13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas dalam upaya mengendalikan produk rusak pada PT. Sendi Pratama Pekalongan dengan hasil ada pengaruh secara simulta antara biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) terhadap produk rusak, hasil perhitungan secara parsial menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa komponen biaya kualitas memiliki pengaruh yang berbeda terhadap produk rusak. Saputro (2007) melakukan penelitian tentang Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Rusak pada CV. Menara Kudus dengan hasil secara simultan biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap produk rusak, secara parsial pengaruh biaya kualitas terhadap produk rusak adalah biaya pencegahan berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan hubungan yang negatif dan biaya penilaian berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan hubungan yang positif. Adriasih (2002) yang meneliti tentang Analisis Biaya Kualitas Pada PT. Primatexco menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara biaya pencegahan dan biaya penilaian, biaya kegagalan terhadap penjualan. Hal ini berarti ketika biaya pencegahan dan biaya penilaian naik maka jumlah unit rusak turun, sehingga biaya kegagalan internal maupun biaya kegagalan eksternal akan turun juga maka jika produk rusak turun pencapaian terhadap penjualan akan tinggi. Dari hasil kedua penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa hasil analisis biaya kualitas (biaya penilaian dan biaya

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

  • Upload
    vankiet

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas dalam upaya

mengendalikan produk rusak pada PT. Sendi Pratama Pekalongan dengan hasil ada

pengaruh secara simulta antara biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian)

terhadap produk rusak, hasil perhitungan secara parsial menunjukkan bahwa

menunjukkan bahwa komponen biaya kualitas memiliki pengaruh yang berbeda terhadap

produk rusak.

Saputro (2007) melakukan penelitian tentang Pengaruh Biaya Kualitas terhadap

Produk Rusak pada CV. Menara Kudus dengan hasil secara simultan biaya kualitas yang

terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap produk

rusak, secara parsial pengaruh biaya kualitas terhadap produk rusak adalah biaya

pencegahan berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan hubungan yang

negatif dan biaya penilaian berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan

hubungan yang positif.

Adriasih (2002) yang meneliti tentang Analisis Biaya Kualitas Pada PT.

Primatexco menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara biaya pencegahan dan

biaya penilaian, biaya kegagalan terhadap penjualan. Hal ini berarti ketika biaya

pencegahan dan biaya penilaian naik maka jumlah unit rusak turun, sehingga biaya

kegagalan internal maupun biaya kegagalan eksternal akan turun juga maka jika produk

rusak turun pencapaian terhadap penjualan akan tinggi. Dari hasil kedua penelitian

sebelumnya dapat diketahui bahwa hasil analisis biaya kualitas (biaya penilaian dan biaya

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

pencegahan) terhadap produk rusak memiliki hasil yang berlainan, sehingga berdasarkan

penelitian sebelumnya penelitian ini akan dikaji lebih lanjut kebenaran yang ada sehingga

apa yang menjadi hasil dalam penelitian dapat mempertegas persepsi dan memperkuat

teori yang sudah ada.

Hubungan penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu yaitu sebagai bahan

acauan atau refrensi dalam hal ini terkait dengan biaya pengendalian kualitas produk.

B. Tinjauan Teori

1. Biaya

Biaya didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk

memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain, biaya adalah harga perolehan barang

atau jasa yang diperlakukan oleh organisasi. Bersarnya biaya diukur dalam satuan

moneter, di indonesia adalah rupiah, yang jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam

rangka pemilikan barang dan jasa tersebut.

Pada umumnya biaya seringkali dihubungkan dengan jenis-jenis organisaasi yaitu,

organisasi bisnis, organisasi non-bisnis, perusahaan manufaktur, perusahaan dagang.

Jenis-jenis biaya yang terjadi dan cara pengelompokannya, tergantung pada jenis

organisasinya. Untuk mengelola suatu perusahaan, diperlukan informasi biaya yang

sistematik dan komparatif. Oleh karena itu akan sangat penting bagi manajemen untuk

mengetahui pengertian dan klasifikasi dari biaya.

Istilah biaya dalam akuntansi menurut Mulyadi (2005:5) didefinisikan sebagai

pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa, pengorbanan

mungkin diukur dalam kas, aktiva yang ditransfer, jasa yang diberikan dan lain-lain.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Witjaksono (2006:6) yang mengemukakan bahwa

biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

2. Kualitas

Prawirosentono (2007: 5), menyatakan bahwa kualitas adalah quality is fitness for

use yang bila diterjemahkan secara bebas berarti, kualitas (mutu produk) berkaitan

dengan enaknya barang tersebut digunakan. Artinya, bila suatu barang secara layak dan

baik digunakan berarti barang tersebut bermutu baik. Secara umum, beberapa pakar

mendefinisikan kualitas sebagai berikut:

a. Crosby berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian terhadap persyaratan (Suardi,

2003: 2)

b. Deming berpendapat bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai

penyempurnaan terus-menerus (Suardi, 2003: 3)

c. Juran berpendapat bahwa kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan (Suardi,

2003: 3)

d. Ishikawa berpendapat bahwa kualitas berarti kepuasan pelanggan (Suardi, 2003: 3).

Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan

pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan diperoleh

hasil akhir yang optimal. Menurut Hansen dan Mowen (2009: 5), kualitas adalah

derajat atau tingkat kesempurnaan, dalam hal ini kualitas merupakan ukuran relatif

dari kebaikan.

Kualitas produk adalah driver kepuasan pelanggan yang multidimensi. Bagi

konsumen, kualitas mempunyai beberapa dimensi. Paling tidak, terdapat delapan

dimensi dari kualitas produk yang perlu diperhatikan oleh setiap produsen yang ingin

mengejar kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk. Menurut Hansen dan Mowen

(2009: 5-6) produk atau jasa yang berkualitas adalah memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan dalam delapan dimensi berkut :

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

a) Kinerja (performance)

b) stetika (aesthetics)

c) Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceatibility)

d) Fitur (features)

e) Keandalan (reliability)

f) Tahan lama (durability)

g) Kualitas kesesuaian (quality of performance)

h) Kecocokan penggunaan (fitness for use)

3. Biaya Kualitas

Prawirosentono (2007: 25) mengemukakan, biaya mutu produk atau biaya kualitas

adalah kegiatan mengidentifikasi semua biaya yang timbul berkaitan dengan upaya

mengubah produk bermutu buruk (bad quality product) menjadi produk bermutu baik

(good quality product). Biaya kualitas merupakan biaya-biaya yang timbul karena

kualitas buruk mungkin dan memang ada. Biaya kualitas berkaitan dengan dua sub

ketegori dari aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, yaitu aktivitas kontrol dan

aktivitas gagal. Aktivitas kontrol adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi

untuk menghindari atau mendeteksi kualitas buruk.

Hansen dan Mowen (2009: 9) menyatakan, biaya kualitas bisa juga dikelompokkan

sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati

(observable quality costs) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari

catatan akuntansi perusahaan, misalnya biaya perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan

distribusi dan biaya pengerjaan ulang. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs)

adalah biaya kesempatan atau opportunity yang terjadi karena kualitas produk yang buruk

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

dan biasanya biaya opportunity tidak disajikan dalam catatan akuntansi, misalnya biaya

kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan pelanggan dan biaya kehilangan pangsa pasar.

4. Klasifikasi biaya kualitas

Hansen dan Mowen (2009:272) mengungkapkan, ada beberapa kategori biaya

kualitas, yaitu sebagai berikut :

a. Biaya Pencegahan ( Prevention Cost)

Biaya pencegahan terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk

dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita mengharapkan biaya

kegagalan menurun. Biaya pencegahan antara lain:

1. Biaya riset pasar. Biaya ini terjadi dalam pengumpulan dan evaluasi yang terus

menerus tentang kebutuhan dan persepsi kialitas pelanggan dan pengguna

mempengaruhi kepuasan pemakai produk atau jasa perusahaan.

2. Biaya perencanaan kualitas. Biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas

perencaan kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur-prosedur

yang diperlukan untuk mengomunikasikan rencana kualitas keseluruh pihak yang

berkepentingan.

3. Biaya merancang produk dan proses produksi. Biaya ini terjadi untuk

menerjemahkan kebutuhan pelanggan dan pengguna menjadi standar-standar dan

syarat-syarat kualitas yang reliable.

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

4. Biaya propgram pelatihan. Biaya yang berkaitan dengan pengembangan

pelaksanaan program-program pelatihan yang ditujukan pda peningkatan kinerja

kualitas.

5. Biaya kerjasama dengan pemasok untuk meningkatkan kualitas dari bahan baku

yang dikirimkan dan biaya menyeleksi pemasok. Sub elemen dari biaya ini adalah

supplier review, supplier rating, review data teknis order pe,belian dan

perencanaan kualitas pemasok.

6. Biaya perawatan peralatan dan mesin untuk membuat produksi.

b. Biaya Penilaian

biaya yang berhubungan dengan penentuan derajat konfirmasi terhadap persyaratan

kualitas (spesifikasi yang telah ditentukan). Biaya penilaian antara lain:

1. Inspeksi dan pengujian kedatan material. Biaya-biaya yang berkaitan dengan

penentuan kualitas dari material yang dibeli, apakah melalui inspeksi pada saat

penerimaan, melakukan inspeksi yang dilakukan pada pemasok, atau melalui

inspeksi yang dilakukan oleh pihak ketiga.

2. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses. Biaya yang berkaitan dengan

evaluasi tentang konfirmasi produk dalam proses terhadap persyaratan kualitas

(spesifikasi) yang telah ditetapkan.

3. Inspeksi dan pengujian produk akhir. Biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi

tentang konfirmasi produk akhir terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang

telah di tetapkan.

4. Audit kualitas produk. Biaya-biaya untuk melakukan audit kualitas pada produk

dalam proses atau produk akhir.

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

5. Pemelihiaraan akurasi peralatan pengujian. Biaya-biaya dalam melakukan

kalibrasi (penyesuaian) untuk mempertahankan akurasi instrumen pengukuran dan

peralatan.

6. Evaluasi stok. Biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam

penyimpanan untuk menilai degradasi kualitas.

c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs)

Biaya kegagalan internal yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan

nonkorfimasi yang ditemukan sebelum menyerahkan produk ke pelanggan.

Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan kesalahan atau

nonkorfimasi dalam produk sebelum pengiriman. Biaya kegagalan internal antara lain:

1. Scrap. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya

overhead pada produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali.

Terdapat banyak ragam dari jenis ini, yaitu scrap, cacat, pemborosan, usang, dan

lain-lain.

2. Pengerjaan ulang (rework). Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan

(mengerjakan ulang) produk agar memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

3. Analisis kegagalan. Biaya yang dikeluarkan untuk menganalisis kegagalan produk

guna menentukan kegagalan-kegagalan produk.

4. Inspeksi ulang dan pengujian ulang. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi

ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan ulang atau

perbaikan kembali.

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

5. Downgrading. Selisih antara harga jual normal dan harga yang dikurangi karena

alasan kualitas.

6. Avoidable process losses. Biaya-biaya kehilangan yang terjadi, meskipun produk

itu tidak cacat. Sebagai contoh : kelebihan bobot produk yang diserahkan ke

pelanggan karena variabilitas dalam peralatan pengukuran, dan lain-lain

d. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs)

biaya kegagalan eksternal yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan kesalahan dan

nonkorfimasi yang ditemukan setelah menyerahkan produk kepada pelanggan. Dari

semua biaya kualitas, kategori biaya ini dapat yang jadi paling merugikan. Biaya

kegagalan eksternal antara lain:

1. Biaya penanganan keluhan dan klaim pelanggan. Biaya ini mencakup biaya total

untuk menginvestigasi, memecahkan persoalan, dan menanggapi pelanggan

individual atau komplain atau pernyataan pemakai, termasuk jasa tertentu yang

diperlukan.

2. Biaya penggantian garansi (returned good). Biaya ini mencakup biaya total dalam

mengevaluasi dan memperbaiki atau mengganti barang-barang yang tidak diterima

oleh pelanggan karena masalah yang berhubungan dengan kualitas.

3. Biaya perbaikan dan ongkos kirim produk yang dikembalikan. Biaya ini mencakup

total biaya atas klaim yang dibayarkan kepada pelanggan atau pemakai setelah

persetujuan untuk menutup biaya-biaya, termasuk biaya perbaikan, seperti

memindahkan hardware yang rusak dari suatu sistem.

4. Biaya tuntunan lebih jauh dari pelanggan karena menerima produk yang tidak

memenuhi standar kualitas. Biaya yang dibayar perusahaan karena klaim

pertanggungjawabkan, termasuk biaya asuransi produk atau jasa.

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

5. Penalties. Penalty costs adalah biaya yang terjadi karena pelaksanaan jasa atau

produk yang tidak mencapai ketentuan yang diterapkan dalam kontrak dengan

pelanggan, atau peraturan pemerintah.

6. Lost sales. Lost sales adalah nilai kontribusi kepada profit yang hilang karena

berkurangnya penjualan yang disebabkan oleh malasah kualitas.

e. Hubungan Antar Jenis Biaya Kualitas

Biaya pencegahan dan penilaian bersifat ‘sukarela’ sementara biaya

kegagalan internal dan eksternal bersifat ‘tidak sukarela’ karena perusahaan biasa

dipaksa untuk membayar biaya ini. Biaya pencegahan dan penilaian disebut costs of

conformance (biaya kesesuaian), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk

memastikan produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu, biaya

kegagalan internal dan eksternal disebut cost of nonconformance (biaya

ketidaksesuaian). Biaya kualitas sama dengan jumlah cost of conformance dan cost of

nonconformance. Untuk menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal yang

merupakan cost of nonconformance adalah dengan cara meningkatkan cost of

conformance. Pada akhirnya total biaya kualitas akan lebih rendah. (Sandag, dkk,

2014)

f. Pandangan Terhadap Biaya Kualitas dan Jumlah Kesalahan

Banyak manajer bisnis yang beranggapan bahwa peningkatan kualitas

bersamaan dengan peningkatan biaya, sehingga kualitas yang lebih tinggi berarti biaya

yang lebih tinggi pula. Pertanyaan ini dipertanyakan oleh para pioneer kualitas.

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

Dewasa ini, ada tiga kategori pandangan yang berkembang diantara para praktisi

mengenai biaya kualitas, yaitu sebagai berikut (Tjiptono dan Diana, 2008:41) :

1. Kualitas yang semakin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi. Atribut kualitas

seperti kinerja dan karakteristik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar

dalam hal tenaga kerja, bahan baku, disain, dan sumber daya ekonomis lainnya.

Manfaat tambahan dari peningkatan kualitas tidak dapat menutupi biaya

tambahan.

2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah dari pada penghematan yang dihasilkan.

Pandangan ini pertamakali dikemukakan oleh Deming dan dianut oleh para

manufaktur Jepang. Penghematan dihasilkan dari berkurangnya tingkat pengerjaan

ulang, produk cacat, dan biaya langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.

3. Biaya kualitas merupakan biaya yang sebenarnya melebihi biaya yang terjadi bila

barang atau jasa dihasilkan secara benar sejak saat pertama produksi.pandangan

ini dianut oleh para pendukung filosofi TQM. Biaya tidak hanya menyangkut

biaya bahan langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan

pangsa pasar, dan banyak biaya tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan

tidak teridentifikasi oleh sistem akuntansi biaya.

g. Laporan Kinerja Biaya

Memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan

keputusan tentang biaya kualitas. Laporan kinerja ini penting untuk program

perbaikan kualitas. Manajemen memerlukan laporan biaya kualitas secara periodik

dalam bentuk perbandingan antar periode akuntansi. Empat jenis kemajuan yang dapat

diukur dan dilaporkan menurut Supriyono (2010:201) adalah :

1. Laporan Standar Interim

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

Laporan kinerja mutu interim membandingkan biaya sesungguhnya untuk periode

tersebut dengan yang dianggarkan.

2. Laporan Trend Satu Periode

Laporan trend satu periode membandingkan kinerja tahun ini dengan cara

membandingkan biaya mutu yang sesunggunhnya terjadi pada tahun ini dan biaya

mutu sesungguhnya di tahun sebelumnya.

3. Laporan Trend Periode Ganda

Laporan ini menunjukan kemajuan sejak awal mula program penyempurnaan

mutu sampai akhir.

4. Laporan Jangka Panjang

Laporan kinerja mutu jangka panjang membandingkan biaya mutu sesungguhnya

untuk periode ini dengan biaya yang diharapkan jika standar kerusakan nol

tercapai dengan anggapan tingkat penjualan sama dengan tingkat penjualan

periode ini.

Manfaat dalam menganalisis serta melaporkan biaya kualitas yaitu :

1) Biaya kualitas sebagai alat pengukur (Measurement Tool). Melalui biaya kualitas

dapat diperolehpengukuran dalam nilai uang yang setiap aktivitas kualitas. Selain itu

juga mengadakan pengukuran yang komparatif untuk mengevaluasi program kualitas

dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

2) Biaya kualitas sebagai alat analisis proses kualitas (Process-Quality Analysis Tool).

Biaya kualitas yang dibagi-bagi berdasarkan lini produk dan bagian dari aliran proses

berguna sebagai alat analisis yang akan menunjukan daerah permasalahan utama.

3) Biaya kualitas sebalai alat pemprograman (Programing Tool). Suatu analisis

menyediakan suatu dasar bagi pelaksanaan suatu tindakan melalui program yang

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

dibentuknya. Salah satu fungsi dari program adalah penugasan sumber daya yang

tersedia untuk melaksanakan tindakan. Demikian juga analisis terhadap kualitas akan

dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasikan tindakan mana yang akan

memberikan keuntungan terbesar sehingga dapat diperioritaskan.

4) Biaya kualitas sebagai alat penganggaran (Budgetting-Tool). Biaya kualitas

merupakan suatu penunjuk terhadap penganggaran pengeluaran yang diperlukan untuk

mencapai kualitas yang diinginkan.

5) Biaya kualitas sebagai alat peramalan (Predictive Tool). Data mengenai biaya kualitas

dapat diperguanakan untuk mengevaluasi dan meyakinkan prestasi yang berhubungan

dengan pencapaian sasaran dan menghadapi persaingan di pasar dan berguna juga

sebagai alat evaluasi atas produk.

5. Produk Rusak

Produk rusak merupakan produk gagal yang secara teknis atau ekonomis tidak dapat

diperbaiki menjadi produk yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh

perusahaan. Produk rusak sudah menelan semua unsur biaya produksi (bahan baku,

tenaga kerja dan overhead pabrik). Menurut Kholmi & Yuningsih (2009), “Produk rusak

adalah barang yang dihasilkan tidak dapat memenuhi standar yang telah ditentukan dan

tidak dapat diperbaiki secara ekonomis.”

Sedangkan Bustami & Nurlela (2007) mendefinisikan bahwa: “Produk rusak adalah

produk yang dihasilkan dalm proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.” Produk rusak dapat diakibatkan oleh dua

sebab, yakni: Pertama, produk rusak disebabkan oleh kondisi eksternal, misalnya karena

spesifikasi pengerjaan yang sulit yang ditetapkan oleh pemesan, atau kondisi ini biasa

disebut “sebab abnormal”. Kedua, produk rusak yang disebabkan oleh pihak internal

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44301/3/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sari (2006) melakukan penelitian tentang peranan Biaya Kualitas

yang biasa disebut “sebab normal”, misalnya bahan baku yang kurang baik, peralatan dan

tenaga ahli.

Mulyadi, (2011: 324) berpendapat bahwa, produk rusak yang terjadi selama proses

produksi mengacu pada produk yang tidak dapat diterima oleh konsumen dan tidak dapat

dikerjakan ulang. Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telah

ditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik.