View
258
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
INVESTIGASI WABAH Epidemiologi Penyakit Menular Materi Belajar Online kelas Epidemiologi Penyakit Menular, Kelas Paralel, Universitas Esa Unggul - Jakarta
2015
Ade Heryana, MKM Universitas Esa Unggul - Jakarta
12/5/2015
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 2
WABAH
Definisi Wabah:
Last (1981), Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak
dari keadaan biasa;
Ditjen PPPL Depkes (1981), wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau
kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
yang terjangkit;
UU No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu, serta dapat menimbulkan malapetaka;
Benenson (1985), Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu
pada penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa;
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1989), wabah artinya penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas;
Burgeois dan Ratard dalam Last (2005:1338), wabah atau epidemik adalah
jumlah kasus penyakit melebihi jumlah yang normal pada suatu wilayah dan
periode tertentu. Menurut CDC (2012), epidemik dan wabah sering memiliki arti
yang sama. Akan tetapi istilah wabah biasanya terbatas pada wilayah geografis
tertentu.
Wabah berbeda dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) sebagaimana PP No.40 tahun 1991
mendefinisikan KLB sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna. secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah. Sehingga timbulnya wabah didahului dengan timbulnya KLB.
Berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, pernyataan adanya wabah di
Indonesia ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
KEJADIAN LUAR BIASA
Kejadian Luar Biasa (KLB) sebagaimana PP No.40 tahun 1991, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna. secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah. Sehingga timbulnya wabah didahului dengan
timbulnya KLB.
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila memenuhi SALAH SATU
kriteria sebagai berikut:
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 3
1. Timbul suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah;
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut (dalam jam, hari, atau minggu) menurut jenis penyakitnya;
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, minggu menurut jenis penyakitnya;
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya;
5. Rata-rata jumlah kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya;
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama; dan
7. Angka proporsi penyakit (proporsional rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
INVESTIGASI WABAH
Wabah terdeteksi melalui :
Analsisis data surveilans rutin; dan/atau
Laporan petugas kesehatan, pamong atau warga yang cukup peduli.
Berbagai alasan menyebabkan dilakukannya investigasi kemungkinan wabah yakni 1)
mengadakan penanggulangan dan pencegahan; 2) kesempatan mengadakan penelitian
dan pelatihan; 3) pertimbangan program; dan 4) kepentingan umum, politik, dan
hukum.
Berdasarkan sumber penularan dan agen penyebab penyakit, maka dapat ditentukan
skala prioritas antara melakukan investigasi dan/atau melakukan penanggulangan
(kontrol) penyakit, sesuai dengan tabel berikut:
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 4
Dari matriks di atas, dalam rangka menentukan apakah lebih dahulu dilakukan
investigasi atau penanggulangan penyakit, maka dapat ditentukan :
1. Bila sumber/cara penularan dan agen penyebab penyakit sama-sama diketahui,
tindakan yang disarankan adalah lebih mengutamakan penanggulangan penyakit
dibanding investigasi wabah;
2. Bila sumber/cara penularan tidak diketahui, serta dalam kondisi agen penyebab
diketahui maupun tidak diketahui, maka tindakan investigasi wabah lebih
diutamakan dibanding pengendalian penyakit; dan
3. Bila sumber/cara penularan diketahui dan agen penyebab penyakit tidak
diketahui, tindakan yang disarankan adalah sama-sama mengutamakan
investigasi wabah dan penanggulangan penyakit.
Langkah-langkah dalam melakukan investigasi wabah, antara lain sebagai berikut:
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
Dalam melakukan persiapan investigasi ada 4 hal yang harus disiapkan, yakni:
a. Meneliti penyakit yang akan dilaporkan;
b. Menngumpulkan sarana dan prasarana yang akan dibawa;
c. Membuat perjanjian secara administratif atau personal yang diperlukan;
d. Berkonsultasi dengan semua bagian/tim untuk menentukan peranan kita
dalam investigasi wabah tersebut; dan
e. Mengidentifikasi kontak person lokal, segera setelah tiba pada tempat yang
direncanakan
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 5
2. Memastikan adanya Wabah
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan apakah jumlah kasus yang
ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan. Cara untuk menentukan jumlah
kasus adalah dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan
jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang
ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
Sumber informasi untuk mengetahui jumlah kasus dapat diperoleh dari:
a. Catatan Hasil Surveilans, untuk penyakit yang rutin harus dilaporkan;
b. Data Penyakit setempat/lokal, untuk penyakit atau kondisi lain;
c. Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau
data nasional; dan
d. Dilaksanakan survei di masyarakat untuk menentukan kondisi penyakit yang
biasanya ada.
Dalam menghitung jumlah kasus, kadang dihadapkan dengan satu kondisi yang
disebut pseudo endemic. Kondisi ini terjadi bila jumlah kasus yang dilaporkan
melebihi jumlah yang diharapkan, namun kelebihan ini tidak menunjukkan
adanya wabah. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: 1) perubahan
cara pencatatan dan pelaporan penderita; 2) adanya cara diagnosis baru; 3)
bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat; 4) adanya penyakit lain
dengan gejala yang serupa; dan 5) bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.
Bila wabah sudah dapat dipastikan, bagaimana kita membuktikan bahwa
memang benar-benar telah terjadi wabah? Ada 3 ketentuan untuk mengatasi hal
ini yaitu dengan menghitung jumlah penderita yang diharapkan, dengan:
1. Untuk penyakit endemis yang tidak dipengaruhi oleh musim, jumlah
penderita dihitung dengan:
- Melihat rata-rata penderita penyakit per bulan pada tahun-tahun yang
lalu; atau
- Membandingkan jumlah penderita yang ada dengan jumlah ambang
wabah (epidemic threshold), yaitu rata-rata hitung (mean) jumlah
penderita pada waktu-waktu yang lalu, ditambah dengan dua kali standar
error, atau dengan formula sebagai berikut:
𝐸𝑡 = 𝑋𝑛𝑛1
𝑛 + 2𝑒
2. Untuk penyakit epidemis yang bersifat musiman, dengan:
- Melihat jumlah penderita di musim yang sama tahun lalu; atau
- Melihat jumlah paling tinggi yang pernah terjadi pada musim-musim yang
sama di tahun lalu; atau
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 6
- Membandingkan jumlah penderita yang ada dengan jumlah ambang
wabah mingguan atau bulanan berdasarkan variasi musiman.
3. Untuk penyakit yang tidak epidemis, dengan:
- Membandingkan jumlah penderita yang ada terhadap jumlah penderita
pada saat penyakit tersebut ditemukan.
Untuk menentukan bahwa telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) digunakan
kriteria sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal di suatu daerah (emerging infectious disease);
b. Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih
dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya;
dan/atau
c. Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3
kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya
Untuk wabah akibat keracunan makanan, CDC telah menentukan kriteria sebagai
berikut:
a. Ditemukannya dua atau lebih penderita penyakit serupa, yang biasanya
berupa gejala gangguan pencernaan (gastrointestinal), sesudah memakan
makanan yang sama; dan
b. Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan makanan sebagai sumber
penularan.
c. Perkecualian diadakan untuk keracunan akibat toksin/racun clostridium
botulinum atau akibat bahan-bahan kimia. Maka bila didapatkan 1 orang saja
penderita, sudah dianggap suatu letusan/wabah.
Dalam memastikan apakah terjadi wabah atau tidak, perlu dipertimbangkan
faktor-faktor berikut yang akan mempengaruhi invetigasi wabah, antara lain:
1. Keparahan penyakit;
2. Potensi penyebaran penyakit;
3. Pertimbangan politik;
4. Relasi publik; dan
5. Ketersediaan sumber daya.
3. Memastikan diagnosis
Tujuan dari tahap ini adalah untuk a) memastikan bahwa masalah tersebut telah
didiagnosis dengan patut; dan b) menyingkirkan kemungkinan kesalahan
laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan. Semua
temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi, yang berguna untuk
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 7
menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan
mengembangkan definisi kasus, serta menentukan kunjungan terhadap satu atau
dua penderita.
Dalam memastikan diagnosis, langkah dilakukan meliputi
a. Membuat definisi kasus
Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan terutama dalam penyelidikan
wabah dibatasi oleh waktu, tempat dan orang. Bila penyakitnya belum
terdiagnosis, diagnosis kerja dibuat berdasarkan gejala‑gejala yang paling
banyak diderita, sedapat mungkin yang dapat menggambarkan proses
penyakit yang pathognomonis, dan cukup spesifik. Harus dipastikan bahwa
seluruh penderita/pasien yang dihitung sebagai “kasus” memiliki penyakit
yang sama.
Dalam mengembangkan definisi kasus perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1)
informasi klinis tentang penyakit; 2) karakteristik populasi yang dipengaruhi
oleh penyakit; 3) karakteristik lokasi atau tempat; dan 4) karakteristik waktu
timbulnya penyakit.
Dalam mendefinisikan kasus terdapat 3 level yang ditentukan:
- Kasus Pasti (Confirmed), bila kasus disertakan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium yang positif;
- Kasus Mungkin (Probable), bila kasus memenuhi semua ciri klinis
penyakit, TANPA pemeriksaan laboratorium; dan
- Kasus Meragukan (Possible), bila kasus hanya memenuhi gejala klinis saja.
Definisi kasus harus dibuat cukup luas agar sebagian besar penyakit dapat
tertangkap. Hal ini dapat dimulai dengan kasus yang “longgar”. Definisi kasus
yang lemah/sempit dalam investigasi wabah ada kemungkinan akan
mengeluarkan kasus-kasus yang mungkin terjadi (possible).
b. Menemukan dan menghitung kasus
Dalam menentukan dan menghitung kasus, maka dari setiap kasus penyakit
harus dikumpulkan informasi-informasi sebagai berikut:
- Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon, dsb);
- Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan);
- Data klinis;
- Faktor risiko (harus dibuat khusus untuk tiap penyakit); dan
- Informasi pelapor, yang berguna untuk mencari informasi tambahan atau
memberikan umpan balik
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 8
4. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang);
Epidemiologi deskriptif adalah studi tentang kejadian penyakit atau masalah
lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi, yang umumnya berkaitan
dengan ciri-ciri dasar seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, dan lokasi geografiknya, berdasarkan Orang (People), Tempat (Place),
dan Waktu (Time). Dengan demikian, data pada invetigasi wabah harus
informatif dan reliable, dengan berorientasi pada a) Orang (siapa? Atau populasi
yang dipengaruhi); b) Tempat (Dimana? yakni luar geografiknya); dan c) Waktu
(kapan? menunjukkan trend).
Untuk menggambarkan suatu wabah berdasarkan perjalanannya (waktu/time)
digunakan Kurva Epidemi, yaitu grafik berbentuk histogram dari jumlah kasus
berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Kurva ini berguna untuk:
- Mendapatkan informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan
kelanjutan penyakit;
- Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan
pemaparan terjadi, sehingga dapat memusatkan penyelidikan pada
periode tersebut; dan
- Menyimpulkan pola kejadian penyakit, apakah bersumber tunggal,
ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya.
Dari kurva epidemi, dapat diiterpretasikan dua hal yaitu a) cara penularan; b)
perjalanan wabah; dan c) periode pemaparan penyakit.
Interpretasi cara penularan penyakit berdasarkan Kurva Epidemi, menunjukkan
bahwa menurut sifatnya, wabah dapat dibagi menjadi dua bentuk utama yaitu :
1) common source epidemic; dan 2) propagated atau progressive epidemic. Dari
dua jenis wabah ini, terdapat empat bentuk kurva epidemi, yaitu
a. Point source epidemic, bila
pemaparan penyakit
bersumber tunggal dan
waktunya singkat, sehingga
resultante/hasil dari semua
kasus/kejadian berkembang
hanya dalam satu masa
inkubasi saja.
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 9
Contoh kasus point of source epidemic sebagai berikut (sumber: CDC, 2012)
b. Continuous common source
epidemic, bila periode
pemaparan memanjang,
serta kurva berpuncak
tunggal dan datar;
Berikut contoh kasus continuous source epidemic (sumber: CDC, 2012):
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 10
c. Intermittent common source
epidemic, bila lama pemaparan
dan jumlah orang yang
terpapar tak beraturan
besarnya;
d. Propagated epidemic, bila
penularan dari orang ke
orang, berpuncak banyak,
dan berjarak masa 1
inkubasi.
Berikut contoh kasus propagated source epidemic (Sumber: CDC, 2012):
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 11
Interpretasi perjalanan (time/waktu) wabah dengan Kurva Epidemi adalah:
- Bila kurva epidemi menanjak, menunjukkan jumlah kasus terus
bertambah, wabah sedang memuncak, dan/atau akan ada kasus-kasus
baru;
- Bila puncak kurve sudah dilalui, menunjukkan kasus yang terjadi semakin
berkurang, dan/atau wabah akan segera berakhir.
Gambaran waktu/time suatu wabah dapat pula ditunjukkan dengan mengitung
masa inkubasi (periode pemaparan) penyakit. Manfaat diketahuinya masa
inkubasi adalah:
a. Bila penyakit belum diketahui, informasi tentang masa inkubasi bersama
diagnosis penyakit dapat mempersempit differential diagnosis; dan
b. Untuk memperkirakan saat terjadinya penularan.
Pada point of source epidemic, jenis penyakit sudah diketahui sehingga masa
inkubasinya dapat diketahui melalui kurva epidemi. Pada kondisi dimana masa
inkubasi tidak diketahui, untuk menghitungnya digunakan ilustrasi (data tidak
berkelompok) sebagai berikut:
Sepuluh orang menderita diare akibat keracunan makanan yang diperkirakan
terjadi pada saat makan siang, pada tanggal 6 Desember 2015, jam 13.00.
Laporan saat timbulnya gejala pertama adalah sebagai berikut:
1. Tanggal 6 Des 2015 jam 24.00;
2. Tanggal 6 Des 2015 jam 18.30;
3. Tanggal 7 Des 2015 jam 01.00;
4. Tanggal 6 Des 2015 jam 21.00;
5. Tanggal 6 Des 2015 jam 16.00;
6. Tanggal 6 Des 2015 jam 19.00;
7. Tanggal 6 Des 2015 jam 19.00;
8. Tanggal 6 Des 2015 jam 20.00;
9. Tanggal 6 Des 2015 jam 19.00; dan
10. Tanggal 6 Des 2015 jam 18.00.
Tentukan masa inkubasi: terpendek, terpanjang, dan median?
a. Masa inkubasi terpendek adalah pada kasus ke-5 yaitu 3 jam, yaitu selisih
waktu antara jam makan siang (6 Des 2015 jam 13.00) dengan jam
timbulnya gejala pada kasus ke-5 (6 Des 2015 jam 16.00);
b. Masa inkubasi terpendek adalah pada kasus ke-3 yaitu 12 jam, yaitu selisih
waktu antara jam makan siang (6 Des 2015 jam 13.00) dengan jam
timbulnya gejala pada kasus ke-3 (7 Des 2015 jam 01.00);
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 12
c. Untuk mencari median, maka laporan di atas diurut berdasarkan jam
kejadiannya, sehingga menjadi:
1. Tanggal 6 Des 2015 jam 16.00;
2. Tanggal 6 Des 2015 jam 18.00.
3. Tanggal 6 Des 2015 jam 18.30;
4. Tanggal 6 Des 2015 jam 19.00;
5. Tanggal 6 Des 2015 jam 19.00;
6. Tanggal 6 Des 2015 jam 19.00;
7. Tanggal 6 Des 2015 jam 20.00;
8. Tanggal 6 Des 2015 jam 21.00;
9. Tanggal 6 Des 2015 jam 24.00; dan
10. Tanggal 7 Des 2015 jam 01.00;
Sehingga median masa inkubasi terletak antara kasus ke-5 dan ke-6, atau
selisih antara jam makan siang (6 Des 2015 jam 13.00) dengan rata-rata
kasus ke-5 dan 6 (6 Des 2015 jam 19.00), yaitu 6 jam
Gambaran kejadian wabah dapat pula dideskripsikan berdasarkan orang atau
person, yang salah satunya bisa digambarkan sebagai berikut:
a. Ciri inang, misalnya umur. Umur meerupakan salah satu faktor penentu
penyakit, karena mempengaruhi:
- Daya tahan tubuh;
- Pengalaman kontak dengan penyakit; dan
- Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber
penyakit
b. Jenis kelamin, ras, dan suku dijelaskan bila diduga ada perbedaan risiko di
antara golongan-golongan dalam faktor tersebut. Di negara multirasial, ras
menjadi gambaran penting dan sering ditampilkan, karena adanya cara
hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dan sebagainya;
c. Pemaparan yang didapat, antara lain pekerjaan, rekreasi, dan penggunaan
obat-obatan.
Dalam menilai dan mengidentifikasikan kelompok (atau people) yang berisiko
tinggi digunakan ukuran rate yang merupakan proporsi jumlah kasus terhadap
jumlah populasi. Rate dapat diukur berdasarkan umur dan jenis kelamin, dimana
keduanya merupakan faktor yang paling kuat hubungannya dengan pemaparan
dan risiko terserang penyakit.
Gambaran kejadian wabah yanhg ketiga adalah berdasarkan tempat/place.
Gambaran tempat memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang
terserang, serta menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah
penyebab. Pemaparan wabah berdasarkan tempat dapat berupa Spot map atau
area map. Spot map adalah peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan
tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar, sedangkan
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 13
Area map menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada wilayah dengan
kode/ arsiran yang mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing
wilayah.
Contoh Spot map:
Contoh Area map:
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 14
5. Membuat hipotesis
Hipotesis diformulasikan berdasarkan parameter:
- Sumber agen penyakit;
- Cara penularan (serta alat penularan/vektor); dan
- Pemaparan yang mengakibatkan sakit.
Untuk menghasilkan hipotesis digunakan cara-cara antara lain:
a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit tersebut: apa
reservoir utama agen penyakitnya? Bagaimana cara penularannya? Bahan
apa yang biasanya menjadi alat penularanannya? Apa saja faktor yang
meningkatkan risiko tertular? Dan sebagainya;
b. Melakukan wawancara dengan beberapa penderita;
c. Mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan;
d. Melakukan kunjungan rumah penderita;
e. Melakukan wawancara dengan petugas kesehatan setempat; dan/atau
f. Menggunakan epidemiologi deskriptif.
Contoh hipotesis dalam investigasi wabah :
Hipotesis: orang yang makan di restoran padang “X” cenderung
kemungkinan mengalami sakit
a. Pajanan/exposure : makan di restoran padang “X”
b. Hasil/outcome : mengalami sakit dengan diare dan demam
Hipotesis: orang yang makan ikan bawal di restoran padang “X”
cenderung kemungkinan positif salmonela berdasarkan uji laboratorium
a. Pajanan/exposure : makan ikan bawal di restoran padang “X”
b. Hasil/outcome : konfirmasi laboratorium salmonella postif
6. Menilai hipotesis (penggunaan penelitian kohort dan penelitian kasus-
kontrol)
Hipotesis yang telah diformulasikan, dapat dinilai dengan salah satu cara sebagai
berikut:
a. Membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada; atau
b. Menganalisis hubungan dan peran kebetulan (disebut epidemiologic analysis)
Investigasi wabah pada populasi yang kecil dan jelas batas-batasnya, analisis
yang cocok adalah dengan penelitian kohort. Studi kofort dimulai dengan
memberikan paparan/pajanan kepada obyek, kemudian dilakukan penilaian
terhadap penyakit. Beberapa ukuran frekuensi penyakit diukur dalam studi
kohort ini, antara lain attack rates (AR), relative riks (RR), risk difference (RD).
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 15
Investigasi wabah pada populasi yang tidak jelas batasannya, analisis yang cocok
adalah dengan penelitian Kasus-Kontrol (case-control study). Berlawanan dengan
kohort, pada Kasus-Kontrol, studi dimulai dengan mempelajari penyakit,
kemudian mundur ke belakangan untuk mengetahui pajanan/paparan. Ukuran
frekuensi penyakit yang biasanya dihitung adalajh Odds Ratio. Uji kemaknaan
secara statistik diukur dengan menggunakan metode Chi-square.
7. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan.
Kadangkala hipotesis yang diajukan tidak cocok atau tidak menggambarkan
kejadian penyakit yang sebenarnya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan atau
perumusan kembali dengan studi epidemiologi analitik. Beberapa alasan perlu
dilakukan perumusan ulang hipotesis adalah:
a. Studi analitik awal gagal mengkonfirmasi hipotesis;
b. Menyempurnakan hipotesis meskipun data inisial mendukung; dan
c. Sebagai supplement temuan epidemiologi dengan bukti laboratorium dan
bukti lingkungan misalnya pemeriksaan serum, pemeriksaan tempat
pembuangan tinja, dan sebagainya.
8. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
Upaya pengendalian dan pencegahan harus dilakukan sesegera mungkin, dan
biasanya dapat diterapkan bila sumber wabah sudah diketahui. Upaya tersebut
umumnya diarahkan pada “mata rantai” penularan penyakit yang paling lemah.
Mungkin pula diarahkan pada agen penyakit, sumber penyakit, atau reservoir.
9. Menyampaikan hasil penyelidikan
Terdapat dua cara dalam menyampaikan hasil investigasi wabah, antara lain:
- Secara lisan kepada pejabat kesehatan setempat, dalam rangka
pengendalian dan pencegahan
- Secara tertulis dengan membuat Laporan Investigasi Wabah
Dalam menyampaikan hasil investigasi wabah, perlu diperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan
beralasan;
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah, serta kesimpulan
dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah;
c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai
dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, kesimpulan, dan saran);
d. Laporan merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan; dan
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 16
e. Laporan merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan
merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.
Penyusunan laporan tertulis bisa menggunakan format sebagai berikut:
1. Pendahuluan, isinya menggambarkan peristiwa;
2. Latar belakang, baik secara geografis, politis, ekonomis, demografis, atau
historis;
3. Uraian tentang investigasi yang dilakukan, meliputi: alasan, metode, sumber
informasi;
4. Hasil investigasi, yang mencakup: fakta, karakteristik kasus, angka serangan,
tabulasi, kalkulasi, kurva epidemi, pemeriksaan laboratorium, kemungkinan
sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan, dan lain-lain;
5. Analisis data dan Kesimpulan;
6. Uraian tentang tindakan;
7. Uraian tentang dampak wabah, misalnya akibat kesehatan, hukum, ekonomis
pada populasi
8. Tindakan penanggulangan terhadap: populasi (status kekebalan, cara hidup),
reservoir (jumlah, distribusi), Vektor (jumlah, distribusi), dan penemuan
penyebab menular baru; dan
9. Saran, yakni perbaikan prosedur surveilans dan penanggulangan di masa
depan.
Ilustrasi berikut menggambarkan kejadian investigasi wabah terhadap kejadian wabah
gastroentritis di sebuah sekolah berdasarkan keluhan seorang siswa pada tanggal 11
Maret 2015. Maka urutan kejadian berikutnya akan terjadi:
1. Petugas kesehatan di sekolah tersebut akan segera melakukan:
a. Pencarian kasus secara aktif;
b. Membuat peta penyakit; dan
c. Membuat hipotesa penyebab wabah berdasarkan wawancara dengan
penderita atau orang di sekitarnya
Dari pencarian data ditemukan: 75 kasus pada tanggal 12 Maret 2015;
2. Mengumpulkan spesimen/sampel tinja,dan hasil laboratorium menunjukkan
adalah bakteri patogen negatif, sehingga diasumsikan penyebabnya adalah virus
patogen;
3. Dari hasil investigasi ternyata ditemukan kasus paling awal yaitu pada tanggal 5
Maret 2015;
4. Berdasarkan temuan di atas, dilakukan wawancara terhadap 7 siswa paling awal
yang mengalami serangan. Hasilnya didapat bahwa 6 dari 7 siswa makan di
counter makanan “Deli” yang berada di kantin utama kampus;
5. Langkah selanjutnya, adalah membuat hipotesa utama bahwa kantin kampus
kemungkinan sebagai sumber penularan penyakit;
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 17
6. Kemudian dilakukan wawancara terhadap 30 staff kantin kampus (dari total 31
staff), dimana 1 staff yang tidak ikut wawancara adalah petugas counter
makanan “Deli”. Wawancara tersebut diikuti dengan investigasi terhadap
counter makanan “Deli”;
7. Akhirnya petugas penyelidik menutup counter makanan “Deli” berdasarkan
temuan:
a. Hasil interview 6 dari 7 siswa yang makan di tempat yang sama (counter
“deli”); dan
b. Hasil investigasi menunjukkan counter “Deli” tidak menerapkan sanitasi
makanan yang baik.
UPAYA PENANGGULANGAN WABAH
Upaya penanggulangan wabah merupakan salah satu langkah salam investigasi wabah.
Dalam PP No.40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, “upaya
penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan dan
pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah,
penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya”.
Tindakan penyelidikan epidemiologis bertujuan antara lain:
1. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;
2. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;
3. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah; dan
4. Menentukan cara penanggulangan.
Penyelidikan epidemiologis dijalankan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1)
pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk; 2) pemeriksaan klinis, fisik,
laboratorium dan penegakan diagnosis; dan 3) pengamatan terhadap penduduk,
pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah
yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah.
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 18
LATIHAN
1. Dari tiga kasus yang diuraikan berikut, tentukan apakah kasus penyakit tersebut
termasuk dalam:
A. Point source epidemic
B. Intermittent/continuous epidemic
C. Propagated epidemic
21 kasus shigellosis terjadi pada anak-anak dan pekerja selama periode 6
minggu tanpa diketahui masa inkubasinya. Namun masa inkubasi shigellosis
biasanya 1-3 hari.
Termasuk jenis wabah: __________________________________
36 kasus giardiasis selama lebih dari 6 minggu terlacak, dengan masa
inkubasi giardiasis 3-25 hari atau lebih, biasanya 7-10 hari.
Termasuk jenis wabah: __________________________________
43 kasus infeksi norovirus lebih dari 2 hari teridentifikasi bersumber dari
mesin es dalam kapal pesiar, dengan masa inkubasi biasanya 24-48 hari.
Termasuk jenis wabah: __________________________________
2. Sejumlah penumpang dalam kapal pesiar yang berlayar dari Puerto Rico ke
Terusan Panama, menderita penyakit gastrointestinal, yang kemungkinan
disebabkan norovirus (disebut juga Norwalk-like virus). Uji lab norovirus tidak
tersedia di pulau terdekat dari kapal pesiar, sehingga uji lab dilakukan beberapa
hari kemudian. Bila Anda seorang epidemiologist yang ditugaskan ke kapal
pesiar dan melakukan investigasi kemungkinan terjadi wabah, maka definisi
kasus yang Anda tetapkan minimal meliputi:
A. Kriteria klinis, ditambah dengan gambaran waktu/time, tempat/place, dan
orang/person
B. Tampilan klinis, ditambah dengan paparan yang Anda anggap sebagai
penyebab penyakit;
C. Suspek kasus
D. Standar definisi kasus yang telah diakui secara nasional sebagai laporan
penyakit
3. Kasus wabah pada soal di atas, Anda menggambarkan perjalanan wabah
menggunakan:
A. Kurva epidemik
B. Kurva endemik
C. Trend musiman
D. Trend sekuler
INVESTIGASI WABAH
@2015 Ade Heryana Page 19
4. Dari kasus wabah di kapal pesiar (soal no.2) variabel apa yang sebaiknya dipakai
untuk menggambarkan person/orang?
A. Usia penumpang
B. Jenis makanan apa yang dimakan penumpang selama di kapal pesiar
C. Status penumpang dan kru kapal siar
D. Gejala penyakit
Recommended