TUGAS MATA KULIAHTEKNOLOGI FARMASI
SEDIAAN SETENGAH PADAT DAN SETENGAH CAIR
“Suspensi Rekonstitusional Eritromisin Estolat”
Disusun oleh :
Kelas C
Michiko Tanadi ( 2011210156)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
Mei 2013
2
KATA PENGANTAR
Perubahan dapat diidentikkan dengan inovasi yang dapat menghasilkan sesuatu
yang baru atau sesuatu yang lebih baik. Di sisi lain, perubahan sering diartikan sebagai
bagian dari sikap adaptif terhadap dinamika yang terjadi. Perubahan itu pulalah yang
tampaknya harus diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, yaitu dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang meliputi aspek- aspek moral, akhlak, budi pekerti,
perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Dalam rangka pemenuhan tugas
mata kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Setengah Padat dan Setengah Cair dan untuk
menyuguhkan karya tentang Suspensi Rekonstitusi, maka penulis membuat suatu bentuk
makalah tentang Suspensi Rekonstitusional Eritromisin Estolat.
Kami juga hendak mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami juga
hendak mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan karya ilmiah ini, di antaranya:
1. Ibu Dra. Siti Umroh Noor, M.Si., Apt. yang telah memberi kami kesempatan
untuk menyuguhkan makalah ini dan telah membimbing kami dalam proses
pembuatan makalah ini
2. Keluarga dan teman-teman kami yang telah memberi ruang bagi kami untuk
membuat karya ilmiah ini serta segala dukungan mereka yang merupakan
sumber daya semangat baru yang tak ada habisnya.
Seperti peribahasa yang sudah lama kita kenal “Tak ada gading yang tak retak”
maupun “Sepandai-pandainya tupai melompat pasti pernah jatuh juga”, begitu pula karya
ilmiah ini kami persembahkan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Oleh karena
itu, kami juga memohon maaf apabila di antaranya ada salah kata yang kurang dapat
diterima satu ataupun lain pihak. Sekian dan terima kasih, selamat membaca!
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar.......................................................................................... 2
Daftar isi............................................................................................. 3
BAB I SUSPENSI DAN SUSPENSI REKONSTITUSI
1.1. Suspensi.......................................................................... 4
1.2. Suspensi Rekonstitusi……................................................. . 11
BAB II SUSPENSI REKONSTITUSIONAL ERITROMISIN ESTOLAT
2.1. Data Preformulasi……………………………………………. 15
2.2. Formulasi…………………………………………………….. 22
2.3. Perhitungan dan Penimbangan ……………………………… 22
2.4. Alat dan Bahan……………………………………………… 23
2.5. Cara Pembuatan…………………………………………….. 24
2.6. Air untuk Rekonstitusi……………………………………… 25
2.7. Uji Evaluasi………………………………………………… 26
2.8. Rancangan Kemasan……………………………………….. 32
BAB III KESIMPULAN …………………………………………… 33
Daftar Pustaka ..................................................................................
34Lampiran ……………………………………………………………………
35BAB ISUSPENSI DAN SUSPENSI
REKONSTITUSISuspensi
1.1.1. Definisi
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, h. 17
4
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair.
2. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, h. 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
3. USP XXVII, 2004, h. 2587
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel
padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent
yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan
untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
mikro dengan maksud ditanamkan di luar telinga.
4. Formularium Nasional Edisi 2 Th. 1978 h. 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak
melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan
atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam
cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi
jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
5. Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi
Keempat. 2005. Jakarta: UI Press
Suspensi adalah sediaan obat yang terbagi dengan halus yang ditahan
dalam suspensi dengan menggunakan pembawa yang sesuai.
5
1.1.2. Jenis Sediaan Suspensi
1.1.2.1. Berdasarkan pengunaan
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan
oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan
untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang
mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan
pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk
diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi
serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan
secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat
kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk
membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.
1.1.3. Berdasarkan sifat
1. Suspensi Deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila
kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit,
6
maka kecepatannya akan lambat. Gaya tolak-menolak di antara dua
partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara
sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan sistem deflokulasi
keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang
halus sangat lambat. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan
mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem
akan tetap homogen pada waktu paronya.
Keunggulannya : sistem deflokulasi akan
menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu
yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang
lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar
sekali diredispersi karena terbentuk masa yang
kompak.
2. Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat
terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel
dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif
besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening
yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap
dengan ukuran yang bermacam-macam.
Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan
tetap besar dan mudah diredispersi.
Kekurangannya :dosis tidak akurat dan produk tidak elegan
karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
1. Kombinasi ukuran partikel
2. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
7
3. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel
dalam suspensi.
1.1.4. Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539)
1.1.4.1. Keuntungan
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet /
kapsul, terutama anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas
permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna
meningkat).
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut /
tidaknya)
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
1.1.4.2. Kekurangan
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi,
dll)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika
terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
memperoleh dosis yang diinginkan.
1.1.5. Syarat Suspensi
1.1.5.1. FI IV, 1995, hal 18
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan
intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara
tertentu harus mengandung zat antimikroba.
8
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
1.1.5.2. FI III, 1979, hal 32
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga
ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang
lama pada penyimpanan.(Ansel, 356)
1.1.5.3. Fo r mularium N as ional Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan
cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat
pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan
diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis
ganda.
1.1.6. Stabilitas Suspensi dan Cara Penilaiannya
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan
suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan
untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
9
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya
tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar
ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume
yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya
tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel
untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan ( viscositas )
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan
mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat
didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan,
gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat.
Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “Stokes“.
d 2 ( - 0 ) g
V = -------------------------
18
Keterangan : V = kecepatan aliran
10
d = diameter dari partikel
= berat jenis dari partikel
0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
= viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar ,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak
dapat mempe-ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi
merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi
kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap
ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan
peristiwa ini disebut caking .
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan
sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat
diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis
11
dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat
diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase
eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang
dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering
disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya
bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
1.2. Suspensi Rekonstitusi
1.2.1. Definisi
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, h.17
Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu suspensi yang siap
digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi
atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh
diinjeksikan secara intravena dan intratekal.
2. British Pharmacopeia Th. 2002, h. 1181,1884
Serbuk dan grabul untuk larutan dan suspensi oral: Serbuk oral adalah
preparat yang mengandung zat padat longgar (loose), partikel kering
yang bervariasi dalam derajat kehalusannya. Dapat mengandung satu
atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan pembantu, dan jika
perlu, zat warna yang diijinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan
dalam air atau pembawa lain sebelum diberikan oral.
3. Pharmaceutical Dosage Forms: Dispersi System, 1989, Vol. 2, h.
318, h. 326
Suatu suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalam
keadaan kering yang akan didispersikan dengan air pada saat akan
digunakan dan dalam USP tertera sebagai “for oral suspension”
Bentuk suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai
stabilitas terbatas di dalam pelarut air, seperti golongan antibiotika.
12
1.2.2. Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi (Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse System, 1989, Vol. 2, h. 318)
1. Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang
homogen, sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk pemberian obat.
2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat
dan sempurna dalam medium pembawa.
3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah
didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh
dosis yang tepat dan serba sama.
4. Produk akhir harus menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma yang
menarik.
1.2.3. Jenis sediaan suspensi Rekonstitusi (Pharmaceutical Dosage Forms:
Disperse System, 1989, Vol. 2, h. 318, 323-325)
Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi:
1. Suspensi rekonstitusi berupa campuran serbuk.
Formula berupa campuran serbuk merupakan cara yang paling
mudah dan sederhana. Proses pencampuran dilakukan secara
bertahap apabila ada bahan berkhasiat dalam komponen yang berada
dalam jumlah kecil.
Keuntungan formulasi bentuk campuran ini
Alat yang dibutuhkan sederhana
Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia karena tidak
digunakannya pelarut dan pemanasan saat pembuatan
Dapat dicapai kondisi kelembabam yang sangat rendah.
Kerugian:
Homogenitas kurang baik.
Adanya kemungkinan ketidakseragaman ukuran partikel
Aliran serbuk kurang begitu baik
2. Suspensi rekonstitusi yang di granulasi
13
Pembuatan dengan cara granulasi terutama ditujukan untuk
memperbaiki sifat aliran serbuk dan pengisian serta mengurangi
volume sediaan yang voluminous dalam wadah.
Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan laindalam
keadaan kering dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan
dalam cairan penggranulasi. Granulasi dilakukan dengan
menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga
digunakan pelarut non air untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan
adanya air.
Keuntungan:
Penampilan lebih baik dariapda campuran serbuk
Sifat aliran baik
Tidak terjadi pemisahan
Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengsian
Kekurangan:
Proses lebih panjang serta peralatan lebih banyak
Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan
resiko instabilitas zat aktif
Sulit menghilangkan cairan penggranul yang dapat
menyebabkan menurunnya stabilitas cairan
Eksipien yang ditambahkan saat proses granulasi harus stabil
Ukuran granul diusahakan sama karena bagian yang halus
akan memisah sebagai debu
3. Suspensi rekonstitusi yang merupakan campuran serbuk dan granul
Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif
yang tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkan
sesudah pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas. Pada
tahap awal dibuat granul dari beberapa komponen, kemudian
dicampur dengan serbuk(fines)
Kerugian:
14
Meningkatnya risiko tidak homogeny
Menjaga keseragaman, ukuran partikel harus dikendalikan.
Tabel 1.2.3.1- Perbandingan Ketiga Jenis Suspensi Rekonstitusi
Jenis Suspensi Keuntungan Kerugian
Campuran serbuk Lebih ekonomis;resiko
kestabilan lebih rendah
Terjadi mixing dan
segregasi; kehilangan
selama proses
Campuran granul Penampilan lebih
baik;karakteristik aliran
lebih baik; segregasi dan
debu dapat ditekan
Harga lebih mahal; efek
panas dan cairan
penggranulasi pada obat
dan eksipien
Kombinasi antara serbuk
dan granul
Harga lebih murah; dapat
menggunakan senyawa
yang tidak tahan panas
Dapat terjadi segregasi
campurang yang granular
dan non granular
BAB II
SUSPENSI REKONSTITUSI ERITROMISIN ESTOLAT
2.1.Data Preformulasi
2.1.1. Zat Aktif
1. Eritromysin Estolat
Pustaka : Farmakope Indonesia IV. 1995 h. 361
15
Drug Information. 2010. h. 243
Martindale 36th . 2009. h. 269
Bobot Molekul : 1056,4
Rumus Molekul : C40H71NO14, C12H26O4S
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak
kuning,tidak berbau atau sedikit berbau, dan
rasa agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20
bagian etanol (95%) P, dalam 15 bagian
aseton, dan 10 bagian kloroform.
Wadah &Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindungi
dari cahaya.
Stabilitas : Stabil pada kisaran PH 7,0 – 7,5. Juga
dipengaruhi oleh adanya dapar dan ion logam.
Tidak stabil dalam air.
OTT : Asam kuat dan basa kuat atau sediaan zat
aktif yang bersifat asam kuat dan basa kuat.
pH : 6,0-11,0
Khasiat : Antibiotikum
Dosis : Dewasa: 250 mg/6 jam, 500 mg /12 jam
Anak: 2-4 dd 30-50 mg/kg.
Indikasi : Infeksi saluran napas (khusunya pneumonia),
infeksi jaringan kulit dan jaringan lunak,
gastroenteritis.
16
Kontraindikasi : Hipersensitif dalam bentuk alergi dan
eosinophilia
Farmakokinetik : Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil
bagian atas; aktivitasnya menurun karena obat
dirusak asam lambung. Hanya 2,5% eritromisin
yang dieksresi dalam bentuk aktif melalui urin.
Eritromisin berdifusi baik ke berbagai jaringan
tubuh kecuali ke otak dan cairan serebrospinal.
Obat ini terutama dieksresi melalui hati. Pada
wanita hamil dapat meningkatkan
SGOT/SGPT.
Efek samping : Sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah, dan nyeri epigastrum
2.1.2. Eksipien
1. Pulvis Gummi Arabicum
Pustaka : Farmakope Indonesia IV 1995 h. 718
Handbook of Pharmaceutical Excipients VI. 2009 h.1
Bobot molekul : 240.000 - 580.000
Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan, tidak
berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian Gliserin, 1:20 pada
propilen glikol, 1:27 pada air, praktis tidak larut
dalam etanol 95 % (P).
Stabilitas : Dapat terdegradasi oleh aktivitas bakteri dan
reaksi enzimatis
Wadah&penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tempat yang
sejuk dan kering.
OTT : Amidopyrin, apomorphine, kresol, etanol 95
%, garam feri, fenol, tannin, timol, vanillin.
17
Kegunaan : Suspending agent
Konsentrasi : 5-10 % (suspending agent)
2. Sorbitol
Pustaka : Farmakope Indonesia III 1979 h. 567
Handbook of Pharmaceutical Excpients Ed. VI 2009 h. 718
Rumus Molekul : C6H14O6
Berat Molekul : 182,17
Pemerian : Serbuk; butiran atau kepingan; tidak
berwarna; putih; atau hampir berwarna;
higroskopis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform; 1:2,5
dalam etanol 95 %; 1:0,5 dalam air.
Konsentrasi : 70 % (suspense oral)
Stabilitas : Inert dan kompatibel dengan hampir semua
bahan tambahan
Wadah&penyimpanan : Wadah yang tertutup rapat dan simpan di
tempat yang sejuk dan kering.
OTT : Larutan sorbitol mengkelat ion logam divalen
dan trivalent pada kondisi asam dan basa kuat.
Kegunaan : Sweetening agent dan wetting agent
Konsentrasi : 70% (suspensi oral)
3. Natrium Benzoat
Pustaka : Farmakope Indonesia IV 1995 h. 584
Handbook of Pharmaceutical Excipients VI 2009 h. 627
Rumus Molekul : C7H5NaO2
Berat Molekul : 144,11
Pemerian : Granul atau serbuk hablur; putih, tidak berbau
atau praktis tidak berbau, higroskopis, rasa
khas.
18
Kelarutan : Mudah larut dalam air (1:1,6) dan pada suhu
100; agak sukar larut dalam etanol 95 % P
(1:75) dan dalam etanol 90% (1:50).
Stabilitas : Larutan dalam air boleh disterilisasi.
OTT : Senyawa kuartener, gelatin, gatram feri,
garam Ca dan logam berat, efek berkurang
dengan kaolin dan surfaktan ionic.
Wadah&penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik dan simpan
ditempat yang sejuk dan kering.
pH : 8
Kegunaan : Anti mikroba (bakteriostatik dan antifungal)
Konsentrasi : 0,2 – 0,5% (sediaan oral)
4. Sakarin
Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipients VI 2009 h.638
Rumus Molekul : C7H4NNaO3S
Berat Molekul : 205,16
Pemerian : Serbuk atau kristal, tidak berbau atau berbau
aromatik lemah, rasa manis yang dirasakan
cukup lama.
Kelarutan : Air (1:1,2)
Konsentrasi : 0,075 %-0,6% (oral)
Stabilitas : Stabil. pada suhu tinggi (125oC) & pH rendah
(pH=2) selama 1 jam terjadi dekomposisi.
OTT : Dapat mengalami reaksi Maillard
Wadah&penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan simpan
ditempat yang kering.
Kegunaan : Sweetening agent
KD : 78, 54
5. Poly Vinil Pirolidone (PVP)
Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipients VI 2009 h. 581
19
Pemerian : Serbuk putih/ putih kekuningan, berbau lemah
atau tidak berbau, higroskopis, rasa khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam asam, sukar larut dalam
etanol 95 % Konsentrasi : 10 - 25 %
Stabilitas : Tidak stabil pada suhu 1500C, rentan
terhadap pertumbuhan cendawan & jamur,
mudah teroksidasi karena mengandung
peroksida.
Wadah&penyimpanan : Wadah tertutup baik.
OTT : Kompatibel dengan garam anorganic, bahan
alam & bahan kimia lain.
Kegunaan : Bahan pengikat
Konsentrasi : 0,5%-5%
6. Sunset Yellow
Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipients VI 2009 h. 194
Rumus Molekul : C16H10N2Na2O7S2
Berat Molekul : 452,37
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan, didalam larutan
memberikan warna orange terang.
Kelarutan : Mudah larut gliserin dan air, mudah larut
dalam propilenglikol 50%, sukar larut dalam
etanol 75%.
OTT : Asam sitrat, sukrosa, na. bikarbonat jenuh,
asam askorbat, gelatin dan glukosa.
Kegunaan : Pewarna
Wadah&penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat dan tempat
yang sejuk dan kering.
7. Essence Lemon
Pustaka : Martindale 36th 2009 h. 680
20
Pemerian : cairan aroma seperti jeruk (Terbuat dari kulit
jeruk yang masih segar yang diproses secara
mekanik dan terkandung kurang lebih 90%
lemon).
Kelarutan : Mudah larut dalam alcohol 90%, asam asetat
glacial.
Kegunaan : Pewarna dan pewangi.
Wadah : Dalam wadah tertutup dan tempat yang sejuk
dan kering dan terhindar dari cahaya
matahari.
8. Etanol
Pustaka : Handbook of Pharmaceutical Excipients VI 2009 h. 17
Bobot Molekul : 46,07
Rumus Molekul : C2H60
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, mudah
menguap dan memiliki bau yang khas, rasa
seperti terbakar.
Wadah&Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan tempat sejuk
Kegunaan : Pengawet antimikroba, Disinfektan, Peningkat
penetrasi, Pelarut.
9. Aquadest
Pustaka : Farmakope Indonesia III 1979 h. 96
Handbook Of Pharmaceutical Excipients IV 2005 h. 580
Bobot molekul : 18,02
Rumus molekul : H20
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar
21
Wadah&penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
OTT : Bereaksi dengan obat dan zat tambahan,
bereaksi keras dengan logam alkali
Kegunaan : Pelarut
10.Aerosil
Pustaka: Handbook of Pharmaceutical Excipients VI 2009 h. 185-186
Rumus Molekul : SiO2
Bobot Molekul : 60,08
Pemerian : Serbuk amorf; berwarna putih, tidak berbau
dan tidak berasa, silica sub mikroskopik ukuran
15 nm, ringan.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik dan
asam kecuali HF, larut dalam larutan alkali
hydroxide.
Stabilitas : Higroskopis, pH 0-7,5 efektif meningkatkan
viskositas.
Wadah&penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik.
OTT : Dengan diethylstilbestrol.
Kegunaan : Glidant, anticaking agent.
Konsentrasi : 0,1 % – 1% (glidant), 2%-10% (suspending &
thickening agent)
2.2.Formulasi
KomposisiFormula
Form 1 (Granulasi) Form 2 (Non Granulasi)
Eritromisin Estolat 5 % 5 %
PGA 20 % 20 %
Sorbitol 5 % 5 %
Na Benzoat 0,2 % 0,2 %
22
Sakarin 0,2 % 0,2 %
Sunset Yellow 0,0125% 0,0125%
Essence Lemon 0,125 % 0,125 %
PVP (etanol) 1 % -
2.3.Perhitungan dan Penimbangan
1. Dosis dan Aturan Pakai
Dewasa: 250 mg/6 jam atau 500 mg/16 jam = 2-4 dd 250 mg-500 mg
Tiap 5 ml (sk) mengandung 250 mg eritromisin estolat
Untuk dewasa = 2 dd 2 sk = 2 dd 500 mg = 1000 mg ≈ TL
Untuk anak = 2 dd 1 sk = 2 dd 250 mg = 500 mg ≈ TL
2. Formula I (granulasi)
Tiap 5 ml mengandung 250 mg eritromisin estolat = x 400 mL = 20 g ~ 5%
1. PGA = 20% x 400 g = 80 g
2. Sorbitol = 5% x 400 g = 20 g
3. Sakarin = 0,2% x 400 g = 0,8 g
4. PVP = 1% x 400 g = 4 g
5. Na Benzoat = 0,2% x 400 g = 0,8 g
6. Sunset Yellow = 0,0125% x 400 g = 0,05 g
7. Essence Orange = 0,125% x 400 g = 0,5 g ~ 10 tetes
3. Formula II (tanpa granulasi)
Tiap 5 ml mengandung 250 mg eritromisin estolat = x 400 mL = 20 g ~ 5%
1. PGA = 20% x 400 g = 80 g
2. Sorbitol = 5% x 400 g = 20 g
3. Sakarin = 0,2% x 400 g = 0,8 g
4. Na Benzoat = 0,2% x 400 g = 2 g
5. Sunset Yellow = 0,0125% x 400 g = 0,05 g
23
6. Essence Lemon = 0,125% x 400 g = 0,5 g ~ 10 tetes
KomposisiFormula
Form 1 (Granulasi) Form 2 (Non Granulasi)
Eritromisin Estolat 20 g 20 g
PGA 80 g 80 g
Sorbitol 20 g 20 g
Na Benzoat 0,8 g 0,8 g
Sakarin 0,8 g 0,8 g
Sunset Yellow 0,05 g 0,05 g
Essence Lemon 0,5 g ~ 10 tetes 0,5 g ~ 10 tetes
PVP (etanol) 4g -
2.4.Alat dan Bahan
2.4.1. Alat
1. Viskometer Brookfield tipe LV
2. Neraca Analitik
3. Pengayak No 12 & 14
4. Mortar & Alu
5. Tabung sedimentasi
6. Beaker glass
7. Gelas Ukur
8. Spatula
9. Sendok tanduk
10.Batang Pengaduk
11.Penangas
12.Kertas Perkamen
13.Kertas Grafik
14.Botol coklat
15.Vial
16.Shaker
17.Sudip
24
18.Mesh no 20,40,60,80,120
2.4.2. Bahan
1. Eritomisin Estolat
2. PGA
3. Sorbitol
4. Sodium Benzoat
5. Natrium Sakarin
6. Sunset Yellow
7. Essence Lemon
8. PVP
9. Etanol
10.Aquadest
11.Aerosil
2.5.Cara Pembuatan
2.5.1. Formula 1 Dengan Granulasi
1. Siapkan alat dan bahan dan timbang bahan-bahan.
2. Larutkan PVP dengan etanol hingga melarut sempurna, timbang 4 g
larutan PVP-etanol.
3. Gerus PGA dalam mortar dan alu hingga halus.
4. Tambahkan Eritomisin estolat dan Sorbitol, gerus hingga halus dan
homogen.
5. Tambahkan Na Benzoat, Na Sakarin, gerus hingga halus dan
homogen.
6. Pindahkan ke dalam penangas. Aduk hingga merata,
7. Tambahkan sunset yellow dan essence ke dalam granul.
8. Tambahkan PVP 1 % (dalam alkohol) setetes demi setetes hingga
membentuk massa granul.
9. Bentuk hingga membentuk massa granul yang homogen fisiknya
10.Ayak massa granul dengan pengayak no. 12
11.Massa granul dikeringkan.
12.Timbang massa granul yang didapat.
25
13.Tara masing-masing botol.
14.Lakukan uji evaluasi pada sisa serbuk (Sifat Alir, Viskositas, dan
Ukuran Partikel)
2.5.2. Formula 2 Tanpa Granulasi
1. Siapkan alat dan bahan dan timbang bahan-bahan.
2. Gerus PGA dalam mortar dan alu hingga halus.
3. Tambahkan Eritomisin estolat dan Sorbitol, gerus hingga halus dan
homogen.
4. Tambahkan Na Benzoat, Na Sakarin, gerus hingga halus dan
homogen.
5. Tambahkan sunset yellow dan essence ke dalam granul.
6. Bentuk hingga membentuk massa granul yang homogen fisiknya
7. Ayak massa granul dengan pengayak no. 12
8. Massa granul dikeringkan.
9. Timbang massa granul yang didapat.
10. Tara masing-masing botol.
11. Lakukan uji evaluasi pada sisa serbuk (Sifat Alir, Viskositas, dan
Ukuran Partikel)
2.6. Perhitungan Air untuk Rekonstitusi
Misalkan pada Formula 1:
Total berat teoritis : 20 + 80 + 20 + 0,8 + 4 + 2 + 0,1 + 0,5 = 126,4 g
Bobot praktek : 121,20 g
1. Faktor koreksi air :
: = 383,5 mL
26
2. Bobot yang diserahkan :
: = 19,0 g
3. Air untuk rekonstitusi : faktor koreksi air – 60 mL
: 383,5 mL – 60 mL = 323,5 mL
2.7.Uji Evaluasi
1. Uji Organoleptik
1. Lakukan uji Homogenitas Granul/Serbuk.
2. Rekonstitusikan terlebih dahulu granul dengan air untuk
direkonstitusikan.
3. Tentukan warna, bau, dan rasa dari suspensi yang telah
direkonstitusikan.
Formula I
(Dengan Granulasi)
Formula II
(Non Granulasi)
Warna
Homogenitas Granul
Bau
Rasa
4. Uji Kecepatan Alir Granul atau Serbuk
A. Cara Langsung (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
1. Timbang 25 g granul, tempatkan pada corong dalam keadaan
tertutup.
2. Nyalakan mesin agar bergetar.
3. Buka tutup dan biarkan granul mengalir.
4. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk mengalir dengan stopwatch
(g/s).
27
Ketentuan:
Kec. Mengalir
(g/s)
Aliran
> 10 Very Free Flowing
4-10 Free Flowing
1,6-4 Cohesive
<1,6 Very Cohesive
B. Cara Tidak Langsung (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
1. Timbang 25 g granul, tempatkan pada corong dalam keadaan
tertutup.
2. Nyalakan mesin agar bergetar.
3. Buka tutup dan biarkan granul mengalir.
4. Granul ditampung di atas kertas millimeter block
5. Hitung besar diameter dan tinggi granul
6. Hitung sudut dengan persamaan :
Keterangan:
r = jari-jari bidang datar kerucut
h = tinggi kerucut
α = sudut diam
Ketentuan:
28
Sudut diam (α) Keterangan
< 25o Sangat baik
25o-30o Baik
30o-40o Cukup
>40o Buruk
Bobot t (s) r (cm) h (cm) α () Kec.alir (g/s)
5. Uji Ukuran Partikel (Metode Pengayakan)
1. Timbang sejumlah granul ( 100 g).
2. Masukkan ke dalam seperangkat mesh yang telah dibersihkan
sebelumnya.
3. Nyalakan shaker selama 10 menit.
4. Hitung dan timbang bobot granul yang tertinggal di dalam masing-
masing nomor mess.
5. Buat kurva distribusi ukuran partikel.
No Diameter rata-rata Bobot % Bobot : ( % Bobot x diameter
29
mesh (µm) (gram)
20 > 850 2 1700
20/40 8 5100
40/8020
6050
80/100 40 6600
100/120 20 2750
12010 1250
Total 100 100%
6. Uji Waktu Rekonstitusi
30
1. Timbang sejumlah granul sesuai bobot yang harus dimasukkan ke
dalam botol.
2. Masukkan ke dalam botol.
3. Tambahkan air hingga tanda batasnya
4. Dikocok hingga granul terdispersi merata.
5. Hitung waktu yang dibutuhkan dengan stopwatch.
6. Waktu rekonstitusi yang ideal adalah kurang dari 1 menit.
7. Uji Viskositas
Alat : Viskometer Brookfield,
Gelas Ramping
1. Rekonstitusikan terlebih dahulu granul dengan air untuk
direkonstitusikan.
2. Siapkan 200 mL sampel sediaan, masukkan ke dalam gelas
ramping.
3. Pilih spindle yang sesuai, pasang viscometer, turunkan hingga
tercelup tanda batas.
4. Atur hingga posisi jarum menunjuk angka nol.
5. Atur dan set RPM.
6. Nyalakan viscometer, biarkan jarum berputar 3 kali depan mata
pengamat.
7. Hentikan viscometer, lakukan pembacaan dengan melihat skala,
catat dalam tabel hasil pengamatan.
8. Pastikan skala yang terbaca harus ≥10 dan ≤ 100 agar valid, jika
skala tidak terbaca, naikkan nomor spindle.
9. Setiap pembacaan skala, sampel harus didiamkan ± 5 menit untuk
mengembalikan ke konsistensi semula.
10.Lakukan perhitungan viskositas sampel untuk setiap formula
sediaan serta buat rheogram (diagram sifat alir) antara F & RPM.
Misalkan diperoleh data sebagai berikut
31
No Spindel
Rpm Faktor Skalaη (Faktor x skala)
[cps]
F (skala x kv (673.7) )
(dyne/cm)
3 12 800
3 22,5 400 cm
3 32,5 200
3 21,5 400
3 11,5 800
8. Uji Sedimentasi
Alat: Tabung sedimentasi
32
Cara:
1. Rekonstitusikan granul terlebih dahulu dengan air untuk
merekonstitusikan.
2. Masukkan 25 mL sediaan emulsi kedalam tabung sedimentasi
3. Amati selama 1 minggu
4. Hitung derajat sedimentasi
Keterangan:
Vu = Volume sedimentasi
Vo = Volume awal
Hari ke- Formula I Formula 2
Vo 25 25
Vu
F
2.8.Rancangan Kemasan (Terlampir)
BAB III
33
KESIMPULAN
Suspensi rekonstitusi adalah suspensi yang dibuat dalam bentuk serbuk/granul,
dan penggunaannya harus direkonstitusikan dengan pembawa yang sesuai
sebelum digunakan, biasanya ditujukan untuk penggunaan oral.
Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat sebagai campuran kering untuk suspensi
oral adalah obat golongan antibiotik yang memiliki kestabilan rendah dalam air.
Jenis suspensi rekonstitusi ada tiga antara lain campuran serbuk, campuran granul
dan campuran serbuk-granul
Syarat sediaan suspensi Rekonstitusi:
o Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang homogen,
sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk pemberian obat.
o Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat dan
sempurna dalam medium pembawa.
o Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan
kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat dan
serba sama.
o Produk akhir harus menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma yang
menarik.
DAFTAR PUSTAKA
34
1. Departemen Kesehatan RI.1995.Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
2. Departemen Kesehatan RI.1979.Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta :
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
3. Howard, Ansel C, 1982, Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta.
4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995,
Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Jakarta.
5. Kibbe, Orthur H, 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi IV.
Penerbit : Pharmaceutical Press, USA.
6. Rowe, Raymon C, Paul and Marian. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients edisi VI. London: Pharmaceutical Press.
7. Martindale, 2009, The Complete Drug Reference, 36th Edition,
Pharmaceutical Press
8. Parrot, Eugene L. 1970. Pharmaceutical Technology. Lowa City: Burgess
Publishing Company
9. Lachman, Leon. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, Jilid 2
Jakarta : UI Press. 1989.
10.American Society of Health System Pharmacist. 2010. Drugs Information.
Bethesda, Maryland. American Hoepital Formulary Service.
11.Lieberman, Herbert. Rieger, Martin. Banker, Gilbert S. Pharmaceutical
Dosage Forms: Disperse System Second Edition Vol. 1. Informa Health
Care. 1996. p. 158
12.United States Pharmacopeia XXVII, 2004, h. 2587
Lampiran
35
Rancangan kemasan
Racangan etiket dan label
®
ERIStolatSUSPENSI
REKONSTITUSI
Netto : 60 mL
Diproduksi oleh:PT.
NATUREWAYFARMAJakarta-Indonesia
Komposisi :Tiap 5 mL mengandung 250 mg Eritromisin Estolat
Indikasi :Antibiotikum
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KOCOK DAHULU
KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT DI
BROSUR
No. Reg : DKL 1308802338A1No. Batch: 302034Exp. Date: Maret 2015
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KOCOK DAHULU
ERISTOLAT
Aturan Pakai:Dewasa : 2 x sehari 2 s.kAnak-anak : 2 x sehari 1 s.k
Jangan melebihi dosis yang dianjurkan, atau menurut aturan dokter.
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (250C-300C) dan terlindung dari cahaya.
®
ERIstolatSUSPENSI
REKONSTITUSI
Netto : 60 mL
Diproduksi oleh:PT.
NATUREWAYFARMAJakarta-Indonesia
36
Rancangan Label
Aturan Pakai:Dewasa : 2 x sehari 2 s.kAnak-anak : 2 x sehari 1 s.kJangan melebihi dosis yang dianjurkan, atau menurut aturan dokter.
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (250C-300C) dan terlindung dari cahaya.
KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT DI BROSUR
No. Reg : DKL 1308802338A1No. Batch: 302034Exp. Date: Maret 2015
Komposisi :Tiap 5 mL mengandung 250 mg Eritromisin Estolat
Indikasi :Infeksi saluran napas (khususnya pneumonia), infeksi jaringan kulit dan jaringan lunak, gastroenteritis.
Kontraindikasi:Hipersensitif dalam bentuk alergi dan eosinofilia
®
ERIsTOlATSUSPENSI
REKONSTITUSI
Netto : 60 mL
Diproduksi oleh:PT. NATUREWAYFARMA
Jakarta-Indonesia
KOCOK DAHULU
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
37
®
ERIstolATSUSPENSI
REKONSTITUSIKomposisi :Tiap 5 mL mengandung 250 mg Eritomisin estolat
Indikasi :Infeksi saluran napas (khususnya pneumonia), infeksi jaringan kulit dan jaringan lunak, gastroenteritis.
Kontraindikasi:Hipersensitif dalam bentuk alergi dan eosinofilia
Farmakokinetik:Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas; aktivitasnya menurun karena obat dirusak asam lambung. Hanya 2,5% eritromisin yang dieksresi dalam bentuk aktif melalui urin. Eritromisin berdifusi baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali ke otak dan cairan serebrospinal. Obat ini terutama dieksresi melalui hati. Pada wanita hamil dapat meningkatkan SGOT/SGPT.
Efek Samping:Sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah, dan nyeri epigastrum
Aturan Pakai:Dewasa : 2 x sehari 2 s.kAnak-anak : 2 x sehari 1 s.kJangan melebihi dosis yang dianjurkan, atau menurut aturan dokter.
Penyimpanan :Simpan pada suhu kamar (250C-300C) dan terlindung dari cahaya.
Kemasan: Botol 60 mL
No. Reg : DKL 1308802338A1No. Batch: 302034Exp. Date: Maret 2015
Diproduksi oleh:PT. Natureway Farma
Jakarta-Indonesia
KOCOK DAHULUHARUS DENGAN RESEP DOKTER