Upload
salmah-yusuf
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin C adalah nutrien yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta
untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari
bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan
antioksidan dan sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Saat
ini penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.(1,2)
Vitamin C berhasil di isolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan
pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat
mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini.(1)
Sejak diperkenalkan oleh Dr. Linus Carl Pauling, terapi vitamin C masih
menimbulkan kontroversi sebagai terapi alternatif hingga saat ini. Dua hal yang
masih menjadi kontroversi seputar vitamin C adalah, pertama bahwa vitamin C
dapat menyebabkan kerusakan DNA dan secara teoritis juga terjadi pada
sel kanker dengan pemberian dosis tinggi. Kedua, penggunaan vitamin C untuk
terapi kanker, khususnya apabila digunakan secara bersamaan dengan obat
kemoterapi.(3,4)
Ditemukan bukti bahwa penggunaan vitamin C dosis tinggi tidak hanya
aman, tetapi juga mempunyai efek klinis, apakah dipakai bersamaan dengan
kemoterapi atau radiasi maupun dipakai sebagai terapi tunggal, tetapi ini masih
menimbulkan kontroversi.(3)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin C dapat berbentuk asam askorbat murni berupahydrogen
ascorbate, berbentuk garam mineral seperti sodium ascorbat , calsium
ascorbate dan bentuk garam lainnya yang merupakan bentuk kombinasi mineral
askorbat.(2,3)
Gbr. 1. Struktur kimia vitamin C
Ada hubungan yang kuat antara vitamin C dengan sistem imun kita. Sudah kita
ketahui bahwa infeksi virus dan bakteri dapat diatasi oleh sistem imun tubuh kita
sendiri bila kadar vitamin C dalam tubuh kita mencukupi.(5)
Asam Askorbat bersifat toksik pada virus, bakteri dan beberapa kultur sel,
karena aktivitas prooksidannya. Secara khusus bersifat toksik pada sel kanker
tetapi tidak bersifat toksik pada sel normal, oleh karena itu digunakan dalam
terapi kanker.(5)
A. Manfaat Vitamin C
Selama ini vitamin C lebih dikenal perannya dalam menjaga dan memperkuat
imunitas tubuh terhadap infeksi. Vitamin C ternyata juga berperan penting dalam
fungsi otak, karena otak banyak mengandung vitamin C. Dua peneliti di Texas
Woman's University menemukan, murid SMP yang kadar vitamin C-nya dalam
darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang
jumlah kadarvitamin C-nya lebih rendah.(1)
Vitamin C perlu untuk menjaga struktur kolagen, sejenis protein yang
menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan dan
jaringan lainnya. Struktur kolagen yang baik dapat mempercepat penyembuhkan
luka, patah tulang, memar dan perdarahan kecil.(1,2)
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi
dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan ia mampu menetralkan radikal
bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, ia dapat meningkatkan
pembuangan faeses atau. Oleh karena itu apabila berlebihan, vitamin ini dapat
mengakibatkan diare.(1,2)
Vitamin C juga dapat mengurangi risiko katarak, memperkuat dinding
kapiler darah dan mengurangi risiko penyakit jantung koroner.(2,6)
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, kulit
kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di
bawah kulit, cepat lelah, otot lemah dan depresi.(6)
Secara signifikan, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan
vitamin C yang tinggi dari makanan, termasuk dari
jeruk,dapat mencegah kenaikan LDL. Kadar LDL tinggi merupakan faktor utama
berkembangnya panyakit jantung koroner.(2,7)
B. Kebutuhan Vitamin C
Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi tiap orang, tergantung
kebiasaan masing-masing. Pada remaja, kebiasaan yang berpengaruh di
antaranya: merokok, minum kopi, atau minuman beralkohol, konsumsi obat
tertentu seperti obat antikejang, antibiotik tetrasiklin, antiartritis, obat tidur, dan
kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok menghilangkan 25% vitamin C dalam darah.
Selain nikotin senyawa lain yang berdampak sama buruknya adalah kafein. Selain
itu, stres,demam, infeksi, dan giat berolahraga juga meningkatkankebutuhan akan
vitamin C.(1)
Kebutuhan asupan vitamin bagi tubuh kita pada umumnya 30-180 mg perhari
dengan asumsi bahwa hanya sekitar 70-90% yang diserap dalam saluran
pencernaan.(2) Untuk memenuhi kebutuhan vitamin C kita bisa meningkatkan
konsumsi beraneka buah dan sayur seperti jeruk, tomat, arbei, stroberi, sayur
mayur, asparagus, kol, susu, mentega, kentang, ikan, atau hati. Kalau suka jambu
biji, akan lebih baik lagi, karena buah ini tinggi kandungan vitamin C-nya.(1,2)
Rentang dosis pemberian vitamin C untuk pengobatan kanker relatif panjang
antara 3 sampai 40 gram perhari, dibagi dalam tiga dosis. Apabila dosis terlalu
tinggi vitamin C tidak akan diabsorbsi dengan baik di dalam usus halus dan akan
menumpuk di dalam saluran pencernaan dan bersifat seperti pencahar yang
menyebabkan diare dan banyak menghasilkan gas.(10)
C. Peran Vitamin C Terhadap Kanker
Yayasan Kanker Internasional pada tahun 1997 melaporkan tentang manfaat
vitamin C dan karotenuntuk membantu mencegah kanker. Muncul anjuran diet
makanan yang mengandung vitamin C dan karotenoiduntuk mencegah kanker
paru-paru. Cara ini jugakemungkinan dapat melawan kanker kolon, pankreas,
kandung kemih dan payudara, serta mengurangi radikal bebas yang merupakan
pencetus kanker.(6)
Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di
Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil
akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah
mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai 81%.(1,4,11)
Ada dua unsur yang dapat merusak DNA sel normal yaitu radikal bebas
dan zat karsinogenik. Unsur pertama radikal bebas, dapat dihasilkan lewat
metabolisme tubuh atau lingkungan di sekeliling kita misalnya zat buangan pabrik
dan kendaraan, asap rokok, zat kimia seperti insektisida, dan bahan adiktif dalam
makanan. Radikal bebas ini dapat diikat dan dinetralkan oleh beberapa senyawa,
vitamin dan mineral yang bersifat antioksidan.(9)
Unsur kedua adalah zat karsinogen dalam makanan. Zat ini sebenarnya berasal
dari prokarsinogen yang oleh enzim fase I dalam hati diubah menjadi karsinogen.
Sementara itu, enzim fase II akan membuang residu produk enzim fase I,
sehingga dapat menghambat pembentukan sel kanker. Jika enzim fase I bisa
disebut enzim yang jahat, maka enzim fase II merupakan enzim yang baik.(9)
Enzim fase I ternyata dapat dihambat oleh senyawa alil sulfida dalam
bawang putih sehingga perubahan prokarsinogen menjadi karsinogen bisa
dikurangi. Salah satu contoh karsinogen yang terkenal adalah senyawa
nitrosamin yang dihasilkan pembakaran daging/ikan (misal sate hangus) dan
minyak jelantah yang sudah berkali-kali dipakai. Vitamin C berperan sebagai
antioksidan yang menghambat pembentukan nitrosamin dalam saluran cerna.
(2,9,11)
Sedangkan produksi enzim fase II dapat ditingkatkan oleh sulforafan yang banyak
dijumpai dalam brokoli, kembang kol, dan sawi. Karena itu, menu sayuran yang
terdiri atas brokoli, sawi, kembang kol, wortel, tomat, dan ikan ditumis sedikit
minyak dan bawang putih merupakan salah satu menu pilihan yang kaya akan
unsur antioksidan.(2,9)
Jika kerusakan DNA sel normal tidak juga berhasil dicegah oleh senyawa
atau vitamin/mineral yang bersifat antioksidan, atau bila sudah telanjur terbentuk
sel-sel kanker, tindakan yang bisa kita lakukan adalah menekan pertumbuhan sel
kanker tersebut. Pertumbuhan sel kanker berlangsung cepat setelah sel tersebut
mendapatkan asam lemak omega-6.(9)
Untuk mengurangi pengaruh asam lemak ini serta mengusirnya dari dalam
sel kanker, asam lemak omega-3 yang banyak terdapat pada ikan laut memiliki
peranan penting. Asam lemak omega-3 yang juga dikenal dengan EPA
(Eicosapentanoic Acid) atau gama-lenolenat, merupakan salah satu asam lemak
esensial.
Penelitian Universitas Harvard terhadap 48.000 orang pada tahun 1995
menunjukkan, orang yang memakan 10 kali hidangan yang mengandung tomat
per minggu akan turun risikonya terkena kanker prostat sampai hampir
separuhnya. Vitamin C, E, dan selenium yang banyak terdapat dalam buah,
sayuran, kecambah, serta biji-bijian juga merupakan antioksidan yang
menetralkan radikal bebas.(2,9)
Beberapa jenis sel kanker juga dapat tumbuh dengan cepat bila dipicu oleh
hormon estrogen manusia, seperti sel kanker pada payudara.(9)
Dalam hal ini isoflavon yang merupakan fitoestrogen dalam kedelai ternyata
kompetitif dengan estrogen manusia. Sehingga konsumsi isoflavon kedelai akan
membantu menghambat pertumbuhan kanker yang dipicu oleh estrogen manusia
tersebut. Dari sini kita dapat memahami peranan tempe, tahu dan susu kedelai
sebagai makanan pencegah pertumbuhan kanker.(9)
Untuk menghambat metastase sel kanker, kita harus mengetahui cara sel
tersebut menyebar. Ada dua cara sel kanker bermetastase:
melalui angiogenesis dan penghancuran kolagen yang merupakan kerangka sel
normal. Dengan demikian metastase akan dapat dihambat
bila angiogenesis dapat dicegah; sementara kolagen yang rusak bisa diperbaiki
oleh tubuh sendiri dengan memanfaatkan makanan tertentu.(9)
Untuk angiogenesis, sel kanker melepaskan growth factors.
Produksi growth factors ternyata dapat dihambat oleh preparat inhibitor cox-
2 yang mencakup resveratroldalam kulit anggur merah, kurkumin dalam kunyit
dangenestein dalam kedelai.(9)
Perombakan kolagen oleh sel kanker terjadi dengan bantuan
enzim kolagenase yang diproduksi sel kanker sendiri. Preparat nutrisi yang dapat
menghambat proses perombakan ini adalah vitamin C dan tulang rawan ikan hiu.
(9)
Di samping ikut merangsang pembentukan interferonyang memerangi sel-
sel kanker, vitamin C ternyata dapat memperbaiki kerusakan kolagen dengan
membuat kolagen baru lewat hidroksilasi prolin. Barangkali peranan inilah yang
melandasi pernyataan kontroversial dari seorang pemenang hadiah nobel dalam
bidang kimia dan perdamaian, Dr. Linus Carl Pauling, mengenai terapi nutrisi
kanker dengan megadosis vitamin C.(9)
Pengaruh antioksidan sebagai modulasi kanker dan terapi kanker masih
merupakan topik yang hangat dibicarakan dan menimbulkan kontroversi di dalam
kalangan akademisi.(9)
Berbagai studi menunjukkann bahwa pada sel tumor ternyata tidak
dijumpai enzim catalase, glutahtione peroxidase, manganese SOD
(Superoxide Dismutase)dan copper-zinc SOD. Hal ini mengindikasikan bahwa
pada sel tumor tidak terdapat mekanisme perlindungan radikal bebas.(3)
Bukti lebih lanjut untuk ini adalah adanya fakta bahwa banyak dari obat-
obat kemoterapi yang diberikan sekarang ini bekerja melalui pembangkitan
radikal bebas sangat reaktif yang menyebabkan kerusakan pada sel kanker, tapi
sayangnya juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel normal.(3)
Lebih dari 15 tahun penelitian tentang vitamin C yang dilakukan oleh Dr.
Riordans dan tim penelitinya, telah banyak mempublikasikan tulisan tentang
vitamin C dan kanker. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa vitamin bersifat
toksik pada sel tumor tanpa mengabaikan peran kemoterapi terhadap terapi
kanker.(10)
Temuan lain Riordans adalah bahwa pemberian Intravena (IV) vitamin C
tidak hanya dapat membunuh sel kanker tetapi juga dapat memperkuat sistem
imunitas tubuh.(2,10)
Vitamin C dapat juga menstimulasi pembentukan kolagen yang membatasi
tumor dengan cara menginhibisi enzimhyaluronidase, suatu enzim yang
digunakan tumor untuk bermetastase dan menginvasi organ lain di dalam tubuh
kita.(10)
Vitamin C juga dapat menginduksi proses apoptosisuntuk membantu
program sel kanker untuk mati lebih awal. Dan dapat sekaligus memperbaiki
keadaan defisiensi vitamin C yang lazim ditemukan pada pasien kanker.
Sehingga pada pasien kanker sering dijumpai gejala klinis seperti mudah lelah,
mudah berdarah, sering memar, dan memiliki selera makan yang buruk.(10)
Pasien kanker juga sering mengalami gangguan tidur dan memiliki ambang
sakit yang rendah. Hal ini merupakan gambaran klasik dari keadaan scurvy,
defisiensi vitamin C.(10)
Setelah diberikan vitamin C intravena, dilaporkan bahwa ada pengurangan
rasa sakit yang diderita oleh pasien kanker dan lebih baik toleransinya terhadap
pangobatan dengan kemoterapi.(10)
Dilaporkan juga adanya penurunan toksisitas akibat kemoterapi dan terapi
radiasi tanpa adanya penurunan efek terhadap toksisitas terhadap sel kanker.(10)
Pemberian vitamin C intravena merupakanComplementary Oncologic Care,
karena mempercepat penyembuhan, meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit, memperbaiki selera makan dan meningkatkan efektifitas dan respon
yang baik terhadap pengobatan kanker secara keseluruhan. Pemberiannya bukan
pilihan tersendiri tetapi bersamaan dengan terapi kanker lainnya.(10)
Penelitian lain juga dilakukan oleh Dr. Pauling dan Dr. Cameron pada
Departemen Kanker, Rumah Sakit Leven, Vale. Penelitian dilakukan dengan
memberikan 10 gram vitamin C per hari kepada pasien kanker.yang diterapi
dengan terapi konvensional. Pada kasus ini pasien bukan memilih terapi vitamin
C atau terapi lain, tetapi memilih terapi dengan kombinasi vitamin C atau tanpa
kombinasi. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam buku Cameron dan Pauling,
Kanker dan Vitamin C.(5)
Dr. Abraham Hoffer juga melakukan penelitian pada pasien kanker dengan
program penambahan nutrisidalam beberapa tahun.(5)
Protokol dasar nutrisinya adalah vitamin C. Berikut ini adalah grafik hasil
penelitiannya dengan melibatkan lebih dari 100 pasien kanker dengan pemberian
vitamin C dosis tinggi secara intravena :(5)
Gbr. 2. Grafik hasil penelitian terhadap 100 orang pasien kanker yang diberi terapi
tambahan berupa vitamin C dosis tinggi.(5)
Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup
relatif. Misalnya, pada akhir tahun 1994, ada sekitar 70% (atas, garis hijau dan
skala kanan) lebih dari 500 pasien (diagram merah marun dan skala kiri) yang
mendapat vitamin C memiliki angka harapan hidup hampir mencapai 70 tahun.
Terdapat 98 dari 244 pasien atau 40% pasien tetap hidup pada tahun
1990. Dapat dibandingkan, kurang dari 15% (bawah, garis biru dan skala kanan)
hanya terdapat 100 pasien yang tidak mendapat vitamin C yang dapat bertahan
hidup sampai akhir tahun 1994. Dan hanya terdapat 4 dari 68 pasien atau sekitar
6% yang masih bertahan hidup pada tahun 1990.
Secara teoritis dan uji eksperimental mekanisme vitamin C dalam
mencegah dan pengobatan terhadap kanker adalah sebagai berikut:(2,3)
1. Menguatkan sistem imun tubuh dengan meningkatkan produksi limfosit
2. Menstimulasi formasi kolagen yang diperlukan untuk membatasi sel-sel
tumor
3. Menginhibisi hyaluronidase yang menjaga substansi di bawahnya di
sekitar tempat melekatnya tumor dan mencegah metastase
4. Menginihibisi oncogenic virus
5. Memperbaiki defisiensi vitamin C yang sering terjadi pada penderita
kanker
6. Mempercepat proses penyembuhan sesudah operasi kanker
7. Menguatkan efek terapetik obat antikanker tertentu seperti Tamoxifen,
Cisplatin, DTIC dan lainnya.
8. Mengurangi efek toksisitas obat antikanker seperti Adriamycin
9. Mencegah keusakan jaringan akibat radikal bebas
10. Menetralisir substani karsinogenik
Hoffer menyimpulkan bahwa pemberian vitamin C akan memperkuat efek
terapetik kemoterapi dan menurunkan toksisitasnya. Pasien kanker yang diberi
kemoterapi membutuhkan terapi vitamin C untuk dapat mengurangi rasa sakit dan
pasien yang mendapat terapi radiasi untuk menurunkan efek samping dan
meningkatkan efektivitas terapi.(4)
D. Efek Samping
Pemberian vitamin C intravena dalam tiga dekade terakhir ini pada sentra
penangangan kanker, tidak ditemukan komplikasi yang serius, tetapi tetap
diperlukan pemeriksaan dan pengawasan untuk dapat segera mengetahui bila
ada komplikasi.(4) Oleh karena vitamin C memperkuat absorbsi zat besi, kelebihan
zat besi harus dihindari. Tingginya sodium pada pemberian vitamin C intravena
dapat mengakibatkan overload pada pasien congestive heart failure, insufisiensi
ganjal maupun pada pasien gagal ginjal.(2,4)
Harus selalu dilakukan pemeriksaan kadar G6PD untukmelihat apakah
telah terjadi defisiensi. Enzim G6PD merupakan enzim yang berfungsi dalam
memelihara stabilitas membran sel darah merah.(3,4) Meskipun banyak kalangan
menghawatirkan pemberian vitamin C dosis tinggi dapat menyebabkan terjadinya
batu ginjal, tetapi dari penelitian ternyata sedikit sekali pasien yang menunjukkan
fenomena ini. Uji klinis dan literatur terbaru membuktikan miskonsepsi ini.(3,4)
BAB III
KESIMPULAN
1. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air yang saat ini sudah
banyak digunakan sebagai antioksidan.
2. Sejak diperkenalkan oleh Dr. Linus Carl Pauling sebagai terapi nutrisi anti
kanker sampai saat ini masih menimbulkan kontroversi.
3. Vitamin C sangat bermanfaat bagi tubuh antara lain memperkuat sistem
imunitas tubuh, berperan penting dalam fungsi otak, menjaga struktur
kolagen, memperkuat dinding pembuluh darah, mempercepat proses
penyembuhan luka, dan lain-lain.
4. Vitamin C dapat berfungsi mencegah terjadinya kanker dengan jalan
menghambat pembentukan nitrosamin dan menetralisir radikal bebas
sebagai pencetus timbulnya kanker.
5. Vitamin C dapat juga menstimulasi pembentukan kolagen yang membatasi
tumor dengan cara menginhibisi enzimhyaluronidase yang mencegah
tumor bermetastase.
6. Vitamin C sebagai terapi nutrisi antikanker dosis tinggi sudah banyak
diteliti, dibuktikan vitamin C yang diberikan bersamaan dengan kemoterapi
maupun radioterapi antara lain dapat mengurangi rasa sakit, menurunkan
toksisitas dan efek samping, meningkatkan efektivitas dan respon
pengobatan serta mempercepat proses penyembuhan penyakit sehingga
memperpanjang angka harapan hidup penderita kanker.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vitamin C, available online at:http://id.wikipedia,org/wiki/Vitamin _C
2. Ball, GFM. Vitamin C, in: Vitamins Their Role in Human Body,Nlackwell Publishing,
London, 2004, 394-403.
3. Calvino DC, N, Levine S. Vitamin C and Cancer – Storm of Controversy, available
online at:http://www.PositiveHealth.com.
4. Hunninghake, R. Intravenous Vitamin C and Cancer, available online at:
http://www.brightspot.org/cresearch/ivccancerpt.shtml
5. Cancer and Vitamin C Project, available online at:
http://www.healthy.net/library/journals/ortho/issue11.2/case.htm
6. Manfaat Pepaya Bagi Sperma Dan Cegah Kanker, Available online
at :http://meylya.wordpress.com/2008/06/15/manfaat-pepaya-bagi-sperma-dan-
cegah-kanker/.
7. Aruf, Irfan. Jeruk Lebih Baik dari Tablet Vitamin C, available
at: http://www.pjnhk.go.id/index2.php?option=com_content&dopdf=1&id=1422
8. Terapi Nutrisi dan Herbal Untuk Kanker, Available online
at:http://www.indomedia.com/intisari/1999/oktober/terapi.htm
9. Hoffer, A. Orthomolecular Treatment of Cancer, available online
at: http://www.DoctorYourself_com.
10. Head KA. Vitamin C in Prevention and Treatment of Cancer, available
onlineat:http://www.newmediaexplorer.org/chris/2004/07/21/ascorbic_acid
in_the_prevention_and_treatment_of_cancer.htm
11. Daly, MB. Epidemiology of Cancer, In: Clinical Oncology, 19-349
12. Wiria, MN. Vitamin Dosis Tinggi, Vitamin C Dosis Tinggi available
online at: http://www.Wikipedia.com/