kota serta menjadi salah satu objek wisata. Disisi lain keberadaan PKL menjadi sumber permasalahan pada tata ruang kota terutama persoalan estetika. PKL cenderung beroperasi pada lokasi-lokasi strategis terutama pada ruang-ruang publik (publik space), kawasan-kawasan wisata sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat. Keberadaan PKL juga telah mengabaikan kebersihan, keindahan dan dapat mencemari

2

Dukungan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Penataan dan pemberdayaan Pedangan Kaki Lima (PKL)

Grafik 1. Tingkat Pengangguran Kota Banda Aceh (%)

2012 2013 2014 2015

7,17

9,0210,24

12,00

lingkungan serta menyebabkan terjadinya kerawanan sosial. Penggunaan jalur pejalan kaki dan trotoar-trotoar dapat mengganngu kelancaran sistem trasportasi sehingga memicu terjadinya kemacetan. Permasalahan PKL menjadi salah satu prioritas di Banda Aceh, untuk itu perlu dilakukan penataan, perlindungan, dan pembinaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten wajib melakukan penataan dan pemberdayaan PKL agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang peraturan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima menjelaskan bahwa “Pemerintah Kota berwenang untuk mengatur dan menata tempat usaha PKL sesuai dengan RTRW Kota”. Dalam pengaturan dan penataan pemerintah kota harus mempertimbangkan kelancaran lalu lintas; akses ke pertokoan; kelancaran pejalan kaki; waktu berjualan. Pada Qanun tersebut juga dijelaskan bahwa walikota berwenang memindahkan dan menghapus lokasi PKL dengan mempertimbangkan kesesuaian lokasi dengan Rencana Tata Ruang Kota dan aspek strategis secara ekonomis.

Berdasarkan data dari UPTD Pasar Kota Banda Aceh, Tahun 2013 jumlah PKL mencapai 1.084 orang, sedangkan jumlah lapak yang tersedia yaitu 160 buah. Kondisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan lapak belum mampu mendukung keberadaan PKL di Banda Aceh, sehingga PKL masih beroperasi pada lokasi-lokasi strategis. Pemerintah kota melalui Satpol PP dan WH telah berupaya menertipkan lokasi PKL secara maksimal. Pendekatan yang dilakukan selama ini dinilai cenderung kurang memihak kepada PKL. Pemerintah semestinya lebih arief dan bijaksana dengan melakukan pendekatan yang menguntungkan kedua pihak dalam penertiban PKL di Kota Banda Aceh.

Permasalahan klasik yang dijumpai di lapangan adalah sikap dan perilaku PKL yang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi Aceh. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh, merilis jumlah UMKM di Aceh tahun 2015 yaitu sebesar 48,822 unit. Jumlah UMKM terbanyak berada di Kota Banda Aceh, yaitu 6.482 unit. Data distribusi UMKM Aceh dapat dilihat pada grafik berikut:

Banyaknya UMKM di Kota Banda Aceh tidak didukung oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang memadai. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh menyatakan bahwa dari 20 (dua puluh) unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang

Banda Aceh Aceh Tengah Aceh Barat Daya Simeulue

Aceh Besar Bener Meriah Aceh Selatan

Pidie Langsa Subulussalam

Pidie Jaya Aceh Tamiang Aceh Singkil

Bireuen Aceh Barat Aceh Tenggara

Lhokseumawe Aceh Jaya Gayo Lues

Aceh Utara Nagan Raya Sabang

7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0

Jumlah UMKM Aceh

Kabupaten/Kota

“membandel” dengan tetap berjualan pada lokasi awal walaupun telah disediakan lapak dengan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai pada lokasi yang telah ditetapkan. Salah satu alasannya adalah kurangnya pembeli karena lokasi yang disediakan tidak strategis sehingga PKL mengalami kerugian. Untuk itu sebaiknya penataan PKL perlu ditinjau dari beberapa aspek sehingga dapat memberi solusi dan alternatif tempat jualan yang sesuai dengan kondisi pedagang.

Penataan dan pemberdayaan PKL memerlukan kerjasama (bermitra) dengan dunia usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk melahirkan konsep mengelolaan kawasan PKL yang indah, nyaman dan ramah lingkungan. Pembekalan PKL dapat dilakukan melalui pelatihan dan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha, dan memberikan dukungan modal usaha serta melakukan promosi usaha pada lokasi-lokasi PKL yang telah tertata. Praktek ini telah dijalankan oleh beberapa daerah di Indonesia, sebagai contoh yang dapat dijadikan referensi adalah penataan PKL di Sunda Kelapa dengan bantuan Bank DKI, Penataan PKL di Tanjong Priok dengan Bank BNI, Bank Jatim untuk penataan PKL Bondowoso, Bank Jateng untuk penataan PKL Wonogiri dan lain sebagainya. Bentuk bantuan yang diberikan antara lain seperti penataan lapak, bantuan gerobak dan modal usaha.

3