Upload
abimanyu-putra
View
233
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
resume penelitian agroindustri
Citation preview
Judul Buku: Pengantar Teknologi Pertanian
Penerbit/ Tahun: Penerbit Swadaya/ Cetakan III, Jakarta 2009
Pengarang:
1. Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA
2. Dr. Ir. Illah Sailah, MS
Resume:
Berdasarkan skala usaha, agroindustri dipilah menjadi skala besar, menengah dan kecil. Industri skala besar berbasis perkebunan (BUMN/PTPN, swasta), perikanan laut (pengolahan tuna, cakalang, ikan karang) dan peternakan (feedlts, broiler farms). Agroindustri menengah dan kecil pada umumnya berlokasi di pedesaan dengan berbasis pertanian rakyat (pengolahan palawija, hortikultura, hasil peternakan, perikanan air tawar, payau dan laut)
Baharsyah (1993)
Bab 8 Agroindustri Pedesaan dan Perekonomian Rakyat, Hal 140-141
Tujuan pengembangan agroindustri pedesaan adalah:
a. Untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen (pertanian, peternakan dan perikanan) di pedesaan atau pesisir, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan (sekunder)
b. Meningkatkan jaminan mutu dan harga, sehingga tercapai efisiensi kegiatan agribisnis
c. Mengembangkan diversifikasi produk sebagai upaya penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan pada periode tertentu
d. Sebagai wahana pengenalan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi sekaligus wahana peran serta masyarakat dalam menerapkan budaya industri, melalui penciptaan wirausaha baru dan swadaya petani/peternak/nelayan
Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA
Bab 8 Agroindustri Pedesaan dan Perekonomian Rakyat, Hal 141
Kendala Agroindustri Pedesaan:
a. Keterbatasan modal
Dengan pemilikan lahan yang relatif kecil (< 1 Ha) menyebabkan pengembangan pertanian secara bisnis kurang dapat diandalkan, sehingga taraf ekonomi petani, peternak maupun nelayan jadi sangat rendah
b. Kualitas sumber daya manusia
Agroindustri di pedesaan sebagian besar mempekerjakan 5-7 orang dan selebihnya 8-19 orang dengan tingkat pendidikan sebagian besar tamatan SD (Wardhani, 1996). Sehingga kualitas SDM yang dimiliki terbatas baik jumlah (kuantitas) maupun kualitas.
c. Keterbatasan penerapan teknologi
Pada umumnya kegiatan agroindustri di pedesaan masih tradisional, hal ini dikarenakan rendahnya penggunaan teknologi dalam kegiatannya. Penyediaan teknologi tepat guna diperlukan untuk mengembangkan kegiatan usahanya, baik teknologi produksi maupun proses termasuk pengemasan dan pengangkutan.
d. Sarana prasarana yang kurang dan tidak memadai
Sarana prasarana transportasi dan telekomunikasi merupakan infrastruktur dalam pengembangan agroindustri pedesaan. Kondisi yang buruk dan kurang terjangkau menyebabkan kegiatan agroindustri di pedesaan terhambat.
e. Kelembagaan
Jaringan kelembagaan belum optimal dalam pengembangan agroindustri sehingga menyebabkan nilai tukar komoditas pertanian yang dihasilkan semakin rendah. Kelompok tani, UKM/koperasi dan kemitraan usaha masih berjalan sendiri (kurang koordinasi).
Selain itu, para produsen dan pengolah banyak yang tidak dapat memasarkan langsung ke konsusmen. Produsen/pengolah harus melewati jalur melalui pengumpul/tengkulak. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan petani dan kurangnya akses ke pasar baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA
Bab 8 Agroindustri Pedesaan dan Perekonomian Rakyat, Hal 141-142
Judul Buku: Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri
Penerbit/ Tahun: IPB Press/ Bogor, 2002
Pengarang: Dr. Ir. Muslimin Nasution
Resume:
Definisi Agroindustri (halaman 6-9)
a. Agroindustri sebagai pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau binatang. Pengolahan yang dimaksud berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan dan pendistribusian produk. (Brown, 1994)
b. Agroindustri merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah, menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, digunakan atau dimakan, meningkatkan daya siman dan menambahkan pendapatan serta keuntungan produsen. (Hicks, 1995)
c. Pengembangan agroindustri di Indonesia berpeluang karena:
Didukung oleh besarnya potensi sumberdaya yang dimiliki
Tuntutan (demand) pasar yang meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam maupun luar negeri
Keanekaragaman produk pertanian merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi berbagai produk olahan (agroindustri)
Tuntutan pasar dengan semakin meningkatnya permintaan bahan pangan olahan
Adanya gejala negara maju mulai meninggalkan industri pengolahan merupakan peluang untuk mengembangkan agroindustri di Indonesia (Wardoyo, 1992)
Peran agroindustri bagi Indonesia antara lain (halaman 12-13):
a. Agroindustri mampu menciptakakn nilai tambah hasil pertanian di dalam negeri.
b. Mampu menyediakan lapangan kerja khususnya yang dapat menarik tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri (agroindustri)
c. Meningkatkan penerimaan devisa melalui ekspor hasil agroindustri
d. Memperbaiki pembagian pendapatan dan menarik investor untuk mendukung pembangunan sektor pertanian. (Simatupang dan Purwoto, 1990)
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan agroindustri antara lain: kualitas SDM, sumber daya biofisik, teknologi, kelembagaan dan sistem pendukung. (halaman 16-19)
a. Kualitas SDM
Kualitas SDM dilihat dari angkatan kerja, pemilikan modal, pendidikan ketrampilan
b. Sumber daya biofisik
Pengembangan sumber daya biofisik (lahan, air, sumberdaya hayati) harus dilaksanakan berdasarkan pendekatan agroekosistem dan daya dukung wilayah.
c. Teknologi
Permasalahan yang terjadi adalah terbatasnya penguasaan teknolgi, ketimpangan teknologi yang ada dengan yang dibutuhkan dan rendahnya diseminasi teknologi.
d. Kelembagaan
Jaringan kelembagaan yang ada selama ini belum dikembangkan secara optimal untuk pengembangan agroindustri. Kelompok tani, UKM baik koperasi dan kemitraan usaha masih berjalan sendiri-sendiri/kurang terkoordinir.
e. Sistem pendukung
Sistem pendukung yang diperlukan dalam mengembangkan agroindustri adalah investasi. Permasalahan yang dihadapi adalah besarnya resiko usaha yang dihadapi karena resiko usaha yang besar karena sifat komoditas cepat rusak, perilaku pasar komoditas pertanian, dan struktur pasar modal lebih ke sektor non pertanian.
Faktor kunci dalam pengembangan agroindustri (halaman 20):
a. Prinsip keunggulan komparatif yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif dari komoditas yang dihasilkan
b. Tingkat teknologi yang kompatibel/ sesuai dengan ketrampilan dan lingkungan masyarakat setempat
c. Ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan
d. Tersedianya perangkat institusi/kelembagaan yang mampu mendorong iklim usaha yang kondusif.
Sasaran pengembangan agroindustri (halaman 21):
a. Menciptakan nilai tambah
b. Menciptakan lapangan pekerjaan
c. Memperbaiki distribusi pendapatan
d. Mendorong pembangunan pertanian
Strategi Pengembangan Agroindustri (halaman 27)
a. Merubah pola pikir petani dan pola pikir yang berorientasi pada produksi ke orientasi pasar, melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan untuk mencetak tenaga profesional
b. Melonggarkan semua kendala struktural sehingga aktivitas agroindustri dapat mencapai tingkat yang optimal melalui pembangunan prasarana fisik, lembaga finansial yang terjangkau. Peningkatan peran koperasi pertanian/perdesaan serta peningkatan peran penelitian dan pengembangan agroindustri
Cakupan pengembangan agroindustri meliputi (halaman 27):
a. Penganekaragaman (diversifikasi) produk
b. Pembangunan prasarana fisik dan lembaga yang baru
c. Merubah pola pikir petani menjadi orientasi pasar
d. Menumbuhkembangkan kegiatan produktif yang saling terkait mulai dari sub sistem produksi, pengolahan sampai dengan pemasarannya.
Program pengembangan agrobisnis/agroindustri dapat dicapai secara optimal apabila konsep dan pelaksanaannya dilakukan secara terpadu antar sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku dan sektor industri serta perdagangan. (halaman 33)
Pendekatan pembangunan agroindustri dapat dilakukan melalui (halaman 33):
a. Pendekatan pasar
Pada pendekatan ini diarahkan untuk menciptakan terobosan-terobosan insentif yang mampu mendorong ekspor dan membatasi impor.
b. Pendekatan kelembagaan
Pada pendekatan ini, kelembagaan on farm dan off farm harus saling menghidupi. Lembaga penunjang yang perlu diperhatikan adalah lembaga keuangan di perdesaan, dan lembaga penelitian pendidikan, khususnya penyuluhan
c. Pendekatan skala usaha
Agroindustri yang berkembang di perdesaan umum masih cenderung tradisional, skala rumah tangga dan tersebar dalam unit-unit usaha kecil. Oleh karena itu pendekatan ini diarahkan dengan membentuk pola sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan yang terintegrasi dengan subsistem agribisnis dan pemasarannya.
Agroindustri dikelompokkan ke dalam empat level/ tingkatan, yaitu: (Halaman 38-39)
a. Level 1, aktivitasnya berupa kegiatan pembersihan, pengkelasan dan pengemasan. Contoh produknya: buah-buahan segar, telor, sayur-sayuran segar
b. Level 2, aktivitasnya berupa kegiatan pengeringan, penggilingan, pemotongan dan pencampuran. Contoh produknya: beras, daging kering, bumbu, makanan ayam, rami, kapas
c. Level 3, aktivitasnya berupa kegiatan pemasakkan/perebusan, pengalengan, pembekuan, ekstrasi. Contoh produknya: produksi susu, buah dan sayur kalengan, daging kalengan, saus tomat, minyak dan minuman
d. Level 4, aktivitasnya berupa kegiatan pengubahan kandungan kimia dan teksturisasi. Contoh produknya: ban (karet), gula, pangan siap saji
Penanganan pasca panen terhadap produk pertanian secara umum mencakup kegiatan pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengekelasan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan dengan fokus kegiatan sebagai berikut (halaman 39-40):
a. Pembersihan
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan bakteri serta kotoran yang melekat pada produk. Selain itu juga untuk menghilangkan residu (sisa) bahan berbahaya/ pestisida
b. Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air dengan cara menjemur.
c. Sortasi
Bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang baik dan buruk baik secara manual maupun mekanis
d. Grading
Bertujuan untuk memisahkan produk berdasarkan ukuran, warna dan bentuknya
e. Pengemasan
Bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan fisik dan kimiawi.
f. Penyimpanan
Bertujuan untuk memperpanjang masa simpan yang dilakukan dengan cara tertentu untuk mengurangi aktivitas fisiologis (mikroba).
Judul (Skripsi): Studi Perencanaan Pengembangan Agroindustri Pedesaan Komoditas
Hortikultura Unggulan di Kabupaten Purwakarta
Penerbit/ Tahun: Dept. Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB/ 2008
Penulis: Mildaa Shanty
Resume:
Pengertian dan Peran Agroindustri (Halaman 6-7)
a. Agroindustri merupakan pengusahaan pengolahan bahan mentah hasil pertanian dari tumbuhan dan hewan (Austin, 1983)
b. Untuk mengembangkan agroindustri skala kecil dan menengah dapat didorong dengan pertumbuhan usaha agroindustri perdesaan yang berupa unit usaha bersama yang menyerap, melibatkan dan dimiliki oleh warga pedesaan sebagai pola inti plasma dengan mitra usahanya kelompok tani (Lukmana,1995)
Pengertian Industri Kecil (Halaman 7-8)
a. Industri kecil menengah (IKM)/ industri kecil termasuk industri kecil dan industri rumah tangga. Kriterianya memiliki nilai usaha tidak lebih dari 200jt tidak termasuk tanah dan bangunan, usaha dimiliki oleh WNI (SK Menperin No. 150/M/SK/7/1995)
b. Industri kecil merupakan industri dengan skala usaha yang relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai 10 orang keluarga. Ruang lingkupnya meliputi usaha kerajinan atau skala rumah tangga sampai usaha perdagangan dengan modal terbatas (Eriyatno, 1979)
c. Menurut Departemen Perindustrian (1981), industri kecil memiliki ciri-ciri:
Orientasi pasar lokal
Metode produksi sederhana
Produk spesifik
Volume produksi kecil
Peralatan tidak mahal
Modal dan pinjaman terbatas
Tidak mampu menghadapi persaingan yang tidak sehat
Kualitas produk rendah
Lemah dalam keterampilan manajemen dan motivasi keusahaan
Industri kecil juga memiliki kelebihan yaitu:
Mampu memproduksi barang yang membutuhkan ketrampilan tinggi
Mampu memproduksi secara massal dengan komponen khusus
Produksi dapat dilakukan pada tempat yang kecil
Memiliki lokasi yang meringankan pengangkutan
Beroperasi lebih fleksibel
Biaya-biaya umum rendah
Resiko relatif kecil
Cepat dalam menanggapi perubahan
Pola pengembangan agroindustri dapat didasarkan pada beberapa aspek, antara lain: skala usaha, pilihan teknologi, perkembangan industri hilir dengan konsep agroindustri, pembuatan mesin dan peralatan serta permasalahan yang dihadapi petani. (Azis, 1993) (Halaman 8)
Tujuan pengembangan agroindustri kecil adalah:
a. Menumbuhkan industri yang makin efisien dan mampu berkembang mandiri
b. Meningkatkan kemampuan dan peran agroindustri kecil dalam penyedian produk jadi, bahan baku dan komponen
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat
d. Menumbuhkan agroindustri di pedesaan yang memanfaatkan hasil pertanian secara optimal. (Suhardi, 1993) (Halaman 8)
Judul Penelitian (Tesis): Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Agroindustri di
Kabupaten Bogor
Penerbit/ Tahun: Sekolah Pasca Sarjana, IPB/ 2006
Penulis: Meidina Trijadi Lamadlauw
Resume:
Pengembangan Agroindustri (halaman 7)
a. Agroindustri merupakan suatu sistem industri yang kegiatan utamanya memproses hasil pertanian. (Austin, 1992)
b. Pengolahan hasil pertanian secara bertahap dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu:
Kategori I, pembersihan dan pengelompokkan (grading)
Kategori II, pemisahan, pemotongan dan pencampuran
Kategori III, pemasakan, pemanasan (pasteurisasi), pengalengan, pengeringan, pembekuan, penyulingan dan perangkaian
Kategori IV, perubahan kandungan kimia (Austin, 1992)
Agroindustri skala kecil (halaman 7-10)
a. Pengembangan agroindustri skala kecil bertujuan untuk menumbuhkembangkan agroindustri yang makin efisien dan mampu berkembang sendiri, meningkatkan kemampuan dan peran agroindustri skala kecil dalam menyediakan produk jadi, bahan baku (produk setengah jadi) dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat serta menumbuhkan agroindustri di daerah dengan memanfaatkan hasil pertanian secara optimal. (Suhardi, 1993)
b. Strategi dasar untuk mencapai tujuan pengembangan agroindustri skala kecil adalah menitik beratkan pada kekuatan sumber daya alam, ketrampilan, padat karya dan teknologi dengan mengantu prinsip pembangunan berkelanjutan. (Suhardi, 1993)
c. Agroindustri skala kecil memiliki kriteria:
Kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar
Usaha bersifat mandiri, bukan anak/cabang perusahaan dari usaha besar
Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. (UU No. 9 Tahun 1995)
d. Kriteria tenaga kerja agroindustri dikelompokkan menjadi:
Agroindustri rumah tangga, 1-4 orang karyawan
Agroindustri kecil, 5-19 karyawan
Agroindustri menengah, 20-99 karyawan
Agroindustri besar, diatas 100 karyawan. (Departemen Koperasi & PPK, 1998)
e. Pengembangan agroindustri skala kecil yang berpusat pada kawasan-kawasan pengembangan agribisnis menjadi pemicu terjadinya proses transformasi budaya dari pertanian tradisional ke pertanian agroindustri sehingga menjadi penggerak proses modernisasi masyarakat pertanian. (Kartasasmita,1996)
f. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan agroindustri skala kecil adalah:
Finansial, berfungsi menentukan pengadaan fasiltas
Pemasaran, berfungsi menetapkan kapasitas olah pabrik dan menetapkan ruang lingkup produk dan introduksi produk baru
Teknologi, berfungsi untuk menentukan teknologi proses yang akan dikembangkan
Persediaan (stock), berfungsi dalam menangani pengadaan bahan baku, integrasi vertikal dan penentuan mutu barang yang akan dijual
Sumber daya, berfungsi menangani aktivitas tenaga kerja dengan mengupayakan peningkatan produktivitas tenaga kerja
Manufaktur, merupakan fungsi sentral yang aktivitasnya melibatkan semua fungsi dalam industri. (Hax dan Majluf,1984)
Definisi Usaha Kecil dan Menengah (halaman 6)
a. Usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta status kepemilikan. Secara spesifik usaha kecil memiliki kriteria:
Kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar
Dimiliki WNI
Usaha bersifat mandiri, bukan anak/cabang perusahaan dari usaha besar
Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. (UU No. 9 Tahun 1995)
b. Usaha kecil merupakan setiap jenis industri yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 5 19 orang, sedangkan usaha menengah yaitu usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp 1 50 miliar. (LIPI, 2001)
Potensi dan kedudukan UKM dalam Pembangunan (halaman 7-8)
a. Sektor UKM memiliki peran strategis secara ekonomi dan sosial politis. Secara ekonomi berperan menyediakan barang dan jasa bagi konsumen berdaya beli rendah sampai sedang, menyumbang lebih dari separuh pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi dalam perolehan devisa negara. Secara sosial politis berperan dalam penyerapan tenaga kerja serta upaya pengentasan kemiskinan (Sjaifuddian et.al, 1997)
b. Dengan demikian, pengembangan UKM dilakukan dalam upaya:
Meningkatkan kegiatan ekonomi rakyat
Meningkatkan kesempatan usaha dan lapangan kerja,
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat
Meningkatkan pemerataan pendapatan dan pembangunan regional sehingga terwujud pembangunan berkelanjutan
Faktor Penguat dan Penghambat UKM (halaman 9-10)
a. Faktor penguat dalam pengembangan UKM adalah kemampuan bertahan hidup yang tinggi dan kemampuan menggunakan pasokan secara efisien. Sedangkan faktor penghambat dalam pengembangan UKM adalah adanya rekayasa tatanan sistem perekonomian bebas internasional
Arah Pengembangan UKM (halaman 10-11)
a. Pengembangan UKM diarahkan pada menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Dengan demikian, perlu adanya kebijakan yang mampu meningkatkan partisipasi ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi sehingga dapat memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak
Faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan UKM (halaman 13-15)
a. Kebijakan pemerintah
Kebijakan diperlukan untuk mengatur kegiatan usaha perekonomian baik dalam perkreditan, perpajakan, perizinan, kemitraan dan kebijakan lainnya yang berkaitan dalam pengembangan UKM. (Parsson, 1995; Sjaifuddin et.al, 1997; Mead dan Liedholm, 1998)
b. Pemasaran
Permintaan terhadap produk UKM tidak saja melalui permintaan efektif, tetapi juga pada peningkatan akses terhadap informasi pasar dan akses pasar ekspor (Hubeis, 1997; Sjaifuddin et.al, 1997; Thoha, 2000)
c. Teknologi
Teknologi dapat memberikan alternatif untuk efektifitas dan efisiensi kerja manusia. (Hubeis, 1997; Sjaifuddin et.al, 1997; Berry et.al, 2000)
d. Pendapatan per kapita
Semakin tinggi pedapatan per kapita suatu negara maka semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM (Anderson, 1982; Biggs dan Oppenheigin, 1986)
e. Permodalan
Modal yang digunakan oleh UKM relatif kecil dan usahanya sederhana. Modal berasal dari tabungan atau penjualan hartanya. Keterbatasan modal menjadi penghambat bagi usaha kecil meningkatkan skala usahanya. (Sjaifuddin et.al, 1997)
f. Akses ke lembaga keuangan/permodalan
Lembaga keuangan diharapkan dapat mendukung kegiatan UKM melalui penyediaan kredit. Akses usaha kecil terhadap sumber modal dari perbankan masih relatif kecil. (Liedholm, 1993; Tambunan, 1999)
g. Sistem informasi
Informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan UKM tidak hanya tentang pasar, pasokan, produksi dan teknologi tetapi pasar produk yang ditawarkan. Penyediaan pusat informasi yang mudah dijangkau dengan informasi aktual merupakan sumber daya yang penting bagi pengembangan UKM (Hubeis, 1997)
h. Lokasi usaha
Lokasi yang berdekatan dengan jaringan transportasi adalah yang paling utama. Untuk jenis produk tertentu pada tingkat eceran, konsumen cenderung lebih efisien membeli produk yang dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.
i. Gender
Pria pada umumnya lebih berani dalam mengambil resiko. Namun demikian, mengembangkan usaha kecil kaum perempuan lebih relevan karena usaha kecil merupakan sumber pendapatan dan peluang usaha. Sebagian perempuan terkonsentrasi pada unit usah kecil termasuk usaha keluarga. (Sjaifuddin et.al, 1997)
j. Umur pengusaha
Motivasi tinggi untuk pengusaha kecil usia produktifnya 15-55 tahun dapat membuat UKM lebih berkembang. Hal ini menjadi alternatif bagi usia produktif untuk mengurangi jumlah pengangguran
k. Kemampuan manajemen
Perencanaan usaha jangka pendek maupun jangka panjang diperlukan untuk menyesuaikan keadaan yang berubah sehingga UKM dapat memasuki dan menguasai pasar baik terbuka maupun tersegmentasi. (Hubeis, 1997)
Aktor yang berperan dalam pengembangan UKM (halaman 15-17)
a. Pemerintah daerah, berperan dalam membuat kebijakan dan memberikan dukungan anggaran untuk meningkatkan kemampuan UKM
b. Perguruan tinggi, berperan dalam menyediakan informasi IPTEK, pelatihan, litbang
c. KADIN, berperan menyuarakan kepentingan usaha (representasi) dengan pemerintah.
d. Koperasi, berperan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat dalam menjalankan kegiatan UKM
e. Lembaga swadaya masyarakat, berperan dalam penguatan kelembagaan melalui pembentukan organisasi dan kelompok usaha
f. Asosiasi pengusaha kecil, berperan sebagai penyedia informasi tentang situasi usaha dan peluang-peluang usaha
g. Pers, berperan dalam menyebarluaskan informasi mengenai UKM
h. Organisasi masyarakat, berperan dalam memahami persoalan dan kebutuhan UKM
i. Lembaga keuangan, berperan dalam mendukung UKM melalui penyaluran dan kredit
j. Lembaga penelitian dan pengkajian, berperan dalam memberikan pelatihan dan peningkatan kemampuan kegiatan UKM.
Judul Penelitian (Tesis): Kajian Kelembagaan Agroindustri Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan
Kota Batu Prov. Jatim
Penerbit/ Tahun: Sekolah Pasca Sarjana, IPB/ 2009
Penulis: Qosdus Sabil
Resume:
Pengembangan Agroindustri Pedesaan (Halaman 15)
a. Ada beberapa pertimbangan yang mendukung pengembangan agroindustri sebagai sektor pemimpin (leading sector), yaitu:
Sektor agroindustri memiliki pangsa besar dalam perekonomian sehingga kemajuan yang diperoleh dapat mempengaruhi perekonomian keseluruhan
Pertumbuhan dan nilai tambah relatif tinggi
Adanya keterkaitan sektor hulu dan hilir yang relatif besar sehingga mampu menarik pertumbuhan sektori lain. (Rustadi et al, 2004)
Evaluasi Kelayakan Agroindustri (Halaman 26-27)
a. Pengembangan agroindustri memerlukan berbagai kelayakan, yaitu kelayakan teknis, ekonomi dan kelayakan sosial.
Kelayakan Teknis
Kelayakan teknis mencakup aspek teknis dan teknologis yang digunakan, yaitu berkaitan dengan penentuan kapasitas produksi, pemilihan teknologi, penentuan kebutuhan bahan baku, bahan pembantu dan pendukung serta penentuan lokasi dan letak pabrik pengolahan
Kelayakan ekonomis
Kelayakan ekonomi menyangkut lamanya life cycle profit dari produk yang berkaitan sehingga berkaitan dengan aspek pasar dan pemasaran serta aspek finansial.
Kelayakan sosial
Kelayakan sosial berkaitan dengan agama, adat istiadat, kelestarian alam, pemakaian tenaga kerja dan sebagainya. Dalam pengembangan agroindustri hendaknya tidak melanggar/berlawanan dengan tata nilai sosial yang ada. (Basdabella, 2001)
b. Berkaitan dengan tata letak agroindustri, pemilihannya mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:
Ketersediaan bahan baku
Lokasi pabrik agroindustri harus dengan lokasi bahan baku
Pemasaran produk
lokasi pabrik agroindustri adakalanya berdekatan dengan pemasaran produk atau dekat dengan bahan baku dan pemasaran produk. Dalam pemasaran produk, terdapat empat hal yang harus diperhatikan:
i. Kedudukan produk yang direncanakan pada saat ini
ii. Komposisi dan perkembangan permintaan pada masa yang akan datang
iii. Adanya persaingan
iv. Peranan pemerintah dalam menunjang pemasaran produk. (Gittinger, 1986)
Kebijakan pemerintah
Penentuan lokasi oleh pemerintah biasanya dikaitkan dengan kebijakan pengembangan wilayah untuk sebagai kawasan investasi dan pusat pertumbuhan.
Ketersediaan industri penunjang dan komplementer
Termasuk di dalamnya lembaga keuangan, jasa energi, telepon serta infrastruktur baik jalan, sarana angkutan maupun fasilitas pelabuhan.
Lingkungan
Pengaruh kegiatan terhadap limbah dan pencemaran lingkungan lainnya sehingga untuk jenis industri tertentu harus mengeluarkan biaya yang lebih besar agak kegiatannya ramah lingkungan
Strategi Pengembangan Ekonomi Kawasan Agropolitan (halaman 27)
a. Tujuan dari pengembangan program agropolitan adalah:
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani di perdesaan
Mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan
Meningkatkan keterkaitan desa dan kota (urban rural linkages)
Mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi perdesaan yang berkeadilan
Mempercepat industrialisasi di wilayah perdesaan
Mengurangi arus migrasi dari desa ke kota
Memberi peluang berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan
Meningkatkan pendapatan asli daerah. (Pokja Pengembangan Kawasan Agropolitan Pusat, 2004)