Upload
mashitadyah
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 Resum Mashit
1/8
Resume
Topik 5 – Perforasi Sinus Maksilari
Dsp 8 2016 // KEL 2
21 Pen!a"uluan1. Sinus maksilaris atau antrum highmore, yaitu suatu rongga
yang terdapat di dalam tulang maksila, serta hubungannya
dengan akar gigi-gigi posterior hanya dibatasi oleh tulang
yang tipis.
2. Sinus maksilaris merupakan sinus yang terbesar.
3. Sinus maksilaris biasanya simetris sebelah kanan dan kiri.
4. Umumnya gigi yang paling dekat hubungannya dengan sinus
adalah molar pertama, premolar dan molar kedua rahang atas
5. Perluasan sinus maksilaris ke alveolar, palatum, inra orbita
dan tuberositas maksilaris.
211 #un$si !ari sinus maksilaris ini% an&ara lain'
1. !emberikan resonansi suara
2. !engurangi berat tengkorak
3. !embentuk "a#ah
4. !embantu menghangatkan dan melembabkan udara
pernapasan
5. !engandung organ olaktoria yang membantu pen$iuman
212 E&iolo$i1. %kar gigi dekat sinus maksilaris, molar pertama dan
premolar kedua rahang atas
2. %danya perluasan sinus, perluasan dapat men$apai akar gigi
sehingga antara sinus dengan apeks hanya dibatasi oleh
selapis tipis tulang dan bahkan hanya oleh mukosa sinus sa#a
3. &elainan pada akar gigi, ankilosis, hipersementosis
4. 'estruksi terhadap dasar sinus akibat peradangan
5. (raktur maksila
). *mplantasi gigi tiruan
+. &ista dan neoplasma yang menyebabkan destruksi dinding
sinus sehingga epitel kista melekat dengan mukosa sinus.
2.1.2 (ki)a& Pen*a)u&an
1. eknik pen$abutan kurang baik
2. rauma pada penggunan kuret
3. rauma pada penggunaan elevator
21+ ,e-ala Klinis
1. Pada saat berkumur terlihat air keluar dari hidung
2. erlihat darah keluar dari hidung
3. erdapat lubang pada soket yang menghubungkan sinus
dengan rongga mulut
21+ Dia$nosis
1. ose blo"ing test metoda per$obaan peniupan hidung/
pasien diinstruksikan agar menutup hidungnya dengan #ari,
kemudian menghembuskan udara atau meniup melaluihidung yang tertutup tersebut. %pabila ter#adi perorasi, akan
tampak keluarnya gelembung-gelembung udara dari dalam
soket gigi yang di$abut.
8/16/2019 Resum Mashit
2/8
2. Pasien berkumur, apabila ter#adi perorasi, maka ada $airan
yang masuk ke rongga hidung.
3. 'engan instrumen tumpul, sonde yang tumpul ke dalam
soket. 0ika sonde dapat masuk lebih dalam dibandingkan
pan#ang akar gigi, kemungkinan telah ter#adi perorasi. aratersebut #arang sekali dilakukan karena dengan $ara
demikian bahkan akan dapat menyebabkan ter#adinya
perorasi.
4. Pemeriksaan radiologis
2+ Pera.a&an Ter"a!ap Perforasi Sinus Maksilaris
2 Pera.a&an Se$era Se&ela" Ter-a!ina Perforasi
2.4.1 Perorasi yang &e$il Soepar"adi, 11/
Pera"atan untuk perorasi yang ke$il yaitu dengan mengisi
soket menggunakan iodoform gauze, pengisian ini diusahakan tidak
sampai pun$aknya, kurang lebih dua pertiga dari margin gingiva.
Penutupan diharapkan pada gumpalan darah, sebagaimana pada
penyembuhan luka pen$abutan gigi. ampon diganti setiap hari dan
pera"atan dapat berlangsung hingga + "ari. Selain itu diberikan
pula antibiotika per oral untuk men$egah ineksi. ampon pada
soket diiksasi dengan melakukan ikatan berbentuk angka
mengelilingi servik gigi tetangganya hal ini dilakukan apabila gigi
sebelah mesial dan distal masih ada/.
2.4.2. Perorasi yang %gak esar &ruger, 1) &illey 6&ey,
1+5/
Pada perorasi yang agak besar, dilakukan penutupan dengan
)e!a" insisi pa!a )a$ian )ukal !an pala&inal a&au "ana pa!a
)a$ian pala&inal !ari soke&. 'ibuat insisi yang ber#alan se-a-ar
!en$an len$kun$ aleolar dan tegak lurus sumbu pan#ang gigi.
7etak *nsisi sekitar 1 $m dari margin gingival dan pan#angnyasedikit melebihi lebar mesio-distal soket. &emudian prosesus
alveolaris dihaluskan serta mukoperiosteum diantara tepi soket dan
garis insisi dilepaskan dari tulang lalu diangkat dan ditarik kearah
soket. 'i atas luka diberi tampon dan instruksikan pada pasien untuk
menggigit tampon tersebut.
2.4.3. Penggunaan 7empeng antalum erbentuk U Untuk
!enutup Perorasi Sinus !aksilaris yang er#adi Setelah
Pen$abutan 8igi udge 9 %r$her, 1+5/
Segera setelah gigi di$abut, mukoperiosteum pada bagian
bukal dan palatinal dilepaskan dari tulang dengan #arak yang $ukup
untuk memasukkan lempeng tantalum. 7empeng tantalum ini
diletakkan di atas soket dan mukoperiosteum bukal dan palatinal
di#ahit pada posisi normal. 3a"i&an !ari mukoperios&eum &i!ak
menu&upi seluru" lempen$ &an&alum. 7empeng ini !iam)il
se&ela" 1+0 "ari, yakni setelah terbentuk #aringan granulasi di
dalam soket. Pengambilan lempeng tantalum ini dilakukan dengan
$ara, lempeng tersebut dipotong dalam arah mesio-distal men#adi
dua bagian.
Selan#utnya kepada pasien diinstruksikan agar #angan
berkumur-kumur terlalu keras, apabila bersin hati-hati dan
hendaknya mulut dibuka saat bersin, serta #angan meniup ataupun
8/16/2019 Resum Mashit
3/8
menghisap terlalu kuat dan hal yang sama #uga berlaku bagi para
perokok &illey 6 &ey, 1+5 Soepar"adi, 11/.
5 Pera.a&an Perforasi an$ Su!a" Lama Ter-a!i
Pera"atan pada ase ini dilakukan #ika pasien datang setelahter#adinya perorasi dalam #angka "aktu yang lama dan telah ter#adi
istula oro-antral ataupun telah ter#adi ineksi, dimana ineksinya
harus ditanggulangi lebih dahulu sebelum dilakukan penutupan
perorasi.
1 !etoda bukal lap menurut erger &ruger, 1) 8ans.
1+2 %r$her, 1+5 &illey 6 &ey, 1+5/ 9
!etoda ini memberikan hasil berupa bentuk lap yang
baik dan $ukup untuk menutupi perorasi, serta #ika sesuai
dengan bagian palatal yang telah disiapkan, akan
menghasilkan kontak yang baik antara kedua #aringan tersebut.
Penyembuhan yang $epat dan tidak disertai dengan daerah
yang terbuka dari mukosa adalah merupakan keunggulan
utama dari metoda ini. &elemahan utama dari metoda ini
adalah tidak selalu dapat digunakan, misalnya pada mukosa
dimana bermuaranya duktus Stensen, serta pada daerah
dimana #aringan bukalnya tidak $ukup, akan menghambat
proses penyembuhan. Prinsip dari metoda ini adalah siapkan
basis dan lap yang $ukup, kemudian pastikan bah"a sinus bebas dari ineksi 8ans, 1+2/.
!etoda ini dilakukan dengan $ara membuat lap pada
mukosa bukal hingga ke pipi. Pada sebuah kasus dimana
ter#adi perorasi dengan kehilangan tulang yang $ukup besar.
!ula -mula epitel di tepi sekitar soket dibuang, serta ketebalan
mukosa margin gingival/ di bagian palatal dikurangi hingga
tiga perempatnya dengan #arak kurang lebih ) mm dari tepi
soket. &emudian dibuat insisi mulai dari tepi bagian mesial
dan distal soket menu#u kearah mukobukal old dan diteruskanke mukosa pipi. (lap bersama periosteum dilepaskan dari
tulang dan diangkat. Untuk lebih memudahkan dapat dibuat
rera$tion suture pada kedua tepi mesial dan distal lap
tersebut, sebagai pemegang lap. Selan#utnya permukaan
dalam dari lap ini, yakni pada periosteum dibuat insisi
hori:ontal yang dimaksudkan agar lap dapat ditarik
meman#ang, tanpa disertai ketegangan sehingga $ukup untuk
menutupi soket. &emudian lap dikembalikan dan di #ahit.
0ahitan dibuka setelah lima hari sampai seminggu.
2 !etoda palatal lap menurut 'unning &ruger, 1) 8ans,
1+2 %r$her, 1+5&illey 6 &ey, 1+5/
Sesuai dengan namanya, metoda ini dilakukan dengan $ara
membuat insisi pada palatal, dimana arteri palatine terba"a
bersama lap sehingga dapat memberikan vaskularisasi yang
baik bagi lap tersebut. Suatu kasus perorasi sinus
maksilaris dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan penutupan dengan metoda bukal lap. Sehingga
untuk itu dilakukan metoda palatal lap, yakni lap yang
dibentuk menyerupai tangkai dan dipuntir kearah soket.
!ula-mula insisi dilakukan pada bagian palatal dari soket,
se#a#ar lengkung rahang dan dengan pan#ang se$ukupnya
sehingga sesuai untuk menutupi soket. Sebelum itu sebagian
8/16/2019 Resum Mashit
4/8
ke$il #aringan pada bagian distopalatal dari soket dieksisi
berbentuk ;, guna menyediakan tempat bagi lap yang akan
dipuntir, serta untuk men$egah ter#adinya lipatan. &emudian
se$ara hati-hati lap diangkat bersama periosteumnya dan
dipuntir kearah soket hingga menutupi perorasi tersebut,selan#utnya di#ahit. 'aerah tulang yang terbuka bekas
pengambilan lap ditutup dengan surgi$al $ement atau pa$k.
3. Pro$tor mengemukakan suatu metoda yang sederhana untuk
menutup perorasi, sebagai berikut &ruger, 1)/ 9
Setelah soket gigi di kuret, suatu kartilago yang
dia"etkan berbentuk keru$ut dimasukkan kedalam soket gigi.
Ukuran kartilago tersebut harus sesuai dengan luas soket,
karena #ika tidak sesuai akan terlepas sebelum ter#adi
penyembuhan atau akan masuk ke dalam rongga sinus.
4. !etoda penutupan perorasi yang ter#adi pada palatum
%r$her, 1+5/9
Perorasi pada palatum dapat ter#adi antara lain akibat
trauma instrument, eksisi tumor dan sebagainya, sehingga
perlu dilakukan penutupan, dalam hal ini dilakukan dengan
metoda sliding lap atau lap geser.
!ula-mula dibuat out line lap tersebut pada palatum
dan dalam hal ini arteri palatina anterior dilibatkan. Perlunya
lap geser yang besar dilakukan, oleh karena suatu insisi elips
yang sederhana akan memberikan tegangan #aringan yang
berlebihan dan mengganggu vaskularisasi. Pada $elah
perorasi tampak adanya penyatuan epitel rongga mulut
dengan epitel rongga hidung. Setelah dilakukan insisi
berdasarkan out line, maka lap diangkat dan sebagian ke$il
#aringan lap bagian median dibuang guna menyediakan
tempat saat menggeser lap tersebut. 0aringan pada garis
tengah palatum dibuang se$ukupnya guna menyediakantempat bagi lap serta untuk menghilangkan #aringan yang
miskin aliran darah.
8/16/2019 Resum Mashit
5/8
istula naso-oral. !etode ini aman, sederhana, mudah, dan eekti,
#ika diterapkan pada kasus-kasus yang sesuai.
eknik9
1 eksisi epitel yang mengelilingi batas ?%
2 insisi bukal se$ara hori:ontal pada regio molar ketiga
maksila
3 lemak bukal dengan lembut diambil dari bantalan
pipi dan dipindahkan ke daerah yang rusak baik
dengan rotasi langsung.
4 antalan lemak yang telah dipindahkan akan
membentuk epitel kembali dalam 2-3 minggu
28 Komplikasi perforasi sinus maksilaris
Perorasi dari sinus maksilaris dapat menyebabkan ter#adinya
sinusitis maksilaris, yakni suatu inlamasi yang ter#adi pada
membran mukosa rongga sinus. &illey 6 &ey, 1+5/. 'alam
keadaan normal rongga sinus dapat dikatakan steril oleh adanya
sekresi kelen#ar mukosa yang bersiat bakterisida atau bakteriostatik,
serta adanya gerakan silia pada epitel mokusa sinus tersebut. %dapun
didalam rongga mulut sarat dengan berbagai #enis mikroorganisme,
sehingga adanya perorasi akan memungkinkan migrasi
mikroorganisme tersebut ke rongga sinus dan menyebabkan ineksi
@o"ard, 1+4 &illey 6 &ey, 1+5/.
Sebaliknya sinusitis maksilaris #uga dapat mengakibatkan
ter#adinya perorasi dengan terbentuknya istula oro-antral &illey 6
&ey, 1+5/. ?leh karena itu, harus dapat dibedakan apakah perorasi
yang menyebabkan ter#adinya sinusitis atau sebaliknya, sehingga
untuk itu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk menentukan bah"a
sinusitis tersebut disebabkan oleh a$tor dentogen dan atau perorasi,
sebagai berikut &illey 6 &ey, 1+5/91 'ari anamnesa diperoleh bah"a sinusitis ter#adi setelah
mengalami pen$abutan gigi, dan biasanya pada pemeriksaan
intra oral ditemukan soket atau luka pas$a pen$abutan yang
belum sembuh atau tidak menutup.
2 Pada pemeriksaan oto rontgent, tampak kontinuitas dasar sinus
terputus.
3 iasanya ineksi dentogen tidak melibatkan sinus ethmoidales,
bersiat unilateral dan dalam keadaan akut lebih sakit serta
toksisitasnya lebih hebat.
4 airan yang keluar dari sisi hidung biasanya bersiat purulenta,kotor dan lebih berbau.
1 Oroantral Communication !an #is&ula 4roan&ral
Pada perorasi sinus maksilaris, #ika pera"atan yang
dilakukan tidak sesegera mungkin maka dapat mengakibatkan
beberapa komplikasi. @al ini penting untuk diketahui apakah sinus
telah terineksi atau belum. @asilnya ditentukan oleh lamanya istula
terbuka dan lebarnya kanal istula tersebut. amun beberapa
penelitian melaporkan bah"a istula dengan diameter kurang dari
2mm dapat mengalami penyembuhan spontan. 'an istula dengan
diameter lebih dari 3mm mengalami penghambatan penyembuhan
dikarenakan memiliki kemungkinan untuk ter#adinya ineksi.
Penelitian #uga mengungkapkan bah"a kurang mungkin ter#adinya
8/16/2019 Resum Mashit
6/8
penyembuhan spontan ketika oroantral istula telah terbuka selama 3
sampai 4 minggu dengan diameter lebih dari 5.
Selain itu , komplikasi lain yang didapat setelah melakukan
pera"atan yaitu dengan prosedur lap bukal dapat menyebabkan
penurunan yang signiikan pada vestibulum dan ter#adi odema pada pipi. 0ika dengan menggunakan lap palatinal, komplikasi yang
ter#adi yaitu penggundulan permukaan palatal, rasa nyeri, dan palatal
tampak kasar dan lebih dalam akibat epitalisasi sekunder selama 2
sampai 3 bulan. 'an yang paling buruk , lap palatinal dapat
men#adi nekrosis.
'einisi oroantral communication merupakan keadaan
komplikasi yang ter#adi karena penembusan ke sinus maksilaris,
sedangkan istula oroantral adalah lubang antara prosesus alveolaris
dan sinus maksilaris yang tidak mengalami penutupan dan
mengalami epitelisasi. Oroantral communication bersiat akut,
sedangkan istula oroantral bersiat kronis. Penderita istula
oroantral biasanya sudah mengalami sinusitis maksilaris, baik akut
maupun kronis. (istula oroantral kadang dideinisikan sebagai
lubang sinus yang bertahan lebih dari 4 #am. 7ubang terbentuk
setelah pembedahan dan akibat trauma pada sinus. Persentase
terbentuknya istula setelah penembusan sinus , apapun
penyebabnya, kemungkinan ke$il. (istula biasanya terbentuk bila
lubang yang ter#adi lebih besar lebih dari 3-4 mm/ dan melibatkan
lantai, adanya sinusitis, serta apabila pera"atan yang dilakukan tidak memadai. 'engan bertahannya lubang oroantral tersebut, maka
traktus akan mengalami epitelisasi, daerah rongga mulut seringkali
mengalami prolierasi #aringan granulasiA#aringan ikat penghubung,
dan timbul drainase purulen. 0ila lubang tersebut bukan didahului
oleh sinusitis kronis, maka adanya istula yang persisten akan
memastikan keberadaannya. Pasien #arang mengeluhkan rasa sakit,
ke$uali apabila ada ineksi akut.
Oroantral communication merupakan komplikasi yang kadang
ter#adi saat mengekstraksi gigi atau akar pada bagian posterior rahang atas. *dentiikasi dapat dilakukan oleh dokter gigi, yaitu pada
saat debridemen alveolar, kuret periapikal memasuki kedalaman
yang lebih dalam daripada normalnya. @al ini menandakan bah"a
kuret telah memasuki sinus maksilaris.
Oroantral communication dapat #uga dikonirmasi dengan
adanya observasi adanya adanya aliran udara atau bubbling
gelembung udara/ pada darah dari alveolar setelah ekstraksi/. @al
ini terlihat pada saat pasien men$oba membuang napas exhale/
melalui hidung saat kedua lubang hidung pasien ditutup. es ini
disebut dengan tes ;alsalva. %pabila pasienmembuang napas
melalui hidung mereka dengan tekanan yang besar, ada resiko yang
menyebabkan oroantral communication.
ara mengetahui adanya oroantral communication melalui tanda
klinis yang lain adalah sebagai berikut.
1 Penggunaan instrumen, misalnya elevator, untuk dimasukkan ke
dalam rongga yang ada.
2 Pendarahan hidung
3 Pasien bisa A tidak mengeluhkan rasa sakit atau lepasnya udara
dari sinus ke rongga mulut pada saat menarik napas dalamkeadaan mulut tertutup, ke$uali pasien sudah menderita sinusitis
peradangan pada sinus maksilaris/
4 7ubang yang ada dilihat dengan su$tion dan lampu atau ditun#uk
dengan probing dengan hati-hati/
8/16/2019 Resum Mashit
7/8
Oroantral communication dapat ter#adi baik melalui labial
maupun palatal. ontohnya, komplikasi dapat ter#adi terutama
selama tahap pembedahan untuk pen$abutan kaninus yang impaksi
dengan lokalisasi di labial, selama prosedur apikoektomi, dan lain
sebagainya. Pada $ontoh kasus lainnya, oroantral communication #uga dapat ter#adi pada prosedur pembuangan kista, eksotosis
palatal, dan lain sebagainya.
Oroantral communication dapat disebabkan oleh 9
1 'inding sinus atau dasar sinus tipis.
2 %danya displacement dari gigi impaksi ataupun u#ung akar gigi
ke dalam sinus maksilaris selama per$obaan ekstraksi.
3 U#ung akar terletak pada dasar sinus maksilaris.
4 %danya lesi periapikal yang mengikisAmengerosi dinding tulang
pada dasar sinus maksilaris. %tau kuretase yang berlebihan dari
lesi yang bersangkutan.5 (raktur luas pada tuberositas maksilaris selama ekstraksi gigi
posterior/, dimana bagian sinus maksilaris dapat hilang bersama
tuberositas maksilaris.
) Pembuangan tulang yang terlalu banyak untuk keperluan
ekstraksi gigi impaksi atau akar.
Pen$egahan oroantral communication adalah dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
1 Pemeriksaan klinis dan radiograis se$ara menyeluruh atau ,
khususnya pada regio gigi yang akan diekstraksi termasuk
daerah di sekeliling gigi yang akan diekstraksi/.
2 Pemakaian instrumen dengan sangat hati-hati, khususnya pada
saat luksasi akar pada gigi posterior rahang atas. @al ini tidak
lepas dari pemakaian tenaga atau kekuatan tekanan yang
terkontrol.
3 'ebridemen yang sangat hati-hati pada lesi periapikal yang
berdekatan dengan sinus maksilaris.
4 !enghindari tahap luksasi akar apabila daerah visualisasi
operator terhalang oleh adanya perdarahan A hemoragi.
5 !empertimbangkan meru#uk pasien apabila diperkirakan ada
resiko penembusan sinus yang tinggu, atau pada keadaan dimana
penembusan tidak terhindarkan.
%dapun penatalaksanaan apabila telah ter#adi oroantral
communication adalah sebagai berikut.
1 Penatalaksanaan kasus oroantral communication bergantung pada
ukurannya dan kapan penatalaksanaan di#ad"alkan.
2 Untuk oroantral communication yang berukuran ke$il, dira"at
segera setelah ekstraksi. Penatalaksanaannya berupa tindakan
bedah. &eberhasilan penutupan lubang oroantral dengan $ara
pembedahan tergantung pada pengontrolan ineksi sinus,
pengambilan #aringan yang berpenyakitAterineksi, dan drainase
nasal yang memadai.
3 Untuk oroantral communication yang besar atau sudah terbuka
selama 15 hari atau lebih harus ditatalaksana dengan teknik lain,
seperti dilakukannya penutupan dengan prosedur lap. eknik-
teknik yang biasa digunakan adalah lap mukoperiosteal lap
bukal, palatal dan bridge flap). Setelah itu, dilakukan pen#ahitan.
4 'iberikan tampon bedah 2 = 2 atau 4 = 4/ pada daerah operasi.
5 %dministrasi ke arah$proilaksis tidak terlalu diperlukan, ke$uali
pada oroantral communication yang merupakan hasil dariekstraksi gigi dengan inlamasi periapikal akut, atau pada
penderita yang mengalami ri"ayat sinusitis sebelumnya, dimana
ke arah$ luas harus diadministrasikan.
8/16/2019 Resum Mashit
8/8
) Nasal decongestant , tetes hidung, serta ke arah $ harus
diresepkan, khususnya pada penderita istula oroantral.
+ uat ru#ukan yang dibutuhkan kepada spesialis bedah mulut. Pasien diinormasikan tentang situasi yang sedang ter#adi serta
diberikan instruksi seperti harus men$egah ter#adinya bersin,
blowing nose, meludah dan lain sebagainya apabila ru#ukan masih
dalam tenggang "aktu.
Pasien di#ad"alkan kembali lagi untuk ea rah dan pemeriksaan-
pemeriksaan lain.
1> eknik penutupan segera dengan prosedur lap diindikasikan
ketika sinus dalam keadaan bebas dari penyakit. %pabila terdapat
ineksi sinus maksilaris, prosedur lap dilakukan bersamaan
dengan trepinasi antrum prosedur ald"ell-7u$/.
11 0aringan sinus yang berpenyakit polip/ dihilangkan dengan
prosedur ald"ell-7u$ dan drainase hidung yang memadai
dilakukan melalui pembuatan #endela nasoantral pada meatus
nasalis inerior. Penutupan lubang dilakukan dengan pemindahan
lap mukoperiosteal bukal &e arah oklusal maupun palatal
melalui daerah operasi dan men#ahitnya kembali pada mukosa
palatal yang mengalami deepitelisasi ataupun mukosa yang
diangkat.