74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam arti adolesence (inggris) berasal dari bahasa latin adolscere yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2004). Remaja merupakan masa diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja adalah masa mulai ingin mengenal segala sesuatunya lebih spesifik. Masa remaja dimulai dengan masa pubertas dimana terjadi perubahan- perubahan dalam diri remaja. Pada masa pubertas, akan ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim endometrium yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala dari vagina selama masa usia produktif (Aulia, 2009). 1

SEMPRO FIRO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semproku

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja dalam arti adolesence (inggris) berasal dari bahasa latin adolscere yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2004). Remaja merupakan masa diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja adalah masa mulai ingin mengenal segala sesuatunya lebih spesifik. Masa remaja dimulai dengan masa pubertas dimana terjadi perubahan-perubahan dalam diri remaja. Pada masa pubertas, akan ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim endometrium yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala dari vagina selama masa usia produktif (Aulia, 2009).

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologisnya. Terutama remaja perempuan, karena anak perempuan akan lebih cepat dewasa dibandingkan dengan anak laki-laki (Proverawati & Misaroh, 2009). Perubahan biologis pubertas yang merupakan tanda akhir masa kanak-kanak, berakibat pada peningkatan pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, serta pencapaian kematangan organ seksual (Papalia, 2008). Perubahan fisik dalam masa remaja lebih pesat daripada masa kanak-kanak, dan perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan bentuk tubuhnya (Hurlock, 2004). Perkembangan pada remaja puteri yang telah mengalami menstruasi seperti jerawat, membesarnya pinggul serta pertambahan berat badan adalah yang paling banyak dikeluhkan oleh remaja puteri dan menyebabkan ketidakpuasan atas perubahan yang terjadi dalam masa pubertas remaja puteri tersebut. Periode gemuk pada anak perempuan dalam masa puber, biasanya terjadi antara usia enam belas dan delapan belas tahun, bertepatan dengan periode kemandulan remaja. Pada saat ini terjadi pertumbuhan pesat dalam panjangnya uterus dan beratnya indung telur (Hurlock, 2004). Dengan berkembangnya media informasi yang ada, sering terjadi kesalahan dalam menilai perubahan tubuh oleh remaja puteri. Terdapat 51,6% remaja putri puas terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, sedangkan 48,4% merasa tidak puas Setyorini (2010).

Penelitian terbaru menyebutkan bahwa paham tubuh langsing itu ideal telah semakin meluas di berbagai negara, terutama di negara-negara yang telah mengadakan kontak dengan media dan budaya Barat, misalnya di Amerika Selatan, Korea Selatan, dan Jepang (Grogan, 2008). Media Barat juga disebut - sebut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas meningkatnya ketidakpuasan diri terhadap tubuh dan berbagai kasus eating disorder yang sebelumnya jarang terjadi di negara-negara tersebut (Becker, 2004). Faktor-faktor sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya memang sangat berpengaruh terhadap konsep tubuh ideal yang dianut oleh masyarakat (Bakhshi, 2008). Setiap kelompok masyarakat memiliki standar nilai yang berbeda untuk menentukan apa yang disebut menarik/tidak menarik, gemuk/kurus, tinggi/pendek, kuat/lemah, cantik/jelek. Konsep tubuh ideal berkaitan juga dengan mitos-mitos kecantikan yang berlaku dalam masyarakat tersebut (Wolf, 2004). Obsesi remaja putri untuk memiliki bentuk tubuh atau tampilan fisik yang sempurna dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa remaja tersebut memiliki karakteristik dari Body Dysmorphic Disorder. Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental yang diartikan sebagai keasyikan seseorang terhadap perasaan kekurangan penampilannya (Veale dalam Davison 2010). Orang-orang pengidap Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah mereka yang merasa berkekurangan pada tubuh dan memfokuskan diri hanya pada kekurangan fisik. Penderita BDD mungkin akan mengeluhkan beberapa tampilan fisik tertentu atau tampilan fisik secara keseluruhan, hingga tak jarang menimbulkan tekanan psikologis yang akan mengganggu fungsi kerja dan sosial mereka, bahkan terkadang jika mereka sudah sampai pada titik depresi berat dan kecemasan, mereka bisa terjangkit gangguan kecemasan lain, seperti penarikan diri dari lingkungan sosial atau isolasi sosial. Phillips dan rekannya meneliti 200 pengidap BDD dan menemukan 31% diantaranya mencari perawatan kosmetik, sedangkan 21% lainnya melakukan operasi plastik. Sebagian besar dari mereka ternyata tetap merasa ada kekurangan dalam penampilannya (Media Indonesia, 2011). Banyak pasien BDD akhirnya diliputi perasaan sedih dan mereka tidak mampu berfungsi secara normal. Sekitar setengah dari penderita BDD berakhir dengan perawatan di rumah sakit dan seperempatnya mencoba melakukan bunuh diri (Fristy, 2012).

Upaya preventif untuk BDD ada dua macam,yaitu dengan terapi psikologi dan terapi farmako. Terapi psikologi disini yang dipakai adalah Cognitive Behaviour Therapy atau disebut CBT. Pada prinsipnya, terapi ini mempunyai strategi untuk mencoba mengganti pola pikir yang disfungsional menjadi model kognitif yang adaptif. Terapi kognitif ini biasanya menggunakan eksperimen perilaku untuk menyangkal dasar pemikiran atau untuk memberikan bukti untuk gaya berpikir yang lebih rasional. Komponen tambahan CBT yang relevan dengan BDD adalah mencakup pelatihan keterampilan, keterampilan sosaial khusus, psikoedukasi, dan role play peran yang mengharuskan klien untuk meneliti dan berdebat dengan ide ide yang bertentangan.Psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai tantangan signifikan dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan koping untuk menghadapi tantangan tersebut (Griffith, 2006 dikutip dari Walsh, 2010). Tujuan dari psikoedukasi tidak hanya membantu proses penyembuhan klien (rehabilitasi) tetapi juga sebagai suatu bentuk pencegahan agar klien tidak mengalami masalah yang sama ketika harus menghadapi penyakit atau gangguan yang sama, ataupun agar individu dapat menyelsaikan tantangan yang mereka hadapi sebelum menjadi gangguan (Siti, 2009). Psikoedukasi, baik individu ataupun kelompok tidak hanya memberikan informasi-informasi penting terkait dengan permasalahan partisipannya tetapi juga mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dianggap penting bagi partisipannya untuk menghadapi situasi permasalahannya (Brown, 2011).Datangnya masa pubertas, terutama pada remaja puteri merupakan suatu ketakutan tersendiri atas perubahan yang dialami. Masa pubertas membuat remaja puteri mulai mendapat pengetahuan tentang lawan jenis, pergaulan, dan penampilan. Sumber informasi yang berpengaruh pada pengetahuan remaja adalah orang tua, tenaga kesehatan, teman sebaya, media cetak, media elektronik, dan media papan. Informasi kesehatan yang salah akan membuat mereka mempunyai persepsi yang salah pula. Sehingga diperlukan psikoedukasi tentang perubahan perubahan yang terjadi saat mulai terjadinya menstruasi untuk mencegah adanya kesalahan pola pikir pada perubahan-perubahan yang terjadi saat masa menstruasi itu sendiri agar tidak timbul gangguan citra tubuh atau Body Dysmorphic Disorder (BDD) pada remaja puteriBerdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi dengan gambaran citra tubuh remaja puteri.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah apakah ada pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi dengan gambaran citra tubuh remaja puteri di SMA Taman Siswa Malang?1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umumMengetahui ada pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi dengan gambaran citra tubuh remaja puteri di SMA Taman Siswa Malang

1.3.2 Tujuan khusus1. Mengidentifikasi gambaran citra tubuh remaja putri di SMA Taman Siswa Malang sebelum diberikan psikoedukasi tentang menstruasi2. Mengidentifikasi gambaran citra tubuh remaja putri di SMA Taman Siswa Malang setelah diberikan psikoedukasi tentang menstruasi3. Menganalisa pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi dengan gambaran citra tubuh remaja puteri di SMA Taman Siswa Malang.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan: Penelitian ini dapat menjadi dasar pengetahuan untuk memahami adanya pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi dengan gambaran citra tubuh remaja puteri serta sebagai dasar kerangka kerja pada kegiatan-kegiatan klinik seperti penyuluhan dan promosi kesehatan tentang menstruasi pada remaja puteri.1.4.2 Bagi Masyarakat:Hasil peneltian ini dapat dijadikan dasar dan acuan bagi pihak masyarakat, khususnya orang tua sadar akan pentingnya pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi dengan gambaran citra tubuh remaja puteri. Sehingga dapat diberikan upaya preventif bagi remaja puteri yang mempunyai gejala gangguan citra tubuh atau BDD.1.4.3 Bagi PenelitiPenelitian ini dapat menjadi dasar pengetahuan dan pendalaman peneliti dan penelitian penelitian selanjutnya tentang psikoedukasi menstruasi dengan gambaran citra tubuh pada remaja puteri.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Citra Tubuh pada Remaja Putri2.1.1 Definisi Remaja

Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 2004). Ditandai dengan matangnya organ-organ seksual yang disebut dengan pubertas sampai terjadinya pertumbuhan fisik dan mental yang maksimal sejak usia 12-21 tahun (Sarwono, 2006). Dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).2.1.2 Perkembangan Remaja PutriA. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat masa pubertas berakhir, dan jelas belum sepenuhnya sempurna pada akhir awal masa remaja. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan eksternal dan perkembangan internal yang lebih menonjol, perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setelah satu tahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia 20 atau 21 tahun. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang . Pertambahan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot yang bertambah besar. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Antara umur 10 dan 12, disekitar permulaan terjadinya pertumbuhan pesat, anak cenderung menumpuk lemak di perut, disekitar putting susu, di pinggul dan paha, di pipi, leher, dan rahang. Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat di daerah-daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki, dan tangan (Hurlock, 2004). Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun. Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai tahap kemandulan remaja. Dalam tahap ini terjadi ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Oleh karena itu, anak perempuan disebut mandul (sementara). Bahkan setelah mengalami beberapa periode haid, masih diragukan apakah mekanisme seks sudah cukup matang untuk pembuahan. Periode gemuk pada anak perempuan dalam masa puber, biasanya terjadi antara usia enam belas dan delapan belas tahun, bertepatan dengan periode kemandulan remaja. Pada saat ini terjadi pertumbuhan pesat dalam panjangnya uterus dan beratnya indung telur (Hurlock, 2004).B. Perkembangan EmosionalAnak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang. Dengan demikian remaja mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya, remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain, seperti dalam periode sebelumnya (Hurlock, 2004).

Perubahan-perubahan emosi yang terjadi pada diri remaja berupa kondisi : a) Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya pada seorang remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi ; b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu ; c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih senang pergi bersama temannya daripada tinggal di rumah (Widiastuti, dkk, 2009).C. Perkembangan Psikososial

Seorang anak pada masa adolensi awal ini harus berfungsi dalam tiga arena : keluarga, teman sebaya (peer group), dan sekolah. Dalam setiap arena terdapat suatu interaksi yang kompleks dari faktor-faktor penentu untuk dapat berfungsi dengan baik. Di dalam keluarga perkembangan yang utama pada masa adolensi awal ini akan memulai ketidaktergantungan terhadap keluarga sehingga pada masa ini hubungan antar keluarga yang tadinya sangat erat tampak jelas terpecah. Seorang remaja dapat mempengaruhi kesinambungan dalam kehidupan keluarga, misalnya dengan menuntut privacy sehingga secara tidak langsung menyebabkan jarak antara dia dengan orang tuanya (Narendra,dkk, 2008).

Anak remaja sebagai anak dalam perkembangannya menuju ke masa dewasa, mengalami suatu masa perlihan yang mencakup berbagai macam perubahan. Perubahan fisik memang jelas terlihat dari seluruh tubuhnya yang telah berubah, mengambil ukuran dan bentuk dewasa. Perubahan yang meliputi fisik, psikis, dan tingkah laku si remaja, terjadi begitu cepat sehingga orang tua sering tidak dapat mengikuti timbulnya setiap perubahan. Bagi orang tua yang dulu sudah biasa mengikuti jalan perkembangan anaknya dan turut aktif dalam pengarahannya, sekarang sudah tidak mudah untuk mengikuti perubahan-perubahan yang silih berganti. Anak yang biasanya dapat dibimbing dengan tidak banyak kesulitan, tiba-tiba menunjukkan perlawanan terhadap bimbingan orangtua. Remaja berada dalam perubahan ke masa dewasa, akan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan orang tua (Gunarsa, 2003)2.1.3 Konsep Diri Remaja Putri

Konsep diri adalah a) persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri ; b) kualitas persiapan individu tentang dirinya ; c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya (Yusuf, 2003). Konsep diri merupakan kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya yang mencakup karakterisitk fisik,sosial, emosi, aspirasi, dan achievement (Hurlock, 2004). Konsep diri terbentuk dari dua komponen yaitu komponen kognitif serta komponen afektif ; a) komponen kognitif merupakan penjelasan dari siapa saya? yang akan membuat gambaran objektif mengenai diri saya (the picture about myself) serta melahirkan citra diri (self-image), b) komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya, penilaian tersebut akan membentuk penerimaan diri (self-acceptance) serta harga diri (self-esteem) pada individu (Pudjijogjanti, 2003).2.1.4 Gambaran Citra TubuhGambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap tersebut mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Disaat seseorang lahir sampai mati, maka selama 24 jam sehari individu hidup dengan tubuhnya, sehingga setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan individu. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupan sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga dirinya (Stuart, 2007). Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik serta persepsi dari pandangan orang lain (Perry dan Potter, 2005).Masa remaja adalah masa usia ketika anak menjadi lebih berkonsentrasi pada fisik diri. Perubahan tubuh yang tidak familier dan fisik yang baru harus terintegrasi ke dalam konsep diri. Remaja menghadapi konflik tentang apa yang mereka lihat dan apa yang mereka pandang sebagai struktur tubuh ideal. Pembentukan citra diri selama masa remaja adalah elemen penting dalam pembentukan identitas, krisis psikologis dimasa remaja ( Wong, 2008 ).

Citra tubuh terbagi menjadi dua komponen yaitu citra tubuh positif dan citra tubuh negatif. Citra tubuh positif adalah anggapan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat positif. Umumnya sejak anak-anak orangtua mereka telah menanamkan nilai-nilai positif ke dalam pikiran si anak. Orang yang mempunyai citra tubuh positif mempunyai semangat hidup dan semangat juang yang tinggi. Ia mempunyai cita-cita dan gambaran yang jelas tentang masa depanya. Mereka merasakan dirinya penuh semangat, optimis, dan yakin pada setiap yang dikerjakan. Citra tubuh negatif adalah gambaran serta anggapan seseorang tentang dirinya sendiri yang bersifat negatif. Citra tubuh negatif tertanam didalam diri seseorang akibat pengaruh lingkungan, orang lain atau pengalaman masa lalu yang membekas dalam dirinya (Tadabbur, 2008).2.2 Psikoedukasi Kelompok Tentang Menstruasi2.2.1 Definisi PsikoedukasiPsikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi (Goldman, 1998 dikutip dari Bordbar & Faridhosseini, 2010). Psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai tantangan signifikan dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan tersebut. (Griffith, 2006 dikutip dari Walsh, 2010)2.2.2 Psikoedukasi KelompokPsikoedukasi efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil dengan peserta 9- 15 orang karena keaktifan peserta akan lebih tinggi dibanding dengan kelompok besar (Hong dkk., 2011; Moriss dkk., 2011; Rowe & Fisher, 2010; Pomeroy, 2000; Sedgeman, 2006). Psikoedukasi, baik individu ataupun kelompok tidak hanya memberikan informasi penting terkait dengan permasalahan partisipannya tetapi juga mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dianggap penting bagi partisipannya untuk menghadapi situasi permasalahannya. Psikoedukasi kelompok dapat diterapkan pada berbagai kelompok usia dan level pendidikan. Asumpsi lainnya, PE kelompok lebih menekankan pada proses belajar dan pendidikan daripada self-awareness dan self-understanding dimana komponen kognitif memiliki proporsi yang lebih besar daripada komponen afektif . Namun ini tidak berarti bahwa PE sama sekali tidak menyentuh aspek selfawareness dan self-understanding. Hal ini dikembalikan kepada sasaran dari PE itu sendiri anak-anak, remaja, dan orang dewasa di berbagai seting. Psikoedukasi kelompok ini juga dapat terdiri dari 1 sesi ataupun lebih. (Brown, 2011)Psikoedukasi kelompok dapat bervariasi dari hanya berupa kelompok diskusi hingga menjadi suatu kelompok self-help. Beberapa bentuk kelompok yang termasuk dalam PE namun memiliki setting dan konten informasi yang berbeda, misalnya task group yang bertujuan untuk pencapaian penyelesaian tugas. Training/work group bertujuan untuk membuat partisipannya mampu memenuhi harapan dari pekerjaannya. Training/social skill group fokus pada pengembangan keterampilan sosial yang bertujuan untuk pencegahan ataupun remedial. Contoh-contoh kelompok tersebut adalah bagian kecil dari PE yang disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan dari kelompok tersebut (Brown, 2011)2.2.3 Definisi MenstruasiMenstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Terjadi saat lapisan dalam rahim luruh dan keluar (Proverawati & Misaroh, 2009). Menstruasi adalah pengeluaran cairan dari vagina secara berkala selama masa usia reproduktif. Biasanya berlangsung selama 3-7 hari (Ramaiah, 2006). Menstruasi diperkirakan terjadi setiap bulan selama masa reproduksi, dimulai saat pubertas (menarche) dan berakhir saat menopause kecuali selama kehamilan. Sebagai seorang perempuan, pubertas merupakan tanda alat reproduksi wanita muda mulai bekerja. (Rosenblatt, 2007) 2.2.4 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle-Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, mencetuskan ovulasi dan menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Siklus menstruasi terdiri atas tiga fase yaitu: fase folikular (sebelum telur dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan sel telur) dan fase luteal (setelah sel telur dilepaskan) (Rosenblatt, 2007).

Gambar 2.2 Gambaran Siklus Menstruasi pada Saluran Reproduksi

Sumber: The American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2010. The Menstrual Cycle.Fase folikular dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada awal fase ini, endometrium tebal dan kaya akan cairan serta nutrisi yang didesain untuk nutrisi bagi embrio. Jika tidak ada telur yang dibuahi, level estrogen dan progesteron rendah. Sehingga lapisan atas uterus yaitu endometrium luruh dan terjadilah perdarahan menstruasi (Rosenblatt, 2007). Lama siklus menstruasi normal 21-35 hari, biasanya 28 hari. Siklus menetap dan teratur pada usia 18-40 tahun. Rata-rata kehilangan darah 40-50 ml, dimana 70% hilang pada 48 jam pertama dan kontraksi terkuat di 24-48 jam pertama. (American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2010)Pada saat yang sama, kelenjar hipofisis meningkatkan sedikit produksi FSH. Hormon ini kemudian menstimulasi pertumbuhan 3-30 folikel, tiap folikel berisi sebuah telur. Akhir fase, biasanya hanya satu folikel yang berkembang, disebut folikel de Graaf. Folikel ini kemudian segera memproduksi estrogen dan estrogen yang menekan produksi FSH. Sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH. Folikel de Graaf yang matang banyak mengandung estrogen dan menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi. Pada beberapa referensi ini disebut fase proliferasi. Fase folikular sampai proliferasi berlangsung selama 13-14 hari dan merupakan fase terlama. Fase ini menjadi pendek saat mendekati menopause. Fase ini berakhir tepat saat LH meningkat tiba-tiba. (Rosenblatt, 2007)

Fase ovulasi dimulai ketika folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati ovarium dibawah pengaruh LH. Setelah itu folikel berkembang dan sel telur (ovum) dilepaskan dari ovarium (ovulasi). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz). Nyeri dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri dirasakan pada sisi yang sama dimana ovarium melepaskan ovum. Penyebab nyeri masih tidak diketahui dan tidak terjadi pada semua siklus. Disini, endometrium terus berproliferasi membentuk lekukan-lekukan. Fase ovulasi biasanya berlangsung selama 16-32 jam, berakhir setelah pelepasan ovum. Sekitar 12-14 jam sesudahnya, terjadi lonjakan produksi LH yang dapat diukur dari urin. Pengukuran ini sekaligus dapat menentukan apakah seorang wanita sedang masa subur. Telur dapat dibuahi hanya sampai 12 jam setelah pelepasan. Pembuahan lebih baik jika sperma ada di saluran reproduksi sebelum ovum dilepaskan. (Wiknjosastro, 2006)Fase yang terakhir adalah fase luteal. Fase ini berlangsung selama kurang lebih 7-14 hari (setelah masa ovulasi) dan berakhir sesaat sebelum menstruasi terjadi. Sesudah folikel pecah, terbentuklah korpus luteum yang menghasilkan peningkatan produksi progesteron. Progesteron menyebabkan penebalan dan pengisian endometrium dengan cairan dan nutrisi untuk fetus. Begitu juga pada serviks, mukus menebal agar sperma atau bakteri tidak masuk ke uterus. Selain itu terjadi peningkatan suhu tubuh selama fase ini dan menetap sampai periode menstruasi dimulai. Kadar estrogen pada fase ini, menjadi tinggi untuk menstimulasi endometrium agar menebal. Peningkatan kadar kedua hormon tersebut mendilatasikan duktus-duktus kelenjar susu. Sehingga payudara menjadi bengkak dan nyeri tekan (Rosenblatt, 2007).

Gambar 2.1 Perubahan selama Siklus Menstruasi

Sumber: Rosenblatt, Peter L, 2007. Menstrual Cycle2.2.5 Ciri-Ciri Seks Sekunder pada Remaja Putri a. Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.b. Buah dada dan puting susu semakin tampak menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi semakin lebih besar dan lebih bulat lagi.c. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan kulit wajah. Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori - pori bertambah besar. Suara dari suara kanak-kanak menjadi merdu (melodious), suara serak dan suara yang pecah jarang sekali terjadi.e. Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar dibanding kulit anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.f. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.g. Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki. (Al-Mighwar, 2006)2.3 Pengaruh Psikoedukasi dengan Gambaran Citra Tubuh Remaja PuteriRemaja puteri disaat memasuki masa pubertas dan telah mengalami proses menstruasi, maka akan terjadi beberapa perubahan dalam dirinya, terutama bagian tubuh. Dalam masa ini pula remaja puteri akan mulai berpikir seperti apa pendapat orang terhadap penampilan dirinya.Bagi remaja putri, penampilan merupakan hal yang sangat penting karena dapat menunjukan seberapa diterimanya mereka didalam lingkungan mereka. Terlebih lagi pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang cukup drastis, seperti pelebaran tulang pinggul, peningkatan jumlah lemak tubuh dan itu menyebabkan terjadinya komparasi antara bentuk tubuh secara nyata dengan standar nilai kecantikan yang ada. (Fristy, 2010)Banyaknya tren yang ada kini, menegaskan bahwa remaja puteri harus tampil cantik, langsing dan berkulit putih. Hal ini bisa membawa dampak negatif bagi remaja puteri yang tidak mendapatkan informasi secara benar tentang perubahan yang terjadi setelah mengalami masa pubertas.Perhatian terhadap tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12-18 tahun, baik pada remaja puteri maupun remaja putera (Santrock, 2003). Akan tetapi perhatian terhadap penampilan ini lebih cepat terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria (Dacey & Kenney ; dalam Davidson & McCabe, 2006). Remaja puteri pada umumnya sering merasa tidak nyaman dengan dirinya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif dibandingkan dengan remaja putera selama masa pubertas (Brooks Gunn & Paikoff ; dalam Dacey & Kenney, 2004).

Ketidakpuasan terhadap tubuhnya dapat terjadi karena perubahan fisik yang mereka alami hal ini disebabkan dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal remaja (Santrock, 2003). 81 % menginginkan berat badan yang ideal, 78 % remaja puteri menginginkan untuk menurunkan berat badan mereka dan hanya 14 % remaja puteri yang puas dengan ukuran tubuhnya (Ersele, Hertagoard & Lights, 2003). Perkembangan standard ideal tubuh yang terus menerus dipaparkan oleh media berdampak bagi para wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang ditunjukkan oleh media di Indonesia saat ini, yaitu tubuh yang langsing dan berkulit putih bersih (Hernita, 2006)

Citra diri mempunyai dua karakteristik, yaitu citra diri negatif dan citra diri positif. Citra diri dapat terbentuk tergantung dari bagaimana remaja tersebut menilai bentuk atau tampilan fisiknya. Ada kecenderungan remaja yang menilai tampilan fisiknya secara negatif, akan memiliki citra diri yang negatif pula, misalnya remaja yang merasa bahwa kulitnya gelap, badannya gemuk dan tubuhnya pendek, akan memiliki potensi yang lebih besar untuk terjadinya pembentukan citra diri yang negatif, karena dengan penilaiannya yang buruk mengenai dirinya akan mampu menggeneralisir dirinya menjadi negatif pula. Bentuk perilakunya misalnya dengan penghindaran diri dari lingkungan sosial, tidak percaya diri dan cenderung tertutup. Remaja akan mencoba untuk menutupi kekurangannya tersebut dengan berbagai macam cara, mulai dari olahraga sampai melakukan perawatan intensif pada dokter kecantikan, bahkan melakukan operasi, ekstrimnya. (Rama, 2010)Komponen dalam psikoedukasi yang paling banyak berpengaruh adalah komponen kognitif karena citra tubuh dipengaruhi oleh komponen yang sama yaitu komponen kognitif maka diharapkan dengan adanya psikoedukasi kelompok ini, komponen kognitif remaja putri berubah menjadi positif sehingga remaja putri dapat memperoleh citra tubuh positif. BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Keterangan:

:Berhubungan

Tidak Diteliti

:Dicari Hubungan

DitelitiPenjelasan Kerangka Konsep

Pada remaja puteri yang telah memasuki masa pubertas akan dimulai dengan terjadinya menstruasi. Saat terjadi menstruasi, remaja puteri remaja puteri akan mengalami 3 perubahan yaitu perubahan fisik, perubahan emosional dan perubahan psikososial. Perubahan perubahan yang terjadi tersebut akan mempengaruhi pembentukan konsep diri pada remaja putri. Konsep diri dibagi menjadi persepsi, keyakinan dan sikap. Konsep diri dibentuk oleh komponen kognitif dan komponen afektif, dimana komponen kognitif ini akan membentuk citra tubuh sementara komponen negatif akan membentuk harga diri. Dalam psikoedukasi lebih ditekankan pada pendidikan dan pembelajaran dimana komponen kognitif mempunyai proporsi yang lebih besar daripada afektif dalam proses.

Karena banyaknya trend yang berkembang dikalangan remaja seperti tubuh yang harus langsing, wajah yang cantik dan harus berkulit putih, membuat terjadinya kesalahan pola pikir dalam citra tubuh remaja puteri. Citra tubuh ini terjadi karena persepsi seseorang terhadap tubuhnya. Citra tubuh dibagi menjadi dua yaitu citra tubuh positif dan citra tubuh negatif. Dengan pemberian psikoedukasi tentang menstruasi ini, diharapkan akan mempengaruhi kognitif remaja puteri dalam menanggapi citra tubuhnya.3.2 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh psikoedukasi tentang menstruasi terhadap gambaran citra tubuh remaja puteri

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Metode Pre Experimental Design. Desain ini digunakan karena tidak ada randomisasi dalam pemilihan sampel serta tidak dilakukan kontrol terhadap variabel yang berpengaruh dalam eksperimen penelitian. Sampel penelitian diberikan tes awal (pre-test) kemudian diberikan perlakuan (psikoedukasi) dan setelah itu diberikan tes akhir (post-test).

Gambar 4.1 : Model Desain Penelitian Pre Experimental Design (Sugiyono, 2010)

Keterangan

O1: Nilai pre-test (sebelum diberikan terapi)

O2: Nilai post-test (setelah diberikan terapi)

X: Perlakuan terapi psikoedukasi4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. PopulasiKeseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti disebut populasi penelitian atau universe (Notoatmodjo, 2005). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 2 di SMA Taman Siswa Malang yang berjumlah sebanyak 32 siswi.4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diselidiki atau diukur yang merupakan kumpulan dari satuan atau unit informasi yang mewakili populasi (Sastroasmoro & Ismael, 2007). Sampel pada penelitian ini adalah remaja putri yang telah mengalami menstruasi di SMA Taman Siswa Malang .Kriteria Inklusi :

a) Remaja putri yang berusia 15-17 tahunb) Remaja putri yang telah mengalami menstruasic) Remaja putri yang belum pernah mendapatkan terapi tentang menstruasi sebelumnyad) Remaja putri yang bersedia dan telah mendapatkan izin dari orang tua untuk mengikuti sesi terapi tentang menstruasi

Kriteria eksklusi :

a) Remaja putri yang berusia kurang dari 15-17 tahun tetapi telah mengalami menstruasib) Remaja putri yang mempunyai riwayat kesehatan obesitas secara genetisc) Remaja putri yang bersedia mengikuti psikoedukasi dan mendapatkan izin dari orang tua tetapi tidak hadir saat sesi terapi4.2.2.1. Teknik Pengambilan Sampel / Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling dengan jenis consecutive sampling . Pada sampling ini setiap klien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu Desember 2013 Januari 2014. Sampel diambil dengan sistem skrining. Sehingga dalam penelitian ini terdapat sampel sebanyak 15 orang.4.3. Variabel PenelitianPenelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu :

a. Variabel independen : Psikoedukasi tentang menstruasib. Variabel dependen : Gambaran citra tubuh pada remaja putri4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian4.4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Taman Siswa yang terdapat di Jl. Serayu Utara No.14, Bunulrejo, Malang.4.4.2. Waktu Penelitian

Proses penelitian dilakukan dari tanggal 19 Januari 2014 26 Januari 2014.4.5. Bahan dan Alat / Instrumen PenelitianDalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer yang diperoleh dari responden yaitu kuesioner dengan bantuan peneliti. Pertama peneliti menyebar lembar kuesioner yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada siswi di SMA Taman Siswa Malang, oleh peneliti kepada responden yang telah bersedia untuk diteliti, kemudian terlebih dahulu diberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian dan penjelasan tentang kuesioner, cara pengisiannya ditanyakan kepada responden bila ada hal-hal yang tidak dimengerti. Setelah itu responden mengisi kuesioner tersebut dengan bantuan peneliti sesuai dengan jawaban yang telah disediakan dan dianggap benar untuk responden kemudian peneliti mengelompokkan jawaban sesuai dengan variable dengan cara tabulasi.Kuesioner dalam penelitian ini ada 2, yaitu kuesioner A dan kuesioner B. Kuesioner A merupakan instrumen untuk mendapatkan gambaran citra tubuh remaja putri remaja putri yang akan diisi oleh remaja putri sebelum psikoedukasi dan setelah psikoedukasi sejumlah 32 pernyataann. Kuesioner B merupakan instrumen yang dipakai untuk mengukur kemampuan kognitif remaja putri tentang menstruasi yang akan diisi remaja putri sebelu dimulainya psikoedukasi dan di akhir psikoedukasi sejumlah 16 pernyataan.4.5.1. Uji Validitas Kuesioner

Kuesioner yang digunakan untuk menilai gambaran citra tubuh remaja putri dan kemampuan kognitif tentang menstruasi di SMA Taman Siswa dibuat oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan uji validitas sehingga dapat menunjukkan sejauh mana tingkat ketepatan penggunaan alat ukur tersebut terhadap gejala yang ingin diukur. Untuk mengetahui suatu instrumen dikatakan valid, dilakukan pengujian dengan menggunakan teknik korelasi pearson product moment, yaitu dengan membandingkan indeks korelasi pearson product moment dengan taraf signifikansi sebesar 0.05 (5%) dan membandingkan nilai r hasil dengan nilai r tabel. Jika signifikansi hasil korelasi kurang dari 0.05 maka butir-butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan begitu pula sebaliknya. 4.5.2. Uji Reabilitas Kuesioner

Reliabilitas merupakan metode yang digunakan untuk mengukur apakah suatu instrumen cukup dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah valid. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menguji skor antara item dengan menggunakan Alpha Cronbach program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows yaitu dengan membandingkan koefisien alpha dengan 0,6. Apabila koefisien alpha (r hitung) lebih besar dari 0,6 maka item tersebut reliabel. Tetapi apabila koefisien alpha (r hitung) lebih kecil dari 0,6 maka item tersebut tidak reliabel. 4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, karakteristik yang diamati atau diukur. Sesuai dengan perumusan masalah yang ada maka penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) atau definisi operasional variabel dalam penelitian yang dilakukan meliputi variabel bebas dan variabel terikat yang diikuti indikator variabel (Arikunto, 2006).Tabel 4.6. Definisi Operasional Efektivitas Terapi Social Skill Training (SST) Dalam Meningkatkan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi SosialNoVariabelDefinisi OperasionalParameterAlat UkurHasil UkurSkala

1.Variabel dependen:

Gambaran citra tubuh pada remaja puteri.Citra tubuh pada remaja puteri adalah persepsi remaja puteri tentang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi remaja puteri tentang karakteristik dan kemampuan fisik yang dimilikinya serta persepsi dari pandangan orang lain yang ada di sekitarnya.Gambaran citra tubuh mempunyai karakteristik:

-Citra tubuh positif:1. Mengenal dan mengetahui gambaran citra tubuh

2. Mengungkapkan pendapat tentang citra tubuh

3. Menerima gambaran citra tubuhnya

-Citra tubuh negatif1. Tidak mau menerima keadaan tubuhnya

2. Selalu merasa orang lain berpendapa buruk tentang tubuhnyaLembar kuesioner dengan pernyataan berjumlah 32 pernyataan

0,05 maka data berdistribusi normal. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi () adalah 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Jika probabilitas > 0,05, maka terima H0 artinya dapat dikatakan bahwa kedua data berasal dari populasi yang menyebar normal. 4.10. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin dari tempat penelitian untuk mendapatkan persetujuan, kemudian penelitian dilakukan oleh peneliti dengan menekankan masalah etik yang meliputi :4.10.1. Anonymity (tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan nama pada lembar untuk mengetahui keikutsertaan responden. Peneliti cukup memberikan kode pada lembar yang terkumpul.4.10.2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah peneliti.

4.10.3. Beneficience

Responden dan keluarga terdekat akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini. Responden akan mampu mengenal dan menerapkan citra tubuh positif dalam dirinya.4.10.4. Non Maleficiensi

Penelitian dilakukan tanpa menyakiti atau melukai perasaan responden. Responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner disesuaikan dengan kemampuan.LAMPIRAN

CONTOH KUESIONER BODY ESTEEMNOPernyataanTPJRGKDNG2SRGSLL

1Saya menyukai diri saya seperti terlihat di foto

2Saya yakin orang lain menilai diri saya sebagai pribadi yang menarik

3Saya bangga akan bentuk tubuh saya

4Saya terobsesi untuk berusaha mengubah berat tubuh saya

5Saya tidak menyukai beberapa bagian tubuh saya

6Saya menyukai apa yang saya lihat di cermin

7Saya berharap bisa mengubah penampilan saya

8Saya merasa puas dengan berat tubuh saya

9Saya harap saya dapat terlihat lebih baik

10Saya selalu bertanya pendapat orang lain tentang tubuh atau penampilan saya

11Saya harap penampilan saya seperti orang lain

12Saya yakin penampilan saya disukai oleh teman teman saya

13Saya kesal dengan penampilan saya sehari hari

14Saya berpenampilan menarik seperti kebanyakan orang

15Saya cukup senang dengan penampilan saya

16Saya merasa berat tubuh saya sesuai dengan tinggi saya

17Saya merasa malu karena penampilan saya

18Saya tertekan ketika menimbang berat tubuh saya

19Saya tidak bahagia karena berat tubuh saya

20Saya merasa penampilan membantu saya untuk mendapatkan pacar

21Saya berulang kali melihat ke cermin untuk memeriksa penampilan saya

22Saya memiliki tubuh yang bagus

23Saya berpenampilan cantik seperti yang saya inginkan

24Saya selalu memperhatikan bagaimana penampilan saya sebelum hendak bepergian

25Saya terus-menerus khawatir menjadi gemuk

26Saya sangat sadar akan segala perubahan dalam tubuh saya, sekecil apapun

27Saya menyukai pasnya baju saya pada tubuh saya

28Saya tidak memperdulikan apapun yang orang lain pikirkan mengenai penampilan saya

29Saya mencoba menurunkan berat badan dengan melakukan diet ketat

30Saya merasa cemas mengenai bagaimana orang lain menilai penampilan tubuh saya

31Saya tidak percaya diri dengan penampilan saya

32Saya merasa malu akan tubuh saya pada kehadiran seseorang yang special

KUESIONER PSIKOEDUKASI TENTANG MENSTRUASI

No.PernyataanJawaban

YaTidak

1.Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium

2.Menstruasi biasanya berlangsung selama 8-10 hari

3.Hormon yang berpengaruh pada siklus menstruasi adalah LH dan FSH

4.Hormon-hormon tersebut dibentuk oleh kelenjar eksofrin

5.Siklus menstruasi terdiri atas 3 fase: folikular, ovulasi dan luteal

6.Lama siklus menstruasi normal 23-37 hari

7.Hormon FSH menstimulasi pertumbuhan 3-30 folikel, folikel yang berkembang di akhir hanyalah 1 folikel bernama folikel de Graaf

8.Pada fase ovulasi terkadang terasa nyeri karena perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya

9. Korpus luteum menghasilkan peningkatan produksi hormon estrogen

10.Hormon yang menyebabkan pembengkakan dan terjadi nyeri di payudara adalah progesteron

11.Terjadi peningkatan suhu tubuh saat fase luteal

12.Dalam masa pubertas akan terjadi pelebaran pinggul

13.Saat masa pubertas, aktifnya kelenjar keringat tidak menimbulkan tumbuhnya jerawat

14.Kelenjar susu pada payudara belum berkembang saat masa pubertas

15.Tumbuhnya rambut di rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki saat masa pubertas

16.Pada remaja putera terjadi perubahan suara dan tidak terjadi perubahan suara pada remaja putri saat masa pubertas

MODUL PSIKOEDUKASI

PROSEDUR PELAKSANAAN PSIKOEDUKASI TENTANG MENSTRUASI

Sesi 1: Mengenal MenstruasiTujuan:

Anggota kelompok (klien) mampu:

a. Memahami dan mengerti tentang konsep menstruasib. Aktif bertanya tentang menstruasiSetting

1. Anggota kelompok duduk dan terapis berdiri di depan layar proyektor2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Laptop2. Proyektor3. Kertas/bukuMetode

Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab

Langkah- Langkah Kegiatan

A. Persiapan

1. Membuat kontrak dengan anggota kelompok bahwa terapi akan dilaksanakan secara berkelompok dalam 5x pertemuan dalam format terapi, dimana ada 5 sesi pelaksanaan dan setiap sesi dilakukan dalam 1-2x pertemuan. Sesi 1 dilakukan dalam 1x pertemuan dan waktu pelaksanaan untuk masing-masing pertemuan selama 60 menit.2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.B. Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada anggota kelompok

2) Perkenalan nama dan panggilan terapis3) Mempersilahkan masing-masing anggota kelompok menyebutkan nama panggilannya secara bergiliran

b. Evaluasi/ validasi

1. Menanyakan perasaan anggota kelompok pada hari ini2. Menanyakan apa yang dirasakan anggota kelompok sekarang

c. Kontrak :

1) Menyepakati pelaksanaan latihan ketrampilan sosial sebanyak 5 (lima) sesi

2) Menyepakati sesi 1 yaitu mengenal konsep menstruasi dan berdiskusi serta tanya jawab mengenai menstruasi3) Menjelaskan tujuan pertemuan/ sesi 1:

Anggota kelompok mampu :

a. Memahami tujuan dan prosedur terapib. Memahami dan mengerti konsep menstruasic. Menyatakan harapan dalam mengikuti social skill training4. Terapis menjelaskan tata tertib sebagai berikut:

a. Lama kegiatan 60 menit untuk 1x pertemuan

b. Setiap anggota kelompok mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

c. Jika ada anggota kelompok yang akan meninggalkan kelompok selama kegiatan harus meminta izin kepada terapisd. Doa bersama setiap awal dan akhir pertemuan.2. Kerja

1. Terapis menjelaskan mengenai prosedur dan tujuan dari psikoedukasi tentang menstruasi2. Terapis memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.

3. Terapis menjabarkan dan memberi informasi tentang menstruasi dengan metode:a. Terapis menguraikan definisi menstruasi, siklus menstruasi dan perubahan fisik yang terjadi saat menstruasi.b. Anggota kelompok menuliskan apa yang dijabarkan oleh terapis pada bukuc. Terapis memberikan umpan balik dengan cara bertanya tentang konsep menstruasid. Anggota kelompok mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh terapise. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok dalam menjawab pertanyaan4. Terapis mengidentifikasi pendapat tentang perasaan anggota kelompok mengikuti terapi5. Terapis mendiskusikan dengan anggota kelompok untuk membangun harapan positif terhadap terapi.3. Terminasi

1. Evaluasi

a. Menanyakan kepada kelompok peraasaannya setelah mengikuti terapi

b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok

c. Menanyakan masalah yang dihadapi selama ini

a. Menanyakan sumber pendukung yang dapat digunakan

2. Rencana tindak lanjut

Memotivasi seluruh anggota kelompok untuk memahami dan mendalami yang telah diajarkan di rumah dan masukkan rencana psikoedukasi anggota kelompok dalam jadwal kegiatan harian.

a. Kontrak yang akan datang

b. Bersama anggota kelompok menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya

c. Bersama anggota kelompok menyepakati topik untuk pertemuan yang akan datang

3. Doa penutupC. Evaluasi dan dokumentasia. Evaluasi prosesPada sesi 1 yang dievaluasi adalah kemampuan anggota kelompok untuk memahami materi psikoedukasi, respon anggota kelompok terhadap terapis dan anggota kelompok lain, mampu menjawab pertanyaan dari terapis, dan harapan anggota kelompok terhadap terapi.b. Dokumentasi

Psikoedukasi

Positif

Negatif

Citra Tubuh

Kognitif

Keyakinan

Konsep Diri

Harga Diri

Afektif

Sikap

Persepsi

Perkembangan pada Remaja Putri:

Perkembangan fisik

Perkembangan emosional

Perkembangan psikososial

Remaja putri yang telah mengalami menstruasi

O1XO2

STUDI PENDAHULUAN

SAMPEL/SUBYEK PENELITIAN

POPULASI

TERAPI

POST - TEST

PRE - TEST

HASIL

xi

37