Upload
chrst
View
259
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 1/10
Majalah Hukum Forum Akademika ============= 84
TINDAK PIDANA EKONOMI DI BIDANG PERBANKAN DALAM PERSPEKTIF
POLITIK KRIMINAL
Oieh : HERRY LlYUS
Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Jambi
ABSTIUK
Tindak pidana ekonomi di bidang perbankan menampakkan gejala pertumbuhan yang
semakin canggih dan rumit baik dilihat dari modus operandi, pelaku, maupun dilihat dari
si korban. Hal ini dapat diketahui dari infonnasi yang disampaikan oleh berbagai mass
media, dimana setiap tahunnya ada bank yang kebobolan, manipulasi, kredit macet yang
membawa kerugian yang nilainya tidak hanya jutaan tetapi milyaran sampai triliunan
rupiah. Sedangkan pihak yang dirugikan tidak hanya pihak B~ tetapi juga dimanfaatkan
oleh penjahat-penjahat baik yang berasal dari Iuar maupun dari dalam bank itu sendiri.
Kata Kunci :Tindal, pldana ekonomi, Perbankan, Perspektif Politik Kriminal
I.PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi dan Perkcrnbangan Indonesia dalarn menghadapi
pembangunan di samping menghasilkan keluaran-keluaran positif diberbagai kehidupan,
terkandung pula di dalarnnya implikasi yang bersifat negatif sebagai akibat dari pada
adanya perubahan dan pergeseran tata kehidupan dan tata nilai yang berkembang dalam
masyarakat. Irnplikasi neg atif ini antara lain bidang kejahatan yang sering meresahkan dan
merugikan masyarakat termasuk peningkatan kejahatan ekonomi baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
Apabila memperhatikan pengertian daripada tindak pidana ckonorni, yaitu setiap
perbuatan pelanggaran at.as kebijaksanaan negara di bidang ekonomi yang dituangkan
dalam peraturan huk'urn yang memuat ketentuan pidana terhadap pelanggarannya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk kejahatan di bidang ekonomi meliputi bidang yang
sangat luas, yaitu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
I. Tindak pidana di bidang pcrbankan
2. Tindak pidana di bidang import dan eksport
3. Tindak pidana di bidang Moneter
4. Tindak pidana di bidang produksi dan perdagangan ( Robintan Sulaiman: 2000,56)
Dari beberapa bentuk tindak pidana ekonomi yang disebut di atas, maka yang
menjadi bahasan dalam tulisan ini adalah tindak pidana ekonomi di bidang perbankan,
hal ini didasarkan pada peranan lembaga keuangan dalam pembangunan nasional sangat
menentukan, mengingat bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
ISSN : 0854 - 789 X Volume 15 nomor 1 April 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 2/10
Ma ja la h Hukum Forum Akadem ika ============ 8 5
rnemberi kredit dan jasa-jasa dalam Ialu Iintas pembayarannya. Sedangkan Iembaga
keuangan adalah merupakan badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang
keuangan, menarik uang dan menyalurkannya kemasyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaan.
Dalam kegiatan pembangunan yang demikian pesat yang membawa konsekuensi
logis, peranan bank akan Iebih besar sesuai dengan kebijaksanaan deregulasi dan
debirokratisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui "Paket-paket deregulasinya".
Peranan bank. dan lembaga keuangan sebagai penghimpun dan penyalur dana dad
masyarakat turut menunjukkan peniogkatan kegiatan , bahkan alat -alat teknologi
canggih diupayakan penggunaannya dalam industri bank.
Dana pembangunan yang dipicu dari peningkatan investasi modal asing dan modal
dalam negeri yang jwnlahnya cukup besar, ditunjang oleh canggihnya peralatan-
peralatan yang digunakan berupa telepon, telex, facsimile, komputer dan peralatan
canggih lainnya dalam pengeJoJaannya, hal ini juga dimanfaatkan oleh penjahat-
penjahat baik yang berasal dari luar maupun dari dalam bank itu sendiri.
Lembaga perbankan sebagai prasarana institusional dan agen development
mempunyai peranan dan posisi yang sangat vital dan strategis dalam rangka
pembangunan ekonomi. Dalam kedudukannya yang demikian, perbankan menjadi
sentral dan urat nadi dari mekanisme flow of money yangmenggerakkan kegiatan
ekonomi.
Disatu sisi kedudukan perbankan demikian vital, di 'pihak lain kejahatan ekonomi di
bidang perbankan secara kualitatif menunjukkan tendensi yang meningkatlberkembang
sebingga sudah barang tentu merupakan ancaman, hambatan dan gangguan terhadap
kehidupan perbankan pada khususnya dan terhadap pembangunan ekonomi pada
umumn ya,
II. TINDAK PJoANA EKONOMI DI BIDANG PERBANKAN
Tindak pidana ekonomi di bidang perbankan sumber ketentuan mengenai hal ini
adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Tentang Perbankan
(UUPB) yang diundangkan pada tahun 1967 (DU Nomor 14 Tahun 1967) yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang selanjutnya diubah lagi
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
ISSN : 0854 - 789 X V olum e 15 nom or 1 A pril 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 3/10
Majalah Hukum Forum Akademika============= 86
Ketentuan pidana dalam UU Nomor 23 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
a. Pasal 46 , tentang mereka yang mendirikan usaha perhankan tanpa izin dari Menteri
Keuangan
h. Pasal 47, tentang mereka yang membuka rahsia hank.
c. Pasal 48, tentang para pejabat yang sengaja tidak memberi keterangan yang wajibdipenuhi yang berkaitan dengan kepentingan pemeriksanan yang dilakukan oleh
Bank Indonesia.
d. Pasal 49 ayat (1) , tentang pejabat yang membuat pembukuan atau catatan yang
tidak benar.
e. Pasal 49 ayat (2) tentang pejabat bank yang menerima imbalan atau komisi, yang
berkaitan dengan pelayanan atau para pejabat tersebut tidak melaksanakan
ketentuan terhadap ketentuan undang-undang atau ketentuan lainnya yang yang
berlaku bagi bank.
F. Pasal 50, tentang pihak terafiliasi yang sengaja tidak melaksanakan ketaatan
terhadap ketentuan undang-undang atau ketentuan lainnya yang berlaku bagi bank.
Sedangkan ketentuan dalam KUHP adalah :
a. Pasal 263 KUHP, tentang pemalsuan surat
h. PasaI 372 tentang penggelapan
c. Pasal 378 tcntang perbuatan curang (penipuan)
JenislBentuk Kejahatan di bidang Perbankan
Bertitik tolak pada kegiatan dalam dunia perbankan , maka melihat perundang-
undangan positif indonesia, maka bentuk kejahatan di bidang perbankan dapat
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga ) jenislbentuk yaitu :
a. Kejabatan yang berhubungan dengan legalitas untuk menjalankan kegiatan usaba
bank (bank tanpa izin)
b. Kejahatan yang berhubungan dengan kegiatan/usaha pokok bank dalam pemberian
kredit (kejahatan mengenai perkreditan)
c. Kejahatan yang berhubungan dengan kegiatanlusaha pokok bank yang menyangkut
lalu lintas pembayaran gira1 (kejahatan mengenai lalu lintas pembayaran giral).
Kejahatan perbankan berdasar UU Nomor 7 tahun 1992 ( Sekarang UU Nomor 23Tahun 2003) sangat sempit, dikatakan demikian karena hanya kejahatan perbankan,
sedang yang sangat luas yang disebut banking crime itu bisa disebut kejahatan di
'bidang perbankan. Bentuknya banyak sekali seperti , one man bank ( satu orang
mendirikan satu bank untuk menipu), pemalsuan credit card, pemalsuan sertifikat
ISSN : 0854 - 7'89 X Volume 15 nomor 1ApriI20QZ~ '
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 4/10
Majcdoh Hukum Forum Akadem ika============= 87
agunan, kredit macet yang disebabkan karena perbuatan curang , kejahatan
komputer yang berkaitan dengan bank, terrnasukjuga kejahatan money laundering
atau pencucian uang adalah bentuk kejahatan sebagai kelanjutan kejahatan
narkotik, bahkan kalau di Indonesia merupakan kelanjutan dan kejahatan korupsi ,
penyelundupan (Robintan Su1aiman, 2000 ,45)
Modus operandi tindak pidana di bidang perbankan, boleh dikatakan dari
tahun ke tahun menunjukkan perkernbangan yang sangat pesat. Cara-cara
konvensional dan dilakukan sendiri-scndiri sudah ditinggalkan, dan sekarang
dilakukan secara canggih dengan menggunakan teknologi canggih dan tindak
pi dana dilakukan secara teorganisir secara baik. Perkembangan modus operandinya
dapat disebut sebagai berikut :
a. Mcrupakan suatu sindikat atau kclompok yang tcrorganisir sccara baik
b. Melibatkan oknum pejabatJpegawai bank.
c. Melibatkan pelaku yang berdomisili di luar negeri sebagai penampungan hasil
kcjahatan di Indonesia atau sebaliknya bank di Indonesia dipergunakan scbagai
penampung hasil kejahatan di luar negeri.
d. Mempergunakan identitas palsu (referensi palsu), baik KTP maupun paspor, dan
dalam melaksanakan kejahatan mempergunakan sistem "Cut Out" atau sistem
kartel.
e. Warkat bank dicetak sendiri atau kerjasarna dengan oknum percetakan dimana
warkat tersebut dicetak.
rn. KEBIJAKAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA EKONOMI
DI BIDANG PERBANKAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK KRIMINAL
3.1. Faktor PcnyebabKejahatan di BidangPerbankan
Sehubungan dibicarakan kebijakan kriminal atau usaha-usaha yang rasional untukmenanggulangi kejahatan baik yang telah dilaksanakan maupun dalam perspektif politik
kriminal, dan setelah melihat modus operandi yang dikemukakan diatas, maka terlebih
dahulu dikemukakan beberapa faktor penyebab tindak pidana di bidang perbankan antara
lain:
Pertama, kecanggihan teknologi yang tak dapat diikuti dengan upaya preventif
untuk mencegah kejahatan. Hal ini menguatkan indikasi bahwa akselerasi hukum
IS5N : 0854 - 789 X V olum e 15 nom or 1 April 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 5/10
Majalah Hukum Forum Akademika ============= 88
(tennasuk hukum pidana) belum dapat mengikuti pesatnya aktivitas pengembangan modus
operandi bam dalam berbagai bidang kejahatan.
Di Indonesia, segi penciptaan hukum untuk mencegah kejahatan (tindak pidana)
dibidang perbankan masih terlampau lamban, Iebih-lebih bila dibandingkan dengan
revolusi teknologi komputer dan infonnasi yang telah berfungsi sebagai "research dang
development" bagi tindak pidana terorganisir di bidang perbankan.
Kedua, faktor-faktor internal yang memberi kemungkinan berbagai penyelewengan
yang melibatkan orang dalam, lemahnya sistem pengawasan dan pengaman internal, serta
masih rendahnya reward (upah) terhadap Sumber Daya Manusia perbankan.
Ketertutupan pihak bank terhadap kasus kejahatan perbankan yang terjadi dirumahnyadirumahnya sendiri, menguatkan dugaan bahwa sebagian besar tindak pidana perbankan
itu selalu melibatkan orang dalam.
Ketiga, merebaknya tindak pidana di bidang perbankan mcrupakan implikasi tak
langsung dari rangkaian kebijakan di bidang moneter. Dcregulasi monctcr di Indonesia
sejak tahun 1983 meningkatkan intensitas lalu lintas peredaran uang dan giral. Kondisi ini
memunculkan celah-celah yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum atau korporasi tertentu.
Keempat, kekurangan hati-hatian dalam menjalankan perbankan yang seharusnya
dalam praktek perbankan yang harus dengan penuh kehati-hatian (pruden banking).
Kelima, kcrahasian (ketcrtutupan) bank scring dipcrgunakan sebagai topcng olch
pengelola atau pemilik bank untuk menutup-nutupi kejahatan yang terjadi di dalam bank
itu sendiri, sehingga sampai koleps bank tersebut pemerintah atau masyarakat tidak tabu.
B. Upaya-Upaya Penanggulangan Dalam Perspektif Pohtik Kriminal
Politik kriminal yang mcnyangkut tindak pidana di bidang perbankan mempunyai
karakteristik yang khusus melihat modus operandi dan r.aktor-faktor penycbabnya,
Menurut GP. Heofuagels sebagai usaha untuk penanggulangan kejahatan, politik
kriminal dapat mcngcjawantahkan dalam pc1bagai bcntuk. Bcntuk yang pcrtama, adalah
bcrsifat reprcsif yang menggunakan sarana penal (pidana), yang sering discbut scbagai
sistern pcradilan pidana (criminal justice system). Dalam hal ini sccara luas sebcnarnya
mencakup pula proses kriminalisasi. Kedua, berupa usaha-usaha prevention without
punishment (pencegahan tanpa menggunakan penal). Ketiga, adalah mendayagunakan
usaha-usaha pembentukan opini masyarakat tentang kejahatan dan sosialisasi hukum
melalui mass media sec ara Iu as (Muladi, 1995 :42).
ISSN : 0854 - 789 XVolume 15 nomor 1 April 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 6/10
M aja lah H ukum Forum A kadem ika ============= 89
Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
dua, yaitu "jalur penal" (hukum pidana) dan lewat jalur "Non Penal' (bukan/di luar hukum
pidana). Dalam pembagian di atas bentuk. kedua dan ketiga dapat dimasukkan dalam
kelompok upaya "non penal".
Secara kasar dapat dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur
"penal" lebih menitik beratkan pada sifat''refresif" (penindasan/pemberantasan/
penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur "non penal" Iebih menitik
beratkan pada sifat "preventif" (pencegahanlpenangkalan/pengendalian). Sebelum
kejahatan terjadi, Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada
hakekatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti I~.
Pcrtama, pcnulis menguraikan upaya pcnanggulangan kejahatan lewat jalur "non
penal", upaya ini Icbih bcrsifat tindukan pcnccguhan untuk terjadinya kejahatan , maka
sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan.
Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi -
kondisi sosial yang secara langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan
kejahatan (Barda Nawawi Arief, 2000 :34).
Dengan demikian dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka
upaya-upaya non penal menduduki posisi kunci dan strategis hal ini juga ditegaskan pula
dalam berbagai kongres PBB mengenai "The Prevention of Crime and the Treatmen of
Offender" pada kongres PBB pada kongres PBB kep 6 tahun 1980 di Caracas, Venezuela
(Barda Nawawi Arief, 1996 :3).
Maraknya kejahatan di bidang perbankan sebagaimana dikemukakan di atas faktor-
faktor kondusif penyebabnya yang menonjol adalah : kecanggihan teknologi yang tidak
dapat diantisipasi oleh hukum pidana dan penegak hukum, adanya kondisi moral yang
jelek baik dari pemilik bank ataupun profesional (petugas) bank, kekurang hati-hatian
dalam menjalankan banknya , kerahasiaan bank sering dipergunakan sebagai alat untuk
menutup-nutupi kejahatan yang terjadi pada bank tersebut.
Dengan faktor-faktor kondusif penyebab kejahatan eli bidang perbankan, maka
upaya penanggulangannya dengan preventif dapat dilakukan dengan langkah :
1. Melalului kebijakan penciptaan hukum yang sedapat mungkin dapat mengantisipasr
kemajuan teknologi yang dipergunakan dalam tindak kejahatan di bidang
perbankan.
ISSN : 0854 - 789 X Volum e 15 nom or 1 April 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 7/10
, M aja lah H ukum Forum A kadem ika =========::=== 9 0
2. Perbaikan kinerja dan pengamanan perbankan untuk menutup kemungkinan
terlibatnya orang dalam, termasuk dalam langkah ini adalah perbaikan reward bagi
pegawai bank yang bersangkutan untuk meningkatkan loyalitas mereka terhadap
perusahaan,
3. Strategi memperketat pengawasan dari otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank
Indonesia.
Kedua, upaya-upaya penanggulangan kejahatan di bidang perbankan dengan jalur "penal"
atau bersifat represif, dalam kerangka ini diajukan pemikiran-pemikiran dalam usaha untuk
menyusun standard politik kriminal dalam rangka penanggulangan kejahatan (tindak pidana)
perekonomian termasuk tindak pidana di bidang perbankan :
a. Perlu dilakukan resppreisal secara teratur terhadap perundang-undangan pidana yang
berkaitan dengan tindak pidana ekonomi (termasuk di bidang perbankan). Hal ini
mencakup : (l) evaluasi baik yang bersifat kriminalisasi maupun dekriminalisasi atau
depenalisasi dan (2) Evaluasi terhadap ketentuan hukum pidana yang belurn efektif
didayagunakan.
b. Perlunya penyidik mempunyai pengetahuan keahlian dan teknologi tertentu, seperti
komputer, accounting dan sebagainya.
c. Perlunya pemikiran keberadaan badan khusus untuk memerangi kejahatan khusus.
d. Sistem latihan yang berkelanjutan dan terpadu dari penegak hukurn.
e. Meningkatkan usaha-usaha untuk memperoleh informasi dan pengurnpulan alat bukti.
f. Meningkatkan kerjasama internasional dalam penyidikan dan pertukaran informasi,
melihat kejahatan inimelampaui batas-batas negara.
g. Meningkatkan efektivitas penuntutan dan mengurangi delay in investigation and trial.
h. Bilamana perlu diciptakan peradilan khusus.
1. Sistem sanksi supaya disempurnakan, antara lain dengan pengaturan minimun khusus
J. Pemidanaan terhadap korporasi
k. Penyempurnaan langkah-langkah organisatoris seperti rekruitment karyawan, sistem
pengawasan dan sebagainya.
l. Dalam pemidanaan yang menjadi pertimbangan utama adalah moral and deterent
effect.
m. Meningkatkan teknik investigasi, baik yang bersifat feaktif maupun proactive (muladi,
1995: 9-10)
ISSN : 0854 - 789 XV olum e 15 nom or 1 A p ril 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 8/10
Majalah Hukum Forum Akad em ika ========;====== 91
Ketinggalan perangkat hukum sebagai sarana utama untuk penanggulangan terse but
dirasakan oleh semua negara, termasuk Indonesia, belum tersedia perangka huktnn
untuk menghadapi bentuk -bentuk comercial crime, money laundering, customs fraud,
computer crime, sebagian banking crime (Sholehuddin, 1997 :6)
Oleh karena itu , legislatif kita harus berpacu dengan kemajuan teknologi sehingga
tercipta perundang-undangan yang lebih lengkap untuk menghadapi semua bentuk
kejahatan secanggih apapun.
Kebijakan legislatif atau kebijakan perundang-undangan, secara fungsional dapat
dilihat sebagai bagian dari perencanaan dan mekanisme penanggulangan kejahatan, bahkan
dapat dikatakan sebagai langkah awal.
Muladi mengatakan secara garis besar , perencanaan atau kebijakan
penanggulangan kejahatan dituangkan dalam perundang-undangan itu meliputi :
Perencanaanlkebijakan tentang perbuatan-perbuatan terlarang
ditanggulangi karena dipandang membahayakan atau merugikan;
a. Perencanaanlkebijakan tentang sanksi apa yang dapat dikenakan terhadap pelaku
apa yang akan
perbuatan terlarang itu (baik berupa pidana atau tindak) dan sistem penerapannya;
b. Perencanaalkebijakan tentang prosedur atau mekanisme sistem peradilan pidana
dalam rangka penegakan hukum pidana (Muladi, 1995 :198)
Tahap ini disebut tahap formulasi atau tahap in abstracto, dimana badan pembentuk
undang-undang memilih, menilai dan menentukan perbuatan apa yang dilarang dan berapa
berat sanksi pidananya. Dalam tahap ini seyogyanya pembentuk undang-undang tetap
berpedoman pada tujuan yang hendak dicapai dari perundang-undangan tersebut,
Peraturan perundang-undangan akan jauh lebih cepat ketinggalan zaman dalam era
globalisasi ini. Pengalaman kalangan penegak hukum dalam menegakkan hukum
sebaiknya menjadi masukan terns bagi badan pembentuk undang-undang untuk mengisi
kekosongan perundang-undangan. :Perputaran
berjalan lancar, jika tidak mau ketinggalan
(penjahat).
Oleh karena itu setiap saat periu adanya evaluasi terhadap perundang-undangan
siklus perundang-undangan itu harus
prakarsa dari para pelanggar hukum
yang berlaku melalui kebijakan kriminal baik yang bersifat kriminalisasi maupun
dekriminaJisasi atau depenalisasi dan evaluasi terhadap ketentuan hukum pidana yang
belum efektif didayagunakan.
ISSN : 0854 - 789 X Volume 15 nomor 1April 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 9/10
Majalah Hukum Forum Akademika ================ 92
Tetapi jangan dilupakan, tugas dan fungsi hukum pidana haruslah dilihat sebagai
suatu subsider, ini berarti dari dalam dunia perbankan sendiri harus ditata dan dikelola
sedemikian rupa, sehingga hanya dalam keadaan yang tertentu barn diikutkan hukum
pidana, Lalu kapan "keadaan tertentu itu" untuk hukum pidana bertindak: ? Hal ini .harus
ditentukan secara kasuistis, mengingat fungsi dan tugas bank yang menyangkut pemberian
jasa, Kita harus sadar apabila persoalan kecil di bidang perbankan cliselesaikan dengan
hukum pidana Hal ini dapat membawa dampak khusus pada reputasi bank itu sencliri.
Penanggulangan kejahatan di bidang perbankan banya melalui tersedianya
pe.raturan· hukum pidana, tentu tidak. cukup. Peraturan perundang-undangan hanya
merupakan awal dari proses penanggulangan yang panjang.
Seandainya hukum pidana digunakan , sehingga sanksi pidana diterapkan , maka
tujuan pemidanaan utama yang harus dipertimbangkan bukan rehabilitasi dan resosialisasi
teripidana,melainkan justru effek moral dan pencegahan dari sanksi pidana, Dalam hal ini
pelaku tindak pidana telah menghianati kepercayaan masyarakat yang paling besar,
sehingga pidana harus mencenninkan beratnya kejahatan yang clicela oleh masyarakat
(Muladi, 1995 :5).
Oleh karena itu sebagaimana dikemukakan di awal bagian tulisan ini ,bahwa dalam
upaya-upaya penanggulangan kejahatan di bidang perbankan dikatakan preventif jauh lebih
baik dari fepresif Tetapi pada akhimya semua harus dikembalikan kepada kebijaksanaan
kriminal (criminal policy) yang handal, efektif dan efisien yang pada gilirannya bergantung
dari suatu kebijaksanaan sosial yang bagaimana.
Kebijaksanan kriminal yang handal, efektif dan efisien ini harus terlihat dalam
penegakan hukum pidana yang dilakukan secara tegas dan sistemik. Dikatakan demikian
dalam rangka penanggulangan kejahatan di bidang perbankan dengan sarana hukum
pidana, maka dalam proses penegakan hukum tersebut perlu adanya kebijakan bersama
yang sungguh-sungguh dari seluruh aparat penegak hukum, dan tidak berjalan secara
parsial.
IV. PENUTUP
Memperhatikan upaya-upaya penangguJangan kejahatan ekonomi di bidang
perbankan selain yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tabun 1992 (sekarang UU
Nomor 23 Tahun 2004), maka apabila melihat perspekltif politik krim inal daJam
perundang-undangan Indonesia khususnya dalam Naskah Rancangan Kitab Undang-
ISSN : 0854 - 789 X Volum e 15 nom or 1 A pril 2007
5/10/2018 Tindak Pidana Perbankan Herry Liyus - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tindak-pidana-perbankan-herry-liyus 10/10
Ma ja la h Hukum Forum Akademika ============ 93
Undang Hukum Pidana (Barn) yang disingkat RKUHP barn bahwa kejahatan di bidang
perbankan sebagian besar masih menggunakan rumusan-rumusan yang terdapat dalam
KUHP sckarang,
Sebagai usaha untuk. penanggulangan kejahatan, politik kriminal dapat dapat
dilakukan dalam pelbagai bentuk. Bentuk. yang pertama, adalah bersifat represif yang
menggunakan sarana penal (pidana), yang sering disebut sebagai sistem peradilan pidana
(criminal justice system). Dalam hal ini secara luas sebenamya mencakup pula proses
kriminalisasi. Kedua, berupa usaha-usaha prevention without punishment (pencegahan
tanpa menggunakan penal). Ketiga, adalah mendayagunakan usaha-usaha pembentukan
opini masyarakat tentang kejahatan dan sosialisasi hukum melalui mass media secara luas .
DAFT AR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi, 1996. Masalah penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan. Semarang.
________ , 2000. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Muladi, 1995. Fungsionalisasi Hukwn Pidana terhadap Tindak Pidana Korporasi. Makalah
seminar nasional kejahatan Korporasi, Semarang
Sholehuddin, 1997. Tindak Pidana Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sulaiman, Robintan, 2000. Kejahatan Korporasi Perbankan (Tinjauan Yuridis). Jakarta :Pusat Studi Hukum Bisnis Universitas Pelita Harapan, Jakarta
ISSN : 0854 - 789 X Volum e 15 nom or 1 April 2007