Upload
mariadana-espada
View
42
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Penyakit Neurobehaviour II
Sub Pokok Bahasan : KDRT(Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 30 menit
Hari / Tanggal : Sabtu,6 februari 2015
Tempat : Desa Songan Bangli
Penyuluh : Mahasiswa STIKES Wira Medika
I. LATAR BELAKANG
Salah-satu bentuk dari kejahatan adalah kekerasan terhadap sesama
manusia. kekerasan merupakan suatu konsep yang makna dan isinya
sangat tergantung pada masyarakat sendiri. Selain faktor kekuatan,
kekerasan juga muncul karena adanya kekuasaan yang diabsahkan secara
hukum dalam pengertian yang luas. Kekerasan bisa terjadi dalam berbagai
bidang, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan pemikiran agama. Lebih
jauh lagi kekerasan itu telah memasuki ruang lingkup yang paling kecil
dan eksklusif yaitu keluarga. Di dalam keluarga, kekerasan terhadap
perempuan bisa terjadi antara anggota keluarga. Di tengah masyarakat
modern yang dibangun atas prinsip rasionalitas, demokrasi dan
humanisme yang secara teori dapat menekan tindak kekerasan namun
budaya kekerasan ini menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat
dipisahkan. Segala bentuk kejahatan terhadap martabat manusia dan
kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan
pelanggaran hak asasi manusia yang harus dihapuskan.
Biasanya yang menjadi korban dalam KDRT adalah kebanyakan
perempuan. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
1
banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia diantaranya adalah hak-hak
perempuan. Data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan), memperlihatkan bahwa pada sepanjang
tahun 2003 telah terjadi 5.934 kasus kekerasan terhadap perempuan.
Sebanyak 2.703 diantaranya adalah kasus KDRT, dengan korban
terbanyak adalah istri yaitu 2.025 kasus atau 75%.4 Bahkan dalam
pengamatan Kompas, kasus KDRT cenderung meningkat. 5 Seperti
halnya fenomena gunung es, kasus-kasus yang dilaporkan diyakini jauh
lebih sedikit daripada yang tersembunyi dan tidak terungkap.
Untuk itulah kami inggin melakukan penyuluhan mengenai prilaku
KDRT utuk dapat meminimalisir dan mencegah terjadinya prilaku
kekerasan.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM( TUK)
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit diharapkan mahasiswa
dapat memahami tentang prilaku kekerasan dalam rumah tangga(KDRT)
dan dapat meakukan sosialisasi pada masyarakat agar perilaku kekerasan
dalam rumah tangga tidak terjadi lagi di masyarakat.
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit mahasiswa
diharapkan:
1. Mampu menjelaskan mengenai Pengertian dari KDRT
2. Mampu menjelaskan mengenai Bentuk kekerasan dalam rumah
tangga
3. Mampu menjelaskan mengenai Factor pemicu terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga
4. Mampu menjelaskan mengenai Dampak dari kekerasan dalam
rumah tangga
5. Mampu menjelaskan mengelai upaya pemulihan kekerasan dalam
rumah tangga
2
IV. METODE
Ceramah, demontrasi dan tanya jawab
V. MEDIA
a. Leaflet
b. Leptop
c. LCD
VI. ISI MATERI
1. Pengertian dari KDRT
2. Bentuk kekerasan dalam rumah tangga
3. Siklus kekerasan
4. Factor pemicu terjadinya kekerasan
5. Dampak dari kekerasan
6. Upaya pemulihan dan preventif
VII. PROSES PELAKSANAAN
NO. KEGIATAN RESPON KELUARAGA WAKT
U
1. Pendahuluan
- Memberikan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menyebutkan materi yang akan
disajikan
- Kontrak waktu
- Membalas salam
- Memperhatikan
- Memberikan
respon
3 menit
2. Penyampaian materi
a. Menyampaikan dan menguraikan
tentang materi :
- Pengertian dari KDRT
- Bentuk kekerasan dalam rumah tangga
- Memperhatikan
penjelasan dan
demonstrasi
20
menit
3
- Siklus kekerasan
-Factor pemicu terjadinya kekerasan
- Dampak dari kekerasan
- Upaya pemulihan dan preventif
b. Memberikan kesempatan pada peserta
penyuluhan untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan peserta
penyuluhan yang berkaitan dengan
materi yang kurang jelas
dengan cermat
- Menanyakan hal
yang belum jelas
- Menyimak
jawaban penyaji
3. Penutup
a. Tanya jawab (evaluasi) :
- Menyimpulkan hasil materi
b. Mengakhiri serta menutup kegiatan
(salam)
- Menanyakanhal
yang belum jelas
serta menjawab
pertanyaan dari
penyaji untuk
mengetahui
apakah keluarga
sudah mengerti.
- Membalas salam
7 menit
4
VIII. SETTING TEMPAT
Setting / Tempat menyerupai huruf “U”
O 4 2 1 O 6
5 O 6
O O 7
3
O O O O 8
O O O O
Keterangan :
1. Papan tulis
2. Laptop
3. LCD
4. Penyaji
5. Moderator/ sekretaris
6. Fasilitator
7. Observer
8. audiens
IX. PENGORGANISASI
a. Penyaji : indah
b. Moderator : agus hari
c. Fasilitator : mariadana
d. Observer : parma
e. Anggota : - asih
- Ardi saputra
5
X. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Materi siap dua hari sebelum penyuluhan
b) Media : lcd, leaflet, dan Laptop siap 1 hari sebelum penyuluhan
c) Penyuluh melaksanakan tugasnya sesuai dengan pembagian tugas
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Suasana penyuluhan tertib
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
penyuluhan selesai
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien serta pengunjung dapat :
a. Mampu menjelaskan pengertian dari KDRT
b. Mampu menjelaskan bentuk kekerasan dalam rumah tangga
c. Mampu menjelaskan siklus kekerasan
d. Mampu menjelaskan factor pemicu terjadinya kekerasan
e. Mampu menjelaskan dampak dari kekerasan
f. Mampu menjelaskan upaya pemulihan dan preventif
XI. REFERENSI
Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen.2002. Buku Saku Keperawatan
Jiwa, Edisi 3 . Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3.
Jakarta : EGC
6
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan
Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993).
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua
menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut
dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar
dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak
langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah
adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang
harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak
marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang
respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
7
Konselor Pernikahan Jan Held LPC menjelaskan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) adalah sebuah perilaku manipulatif dan mengontrol
yang dilakukan pasangan. Perilaku kekerasan tersebut mencakup empat hal:
1. Kekerasan Fisik : Anda disebut mengalami kekerasan fisik jika
pasangan melakukan pemukulan, ditampar, menarik rambut,
mencekik atau melakukan sentuhan (secara kasar) yang tidak
diinginkan.
2. Kekerasan Seksual : Sentuhan secara seksual, hubungan seksual
yang tak diinginkan adalah bentuk dari kekerasan seksual.
3. Kekerasan Psikis : Anda diisolasi atau dijauhkan dari keluarga dan
teman-teman, setiap aktivitas dipantau pasangan, pasangan terlalu
posesif atau kerap disakiti dengan kata-kata kasar. Jika iya, artinya
Anda sudah mengalami kekerasan psikis.
4. Kecemburuan : Pasangan suka mengancam dan mengintimidasi,
pasangan kerap membuat Anda tersakiti dengan merendahkan atau
mengucapkan kata-kata kasar, pasangan kerap membuat Anda
merasa tidak bisa hidup sendiri, adalah bagian dari kecemburuan.
KDRT adalah pelakuan kasar dalam bentuk fisik dan nonfisik yang
dilakukan oleh seorang atau lebih anggota keluarga kepada anggota
lainnya.
B. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT, yaitu:
a. Pertengkaran masalah uang, suami mengetatkan uang
belanja, memberi uang belanja pas-pasan, sementara isteri
banyak kebutuhan lainnya.
b. Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki kedududukan dan
penghasilan lebih tinggi daripada suaminya.
c. Problem/kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid,
dan sadisme seksual.
d. Pengaruh miras, narkoba, perjudian, dan utang.
8
e. Pertengkaran tentang anak, ketidakserasian cara pandang
terhadap cara pendidikan anak
f. Suami di PHK atau menganggur,
g. Isteri ingin meningkatkan pendidikan atau sibuk dalam
organisasi/bisnis, sering bila isteri bekerja isteri mulai besar
kepala karena tidak merasa tegantung lagi pada suami secara
ekonomi.
h. Kehamilan yang tidak dikehendaki atau kemandulan,
i. Poligami dan perselingkuhan, dan lain-lain.
C. Siklus Kekerasan KDRT
Kerap kali para pelaku KDRT membuat pasangannya sulit melepaskan
diri dari mereka. Pelaku ini bisa melakukan berbagai cara misalnya dengan
menguasai atau tidak memberi uang, mencabut akses komunikasi dan
tranportasi. Para pelaku KDRT ini pun punya sikap yang naik turun.
Berikut tiga tahapan sikap mereka :
1. Tahap Membangun Emosi : pada saat ini biasanya pelaku akan
merasa tidak berdaya. Pelaku merasa pasangan yang menjadi
korban KDRT seharusnya menenangkan dan pelaku merasa
mereka memiliki beberapa cara untuk mengatasi stres.
2. Tahap Meledak : ketika stres sudah tidak bisa diatasi, pelaku akan
kehilangan kontrol diri, pelaku pun akan menyalahkan pasangan
atas kekerasan yang mereka lakukan.
3. Tahap 'Bulan Madu' : di tahapan ini si pelaku akan insyaf
mendadak. Mereka akan minta maaf dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatannya. Pelaku juga akan memberikan
korbannya hadiah. Pelaku mengurangi KDRT-nya. Untuk
mengatasi perasaan bersalah, pelaku akan mengalihkan ke hal lain
dengan minum alkohol atau memukul orang/benda lain.
Ada pola yang khas bagaimana penganiayaan terjadi. Episode awal
pemukulan atau perilaku kekerasan biasanya diikuti oleh periode ketika
penganiaya mengungkapkan penyesalannya dan meminta maaf, dengan
9
berjanji bahwa hal tersebut tidak akan terulang. Ia dapat mengungkapkan
cinta kepada istrinya, bahkan dapat menunjukkan perilaku romantic,
dengan membelikan hadiah dan bunga. Periode penyesalan ini kadang-
kadang disebut periode bulan madu. Wanita biasanya ingin mempercayai
suaminya dan berharap bahwa kekerasan yang dialaminya adalah suatu
insiden tersendiri. Setelah periode bulan madu ini, terjadi fase munculnya
ketegangan yang diwarnai oleh pertengkaran, saling diam, atau suami lebih
banyak mengeluh. Ketegangan tersebut berakhir dengan episode kekerasan
lain, setelah itu suami penganiaya merasa menyesal dan berjanji untuk
berubah. Siklus ini terjadi berulang-ulang. Setiap waktu korban terus
berharap bahwa kali ini kekerasan akan berakhir.
Pada awalnya, periode bulan madu dapat berlangsung berminggu-
minggu atau bahkan berbulan-bulan, yang membuat wanita yakin bahwa
hubungan telah membaik dan perilaku suaminya telah berubah. Pada
waktu selanjutnya, episode kekerasan terjadi lebih sering, periode
penyesalan tidak ada sama sekali, dan tingkat kekerasan serta keparahan
cedera semakin berat. Pada akhirnya, perilaku kekerasan rutin terjadi,
beberapa kali seminggu atau bahkan setiap hari.
D. Faktor Pemicu terjadinya Kekerasan KDRT
a) Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT,
yaitu: Pertengkaran masalah uang, suami mengetatkan uang belanja,
memberi uang belanja pas-pasan, sementara isteri banyak kebutuhan
lainnya.
b) Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki kedududukan dan
penghasilan lebih tinggi daripada suaminya.
c) Problem/kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid, dan
sadisme seksual.
d) Pengaruh miras, narkoba, perjudian, dan utang.
e) Pertengkaran tentang anak, ketidakserasian cara pandang terhadap cara
pendidikan anak
10
f) Suami di PHK atau menganggur, Isteri ingin meningkatkan pendidikan
atau sibuk dalam organisasi/bisnis, sering bila isteri bekerja isteri mulai
besar kepala karena tidak merasa tegantung lagi pada suami secara
ekonomi.
g) Kehamilan yang tidak dikehendaki atau kemandulan,
h) Poligami dan perselingkuhan, dan lain-lain.
E. Dampak Daei KDRT
Beberapa dampak yang mungkin timbul akibat terjadinya KDRT adalah:
1. Dampak pada istri : perasaan rendah diri, malu dan pasif, gangguan
kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah makan
dan susah tidur, mengalami sakit serius, luka parah dan cacat
permanen, gangguan kesehatan seksual.
2. Dampak pada anak-anak : mengembangkan prilaku agresif dan
pendendam, mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan,
kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik.
3. Dampak pada suami : merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis,
pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri.
4. Korban sebagai perwujudan dampak psikis dari kekerasan yang ia
alami. Ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
dapat tampil dalam perilaku-perilaku berikut ini :
Kehilangan minat untuk merawat diri, yang tampil dalam
perilaku menolak atau enggan makan/minum, makan tidak
teratur, malas mandi atau berdandan, tampil berantakan seperti
rambut kusut, pakaian awut-awutan.
Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, yang
tampil dalam perilaku mengurung diri di kamar, tidak mau
berhubungan dengan orang lain, cenderung diam, dan enggan
bercakap-cakap.
Perilaku depresif, tampil dalam bentuk pandangan mata
kosong seperti menatap jauh ke depan, murung, banyak
11
melamun, mudah menangis, sulit tidur atau sebaliknya terlalu
banyak tidur, dan berpikir tentang kematian
Terganggunya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari, seperti
sering menjatuhkan barang tanpa sengaja, kurang teliti dalam
bekerja yang ditunjukkan dengan banyaknya kesalahan yang
tidak perlu, sering datang terlambat atau tidak masuk bekerja,
tugas-tugas terlambat tidak sesuai tenggat waktu, tidak
menyediakan makanan untuk anak padahal sebelumnya hal-hal
ini dilakukannya secara rutin
Ketidakmampuan melihat kelebihan diri, tidak yakin dengan
kemampuan diri, dan kecenderungan membandingkan diri
dengan orang lain yang dianggapnya lebih baik. Contohnya
menganggap diri tidak memiliki kelebihan meski fakta yang
ada menunjukkan hal sebaliknya, atau sering bertanya apakah
yang ia lakukan sudah benar atau belum
Kehilangan keberanian untuk melakukan tindakan yang
ditunjukkan dengan tidak berani mengungkapkan pendapat
atau tidak berani mengingatkan pelaku jika bertindak salah
Stres pascatrauma, yang tampil dalam bentuk mudah terkejut,
selalu waspada; sangat takut bila melihat pelaku, orang yang
mirip pelaku, benda-benda atau situasi yang mengingatkan
akan kekerasan, gangguan kilas balik (flash back) seperti tiba-
tiba disergap bayangan kejadian yang telah dialami, mimpi-
mimpi buruk dan atau gangguan tidur
Kebingungan-kebingungan dan hilangnya orientasi, yang
tampil dalam bentuk merasa sangat bingung, tidak tahu hendak
melakukan apa atau harus bagaimana melakukannya, seperti
orang linglung, bengong, mudah lupa akan banyak hal, terlihat
tidak peduli pada keadaan sekitar, tidak konsentrasi bila diajak
berbicara
Menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri
12
Perilaku berlebihan dan tidak lazim seperti tertawa sendiri,
bercakap-cakap sendiri, terus berbicara dan sulit dihentikan,
pembicaraan kacau; melantur, berteriak-teriak, terlihat kacau
tak mampu mengendalikan diri, berulang-ulang menyebut
nama tertentu, misalnya nama pelaku tanpa sadar
Perilaku agresif, seperti menjadi kasar atau mudah marah
terhadap anak/pekerja rumah tangga/staf atau rekan kerja,
membalas kekasaran pelaku seperti mengucapkan kata-kata
kasar, banyak mengeluhkan kekecewaan terhadap pelaku
Sakit tanpa ada penyebab medis (psikosomatis), seperti
infeksi lambung, gangguan pencernaan, sakit kepala, namun
dokter tidak menemukan penyebab medis, mudah merasa
lelah, seperti tidak bertenaga, dan pegal/sakit/ngilu, tubuh
sering gemetar
Khusus pada anak, dampak psikis muncul dalam bentuk:
a) Mundur kembali ke fase perkembangan sebelumnya
seperti kembali mengompol, tidak berani lagi tidur
sendiri, kembali ingin terus berdekatan dengan orang lain
yang dirasa memberi rasa aman, harus selalu ditemani
b) Gangguan perkembangan bahasa seperti keterlambatan
perkembangan bahasa, gangguan bicara seperti gagap.
c) Depresi yang tampil dalam bentuk perilaku menolak ke
sekolah; prestasi menurun; tidak dapat mengerjakan tugas
sekolah atau pekerjaan rumah dengan baik yang ditandai
dengan banyaknya kesalahan, kurangnya perhatian pada
tugas atau pada penjelasan yang diberikan orang tua/guru,
dan berbagai keluhan fisik.
13
F. Upaya Pemulihan dan PrevetifBeberapa upaya/langkah pemulihan dan preventif terhadap kekerasan
terhadap perempuan dan KDRT adalah:
a) Dharma Wanita/BKOW atau LSM yang perduli pada
perempuan
Membuka HOTLINE sebagai wadah curhat dan
konsultasi para korban kekerasan.
Mengkoordinir suatu wadah atau asosiasi para korban
kekerasan. Wadah seperti ini mengadakan pertemuan
secara rutin untuk bertukar pikiran, berdiskusi, dan
sharing tentang berbagai masalah yangdihadapi dan
bagaimana jalan keluar yang baik dari masalah yang
dihadapi oleh perempuan.
b) Menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan terbuka antara
suami-istri-anak dan keluarga lainya.
c) Menanamkan nilai-nilai agama
d) Perempuan harus berani dan tegas dalam menghadapi laki-laki
agar mereka merasa segan pada perempuan
e) Kendatipun suami dan isteri sama-sama sibuk, cobalah beri
perhatian pada anak-anak dan luangkan waktu untuk
berdiskusi dan bercanda dalam keluarga
f) Jangan menghadapi masalah dalam rumah tangga dengan
emosi, atau menaruh curiga yang berlebihan pada istri/suami.
g) Bila salah satu pasangan sedang marah/emosi, sebaiknya yang
lain menggunakan ilmu Silence is golden, baru kemudian
mendiskusikannya pada saat-saat yang memungkinkan.
14
15