81
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia. Sebagian masyarakat kita sumber makanannya dapat berasal dari jagung, sorghum dan sagu. Namun padi lebih popular, walaupun sekarang harga beras mencapai harga yang sangat tinggi (Rp. 6000,- sampai 7.000,- per kilogram). Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi terhadap produksi padi. Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu. Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras. II. PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan pe-nyimpanan beras.

tbt makalah (padi)

  • Upload
    zee-phe

  • View
    2.553

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tbt makalah (padi)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi merupakan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia. Sebagian masyarakat kita sumber makanannya dapat berasal dari jagung, sorghum dan sagu. Namun padi lebih popular, walaupun sekarang harga beras mencapai harga yang sangat tinggi (Rp. 6000,- sampai 7.000,- per kilogram). Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi terhadap produksi padi.

Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka

mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap

peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-

capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu.

Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi

adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca

panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan

rendahnya mutu gabah/beras.

II. PROSES PENANGANAN PASCA PANEN PADI

Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat

panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat

perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani,

pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan

pe-nyimpanan beras.

A. Penentuan Saat Panen

Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen

padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil

yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat dilakukan

berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

1) Pengamatan Visual

Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada

hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi

dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning

atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan

gabah ber-kualitas baik sehingga menghasil-kan rendemen giling yang tinggi.

Page 2: tbt makalah (padi)

2) Pengamatan Teoritis

Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan

mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasar-kan deskripsi varietas padi,

umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau

antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen

optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau,

dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan (Damardjati, 1974; Damardjati et al,

1981).

B. Pemanenan

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan

mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis,

serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan

padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah.

Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan

secara tidak tepat.

1) Padi adalah tanaman yang bernama Oryzae sativa L.

2) Gabah adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan cara

perontokkan, dikering-kan, dan dibersihkan.

3) Gabah Kering Panen (GKP) adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari

tangkainya dengan cara peron-tokkan, dikeringkan, dan dibersihkan yang memiliki

kadar air maksimum 25 %, butir hampa/kotoran maksimum 10 %, butir kuning/rusak

maksimum 3 %, butir hijau/mengapur maksimum 10 % dan butir merah maksimum 3

%.

4) Gabah Kering Giling (GKG) adalah hasil tanaman padi yang telah dilepas dari

tangkainya dengan cara peron-tokkan, dikeringkan, dan dibersihkan yang memiliki

kadar air maksimum 14 %, butir hampa/kotoran maksimum 3 %, butir kuning/rusak

maksimum 3 %, butir hijau/mengapur maksimum 5 % dan butir merah maksimum 3

%.

5) Beras adalah hasil utama dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi yang

seluruh lapisan sekamnya terkelupas atau sebagian lembaga dan katul telah

dipisahkan.

Page 3: tbt makalah (padi)

6) Pasca Panen adalah semua kegiatan mulai dari panen sampai dengan menghasilkan

produk setengah jadi (intermediate product).

7) Produk setengah jadi adalah produk yang tidak mengalami perubahan sifat dan

komposisi kimia.

1) Umur Panen Padi

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

(a) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.

(b) Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.

(c) Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.

2) Alat dan Mesin Pemanen Padi

Pemanenan padi harus meng-gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan

teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk

memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat

ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya

varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani

menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat

tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester.

Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit

biasa/bergerigi, reaper dan stripper.

(a) Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.

Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20

mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan

digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. Pe-

manenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut :

oTekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong.

oTempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan.

oDengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai ter-

potong.

oKumpulkan di tangan kiri atau masukkan kedalam ke-ranjang.

Page 4: tbt makalah (padi)

Gambar 1. Panen padi dengan ani-ani

Gambar 2. Alat Panen Ani-ani

(b) Cara Pemanen Padi dengan Sabit

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit

terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada

umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur

pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-

kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989;

Nugraha et al, 1990). Spesifikasi sabit bergerigi yaitu:

o Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.

o Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 – 16

gerigi sepanjang 1 inci.

Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas,

potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan

dengan cara potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara

dibanting/digebot atau meng-gunakan pedal thresher. Pe-motongan dengan cara

potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.

Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:

o Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3

bagian tinggi tanaman.

Page 5: tbt makalah (padi)

o Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas

tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan

kanan hingga jerami terputus.

Gambar 3. Pemotongan padi dengan sabit

(c) Cara Pemanenan Padi dengan Reaper

Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat.

Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin

ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan

menjatuhkan atau me-robohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper

dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk

sapu lidi ukuran besar. Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu

reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row. Bagian komponen mesin reaper

adalah sebagai berikut :

oKerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja

dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur

ke-cepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja.

oUnit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari

baja keras dengan jumlah gigi dan diameter ber-macam-macam sesuai de-

ngan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.

oUnit pisau pemotong ter-letak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat

dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam.

oPisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang

panjangnya 120 cm.

oUnit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.

oMotor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.

Page 6: tbt makalah (padi)

Penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga

kerja dan dioperasikan di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak

berlumpur dan tidak becek). Menurut hasil penelitian, penggunaan reaper dapat

menekan kehilangan hasil sebesar 6,1 %. Berikut ini cara pengoperasian mesin

reaper :

oSebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi

dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m

sebagai tempat berputarnya mesin reaper.

oSebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan

dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.

oPemotongan dilakukan se-kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan

terlempar satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.

oPemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.

Gambar 4. Reaper Gambar 5. Panen padi dengan reaper

(d) Cara Pemanenan padi dengan Reaper Binder

Reaper binder merupa-kan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan

cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi

ukuran besar. Bagian komponen mesin reaper binder adalah sebagai berikut :

oKerangka utama yang terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa

baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling pisau pemo-

tong yang merupakan kawat baja terserot.

oUnit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari

baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai

dengan reduksi tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.

Page 7: tbt makalah (padi)

oUnit pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau mata pisau berbentuk

segitiga yang panjangnya antara 40-60 cm.

oPisau pengikat terbuat dari besi plat baja, kawat baja, dan besi bulat yang

ukurannya bermacam-macam.

oUnit pengikat ini dilengkapi dengan tali yang terbuat dari yute berbentuk

gulungan.

oUnit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.

oMotor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM.

Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper binder :

oSebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong / panen

padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2

m sebagai tempat berputarnya mesin stripper.

oSebelum mesin dihidup-kan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan

dipanen. Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan.

oPemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus dan

akan terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang

sudah terpotong diikat dengan tali peng-ikat melalui mekanisme pengikat

pada mesin tersebut.

oPemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.

Gambar 6. Panen padi dengan reaper binder

2) Sistem Panen

Sistem panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

(a) Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok.

(b) Pemanenan dan perontokan di-lakukan oleh kelompok pemanen.

Page 8: tbt makalah (padi)

(c) Jumlah pemanen antara 5 – 7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal thresher

atau 15 – 20 orang yang dilengkapi 1 unit power thresher.

C. Penumpukan dan Pengumpulan

Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah

padi dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pe-ngumpulan padi dapat

mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi

terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi

menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan

pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.

Gambar 7. Penumpukan dengan menggunakan alas

D. Perontokan

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,

penumpukan dan pengum-pulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat

ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara

perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan

pedal thresher dan power thresher.

1) Perontokan padi dengan cara digebot

Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan

petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:

(a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah,

dapat dipindah-pindah.

(b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang

dengan jarak renggang 1 – 2 cm.

(c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar

bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.

Page 9: tbt makalah (padi)

Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :

(a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak perontok ±

5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di bawah meja rak

perontok.

(b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.

Gambar 8. Perontokan padi dengan cara gebot

2) Perontokan padi dengan pedal thresher

Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan

digerakan meng-gunakan tenaga manusia. Ke-lebihan alat ini dibandingkan dengan

alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah diperasikan dan

mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup

dioperasikan oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri dari :

(a) Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran keseluruhan

unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.

(b) Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling membentuk

silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di sisi kiri dan kanan

ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada lempengan papan tersebut

ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berbentuk huruf V

terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm, lebar 90 mm dengan jarak

antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm dengan lebar kaki-kaki

sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah gigi perontok pada satu

lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12 buah. Cara pemasang-an gigi

perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada rangka

utama.

Page 10: tbt makalah (padi)

(c) Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya

sama seperti mesin jahit.

(d) Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran > 0

cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.

Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil

padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :

(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.

(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.

(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan

memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.

(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-jauh dari

operator).

Gambar 9. Perontokan padi dengan pedal thresher

3) Perontokan padi dengan power thresher

Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga

penggerak enjin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok

lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Bagian

komponen power thresher terdiri dari:

(a) Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat

lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen lainnya.

(b) Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling

membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri

dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang

melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm,

Page 11: tbt makalah (padi)

panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah.

Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi bantalan ball

bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.

(c) Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat

pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok,

terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu

pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat

lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah

silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun

menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 – 20

mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat

pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi

perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15

mm.

(d) Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390

mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat.

Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah

rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.

(e) Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.

(f) Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder

perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe

B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.

Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil

padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :

oPemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok

tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang

perontok.

oPemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual

denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami

Page 12: tbt makalah (padi)

dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat

perontok.

oSetelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang

diinginkan untuk merontok padi

oPutaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari

pintu pemasuk-kan.

o Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan

terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.

oButiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok,

sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.

oButiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok

akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.

oButiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui

pintu pengeluaran kotoran ringan.

oBenda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang

berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu

pengeluaran padi bernas.

Gambar 10. Perontokan padi dengan power thresher

E. Pengeringan

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai

tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang

lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan dapat

mencapai 2,13 %. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara

penjemuran menjadi pengering buatan.

Page 13: tbt makalah (padi)

1) Pengeringan Padi dengan Cara Penjemuran

Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan

panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran

gabah, memudahkan pe-ngumpulan gabah dan meng-hasilkan penyebaran panas yang

merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan

alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi

lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton. Berikut ini cara

penjemuran gabah basah.

(a) Cara penjemuran dengan lantai jemur

Dari berbagai alas pen-jemuran tersebut, lantai dari semen merupakan alas

penjemuran terbaik. Permuka-an lantai dapat dibuat rata atau bergelombang.

Lantai jemur rata pembuatannya lebih mudah dan murah, namun tidak dapat

mengalirkan air hujan secara cepat bahkan adakalanya menyebabkan genangan

air yang dapat merusakkan gabah. Lantai jemur bergelombang lebih di-anjurkan,

karena dapat meng-alirkan sisa air hujan dengan cepat. Berikut ini cara

penjemuran dengan lantai jemur :

o Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5 cm – 7 cm untuk

musim kemarau dan 1 cm – 5 cm untuk musim penghujan.

o Lakukan pembalikan setiap 1 – 2 jam atau 4 – 6 kali dalam sehari dengan

menggunakan garuk dari kayu.

o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00

dan tempering time jam 11.00 – jam 14.00.

o Lakukan pengumpulan de-ngan garuk, sekop dan sapu.

Gambar 11. Pengeringan padi dengan lantai jemur

(b) Cara penjemuran dengan alas terpal/plastik

Alas terpal/plastik dapat juga dipakai untuk alas penjemuran. Beberapa

keuntungan pengguna-an alas terpal/plastik adalah :

Page 14: tbt makalah (padi)

o Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir

penjemuran.

o Memudahkan penyelamatan gabah bila pada waktu penjemuran hujan

turun secara tiba-tiba.

o Dapat mengurangi tenaga kerja buruh di lapangan.

o Berikut cara penjemuran dengan alas terpal/plastik :

o Jemur gabah di atas alas terpal/plastik dengan ke-tebalan 5 – 7 cm untuk

musim kemarau atau 1 – 5 cm untuk musim peng-hujan.

o Lakukan pembalikan secara teratur setiap 1 – 2 jam sekali atau 4 – 6 kali

dalam sehari. Pembalikan di-anjurkan tanpa mengguna-kan garuk karena

dapat mengakibatkan alas sobek.

o Waktu penjemuran : pagi jam 08.00 – jam 11.00, siang jam 14.00 – 17.00,

dan tempering time jam 11.00 – jam 14.00.

o Lakukan pengumpulan de-ngan cara langsung di-gulung.

2) Pengeringan Padi dengan Pengering Buatan

Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran

dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi

atas 3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan

kontinyu (Continuous-Flow Dryer).

(a) Flat Bed Dryer

Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari:

o Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, ber-bentuk kotak persegi

panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira

bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja

lembaran, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah.

o Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering,

dihubungkan dengan cerobong.

o Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.

Pengeringan dengan meng-gunakan Flat Bed Dryer dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

Page 15: tbt makalah (padi)

o Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.

o Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari

kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor peng-gerak.

o Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui

sekat yang berlubang.

o Udara panas akan me-nurunkan kadar air padi.

Gambar 12. Flat bed dryer

(b) Continuous Flow Dryer

Continuous Flow Dryer me-rupakan mesin pengering dengan bagian

komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti

kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge.

Ruangan plenum terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan.

Tingi kotak pengering 3 – 5 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan

tebalnya 2 – 3 mm.

Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

o Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan

diaduk posisinya oleh screw conveyor.

o Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi

dengan screw conveyor dischange.

o Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak

pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak

pengering dan keluar lewat sisi yang lain.

Page 16: tbt makalah (padi)

o Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada

bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian

bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

Gambar 13. Pengeringan padi dengan continuous flow dryer

F. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap

dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan

penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur,

dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu

gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan : (1) sistem curah,

yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari

gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah

seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain.

1) Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah

Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan

silo. Silo merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang sangat

besar. Bentuk dan bagian komponen silo adalah sebagai berikut :

(a) Silo biasanya berbentuk silinder atau kotak segi-empat yang terbuat dari plat

lembaran atau papan.

(b) Silo dilengkapi dengan sistem aerasi, pengering dan elevator.

(c) Sistem aerasi terdiri dari kipas-kipas angin aksial dengan lubang saluran

pemasukan dan pengeluaran pada dinding silo.

(d) Pengering terdiri sumber pe-manas/kompor dan kipas peng-hembus.

Page 17: tbt makalah (padi)

(e) Elevator biasanya berbentuk mangkuk yang berjalan terbuat dari sabuk karet

atau kulit serta plat lembaran.

Penyimpanan gabah/beras de-ngan silo dilakukan dengan cara sebagai berkut :

o Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan menggunakan

elevator, dan dicurahkan ke dalam silo.

o Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan oleh

kompor pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.

o Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan

aerasi.

Gambar 14. Penyimpanan gabah dengan silo

2) Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah

Penyimpanan gabah dengan kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan

karung. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah

dengan karung adalah :

(a) Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan

dan atau penyim-panan.

(b) Karung tidak boleh meng-akibatkan kerusakan atau pen-cemaran oleh bahan

kemasan dan tidak membawa OPT.

(c) Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik dan

tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan ke-seragaman. Karung

harus diberi label berupa tulisan yang dapat menjelaskan tentang produk yang

dikemas.

G. Penggilingan

Page 18: tbt makalah (padi)

Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses

penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan,

pengemasan dan pe-nyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :

1) Motor penggerak

2) Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet. Terdapat 2 buah roll karet yang

berputar berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 roll karet

dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah.

Diameter kedua roll karet sama bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120 – 500 mm.

3) Pemisah gabah mempunyai 3 tipe yaitu :

(a) separator tipe kompartmen, merupakan kotak oscilator terdiri dari 1, 2, 3 atau 4

lapis/dek.

(b) separator tipe dek, terdiri dari 3 sampai 7 rak dengan posisi miring, rak disusun

dengan jarak 5 cm.

(c) Separator type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar berjumlah 6 –

15 ayakan.

4) Penyosoh

(a) tipe mesin penyosoh yang dipakai untuk rice milling unit adalah tipe jet parlour.

(b) udara dialirkan melalui poros yang tipis dan lubang dari tabung.

(c) Dinding heksagonal yang berlubang membungkus tabung besi yang berputar.

Jarak renggang dinding heksagonal dan tabung besi dapat diatur dengan sekrup.

(d) Unit pembawa/conveyor.

Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Hidupkan mesin

2) Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas

kemudian masuk diantara kedua rol karet.

3) Atur renggang rol.

4) Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah, tergantung

perbedaaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas terpecah menjadi 2 dan

utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak banyak yang retak sehingga bila

disosoh akan memperoleh persentase beras kepala yang relatif tinggi.

Page 19: tbt makalah (padi)

Gambar 15. Mesin Pengupas Kulit Gabah

Gambar 16. Mesin Penyosoh

Gamabr 17. Pengemasan dan penyimpanan beras

III. POLA KERJA KELOMPOK DALAM PENANGANAN PASCA PANEN

PADI

Pola kerja kelompok dalam penanganan pasca panen padi harus dibuat

berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis sebagai

berikut :

1) Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh regu/kelompok pemanen.

2) Jumlah pemanen harus dibatasi 1 regu/kelompok pemanen terdiri dari 5 – 7

orang dilengkapi dengan 1 pedal thresher atau 15 – 20 orang dilengkapi dengan

1 power thresher. Pemanenan dan perontokan padi dengan sistem kelompok

perlu terus disosialisasikan kepada pemanen dan petani. Penerapan pemanenan

padi dengan sistem kelompok dapat menekan kehilangan hasil pasca panen

Page 20: tbt makalah (padi)

padi. Menurut hasil penelitian, kehilangan hasil panen pada sistem kelompok

jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem kroyokan dan ceblokan.

IV. STANDARISASI

A. Standar Mutu Gabah

Standar mutu gabah meliputi persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.

1) Persyaratan kualitatif

a) Bebas hama dan penyakit

b) Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya

c) Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan

kimia lainnya

d) Gabah tidak boleh panan

2) Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI

Tabel 1. Mutu Gabah

Komponen MutuKualitas

I II III

Kadar air ( % maksimum )

Gabah hampa ( % maksimum )

Butir rusak + Butir kuning

( % maksimum )

Butir mrngapur + Gabah muda

( % maksimum )

Butir merah ( % maksimum )

Benda asing ( % maksimum )

Gabah Varietas lain

( % maksimum )

14,0

1,0

2,0

1,0

1,0

-

2,0

14,0

2,0

5,0

5,0

2,0

0,5

5,0

14,0

3,0

7,0

10,0

10,0

4,0

1,0

Keterangan : Tingkat mutu gabah rendah (sample grade) adalah tingkat mutu gabah tidak

memenuhi persyaratan tingkat mutu I, II dan II dan tidak memenuhi

persyaratan kualitatif

Page 21: tbt makalah (padi)

B. Persyaratan Mutu Beras

Sesuai dengan SNI, persyaratan mutu beras mencakup :

1) Persyaratan kualitatif

(a) Bebas hama dan penyakit

(b) Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya

(c) Bebas dari bekatul

(d) Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang mem-bahayakan

2) Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999

Tabel 2. Mutu Beras

No. Komponen

Mutu

MUTU

Satuan I II III IV V

1 Derajat

sosoh

% 100 100 100 95

min

85

min

2 Kadar air

maksimum

% 14 14 14 14 15

3 Beras kepala % 100 95

min

84

min

73

min

60

min

4 Butir utuh

min

% 60 50 40 35 35

5 Butir patah % 0 5 15 25 35

6 Butir menis % 0 0 1 2 5

7 Butir merah % 0 0 1 3 3

8 Butir

kuning/rusak

maks

% 0 0 1 3 5

9 Butir

mengapur

% 0 0 1 3 5

10 Benda asing % 0 0 0.02 0.05 0.2

11 Butir gabah Btr/

100g

0 0 1 2 3

Page 22: tbt makalah (padi)

V. SARANA DAN PRASARANA PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK

A. Lokasi

Lokasi bangunan tempat penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1) Bebas dari pencemaran ;

- Bukan di daerah pembuangan sampah/kotoran cair maupun padat.

- Jauh dari peternakan, industri yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola

secara baik dan tempat lain yang sudah tercemar.

2) Pada tempat yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk.

3) Dekat dengan sentra produksi sehingga menghemat biaya transportasi dan menjaga

kesegaran hasil.

4) Sebaiknya tidak dekat dengan perumahan penduduk.

1) Bangunan

Bangunan untuk penanganan pasca panen harus dibuat berdasarkan perencanaan

yang memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan sesuai dengan :

1) Jenis produk yang ditangani, sehingga mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan

tindak sanitasi dan mudah dipelihara.

2) Tata letak diatur sesuai dengan urutan proses penanganan, sehingga lebih efisien.

3) Penerangan dalam ruang kerja harus cukup sesuai dengan keperluan dan

persyaratan kesehatan serta lampu berpelindung.

4) Tata letak yang aman dari pencurian

2) Fasilitas Sanitasi

o Bangunan untuk penanganan pasca panen harus dilengkapi dengan

fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi

persyaratan teknik dan kesehatan. Bangunan harus dilengkapi dengan

sarana penyediaan air bersih.

o Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang memenuhi

ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

o Bangunan harus dilengkapi sarana toilet :

o Letaknya tidak terbuka langsung ke ruang proses produksi beras.

Page 23: tbt makalah (padi)

o Dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel).

3) Alat dan Mesin

Alat dan mesin yang dipergunakan dalam penanganan pasca panen harus dibuat

berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan

ergonomis. Persyaratan peralatan dan mesin yang digunakan dalam penanganan pasca

panen harus meliputi :

o Sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan

o Permukaan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh

berkarat dan tidak mudah mengelupas.

o Mudah dibersihkan dan dikontrol

o Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas,

minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik

dll

o Mudah dikenakan tindakan sanitasi.

4) Wadah dan pembungkus

Wadah dan pembungkus yang digunakan dalam penanganan pasca panen harus :

o Dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh

dari luar.

o Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat

mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk.

o Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.

o Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan dikenakan tindakan

sanitasi.

o Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan

ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu

sebelum digunakan.

5) Tenaga Kerja

Tenaga kerja untuk penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

o Tenaga kerja harus berbadan sehat.

Page 24: tbt makalah (padi)

o Memiliki keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya.

o Mempunyai komitmen dengan tugasnya.

o Sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja

VI. Hama- Hama Tanaman Padi

1. Hama Sundep (Scirpophaga innotata)

Hama endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman

dengan ketinggian 200 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan (kurang dari

200 mm) terjadi bulan October-November. Tanda-tanda hama ini dimulai dengan

melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu kecil berwarna putih pada sore dan

malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan terbang sekitar dua

minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan padi. Selanjutnya telur-telur

(170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih muda dan akan menetes

menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu. Penyerangan ini dikenal dengan

nama “Hama Sundep” dan “Hama Beluk”, Perbedaan keduanya dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Perbedaan Sundep dan Beluk

Hama Sundep Hama Beluk

Menyerang daun padi muda, menguning

dan mati. Walaupun batang padi bagian

bawah masih hidup atau membentuk anak

tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru

tidak terjadi.

Menyerang titik tumbuh tanaman padi yang

sedang bunting sehingga buliarn padi

keluar, berguguran, gabah-gabah kosong

dan berwarna keabu-abuan

Sumber: Kartasapoetra (1993).

Page 25: tbt makalah (padi)

Gambar Sundep

Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:

a. Petani menyebarkan bibit-bibit tanaman padi di persemaian setelah tahu jadwal

invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telah selesai.

b. Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi yang tinggi.

c. Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapt dil lingkungan persemaian

dan membunuh larva-larva yang abru menetas.

d. Melakukan tindakan preventif dengan penyemprotan persemaian menggunakan

insektisida yang resistensi.

e. Bibit-bibit tanaman padi yang akan disemai dicelupkan dalm herbisida.

f. Setelah invasi S. innotata dilakukan penyemprotan insektisida yang mematikan

telur dan larva.

g. Crop rotation (pergiliran tanaman), setelah penanaman padi batang atau jeraminya

harus dibenamkan kedalam tanah/lumpur

h. Menarik perhatian S. innotata menggunakan perangkap jebak berwarna atau lampu

petromaks.

Page 26: tbt makalah (padi)

Gambar penggunaan Pestisida

2. Jenis Ulat

a. Ulat Penggerek (Scahunobius bipunctifer)

Gangguan dan kerusakan pada tanaman padi gandu, terutama daerah

pegunungan daya pengrusakannya tertuju pada bagian-bagian pucuk tanamaan sehingga

mematikan tanaman padi. Daur hidup mirip dengan S. innotata biasanya 30 hari tetapi

tidak memiliki diapause sehingga meningkatkan kupu-kupu betina (warna kuning muda)

dan jantan (warna sawo matang) dengan jumlah telur (150 butir) yang diletakkan di bagian

bawah daun padi muda yang ditutupi oleh lapisan bulu. Ulat akan menggerek batang padi

yang muda menuju titik tumbuh yang masih lunak. Pemberantasan dilakukan

menggunakan insektisida yang tidak tahan lama atau crop rotation (berselang-seling

dengan menanam palawija).

Page 27: tbt makalah (padi)

b. Ulat Tentara (Spodoptera mauritia acronyctoides) 

Ngengat dewasa aktif pada malam hari. Pada malam hari serangga dewasa makan,

berkopulasi, dan bermigrasi, sedangkan pada siang hari ngengat beristirahat di dasar

tanaman. Ngengat sangat tertarik terhadap cahaya. Kerusakan terjadi karena larva makan

bagian atas tanaman pada malam hari dan cuaca yang berawan. Larva mulai makan dari

tepi daun sampai hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Larva sangat rakus dan

serangan terjadi pada semua fase tumbuh tanaman padi, mulai dari pembibitan, 

khususnya pembibitan kering, sampai fase pengisian.  Ulat tentara dapat memotong malai

pada pangkalnya dan dikenal sebagai ulat pemotong leher malai.Bila diperlukan, gunakan

insektisida yang berbahan aktif BPMC atau karbofuran.

c. Ulat Tanduk Hijau (Melanitis leda ismene Cramer) 

Ngengat tidak tertarik pada cahaya. Ngengat berupa kupu-kupu

yang berukuran besar yang sangat mudah dikenali karena pada

sayapnya terdapat bercak berbentuk seperti mata. Larva

memiliki 2 pasang tanduk, satu pasang di bagian ujung kepala

dan satu pasang lainnya ada di bagian ujung abdomen. Larva penyebab kerusakan pada

tanaman, makan daun mulai dari pinggiran dan ujung daun. Fase pertumbuhan tanaman

yang diserang adalah dari fase anakan sampai pembentukan malai. 

 

Page 28: tbt makalah (padi)

Selain tanaman padi, serangga ini memiliki inang lain seperti rumput-rumputan, tebu,

sorgum, Anastrophus sp, Imperata sp, dan Panicum spp.Hama ini sebaiknya

dikendalikan dengan cara memanfaatkan musuh alami, seperti parasit telur

Trichogrammatidae. Oleh karena itu pengendalian secara kimiawi dengan insektisida

tidak dianjurkan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam pindah atau 40 hari

setelah sebar benih.

d. Ulat Jengkal (Naranga aenescens) 

Populasi tinggi dari hama ini dapat terjadi sejak di persemaian hingga anakan

maksimum. Larva muda memarut jaringan epidermis tanaman, meninggalkan lapisan

bawah daun yang berwarna putih. Larva yang sudah tua makan dari pinggiran daun.

Larva bergerak seperti ulat jengkal dengan cara melengkungkan bagian belakang

tubuhnya Tanaman padi yang diberi pupuk

dengan takaran tinggi sangat disukai hama ini.

Populasinya meningkat selama musim hujan.

Ngengat aktif pada malam hari dan pada siang

hari bersembunyi di dasar tanaman atau di rumput-rumputan.  Hama ini jarang

menyebabkan kehilangan hasil karena tanaman yang terserang dapat sembuh kembali

dan juga musuh alami dapat menekan populasi hama ini. Oleh karena itu, untuk

mengendalikan hama ini sebaiknya dengan memanfaatkan musuh alami seperti

parasit telur Trichogrammatidae; parasit larva dan pupa seperti Ichneumonidae,

Braconidae, Eulophidae,

3. Hama Putih (Nymphula depunctalis)

Menyerang dan bergelantungan pada daun padi sehingga berwarna keputih-

putihan, bersifat semi aquatil (menggantungkan hidup pada air untuk bernafas dan

udara). Kerusakan yang ditimbulkannya dapat mematikan tanaman padi disebabkan:

a. Gerakan invasi melibatkan banyak hama yang menyerang tanaman padi sebagai

sumber makanannya.

b. Tanaman padi yang diserang kebanyakan berasal dari bibit-bibit lemah.

Hama putih akan menjadi kepompong, sarung/kantong yang selalu dibawanya

akan ditanggalkan dan dilekatkan pada abtang padi, kemudian dimasukinya lagi dan

tidak keluar sampai menjadi kepompong (sekitar 2 minggu). Pembasmian hama ini

Page 29: tbt makalah (padi)

dapat dilakukan dengan mempelajari siklus hidup, mengeringkan petakan-petakan

sawah, membiarkan petak sawah berair dan diberi minyak lampu atau penggunaan

insektisida ramah lingkungan.

Gambar Hama Putih

Siklus Hidup Hama Putih

4. Hama Wereng Coklat (Nilapervata lugens)

Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulir

buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah, berwarna coklat,

berukuran3-5 mm, habitat ditempat lembab, gelap dan teduh. Telur banyak yang

ditempatkan dibawah daun padi yang melengkung dengan masa ovulasi 9 hari

menetas, 13 hari membentuk sayap dan 2 minggu akan bertelur kembali. Hama ini

meluas serangannya dilihat dari bentuk lingkaran pada atnaman dalam petakan padi.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk memberantas hama ini dengan cara preventif,

represif dan kuratif.

Page 30: tbt makalah (padi)

Gambar Nilapervata lugens

1. Tindakan Preventif dengan cara-cara:

a. Serumpun daun padi layu, lakukan pemeriksaan dengan teliti.

b. Apabila dirumpun padi ditemukan seekor wereng, bunuh dan periksa telur-

telurnya didaun lalu daun dicabut dan dibakar. Periksa tanmaan-tanaman

lainnya yang berdekatan.

c. Apabila dalam serumpun terdapat banyak wereng, lakukan penyemprotan

massal dengan insektisida

2. Tindakan Reppresif dilakukan sebagai berikut:

a. Pengeringan pada petakan sawah.

b. Pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman.

c. Memilih bibit unggul (PB 30, 32, 34, Sicantik, Bengawan, dan lain-lain) yang

direndam dalam Aldrien 40% (12 gr/1 kg benih) atau Dildrien 50% WP (10

gr/1 kg benih).

d. Crop rotation (pergiliran padi dan palawija).

3. Tindakan Kuratif ditempuh dengan:

a. Insektisida butiran menggunakan Furadan 30 (17-20 kg/ha), Basudin 10 g 910-

15 kg/ha) dan Diazinon 10G (10-15 kg/ha) yang ditaburkan di antara larikan

Page 31: tbt makalah (padi)

petak sawah tiga atau empat minggu sekali.

b. Penyemprotan insektisida cair seminggu sekali atau maksimal 10 hari sekali

menggunakan Agrothion 50, Sumithion 50 EC (2 ltr/ha), Karphos 50 EC (2

ltr/ha), DDVP 50 EC (0.6 ltr/ha), Nogos 50 (0.6 ltr/ha), Sevin 85 Sp (1.2

ltr/ha), Diazinon 60 EC (1.5 ltr/ha).

5. Wereng Hijau (Nephotettix apicalis)

Merusak kelopak-kelopak dan urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada

moncong yang kuat. Bertelur (sebanyak 25 butir) yang ditempatkan dibawah daun

padi selama tiga kali sampai dia mati. Cara pemberantasan hama dilakukan dengan

insektisida, pembunuhan hama, rotasi tanaman, perangkap lampu jebak dan lainnya.

Gambar Nephotettix apicalis

6. Walang Sangit (Leptocorixa acuta)

Binatang ini berbau, hidup bersembunyi direrumputan, tuton, paspalum, alang-

alang sehingga berinvasi pada tanaman padi muda ketika bunting, berbunga atau

berbuah. Walang sangit menempatkan telurnya (14-16 telur hingga 360 butir telur

sepanjang hidupnya) secara berjajaran pada daun. Pembasmian dilakukan pada malam

hari menggunakan lampu petromaks; memakai umpan bangkai bangkai ular, katak,

ketam; dan memanfaatkan insektisida (Tjoe Tjien Mo,1953).

Page 32: tbt makalah (padi)

Gambar Walang Sangit

Gambar

Menangkap walang sangit

Gambar Perangkap Walang sangit

Page 33: tbt makalah (padi)

Gambar Perangkap walang sangit

7. Lembing Hijau (Nezara viridula)

Berkembang pada iklim tropis, hidupnya berkoloni, betina berukuran kecil (16

mm) dengan 1100 telur selama hidupnya, lama penetasan 6-8 minggu, jantan berumur

6 bulan. Serangannya tidak sampai menghampakan padi, tetapi menghasilakn padi

berkualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah dan pecah apabila

dilakukan penggilingan/penumbukkan). Pembasmian hama dilakukan menggunakan

insektisida sesuai aturan (Tjoe Tjien Mo,1953).

Gambar Lembing Hijau

Page 34: tbt makalah (padi)

8. Ganjur (Pachydiplosis oryzae)

Berkembang di daerah persawahan RRC, India dan Asia Tenggara. Menyerang

tanaman padi yang penanamannya terlambat, sekitar bulan Februari dan April.

Menempatkan telur-telurnya pada kelopak daun padi, larva-larva bergerak menuju dan

memasuki batang-batang padi, daun-daun membentuk kelongsong sehingga padi mati.

Pembasmiannya dilakukan mengurangi pengairan di sawah (padi jangan sampai

terendam), menggunaakn lampu petromaks, pembinasaan dan penyemprotan

insektisida dengan dosis tepat secara teratur (Tjoe Tjien Mo,1953).

Gambar Gajur

Page 35: tbt makalah (padi)

9. Hama Burung

Burung menyerang tanaman padi pada fase matang susu sampai pemasakan biji (sebelum

panen). Serangan mengakibatkan biji hampa, adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak

yang hilang.

Burung sebaiknya dikendalikan dengan cara:

Penjaga burung mulai dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore, karena waktu-waktu

tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung.

Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari

serangan burung; luas sawah yang diisolasi

kurang dari 0,25 hektar.

Bila tanam tabela:

o benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah;

o benih yang digunakan harus lebih banyak;

o gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti

burung;

o pekerjakan penjaga burung;

o tanam serentak dengan sekitarnya; jangan menanam atau memanen di luar

musim agar tidak dijadikan sebagai satu-satunya sumber makanan pada

saat itu.

Kendalikan habitat / sarang burung.

Page 36: tbt makalah (padi)

10. Hama Keong Emas

Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,

menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman.

Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat mengambang.

Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam

pindah, atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Setelah itu laju pertumbuhan

tanaman lebih besar daripada laju kerusakan oleh keong mas.Bila terjadi invasi keong

mas, sawah perlu segera dikeringkan, karena keong mas menyenangi tempat-tempat yang

digenangi air. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari

setelah tanam pindah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara

bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila padi ditanam dengan sebar

langsung, selama 21 hari setelah sebar, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi

secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah

sebelum tanam, baik di musim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada saat

dilakukan pengeringan, keong mas akan menuju caren sehingga memudahkan

pengambilan keong mas dan sebagai salah satu cara pengendaliannya.

Keong mas dapat dikendalikan melalui: 

o Secara fisik, gunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat

air masuk di pematang untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan

memudahkan pemungutan dengan tangan. 

Page 37: tbt makalah (padi)

o Secara mekanis, pungut keong dan hancurkan. Telur keong mas dihancurkan

dengan kayu/bambu. 

o Bila di suatu lokasi sudah diketahui bahwa keong mas adalah hama utama,

sebaiknya tanam bibit umur > 21 hari dan tanam lebih dari satu bibit per rumpun;

buat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah. 

o Bila diperlukan gunakan pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida

botani seperti lerak, deris, dan saponin. Aplikasi pestisida dilakukan di sawah

yang tergenang, di cekungan-cekungan,  atau  di caren, yang ada airnya tempat

keong mas berkumpul.

11. LALAT BIBIT /  Rice Whorl Maggot (Hydrellia philippina Ferino)

Lalat bibit merupakan hama penting pada daerah yang

kondisi airnya sulit diatur. Dalam

serangan yang tinggi, hama ini dapat menyebabkan petani

harus melakukan tanam ulang, karena lebih dari 50%

tanaman baru mereka mati oleh lalat bibit.

Lalat bibit umumnya menyerang pertanaman yang baru

dipindah di sawah yang tergenang. Gejala serangan berupa

bercak kuning di sepanjang tepi daun, daun yang terserang

menjadi berubah bentuk, dan daun menggulung. Telur

serangga ini diletakkan di permukaan atas daun, berwarna

keputih-putihan, berbentuk lonjong menyerupai buah pisang.  Bila daun yang

menggulung dibuka, dengan mudah dapat dijumpai larva yang berwarna kuning

kehijauan yang tembus cahaya. 

Larva juga dapat bergerak ke bagian tengah tanaman sampai mencapai titik tumbuh .

Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mengeringkan sawah. Pengendalian lalat bibit

yang tepat adalah melalui pencegahan karena ketika gejala kerusakan terlihat di lapang,

lalat bibit sudah tidak ada di pertanaman. 

Penggunaan insektisida (bila diperlukan) adalah yang berbahan aktif:  bensultap, BPMC,

atau karbofuran.

Page 38: tbt makalah (padi)

12. KEPINDING (Scotinophara coarctata)

Pada siang hari, kepinding tua yang hitam

coklat mengkilat bergerombol di pangkal batang

padi, persis di batas genangan air pada siang

hari.

 

Pada malam hari mereka naik batang padi dan

mengisap cairan dari dalam jaringan tanaman.

 

Selama musim kemarau, kepinding tanah

menghabiskan waktunya di belahan tanah-tanah

yang ditumbuhi rumput. 

 

Kepinding tanah dapat terbang ke pertanaman padi dan berkembang biak dalam beberapa

generasi. Mereka kembali ke fase dormannya setelah padi dipanen. Kepinding dewasa

dapat berpindah menempuh jarak yang jauh. 

Kepinding dewasa tertarik pada sinar dengan intensitas yang kuat dan penangkapan

tertinggi diperoleh pada saat bulan purnama.

Pengisapan cairan oleh kepinding tanah menyebabkan warna tanaman berubah menjadi

coklat kemerahan atau kuning. Buku pada batang merupakan tempat isapan yang disukai

karena menyimpan bayak cairan. Pengisapan oleh kepinding tanah pada fase anakan,

menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertumbuhan terhambat (kerdil). Apabila

serangan terjadi setelah fase bunting, tanaman menghasilkan malai yang kerdil, eksersi

malai yang tidak lengkap, dan gabah hampa. Dalam kondisi populasi kepinding tinggi,

tanaman yang dihisap dapat mati atau mengalami bugburn, seperti hopperburn oleh

wereng coklat. 

 

Page 39: tbt makalah (padi)

Kepinding tanah dapat dikendalikan dengan cara:

o membersihkan lahan dari berbagai gulma agar sinar matahari dapat mencapai

dasar kanopi tanaman padi,

o menanam varietas padi berumur genjah, untuk menghambat peningkatan populasi

kepinding tanah.

13.Hama Orong-Orong

Orong-orong jarang menjadi masalah di sawah,

tetapi sering ditemukan di lahan pasang surut dan

biasanya hanya terdapat di sawah yang kering,

yang kekurangan air. 

Penggenangan tanaman menyebabkan orong-orong

pindah ke pematang. Hama ini memiliki tungkai

depan yang besar. Siklus hidupnya 6 bulan. Hama

ini dapat merusak tanaman pada semua fase

tumbuh. Benih yang disebar di pembibitan juga

dapat dimakannya.

Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang

dan orang sering keliru dengan gejala kerusakan

yang disebabkan oleh penggerek batang (sundep).

Orong-orong merusak akar muda dan bagian pangkal tanaman yang berada di bawah

tanah. Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spotspot

kosong di sawah.

Cara pengendalian orong-orong:

o perataan tanah agar air tergenang merata;

o penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur orong-orong di

tanah;

o penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida);

o penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif karbofuran atau

fipronil.

Page 40: tbt makalah (padi)

14. Hama Tikus

Tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh

dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan.

Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada

fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu

membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus

merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan

1-2 baris padi di pinggir petakan.Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari,

tikus bersembunyi dalam sarangnya di tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang,

dan di daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus

bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah

pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat

dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way),

kotoran/faeces, lubang aktif, dan gejala serangan.

Tikus sangat cepat berkembang biak dan hanya terjadi pada periode padi generatif.

Dalam satu musim tanam, satu ekor tikus betina dapat melahirkan 80 ekor anak.

Pengendalian tikus dilakukan melalui pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus

Terpadu), yaitu pengendalian yang didasarkan pada biologi dan ekologi tikus, dilakukan

secara bersama oleh petani sejak dini (sejak sebelum tanam), intensif dan terus-menerus,

memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang tersedia, dan dalam wilayah sasaran

pengendalian skala luas.

VII. Penyakit Tanaman Padi

A. HAWAR DAUN BAKTERI (BACTERIAL LEAF BLIGHT)

Patogen Penyebab Penyakit

Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau Bacterial Leaf Blight (BLB) atau lebih dikenal

oleh petani dengan nama penyakit Kresek, merupakan penyakit yang disebabkan oleh

patogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae. HDB merupakan penyakit bakteri yang tersebar

luas dan menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit terjadi pada musim hujan atau musim

Page 41: tbt makalah (padi)

kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N

tinggi (> 250 kg urea/ha).

Gejala Penyakit

Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah

gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian atau yang baru dipindah)

(Gambar 1a). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam

keadaan parah, seluruh daun menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang

penggerek batang atau terkena air panas (lodoh). Sementara, hawar (Gambar 1b)

merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai

fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Gejala diawali dengan timbulnya bercak

abuabu (kekuningan) umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya, gejala akan

meluas, membentuk hawar (blight), dan akhirnya daun mengering. Dalam keaadaan

lembab (terutama di pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran berwarna kuning

keemasan, dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala

hawar. Dengan bantuan angin, gesekan antar daun, dan percikan air hujan, massa bakteri

ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.

Gambar Hawar (kresek)

Kehilangan Hasil

Di Indonesia, luas penularan penyakit HDB pada tahun 2006 mencapai lebih dari 74 ribu

ha, 61 ha di antaranya menyebabkan tanaman puso. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

dengan luas penularan pada tahun 2005 yang baru mencapai 33,8 ribu ha. Data lima

tahunan menunjukkan, puncak penularan HDB terjadi pada bulan Maret (rata-rata 5.832

Page 42: tbt makalah (padi)

ha) dan terendah pada November (rata-rata 636 ha). Kerusakan secara kuantitatif akibat

penyakit ini adalah turunnya hasil panen dan rendahnya bobot 1.000 biji, sedangkan

kerusakan secara kualitatif ditunjukkan oleh tidak sempurnanya pengisian gabah dan

gabah mudah pecah pada saat digiling. Kerusakan sedang berkisar antara 10-20%,

sementara kerusakan berat mencapai lebih dari 50%. Penurunan hasil padi akibat HDB

umumnya berkisar antara 15-23%.

Pengendalian Penyakit

Untuk pengendalian penyakit ini, cara yang dianjurkan adalah dengan memanam varietas

padi yang tahan penyakit HDB dan melakukan penanaman varietas berbeda secara

bergilir. Selain itu pemupukan secara lengkap harus dilakukan karena pemupukan

nitrogen yang berlebihan akan memperparah penyakit apabila tidak diimbangi

pemupukan fosfor dan kalium. Kemudian dengan mengurangi kerusakan bibit dan

penyebaran penyakit. Infeksi bibit terjadi melalui luka dan kerusakan bagian tanaman.

Penanganan yang buruk atau angin kencang dan hujan dapat menyebabkan tanaman sakit.

Penyakit menyebar melalui kontak langsung antara daun sehat dengan daun sakit melalui

air dan angin. Untuk mengurangi penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan cara

penanganan bibit secara baik saat  tanam pindah, pengairan dangkal pada persemaian,

dan membuat drainase yang baik ketika genangan tinggi. Selain itu, pencegahan penyakit

ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah inokulum. Tunggul tanaman yang

terinfeksi dan gulma dapat menjadi sumber inokulum. Pertahankan kebersihan sawah

dengan membuang atau bajak gulma, jerami yang terinfeksi, ratun padi yang semuanya

dapat menjadi sumber inokulum. Keringkan sawah dengan mengupayakan sawah bera

mengering untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa

tanaman.

B. PENYAKIT BLAS (BLAST)

Patogen Penyebab Penyakit

Semula penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo, tetapi

sejak akhir 1980-an, penyakit ini juga sudah terdapat pada padi sawah beirigasi. Penyakit

yang mampu menurunkan hasil yang sangat besar ini disebabkan oleh jamur patogen

Page 43: tbt makalah (padi)

Pyricularia oryzae. P. oryzae merupakan cendawan yang berasal dari kelas

Deuteromycetes. Cendawan ini memiliki konodia dan miselium hialin atau berwarna

keabu-abuan.

Gambar Blas Gambar Blas leher

Gejala Penyakit

Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun

merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat, dengan pusat bercak

berwarna putih (Gambar 2a). Sedang blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada

pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan

patah (Gambar 2b). Setiap stadium pertumbuhan tanaman padi dapat diserang.

Kondisi Lingkungan Pendukung

Cuaca yang lembab, bahkan yang sangat kering dapat merangsang infeksi. Sebaiknya

tanah yang cukup lembab, akibat dari adanya irigasi dapat menahan penularan. Padi

huma mudah diserang bila cuaca cukup kering. Selain itu pemupukan dengan nitrogen

(N) tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit ini.

Kehilangan Hasil

Penyakit blas ini merupakan salah satu penyakit yang penting pada tanaman padi.

Penyakit ini dapat menghilangkan hasil sebanyak 50-90%.

Pengendalian Penyakit

Page 44: tbt makalah (padi)

Kemampuan patogen membentuk strain dengan cepat menyebabkan pengendalian

penyakit ini sangat sulit. Penyakit ini dikendalikan melalui penanaman varietas tahan

secara bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras blas yang sangat cepat dan

pemupukan NPK yang tepat. Penanaman dalam waktu yang tepat serta perlakuan benih

dapat pula diupayakan. Bila diperlukan pakai fungisida yag berbahan aktif metil tiofanat,

fosdifen, atau kasugamisin. Usaha preventif yang sangat ketat dapat menghindarkan

adanya serangan massal P. oryzae. Di jepang cendawan ini dapat diatasi dengan

menaburkan serbuk zat “air raksa” 30-40 kg untuk tiap ha. Serbuk air raksa ini

mengandung zat air raksa 0,15-0,25 %.

Selain itu, pengendalian blas juga dapat memanfaatkan agensi hayati dengan cara dimulai

dari perlakuan benih, perendaman bakteri Antagonis Coryne bacterium pada padi.

Sedangkan pada tanaman hortikultura dengan penggunaan Pseudomanas flourencens.

Penggunaan seluruh bahan–bahan yang dikembangkan laboratorium PHP tersebut

diyakini aman lingkungan dan produksi bebas pestisida sehingga memenuhi standart

permintaan pasar.

C. PENYAKIT HAWAR PELEPAH (SHEATH BLIGHT)

Patogen Penyebab Penyakit

Hawar pelepah, merupakan penyakit penting pada tanaman padi. Penyakit ini disebabkan

oleh jamur Rhizoctonia solani. Penyakit ini merusak pelepah, sehingga untuk

menemukan dan mengenali penyakit, perlu dibuka kanopi pertanaman. Penyakit

menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar

kehilangan yang diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi penuh

atau bahkan hampa. Hawar pelepah terjadi umumnya saat tanaman mulai membentuk

anakan sampai menjelang panen. Namun demikian, penyakit ini juga dapat terjadi pada

tanaman muda (Gambar 3a).

Page 45: tbt makalah (padi)

Gambar Miselium pyricularia

Gambar Hawar pada pelepah

Gejala Penyakit

Gejala awal berupa bercak oval atau bulat berwarna putih pucat pada pelepah (Gambar

3b). Dalam keadaan yang menguntungkan (lembab), penyakit dapat mencapai daun

bendera. Patogen bertahan hidup dan menyebar dengan bantuan struktur tahan yang

disebut sklerotium.

Pengendalian Penyakit

Penyakit ini sangat sulit dikendalikan karena patogen bersifat poliphag (memiliki kisaran

inang yang sangat luas). Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36,

dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan penyakit ini. Cara pencegahan

penyakit ini antara lain dengan pengaturan jarak pertanaman di lapang agar jangan terlalu

rapat, keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum, bajak yang dalam

untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi, merotasi tanaman dengan kacang-

kacangan untuk menurunkan serangan penyakit, membuang gulma dan tanaman yang

sakit dari sawah, gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif

heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difenokonazol,

propikonazol, atau validamisin A.

Page 46: tbt makalah (padi)

D. PENYAKIT BUSUK BATANG (STEM ROT)

Patogen Penyebab Penyakit

Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi dan

menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Penyakit ini disebabkan oleh patogen

Helminthosporium sigmoideum. Untuk mengamati penyakit ini, kanopi pertanaman perlu

dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya

terjadi hujan atau hujan dengan angin yang kencang.

Gambar Busuk batang

Gejala Penyakit

Gejala awal berupa bercak berwarna kehitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar

pelepah daun dan secara bertahap membesar (Gambar 4a). Akhirnya, cendawan

menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya

tanaman rebah (Gambar 4b).

Kehilangan Hasil

Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di Indonesia.  Penyakit

ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan kategori infeksi ringan sampai

sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat

mengalami kerebahan akibat diinfeksi cendawan H. Sigmoideum.  Kerebahan

menyebabkan persentase gabah hampa meningkat.  Kehilangan hasil padi akibat penyakit

busuk batang 25-30%.

Page 47: tbt makalah (padi)

Pengendalian Penyakit

Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase anakan sampai stadia matang susu.

Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80%. Pemupukan tanaman dengan

dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan

penyakit. Untuk mengurangi penyebaran lebih luas lagi, keringkan tanaman sampai saat

panen tiba. Cara pencegahan penyakit ini antara lain adalah dengan membakar tunggul-

tunggul padi sesudah panen atau didekomposisi, mengeringkan petakan dan biarkan

tanah sampai retak sebelum diari kembali gunakan pemupukan berimbang, melakukan

pemupukan nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan kalium cenderung dapat menurunkan

infeksi penyakit, menggunakan fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang

atau difenokonazol.

E. PENYAKIT TUNGRO

Patogen Penyebab Penyakit

Tungro (Gambar 5a) merupakan salah satu penyakit penting pada padi sangat merusak

dan tersebar luas. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Tungro Padi (VTP). Di Indonesia,

semula penyakit ini hanya terbatas di Sulawesi Selatan, tetapi sejak awal tahun 1980-an

menyebar ke Bali, Jawa Timur, dan sekarang sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah

Indonesia.

Penyakit Tungro

Kehilangan Hasil

Page 48: tbt makalah (padi)

Bergantung pada saat tanaman terinfeksi, tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil 5-

70%. Makin awal tanaman terinfeksi tungro, makin besar kehilangan hasil yang

ditimbulkannya.

Gejala Penyakit

Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun (Gambar 5b) dan

tanaman tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning

sampai jingga. Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai

sangat kerdil. Gejala khas ini ditentukan oleh tingkat ketahanan varietas, kondisi

lingkungan, dan fase tumbuh saat tanaman terinfeksi.

Pengendalian Terpadu Penyakit tungro

Pengendalian penyakit tungro dilakukan secara dini (tanaman muda peka) dengan

menerapkan sistem pengendalian penyakit secara terpadu, yaitu eradikasi sumber infeksi

(tanaman sakit, singgang, voluntir dan rumput-rumputan inang), penggunaan varietas

tahan, budi daya tanaman sehat dan pengendalian serangga penular.

Strategi pengendalian yang direkomendasikan bergantung pada ekosistem, antara lain

mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi pola fluktuasi kerapatan vektor (migrasi

atau peran musuh alami), sumber inokulum (luas, intensitas, stadia tanaman, varietas,

inang selain padi dan spesies wereng hijau), serta faktor lingkungan abiotik (musim) dan

biotik (pola tanam). Budi daya tanaman sehat dianjurkan dengan menerapkan PTT yang

mensinergikan komponen pengelolaan lahan, air, tanaman dan OPT. Komponen budi

daya utama dalam PTT seperti pemberian pemupukan berimbang berdasarkan

pengelolaan hara spesifik lokasi dan irigasi berseling akan memperbaiki vigor tanaman di

samping menghambat perkembangan hama-penyakit, selain itu dengan pemberian bahan

organik akan meningkatkan arthropoda netral yang menjadi mangsa musuh alami

(pemangsa).

Pengendalian serangga penular dengan insektisida anorganik harus dilakukan secara

rasional berdasarkan hasil monitoring agar penggunaannya efisien dan sedikit mungkin

berdampak buruk pada lingkungan. Pengendalian serangga penular secara hayati

menggunakan insektisida nabati, bio-insektisida atau patogen serangga tidak dapat

Page 49: tbt makalah (padi)

disamakan dengan pengendalian insektisida anorganik. Pengendalian hayati dimulai sejak

ditemukan serangga penular dan dilakukan berulang secara periodik sampai stadia rentan

tanaman terhadap infeksi tungro terlewati. Strategi dan taktik pengendalian yang

direkomendasikan pada kondisi lapangan sebagai berikut:

1. Tanam Serentak

Hamparan sawah disebut tanam serentak adalah apabila minimal pada luasan 20 ha

dijumpai stadia tanaman yang hampir seragam. Sumber serangan adalah tanaman musim

sebelumnya yang terinfeksi virus pada saat tanaman umur 6-8 MST dengan intensitas

serangan lebih dari 1%. Sumber migran dapat dari lapangan yang bersangkutan dan atau

dari hamparan baik dari dalam petakan maupun galengan yang ditumbuhi rumput dan

terdapat spesies wereng hijau lainnya selain N. virescens terutama N. nigropictus.

2. Eradikasi Sumber Inokulum

Tanah segera diolah untuk mencegah adanya sumber inokulum pada singgang atau

voluntir. Bila mungkin tanam padi dengan cara tabur benih langsung (tabela)

menggunakan alat-tabela setelah petakan dibersihkan dan diratakan.

3. Varietas Tahan

Varietas tahan tungro yang telah dilepas dapat digolongkan menjadi varietas tahan

wereng hijau (vektor) dan varietas tahan virus tungro. Varietas tahan wereng hijau yang

telah dilepas beragam sumber tetua tahannya namun beragam juga mutunya. Di samping

itu, untuk daerah endemik di Nusa Tenggara Barat wereng hijau telah beradaptasi (efektif

menularkan tungro) untuk semua golongan varietas tahan wereng hijau. Varietas tahan

wereng hijau digolongkan menjadi T0-T4 berdasarkan sumber tetua tahannya.

4. Waktu tanam tepat

Tanaman padi peka terhadap infeksi tungro sampai umur 45 HST. Usahakan menghindari

infeksi pada periode tersebut dengan mengatur waktu tanam. Waktu tanam yang tepat

dapat ditentukan dengan mengetahui fluktuasi bulanan kerapatan populasi wereng hijau

dan intensitas tungro. Atur waktu tanam agar saat terjadi puncak kerapatan populasi dan

intensitas tungro, tanaman telah berumur lebih dari 45 HST.

5. Konservasi musuh alami dan pengendalian hayati

Page 50: tbt makalah (padi)

Pematang dibersihkan setelah tanaman umur 30 HST bila tidak terdapat rerumputan

inang, atau pematang yang telah dibersihkan diberi mulsa sebagai tempatnya berlindung

musuh alami, terutama pemangsa. Pengendalian tungro dengan insektisida nabati seperti

Sambilata atau Mimba dan patogen serangga seperti Metharizium harus dilakukan dini

sejak tanaman umur 2 MST dan diulang secara periodik minimal seminggu sekali sampai

tanaman padi melewati fase rentan infeksi (45 MST), sebab secara alamiah umumnya

perkembangan musuh alami terlambat dibanding wereng hijau.

6. Monitoring ancaman di pesemaian

Pemantauan wereng hijau di pesemaian dilakukan dengan jaring serangga sebanyak 10

ayunan untuk mengevaluasi kerapatan populasi wereng hijau. Di samping itu juga perlu

dilakukan uji iodium untuk mengetahui intensitas tungro pada 20 daun padi 15 hari

setelah sebar. Jika hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun

terinfeksi sama atau lebih dari 75, maka pertanaman terancam tungro dan lakukan

pengendalian dengan insektisida anorganik untuk menekan kerapatan populasi imago

migran infektif.

7. Tanam sistem legowo

Penanaman dengan cara legowo dua baris atau empat baris dapat menekan pemencaran

wereng hijau sehingga mengurangi penularan tungro. apabila ada satu gejala tungro dari

1.000 rumpun tanaman saat berumur 3 MST tanaman terancam. Cabut tanaman bergejala

segera lakukan pengendalian kuratif dengan insektisida anorganik. Apabila berdasarkan

hasil pemantauan saat tanaman muda diketahui tanaman terancam, maka vektor perlu

segera dikendalikan dengan insektisida anorganik yang mempunyai kemampuan

membunuh cepat seperti insektisida dengan bahan aktif imidacloprid, tiametoksan,

etofenproks, atau karbofuran.

8. Mengurangi pemencaran vektor

Kondisi air sawah tetap dijaga pada kapasitas lapang, sebab sawah yang kering memicu

pemencaran wereng hijau, sehingga memperluas penyebaran tungro.

9. Perbaikan pola tanam

Pada jangka menengah dan jangka panjang usahakan menanam palawija diantara musim

tanam padi atau tanam palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami.

F. Penyakit Kerdil

Page 51: tbt makalah (padi)

KERDIL  RUMPUT (Grassy stunt)

Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan

anakan yang berlebihan, sehingga tampak seperti rumput Daun

tanaman padi menjadi sempit, pendek, kaku, berwarna hijau

pucat sampai hijau, dan kadang-kadang terdapat bercak karat.

Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase

pemasakan tetapi tidak memproduksi malai.

Stadia pertumbuhan tanaman yang paling rentan adalah pada

saat tanam pindah sampai bunting. Penyakit ini disebabkan oleh

virus yang ditularkan oleh wereng coklat, dan tanaman inangnya hanya padi. 

Pengendalian dilakukan terhadap vektornya yaitu wereng coklat Nilaparvata lugens.

KERDIL  HAMPA (Ragged stunt)

Kerdil hampa disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng coklat. Penyakit ini

menghasilkan beberapa gejala malformasi pada daun seperti daun bergerigi (ragged) dan

melintir (twisting). Daun tanaman sakit berwarna hijau tua. Malai dari tanaman yang

sakit hanya keluar sebagian dan gabah yang dihasilkan hampa.

Penyakit dikendalikan melalui pengendalian wereng coklat antara lain dengan

penanaman varietas tahan.

Gejala pada daun bendera pada fase bunting dicirikan oleh

daun melintir, berubah bentuk, dan memendek

G. Kekurangan Kahat

Page 52: tbt makalah (padi)

BELERANG - Sulfur Deficiency

Gejala kekurangan belerang adalah berupa khlorosis pada daun-daun muda, diikuti

dengan menguningnya daun tua dan seluruh tanaman, pertumbuhan kerdil, jumlah anakan

dan malai berkurang.

Kekurangan belerang umumnya terjadi pada tanah yang kandungan bahan organiknya

rendah, tanah reduktif, dan atau pH tinggi. Unsur hara S sebenarnya banyak hilang akibat

pembakaran sisa-sisa tanaman. Oleh karena itu, jerami sebaiknya dikembalikan ke sawah.

Di lokasi yang kahat S, pemakaian 50-100 kg ZA per hektar selang satu musim

pertanaman, sudah memadai untuk hasil tinggi (7-9 t/ha).

Gejala khlorosis pada daun muda Pertumbuhan tanaman kahat S (kiri)

akibat kekurangan belerang (S). terlihat kerdil, jumlah anakan

sedikit, dan malai berkurang.

FOSFOR - Phosphorus Deficiency

Gejala kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan akar tanaman lambat, tanaman

kerdil, daun berwarna hijau gelap dan tegak, lama-kelamaan daun berwarna keungu-

unguan, anakan sedikit, waktu pembungaan terlambat atau tidak rata, umur

tanaman/panen lebih panjang, dan gabah yang terbentuk berkurang.

Secara umum, P telah diidentifikasi sebagai unsur hara yang penting bagi kesehatan akar

tanaman dan menambah ketahanan tanaman terhadap keracunan besi.

Page 53: tbt makalah (padi)

Tanaman yang kahat hara P Tanaman yang kahat hara P (sebelah kanan)

tumbuh kerdil dan daun menjadi menghasilkan sedikit anakan.

berwarna hijau gelap dan

tegak lurus (kiri).

KALIUM - Potasium Deficiency

Tanaman padi yang kekurangan unsur hara K sebagian akarnya membusuk, tanaman

kerdil, daun layu/terkulai, pinggiran dan ujung daun tua seperti terbakar (daun berubah

warna menjadi kekuningan/oranye sampai kecoklatan yang dimulai dari ujung daun terus

menjalar ke pangkal daun (Gb. 77), anakan berkurang, ukuran dan berat gabah berkurang.

Tanaman yang kahat kalium juga lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit,

serta keracunan besi.

Tanaman yang kahat hara K Gejala pada ujung daun tua seperti terbakar, tumbuh

kerdil berubah warna menjadi kuning sampai kecoklatan.

NITROGEN - Sulfur Deficiency

Page 54: tbt makalah (padi)

Daun tanaman yang kahat nitrogen lebih

kecil dibandingkan daun tanaman sehat.

Tanaman yang mengalami kahat nitrogen memperlihatkan gejala pertumbuhan yang

kerdil dan menguning, daun lebih kecil dibandingkan daun tanaman sehat.  

 Gejala umum kekurangan N pada tanaman muda adalah seluruh tanaman menguning,

sedangkan pada tanaman tua gejalanya terlihat nyata pada daun bagian bawah (tua) yang

berwarna hijau kekuning-kuningan hingga kuning. 

 Selain itu, anakan yang dihasilkan berkurang dan terlambat berbunga, tetapi proses

pemasakan lebih cepat sehingga kebernasan berkurang. Gabah dari malai yang dihasilkan

juga berkurang.

SENG - Zinc Deficiency

Page 55: tbt makalah (padi)

Gejala khlorotik pada daun tanaman padi yang kahat Zn.

Daun tanaman padi yang kahat Zn hilang ketegarannya dan cenderung mengapung di atas

air; setengah dari tajuk bagian bawah, daunnya berwarna hijau pucat 2-4 hari setelah

digenangi; kemudian khlorotik (Gb. 80) dan mulai mengering setelah 3-7 hari digenangi.

Gejala khlorosis yang terberat umumnya terjadi pada saat air menggenang dalam. Gejala

kekurangan Zn ini mirip dengan yang dikatakan “asem-aseman” oleh sebagian petani.

Tanaman akan segera sembuh dari gejala kekurangan unsur hara Zn setelah sawah

dikeringkan.

Jika gejala kekurangan Zn ringan, cukup diberikan 5 kg Zn/ha (ZnSO4) dan bila

gejalanya berat diberikan 20 kg Zn/ha (ZnSO4).

VIII.PENUTUP

Penanganan pasca panen me-rupakan kegiatan strategis yang memerlukan partisipasi

seluruh masyarakat. Untuk mengimplementasi-kan penanganan pasca panen dibutuh-kan

kemampuan teknis dan manajemen yang baik.

Pedoman ini disusun dalam rangka memberikan panduan kepada para petani agar

dapat melaksanakan penanganan pasca panen secara baik dan benar. Pedoman ini masih

Page 56: tbt makalah (padi)

bersifat umum sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut sesuai potensi dan karakteristik

lokasi menjadi Prosedur Operasional Standar (POS).