Upload
yulis-adriana
View
60
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan Genus terpenting
dalam famili Zingiberaceae. Tinggi tanaman dapat mencapai 2 m atau lebih,
rimpang tanaman berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna coklat
kemerahan atau kuning tua yang dapat dilihat pada Gambar 1. Daging rimpang
berwarna oranye tua atau kecoklatan, beraroma tajam yang menyengat, dan
rasanya pahit (Supriadi 2008).
Taksonomi Temulawak menurut Supriadi (2008) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
. Gambar 1 Temulawak
Kandungan aktif dalam Temulawak antara lain minyak atsiri, zat warna
curcumin, felandrena, tumerol, dan pati (Ravindran et al. 2007). Kandungan
minyak atsiri dalam rimpang terdiri dari mirsen, p-toluil methyl kabinol,
curcumin, desmetoxy curcumin, bidesmethyl curcumin, felandren, sabinen, sineol,
borneol, zingiberen, turmeron, atlanton, artumeron, ksantorizol, dan germakron
(Anonim 2002). Aktivitas dari ekstrak etanol rimpang mampu berkontribusi
4
dalam antimikroba. Temulawak telah diuji untuk melawan beberapa strain dari
bakteri dan fungi (Chauhan et al. 2003). Ekstrak dari rhizoma tersebut efektif
untuk melawan Fusarium oxysporium, Aspergillus niger, A. nidulans dan
Alternaria solani dan bakteri seperti Staphylococcus albus, Escherichia coli dan
Pseudomonas pyocyanea (Leal et al. 2003).
Menurut Kim et al. (2003) sifat antimikroba dari rimpang dapat melawan
Botrytis cineria, Erysiphe Graminis, Phytophthora infestan, Puccinia recondite,
Pyricularia oryzae dan Rhizoctonia solani. Minyak esensial dari rimpang bersifat
aktif dalam melawan bakteri Gram-positif yang bersifat patogen seperti S. aureus,
S. epidermidis dan bakteri Gram-negatif seperti E. coli, P. aeroginosa, Salmonella
thypi. Analisis senyawa aktif Temulawak menunjukkan bahwa artumerone,
turmerone dan curlone merupakan senyawa utama dalam melawan bakteri (Singh
et al. 2002).
Temu Ireng
Temu Ireng (Curcuma aeroginosa Roxb) merupakan tanaman tahunan yang
biasanya hidup di bawah naungan tanaman lain. Batang tanaman ini merupakan
batang semu yang tingginya bisa mencapai 2 m, warna batang hijau atau cokelat
gelap dengan daun berwarna hijau gelap dan bagian tengah berwarna ungu
kemerahan. Rimpang Temu Ireng terbentuk dengan sempurna dan memiliki
percabangan yang banyak serta cukup keras (Kurniawan 2011). Penampakan luar
rimpang berwarna kuning, mengkilap dan ujungnya berwarna merah muda yang
dapat dilihat pada Gambar 2.
Taksonomi Temu Ireng menurut Kurniawan (2011) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma aeruginosa Roxb.
5
Gambar 2 Temu Ireng
Kandungan dari Temu Ireng terdiri dari pati, damar, lemak, minyak atsiri
dengan kadar 2%, amilum, tanin, dan mineral (Kurniawan 2011). Ekstrak rimpang
Temu Ireng mengandung minyak atsiri, tanin, kurkumol, kurkumenol,
isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, α, ß, γ-elemene,
inderazulene, curcumin, demethyoxycurcumin, saponin, bisdemetyoxycurcumin,
monoterpene, sesquiterpene, flavonoid dan alkaloid (Widowati 2007). Kandungan
flavonoid, senyawa saponin, dan curcumin pada Temu Ireng telah dibuktikan
memiliki sifat antibakteri dan imunomodulator (Singh et al. 2002, Agung dan
Sriningsih 2006).
Sambiloto
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan tanaman tegak yang
dapat mencapai tinggi 0.4-1 m yang dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari
700 m di atas permukaan laut (Gambar 3).
Gambar 3 Sambiloto
6
Taksonomi Sambiloto menurut Aji (2009) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees.
Komponen aktif yang terkandung dalam tanaman ini bervariasi tergantung
dari asalnya, akar Sambiloto mengandung andrographin, andrographolide.
Bagian daun mengandung andrographolide dalam jumlah tertinggi yaitu sebesar
2.3%, sedangkan bagian bijinya mengandung androrapholide dalam jumlah
paling sedikit (Saxena et al. 2000). Berdasarkan penelitian Rao et al. (2004),
Sambiloto juga mengandung flavonoid antara lain 5,7,2',3'-tetramethoxyflavanone
dan 5-hydroxy-7,2',3'-trimethoxyflavone. Berdasarkan hasil penelitian,
Andrographis paniculata mengandung berbagai zat aktif laktone yang terdiri dari
deoxyandrographolide, didehydroandrographolide, andrographolide,
neoandrographolide, 14-deoxy-11-12- dan homoandrographolide. Selain itu, juga
terdapat flavonoid alkane, keton, aldehid, mineral, dan damar. Melalui penelitian
tersebut Sambiloto diduga terlibat dalam mekanisme pertahanan tubuh (Saxena et
al. 2000).
Meniran
Meniran adalah tumbuhan semusim, tegak dengan tinggi mencapai 1 m.
Batang tumbuhan berbentuk bulat, tidak berbulu, licin, hijau keunguan, diameter
rata-rata 3 mm. Daunnya majemuk berseling, berwarna hijau dengan anak daun
15-24 helai, berbentuk bulat telur, tepi rata, pangkal membulat, dan ujung tumpul
seperti yang terlihat pada Gambar 4. Daun kelopaknya berbentuk bintang,
mahkota bunga berwarna putih. Buahnya kotak bulat dan berwarna hijau
keunguan. Biji buah Meniran kecil, keras, berbentuk ginjal dan berwarna coklat
tua (Wijayakusuma 2005).
7
Taksonomi Meniran menurut Soenanto (2009) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri Linn.
Gambar 4 Meniran
Kandungan kimia Meniran antara lain lignan (filantin, hipofilantin, nirantin,
linitetratin), flavonoid (quercetin, quecitrin, isoquercitin, astragalin, rutin,
kaempferol-4, rhamnophynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam
ricinocleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin
(Permadi 2006). Akar dan daun tanaman ini kaya akan senyawa flavonoid, dan
bijinya mengandung asam lemak, saponin, kalium, damar dan zat samak
(Kurniasari 2006). Senyawa tersebut mampu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh hingga mampu menangkal serangan virus, bakteri atau mikroba lainnya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Agung dan Sriningsih (2006) membuktikan
bahwa ekstrak Meniran dapat meningkatkan aktivitas makrofag.
8
Makrofag dan Staphylococcus aureus
Respon kekebalan non spesifik pertama kali dilakukan oleh makrofag dan
sel-sel fagosit lainnya dalam sistem retikuloendotelial, termasuk monosit dan sel
neutrofil polimorfonuklear dalam darah. Fungsi utama sel makrofag adalah
memfagositosis senyawa asing atau zat yang berasal dari diri sendiri yang sudah
tua atau mati, juga berperan dalam reaksi peradangan. Beberapa jenis sel seperti
makrofag dalam kelenjar getah bening juga berfungsi dalam merepresentasikan
antigen kepada limfosit sebagai permulaan dari respon kekebalan (Radji 2010).
Proses perkembangan sel yang berperan dalam sistem imun dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5 Perkembangan beberapa jenis sel yang berperan dalam sistem imun (Radji 2010).
Makrofag berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang melalui monosit
sebagai sel antara, sel tersebut menjadi dewasa dan akhirnya menjadi makrofag
jaringan. Makrofag yang teraktivasi akan meningkatkan jumlah granula lisosom,
lebih banyak mitokondria dan kapasitas yang lebih besar untuk memfagosit
partikel yang tersaji. Penggabungan vakuola fagositik (fagosom) dengan lisosom
menghasilkan fagolisosom, tempat dimana mekanisme pembunuhan mikroba
dikonsentrasikan. Makrofag yang teraktivasi membunuh mikroba yang difagosit
dengan memproduksi molekul pembunuh mikroba dalam fagolisosom (Mitchell et
al. 2006).
9
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif berbentuk kokus
tunggal, berpasangan, bergerombol seperti buah anggur dan berbentuk rantai
dalam biakan cair, nonmotil, dan tidak membentuk spora. S. aureus tumbuh
dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah suasana aerobik atau
mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada suhu 37 0C dan pembentukan pigmen
terbaik adalah pada suhu kamar 27-35 0C. Patogenitas bakteri ini dapat
menyebabkan hemolisis darah, koagulasi plasma, dan menghasilkan berbagai
enzim ekstraseluler dan toksin dan ciri khas yang membedakan dari spesies yang
lain adalah S. aureus bersifat koagulase positif (Brooks et al. 2005).