14
Karakteristik dan Perbaikan Pendengaran Penderita Tuli Mendadak Sensorineural Yang Dirawat Di RS.Dr.Mohammad Hoesin Palembang Monalieka , Yuli D. Memy, Abla Ghanie Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/ Departemen IKTHT-KL RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang ABSTRAK Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien-pasien yang dirawat dengan tuli mendadak sensorineural di Bagian THT-KL RS. Mohammad Hoesin Palembang dan melihat tingkat perbaikan pendengaran setelah terapi. Metode: Sebanyak 25 pasien dengan tuli mendadak sensorineural sesuai dengan kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian; dan sebanyak 27 telinga dari 25 pasien dievaluasi mengenai karakteristik dan perbaikan pendengaran pada masing-masing kasus berdasarkan karakteristik klinis, temuan laboratorik dan audiologik. Data ditampilkan secara deskriptif. Hasil: Pada penelitian ini tuli mendadak sensorineural terjadi paling banyak pada laki-laki (64%) dengan usia terbanyak pada rentang 30-60 tahun (48%). Pada sebagian besar kasus disertai dengan keluhan tinitus (51,8%) dan penyakit vaskuler merupakan penyakit penyerta yang paling banyak ditemui. Rata-rata lama waktu gejala sampai mulai pengobatan adalah 3,5 hari dengan tingkat perbaikan Tingkat perbaikan dicapai pada 56% kasus dengan masing-masing 30% sangat baik dan 26% baik, seimbang dengan 44% kasus yang tanpa perbaikan. Tiga kasus dengan

tuli mendadak paper.docx

  • Upload
    ekaefka

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tuli mendadak paper.docx

Karakteristik dan Perbaikan Pendengaran Penderita Tuli Mendadak Sensorineural

Yang Dirawat Di RS.Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Monalieka, Yuli D. Memy, Abla Ghanie

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/

Departemen IKTHT-KL RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang

ABSTRAK

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien-pasien yang

dirawat dengan tuli mendadak sensorineural di Bagian THT-KL RS. Mohammad Hoesin

Palembang dan melihat tingkat perbaikan pendengaran setelah terapi.

Metode: Sebanyak 25 pasien dengan tuli mendadak sensorineural sesuai dengan kriteria

inklusi dimasukkan dalam penelitian; dan sebanyak 27 telinga dari 25 pasien dievaluasi

mengenai karakteristik dan perbaikan pendengaran pada masing-masing kasus berdasarkan

karakteristik klinis, temuan laboratorik dan audiologik. Data ditampilkan secara deskriptif.

Hasil: Pada penelitian ini tuli mendadak sensorineural terjadi paling banyak pada laki-laki

(64%) dengan usia terbanyak pada rentang 30-60 tahun (48%). Pada sebagian besar kasus

disertai dengan keluhan tinitus (51,8%) dan penyakit vaskuler merupakan penyakit penyerta

yang paling banyak ditemui. Rata-rata lama waktu gejala sampai mulai pengobatan adalah

3,5 hari dengan tingkat perbaikan Tingkat perbaikan dicapai pada 56% kasus dengan

masing-masing 30% sangat baik dan 26% baik, seimbang dengan 44% kasus yang tanpa

perbaikan. Tiga kasus dengan gambaran upslopping semuanya memberikan perbaikan

pendengaran sangat baik, namun tidak ada perbedaan mencolok pada perbaikan

pendengaran pada gambaran audiometri downslopping dan flat. Pada lamanya gejala sampai

mulai pengobatan, tidak terdapat perbedaan distribusi perbaikan pendnegaran yang berarti.

Pada kelompok mulai terapi dalam ≤3 hari, tingkat perbaikan seimbang antara yang

mengalami perbaikan (8 kasus) dan yang tidak mengalami perbaikan (8 kasus).

Kesimpulan: Perbaikan pendengaran dicapai tidak berbeda pada masing-masing gambaran

audiometri baik flat, upslopping ataupun downslopping. Juga tidak didapatkan adanya

perbedaan distribusi yang berarti tingkat perbaikan pendengaran dengan lamanya gejala

sampai mulai pengobatan.

Kata kunci : tuli mendadak, kegawatdaruratan THT-KL, tuli sensorineural.

Page 2: tuli mendadak paper.docx

ABSTRACT

Objectives: The aim of this study is to present characterisitcs and hearing recovery rate of

patients treated for sudden sensorineural hearing loss in ENT- Head and Neck Department

of Mohammad Hoesin Hospital Palembang.

Methods: Twenty-five patients with 27 ears were evaluated for characteristics and hearing

recovery based on clinical, laboratory and audiological findings. The data were presented

descriptively.

Results: Sensorineural Sudden hearing loss in this current studiy occured more often in men

(64%), aged within 30-60 year. Tinnitus occured in most of the cases (51,8%), and vascular

disease were found in greater numbers among the cases. The mean of onset of therapy was

3,5 days. Hearing recovery were obtained in 56% cases, and with quite equal number of

cases without hearing recovery (44%). All three upslopping cases showed full or excellent

hearing recovery, while the same trend were not shown to other downslopping and flat

group of shape of initial audiometry. Hearing recovery were seen in 8 cases of therapy

onset within and untill 3 days, and the same number (8 cases) were without hearing

recovery for the same group of patients.

Conclusions: Hearing recovery were not seen differently for each shape of initial

audiometry group, and there were no difference seen in distribution for hearing recovery of

each duration of therapy onset group.

Key word: sudden deafness, emergency of ENT-HS department, sensorineural hearing loss.

PENDAHULUAN

Tuli mendadak sensorineural

merupakan suatu kegawatdaruratan di

Bagian THT-KL, dan digambarkan

sebagai penurunan pendengaran mulai

ringan sampai ketulian total yang

berlangsung secara tiba-tiba. Belum

terdapat adanya konsensus universal

mengenai definisi standar tuli mendadak

sensorineural ini. Secara umum istilah tuli

mendadak ini ditujukan pada penurunan

pendengaran sekurangnya 30 dB di 3

frekuensi berturut-turut akibat gangguan

sensorineural yang timbul dalam kurun

Waktu kurang dari 3 hari. 1,2,3,4,5

Di Amerika Serikat dilaporkan

angka kejadian tuli mendadak sebanyak 5

sampai 20 orang dari 100.000 populasi

setiap tahun.1,3,4,5,6 Sedangkan penelitian

terbaru di Jerman pada tahun 2009

Page 3: tuli mendadak paper.docx

menunjukkan angka kejadian sebanyak

300 kasus dari 100.000 populasi setiap

tahunnya.7 Perbandingan angka kejadian

tuli mendadak antara laki-laki dan

perempuan setara, dan insiden tertinggi

adalah pada usia 50-60 tahun.3,6,7

Kebanyakan tuli mendadak sensorineural

terjadi unilateral, dan tuli bilateral hanya

terjadi antara 0,44%-3,4% kasus tuli

mendadak sensorineural.8

Penyebab pasti dari tuli mendadak

sensorineural ini sulit untuk diketahui dan

penelitian hanya menunjukkan 10%

pasien yang dapat diketahui penyebabnya.

Sebagian besar penyebab tuli mendadak

ini adalah idiopatik.3 Para ahli

mengemukakan beberapa keadaan yang

kemungkinan merupakan penyebab

terjadinya tuli mendadak sensorineural

antara lain infeksi virus, kelainan

vaskular, ruptur membran intrakoklear

traumatik, neurologis, tumor dan

autoimun.1,3,4,5,6,9 Karena banyaknya

kemungkinan penyebab tuli mendadak ini,

pengobatannya secara empiris pun sangat

luas dan beragam sesuai dengan keadaan

yang berhubungan dengan penyakit ini. 10

Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perbaikan pendengaran

pada penderita tuli mendadak

sensorineural yaitu kecepatan pemberian

obat, respon pengobatan 2 minggu

pertama, usia penderita, adanya vertigo

dan tinitus, gambaran audiometri dan

faktor predisposisi. 9,10,11,12

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui karakteristik penderita tuli

mendadak sensorineural yang dirawat di

Bagian THT-KL RS. Dr. Mohammad

Hoesin Palembang, dan melihat tingkat

perbaikan pendengaran dan faktor-faktor

apa saja yang mungkin mempengaruhi

tingkat perbaikan pendengaran.

METODE

Sebanyak 25 pasien dengan tuli

mendadak sensorineural yang dirawat di

Bagian THT-KL RS Dr. Mohammad

Hoesin Palembang dalam periode waktu

Januari 2012 sampai Mei 2013

dimasukkan pada penelitian ini dengan

kriteria inklusi sebagai berikut:

(1) Tuli mendadak sensorineural

dengan konfirmasi hasil

pemeriksaan audiometri

(2) Penurunan pendegaran

sensorineural pada sedikitnya 3

frekuensi berturut-turut pada

audiometri nada murni sebanyak

30 dB atau lebih dibandingkan

dengan telinga yang normal.

Pada semua pasien dikumpulkan data

mengenai audiometri awal dan audiometri

Page 4: tuli mendadak paper.docx

follow-up setelah 2 minggu perawatan

sebelum keluar dari rumah sakit, usia,

jenis kelamin, gejala tinitus dan vertigo

serta lama mulai gejala sampai datang dan

mendapat pengobatan di rumah sakit. Dari

25 pasien ini 2 orang dengan tuli

mendadak sensorineural pada kedua

telinga sehingga evaluasi dilakukan pada

27 telinga. Dilakukan pula evaluasi

terhadap kondisi atau penyakit penyerta

yang mungkin mendasari terjadinya tuli

mendadak meliputi hasil pemeriksaan

laboratorium darah, serologis, CT-Scan

atau MRI sesuai indikasi dan hasil

pemeriksaan atau evaluasi klinis mengenai

penyakit penyerta.

Gambaran audiogram pada awal

diagnosis diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok berdasarkan titik-titik frekuensi

penurunan pendengaran, yaitu: (1)

audiogram flat ; (2) audiogram

upslopping; (3) audiogram downslopping.

Semua pasien dilakukan rawat

inap di rumah sakit, tirah baring, inhalasi

oksigen 2 liter/menit selama 4 x 15 menit

perhari, pemberian prednison mulai dosis

awal 4x10 mg yang dilakukan tappering

off setiap 3 hari, vasodilator dan

pengobatan penunjang lainnya sesuai

dengan penyakit penyerta. Perbaikan

pendengaran dinilai berdasarkan data

audiometri awal saat dirawat dan

didiagnosis sebagai tuli mendadak

sesnsorineural dan hasil evaluasi

audiometri sebelum keluar dari rumah

sakit. Kriteria perbaikan dan hasil terapi

dikategorikan sesuai Kinelan et.al (1997)

menjadi: (1) sangat baik, apabila

perbaikan lebih dari 30 dB pada 5

frekuensi atau bila perbaikan mencapai

nilai audiometri telinga normal atau

telinga sebelahnya yang tidak sakit; (2)

baik, apabila rerata perbaikan 10-30 dB

pada 5 frekuensi; (3) tidak ada perbaikan,

bila <10 dB pada 5 frekuensi.2

HASIL

Dari 25 penderita tuli mendadak

sensorineural ini, perbandingan laki-laki

dan perempuan adalah 16 : 9. Usia rata-

rata adalah 49,9 tahun dengan rentang usia

22 tahun sampai 76 tahun. Frekuensi

terbanyak adalah pada kelompok usia 30-

60 tahun sebanyak 48,1%, diikuti masing-

masing usia >60 tahun 37%, dan usia <30

tahun 14,2%. Dua orang diantara 25

penderita tuli mendadak adalah dengan

gangguan pendengaran bilateral, sehingga

evaluasi perbaikan pendengaran dilakukan

untuk 27 data telinga. Rata-rata lamanya

mulai gejala sampai mendapatkan

pengobatan adalah 3,7 hari dengan

frekuensi terbanyak pada ≤ 3 hari

sebanyak 15 pasien (60%).

Page 5: tuli mendadak paper.docx

Gejala tinitus dan atau vertigo

hampir sebagian besar dialami oleh

penderita, hanya 2 orang penderita tanpa

disertai gejala tinitus dan atau vertigo.

Sebagian besar penderita disertai dengan

gejala tinitus saja yatu sebanyak 14 kasus

(51,8%), sementara dengan vertigo saja

sebanyak 4 kasus (14,8%), dan gabungan

tinitus dan vertigo sebanyak 7 kasus

(25,9%).

Kelainan vaskuler merupakan

penyakit penyerta yang paling banyak

ditemukan pada penderita tuli mendadak.

Sebanyak 17 kasus telinga yang diperiksa

disertai dengan adanya penyakit vaskuler

berupa diabetes melitus,

hiperkolesterolemia dan hpertensi.

Penyakit sindroma mielodisplasia berupa

leukemia mielodisplasia kronik dietmukan

pada 5 kasus. Satu kasus dengan kelainan

anemia pada talasemia, dan satu kasus

pada leukositosis berat yang tidak bisa

dijelaskan penyebabnya. Satu kasus

ditemukan dengan kecurigaan trauma

akustik, dan satu kasus dijumpai dengan

infeksi mumps. Karakteristik penderita

serta beberapa kondisi atau penyakit

penyerta yang bisa merupakan faktor

risiko atau penyebab tuli mendadak dapat

dilihat pada Tabel 1.

Dari 27 telinga yang diperiksa,

rata-rata penurunan pendengaran pada

audiometri mencapai tingkat 67,68 dB,

dengan gambaran audiometri flat

sebanyak 15 kasus, upslopping sebanyak 3

kasus, dan downslopping sebanyak 9

kasus. Tingkat perbaikan pendengaran

berdasarkan audiometri adalah sangat baik

pada 8 kasus, baik pada pada 7 kasus, dan

tidak ada perbaikan pada 12 kasus

(Gambar 1.)

Tabel 1. Karakteristik dan gambaran klinis penderita tuli mendadak sensorineural

Variabel Jumlah (persentase)

Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan

16 (64)9 (36)

Usia :Rata-rataKisaran Kelompok <30 tahun Kelompok 30-60 tahun Kelompok >60 tahun

49,44 tahun22 – 76 tahun4 (16)12 (48)9 (36)

Telinga yang terkena Bilateral Unilateral

2 (8)23 (92)

Lama gejala sampai mulai pengobatanRata-rata ≤ 3 hari 4 – 7 hari >7 hari

3,5 hari17 (62,96)8 (29,62)2 (7,4)

Gejala penyerta Tinitus Vertigo Tinitus dan vertigo Non

14 (51,8)4 (14,8)7 (25,9)2 (7,4)

Penyakit penyerta/faktor risiko: Kelainan vaskuler

- Diabetes melitus, Hipertensi, Hiperkolesterolemia

- Kelainan darah (CML, anemia pada thalasemia, leukositosis)

Infeksi Mumps Traumatik Tidak diketahui/tidak ada

17 (62,9) 10 (37) 7 (25,9)

1 (3,7)1 (3,7)8 (29,6)

Page 6: tuli mendadak paper.docx

Dari audiometri awal, pada 15

kasus dengan gambaran audiometri flat

didapatkan 8 kasus mengalami perbaikan

(sangat baik dan baik) dan 7 kasus tanpa

perbaikan. Pada 3 kasus dengan gambaran

audiometri awal upslopping, semuanya

mengalami perbaikan yang sangat baik.

Pada 9 kasus dengan gambaran audiometri

awal downslopping didapatkan 4 kasus

dengan perbaikan (sangat baik dan baik)

dan 5 kasus tanpa perbaikan.

Gambar 1. Tingkat perbaikan pendengaran

30%

26%

44%

tingkat perbaikan pendengaran

sangat baik

baik

tidak ada perbaikan

Tabel 2. Tingkat perbaikan pendengaran

dan gambaran audiometri

Gambaran audiometri

Perbaikan

Flat Upslopping Downslopping

Sangat baik 3 3 2Baik 5 0 2Tidak ada perbaikan

7 0 5

Pada 15 kasus yang mengalami

perbaikan, 8 kasus mendapatkan

pengobatan dalam tiga hari sejak muncul

gejala, 6 kasus setelah 3 sampai 7 hari,

dan 1 kasus setelah lebih dari 7 hari.

Sementara pada 12 kasus tanpa perbaikan,

8 diantaranya mendapat pengobatan dalam

3 hari, 3 kasus setelah 3 sampai 7 hari, dan

1 kasus setelah 7 hari.

Tabel 3. Tingkat perbaikan dan durasi mulai pengobatan

Perbaikan Durasi Mulai pengobatan

Sangat baik

Baik Tidak ada perbaikan

≤3 hari 5 3 83-7 hari 2 4 3>7 hari 1 0 1

Tidak tampak adanya perbedaan berarti

jumlah kasus yang mengalami perbaikan

(sangat baik dan baik) dengan yang tidak

mengalami perbaikan didasarkan pada

lamanya mulai gejala sampai mendapat

pengobatan.

DISKUSI

Pada penelitian ini, 25 penderita

tuli mendadak sensorineural didapatkan

terjadi paling banyak pada laki-laki yaitu

sebanyak 64%, dengan usia terbanyak

pada rentang usia 30-60 tahun. Menurut

beberapa penelitian lain perbandingan

angka kejadian tuli mendadak antara laki-

laki dan perempuan setara, dan insiden

tertinggi adalah pada usia 50-60

tahun.3,6,7,12,

Page 7: tuli mendadak paper.docx

Hampir sebagian besar penderita

tuli mendadak sensorineural mengenai

satu telinga (unilateral) yaitu 92% dan 8%

sisanya dengan kasus bilateral. Hasil ini

sesuai dengan penelitian oleh Jeon-Hoon

Oh dkk dimana kasus tuli mendadak

unilateral ditemukan pada 95,1%

penderita dan hanya 4,9% kasus bilateral.

Hasil beberapa penelitian lain juga

menunjukkan bahwa sekitar 80-95% kasus

tuli mendadak sensorineural adalah

unilateral 8,13

Lamanya mulai saat gejala sampai

mendapatkan pengobatan pada penelitian

ini adalah rata-rata pada 3,5 hari, dengan

paling banyak pada rentang waktu dalam

3-7 hari gejala timbul. Berdasarkan

perbaikan pendengaran, tidak terdapat

adanya perbedaan pada lamanya waktu

gejala sampai mulai mendapat

pengobatan. Pada kelompok yang

mendapat pengobatan dalam ≤ 3 hari,

perbaikan terjadi pada 8 kasus setara

dengan yang tidak mengalami perbaikan

(8 kasus), dan pada kelompok mulai

pengobatan dalam >7 hari, perbaikan dan

tidak adanya perbaikan terjadi pada

masing-masing 1 kasus. Menurut Pajor et

al., 65% perbaikan fungsi pendengaran

didapat pada onset keterlmbatan terapi

kurang dari 7 hari, 25 % pada 8-14 hari,

dan 16% pada 15 sampai 30 hari. Menurut

Rauch, perbaikan dicapai terbaik pada

onset mulai terapi <7 hari yaitu sekitar

56,3%. 8,13 Hasil penelitian ini sulit untuk

dapat dibandingkan dengan hasil

penelitian terdahulu, kemungkinan

dikarenakan sempitnya rentang onset

mulai terapi pada sampel yaitu antara 1

sampai 10 hari dengan jumlah sampel

yang sangat sedikit. Untuk itu diperlukan

penelitian lebih jauh dengan jumlah

sampel yang lebih banyak agar dapat

terlihat peran prognostik lamanya mulai

terapi terhadap perbaikan pendengaran

pada pasien-pasien tuli mendadak.

Gambaran audiometri

menunjukkan pada 15 kasus dengan

perbaikan (sangat baik dan baik) dijumpai

8 kasus dengan gambaran audiometri awal

flat, 4 kasus dengan gambaran

downslopping, dan 3 kasus dengan

gambaran upslopping. Sementara 12 kasus

pada kelompok tanpa perbaikan, 7 kasus

dengan gambaran audiometri flat, dan 5

kasus sisanya dengan gambaran

downslopping. Dari distribusi ini, hanya

pada kelompok gambaran upslopping

yang mengalami perbaikan pada semua

kasus, sementara untuk gambaran

audiometri flat dan downslopping tidak

menunjukkan perbedaan distribusi yang

berarti. Hasil yang sama juga ditampilkan

oleh penelitian oleh Derinsu dkk dimana

Page 8: tuli mendadak paper.docx

tidak terdapat perbedaan perbaikan

pendengaran pada masing-masing bentuk

audiogram.10 Hasil ini tidak sesuai dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dimana

Mattox dan Simmons melaporkan bahwa

perbaikan pendengaran dipengaruhi oleh

bentuk audiogram. Namun hasil kedua

penelitian di atas tidak dapat

diperbandingan dengan hasil penelitian

Mattox dan Simmons karena kecilnya

jumlah sampel pada masing-masing

kelompok gentuk audiogram.14

Kesimpulan

Pada penelitian ini, hanya

menampilkan secara deskriptif beberapa

karakterisitik penderita yang dirawat

dengan tuli mendadak sensorineural. Hasil

penelitian masih sulit untuk

diperbandingkan dengan beberapa

penelitian terdahulu dikarenakan jumlah

data yang sangat kecil. Namun secara

keseluruhan hasil ini dapat memberikan

informasi dan ide mengenai karakteristik

dan faktor-faktor prognostik pada tuli

mendadak sensorineural serta dapat

menjadi landasan informasi untuk

penelitian selanjutnya di Bagian THT-KL

RS. Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Kami pun menyadari bahwa sangat

penting bagi penelitian-penelitian

selanjutnya untuk memperbesar jumlah

kelompok sampel agar mendapatkan hasil

dan gambaran yang lebih baik mengenai

karakteristik dan faktor prognostik pada

tuli mendadak sensnorineural.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hashisaki GT. Sudden Sensory Hearing Loss. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, editors. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2006. p. 2231-2236.

2. Bashiruddin J, Soetirto I. Tuli Mendadak. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta, 2007. h. 46-48.

3. Schreiber BE, Agrup C, Haskard DO, Luxon LM. Sudden Sensorineural Hearing Loss. Lancet 2010; 375: 1203-11.

4. O’Malley MR, Haynes DS. Sudden Hearing Loss. Otolaryngologic Clinics of North America 2008; 41: 633-649.

5. Mathur NN, Carr MM. Inner Ear, Sudden Hearing Loss. In: Megerian CA, editors. Available Feb 6, 2009. On http://www. emedicine.medscape.com/.

6. Arts HA. Sensorineural Hearing Loss: Evaluation and Management in Adults. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th ed. Mosby Inc., 2005.

7. Suckfüll M. Perspective on the Pathophysiology and Treatment of Sudden Idiopathic Sensorineural Hearing Loss. Dtsch Arztebl Int 2009; 106(41): 669-76.

8. Oh JH, Park K, Lee SJ, Shin YR, Choung YH. Bilateral versus Unilateral Sudden Sensorineural Hearing Loss.

Page 9: tuli mendadak paper.docx

Otolaryngology – Head and Neck Surgery 2007;136:87-91.

9. Levie P, Desgain O, de Burbure C, Monnoye JP, Germonpre P, Thill MP, Barthelemy M. Sudden Hearing Loss. B-ENT, 2007:3:6:33-43.

10. Derinsu U, Terlemez S, Akdas F. Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss. Marmara Medical Journal 2006; 19(3): 127-131

11. Muller C, Vrabec J. Sudden Sensorineural Hearing Loss. Presented at Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology, June 13, 2001. Available at http://www.utmb.edu/otoref/grnds/SuddenHearingLoss-010613/SSNHL.htm

12. Rauch SD. Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss. The New England Journal of Medicine 2008; 359:833-40.

13. Hirano K, dkk. Prognosis of Sudden Deafness with Special Reference to Risk Factors of Microvascular Pathology. Auris Nasus Larynx 1999; 26: 111-115.

14. Mattox DE, Simmons FB. Natural history of sudden sensorineural hearing loss. Ann Otol Rhinol Laryngol 1977;86:463-480