Upload
annisa-rizkitania
View
99
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aterosklerosis
2.1.1 Definisi Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu penyakit arteri akibat terbentuknya
lesi lemak yang disebut plak pada permukaan dalam dinding arteri. Salah
satu kelainan yang dapat diketahui secara dini pada pembuluh darah
yang kemudian menjadi cikal bakal aterosklerosis adalah terjadinya
kerusakan pada endotel vaskular. Hal ini kemudian dapat meningkatkan
terjadinya paparan molekul adhesi pada sel endotel, dan menurunkan
kemampuan endotel tersebut untuk melepaskan nitric oxide dan zat lain
yang dapat membantu mencegah kerusakan endotel (Guyton, 2008).
Aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Athere
yang berarti “bubur encer”, dan skleros yang berarti “pengerasan”. Jadi,
aterosklerosis berarti penebalan yang biasa terjadi pada tunika intima
arteri yang mencirikan lesi yang khas. Pada dasarnya aterosklerosis
merupakan suatu keadaan ketika arteri mengalami penebalan,
penyumbatan, dan menjadi tidak elastis akibat adanya penumpukan
lemak di sekitar dinding arteri. Berdasarkan beberapa jurnal penelitian,
penyakit ini dianggap sebagai suatu akibat dari kedaan terganggunya
metabolisme lipid di dalam tubuh. Bila aterosklerosis terjadi pada ateri
yang menyuplai darah ke otak maka akan menimbulkan stroke, bila terjadi
7
pada arteri coronaria dapat menimbulkan penyakit jantung yang dapat
menyebabkan kematian (Silalahi, 2006)
2.1.2 Patofisiologi Aterosklerosis
Ketika kemampuan endotel untuk mengikat Nitric oxide menurun,
maka endotel menjadi mudah rusak. Setelah kerusakan endotel terjadi,
monosit dan lipid (kebanyakan berupa lipoprotein berdensitas rendah)
mulai menumpuk di tempat yang mengalami kerusakan. Monosit melalui
endotel, memasuki lapisan intima dinding pembuluh, dan berdiferensiasi
menjaid makrofag, yang selanjutnya mencerna dan mengoksidasi
tumpukan lipoprotein sehingga makrofag menyerupai busa. Sel busa ini
kemudian bersatu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak
yang dapat dilihat.
Semakin lama fatty streak akan menjadi lebih besar, jaringan otot
polos serta fibrosa di sekitarnya berproliferasi membentuk plak yang
semakin lama menjadi semakin besar akibat inflamasi yang disebabkan
karena pengeluaran zat oleh makrofag. Penimbunan lemak ditambah
dengan proliferasi sel membuat plak semakin membesar, dan menonjol
ke dalam lumen arteri, sehingga menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah. Arteri yang mengalami aterosklerosis kehilangan
sebagian besar distensibilitasnya, sehingga menjadi mudah robek dan
dapat menghentikan aliran darah secara tiba-tiba (Guyton, 2008).
2.1.3 Penyebab Aterosklerosis
Faktor penting yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis
adalah konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam plasma darah.
8
Konsentrasi plasma dari lipoprotein berdensitas rendah yang tinggi
kolesterol ini dapat meningkat akibat beberapa faktor, yaitu:
1. tingginya konsumsi lemak jenuh sehari-hari
2. obesitas
3. kurangnya aktivitas fisik
4. Diabetes melitus
5. Hipertensi
6. Hiperlipidemia
7. Merokok
Faktor-faktor diatas bekerja secara sinergis untuk meningkatkan resiko
timbulnya aterosklerosis (Guyton, 2008).
2.2 Kolesterol
2.2.1 Definisi Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol utama dalam jaringan manusia yang
mempunyai formula C27H45OH. Memiliki gugus polar pada bagian
kepalanya, yaitu gugus hidroksil pada posisi 3 (Kotiah, 2007). Struktur
kimia kolesterol dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur kimia kolesterol (Kotiah, 2007).
9
Sekitar 80% kolesterol di sintesis di dalam hati dari hasil
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, dan selebihnya didapatkan
dari bahan makanan sumber kolesterol. Kolesterol di dalam tubuh
memiliki fungsi ganda, di satu sisi diperlukan sebagai bahan
pembentukan steroid penting seperti asam empedu, asam folat, hormon-
hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron, tetapi di
sisi lain dapat membahayakan tergantung dari berapa banyak kadarnya
terdapat di dalam tubuh.
Jika kolesterol terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam
darah, dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis.
Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada pembuluh darah di
otak dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler (Almatsier, 2004).
2.2.2 Biosintesis Kolesterol
Biosintesis kolesterol di dalam tubuh dapat dibagi menjadi 5
tahap, yaitu:
1. Sintesis mevalonat dari asetil-KoA.
Pada awalnya, dua molekul asetil-KoA bersatu untuk membentuk
asetoasetil-KoA. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetoasetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA sintase,
untuk membentuk HMG-KoA, yang kemudian direduksi menjadi
mevalonat oleh NADPH. Ini merupakan tahap regulatorik utama di
jalur sintesis kolesterol, dan merupakan tempat kerja untuk obat
10
penurun kadar kolesterol golongan statin, yaitu inhibitor HMG-KoA
reduktase.
2. Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat melalui pengeluaran
CO2
Mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP, kemudian terbentuk unit
isoprenoid aktif, isopentenil difosfat.
3. Kondensasi 6 unit isoprenoid untuk membentuk skualen
Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan
rangkap, kemudian membentuk zat geranil difosfat. Setelah
mengalami kondensasi lebih lanjut membentuk farnesil difosfat,
kemudian membentuk skualen.
4. Siklisasi skualen menghasilkan steroid induk lanosterol
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur yang sangat mirip
dengan inti steroid. Kemudian terjadi peristiwa siklisasi oleh
oksidoskualen, sehingga terbentuk lanosterol.
5. Pembentukan kolesterol dari lanosterol.
Pembentukan lanosterol menjadi kolesterol berlangsung di dalam
membran retikulum endoplasma (Murray, 2009). Biosintesis kolesterol
dalam tubuh dapat dilihat pada gambar 2.2.
11
Gambar 2.2 Jalur Pembentukan Kolesterol (Murray, 2009).
2.2.3 Metabolisme dan Ekskresi Kolesterol
Pada kolesterol endogen, hati membentuk sebagian besar
kolesterol di dalam tubuh yang bertugas membantu mengangkut lemak ke
berbagai bagian tubuh yang membutuhkan untuk dijadikan energi, atau
ke tempat penyimpanan lemak, seperti pinggul dan perut. Sedangkan
untuk kolesterol eksogen yang berasal dari makanan, kolesterol akan
diabsorpsi di dalam usus. Kolesterol dan unsur lemak lainnya tidak dapat
larut di dalam darah, oleh karena itu kolesterol harus berikatan dengan
protein untuk membentuk senyawa yang larut. Protein tersebut disebut
dengan lipoprotein. Lipoprotein terdiri dari:
12
1. Kilomikron
Kilomikron memiliki densitas 0,9-0,94 g/ml dengan ukuran 75-
1000 nm, dan komposisinya terdiri dari molekul trigliserida 85-
90%, kolesterol 6%, protein 1% dan fosfolipid 5%. Kilomikron
dalam plasma akan mengalami katabolisme oleh enzim lipase,
dengan demikian maka kilomikron akan menghilang dari plasma
darah setelah berpuasa selama 12-14 jam.
2. VLDL (very low density lipoprotein)
Wirahadikusumah (1985) dalam Kotiah (2007), menjelaskan
bahwa sisa kolesterol yang tidak diekskresikan dalam empedu
akan bersatu dengan VLDL sehingga menjadi LDL . Dengan
bantuan enzim lipoprotein lipase, VLDL diubah menjadi IDL dan
selanjutnya menjadi LDL. Densitas VLDL 0,94-1,006 g/ml dengan
ukuran 30-70 nm, komposisinya terdiri dari senyawa trigliserida
50-60%, kolesterol 15-19%, protein 8-10% dan fosfolipid 15-18%.
3. LDL (low density lipoprotein)
Densitas LDL 1,006-1,063 g/ml dan ukurannya adalah 15-25 nm,
komposisinya terdiri dari trigliserida 10%, kolesterol 42-45%,
protein 20-26%, dan fosfolipid 23%.
4. IDL (intermediate density lipoprotein)
Merupakan lipoprotein berdensitas antara, mengandung 20 – 25%
trigliserida. IDL merupakan sisa-sisa dari VLDL dan dapat
dikatabolisme di hati.
5. HDL (high density lipoprotein)
13
Densitasnya 1,063-1,21 g/ml dengan ukuran 7,5-10 nm.
Komposisinya terdiri dari 2-5% trigliserida, kolesterol 18-20%,
protein 45-50% dan fosfolipid 30%. Fungsi utama HDL adalah
membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan
mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar dari tubuh
lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer
menjadi berkurang.
Di dalam plasma, kolesterol diangkut di dalam lipoprotein, dengan
proporsi tertinggi pada LDL. Ester kolesteril dalam makanan dihidrolisis
menjadi kolesterol, kemudian diserap oleh usus bersama dengan
kolesterol tak-teresterifikasi dan lipid lain dalam makanan. Bersama
dengan kolesterol yang disintesis di usus, kolesterol ini kemudian
dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa untuk
diangkut menuju hati. Dari hati, kolesterol dibawa oleh VLDL untuk
membentuk LDL melalui perantara IDL (Intermediate Density Lipoprotein).
LDL akan membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai
dengan kebutuhan. Sisa kolesterol di perifer akan berikatan dengan HDL
dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan di jaringan.
Kolesterol yang ada di hati akan diekskresikan menjadi asam empedu
yang sebagian dikeluarkan melalui feses, dan sebagian asam empedu
diabsorbsi oleh usus melalui vena porta hepatik yang disebut dengan
siklus enterohepatik. Hanya sebagian kecil garam empedu yang lolos dari
absorpsi sehingga dikeluarkan melalui tinja. Bagaimanapun, jalur ini
merupakan jalur utama untuk eliminasi kolesterol.
14
Setiap hari, sejumlah kecil asam empedu (3 – 5 gram) didaur
melalui usus sebanyak 6 – 10 kali, dan asam empedu dalam jumlah yang
setara dengan jumlah yang keluar melalui tinja yang dibentuk dari
kolesterol (Murray, 2009). Mekanisme pengangkutan kolesterol di dalam
tubuh dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Mekanisme Pengangkutan Kolesterol (Murray, 2009).
15
Kadar lemak yang abnormal dalam sirkulasi darah (terutama
kolesterol) bisa menyebabkan masalah jangka panjang. Resiko terjadinya
arterosklerosis meningkat pada seseorang yang mempunyai kadar
kolesterol total yang tinggi. Kadar kolesterol rendah biasanya lebih baik
dibandingkan dengan kadar kolesterol yang tinggi, tetapi kadar yang
terlalu rendah juga tidak baik. Kadar kolesterol total yang ideal adalah
≤140-200 mg/dl. Jika kadar kolesterol total mendekati 300 mg/dl maka
resiko terjadinya serangan jantung menjadi 2 kali lebih besar (Agus,
2009).
Peningkatan kadar kolesterol di dalam darah dapat disebabkan
oleh 3 hal, yaitu diet yang terlalu banyak mengandung kolesterol dan
lemak sehingga tubuh tidak mampu untuk mengendalikannya, ekskresi
kolesterol ke kolon melalui asam empedu terlalu sedikit, dan apabila
produksi kolesterol di dalam hati terlalu banyak. Selain itu bisa juga
karena penyalahgunaan alkohol akut, diabetes tidak terkontrol dengan
baik, kelenjar hipofisa yang terlalu aktif, penggunaan obat-obatan tertentu
seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan
tertentu), gagal ginjal, dan keturunan (Agus, 2009). Secara keseluruhan,
mekanisme metabolisme kolesterol di dalam tubuh dapat dilihat pada
gambar 2.4.
16
Gambar 2.4 Metabolisme Kolesterol (Kotiah, 2007).
17
Sebagian kolesterol diangkut ke dalam membran (lihat gambar
2.4, reaksi 11 dan 13) bersama-sama dengan fosfolipid bilayer,
membentuk komponen penting dari struktur membran. Kolesterol juga
dipakai sebagai kofaktor untuk berinteraksi dengan hormon steroid (lihat
gambar 2.4, reaksi 9), asam empedu (lihat gambar 2.4, reaksi 10), dan
senyawa steroid lainnya. Bila jumlah kolesterol melebihi batas normal,
berbagai proses akan terinduksi untuk mengimbangi kelebihan kolesterol.
Aktivitas HMG-KoA reduktase mikrosom dan HMG Ko-A sintase (lihat
gambar 2.4, reaksi 1 dan 2) dihambat. Laju katabolisme kolesterol (lihat
gambar 2.4, reaksi 10) meningkat arena adanya rangsangan terhadap
enzim 7α-hidroksilase. Asil Ko-A kolesterol asiltransferase dirangsang,
sehingga kolesterol berlebih diubah oleh asam lemak bebas menjadi
senyawa esternya, kemudian disimpan dalam sitoplasma (lihat gambar
2.4, reaksi 8 berjalan ke kanan), sedangkan biosintesis reseptor
lipoprotein ditahan. Jika produksi molekul reseptor berkurang (lihat
gambar 2.4, reaksi 6 dan 7 dihambat). Semakin banyak kolesterol,
menyebabkan pengangkutan kolesterol ke dalam membran (lihat gambar
2.4, reaksi 11, 13, dan 15) meningkat. Proses pengeluaran kolesterol
melalui VLDL dari sel hati, atau dengan HDL dari sel tepi akan meningkat
apabila reaksi 11, 12, dan 14 dirangsang (Kotiah, 2007).
Sebaliknya, bila jumlah kolesterol lebih sedikit daripada yang
diperlukan, kolesterogenesis akan dirangsang, katabolisme kolesterol
(lihat gambar 2.4, reaksi 10) serta proses pengangkutan kolesterol (lihat
gambar 2.4, reaksi 11, 12, dan 14) berkurang, sedangkan pengambilan
dari luar melalui lipoprotein akan meningkat (lihat gambar 2.4, reaksi 6, 7,
18
dan 15 dirangsang). Jumlah kolesterol yang rendah akan merangsang
kolesterogenesis dengan meniadakan penekanan sintesis enzim HMG
Ko-A reduktase dan HMG Ko-A sintase (lihat gambar 2.4, reaksi 1, 2, dan
3 dirangsang). Hasil reaksi katabolisme kolesterol 7β-hidroksikolesterol
dan asam empedu akan menghambat kegiatan enzim kolesterol 7α-
hidroksilase melalui penghambatan balikan, sehingga menurunkan laju
reaksi perubahan kolesterol menjadi 7β- hidroksikolesterol (lihat gambar
2.4, reaksi 10 terhambat). Reaksi pembentukan ester kolesterol dengan
asiltransferase akan berjalan ke kiri sehingga kolesterol banyak terbentuk
(lihat gambar 2.4, reaksi 8 berjalan ke kiri). Biosintesis reseptor lipoprotein
naik karena jumlah molekul reseptor bertambah (lihat gambar 2.4, reaksi
6 dan 7 dirangsang). Proses pemasukan kolesterol ke dalam membran
berkurang mengakibatkan pengangkutan kolesterol ke dalam membran
menurun (Kotiah, 2007).
2.2.4 Hubungan Kolesterol dengan Arteroklerosis
Kolesterol yang berlebihan di dalam darah akan mudah melekat
pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL sebagai
pengangkut kolesterol, akan menembus dinding pembuluh darah melalui
lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih
dalam yaitu intima. LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan
mengalami oksidasi pertama sehingga terbentuk LDL teroksidasi. LDL-
teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan
menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima,
dan kemudian menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit menjadi
19
makrofag. LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua yang
dapat menyebabkan LDL teroksidasi sempurna yang dapat mengubah
makrofag menjadi sel busa (foam cell).
Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk
gumpalan yang makin lama akan semakin membesar, sehingga
membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh
darah. Keadaan ini akan semakin memperburuk, karena LDL yang
teroksidasi sempurna juga akan merangsang sel-sel otot pada lapisan
pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima,
dan kemudian jumlahnya akan semakin banyak. Timbunan lemak di
dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran
pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah menjadi kurang
lancar.
Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan
mudah pecah, sehingga dapat meninggalkan bekas luka pada dinding
pembuluh darah yang dapat mengaktifkan zat-zat pembekuan darah.
Karena pembuluh darah sudah mengalami penyempitan dan pengerasan
oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini dapat semakin menyumbat
pembuluh darah secara total (LIPI, 2009). Perkembangan plak yang
dapat menyumbat pembuluh darah dapat dilihat pada gambar 2.5
20
Gambar 2.5 Perkembangan plak aterosklerosis (LIPI, 2009).
2.3 Diet Aterogenik
2.3.1 Definisi Diet Aterogenik
Diet aterogenik adalah diet tinggi kolesterol dan tinggi lemak, yang
bertujuan untuk meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Diet
aterogenik mengandung kolesterol, asam kolat, dan lemak (Nurdiana,
2008). Diet aterogenik dapat menyebabkan penekanan pada fungsi
reseptor LDL, sehingga dapat memperpanjang metabolisme LDL di dalam
plasma. Selain itu, pemberian diet ini bertujuan untuk membentuk kondisi
kelebihan lemak pada tikus, sehingga tercapai tercapai kondisi yang
mewakili tahap aterosklerosis (Hendrayati, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muwarni, dkk,
mengungkapkan bahwa pemberian pakan aterogenik dengan komposisi
pakan normal yang ditambah dengan kolesterol 2%, asam kolat 0,2 %
dan minyak babi 5% selama 8 minggu terbukti dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah dan menginduksi terbentuknya sel busa (Nurdiana,
2008).
21
1. Kolesterol
Kolesterol biasanya terdapat di dalam makanan yang bersumber dari
hewan dan diperoleh dari hasil sintesis lemak di dalam hati. Bahan
bakunya berupa karbohidrat, protein, atau lemak. Kolesterol
mempunyai fungsi ganda di dalam tubuh yaitu di satu sisi diperlukan
di sisi lain bila kadarnya terlalu banyak di dalam tubuh bisa
membahayakan. Kolesterol merupakan komponen esensial membran
struktural semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan
saraf juga merupakan bahan untuk pembentukan sejumlah steroid
penting seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal
korteks, estrogen, androgen, dan progesteron. Apabila kolesterol
terdapat terlalu banyak di dalam darah maka dapat membentuk
endapan papa dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan
penyempitan yang dinamakan aterosklerosis (Almatsier, 2004).
2. Asam Kolat
Asam kolat mempunyai nama kimia 3,7,12-Trihydroxycholanic
(C24H40)5). Asam kolat berbentuk bubuk kristal yang mempunyai
rasa pahit, dan biasanya digunakan sebagai foam stabilizer. Dari hasil
suatu penelitian diketahui dengan pemberian asam kolat selama 8
minggu dapat meningkatkan kadar kolesterol dan terbentuknya sel
busa yang bermakna. Apabila dalam diet aterogenik tidak diberikan
asam kolat, maka akan meningkatkan baik HDL maupun LDL
sehingga asam kolat juga diduga berfungsi untuk menurunkan kadar
HDL (Murwani, dkk, 2005).
22
3. Minyak Babi
Minyak babi merupakan hasil yang diperoleh dari jaringan babi, dapat
digunakan sebagai shortening dan juga berfungsi sebagai olesan
pada makanan. Kandungan dalam minyak babi adalah asam lemak
jenuh tinggi dan juga kolesterol yang sangat tinggi dibandingkan
minyak hewani lainnya.
Berdasarkan Nutrisurvey SEAMEO-TROPMED University of
Indonesia, kandungan gizi minyak babi per 100 gram adalah:
Energi = 900 kkal
Karbohidrat = 0
Lemak = 99,7 mg
PUFA = 10,8 gram
Kolesterol = 86 mg
Protein = 0,1 gram
Pemberian minyak babi pada diet aterogenik menyebabkan
meningkatnya kadar kolesterol dalam darah hewan coba, karena
minyak babi memiliki kandungan asam lemak jenuh dan kolesterol
sekitar 38-43%. Selama 14 hari, minyak babi akan meningkatkan
kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah yang disertai dengan
peningkatan lipoprotein. Hal ini disebabkan karena asam lemak yang
terkandung dalam minyak babi di metabolisme menjadi asetil-KoA
(prekusor sintesis kolesterol endogen). Kolesterol endogen maupun
eksogen tidak dapat larut dalam darah, untuk dapat mengalir dalam
aliran darah dan menuju jaringan yang membutuhkan, maka
23
diperlukan suatu protein yang dapat mengikat kolesterol dan
membentuk kompleks lipid-protein (lipoprotein). Peningkatan
lipoprotein ini dapat memicu peningkatan kolesterol total, LDL, dan
trigliserida dalam darah yang dapat menyebabkan hewan coba
berada dalam kondisi hiperkolesterolemia, yang merupakan faktor
resiko terjadinya aterosklerosis.
2.4 Serat
2.4.1 Definisi Serat
Dietary fiber didefinisikan sebagai bagian dari komponen bahan
pangan nabati yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan
manusia. Saat ini, definisi serat diperluas lagi sehingga seluruh
polisakarida dan lignin yang tidak dapat dicerna oleh saluran
pencernaan manusia termasuk ke dalam serat makanan (Rusilanti,
2007).
Serat makanan dibagi menjadi tiga fraksi utama, yaitu:
1. Polisakarida struktural, terdapat dalam dinding sel dan terdiri
dari selulosa dan polisakarida non-selulosa, hemiselulosa
(arabinoksilan, galaktomanan, dan glukomanan), substansi pektat,
betaglukan, musilase, gum, dan polisakarida algal.
2. Non-polisakarida struktural, sebagian besar terdiri dari lignin.
3. Polisakarida non-struktural, termasuk gum dan mucilage serta
polisakarida seperti karagenan dan agar dari rumput laut.
24
Kandungan serat dalam bahan pangan (serat makanan) sangat
tergantung kepada jenis bahan pangan tersebut. Serat dalam
makanan digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
1) Serat yang larut atau SDF (Soluble Dietary Fiber), adalah
serat makanan yang dapat larut dalam air hangat atau panas,
serta dapat mengendap oleh air yang telah dicampur dengan
empat bagian etanol. Gum, pektin, dan sebagian hemiselulosa
larut yang terdapat dalam dinding sel tanaman merupakan
sumber serat makanan. Ada juga beta-glukan yang terdapat
pada oat dan barley, seaweed seperti alginat, karagenan, dan
agar yang merupakan serat dari tumbuhan laut. Serat bakteri
seperti nata de coco dan lignin yang terdapat pada buah dan
sayur.
2) Serat yang tidak larut atau IDF (Insoluble Dietary Fiber),
adalah serat makanan yang tidak larut dalam air panas
maupun dingin. Sumber serat yang tidak larut yaitu selulosa,
lignin dan sebagian besar hemiselulosa, lilin yang terdapat
hampir di semua jenis bahan pangan nabati khususnya buah
dan sayuran (Anwar, 2004).
2.4.2 Manfaat Serat Untuk Menurunkan Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor resiko untuk
penyakit jantung, karena itu konsumsi serat larut yang dapat
menurunkan kadar kolesterol sangat bermanfaat untuk mencegah
terjadinya penyakit jantung. Beberapa manfaat dari serat adalah:
25
a. Berkurangnya absorpsi lemak
Baik serat larut (pektin, gum, dan β-glukan) maupun serat tak larut
(lignin) dapat mempengaruhi absorpsi lemak dengan cara mengikat
asam lemak, kolesterol, dan garam empedu di saluran cerna. Asam
lemak dan kolesterol yang terikat dengan serat tidak dapat
membentuk micelle yang sangat dibutuhkan untuk penyerapan lemak
agar dapat melewati unstirred water layer masuk ke enterosit.
Akibatnya, lemak yang berikatan dengan serat tidak bisa diserap, dan
akan terus ke usus besar untuk diekskresi melalui feses atau
didegradasi oleh bakteri usus.
b. Meningkatkan ekskresi garam empedu
Serat akan mengikat garam empedu sehingga micelle tidak dapat
terbentuk. Di samping itu, garam empedu yang telah terikat oleh serat
ini tidak dapat direabsorpsi dan di-resirkulasi melalui siklus
enterohepatik lagi. Akibatnya, garam empedu ini akan terus ke usus
besar untuk dibuang melalui feses atau didegradasi oleh flora usus.
c. mengurangi kadar kolesterol serum
Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol serum melalui
beberapa cara, yaitu:
1) dengan meningkatnya ekskresi garam empedu dan kolesterol
melalui feses, maka garam empedu yang mengalami sikus
enterohepatik juga berkurang. Berkurangnya garam empedu yang
masuk ke hati untuk siklus enterohepatik dan berkurangnya
absorpsi kolesterol, akan menurunkan kadar kolesterol sel hati.
Sebagai kompensasi, hal ini akan meningkatkan pengambilan
26
kolesterol dari darah yang akan dipakai untuk sintesis garam
empedu yang baru, yang kemudian akan berakibat pada
menurunnya kadar kolesterol dalam darah.
2) terjadinya perubahan pool garam empedu dari cholic acid menjadi
chenodeoxycholic acid yang menghambat 3-hydroxy 3-
methylglutaryl (HMG) CoA reductase yang dibutuhkan untuk
sintesis kolesterol
3) penelitian pada hewan menunjukkan propaonat atau asam lemak
rantai pendek lain yang terbentuk sebagai hasil degradasi serat di
kolon akan menghambat sintesis asam lemak.
Dengan menurunnya kadar kolesterol di dalam darah, maka akan
menurunkan resiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung
(Zaimah, 2009).
2.5 Glukomanan
2.5.1 Definisi Glukomanan
Glukomanan adalah polisakarida dari jenis hemiselulosa yang
terdiri dari ikatan rantai galaktosa, glukosa, dan mannosa. Ikatan rantai
utamanya adalah glukosa dan mannosa, sedangkan rantai cabangnya
adalah galaktosa. Dalam satu molekul glukomannan terdapat D-mannosa
sejumlah 67% dan D-glukosa sejumlah 33% (Mahmud, 2010). Struktur
kimia glukomanan dapat dilihat pada gambar 2.6.
27
Gambar 2.6 Struktur Kimia Glukomanan (Kotiah, 2007).
Glukomanan banyak terdapat dalam tanaman Konjak (Iles-iles/
Amorphophallus muelleri Blume) sekitar 64%. Konjak glukomanan
merupakan serat alam kental yang paling mudah larut dan membentuk
larutan yang sangat kental, memiliki berat molekul tertinggi yaitu antara
200.000 – 2.000.000 Dalton, dan memiliki kapasitas tampung air terbesar
hingga mencapai 100 kali beratnya dalam air.
Ciri khas dari glukomanan yang terdapat dalam konjak, yaitu:
1. merupakan serat yang secara alami bisa larut dalam air, sehingga
di dalam air dapat membentuk larutan yang sangat kental.
2. membentuk gel, karena glukomanan di dalam air dapat
membentuk larutan yang sangat kental, maka dengan
penambahan air kapur zat glukomanan dapat membentuk gel, di
mana gel yang terbentuk mempunyai sifat khas dan tidak mudah
rusak.
3. mengembang, glukomanan dalam air mempunyai sifat
mengembang yang besar, daya mengembangnya sekitar 138% -
200%, sehingga glukomanan merupakan serat dengan viskositas
tinggi dalam menyerap air.
28
4. tidak mengandung lemak, gula, tepung atau protein, tidak
mengandung atau rendah kalori, serta bebas dari gandum dan
glutana.
5. tembus cahaya dan bersifat seperti agar-agar dan tidak berbau.
Larutan glukomannan dapat membentuk lapisan tipis film yang
mempunyai sifat tembus pandang, film yang terbentuk dapat larut
dalam air, asam lambung, dan cairan usus.
6. dapat disimpan di bawah suhu ruangan selama sekitar satu tahun.
7. mencair, glukomanan mempunyai sifat mencair seperti agar
sehingga dapat digunakan dalam media pertumbuhan mikroba.
2.5.2 Manfaat Glukomanan
Berdasarkan ciri khas yang telah dijelaskan di atas, glukomanan
memiliki banyak sekali manfaatnya di bidang industri. Di industri farmasi,
larutan glukomanan digunakan sebagai bahan pengikat dalam
pembuatan tablet. Pada pembuatan tablet dibutuhkan suatu bahan
pengisi yang dapat memecah tablet di dalam lambung, biasanya
digunakan pati atau agar-agar yang mempunyai sifat mengembang di
dalam air. Pada industri minuman, tepung glukomanan dapat digunakan
sebagai zat pengental misalnya dalam pembuatan sirop, sari buah dan
sebagainya. Tepung glukomanan juga dapat dibuat makanan, yaitu
dengan cara mencampur larutan glukomanan dengan air kapur (kalsium
hidroksida atau kalsium oksida), produk yang dihasilkan dikenal dengan
nama “konyaku”.
29
Selain di bidang industri, glukomanan juga memiliki manfaat dari
segi medis. Dari penelitian Ohtsuki (1968) dalam Mardhiyah (2006),
dijelaskan bahwa glukomanan dapat meningkatkan HDL dan menurunkan
trigliserida, selain itu diduga berpotensi sebagai antikanker. Di dalam
kolon, glukomanan akan difermentasi oleh bakteri bifidobacterium
menghasilkan asam lemak rantai pendek seperti asam butirat, asam
propionate, dan asam asetat. Butirat terbukti memiliki efek langsung
dalam mencegah kanker kolon secara invivo. Butirat juga dapat berperan
meningkatkan kekuatan sistem imun karena perannya sebagai sumber
energi bagi sel kolonosit sehingga menstimuli sel epitel dan pembebasan
sejumlah sitokin dan mediator pengaturan fungsi sel imunitas seperti IL-8
yang mampu mengaktifkan sel T sitotoksik sehingga mampu
mengeliminasi secara dini sel-sel yang mengalami perubahan.
(Mardhiyah, 2006). Berdasarkan sebuah penelitian disebutkan bahwa
pasien DM tipe 2 yang mengkonsumsi 1,2 gram glukomanan yang
berasal dari umbi konjak sebelum makan, dapat meningkatkan 1,16
mmol/L kadar HDL dalam darahnya (Chen, 2003).
2.5.3 Mekanisme Glukomanan Menurunkan Kolesterol
Penyumbatan pembuluh darah di jantung yang disebabkan oleh
penumpukan kolesterol yang berlebih sering kali terjadi. Di dalam tubuh,
salah satu fungsi kolesterol adalah sebagai bahan dasar yang diperlukan
tubuh untuk mensintesis asam empedu untuk pencernaan lemak. Seperti
serat larut air lainnya, glukomanan dapat menurunkan kadar koleseterol
darah dengan 2 cara, yaitu:
30
1. Glukomanan berikatan dengan kolesterol dan asam empedu di
dalam saluran cerna. Dengan adanya pengikatan kolesterol dan
asam empedu oleh glukomanan, nantinya akan dikeluarkan
bersama dengan feses dan tidak diserap lagi, sehingga kadar
asam empedu di dalam tubuh akan turun. Kondisi ini
menyebabkan tubuh secara alami membentuk asam empedu dari
kolesterol yang diambil dari peredaran darah sebagai
kompensasinya. Penyerapan kolesterol dari dalam darah tersebut
menyebabkan kadar VLDL yang terbentuk menjadi lebih sedikit.
Karena LDL disintesis dari VLDL, maka penurunan VLDL ini juga
menyebabkan penurunan pada kadar LDL di dalam darah.
Kolesterol tidak dapat dioksidasi di dalam tubuh. Oleh karena itu,
salah satu cara untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah
adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi asam empedu.
2. Serat di dalam usus akan mengikat asam lemak sehingga
menghambat penyerapan asam lemak yang akhirnya
menghalangi sintesis kolesterol. Asam lemak merupakan unsur
utama dari lemak, sehingga bila asam lemak diserap maka
penyerapan kolesterol pun akan terhalangi (Kotiah, 2007).
2.6 Iles-iles Kuning
2.6.1 Karakteristik Iles-iles Kuning
Umbi iles-iles memiliki karakteristik sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Ordo : Alismatales
31
Family : Araceae
Genus : Amorphophallus
Spesies : Onchophyllus
Tanaman iles-iles memiliki banyak jenisnya, salah satu yang
paling sering dibudidayakan di Indonesia adalah iles-iles kuning
(Amorphophallus oncophyllus Prain). Amorphophallus oncophyllus Prain
ini memiliki sinonim nama Amorphophallus muelleri Blume atau yang lebih
dikenal dengan porang (Endriyeni, 2002). Bentuk dari umbi iles-iles dapat
dilihat pada gambar 2.7
Gambar 2.7 Umbi Iles-iles kuning (Endriyeni, 2002).
Porang merupakan salah satu tanaman penghasil umbi yang
termasuk dalam familia Araceae. Tanaman ini memiliki tangkai bunga
(spadix) polos yang memiliki ukuran panjang kurang lebih 2 kali gabungan
antara panjang bunga jantan dan betina. Tangkai ini berbentuk jorong
atau oval memanjang, memapat secara lateral, berwarna merah muda
pucat, kekuningan atau coklat terang, dengan lekukan dan biji yang
32
dangkal dengan ukuran panjang 8-22c m dan lebar 2½ - 8 cm, diameter
1-3 cm.
Tanaman ini tumbuh dimana saja seperti di pinggir hutan jati,
dibawah rumpun bambu, di tepi-tepi sungai, di semak belukar dan di
tempat-tempat di bawah naungan yang bervariasi. Tanaman ini tumbuh
dari dataran rendah sampai 1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu
antara 25-350C, curah hujan 300-500 mm per bulan selama periode
pertumbuhan. Pada suhu di atas 350C daun tanaman ini akan terbakar,
sedangkan pada suhu rendah akan menyebabkan iles-iles menjadi
dorman (Perum Perhutani 1995; Sumarwoto 2005)
2.6.2 Morfologi Iles-iles Kuning
Tangkai bunga jantan memilik panjang ¾ - 1½ kali panjang
tangkai bunga betina, semakin melebar dan memanjang menuju pucuk.
Bagian tangkai bunga betina berbentuk silider, berukuran panjang antara
5-10 cm, ovarium terpisah menjadi 2 sel, berwarna ungu atau sedikit
keunguan, tangkai putik (stigma) sub-sessile, berada berdekatan dengan
ovarium, buah matang bulat memanjang sampai pucuk berwarna merah
terang, biasanya terdapat 2 biji, berukuran 12-18 mm. Dasar dari tangkai
bunga tanpa penutup (telanjang) memiliki panjang antara ½-1½ cm.
Kelopak bunga (spathe) mengembang lebih lebar daripada
pangkalnya, tumpul, berukuran panjang 12-27 cm, memanjang mendekati
setengah dari bagian dari tangkai bunga yang polos, bagian luar
berwarna hijau atau merah muda kekuningan, sampai ungu dengan
banyak bulatan. Bintik-bintik berwarna kuning pucat, bentukan seperti
33
lonceng (campanulate) yang setengahnya lebih pendek sedangkan
setengah bagian atasnya lebih tinggi pada anthesis.
Tangkai bunga (peduncle) polos, hijau dengan banyak bintik
berwarna pucat dan sangat mencolok, garis-garis pucat, berukuran antara
30-60 cm. Helaian daun membentang dengan ukuran panjang antara 60-
200 cm dengan bentuk mirip pisau persegi panjang, besar, memanjang,
tepi daun berwarna putih atau merah muda pucat mencolok. Pada
permukaan bawah lebih jelas terlihat tulang-tulang daun yang kecil.
Panjang tangkai daun antara 40-180 cm, dimana daun-daun yang lebih
tua berada pada pucuk di antara tiga segmen tangkai daun yang kecil tak
berambut. (Backer dan Van de Brink, 1986; Endriyeni, 2002).
2.6.3 Ketersediaan iles-iles di Indonesia
Produksi umbi porang di hutan Jawa Timur minimal dapat
mencapai 4 ton per hektar are, dan bila dibudidayakan lebih intensif dapat
mencapai 8 ton per hektar are. Untuk memperoleh pertumbuhan yang
baik, iles-iles dipengaruhi oleh kondisi tanah. Iles-iles tumbuh dengan
baik di hutan dengan tanah berterkstur ringan, yaitu pada kondisi liat
berpasir, strukturnya gembur dan kaya unsur hara, drainase baik,
kandungan bahan organik tanah tinggi, dan kisaran pH tanah antara 6.0-
7.5.
2.6.4 Kandungan iles-iles
Umbi kering porang akan menghasilkan glukomanan yang lebih
banyak daripada umbi basahnya. Hal ini disebabkan karena, kadar air
dari umbi yang dikeringkan lebih sedikit daripada kadar air pada umbi
34
basah. Kadar glukomanan akan turun seiring dengan tingginya kadar air.
Penyebab utamanya adalah, dengan adanya kadar air yang tinggi akan
memungkinkan aktivitas dari enzim yang terdapat pada umbi bertambah
sehingga mengakibatkan glukomanan yang terurai lebih banyak.
Porang mengandung 3,58 % glukomanan dalam bentuk umbi
basah serta 64,98% dalam bentuk tepung. Tepung porang kasar yang
dikeringkan mengandung 49–60% glukomanan sebagai polisakarida
utama, 10-30% pati, 2-5% serat, 5-14% protein kasar, 3-5% gula reduksi
dan 3.4-5.3% abu dan vitamin juga lemak yang rendah. Tinggi rendahnya
kadar glukomanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
umur tanaman, lama waktu setelah panen (Sumarwoto, 2005), kadar
kapur dalam tanah, ukuran bulbil dan perlakuan pasca panen. Kandungan
gizi dari iles-iles kuning dapat dilihat pada tabel 2.1, dan komposisi
tepung iles-iles kuning dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi 100 gram Iles-iles Kuning (Sumarwoto, 2005)
Kalori 69 kal
Protein 1.0 gr
Lemak 0.1 gr
Karbohidrat 15.7 gr
Kalsium 62 mg
Fosfor 41 mg
Besi 4.2 mg
Vitamin B1 0.07 mg
Air 82 gr
Bagian yang dapat dimakan 86%
35
Tabel 2.2 Komposisi Tepung iles-iles Kuning 100 g
Protein (%) 4.2Lemak (%) 0.04Serat (%) 5.5Abu (%) 5.7Oksalat (%) 0.35Glukomanan (%) 33Energi (kkal) 360
2.6.5 Manfaat Tanaman Iles-iles Kuning
Umbi iles-iles kuning banyak sekali manfaatnya, antara lain :
a. Iles-iles digunakan sebagai bahan baku pengganti makanan
pokok pada saat musim paceklik karena iles-iles ini merupakan
salah satu jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi (Sumarwoto, 2005)
b. Iles-iles mengandung serat yang tinggi dan tanpa kolesterol, serta
mengandung glukomanan sebesar 20-65%. Sangat baik untuk
kesehatan terutama untuk diet (Nunung, 2002)
c. Iles-iles sebagai serat pangan dalam jumlah tinggi akan
memberikan pertahanan pada manusia terhadap timbulnya
berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular,
kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah dan
kencing manis.