21
Insomnia Pendahuluan Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang hidup. Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup. Pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia merupakan pengetahuan keluarga yang diharapkan lebih mengerti ataupun mengetahui kondisi tentang pola tidur yang tidak teratur pada lansia. Dan keluarga adalah orang yang terdekat pada lansia, sehingga lansia selalu melibatkan keluarga dalam mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Peran keluarga dalam perawatan lansia merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya dalam merawat lansia dengan insomnia dengan menjaga dan merawat lansia dan mempertahankan kondisi kesehatan, sehingga lansia dapat lebih produktif untuk melakukan perawatan dirinya sendiri. Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit / lebih pendek waktu tidur nyenyaknya.

tidur

  • Upload
    snopher

  • View
    22

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Insomnia

Citation preview

Insomnia

Insomnia

Pendahuluan

Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang hidup. Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup.

Pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia merupakan pengetahuan keluarga yang diharapkan lebih mengerti ataupun mengetahui kondisi tentang pola tidur yang tidak teratur pada lansia. Dan keluarga adalah orang yang terdekat pada lansia, sehingga lansia selalu melibatkan keluarga dalam mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Peran keluarga dalam perawatan lansia merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya dalam merawat lansia dengan insomnia dengan menjaga dan merawat lansia dan mempertahankan kondisi kesehatan, sehingga lansia dapat lebih produktif untuk melakukan perawatan dirinya sendiri.

Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit / lebih pendek waktu tidur nyenyaknya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 WIB dan terbangun dipagi hari 05.00 WIB. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup.

Anamnesis

Anamnesis keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi penting untuk mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan utama yang menurut pasien paling penting. Anamnesis yang di dapat harus di catat dan disajikan dengan kata kata pasien sendiri, dan tidak boleh disamarkan dengan istilah medis yang bisa mengaburkan sifat asli keluhan dan nuansa yang penting. Jika tidak bisa didapatkan anamnesis yang jelas dari pasien, maka anamnesis harus ditanyakan pada kerabat, keluarga atau saksi lain ( aloanamnesis ).

Cara anamnesis yang baik juga antara lain dengan cara biarkan pasien berbicara asalkan pembicaraannya diarahkan oleh pemeriksa, mengajukan yang lebih spesifik, dan memfokuskan perhatian pada masalah utama.1,2 Adapun keluhan utama dari klien dengan insomnia adalah susah untuk tidur sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Selain itu terjadi kesulitan untuk mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur secukupnya yang mengakibatkan seseorang terbangun sebelum mendapatkan tidur yang cukup.Riwayat penyakit sekarang adalah kronologis dari penyakit yang di derita saat ini mulai awal hingga di bawa ke rumah sakit. Kaji tentang kapan mulainya datang gejala/keluhan gangguan pola tidur (insomnia),penyebab timbulnya,dampak pola tidur,alat bantu tidur,serta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.1,2Riwayat penyakit dahulu ( RPD ) juga adalah bagian penting dari anamnesis. Penting untuk mencatat semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan. Mencatat informasi ini secara kronologis juga sangat bermanfaat. Jika belum di bahas saat anda membicarakan keluhan utama, RPD spesifik mungkin perlu diselidiki. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit insomnia sebelumnya,menjalani pengobatan gangguan susah tidur serta obat-obatan yang dikonsumsi.1,2 Riwayat keluarga juga penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena terdapat konstribusi genetic yang kuat pada berbagai penyakit. Kaji adakah ada keluarga yang menderita penyakit yang dialami oleh pasien,yaitu gangguan pola tidur (insomnia),serta penyakit keturunan yang dialami keluarga yang dapat menjadi penyebab timbulnya insomnia,seperti penyakit jantung,stroke atau asma,dll.1,2

Pemeriksaan Fisik

a) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.

b) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan conjungtiva merah

c) Perilaku irritable ,kurang perhatian, pergerakan lambat,postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung dan kurang koordinasi.2

Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang didapatkan dari pasien psikiatri saat melakukan wawancara. Walaupun riwayat pasien tetap stabil, status mental pasien dapat berubah setiap hari atau setiap jam. Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampilan pasiean, cara bicara, tindakan, dan pikiran selama wawancara.4 Bahkan bila pasien membisu, inkoheren, atau menolak menjawab pertanyaan, dokter dapat memperoleh segudang informasi berdasarkan pengamatan yang cermat. Meskipun format pencatatan pemeriksaan status mental para praktisi sedikit berbeda berdasarkan organisasinya, format tersebut harus mencangkup kategori informasi tersebut. Salah satu formatnya yaitu:4

Penampilan

Gaya bicara

MoodSubyektif

Obyektif

Pikiran

Persepsi

Sensorium

Kewaspadaan

Orientasi (orang, tempat, waktu)

Konsentrasi

Ingatan (segera, jangka pendek, jangka panjang)

Kemampuan berhitung

Dasar pengetahuan

Penalaran abstrak

DiagnosisDiagnosis Banding

Insomnia organic: Insomnia organik biasanya dipengaruhi oleh gangguan organ atau penyakit yang diderita seseorang.Gagal jantung pasien merasa sesak saat bernafas ketika berbaring dan sulit tidur

ISK sering BAK pada malam hari menyebabkan gangguan tidur.

DM nokturia menyebabkan gangguan tidur.4Gangguan tidur jaga

Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnostik pasti:Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat

Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hiperinsomnia pada waktu kebanyakan orang terjaga yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek

Ketidak-puasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.4Diagnosis KerjaInsomnia merupakan suatu keluhan sukar tidur yang berhubungan dengan kesukaran untuk masuk tidur, kesukaran untuk mempertahankan tidur, terbangun pagi sangat dini, dan konsekuensi diurnal seperti kelelahan, penampilan menurun nervous dan somnolensi Diperkirakan sepertiga populasi melaporkan adanya kesukaran tidur, wanita lebih sering daripada pria. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya usia : terdapat 1,6% populasi di bawah usia 20 tahun yang menderita insomnia dibandingkan dengan 11,9% populasi usia 30-40 tahun. Pada kelompok usia di atas 40 tahun, insidensi meningkat lebih cepat pada wanita, 40% wanita usia 40-54 tahun mengeluh insomnia dibandingkan dengan 20% pria pada kelompok usia yang sama. Kesukaran tidur mencapal puncaknya pada kelompok usia 65 - 69 tahun, yaitu terdapat pada 40 % wanita dan 25% pria.4Macam macam insomnia

Insomnia Primer Ditandai dengan:

Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan

Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.

Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.

Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau zat.

Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke waktu. Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin suatu saat mengeluh sulit mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-kadang seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah tertidur. Diagnosis gangguan insomnia dibuat bila penderitaan atau impairmentnya bermakna. 4Seorang penderita insomnia sering berpreokupasi dengan tidur. Makin berokupasi dengan tidur, makin berusaha keras untuk tidur, makin frustrasi dan makin tidak bisa tidur. Akibatnya terjadi lingkaran setan.

Insomnia sekunder: disebabkan ganguan irama sirkandian,kejiwaan,masalah neurologi atau masalah medis lainnya atau reasi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang tua

Insomnia kronik Insomnia kronik disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan masalah serius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat pula menyebabkan insomnia psikofisiologik. Selain itu, ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur. Insomnia ini disebut juga insomnia yang terkondisi.

Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi. Diagnosis ditegakkan bila seseorang mengeluh tidak bisa masuk atau mempertahankan tidur tetapi tidak ada bukti objektif adanya gangguan tidur. Misalnya, pasien mengeluh susah masuk tidur (lebih dari satu jam), terbangun lebih lama (lebih dari 30 menit), dan durasi tidur kurang dari lima jam. Tetapi dari hasil polisomnografi terlihat bahwa onset tidurnya kurang dari 15 menit, efisiensi tidur 90%, dan waktu tidur totalnya lebih lama. Pasien dengan gangguan seperti ini dikatakan mengalami mispersepsi terhadap tidur. 4Insomnia idiopatik Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini. Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia otak di formasio retikularis batang otak atau disfungsi forebrain.

Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunan mood (risiko depresi dan anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi, dan konsentrasi, serta menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang dan menyebabkan lansia tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan.

Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan tidur sebelumnya. Sering penderita insomnia mengobati sendiri dengan obat sedatif-hipnotik atau alkohol. Anksiolitik sering digunakan untuk mengatasi ketegangan dan kecemasan. Kopi dan stimulansia digunakan untuk mengatasi rasa letih. Pada beberapa kasus, penggunaan ini berlanjut menjadi ketergantungan zat.

Pemeriksaan polisomnografi menunjukkan kontinuitas tidur yang buruk (latensi tidur buruk, sering terbangun, efisiensi tidur buruk), stadium 1 meningkat, dan stadium 3 dan 4 menurun. Ketegangan otot meningkat dan jumlah aktivitas alfa dan beta juga meningkat.

Klasifikasi Diagnostik Insomnia

Menurut klasifikasi diagnostik yang dikeluarkan oleh WHO, yaitu lCD 9CM insomnia dimasukkan dalam golongan Disorders of Initiating and Maintaining Sleep (DIMS), yang terdiri dari sembilan kategori sebagaimana tampak dalam Lampiran 2. Namun, untuk mudahnya pada umumnya insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:

1. Transient insomnia

2. Short-term insomnia

3. Long-term insomnia

Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah mereka yang termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi dikarenakan suatu stres atau suatu situasi penuh stres yang berlangsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi, dan sebagainya), tidak bisa tidur. Mereka yang menderita short-term insomnia adalah mereka yang mengalami stres situasional (kehilangan/kematian seorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.4,5Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif untuk dapat mengetahui etiologi dari insomnia ini. Di luar negeri untuk kepentingan ini telah didirikan beberapa klinik insomnia, yang antara lain mengkhususkan diri untuk menegakkan diagnosis yang terinci dan sebab insomnia dengan pemberian terapi yang sesuai. Insomnia ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun- tahun dan perlu diobati dengan cara yang tersedia kini yaitu dengan teknik tertentu untuk tidur atau obat-obatan sesuai dengan gangguan utama yang diderita pasien.5Etiologi

Beberapa Pandangan Tentang Etiologi Insomnia :

Selain upaya mengklasifikasi insomnia, pendekatan rasional terhadap insomnia perlu memperhatikan pula faktor.faktor etiologik. Pengalaman menunjukkan bahwa faktor etiologik dari insomnia sering majemuk dan merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Jarang kita menemukan hanya satu faktor saja sebagai penyebabnya. Sebagai faktor etiologik dikenal 4 kategori,yaitu:1. Faktor biologik dan psikologik.

2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif atau intoksikasi.

3. Faktor lingkungan atau kebiasaan yang kurang baik.

4. Pengkondisian negatif (negative conditioning).6Faktor biologik dan psikologik

Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan bahwa proses tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun (arousal system) dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak. Pada umumnya dianggap bahwa dalam formatio reticularis terdapat pengaturan tidur dan bangun. Bila formatio reticularis (ascending reticular system) berada dalam keadaan aktif, maka dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan seseorang bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang kurang aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks dan pusat-pusat lain dan otak kurang, sehingga seseorang menjadi mengantuk. Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar. Namun, pada beberapa individu terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem bangun yang lebih peka atau sistem hipnagogik yang kurang sempuma, sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan insomnia kronik terdapat predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan keaktifan berlebih yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan jantung yang lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun suhu badannya yang lebih tinggi. Seseorang yang menderita keadaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini, dapat terangsang pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, sehingga dapat memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini terdapat pula kondisikondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai contoh dapat disebut:6 Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus. Setiap jenis perasaan nyeri dapat menjadikan seseorang mengalami insomnia. Pada siang hari seseorang dapat melupakannya dan tidak merasakan nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan nyeri tersebut, sehingga terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang mengganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post-herpes, tumor pada organ dalam, luka atau infksi postoperatif, dan sebagainya.

Apnoe sewaktu tidur. Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak berhenti bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering tidak tahu bahwa dia menderita kondisi ini, maka diagnosis sebenarnya hanya dapat ditegakkan dengan observasi dalam laboratorium tidur. Tetapi dalam pemeriksaan anamnestis dapat diperoleh informasi bahwa penderita merasa ngantuk yang berlebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu tidur. Dengkuran ini sering mendadak berhenti karena ada penyumbatan pada alat pernapasan. Untuk menghindari ini penderita bergerak banyak, kadang-kadang sampai bangun duduk dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama pengalaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering terjadi dan dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibatnya penderita tidak sempat mencapai stadium dan fase tidur yang dalam. Apnoe sewaktu tidur ini dapat disebabkan oleh kelainan patologik pada jalan pernapasan yang menyebabkan obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya kegemukan yang berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin seperti hipertiroidi dan akromegali.

Mioklonus nokturnal. Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot mendadak, berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan. Lama kontraksi-kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh kali selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi selama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun.

Faktor dietetik. Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mempengaruhi metabolisme neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu monoton, seperti makan jagung yang kurang divariasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia. Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan dikirim ke otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. Kurangnya produksi serotonin akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih dalam penyelidikan.

Efek obat dan efek putus obat. Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. ini dapat direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipnogram. Obat-obatan seperti monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh, bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah. Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal, sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.6Faktor psikologik. Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan skizofrenia.

Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi

Sebagaimana tadi telah dikatakan, mereka yang menderita insomnia sering berusaha mengobati dir sendiri dengan menggunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat ketergantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol memperbaiki masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang menggunakan alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun dengan perasaan kurang segar. Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena yang dirasaka oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka digunakan obat penenang lagi dan seterusnya, sehingga timbul ketergantungan psikik yang dapat menjadi ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu yang dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin, MAO inhibitors dan obat-obat untuk menguruskan tubuh.6Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik

Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman, kamar tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya. Di samping itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang merangsang sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental, makan terlalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada hal-hal besar, sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal dengan Sunday night insomnia, melakukan usaha yang memerlukan pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan akuntansi yang ruwet, dan sebagainya.6Pengkondisian negatif

Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa yang ditakutkan itu terlaksana benar-benar (self-fulfilling prophecy). Ada pula yang sebelumnya adalah orang yang dapat tidur dengan normal, tetapi sewaktu mengalami suatu stres melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik untuk tidur. Setelah stres hilang, dia tetap menderita insomnia. Keadaan ini juga disebut insomnia psikofisiologik.6

Sebab-sebab Insomnia

Tidak semua insomnia didasari oleh adanya suatu kondisi psikopatologik. Insomnia dapat pula disebabkan karena kondisi atau penyakit fisik dan karena faktor ekstrinsik seperti suara atau bunyi, suhu udara, tinggi suatu daerah, penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia susunan saraf pusat.

1. Suara atau bunyi: biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Yang penting sering bukan intensitasnya tetapi makna dan suara itu. Misalnya seorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari ia terbangun berkali-kali hanya karena suara yang halus sekalipun. Bila intensitas rangsang cukup tinggi maka Arousal Promoting System akan membangunkan kita.72. Suhu udara : kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah ia memakai selimut, bila suhu tinggi ia memakai pakaian tipis. Insomnia sering dijumpai di daerah tropik.

3. Tinggi suatu daerah: Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain sickness, terjadi pada pendaki gunung yang lebih dan 3500 meter di atas permukaan laut. Hipoksia hipobanik dapat mempengaruhi Sleep Promoting System secara langsung. Demikian juga nafas yang lebih cepat merupakan tambahan rangsang terhadap Arousal Promoting System.74. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia

susunan saraf pusat : Insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat-obat pengurus badan yang mengandung amfetamin atau yang sejenis.

5. Penyakit jasmani tertentu: misalnya arteriosklerosis, tumor otak, demensia presenil, tirotoksikosis, Sindrom Cushing, demam, kehamilan normal trimester ketiga, rasa nyeri, diabetes melitus, ulkus duodeni, artritis reumatika, cacing keremi pada anak, tuberkulosis paru yang berat, penyakit jantung koroner tertentu.

6. Penyakit psikiatrik : beberapa penyakit psikiatrik ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotik, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stres pasca-trauma dan lain-lain.7Epidemiologi

Mc Ghie dan Russell meneliti 2500 orang di Skotlandia yang meliputi berbagai golongan, tingkat usia dan tingkat sosial. Mereka mendapatkan bahwa orang yang merasa tergolong bertemperamen nervous (gugup) juga merasa kurang tidur. Penelitian di berbagai negara menunjukkan hasil bahwa wanita lebih sering mengalami insomnia daripada pria (2 : 1). Di Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih dari 75 tahun mempunyai kebiasaan makan obat tidur secara teratur. Penelitian Mc Ghie dan Russell tersebut di atas terhadap 400 orang berusia 15 - 24 tahun, 5% diantaranya mengalami insomnia. Pada penelitian di Jakarta tahun 1988 terhadap 2500 siswa SLTP Negeri, sekitar 31% mengaku sering susah tidur.6Patofisiologi

Seseorang yang mengalami gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya ada faktor psikologis,kondisi medis dan faktor lingkungan. Gangguan pola tidur ini dapat dialami seseorang dalam beberapa malam saja, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tergantung oleh faktor yang mempengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary Activity System). ARAS meningkat ketika seseorang terjaga (bangun) dan akan menurun ketika seseorang tidur. Aktivitas ARAS sangat dipengaruhi aktivitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergic, kolonergik, histaminergik. Kerja sistem neurotransmitter ini diatur secara teratur oleh kelenjar pituari anterior melalui hipotalamus. Kekacauan sekresi oleh kelenjar inilah yang dapat menyebabkan pengaturan mekanisme tidur sehingga menyebabkan seseorang menjadi insomnia. Insomnia pun memiliki dampak yang merugikan seperti depresi,kesulitan berkonsentrasi,aktivitas sehari-hari menjadi terganggu,prestasi kerja/belajar mengalami penurunan,mengalami kelelahan di siang hari,hubungan interpersonal dengan orang lin menjadi buruk,meningkatkan resiko kematian,menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan,memunculkan berbagai penyakit fisik.7Gejala-gejala Insomnia

Keluhan spesifik penderita insomnia: merasa tegang, lelah, dan letih.

Keluhan yang paling banyak adalah sulit mulai tidur kemudian sering terbangun danbangun lebih awal

Merasa tegang, cemas, atau depresi dan pikirannya melayang- laying

Banyak pikiran ( masalah pribadi, gangguan kesehatan )

Pagi hari mengeluh leleah fisik dan mental

Siang hari merasa depresi, cemas dan tegang, mudah tersinggung

Pasien preokupasi sejak sore menjelang malam bahwa dirinya nanti tidak akan bisa tidur.

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Farmakologik Benzodiazepin paling sering digunakan dan tetap merupakan pilihan utama untuk mengatasi insomnia baik primer maupun sekunder. Kloralhidrat dapat pula bermanfaat dan cenderung tidak disalahgunakan. Antihistamin, prekursor protein seperti l-triptofan yang saat ini tersedia dalam bentuk suplemen juga dapat digunakan.

Penggunaan jangka panjang obat hipnotik tidak dianjurkan. Obat hipnotik hendaklah digunakan dalam waktu terbatas atau untuk mengatasi insomnia jangka pendek.

Dosis harus kecil dan durasi pemberian harus singkat. Benzodiazepin dapat direkomendasikan untuk dua atau tiga hari dan dapat diulang tidak lebih dari tiga kali. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan masalah tidur atau dapat menutupi penyakit yang mendasari. Penggunaan benzodiazepin harus hati-hati pada pasien penyakit paru obstruktif kronik, obesitas, gangguan jantung dengan hipoventilasi.3Benzodiazepin dapat mengganggu ventilasi pada apnea tidur. Efek samping berupa penurunan kognitif dan terjatuh akibat gangguan koordinasi motorik sering ditemukan. Oleh karena itu, penggunaan benzodiazepin pada lansia harus hati-hati dan dosisnya serendah mungkin.

Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek (triazolam dan zolpidem) merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang yang sulit masuk tidur. Sebaliknya, obat yang waktu paruhnya panjang (estazolam, temazepam, dan lorazepam) berguna untuk penderita yang mengalami interupsi tidur. Benzodiazepin yang kerjanya lebih panjang dapat memperbaiki anksietas di siang hari dan insomnia di malam hari.

Sebagian obat golongan benzodiazepin dimetabolisme di hepar. Oleh karena itu, pemberian obat obat yang menghambat oksidasi sitokrom (seperti simetidin, estrogen, INH, eritromisin, dan fluoxetine) dapat menyebabkan sedasi berlebihan di siang hari. 5Triazolam tidak menyebabkan gangguan respirasi pada pasien COPD ringan-Sedang yang mengalami insomnia. Neuroleptik dapat digunakan untuk insomnia sekunder terhadap delirium pada lansia. Dosis rendah-sedang benzodiazepin seperti lorazepam digunakan untuk memperkuat efek neuroleptik terhadap tidur.

Antidepresan yang bersifat sedatif seperti trazodone dapat diberikan bersamaan dengan benzodiazepin pada awal malam. Antidepresan kadang-kadang dapat memperburuk gangguan gerakan terkait tidur (RLS) .6,7

Mirtazapine merupakan antidepresan baru golongan noradrenergic and specific serotonin antidepressant (NaSSA). Ia dapat memperpendek onset tidur, stadium 1 berkurang, dan meningkatkan dalamnya tidur. Latensi REM, total waktu tidur, kontinuitas tidur, serta efisiensi tidur meningkat pada pemberian mirtazapine. Obat ini efektif untuk penderita depresi dengan insomnia tidur.

Tidak dianjurkan menggunakan imipramin, desipramin, dan monoamin oksidase inhibitor pada lansia karena dapat menstimulasi insomnia. Lithium dapat menganggu kontinuitas tidur akibat efek samping poliuria. Khloralhidrat dan barbiturat jarang digunakan karena cenderung menekan pernafasan. Antihistamin dan difenhidramin bermanfaat untuk beberapa pasien tapi penggunaannya harus hati-hati karena dapat menginduksi delirium.

Melatonin merupakan hormon yang disekresikan oleh glandula pineal. Ia berperan mengatur siklus tidur. Efek hipnotiknya terlihat pada pasien gangguan tidur primer. Ia juga memperbaiki tidur pada penderita depresi mayor. Melatonin juga dapat memperbaiki tidur, tanpa efek samping, pada lansia dengan insomnia. Melatonin dapat ditambahkan ke dalam makanan.

Non medikamentosa

Higene tidur Memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur merupakan syarat mutlak untuk gangguan tidur. Jadual tidur-bangun dan latihan fisik sehari-hari yang teratur perlu dipertahankan. Kamar tidur dijauhkan dari suasana tidak nyaman. Penderita diminta menghindari latihan fisik berat sebelum tidur. Tempat tidur jangan dijadikan tempat untuk menumpahkan kemarahan. Perubahan kebiasaan, sikap, dan lingkungan ini efektif untuk memperbaiki tidur. Edukasi tentang higene tidur merupakan intervensi efektif yang tidak memerlukan biaya.6Terapi pengontrolan stimulus : Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah yang sering dikaitkan dengan kesulitan memulai atau jatuh tidur. Terapi ini membantu mengurangi faktor primer dan reaktif yang sering ditemukan pada insomnia. 6Ada beberapa instruksi yang harus diikuti oleh penderita insomnia:

1. Ke tempat tidur hanya ketika telah mengantuk.

2. Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.

3. Jangan menonton TV, membaca, makan, dan menelpon di tempat tidur.

4. Jangan berbaring-baring di tempat tidur karena bisa bertambah frustrasi jika tidak bisa tidur.

5. Jika tidak bisa tidur (setelah beberapa menit) harus bangun, pergi ke ruang lain, kerjakan sesuatu yang tidak membuat terjaga, masuk kamar tidur setelah kantuk datang kembali.

6. Bangun pada saat yang sama setiap hari tanpa menghiraukan waktu tidur, total tidur, atau hari (misalnya hari Minggu).

7. Menghindari tidur di siang hari.

8. Jangan menggunakan stimulansia (kopi, rokok, dll) dalam 4-6 jam sebelum tidur.

Hasil terapi ini jarang terlihat pada beberapa bulan pertama. Bila kebiasaan ini terus dipraktikkan, gangguan tidur akan berkurang baik frekuensinya maupun beratnya. 6Sleep Restriction Therapy Membatasi waktu di tempat tidur dapat membantu mengkonsolidasikan tidur . Terapi ini bermanfaat untuk pasien yang berbaring di tempat tidur tanpa bisa tertidur. Misalnya, bila pasien mengatakan bahwa ia hanya tertidur lima jam dari delapan jam waktu yang dihabiskannya di tempat tidur, waktu di tempat tidurnya harus dikurangi. Tidur di siang hari harus dihindari. Lansia dibolehkan tidur sejenak di siang hari yaitu sekitar 30 menit. Bila efisiensi tidur pasien mencapai 85% (rata-rata setelah lima hari), waktu di tempat tidurnya boleh ditambah 15 menit. Terapi pembatasan tidur, secara berangsur-angsur, dapat mengurangi frekuensi dan durasi terbangun di malam hari. 6Terapi relaksasi dan biofeedback Terapi ini harus dilakukan dan dipelajari dengan baik. Menghipnosis diri sendiri, relaksasi progresif, dan latihan nafas dalam sehingga terjadi keadaan relaks cukup efektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan yang cukup dan serius. Biofeedback yaitu memberikan umpan-balik perubahan fisiologik yang terjadi setelah relaksasi. Umpan balik ini dapat meningkatkan kesadaran diri pasien tentang perbaikan yang didapat. Teknik ini dapat dikombinasi dengan higene tidur dan terapi pengontrolon tidur. 6Terapi apnea tidur obstruktif Apnea tidur obstruktif dapat diatasi dengan menghindari tidur telentang, menggunakan perangkat gigi (dental appliance), menurunkan berat badan, menghindari obat-obat yang menekan jalan nafas, menggunakan stimulansia pernafasan seperti acetazolamide (Diamox), nasal continuous positive airway pressure (NCPAP), upper airway surgery (UAS). Nasal continuous positive airway pressure ditoleransi baik oleh sebagian besar pasien. Metode ini dapat memperbaiki tidur pasien di malam hari, rasa mengantuk di siang hari, dan keletihan serta perbaikan fungsi kognitif. 6Uvulopalatopharyngeoplasty (UPP) merupakan salah satu teknik pembedahan yang digunakan untuk terapi apnea tidur. Efikasi metode ini kurang. Trakeostomi juga merupakan pilihan terapi untuk apnea tidur berat. Penggunaan kedua bentuk terapi bedah ini sangat terbatas karena risiko morbiditas dan mortalitas.

Keputusan untuk mengobati apnea tidur didasarkan atas frekuensi dan beratnya gangguan tidur, beratnya derajat kantuk di siang hari, dan akibat medik yang ditimbulkannya (abnormalitas kardiorespirasi).6

Pencegahan Usahakan untuk tidur pada jam yang sama setiap malam

Pastikan tempat tidur nyaman dan suhu ruang sesuai kehendak

Jangan memikirkan masalah kehidupan sehari-hari, sisihkan masalah anda.

Olahraga ringan pada sore hari bisa membantu, tetapi jangan melakukanya saat sebelum tidur.

Hindari minum kopi, alkohol, atau merokok sebelum tidur.

Hindari kebiasaan tidur siang

Jika masih tidak bisa tidur, jangan hanya berbaring dan mencemaskanya. Bangun untuk membaca buku, mendengarkan musik lembut, minum susu hangat, dan kemudian coba tidur kembali.

Jika berlangsung setiap malam dan mengganggu aktifitas sehari-hari, hubungi dokter.

Jangan terlalu larut dalam masalah

Coba untuk merefresh otak anda agar supaya terhindar dari pikiran-pikiran yang membebani hidup anda dan membuat anda sulit untuk tidur

Kesimpulan

Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. Gangguan ini merupakan keluhan tidur yang paling lazim ditemui dan bersifat menetap atau sementara.

Faktor insomnia bisa berasal dari kondisi psikis (anxietas, depresi), penyakit fisik, faktor ekstrinsik (suhu, suara bunyi, tinggi suatu daerah, penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia susunan saraf pusat)..

Gejala klinis insomnia yang paling khas adalah pada malam hari suka kebangun kemudian susah untuk tidur lagi dan pada siang hari keinginan untuk tidur sangat kuat.

Pengobatan yang dilakukan biasanya menggunakan obat penenang seperti golongan benzodiazepin (nitrazepam, flurazepam, estazolam), dan non-benzodiazepam (zolpidem).

Daftar pustaka

Gleadle J. At glance anamnesis dan pemeriksaaan fisik. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2007. h. 12-5; 102-4; 206-9.

Harold IK, Benjamin JS. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakart: Widya Medika; 2003. Hal 315-9.

Kaplan I Harold, Sadock J benyamin. Ilmu kedokteran jiwa darurat . jakarta : Widya Medika: 2003. hal 315-320

Isselbacher, Braunwald, Martin, Wilson, Fauci, Kasper. Harison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam . Vol 1. Edisi 13. Jakarta : penerbit buku kedokteran ECG: 2004.hal 194-195

Dewanto George. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG : 2009. Hal 188-192

Rudi M. Panduan praktik penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2007. Hal 42-46.

Benjamin JS, Virginia AS. Buku ajar psikiatri klinis. Dalam: Husny M, Retna NES, penyunting. Pemeriksaan Tidur normal dan gangguan tidur. Ed ke-2. Jakarta: EGC; 2010. Hal 339-4413