Upload
gita-asapuri
View
1.593
Download
78
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum sanitasi dan pengolahan limbah
Citation preview
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
V. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Botol (Metode Bilas)
Kel
NA PDA Jumlah mikroba/wadah
6 - 6 khamir NA 0PDA 120 koloni/botol
7 1 bakteri 3 khamir TBUD NA 80 koloni/botolPDA ~ TBUD
8 1 bakteri 144 khamir NA 20 koloni.botolPDA 2880 koloni/botol
9 - 6 khamir NA 0PDA 120 koloni/botol
10 4 bakteri 17 bakteri 1 khamir NA 80 koloni/botolPDA 360 koloni.botol
Contoh perhitungan (kelompok 7)
NA = jumlah koloni/ml x 20 ml
= 6 x 20 = 120 koloni/wadah
PDA = TBUD
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan (Metode Swab/Usap)
Kel
Jumlah Mikroba (PCA) Jumlah Mikroba/cm2
6 15 1,5 koloni/cm2
7 1 bakteri 0,1 koloni/cm2
8 13 1,3 koloni/cm2
9 1 kapang 1 bakteri 0,2 koloni/cm2
10 3 bakteri 1 khamir 0,4 koloni/cm2
Contoh perhitungan (kelompok 7)
Jumlah mikroba/cm2 = jumlah koloni/ml x 5 ml x 1/50 cm2
= 1 x 5 x 1/50 = 0,1 koloni/cm2
VI. PEMBAHASAN
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
Praktikum yang dilaksanakan kali ini adalah mengenai pengujian sanitasi
wadah dan alat pengolahan. Kontaminasi pada makanan oleh mikroorganisme
dapat terjadi melalui beberapa cara, diantaranya melalui air, udara, serta saat
penanganan, dan pengolahan. Kontaminasi saat penanganan dan pengolahan
terjadi melalui kontak antara makanan dengan peralatan, bahan kemasan, dan dari
pekerja. Permukaan wadah produk merupakan rute yang paling penting untuk
pengendalian kontaminasi sebagai dasar dari pelaksanaan program sanitasi.
Desinfeksi terhadap wadah dan peralatan harus efektif, sehingga produk pangan
bebas dari kontaminasi mikroorganisme pembusuk maupun patogen yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat.
Proses untuk mengurangi kontaminasi dapat dilakukan dengan sanitasi.
Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu pembersihan dan sanitasi.
Pembersihan yaitu menghilangkan kotoran baik yang terlihat maupun tidak,
seperti sisa makanan, debu, dan tanah yang merupakan media bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Sanitasi merupakan langkah menggunakan zat kimia dan atau
metode fisika untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme yang
tertinggal pada permukaan alat dan mesin pengolah makanan. Desinfeksi
merupakan tahap akhir dalam program sanitasi yang bertujuan untuk
menghilangkan residu dari produk dan benda asing, serta mengurangi jumlah
mikroorganisme untuk menjamin keamanan dan kualitas bahan pangan.
Sanitasi wadah dan alat-alat pengolahan ditujukan untuk membunuh
sebagian besar atau semua mikrorganisme yang terdapat pada bagian permukaan.
Dalam disinfeksi, jenis disinfektan, konsentrasi yang digunakan, suhu, dan
metode yang diterapkan bervariasi tergantung dari jenis wadah dan alat-alat yang
akan dibersihkan serta jenis mikroorganisme yang akan dibasmi. Sanitasi pada
wadah pengemas produk pangan yang sering dilakukan diantaranya menggunakan
air panas, uap panas, halogen (klorin atau iodin), turunan halogen, dan komponen
amonium kuartener (Fardiaz dan Jenie 1989). Pemilihan disinfektan yang tepat
sangat diperlukan bagi industri pangan sehingga diperoleh disinfektan dengan
daya kerja yang optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kerja
disinfektan adalah konsentrasi dan waktu kontak dengan permukaan yang akan
didisinfeksi. Konsentrasi yang diperlukan untuk membunuh sejumlah
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
mikroorganisme dan lama waktu kontak akan mempengaruhi efisiensi
penggunaan disinfektan serta dapat meminimalkan biaya produksi.
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat
perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal
dari penggunaan wadah dan alat pengolahan yang kotor dan mengandung mikroba
dalam jumlah cukup tinggi. Pencucian alat pengolahan dengan menggunakan air
yang kotor, dapat menyebabkan mikroba yang berasal dari air pencuci dapat
menempel pada wadah / alat tersebut. Demikian juga sisa-sisa makanan yang
masih menempel pada alat/wadah dapat menyebabkan pertumbuhan
mikroorganisme yang cukup tinggi. Mikroba yang mungkin tumbuh bisa kapang,
khamir atau bakteri. Mutu makanan yang baik akan menurun nilainya apabila
ditempatkan pada wadah yang kurang bersih.
Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian
besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang
digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan halogen dan
komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk
menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi
menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air biasanya digunakan
detergen untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai
beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi
lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin.
Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak
boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan Wheeler,
1984).
Praktikum ini akan membahas hasil pengujian sanitasi wadah dan alat
pengolahan. Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan
berasal dari penggunaan wadah dan alat-alat pengolahan yang kurang bersih.
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat-alat pengolahan meliputi
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
pencucian untuk menghilangkan kotoran dari sisa-sisa makanan. Pengujian
efisiensi dari proses sanitasi dapat digunakan metode bilas untuk wadah dan alat-
alat pengolahan yang tertutup, sedangkan untuk alat-alat pengolahan yang
besar menggunakan metode swab. Pada praktikum kali ini akan dilakukan
pengamatan terhadap uji sanitasi wadah botol dan alat pengolahan (wajan).
6.1. Uji Sanitasi Wadah Botol (metode bilas)
Pengujian sanitasi wadah botol dengan menggunakan metode bilas terdiri
dari lima perlakuan, yaitu botol tidak dicuci, botol dicuci air, botol dicuci
“sunlight”, botol dicuci “mama lime”, dan botol dicuci sabun colek. Pengujian
dilakukan dengan cara memasukkan 20 ml larutan NaCl fisiologis ke dalam botol
kemudian ditutup rapat dan dilakukan pengocokan selama 10-20 kali serta
diputar-putar secara horizontal sebanyak 25 kali. Tahap selanjutnya adalah
inokulasi sampel 1 ml dari botol ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan
media PDA dan didiamkan hingga membeku. Botol yang berisi sisa NaCl fis
kemudian didihkan, lalu sebanyak 1 ml diinokulasikan ke dalam cawan petri yang
lain kemudian ditambahkan media NA serta didiamkan hingga beku. Tujuan sisa
NaCl fis tersebut didihkan yaitu agar sel vegetatif dapat hilang. Tahap terakhir
adalah inkubasi selama 2 hari pada suhu 30oC, hal ini dikarenakan pada suhu
tersebut mikroorganisme dapat tumbuh optimal dan waktu inkubasi selama 2 hari
dikarenakan pada waktu tersebut nutrisi pada media masih ada sehingga bakteri
belum ada yang kehabisan nutrisi dan mengalami fase kematian sehingga yang
benar-benar terhitung adalah bakteri yang memang tumbuh pada media tersebut.
Pada saat inkubasi, posisi cawan petri diusahakan dalam posisi terbalik agar air
yang mengembun di dalam tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke dalam
media karena akan menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai
dan menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Kemudian dilakukan
penghitungan jumlah koloni mikroorganisme dengan rumus yaitu jumlah
mikroorganisme/wadah botol = jumlah koloni/ml x 20 ml.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, jumlah bakteri terbanyak
ditunjukan pada perlakuan botol dicuci air dan botol dicuci sabun colek,
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
sedangkan botol tidak dicuci dan botol dicuci dengan mamalime tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri pada media NA. Sedangkan, pada
media PDA yang menunjukkan pertumbuhan kapang atau khamir, sampel yang
menunjukkan jumlah kapang atau khamir terbanyak, yaitu botol yang dicuci
dengan air, kemudian botol yang dicuci dengan sunlight, lalu botol yang dicuci
menggunakan mama lime dan botol tidak dicuci menunjukkan pertumbuhan
kapang atau khamir terkecil.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, tentunya tidak sesuai dengan teori
dimana seharusnya botol yang seharusnya menunjukkan jumlah bakteri terbanyak,
yaitu botol tidak dicuci, namun berdasarkan hasil pengamatan botol yang tidak
dicuci justru menunjukkan jumlah bakteri terkecil. Hal ini mungkin dapat
disebabkan karena pada saat inokulasi, terlalu dekat dengan bunsen atau pada saat
inokulasi, media masih terlalu panas sehingga bakteri sudah mati ketika inokulasi
dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan pula menunjukkan walaupun botol telah
dicuci menggunakan sunlight atau sabun colek belum tentu efektif untuk
mengurangi adanya pertumbuhan mikroba yang akan mengkontaminasi bahan
makanan yang akan diolah dan dihasilkan. Faktor utama yang sangat berpengaruh
dalam sanitasi wadah, yaitu desinfektan atau sanitizer yang dipakai serta air yang
digunakan untuk membilas setelah pencucian. Umumnya mikroorganisme yang
terdapat pada kemasan botol air adalah bakteri Escherichia coli. E. coli, adalah
salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Kebanyakan E. Coli tidak
berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan
keracunan makanan yang serius pada manusia.
Sedangkan pada media PDA, ditunjukkan bahwa sampel dengan perlakuan
dicuci dengan air menunjukkan jumlah kapang atau khamir terbesar, hal ini
dikarenakan kondisi botol dalam keadaan lembab, kapang dan khamir sangat
menyukai tempat lembab untuk hidupnya.
6.2. Uji Sanitasi Alat Pengolahan
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
Pengujian sanitasi alat pengolahan dengan metode swab yaitu dengan cara
men-swab permukaan alat yang akan diuji sanitasinya. Alat pengolahan serta
perlakuan yang digunakan dalam pengujian yaitu wajan tidak dicuci, wajan dicuci
air, wajan dicuci saunlight, wajan dicuci mamalime, dan wajan dicuci sabun
colek. Pengujian sanitasi alat pengolahan yaitu dengan cara memasukkan swab
kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml NaCl fis yang bertujuan untuk membasahi
swab agar mikroorganisme dapat menempel pada swab saat men-swab pada alat
pengolahan yang diuji. Kemudian dilanjutkan dengan men-swab sebanyak 2-3
kali permukaan peralatan yang diuji yaitu seluas 5 cm x 10 cm. Tahap selanjutnya
adalah mencelupkan hasil swab ke dalam NaCl fis kembali agar mikroorganisme
yang menempel saat pen-swab-an dilakukan dapat tercampur pada laurtan NaCl
Fis. Kemudian NaCl Fis dipipet sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri. Tahap
terakhir adalah penuangan media PCA ke dalam cawan petri selanjutnya
didiamkan hingga beku dan diinkubasi pada suhu 30oC selama dua hari. Setelah
itu hitung jumlah mikroorganisme dengan rumus yaitu jumlah
mikroorganisme/cm2 = jumlah koloni/ml x 5 ml x 1/50cm2.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 2, pada sampel wajan yang tidak
dicuci menunjukkan jumlah mikroorganisme terbesar, sedangkan wajan yang
dicuci menggunakan air biasa menunjukkan jumlah mikroorganisme terkecil.
Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan walaupun wajan telah dicuci
menggunakan bahan pencuci masih kurang efektif untuk membersihkan peralatan
wadah dalam proses industri pangan.
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan
langsung dengan bahan, untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka
peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai
dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi. Peralatan
harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesifeksi untuk mencegah kontaminasi
silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan
sementara. Peralatan pengolahan seperti alat pemotong, papan pemotong
(talenan), bak-bak pencucian/penampungan, alat pengaduk, alat penyaring, alat
memasak merupakan sumber kontaminan potensial bagi pangan. Sebenarnya,
faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam sanitasi wadah dan alat pengolahan,
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
yaitu jenis pembersih harus disesuaikan dengan kotoran yang akan dibersihkan,
jenis mikroorganisme, dan air yang digunakan untuk pencucian. Banyak sekali
faktor yang menyebabkan hasil pengamatan tidak sesuai literature, yaitu karena
kontaminasi wadah awal dari setiap perlakuan berbeda-beda, serta ketidaktelitian
praktikan dalam menghitung dan mengamati jumlah mikroorganisme yang ada.
VII. KESIMPULAN
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
1. Pembersihan alat dan wadah pengolahan menggunakan sanitizer belum
tentu efektif dalam menanggulangi masalah tersebut.
2. Ketidaksesuaian hasi pengamatan dan praktek langsung terjadi karena saat
inokulasi, terlalu dekat dengan bunsen atau pada saat inokulasi, media
masih terlalu panas sehingga bakteri sudah mati ketika inokulasi
dilakukan.
3. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam sanitasi wadah dan alat
pengolahan, yaitu jenis pembersih harus disesuaikan dengan kotoran yang
akan dibersihkan, jenis mikroorganisme, dan air yang digunakan untuk
pencucian.
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. dan Jenie B. S. L., 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta