79
DAMPAK EKONOMI TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI DESA SALULEMO KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA HUSWATUN HASANA ANWAR 1502405060 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

Huswatun Hasana Anwar.pdf - Repository UNCP

Embed Size (px)

Citation preview

DAMPAK EKONOMI TERHADAP PRODUKSI KAKAO

DI DESA SALULEMO KECAMATAN BAEBUNTA

KABUPATEN LUWU UTARA

HUSWATUN HASANA ANWAR

1502405060

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

DAMPAK EKONOMI TERHADAPPRODUKSI KAKAO

DI DESASALULEMO KECAMATAN BAEBUNTA

KABUPATEN LUWU UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo

HUSWATUN HASANA ANWAR

1502405060

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

ii

iii

ABSTRAK

HUSWATUN HASANA ANAWR. 2020. Dampak Ekonomi terhadap Produksi

Kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (dibimbing

oleh Suaedi dan Dharma Fidyansari ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi terhadap

produksi kakao di Desa Salulemo Kabupaten Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Salulemo. Waktu penelitian berlangsung

mulai dari bulan Mei sampai bulan Juni 2019. Dengan jumlah populasi sebanyak

150 Kepala Keluarga yang mengusahakan komoditi kakao kemudian diambil

sampel sebanyak 20% menjadi sebanyak30 sampel dengan cara acak,

pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi

dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriftif

kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata jumlah total biaya

produksi seluruh reponden pada saat musim rendah (low season) sebesar

Rp.3.128.667, besarnya jumlah produksi (penerimaan) rata-rata yang dihasilkan

seluruh responden kakao pada saat musim rendah (low season) di Desa Salulemo

adalah sebesar Rp.28.897.333, dan hasil pendapatan rata-rata yang diterima

adalah Rp.17.768.667. Sedangkan analisis pendapatan rata-rata besarnya jumlah

total biaya produksi seluruh responden petani kakao pada saat musim puncak

(high season) di Desa Salulemo sebesar Rp.4.104.000, besarnya jumlah produksi

rata-rata (penerimaan) yang dihasilkan seluruh responden kakao pada saat musim

puncak (high season) adalah sebesar Rp.41.234.667, dan hasil pendapatan rata-

rata petani kakao pada saat musim puncak (high season) adalah Rp.37.143.000.

dan hasil rekapitulasi pendaptan petani antara penerimaan biaya antara High

Season dan Low Season dengan biaya yang dikeluarkan antara biaya High Season

dan biaya Low Season, dengan demikian dapat dihitung besarnya pendapatan

yaitu Rp.1.431.023.000 dengan rata-rata pendapatan petani kakao antara musim

rendah (low season) dan musim puncak (high season) adalah Rp.47.700.767.

Dengan rata-rata harga kakao/kg rata-rata Rp.28.000.

Kata kunci : dampak, pendapatan, petani, kakao

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak luput dari

kehilafan serta keterbatasan sehingga dalam proses penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritikan yang positif demi kesempurnaan penyusunan

skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kendala dan

kesulitan, namun karena keinginan dan usaha yang keras serta bantuan dan

dorongan semangat dari berbagai pihak sehingga segala kendala dan kesulitan

tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, dorongan, semangat, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis patut

dan wajar menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta

Juridin dan Awalia yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan,

materi, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Selain itu penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Hanafi Mahtika, M.S. selaku Rektor Universitas

Cokroaminoto Palopo.

2. Bapak Rahman Hairuddin, S.P., M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo.

3. Bapak Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si. selaku pembimbing I telah meluangkan

waktunya membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dharma Fidyansari, S.Pi., M.M. selaku pembimbing II serta selaku Ketua

Program Studi Agribisnis Universitas Cokroaminoto Palopo.

5. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini, serta keluarga besar Agribisnis yang tak

sempat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberi motivasi serta

dukungan dan masukannya kepada penulis dan atas kerjasamanya sampai

skripsi ini dapat terselesaikan.

v

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan pahala atas

bantuan yang telah diberikan dan memperhitungkan amal baik kita sebagai amal

jariah. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan

karena terbatasnya pengetahuan, dan kemampuan penulis. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu terkhusus kepada ilmu biologi dan

bagi pihak yang memerlukannya.

Palopo, Maret 2020

Huswatun Hasana Anwar

vi

RIWAYAT HIDUP

HUSWATUN HASANA ANWAR. 2020. Lahir tanggal 27

Agustus 1996, tempat lahir Kalo’bani. Anak pertama dari

delapan bersaudara buah hati pasangan Ayahanda Juridin dan

Ibunda Awalia. Pendidikan formal yang dilalui oleh penulis

adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 528 Padang Lambe,

pendidikan dasar yang dilalui penulis mulai dari tahun 2003

sampai 2009, kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan

tingkat pertama Madrasah Aliah Negeri Model Palopo (MTs Negeri Model

Palopo) dan selesai pada tahun 2012. Selanjutnya, penulis melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Negeri 2 Walenrang) dan lulus

pada tahun 2015. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan tinggi

di Kota Palopo dan diterima sebagai Mahasiswa pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo.

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

ABSTRAK ....................................................................................................... .. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

RIWAYAT HIDUP............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. . 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6

2.1 Kajian Teori ...................................................................................... 6

2.2 Hasil Penelitian Yang Relavan ......................................................... 16

2.3 Kerangka Fikir .................................................................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... . 20

3.1 Desain dan Jenis Penelitian ............................................................... 20

3.2 Tempat dan Waktu ............................................................................ 20

3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data. ............................................................... 21

3.5 Analisis Data ..................................................................................... 22

3.6 Defenisi Operasional. ........................................................................ 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... . 26

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 26

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 42

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 45

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 45

5.2 Saran ................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 46

LAMPIRAN ........................................................................................................ 48

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Areal Tanaman Kakao Tahun 2013-2017 ............................. 15

2. Jumlah Penduduk di Desa Salulemo .............................................................. 27

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Salulemo ............... 28

4. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Saluemo .............................. 29

5. Umur Petani yang Menjadi Responden .......................................................... 30

6. Tingkat Pendidikan Responden ...................................................................... 31

7. Identitas Responden Menurut Luas Lahan di Desa Salulemo ........................ 32

8. Perincian Rata-Rata Biaya Produksi Kakao Pada Satu Musim Puncak ......... 33

9. Jumlah Penerimaan Petani Kakao Pada Saat Musim Puncak .......................... 34

10. Rata-rata Pendapatan Petani Kakao pada Saat Musim Rendah .................... 36

11. Perincian Rata-Rata Biaya Produksi Petani kakao pada Saat Musim Rendah

(Low Season) ................................................................................................. 37

12. Jumlah Penerimaan Petani Kakao pada Satu Musim Rendah ...................... 38

13. Rata-Rata Pendapatan Petani Kakao pada Saat Musim Rendah (Low Season)

di Salulemo.................................................................................................... . 39

14. RincianBiaya Rekapitulasi Pendapatan Petani (High Season dan Low Season)

........................................................................................................................ 41

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................................. 19

2. Tempat dan Waktu ........................................................................................... 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak tahun 1930 kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan salah satu

komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam perekonomian

Indonesia. Tahun 2010 Indonesia merupakan pengekspor biji kakao terbesar

ketiga dunia dengan produksi biji kering 550.000 ton setelah Pantai Gading

(1.242.000 ton) dan Ghana dengan produksi 662.000 ton (ICCO, 2011). Pada

tahun tersebut, dari 1.651.539 ha areal kakao Indonesia, sekitar 1.555.596 ha atau

94% adalah kakao rakyat (Ditjenbun, 2010). Hal ini mengindikasikan peran

penting kakao baik sebagai sumber lapangan kerja maupun pendapatan bagi

petani. Areal dan produksi kakao Indonesia juga terus meningkat pesat pada

decade terakhir, dengan laju 5,99% per tahun (Ditjenbun, 2009).

Volume dan nilai ekspor kakao Indonesia pada tahun 1999-2009

meningkat pesat masing-masing dengan laju 12% dan 10,84% per tahun. Hasil

penelitian juga mendukung bahwa industri kakao patut dikembangkan sebagai

salah satu andalan karena mempunyai koefisien keterkaitan ke depan dan ke

belakang yang lebih besar dari satu, efek penggandaan, dan lapangan kerja yang

relatif besar, serta efek distribusionalnya cukup baik (tersebar) (Zainudin et al.,

2004). Sejalan dengan peran penting tersebut, peluang pasar kakao Indonesia

masih cukup terbuka. Potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah

satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka dan sangat

menjanjikan.

Permintaan biji kakao terus meningkat, terutama dari Amerika Serikat dan

negara-negara Eropa Barat. Berbagai negara tersebut terkenal sebagai produsen

makanan yang menggunakan kakao sebagai komponen utamanya. Indonesia

sebagai salah satu produsen perlu memanfaatkan peluang tersebut untuk

meningkatkan devisa negara dengan meningkatkan ekspor biji kakao. Berorientasi

pada pasar ekspor, peluang besar kakao Indonesia relative masih terbuka.

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa daya saing produksi kakao Indonesia,

khususnya biji kakao masih baik sehingga Indonesia masih mempunyai peluang

untuk meningkatkan ekspor dan mengembangkan pasar domestic.

2

Kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

perkebunan yang peranannya cukup penting bagi pertumbuhan perekonomian

Indonesia, khususnya sebagai sumber pendapatan petani, penyedia lapanagan

kerja, dan penghasil devisa negara, disamping itu kakao juga mendorong

perkembangan pemanfaatan lahan dan pengembangan agroindustri. Buah kakao

memiliki sumber gizi, selain itu kakao juga digunakan sebagai bahan baku produk

minuman. Kulit dan daging buah kakao dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak

dan pupuk kompos (Fitria, 2015).

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang merupakan

komoditas unggulan nasional, dengan volume produksi terbesar kelima setelah

kelapa sawit, kelapa, karet, dan tebu (BPS, 2011), dan memberikan sumbangan

devisa ketiga terbesar setelah kelapa sawit dan karet (Geonadi et al. 2007). Pada

tahun 2010, Indonesia memproduksi 844,4 ribu ton kakao, mengalami

peningkatan pesat dibandingkan produksi pada tahun 1990, yang hanya sebesar

142,3 ribu ton (BPS, 2011).

Pertumbuhan produksi kakao tiap tahunnya disebabkan oleh banyaknya

pengembangan produksi hampir di setiap Provinsi. Data Ditjenbun (2011), pada

tahun 2010 perkebunan kakao Indonesia terbesar di setiap provinsi kecuali DKI

Jakarta, dengan luas areal sebesar 1.650.621 ha, jauh meningkat dari tahun 1990

yang hanya seluas 357.490 ha. Pendorong utama pertumbuhan area perkebunan

kakao adalah sebagai sumber pekerjaan untuk petani kecil dan kakao

menyediakan pendapatan ekspor (Arsyad dan Yusuf, 2008).

Pulau Sulawesi merupakan penghasil kakao utama di Indonesia. Sentral

kakao Indonesia lainnya tersebar di pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan, Maluku dan Papua Sulawesi penghasil

kakao rakyat terbesar. Sulawesi Selatan masih merupakan salah satu sentral

produksi kakao di Indonesia, produksinya berkisar 170-180 ribu ton pertahun

(mendekati 40% total) dalam dua tahun terakhir ini. Produksi biji kakao paling

intensif di Kabupaten Luwu (baru-baru ini dipecah menjadi 3 Kabupaten dan satu

kota) dan pinrang. Produksi biji kakao dari Kabupaten-Kabupaten ini (133 ribu

ton) menyumbang sebesar 74,6% total produksi Sulawesi Selatan.

3

Komoditas kakao memegang penting di dalam perekonomian Sulawesi

Selatan terutama dalam hal pendapatan dan lapangan kerja. Walaupun tidak

semua petani tergantung pada kakao sebagai satu-satunya sumber pendapatan

keluarga, akan tetapi sekitar 500.000 petani dan keluarganya di Sulawesi dan

250.000 di Sulawesi Selatan yang memperoleh sebagian atau seluruh

pendapatannya dari hasil pertanaman kakao.

Peningkatan produksi kakao di masa lampau telah menciptakan ribuan

peluang kerja pedagang pengumpul dan pedangang lokal. Perdagangan dan

industri di sekitarnya (Kawasan Industri Makassar atau KIMA) dimana terdapat

berbagai fasilitas pergudangan dan pemroresan akhir. Nilai expor biji kakao

sekitar 22,4% dari nilai total export dari Sulawesi Selatan (setara dengan US$ 284

juta) pada tahun 2004 yang mana nilainya menempati urutan kedua setelah nikel.

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi

sentra pengembangan dan penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan. Kondisi

iklim dan kandungan unsur hara tanah sangat cocok untuk tanaman kakao.

Hampir disetiap wilayah di Kabupaten Luwu Utara terdapat tanaman ini. Mulai

dari pegunungan hingga wilayah daratan yang dekat dengan petani. Masyarakat

terutama petani di Kabupaten Luwu Utara mayoritas menggantungkan hidupnya

pada komoditi ini, disamping komoditi kakao dan tanaman pangan lain. Tanaman

kakao sering dijumpai secara monokultur maupun di tanam di sela-sela tanaman

kelapa dan durian.

Kabupaten Luwu Utara merupakan penghasil kakao, berdasarkan data

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Makassar (2010), luas lahan kakao

Kabupaten Luwu 36,762 Ha dengan perincihan tanaman menghasilkan 31,862

dan TT/TR 1,696 Ha. Sementara luas lahan perkebunan kakao di Kabupaten

Luwu yang diusahakan sebanyak 36,762 Ha. Kabupaten Luwu Utara salah satu

pusat produksi kakao di Sulawesi Selatan. Tiap tahun, Kabupaten ini

menghasilkan 40,600 ton kakao dari luas kebun 39.000 hektar. Jumlah produksi

rata-rata per tahun masih berkisar 0,9 ton per hektar.

Perkembangan tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara dalam 5 tahun

terakhir mengalami pasang surut. Peningkatan luas lahan tidak seiring dengan

peningkatan produksi. Luas lahan mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga

4

2010 namun pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan. Sementara

produksifitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun2012.

Luas areal tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2008 sebesar

56.187,69 Ha dengan produksi 20.175,77 ton kemudian luas areal meningkat pada

tahun 2009 dan 2010 sebesar 56.238,69 Ha dengan produksi tahun 2009 sebesar

21.324,99 ton dan tahun 2010 sebesar 32.648,75 ton.

Desa Salulemo merupakan salah satu daerah di Kecamatan Baebunta yang

memiliki peluang besar untuk mengetahui dampak ekonomi terhadap produksi

kakao dalam komoditi kakao. Hal yang menjadi peluang untuk mengetahui

dampak ekonomi terhadap produksi kakao. Permasalahan yang perlu dikaji dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pendapatan petani dari hasil penjualan

kakao di Desa Salulemo, sehingga menarik untuk dikaji bagaimana perbandingan

tingkat pendapatan setiap musim panen kakao yang dibagi menjadi dua kategori,

yaitu musim rendah (low season) dan musim puncak (high season) yang ada di

Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

Demikianlah dari hasil latar belakang ini yang memiliki tujuan penelitian

agar dapat mengetahui dampak ekonomi terhadap produksi kakao di Desa

Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

bagaimana dampak ekonomi terhadap produksi kakao di Desa Salulemo

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu mengetahui dampak

ekonomi terhadap Produksi Kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara.

1.4 Manfaat Penilitian

1 Untuk Petani : sebagai informasi untuk mengetahui faktor yang menyebabkan

terjadinya dampak ekonomi terhadap produksi kakao

2 Untuk Iptek : sebagai informasi dalam memperdalam ilmu pengetahuan, yang

meliputi meningkatkan kualitas kakao.

5

3 Untuk Peneliti : melalui penelitia ini dapat menambah pengetahuan yang telah

diperoleh di bangku kuliah sekaligus mengaplikasikan dalam praktek nyata

dilapangan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Tanaman Kakao

Kakao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika

Serikat. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yng dikenal sebagai

coklat. Kakao merupakan tumbuhan perennial berbentuk pohon di alami dapat

mencapai ketinggian 8-10 m. Pohon kakao dapat tumbuh pada daerah-daerah

yang berada pada 10º C LS, dengan temperatur 18-32º C. (Pusat Penelitian Kopi

dan Kakao Indonesia, 2008).

Menurut Wildan Hafsaki (2001) Klasifikasi ilmiah kakao antara lain :

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma Cacao L.

Kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

perkebunan yang peranannya cukup penting bagi pertumbuhan perekonomian

Indonesia, khususnya sebagai sumber pendapatan petani, penyedia lapangan kerja,

dan penghasil devisa negara, disamping itu kakao juga mendorong perkembangan

pemanfaatan lahan dan pengembangan agroindustri. Buah kakao memiliki sumber

gizi selain itu kakao juga digunakan sebagai bahan baku produk minuman. Kulit

dan daging buah kakao dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk

kompos (Fitria, 2015).

Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 10º LS- 10º LU dan pada

ketinggian 0-600 mm dpl. Untuk pertumbuhan yang optimal, kakao membutuhkan

suhu dengan batasan tertentu, yakni suhu minimum 18-21º C dan maksimum 30-

32º C. Kisaran curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah

1.500-2.500 mm/tahun. Tanaman kakao menghendaki lingkungan dengan

kelembapan tinggi dan konstan yakni diatas 80% (Wahyudi dkk, 2008).

7

Tanaman kakao merupakan tanaman yang tidak rewel terhadap jenis tanah

tempat tumbuhnya. Tanaman kakao bisa survive di berbagai macam tanah. Tanah

yang cocok untuk tanaman kakao adalah yang bertekstur geluh Lampung (clay

loam) yang merupakan perpaduan antara 50 % pasir, 10-20 % debu, dan 30-40 %

lempung berpasir. Tekstur tanah ini dianggap memiliki kemampuan menahan air

yang tinggi dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Tanaman kakao akan lebih

baik tumbuh pada kisaran pH 6,0-7,0. Bila pH tanah terlalu alkalis (lebih dari 8),

tanaman kakao akan mengalami clorosis. Sebaliknya jika pH tanah kurang dari 4

tanaman akan mengalami keracunan unsur hara (Wahyudi dkk, 2008).

Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah

umur 3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan

secara tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu

untuk keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan

faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao yang tidak unggul

mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah, oleh

karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi

(Raharjo, 1999).

Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di

usahakan secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara

ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji

kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-gula

dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi

biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao, sabun, parfum dan obat-

obatan.

Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat banyak jenis

tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi coklat

secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:

a) Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika

Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan

dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan

banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produk-

produk coklat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulai banyak

8

digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase

8lavor8e8e.

b) Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat dan

menghasilkan coklat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal juga

sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai kakao

lindak. Kakao lindak memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relative

lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia.

Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai gepeng, proses

fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari pada kakao mulia.

c) Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan

Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis

Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang

termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain hybride Djati Runggo (DR)

dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak). Kakao ini memiliki keunggulan

pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen

sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta

aspek agronominya mudah.

2. Dampak Ekonomi

Dampak menurut Waralah Rd Christo.,(2008) adalah sesuatu yang

diakibatkan oleh sesuatu yang dilakukan, bisa positif atau negatif atau pengaruh

kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Adapun dampak

sosial menurut (Soedharto, 2000) dampak sosial adalah konsekuensi sosial yang

menimbulkan akibat baik yang bersifat positif ataupun negatif dari suatu kegiatan

pembangunan ataupun penerapan suatu kebijakan dan program merupakan

perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang disebabkan oleh

aktifitas. Dampak sosial adalah pengaruh atau akibat dari suatu kegiatan, keadaan,

kebijakan sehingga mengakibatkan perubahan baik yang bersifat positif maupun

yang bersifat negatif bagi lingkunagn sosial dan keadaan sosial.

Dampak ekonomi adalah suatu yang diakibatkan oleh sesuatu yang

dilakukan oleh aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi,

pertukaran dan konsumsi barang dan jasa atau satu proses yang menyebabkan

suatu aktivitas manusia yang menyebakan pendapatan perkapita penduduk suatu

9

masyarakat meningkat dalam jangka panjang dengan perubahan ciri-ciri penting

suatu masyarakat, yaitu perubahan baik dalam hal teknologi, pola pikir

masyarakat maupun kelembagaan.

3. Pendapatan

a) Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerima (TR) dari total biaya (TC), jadi

TR-TC. Penerima adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (Fixed Cost)

dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (Total

Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel

Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel

Cost), maka TC = FC + VC, (Sujarno, 2008).

Suatu usaha yang bergerak dalam sector formal maupun informal dalam

penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan

dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efesiensi biaya produksi maka akan

mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit merupakan salah satu

tujuan penting dalam berusaha. Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah

jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas kerjanya selama satu

periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pengertian

pendapatan didefinisikan oleh Sofyan (2002) sebagai “ di dalam aset dan

penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akutansi yang

berasal dari kegiatan mencari laba”.

Berdasarkan dari beberapa pengertian pendapatan diatas maka

disimpulkan bahwa pendapatan merupakan suatu penghasilan usaha untuk

mendapatkan keuntungan dari penjualan barang atau jasa selama suatu periode

tertentu.

Menurut (Paula, 2005) pendapatan merupakan unsur yang sangat penting

dalam sebuah usahatani karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin

mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha

10

tersebut.Sedangkan dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas

penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan

sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta

keuntungan/profit (Sukirno, 2000). Lebih lanjut (Sukirno, 2002) pendapatan dapat

dihitung melalui tiga cara yaitu:

a) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.

b) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

barang dan jasa yang dihasilkan.

c) Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.

Menurut (Suparmoko, 2000) secara garis besar pendapatan digolongkan

menjadi tiga golongan yaitu :

a) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan

pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu

maupun satu bulan.

b) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang

dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha

milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri, nilai

sewa kapital milik sendiri biasanya tidak diperhitungkan.

c) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan

tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua

biaya (TC), dimana penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dan

harga jual, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam

suatu usahatani. Adapun rumus pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut

(Suratiyah, 2006).

TR = P.Q………………...……………………………………(1)

Keterangan :

TR = Total Revenue (Penerimaan Total), (Rp)

P = Price (Harga), (Rp)

Q = Quantity (Jumlah Produk), (Kg)

11

TC = TFC + TVC…………………………………………..(2)

Keterangan :

TC = Total Cost (Biaya Total), (Rp)

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total), (Rp)

TVC = Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total), (Rp)

I = TR – TC………………………………………………...(3)

Keterangan :

I = Income (Pendapatan), (Rp)

TR = Total Revenue (Penerimaan Total), (Rp)

TC = Total Cost (Biaya Total), (Rp)

Analisis pendapatan adalah perhitungan akan besarnya penerimaan dan

pengeluaran biaya-biaya dari hasil usaha. Jika pendapatan seseorang rendah maka

orang itu akan cenderung untuk menggunakan lebih banyak lagi sumberdaya agar

pendapatan bisa meningkat. Ini berarti pendapatan yang rendah akan mendorong

tindakan deplisit (menghabiskan atau merusak) terhadap sumberdaya alam.

Demikian pula setiap kebijakan pemerintah yang menyebabkan turunnya

pendapatan ril masyarakat akan mendorong timbulnya deplisit (merusak

sumberdaya alam) tetapi kebijakan yang sifatnya meningkatkan pendapatan

masyarakat akan merangsang masyarakat untuk melakukan tindakan konversi

terhadap sumberdaya alam (Padangaran, 1994). Secara matematis untuk

menghitung pendapatan dapat digunakan rumus berikut:

I = TR – TC……………………………………………………..(4)

Keterangan:

I = Income (pendapatan)

TR = Total Revenue (penerimaan total)

TC = Total Cost (biaya total)

b) Pendapatan Usaha

Menurut Ramlan (2006) pendapatan usaha adalah hasil kerja dari suatu

usaha yang telah dilaksankan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Ramlan

(2006) pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan bersih dan pendapatan kotor.

Pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah mengalami pengurangan dari

12

hasil produksi. Sedangkan pendapatan kotor yaitu pendapatan dari hasil usaha

dikurangi kebutuhan selama mengadakan usaha serta penggunaan bahan bakar

dan tenaga pembantu lainnya.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat ditingkatkan atau tidakSurya (2009).

4. Penerimaan

Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan produknya

kepada pedagang atau langsung kepada konsumen. Penerimaan merupakan nilai

produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang

dihasilkan selama periode pembukuan yang sama (Surya, 2009). Hasil total

penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual

dengan harga barang yang bersangkutan atau TR = P x Q.

Menurut Soekartawi (2003) berpendapat bahwa penerimaan usahatani

adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani yang dapat berwujud

dalam tiga hal yakni hasil penjualan produk yag akan dijual, hasil penjualan

produk sampingan, serta produk yang dikonsumsi rumah tangga selama

melakukan kegiatan usahatani. Menurutnya, penerimaan usahatani adalah nilai

produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan tidak lain adalah

uang yang diterima melalui proses produksi dari nilai dengan uang sebagai hasil

penjualan barang dan jasa.

5. Biaya

Menurut Bustami dan Nurlela (2006), biaya merupakan pengorbanan

sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara menurut

Kuswadi (2005) Biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau

jasa dari pihak ketiga, baik yang berkaitan dengan usaha pokok perusahaan

maupun tidak. Biaya diukur dalam unit moneter dan digunakan untuk menghitung

harga pokok produk yang diproduksi perusahaan.

13

Soeharjo (2003). Biaya usaha tani atau disebut juga pengeluaran adalah

nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi.

Biaya usahatani dapat terbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya pembelian

sarana produksi dan biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan

digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani apabila

bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

Menurut Makeham dan Malcolm (2001), biaya dalam usahatani dibagi

menjadi :

a) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam batas-batas tertentu tidak

berubah ketika tingkat kegiatan berubah. Dua macam biaya tetap yang telah

diketahui secara umum adalah biaya tetap total dan biaya operasi. Contohnya

seperti investasi, penyusutan dan pajak.

b) Biaya Variabel

Biaya variabel juga dikenal sebagai biaya-biaya langsung. Sesuai

namanya, biaya-biaya ini berubah-ubah mengikuti ukuran serta tingkat output

suatu kegiatan. Contohnya seperti gaji karyawan, biaya bahan baku, biaya listrik

dan telephone dan biaya transportasi.

Untuk menghitung biaya total dapat di hitung dengan menggunakan rumus

yang digunakan oleh Sukirno (2013) yaitu :

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC (Total Cost) = Biaya Total Produksi (Rp)

TFC (Total Fixed) = Biaya Tetap (Rp)

TVC (Total Variable Cost) = Biaya Variabel (Rp)

6. Kalender Musim

Setiap petani perkebunan kakao pastilah menginginkan hasil panen dengan

jumlah kuantitas yang besar selain kualitas buah yang bagus. Oleh karena itu,

alangkah baiknya jika setiap pengelola bidang pertanian ini mengetahui secara

detail dan pasti berapa banyak jumlah hasil buah pertahun dari perkebunan kakao

yang mereka kelola. Tapi, jumlah hasil panen tentulah dipengaruhi oleh luas lahan

14

perkebunan yang ada. Semakin luas lahannya, maka semakin banyak juga hasil

panen buahnya. Meski hal ini tidak menjadi satu-satunya factor utama, karena

untuk hasil yang banyak juga dipengaruhi oleh pengolahan, perawatan, pemilihan

bibit, serta sumber daya manusia yang ada lalu, berapa kalikah perkebunan kakao

ideal mengalami musim-musim pemanenan. Hal ini sering menjadi pertanyaan

bagi banyak orang apalagi mereka yang awam. Untuk mengetahuinya, silahkan

simak poin-poin berikut ini.

a) High Season/ Panen Musim Puncak

Periode ini adalah masa dimana hasil buah sedang banyak-banyaknya.

Masa-masa menghasilkan buah yang berlimpah ruah. Namun tetap harus diingat

jangan mengambil semua buah dari pohon yang belum benar-benar cukup

umurnya. Ini biasanya terjadi pada musim hujan yaitu pada bulan Oktober –

Maret, dimana curah hujan yang ada mempercepat pematangan buah sehingga

buah dapat dipanen dengan cepat. Tinggi rendahnya curah hujan dapat dilakukan

sebagai evaluasi produksi untuk tahun-tahun ke depan. Menurut Sunarko (2007)

penyebaran produksi setiap bulan dalam setahun sangat dipengaruhi oleh curah

hujan pada tahun-tahun sebelumnya. Musim panen High Season dilakukan 2x

dalam 1 bulan dan proses panen pada kakao perlu dikelola dengan baik agar hasil

panen tetap maksimal.

Aspek lingkungan dan teknik budidaya juga sangat berpengaruh terhadap

produktivitas tanaman kakao, sedangkan untuk kualitas bijinya lebih dipengaruhi

oleh faktor iklim. Faktor iklim yang paling berperan dalam menentukan kualitas

buah yang dihasilkan adalah curah hujan. Pada musim hujan, buah kakao dapat

menghasilkan biji dengan ukuran lebih besar dibandingkan buah kakao yang

berkembang di musim kering (Wahyudi, Panggabean, & Pujianto,2008).

b) Low Season / Musim Rendah

Pada musim panenan yang memasuki tahap ketiga ini, hasil panen

buahnya berkurang. Meski hasil buahnya berkurang, namun masih banyak

memberi pendapatan bagi para pengusaha. Musim panen Low Season dilakukan

setiap 1x dalam 1 bulan dan proses panen pada kakao perlu dikelola dengan baik

agar hasil panen tetap maksimal. Berlangsungnya musim kemarau biasanya terjadi

pada bulan April-September.

15

7. Produksi

Analisis Produksi dapat didefenisikan sebagai hasil dari suatu proses atau

aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan

demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai input

untuk menghasilkan output. Berdasarkan keterangan diatas, dapat dimengerti

bahwa setiap variabel input dan output mempunyai nilai positif. Adapun analisis

produksi usaha budidaya kakao yang digunakan berdasarkan kalender musim.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel kalender musim berikut.

Tabel 1. Perkembangan Areal Tanaman Kakao Tahun 2013-2017 (Ha)

Tahun

Luas Area (Ha) Produksi (Ton)

PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah

2013 1.638.329 48.935 45.377 1.732.641 644.688 34.373 33.170 712.231

2014 1.693.337 38.218 42.909 1.774.463 687.24723.837 29.429 740.513

2015 1.660.767 37.450 42.396 1.740.612 665.401 25.879 29.582 720.862

20161.636.887 39.012 43.198 1.719.087 651.618 26.991 30.722 709.331

20171.622.60039.12743.2551.704.982 641.99728.34630.887 701.229

Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan , 2019

Perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar terletak di Pulau Sulawesi.

Luas perkebunan ini sekitar 9.536,91 Ha atau 60 persen dari seluruh perkebunan

kakao di Indonesia. Meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan

Sulawesi Tengah. Total areal perkebunan kakao rakyat di Provinsi Sulawesi

Selatan tercatat sekitar 250.670 hektar dengan total produksi 166.650 ton per

tahun. Produktivitas 871 kilogram per hektar per tahun, jumlah petani sebanyak

281.387 kepala keluarga dan rata-rata pemilikan lahan sekitar 1,04 hektar per

kepala keluarga (BPS Sulsel, 2018).

Pembangunan pertanian di Kabupaten Luwu Utara pada dewasa ini cukup

membanggakan. Khususnya di bidang perkebunan, kakao merupakan komoditi

ekspor andalan yang banyak diusahakan petani di Kabupaten Luwu Utara.

Produksi kakao tahun 2017 sebesar 26.274 ton/ha dengan luas areal 39.410 ha

yang terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 34.709,3 ha, tanaman belum

menghasilkan (TBM) seluas 4.700,70 ha, dengan jumlah petani sebanyak 26.643

kepala keluarga (DPPP Lutra, 2018).

16

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Willian hendriono (2016) “ dengan judul Dampak Ekonomi terhadapProduksi

Perkebunan Kelapa Sawit Di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe

Utara”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampakekonomi keberadaan

perkebunan kelapa sawit terhadap produksi kelapa sawit masyarakat di

Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu, Data sekunder yang diperoleh dari BPS, kantor

kecamatan, desa/kelurahan maupun pihak swasta dan data primer yang

diperoleh langsung dari responden yang berbeda di kecamatan Andowia

Untuk penentuan jumlah sampel digunakan teknik metode purposive

sampling atau penarikan sampel secara sengaja yakni sebesar 20% dari total

populasi atau sebanyak 30 orang responden. Hasil penelitian menunjukan

bahwa, dampak keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra

Prima Lestari terhadap produksi sawit sangat mempengaruhi yaitu setelah

adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari

dibandingkan sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra

Prima Lestari. Dampak tersebut seperti adanya akses pendidikan di

Kecamatan Andowia, adanya aktivitas ekonomi baru seperti penginapan,

rumah makan, jasa penyebrangan, dan salon. Setelah adanya perusahaan

perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari mereka yang dulunya

kurang sejahterah sekarang menjadi lebih sejahterah. Mereka datang dengan

kondisi ekonomi nol, dampak ekonomi keberadaan perusahan perkebunan

kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari terhadap produksi kelapa sawit sangat

mempengaruhi yaitu setelah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT.

Sultra Prima Lestari dibandingkan sebelum adanya perusahaan perkebunan

kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. Kata kunci: Dampak Sosial Ekonomi,

Pendidikan, Kesehatan, Perumahan, Pendapatan, Perusahan Kelapa Sawit.

2. Uti Nasurur, Meilvis E, Leunard O, Kakisina (2007) “ dengan judul Dampak

Ekonomi Keberadaan Perusahaan Kelapa Sawit PT. Nusa Ina Group

Terhadap Produksi Kakao (Studi Kasus Desa Kobi Mukti Kecamatan Seram

Utara Kobi).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Ekonomi keberadaan

Kelapa Sawit Terhadap Produksi Kelapa Sawit di Desa Kobi Mukti. Data

17

yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Metode penelitian

yang digunakan adalah survey dan observasi lapangan. Besarnya sampel

yang dipilih yaitu 30 rumah tangga petani dari 300 populasi yang

menggunakan statistic deskriptif dan analisis kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dampak keberadaan perusahaan kelapa sawit PT. Nusa

Ina Group terhadap produksi kelapa sawit masyarakat sebelum dan sesudah

adanya perusahaan yaitu adanya perbedaan sarana dan prasarana sosial seperti

fasilitas pendidikan maupun peribadahan (masjid dan gereja) dan

infrastruktur yang lebih lengkap dari sebelumnya. Dampak terhadap keadaan

ekonomi masyarakat terlihat dari adanya peningkatan mata pencarian dan

nilai jual tanah.

3. River Pieter Tandaju, Elsje P Manginsela, Nordy F.L Waney (2017) “ dengan

judul Dampak Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian Cengkeh Terhadap

Produksi Cengkeh.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Dampak Ekonomi alih

Fungsi Lahan Cengkeh terhadap Produksi cengkeh Petani pemilik lahan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2017. Data primer

diperoleh melalui wawancara kepada 5 responden pemilik lahan yang

menjual lahan untuk dialih fungsikan. Data sekunder diperoleh dari Kantor

lokasi wisata alam Bukit Tetetana. Pemerintah Kelurahan Kumelembuai,

buku danjurnal. Analisi data yang digunakan yaitu Ananlisis Deskriptif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari sisi ekonomi, alih fungsi lahan

memiliki dampak positif bagi keluarga petani penjual dan masyarakat sekitar.

Dampak Positif bagi keluarga petani antara lain meningkatkan pendapatan

keluarga petani, dan untuk masyarakat sekitar adanya peluang kerja. Dilihat

dari sisi sosial, alih fungsi lahan memiliki dampak positif dan negative yaitu:

perubahan status hidup keluarga petani (dampak positif), dan pengaruh

kebiasaan buruk dari pengunjung terhadap masyarakat ( dampak negatif)

4. Kadek Purna Wijaya (2019) ”dengan judul Analisis Pendapatan Petani

Kelapa Sawit di Desa Mantadulu Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya pendapatan

petani kelapa sawit Desa Mantadulu Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu

Timur. Metode yang digunakan adalah survey lapangan dengan melakukan

18

kegiatan wawancara kepada 30 responden. Pengambilan sampel yang

dilakukan kepada petani kelapa sawit yang dilakukan secara (purposive) atau

dilakukan secara sengaja”.

2.3 Kerangka Fikir

Kerangka pikir adalah dasar berpikir sebelum kita melakukan penelitian,

dalam kerangka pikir memuat masalah-masalah yang dihadapi berikut solusi atas

permasalahan tersebut.

Kakao merupakan tanaman yang sudah sejak lama dan banyak diusahakan

di Indonesia, yang dimanfaatkan sebagai penghasilan di Desa Salulemo. Di desa

Salulemo sebagian besar masyarakatnya sebagai petani kakao untuk memenuhi

kelangsungan hidupnya. Petani kakao adalah petani yang menanam kakao,

dimana sebagian pekerja merupakan keluarga sendiri. Lahan tanaman kakao

tersebut merupakan sumber penghasilan utama, yang mana mereka adalah pemilik

sekaligus pengelola lahan tersebut.

Analisis pendapatan petani yang merupakan antara penerimaan dengan

semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha tani yang

dipengaruhi oleh biaya variabel dan biaya tetap dimana biaya variabel adalah

biaya yang berubah secara proporsional dengan aktivitas bisnis atau jumlah biaya

marjinal terhadap semua unit yang diproduksi sedangkan biaya tetap adalah

pengeluaran biaya yang tidak berubah sebagai fungsi dan aktivitas suatu bisnis

dalam periode yang sama. Kemudian setelah itu penerimaan adalah nilai produk

total petani kakao dalam jangka waktu tertentu. Dalam analisis pendapatan petani

disini yaitu untuk mengetahui bagaimana tingkat pendapatan petani kakao di Desa

Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Bagi perekonomian

petani kakao di Desa Salulemo, berusaha tani sebagaimana bidang usaha lainnya,

pada akhirnya akan di nilai dari seberapa besar penerimaan yang diperoleh.

Logika sederhana yang digunakan semakin tinggi produktivitas yang dibarengi

dengan semakin rendah biaya produksi kakao maka pendapatan petani meningkat

dan kesejahteraan perekonomian petani membaik. Begitupun sebaliknya

kurangnya hasil produksi kakao mengakibatkan perekonomian petani tidak

membaik, sehingga perekonomian masyarakat sangat menurun.

19

Desa Salulemo merupakan salah satu daerah di Kecamatan Baebunta yang

memiliki peluang besar untuk mengetahui dampak ekonomi terhadap produksi

kakao dalam komoditi kakao. Hal yang menjadi peluang untuk mengetahui

dampak ekonomi terhadap produksi kakao. Permasalahan yang perlu dikaji dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pendapatan petani dari hasil penjualan

kakao di Desa Salulemo sehingga menarik untuk dikaji, bagaimana perbandingan

tingkat pendapatan setiap musim panen kakao yang dibagi menjadi dua kategori,

yaitu musim rendah (low season) dan musim puncak (high season) yang ada di

Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

Gambar 1. Skema Kerangka pikir

Musim Rendah

(Low Season)

Dampak Ekonomi Terhadap

Produksi Kakao

Di Desa Salulemo

Produksi Kakao

Musim Puncak

(High Season)

Analisis

Pendapatan

20

BAB III

METOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan pendekatan deskriftif. Metode penelitian kuantitatif merupakan

salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan

terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.

Menurut Sugiyono (2013: 13), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel

pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian menggunakan pendekatan

deskriftif dengan tujuan untuk mendeskripsikan objek penelitian ataupun hasil

penelitian. Adapun pengertian deskriftif menurut Sugiyono (2012: 29) adalah

metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap

objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana

adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Metode ini dipilih dikarenakan metode ini sangat tepat untuk menyajikan

data dengan menjelaskan disertai dengan bukti tentang dampak ekonomi terhadap

produksi kakao di Desa Salu Lemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara,dengan pertimbangan bahwa banyak petani

Lokasi Penelitian di

Desa Salulemo

Salulemo,Baebunta, Luwu Utara,

Sulawesi Selatan

Jarak Lokasi Penelitian dari

Kampus 1,jam 22 menit

Sumber Geogle maps 2019

1.

Gambar 2. Lokasi penelitian Salulemo, Baebunta, Kabupaten Luwu Utara

21

Desa Salu Lemo menanam Coklat. Sedangkan waktu penelitian dilakukan sekitar

bulan Mei sampai bulan Juli 2019.

Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan Desa Salulemo,

Kecamatan Baebunta merupakan salah satu Desa yang lahannya ditumbuhi

tanaman kakao cukup luas dan sebagian penduduknya merupakan penghasil dan

petani kakao.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian, jadi yang dimaksud

populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama walaupun presentasi

kesamaan itu sendiri, atau dengan kata lain seluruh individu yang akan terjadi

sebagai objek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh petani kakao yang ada di di Desa Salulemo yang berjumlah 150 orang

petani.

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang memilki oleh

populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling yaitu pengambilan responden dengan sengaja, maka sampel yang

diperoleh sebanyak 30 orang petani, cara yang digunakan untuk mendapatkan

sampel sebanyak 30 orang petani yaitu 20%x150 = 30 orang petani. Penarikan

sampel ini dilakukan dengan pertimbangan apabila subjek kurang dari 100 lebih

baik populasi diambil semua sebagai sampel tetapi jika lebih dari 100 maka dapat

diambil 10-25% atau 20-25% atau lebih.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah

sebagia berikut:

1) Metode Observasi Teknik ini merupakan pengambilan dan pengumpulan data

dengan terjun langsung dilapangan dengan memperhatikan keadaan dan

kegiatan objek penelitian. Tipe observasi yang dilakukan adalah observasi

langsung dengan pengamatan di daerah penelitian untuk melihat dampak

ekonomi terhadap produksi kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara.

22

2) Metode Kuisioner (angket) Yaitu Kuesioner merupakan alat teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden (Iskandar, 2008).

3) Wawancara mendalam (Indepth Interview) merupakan proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (qiude) wawancara dimana

pewawancara dan informasi terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama

(Sutopo 2006).

Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam peneliti ini terdiri atas 2 jenis

yaitu:

1. Data Primer Adalah daya yang diambil secara langsung dengan terjun

kelapangan untuk melihat dampak ekonomi terhadap produksi masyarakat.

2. Data Sekunder adalah data yang diambil melalui perantara untuk mengetahui

informasi para petani, seperti perusahaan, internet,buku dan lain-lain.

3.5 Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus atau dengan aturan-aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian

(Arikunto, 2006). Teknik analisis data bertujuan menyederhanakan data agar

mudah dipahami. Teknik analisis data dilakukan untuk mengetahui dampak

ekonomi terhadap produksi kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara sebagai berikut.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah

komponenitu masih dapat ditingkatkan atau tidak (Surya, 2009).

Analisis pendapatan digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

seberapa besar tingkat pendapatan hasil petani kakao di Desa Salulemo

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara maka penelitian ini mengunakan

23

teknik analisis pendapatan. Kemudian data diolah dengan menguraikan program

komputer dengan aplikasi Microsoft excel (pengolah angka) untuk menghitung.

Menurut Wallace dalam Susanti (2013 :13) penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang melibatkan lima komponen informasi ilmiah, yaitu teori,

hipotesis, observasi, generelisasi empiris, dan penerimaan atau penolakan

hipotesis. Selain itu, mengandalkan adanya populasi dan teknik penarikan sampel,

menggunakan kuisioner untuk pengumpulan datanya, mengumukakan variabel-

variabel penelitian dalam analisis datanya, dan berupaya menghasilkan

kesimpulan secara umum, baik yang berlaku untuk populasi atau sampel yang

diteliti.

1. Analisis Biaya

Analisis biaya merupakan biaya dari penjumlahan biaya tetap dan biaya

tidak tetap yang digunakan secara bersama-sama dalam proses produksi petani

kakao di Desa Salulemo. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Biaya (Total Cost)

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)

VC = Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)

(Soekartawi, 2002)

2. Analisis Penerimaan

Penerimaan diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi kakao yang

dihasilkan petani di Desa Salulemo dengan harga jual kakao. Secara sistematis

dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y.Py

Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang di peroleh (Kg)

PY = Harga (Rp)

24

3. Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan adalah mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh

petani dalam usahataninya dihitung dengan analisis pendapatan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan Petani Kakao

TR= Total Penerimaan

TC = Total Pengeluaran (total Cost)

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur berhasil tidaknya suatu

kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak (Surya, 2009).

3.6 Definisi Operasinal

1. Dampak adalah sesuatu yang diakibatkan oleh sesuatu yang dilakukan, bisa

positif atau negatif atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat.

2. Dampak Ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan

perkapital dalam jangka panjang dengan perubahan ciri-ciri penting suatu

masyarakat.

3. Kakao (Theobroma CacaoL.) adalah pohon budidaya di perkebunan. Dari biji

tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.

4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC), jadi π

= TR-TC. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh para pelaku,

dimana dari penjualan kakao atau jasa kepada pelanggan atau hasil kerja dari

suatu usaha yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

5. Petani adalah orang bekerja disektor perkebunan tanaman kakao.

6. Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit seperti pajak dan

penyusutan peralatan.

7. Biaya Variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja seperti biaya upah tenaga

kerja, transportasi, pupuk, dan pestisida.

8. Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan produknya

kepada pedangang atau langsung kepada konsumen.

25

9. Musim puncak/high season adalah masa dimana hasil buah sedang banyak-

banyak.

10.Musim rendah/low season adalah masa dimana hasil panen buahnya

berkurang.

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Keadaan geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Salulemo di Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara. Secara administrasi letak Desa Salulemo sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Bumi Harapan, sebelah Utara berbatasan dengan Desa

Lapapa, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pongo, sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Marannu. Desa Salulemo terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun Mariri,

Dusun Kalambua, Dusun Laba-laba, Dusun Malinnong, Dusun Padang, Dusun

Salulemo, Dusun Salulemo 11, Dusun Lumi. Luas Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara adalah 110,13 km. Jarak dari Kecamatan ke Ibu

Kota Kecamatan yaitu 8 km sedangkan Jarak dari Kabupaten ke Ibu Kota

Kabupaten 9 km.

Seperti halnya di Desa-desa lain di Kabupaten Luwu Utara Desa Salulemo

merupakan daerah dataran rendah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian

yang beriklim tropis dengan suhu 26C – 38 C, yang memiliki 2 musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Keadaan tanah di Desa Salulemo memang

sangat ideal untuk daerah pertanian , dimana sebagian wilayahnya agak kering

dan mengandung sedikit pasir yang cocok untuk tanaman coklat dan sebagian lagi

daerah yang besar cocok untuk persawahan terutama tanaman padi, tanaman

jagung dan tanaman jangka pendek lainya. Serta memiliki berbagai macam suku

seperti Jawa, Bugis, Lombok, Pamona, dan Toraja.

b. Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah dalam

jangka waktu tertentu merupakan hasil dari proses-proese demografi seperti

fertilitasi, mortalitas, natalitas dan imigrasi. Komposisi penduduk menurut

karakteristik yang sama. Desa Salulemo mempunyai jumlah penduduk sebanyak

4021 jiwa, yang tersebar dalam 8 wilayah dusun dengan perincian jumlah

penduduk di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara dapat

dilihat pada tabel berikut :

27

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Desa Salulemo No Nama Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

(Jenis) (Jenis) (Orang) (%)

1 Mariri 352 285 637 15,84

2 Kalambua 57 54 111 2,76

3

4.

5.

6.

7.

8.

Laba-laba

Malinnong

Padang

Salulemo

SalulemoII

Lumi

206

129

258

222

524

194

221

145

304

461

444

165

427

274

562

683

968

359

10,62

6,81

13,98

16,99

24,07

8,93

Jumlah 1.942 2.079 4.021 100,00

Sumber: Kantor Desa Salulemo (2019)

Berdasarkan pada tabel di atas jumlah pendududk yang ada di Desa

Salulemo sebanyak 4021 jiwa yang terbagi dalam 8 dusun yang dimana jumlah

penduduk yang ada di Dusun Mariri sebanyak 637 jiwa atau sebesar 15,84%,

sedangkan Dusun Kalambua sebanyak 111 jiwa atau sebesar 2,76%, kemudian

Dusun Laba-laba sebanyak 427 atau sebesar 10,62%, sedangkan Dusun

Malinnong sebanyak 274 atau sebesar 6,81%, kemudian Dusun Padang sebanyak

562 atau sebesar 13,98%, sedangkan Dusun Salulemo sebanyak 683 atau sebesar

16,99%, serta Dusun Salulemo II sebanyak 968 atau sebesar 24,07% dan Dusun

Lumi sebanyak 359 jiwa atau sebesar 8,93%.

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Salulemo

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara berdasarkan penduduk menurut

jenis kelamin jumlah Perempuan lebih banyak dari pada jumlah Laki-laki.

c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan yang

cukup penting dalam kehidupan manusia, dimana baik untuk diri pribadi terlebih

lagi untuk lingkungan disekitar dimana ia bermukim atau berdomisili, sebab

pendidikan akan mempengaruhi pola pikir dan cara bertindak masyarakatnya.

Penduduk di Desa Salulemo dilihat dari tingkat pendidikan bila

dibandingkan pada masa-masa lalu, pada saat sekarang sudah mengalami

kemajuan yang berarti karena penduduk yang mengetahui baca tulis lebih tinggi

dibandingkan dengan buta huruf. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat

akan pendidikan sudah ada dan dengan dukungan sarana pendidikan sudah

memadai terbukti dengan adanya sebuah Taman Kana-kanak (TK) dan sekolah

28

dasar (SD) dan sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) walaupun sebagian

penduduknya hanya bisa menyelesaikan pendidikan ditingkat dasar saja.

Tabel 3.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Salulemo

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum sekolah 356 8,85

2 Tidak tamat SD 531 13,21

3 SD 689 17,14

4 SMP 1011 25,14

5 SMA 1.201 29,87

6

7

Diploma DIII/DIV

Sarjana

31

203

0,77

5,05

Jumlah 4021 100,00

Sumber : Kantor Desa Salulemo (2019)

Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat bahwa penduduk yang belum

Sekolah memiliki jumlah sebanyak 356 orang atau sebesar 8,85%, kemudian tidak

tamat (SD) memiliki jumlah sebanyak 531 orang atau sebesar 13,21%, sedangkan

jumlah penduduk yang menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 689 orang

atau sebesar 17,14%, kemudian jumlah penduduk yang menyelesaikan Pendidikan

Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1011 orang, sedangkan yang menyelesaikan

Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki jumlah yang paling

tertinggi sebanyak 1201 orang atau sebesar 29,87%, serta yang menyelesaikan

Diploma DIII/DIV sebanyak 31 orang atau sebesar 0,77% dan yang

menyelesaikan Sarjana (S1) sebanyak 203 orang atau sebesar 5,05%.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah suatu unsur mutlak dalam suatu wilayah

dalam upaya pengembangan kegiatan ekonomi dan kelancaran pembangunan

disuatu daerah sangat ditemukan oleh tersedianya sarana dan prasarana yang erat

kaitannya dengan keagamaan, perekonomian, pendidikan dan sosial budaya.

Sarana perhubungan merupakan sarana vital yang dapat menghubungkan

daerah dengan yang lainnya, sehingga tidak ada lagi daerah yang terisolasi dari

daerah lainnya. Dengan adanya sarana perhubungan seperti jalan raya dan

jembatan, maka perjalanan dari suatu daerah ke daerah yang lain menjadi lancar.

Hal tersebut harus ditunjang dengan ketersediaan alat transportasi untuk

29

memperlancar proses kegiatan yang berkaitan langsung. Beberapa sarana dan

prasarana yang ada di Desa Salulemo sebagai berikut.

Tabel 4. Jenis dan jumlah Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Salulemo

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara 2018. No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Ibadah

a. Mesjid 3

b. Mushollah 0

c. Gereja 4

2 Sarana Pendidikan

a. Taman Kanak-kanak (TK) 1

b. Sekolah Dasar (SD) 3

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1

d. Sekolah Menengah Atas (SMA) 0

3 Sarana Kesehatan

a. Puskesmas 0

b. Puskesmas Pembantu 1

c. Rumah Sakit Bersalin 0

d. Poskesdes 1

e. Posyandu 4

Sumber: Kantor Desa Salulemo (2019)

Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa di Desa Salulemo

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara terdapat Mesjid 3 buah, Gereja

terdapat 4 buah, Taman kanak-kanak 1 buah, Sekolah Dasar 3 buah, Sekolah

Mengah Pertama 1 buah, Puskesmas Pembantu 1 buah, Poskesdes 1 buah dan

Posyandu 4 buah.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui beberapa potensi terkait

dengan sarana dan prasarana umum di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara, mungkin salah satunya yang paling banyak adalah mesjid

untuk ibadah dan juga yang paling menjamin masyarakat yaitu wadah kesehatan,

dengan adanya posyandu dan puskesmas maka sangat membatu kesehatan

masyarakat sehingga masyarakat masih kuat untuk bekerja seperti bertani kakao

dan sebagainya. Selain itu sarana pendidikan juga sangat menjamin masyarakat

dalam mengolah segala sesuatu salah satunya yaitu bertani, dengan adanya

pendidikan seseorang dapat mengetahui cara yang terbaik untuk mengolah semua

kegiatan usaha taninya dan juga dapat menyelesaikan masalah lain seperti

pembantu pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya dengan cara

30

memberikan motivasi terkait kegiatan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat di

Desa Salulemo.

2. Krakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur responden,

tingkat pendidikan responden, jumlah tanggungan dan luas lahan yang dimilki

responden di Desa Salulemo.

a. Umur Responden

Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan seseorang yang

diukur setiap tahun sejak dari lahir sampai dengan sekarang, maka dengan itu

umur sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik dari segi kemampuan

fisik dan cara berfikir. Semakin mudah umur seorang petani, maka dengan sangat

mudah petani tersebut menerima informasi serta penggunaan tekonologi dalam

bidang pertanian dibandingkan dengan petani yang sudah berumur tua yang

nyatanya sudah sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran, penglihatan

sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk bekerja.

Tabel 5. Umur petani yang menjadi responden di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara No Umur(Tahun) Jumlah Responden(Orang) Persentase(%)

1 0-15 0 0,00

2 16-64 25 83,33

3 65-75 5 16,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah (2019)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden

penelitian masih dalam usia yang produktif dimana responden berumur 16-64

tahun yang berjumlah sebanyak 25 orang petani atau sebesar 83,33% dari jumlah

sampel sebanyak 30 orang petani kakao yang ada di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Sedangkan petani yang tidak produktif berumur

65-75 tahun dengan jumlah sebanyak 5 orang petani atau presentasi sebesar

16,67%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani kakao di Desa Salulemo

masih memiliki fisik yang kuat sehingga mampu mengolah usahataninya dengan

baik. Badan Pusat Statistika (2012), menjelaskan bahwa berdasarkan komposisi

penduduk, umur dikelompokan menjadi 2 yaitu 0-15 tahun dianggap sebagai

31

kelompok penduduk yang belum produktif sedangkan kelompok penduduk yang

berusia 16-64 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang produktif.

b. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

petani dalam hal menerima, menyerap dan menerapkan teknologi, inovasi,

informasi dan pengetahuan yang didapat selama melakukan usahatani kakao.

Pendidikan pada umumnya mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan yang

relatif tinggi menyebabkan petani lebih dinamis, pendidikan non formal diperoleh

petani lewat kursus-kursus dan pelatihan. Responden di Desa Salulemo

berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1

2

Tidak tamat SD

SD

4

8

13,33

26,67

3 SMP 10 33,33

4 SMA 7 23,33

5 Sarjana 1 3,33

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data Primer setelah diolah (2019)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden petani

kakao di Desa Salulemo, yang memiliki pendidikan yang paling tinggi atau yang

paling dominan adalah petani yang menyelesaikan pendidikan di SMP sebanyak

10 orang atau sebesar 33,33% sedangkan petani yang menyelesaikan pendidikan

ditingkat SMA/Sederajat sebanyak 7 orang atau sebesar 23,33%, kemudian petani

yang menyelesaikan pendidikan ditingkat SD sebanyak 8 orang atau sebesar

26,67%, sedangkan petani yang tidak tamat SD sebanyak 4 orang atau sebesar

13,33% dan petani yang menyelesaikan tingkat pendidikan sarjana S1 sebanyak 1

orang atau sebesar 3,33%.

c. Luas Lahan

Luas lahan usahatani merupakan keseluruhan luas lahan yang diusahakan

petani responden baik milik sendiri atau dengan menyewa. Luas lahan yang

dimiliki petani maka semakin tinggi pendapatan yang akan diperoleh tiap

tahunnya. Sebaran luas lahan yang dimiliki responden petani kakao yang ada di

32

Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 7. Identitas responden menurut Luas Lahan

No Luas Lahan(Ha) Jumlah Responden(Orang) Persentase(%)

1

2

<0,5

0,5-1,0

7

12

23,33

40,00

3 1,0-1,5 4 13,33

4 1,5-2,0 6 16,67

5 2,0-2,5 1 3,33

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data Primer setelah diolah (2019) Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa petani yang memiliki

luas lahan 0,5 hektar sebanyak 7 orang petani dengan presentasi 23,33%

sedangkan petani yang memiliki paling banyak adalah petani yang memiliki luas

lahan 0,5 sampai dengan 1,0 hektar yang sebanyak 12 orang petani kakao atau

dengan presentasi sebesar 40%, kemudian petani yang memiliki luas lahan 1,0-1,5

hektar yang sebanyak 4 orang petani kakao dengan presentasi 13,33%, sedangkan

petani yang memiliki luas lahan 1,5-2 hektar yang sebanyak 5 orang petani kakao

dengan presentasi sebesar 16,67% dan petani yang memiliki luas lahan 2-2,5

hektar yang sebanyak 1 orang petani kakao dengan presentasi sebesar 3,33%.

Semakin luas lahan yang dimiliki petani kakao maka semakin besar

jumlah produksi kakao yang dihasilkan, tetapi tidak menutup kemungkinan petani

kakao yang memiliki luas lahan rendah juga menghasilkan jumlah produksi yang

besar, hal tersebut tergantung dari petani dalam merawat tanaman kakao yang

dimilikinya.

3. Kelender Musim Dampak Ekonomi terhadap Produksi Kakao di Desa

Salulemo (High Season) dan (Low Season)

a. Musim Puncak

Periode ini adalah masa dimana hasil buah sedang banyak-banyaknya.

Masa-masa menghasilkan buah yang berlimpah ruah. Namun tetap harus diingat

jangan mengambil semua buah dari pohon yang belum benar-benar cukup

umurnya. Ini biasanya terjadi pada musim hujan yaitu pada bulan Oktober –

Maret, dimana curah hujan yang ada mempercepat pematangan buah sehingga

buah dapat dipanen dengan cepat. Tinggi rendahnya curah hujan dapat dilakukan

33

sebagai evaluasi produksi untuk tahun-tahun ke depan. Menurut Sunarko (2007)

penyebaran produksi setiap bulan dalamsetahun sangat dipengaruhi oleh curah

hujan pada tahun-tahun sebelumnya.

a. Biaya Produksi

Biaya produksi bagi petani kakao sangat diperlukannya biaya untuk

menjalankan usaha tani tersebut dimana biaya merupakan sejumlah uang yang

dikeluarkan dalam proses produksi.

Biaya produksi petani kakao pada saat high season atau musim puncak

adalah masa dimana hasil buah sedang banyak-banyaknya. Adapun biaya

produksi yang dikeluarkan lebih banyak. Adapun perincian rata-rata biaya

produksi kakao (high season) di Desa Salulemo dapat dilihat pada tabel 8 sebagai

berikut:

Tabel 8.Perincian biaya Produksi Kakao pada saat Musim Puncak (High

Season)di Desa Salulemo.

No Nama Petani Biaya Variabel

(Rp)

Biaya Tetap

(Rp) Total Biaya Produksi (Rp)

1 Abraham 45.000 650.000 695.000

2 Gunawan 95.000 4.440.000 4.535.000 3 Saiful Haris 70.000 3.380.000 3.450.000

4 Hamma 70.000 3.305.000 3.375.000

5 Mansur 70.000 3.415.000 3.485.000

6 Hasan 70.000 3.385.000 3.455.000 7 Abbas 95.000 4.320.000 4.415.000

8 Asdar 45.000 540.000 585.000

9 Imam 45.000 750.000 795.000

10 Lemang 95.000 4.040.000 4.135.000 11 Suparno 145.000 6.745.000 6.890.000

12 Mustang 70.000 3.055.000 3.125.000

13 Talang 70.000 3.055.000 3.125.000

14 Muh Tang 145.000 6.170.000 6.315.000 15 Ismail 70.000 2.950.000 3.020.000

16 Herman 70.000 2.565.000 2.635.000

17 Suna 70.000 3.160.000 3.230.000

18 Marwan 95.000 4.320.000 4.415.000 19 Rahman 70.000 3.020.000 3.090.000

20 Amri 70.000 3.330.000 3.400.000

21 Yanuddin 70.000 3.240.000 3.310.000 22 Asse 120.000 6.725.000 6.845.000

23 Husain 120.000 5.720.000 5.840.000

24 Murniati Sp 120.000 5.815.000 5.935.000

25 Lamade 120.000 5.275.000 6.475.000 26 Heri 145.000 6.430.000 6.575.000

27 Hade 120.000 5.920.000 6.040.000

28 Maya 95.000 4.005.000 4.100.000

29 Taming 145.000 6.735.000 6.880.000 30 Taha 70.000 2.880.000 2.950.000

Jumlah 2.700.000 118.440.000 123.120.000

Rata-rata 90.000 3.948.000 4.104.000

Sumber : Data Primer setelah diolah tahun 2019.

34

Berdasarkan data pada Tabel 8. Dapat dilihat besarnya jumlah total biaya

produksi seluruh responden petani kakao pada saat musim puncak (high season)

sebesar Rp.123.120.000 dan rata-rata jumlah total biaya produksi sebesar

Rp.4.104.000.

b. Penerimaan

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Keseluruhan nilai produk yang diterima. Penerimaan petani kelapa sawit di

Desa Salulemo yaitu pada saat musim puncak (high season).

Musim puncak adalah musim yang ditunggu oleh petani kakao dimana

petani dapat melakukan pemanenan sebanyak dua kali dalam satu bulan sehingga

hasil yang diproleh lebih banyak. Adapun jumlah penerimaan petani kakao (high

season) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.Jumlah Penerimaan petani kakao pada saat Musim Puncak (high season)

No Nama Petani Jumlah Produksi (kg) Harga Satuan/kg(Rp) Jumlah (Rp)

1 Abraham 600 28.000 16.800.000

2 Gunawan 1.800 28.000 50.400.000

3 Saipul Haris 1.020 28.000 28.560.000

4 Hamma 1.320 28.000 36.960.000

5 Mansur 1.200 28.000 33.600.000

6 Hasan 1.080 28.000 30.240.000

7 Abbas 1.800 28.000 50.400.000

8 Asdar 420 28.000 11.760.000

9 Imam 540 28.000 15.120.000

10 Lemang 1.920 28.000 53.760.000

11 Suparno 2.400 28.000 67.200.000

12 Mustang 1.200 28.000 33.600.000

13 Talang 1.080 28.000 30.240.000

14 Muh. Tang 2.160 28.000 60.480.000

15 Ismail 1.020 28.000 28.560.000

16 Herman 1.620 28.000 45.360.000

17 Suna 1.200 28.000 33.600.000

18 Marwan 1.800 28.000 50.400.000

19 Rahman 1.320 28.000 36.960.000

20 Amri 1.080 28.000 30.240.000

21 Yanuddin 2.400 28.000 67.200.000

22 Asse 2.100 28.000 58.800.000

23 Husain 2.160 28.000 60.480.000

24 Murniati Sp 1.800 28.000 50.400.000

25 Lamade 1.020 28.000 28.560.000

26 Heri 2.220 28.000 62.160.000

27 Hade 1.080 28.000 30.240.000

28 Maya 1.200 28.000 33.600.000

29 Taming 2.520 28.000 70.560.000

30 Taha 1.100 28.000 30.800.000

Jumlah 44.180 840.000 1.237.040.000

Rata-rata 1473 28.000 41.234.667

Sumber : Data Primer setelah diolah (2019).

35

Berdasarkan Tabel 14. Besarnya jumlah produksi rata-rata yang dihasilkan

seluruh responden kakao pada saat musim puncak (high season) di Desa Salulemo

sebesar 1473kg, harga jual kakao/kg rata-rata Rp.28.000, sehingga penerimaan

rata-rata yang diterima oleh seluruh petani kakao adalah sebesar Rp.41.234.667

c. Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC),

jadi π = TR-TC. Penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat

pendapatan yang akan dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya

produksi maka akan mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit

merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha. Menurut Sukirno (2006)

pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi

kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun

tahunan.Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan (2002) sebagai

“kenaikan gross di dalam aset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai

berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba”.

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan

seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan

kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan adalah selisih antara

penerimaan total dengan biaya total petani kakao di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara yang telah dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan petani kakao. Penerima adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual. Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu

biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap adalah

biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi

yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel adalah biaya yang besar

kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga

kerja.

Pendapatan pada musim puncak (high season) terjadi peningkatan

terhadap pendapatan yang diproleh petani kakao di Desa Salulemo dengan

sejumlah penerimaan yang didapat lebih banyak dari low season, dapat dilihat

pada Tabel 10.

36

Tabel 10.Rata-Rata Pendapatan Petani Kakao pada saat Musim Puncak (high

season) di Desa Salulemo.

No Nama Petani Total Penerimaan

(Rp)

Total Biaya Produksi

(Rp)

Pendapatan

(Rp)

1 Abraham 16.800.000 695.000 16.105.000

2 Gunawan 50.400.000 4.535.000 45.865.000

3 Saipul Haris 28.560.000 3.450.000 25.110.000

4 Hamma 36.960.000 3.375.000 33.585.000

5 Mansur 33.600.000 3.485.000 30.115.000

6 Hasan 30.240.000 3.445.000 26.795.000

7 Abbas 50.400.000 4.415.000 45.985.000

8 Asdar 11.760.000 585.000 11.175.000

9 Imam 15.120.000 795.000 14.325.000

10 Lemang 53.760.000 4.135.000 49.625.000

11 Suparno 67.200.000 6.890.000 60.310.000

12 Mustang 33.600.000 3.125.000 30.475.000

13 Talang 30.240.000 3.125.000 27.115.000

14 Muh. Tang 60.480.000 6.315.000 54.165.000

15 Ismail 28.560.000 3.020.000 25.540.000

16 Herman 45.360.000 2.635.000 42.725.000

17 Suna 33.600.000 3.230.000 30.370.000

18 Marwan 50.400.000 4.415.000 45.985.000

19 Rahman 36.960.000 3.090.000 33.870.000

20 Amri 30.240.000 3.400.000 26.840.000

21 Yanuddin 67.200.000 3.310.000 63.890.000

22 Asse 58.800.000 6.845.000 51.955.000

23 Husain 60.480.000 5.480.000 55.000.000

24 Murniati Sp 50.400.000 5.935.000 44.465.000

25 Lamade 28.560.000 6.475.000 22.085.000

26 Heri 62.160.000 6.575.000 55.585.000

27 Hade 30.240.000 6.040.000 24.200.000

28 Maya 33.600.000 4.100.000 29.500.000

29 Taming 70.560.000 6.880.000 63.680.000

30 Taha 30.800.000 2.950.000 27.850.000

Jumlah 1.237.040.000 123.120.000 1.114.290.000

Rata-rata 41.234.667 4.104.000 37.143.000

Sumber : Data Primer setelah diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 10. Bahwa pendapatan merupakan selisish antara

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dengan demikian dapat dihitung

besarnya rata-rata pendapatan petani kakao pada saat musim puncak (high season)

adalah Rp.37.143.000

b. Musim Rendah

Pada musim panenan yang memasuki tahap ketiga ini, hasil buah hanya

bisa terjadi setiap satu bulan sekali. Meski hasil buahnya berkurang, namun masih

banyak memberi pendapatan bagi para pengusaha. Musim panen Low Season

dilakukan setiap 1x dalam bulan dan proses panen pada kakao perlu dikelola

dengan baik agar hasil panen tetap maksimal. Berlangsungnya musim kemarau

biasanya terjadi pada bulan April-September.

37

a. Biaya Produksi

Musim rendah biasanya terjadi pada bulan April hingga September yaitu

bertepatan pada musim kemarau. Sehingga, petani pada musim ini hanya dapat

memanen satu kali dalam satu bulan, itu dikarenakan pada musim kemarau

lambatnya pematangan buah kakao akibat faktor cuaca. Dalam biaya produksi

petani kakao pada saat low season atau musim rendah dibedakan menjadi biaya

variabel yaitu tenaga kerja, biaya pupuk dan pestisida serta biaya angkut, dan

biaya tetap yaitu pajak tanah dan penyusutan alat. Adapun perincian rata-rata

biaya produksi petani kakao (low season) di Desa Salulemo dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel 11.Perincian BiayaProduksi Petani Kakao pada saat Musim Rendah (Low

Season)di Desa Salulemo

No Nama Petani Biaya Variabel(Rp) Biaya Tetap

(Rp)

Total Biaya Produksi

(Rp)

1 Abraham 45.000 640.000 685.000

2 Gunawan 95.000 3.190.000 3.285.000

3 Saipul Haris 70.000 2.185.000 2.255.000

4 Hamma 70.000 2.460.000 2.530.000

5 Mansur 70.000 2.080.000 2.150.000

6 Hasan 70.000 2.260.000 2.330.000

7 Abbas 95.000 3.330.000 3.425.000

8 Asdar 45.000 730.000 775.000

9 Imam 45.000 995.000 1.040.000

10 Lemang 95.000 3.365.000 3.460.000

11 Suparno 145.000 4.530.000 4.675.000

12 Mustang 70.000 2.290.000 2.360.000

13 Talang 70.000 2.390.000 5.080.000

14 Muh. Tang 145.000 4.935.000 2.290.000

15 Ismail 70.000 2.220.000 2.290.000

16 Herman 70.000 2.500.000 2.570.000

17 Suna 70.000 2.440.000 2.510.000

18 Marwan 95.000 3.480.000 3.575.000

19 Rahman 70.000 2.290.000 2.360.000

20 Amri 70.000 2.140.000 2.210.000

21 Yanuddin 70.000 3.755.000 3.825.000

22 Asse 120.000 4.500.000 4.620.000

23 Husain 120.000 3.770.000 3.890.000

24 Murniati Sp 120.000 4.195.000 4.315.000

25 Lamade 120.000 4.195.000 5.395.000

26 Heri 145.000 4.600.000 4.745.000

27 Hade 120.000 4.230.000 4.350.000

28 Maya 95.000 3.120.000 3.215.000

29 Taming 145.000 5.075.000 5.220.000

30 Taha 70.000 2.360.000 2.430.000

Jumlah 2.700.000 90.250.000 93.860.000

Rata-rata 45.000 3.008.333 3.128.667

Sumber : Data Primer setelah diolah tahun 2019.

38

Berdasarkan data pada Tabel 11. Dapat dilihat besarnya jumlah total biaya

produksi seluruh responden petani kakao pada saat musim rendah (low season)

sebesar Rp.93.860.000dan rata-rata jumlah total biaya produksi sebesar

Rp.3.128.667.

b. Penerimaan

Musim rendah adalah musim yang bertepatan dengan musim kemarau

sehingga hasil produksi rendah, di mana petani hanya dapat melakukan

pemanenan hanya dilakukan 1 kali dalam satu bulan. Adapun jumlah penerimaan

petani kakao (high season) sebagai berikut :

Tabel 12. Jumlah Penerimaan Petani Kakao (Low Season) di Desa Salulemo

No Nama Petani Jumlah Produksi (Rp) Harga Satuan/kg (Rp) Jumlah (Rp)

1 Abraham 300 28.000 8.400.000

2 Gunawan 900 28.000 25.200.000

3 Saipul Haris 510 28.000 14.280.000

4 Hamma 660 28.000 18.480.000

5 Mansur 600 28.000 16.800.000

6 Hasan 540 28.000 15.120.000

7 Abbas 900 28.000 25.200.000

8 Asdar 210 28.000 5.880.000

9 Imam 270 28.000 7.560.000

10 Lemang 960 28.000 26.880.000

11 Suparno 1.200 28.000 33.600.000

12 Mustang 600 28.000 16.800.000

13 Talang 540 28.000 15.120.000

14 Muh. Tang 1080 28.000 30.240.000

15 Ismail 510 28.000 14.280.000

16 Herman 810 28.000 22.680.000

17 Suna 600 28.000 25.200.000

18 Marwan 900 28.000 25.200.000

19 Rahman 660 28.000 18.480.000

20 Amri 540 28.000 15.120.000

21 Yanuddin 1200 28.000 33.600.000

22 Asse 1050 28.000 29.400.000

23 Husain 1080 28.000 30.240.000

24 Murniati Sp 900 28.000 25.200.000

25 Lamade 510 28.000 14.280.000

26 Heri 1110 28.000 31.080.000

27 Hade 540 28.000 15.120.000

28 Maya 600 28.000 16.800.000

29 Taming 1260 28.000 35.280.000

30 Taha 550 28.000 15.400.000

Jumlah 21.280 840.000 626.920.000

Rata-rata 736 28.000 20.897.333

Sumber : Data Primer setelah diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 12. Besarnya jumlah produksi rata-rata yang dihasilkan

seluruh responden kakao pada saat musim rendah (low season) di Desa Salulemo

39

sebesar 736kg, harga jual kakao/kg rata-rata Rp.28.000, sehingga penerimaan

rata-rata yang diterima oleh seluruh petani kakao adalah sebesar Rp.20.897.333.

c. Pendapatan

Pendapatan pada musim rendah (low season) dengan melihat data yang

telah diolah menunjukan bahwa pendapatan petani kakao di Desa Salulemo lebih

rendah dengan sejumlah penerimaan yang di proleh oleh petani.

Adapun untuk mengetahui rata-rata pendapatan seluruh responden petani

kakao pada saat musim rendah (low season) di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 13.Rata-Rata Pendapatan Petani Kakao pada saat Musim Rendah (low

season) di Salulemo

No Nama Petani Total Penerimaan

(Rp)

Total Biaya Produksi

(Rp)

Pendapatan

(Rp)

1 Abraham 8.400.000 685.000 7.715.000

2 Gunawan 25.200.000 3.285.000 21.915.000

3 Saipul Haris 14.280.000 2.255.000 12.025.000

4 Hamma 18.480.000 2.530.000 15.950.000

5 Mansur 16.800.000 2.150.000 14.650.000

6 Hasan 15.120.000 2.330.000 12.790.000

7 Abbas 25.200.000 3.425.000 21.775.000

8 Asdar 5.880.000 775.000 5.105.000

9 Imam 7.560.000 1.040.000 6.520.000

10 Lemang 26.880.000 3.460.000 23.420.000

11 Suparno 33.600.000 4.675.000 28.925.000

12 Mustang 16.800.000 2.360.000 14.440.000

13 Talang 15.120.000 5.080.000 10.040.000

14 Muh. Tang 30.240.000 2.290.000 27.950.000

15 Ismail 14.280.000 2.290.000 11.990.000

16 Herman 22.680.000 2.570.000 20.110.000

17 Suna 25.200.000 2.510.000 22.690.000

18 Marwan 25.200.000 3.575.000 21.625.000

19 Rahman 18.480.000 2.360.000 16.120.000

20 Amri 15.120.000 2.210.000 12.910.000

21 Yanuddin 33.600.000 3.825.000 29.775.000

22 Asse 29.400.000 4.620.000 24.780.000

23 Husain 30.240.000 3.890.000 26.350.000

24 Murniati Sp 25.200.000 4.315.000 20.885.000

25 Lamade 14.280.000 5.395.000 8.885.000

26 Heri 31.080.000 4.745.000 26.335.000

27 Hade 15.120.000 4.350.000 10.770.000

28 Maya 16.800.000 3.215.000 13.585.000

29 Taming 35.280.000 5.220.000 30.060.000

30 Taha 15.400.000 2.430.000 12.970.000

Jumlah 626.920.000 93.860.000 504.135.000

Rata-rata 20.897.333 3.128.667 17.768.667

Sumber : Data Primer setelah diolah (2019).

40

Berdasarkan Tabel 13. Bahwa pendapatan merupakan selisish antara

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, dengan demikian dapat dihitung

besarnya rata-rata pendapatan petani kakao pada saat musim rendah (low season)

adalah Rp.17.768.667.

4. Rekapitulasi Pendapatan petani (High Seasaoan dan Low Seaseoan)

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC),

jadi π = TR-TC. Penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat

pendapatan yang akan dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya

produksi maka akan mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit

merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha. Menurut Sukirno (2006)

pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi

kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun

tahunan.Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan (2002) sebagai

“kenaikan gross di dalam aset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai

berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba”.

Penerima adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (Fixed Cost)

dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (Total

Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel

Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel

Cost), maka TC = FC + VC, (Sujarno, 2008).Pendapatan petani yang merupakan

antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan

kegiatan usaha tani yang dipengaruhi oleh biaya variabel dan biaya tetap.

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan

seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan

kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan adalah selisih antara

penerimaan total dengan biaya total petani kakao di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara yang telah dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan.

41

Pendapatan petani kakao di Desa Salulemo, yaitu antara musim rendah (low

season) dan musim puncak (high season).

Tabel 14. Rincian Biaya Rekapitulasi Pendapatan Petani (High Season dan Low

Season) No Nama Petani Penerimaan/TC (Rp) Biaya Produksi/TR (Rp) Jumlah (Rp)

1 Abraham 23.820.000 1.380.000 22.440.000

2 Gunawan 67.780.000 7.820.000 59.960.000

3 Saipul Haris 37.135.000 5.705.000 31.430.000

4 Hamma 49.535.000 5.525.000 44.010.000

5 Mansur 44.765.000 5.635.000 39.130.000

6 Hasan 39.585.000 5.785.000 33.800.000

7 Abbas 67.760.000 7.840.000 59.920.000

8 Asdar 16.280.000 1.360.000 14.920.000

9 Imam 20.845.000 1.835.000 19.010.000

10 Lemang 73.045.000 7.595.000 65.450.000

11 Suparno 89.235.000 11.565.000 77.670.000

12 Mustang 44.915.000 5.485.000 39.430.000

13 Talang 37.155.000 8.205.000 28.950.000

14 Muh. Tang 82.115.000 8.605.000 73.510.000

15 Ismail 37.530.000 5.310.000 32.220.000

16 Herman 62.835.000 5.205.000 57.630.000

17 Suna 53.060.000 5.740.000 47.320.000

18 Marwan 67.610.000 7.990.000 59.620.000

19 Rahman 49.990.000 5.450.000 44.540.000

20 Amri 39.750.000 5.610.000 34.140.000

21 Yanuddin 93.665.000 7.135.000 86.530.000

22 Asse 76.735.000 11.465.000 65.270.000

23 Husain 81.350.000 9.730.000 71.620.000

24 Murniati Sp 65.350.000 10.250.000 55.100.000

25 Lamade 30.970.000 11.870.000 19.100.000

26 Heri 82.193.000 11.320.000 70.873.000

27 Hade 34.970.000 10.390.000 24.580.000

28 Maya 43.085.000 7.315.000 35.770.000

29 Taming 93.740.000 12.100.000 81.640.000

30 Taha 40.820.000 5.380.000 35.440.000

Jumlah 1.647.623.000 216.600.000 1.431.023.000

Rata-rata 54.920.767 7.220.000 47.700.767

Sumber : Data Primer setelah diolah (2019).

Berdasarkan Tabel 14. Bahwa pendapatan merupakan selisish antara

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, biaya yang dikeluarkan pada tabel di

atas merupakan selisih antara penerimaan biaya antara High Season dan Low

Season dengan biaya yang dikeluarkan antara biaya High Season dan biaya Low

Season,dengan demikian dapat dihitung besarnya pendapatan yaitu

Rp.1.431.023.000 dengan rata-rata pendapatan petani kakao antara musim rendah

(low season) dan musim puncak (high season) adalah Rp.47.700.767.

42

4.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini yang berjudul dampak ekonomi terhadap produksi

kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara memiliki

kelebihan dan kekurangan yaitu, kelebihan dalam melakukan penelitian ini

penulis tidak memerlukan waktu yang cukup lama serta pengambilan data yang

cukup mudah. Kemudian penulis saat melakukan penelitian juga memiliki

kelemahan diantaranya adalah data yang diproleh kurang lengkap sehingga

penulis harus mencari data yang lebih dan mencari referensi-referensi lain lagi

untuk menunjang data ini lebih lengkap, jarak lokasi penelitian yang cukup jauh,

selain itu pada saat pengambilan data responden tidak semua memiliki waktu

untuk diwawancarai karena masing-masing responden memiliki kesibukan

tersendiri.

Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu pada

tempat penelitian, teknik analisis yang digunakan oleh peneliti sebelumnnya

berbeda dengan peneliti saat ini, dan data yang digunakan dalam penelitian ini

data baru sedangkan data yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah data

yang sudah lama karena secara otomatis dan tidak langsung pasti data lama akan

berbeda dengan data terbaru yang peneliti dapatkan sehingga peneliti ini

melakukan penelitian dengan data terbaru untuk mengetahui analisis pendapatan

petani kakao yang ada di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu

Utara.

Low Season atau musim rendah adalah musim panenan yang hasil buah

hanya bisa terjadi setiap dua puluh hari sekali. Ini terjadi biasanya pada musim

kemarau pada bulan April – September. Sehingga petani pada musim ini hanya

dapat memanen satu kali dalam satu bulan, itu dikarenakan pada musim kemarau

lambatnya pematangan buah kakao akibat faktor cuaca. Dalam biaya produksi

petani kakao pada saat low season atau musim rendah dibedakan menjadi biaya

variabel yaitu tenaga kerja, biaya pupuk dan pestisida serta biaya angkut, dan

biaya tetap yaitu pajak tanah dan penyusutan alat. Dimana pendapatan dan

penerimaan yang diproleh oleh petani kakao di Desa Salulemo dari hasil produksi

dan biaya yang dikeluarkan lebih rendah pada saat musim ini petani hanya

melakukan pemanenan satu kali dalam satu bulan.

43

High season atau musim puncak adalah masa-masa dimana kakao

menghasilkan buah yang berlimpah ruah. Dimana penerimaan pada musim

puncak (high season) terjadi peningkatan terhadap pendapatan yang diproleh

petani kakao di Desa Salulemo dengan sejumlah penerimaan yang didapat lebih

banyak dari low season. Namun tetap harus diingat jangan mengambil semua

tandan dari pohon yang belum benar-benar cukup umurnya. Ini biasanya terjadi

pada musim hujan yaitu pada bulan Oktober – Maret, dimana curah hujan yang

ada mempercepat pematangan buah sehingga buah dapat dipanen dengan cepat.

Tinggi rendahnya curah hujan dapat dilakukan sebagai evaluasi produksi untuk

tahun-tahun kedepan.

Pada saat musim rendah (low season) hasil produksi dan biaya yang

dikeluarkan pada musim ini lebih rendah dan pada musim low season petani

kakao hanya melakukan pemanenan satu kali dalam satu bulan. Sedangkan pada

saat high season, petani dapat melakukan pemanenan sebanyak dua kali dalam

satu bulan sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak. Dapat didefenisikan pada

saat high season merupakan musim terbaik.

Berdasarkan hasil pendapatan diketahui bahwa rata-rata jumlah total biaya

produksi seluruh reponden pada saat musim rendah (low season) sebesar

Rp.3.128.667, besarnya jumlah produksi (penerimaan) rata-rata yang dihasilkan

seluruh responden kakao pada saat musim rendah (low season) di Desa Salulemo

adalah sebesar Rp.28.897.333, dan hasil pendapatan rata-rata yang diterima adalah

Rp.17.768.667. Sedangkan analisis pendapatan rata-rata besarnya jumlah total

biaya produksi seluruh responden petani kakao pada saat musim puncak (high

season) di Desa Salulemo sebesar Rp.4.104.000, besarnya jumlah produksi rata-

rata (penerimaan) yang dihasilkan seluruh responden kakao pada saat musim

puncak (high season) adalah sebesar Rp.41.234.667, dan hasil pendapatan rata-

rata petani kakao pada saat musim puncak (high season) adalah Rp.37.143.000.

dan hasil rekapitulasi pendapatan petani antara penerimaan biaya antara High

Season dan Low Season dengan biaya yang dikeluarkan antara biaya High Season

dan biaya Low Season, dengan demikian dapat dihitung besarnya pendapatan

yaitu Rp.1.431.023.000 dengan rata-rata pendapatan petani kakao antara musim

rendah (low season) dan musim puncak (high season) adalah Rp.47.700.767.

44

Tingginya produksi yang diperoleh petani dalam melakukan usahataninya

berdampak terhadap pendapatan karena semakin tinggi produksi maka semakin

tinggi pula pendapatan yang diperoleh petani kakao.

Penelitian ini berjudul dampak ekonomi terhadap produksi kakao di Desa

Salulemo memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu, kelebihan dari penelitian ini

adalah lokasi penelitian yang tidak jauh dari tempat tinggal penulis sehingga

penulis tidak memerlukan waktu yang lama dalam melaksanakan penelitian ini.

Pada saat pengambilan data responden atau petani kakao yang ditemui ramah-

ramah sehingga mempermudah penulis dalam melakukan wawancara. Kendala

dari penelitian adalah dalam pengambilan data terkadang responden susah

dijumpai dilokasi karena responden memiliki kesibukan lain sehingga ada waktu-

waktu tertentu untuk melakukan wawancara terhadap responden dan biaya

transportasi yang dikarenakan oleh peneliti alamat penulis jauh dari lokasi

penelitian.

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasandari judul Dampak ekonomi

terhadap produksi kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten

Luwu Utara, penelitian ini menyimpulkan bahwa:

Pendapatan yang diperoleh bahwa secara keseluruhan sudah dijumlahkan

antara penerimaan High Season dan Low Season, dengan demikian dapat hitung

besarnya pendapatanya yaitu Rp.1.431.023.000, dengan rata-rata pendapatan

petani kakao antara musim rendah (Low Season) dan musim puncak (High Seson)

adalah Rp.47.700.767.

5.2 Saran

Dengan melihat dari hasil pembahasan dan pengalaman yang diperoleh di

lapangan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1) Petani kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara

disarankan agar terus meningkatkan produksi dan produktifitas dalam

mengelolah tanaman kakao dengan memanfaatkan potensi yang ada serta

dampak tanaman kakao terhadap kondisi sosial ekonomi petani.

2) Petani diberikan informasi melalui penyuluh-penyuluh tentang teknologi maju

agar dalam melakukan usahataninya menghasilkan biji yang berkualitas dengan

teknik yang baik.

46

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad M, Yusuf S. 2008. Assessing the Impact of Oil Prices and Interest Rate

Policies: The Case of Indonesia Cocoa Ryokoku Journal of Economic

Studies 48 (1.2):65-92.

Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman

Kakao. BPS. Jakarta.

Bastian Bustami, dan Nurlela. 2006. Akutansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi,

Edisi Pertama, Graha Ilmu :Yogjakarta.

Deptan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.2013. Musuh Alami, Hama

dan Penyakit Tanaman Kakao, Edisi kedua. Proyek Pengendalian Hama

terpadu Perkebunan Rakyat.

Deptan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.2013. Musuh Alami, Hama

dan Penyakit Tanaman Kakao, Edisi kedua. Proyek Pengendalian Hama

terpadu Perkebunan Rakyat.

Ditjenbun. 2009. Kakao, Statistik Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan

Jakarta.

Ditjenbun. 2010. Kakao, Statistik Perkebunan, Diretorat Jenderal Perkebuan.

Jakarta

Fitria E. 2015. Pemanfaatan limbah kulit kakao untuk pakan ternak. Aceh.

http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/667-

pemanfaatan-limbah-kulit-kakao-untuk-pakan-ternak. Diakses, 05 Maret

2019.

Goenadi, DH., Baon, S Abdullah, Herman dan A. Purwoto. 2007. Prospek dan

arah pengembangan agribisnis kakao. Edisi Kedua.Badan Litbang

Pertanian. Jakarta.

Hosio, JE. 2007. Kebijakan Publik dan Desentralisasi.Laksbang.Yogyakarta.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). GP Press.Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Panduan Lengkap Budidaya

Kakao. Agromedia Pustaka. Jember.

Raharjo, 1999. Perkembangan Bahan Tanam Kakao di Indonesia, Puslit Kopi dan

Kakao Indonesia. Jember.

Ramlan, 2006. Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Purwakarta:

Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI- PRESS. Jakarta: Https:// www.

Okepedia.com/uipress/analisis-usahatani-soekartawi. Diakses 24

Desember 2018

Sugiyono. 2012. Metodelogi penelitian, Alfabet. Bandung.

47

Sugiyono. 2013. Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta CV.

Bandung.

Suharjo, A dan Dahlan Patong. 1986. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.

LEPHAS UNHAS. Makassar.

Sunanto Hatta. 1994. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek

Ekonominya. Penerbit Kaninus. Yogyakarta.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit,

Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS. Surakarta.

Wahyudi, dkk. 2008. Kakao: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.

Penebar swadaya. Jakarta.

Wahyudi, T, J T.R, Panggabean, dan Pujianto. 2008. Panduan Lengkap Kakao

Manajemen Agribisnis dari Hulu sampai Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wildan Hafsaki, 2001. Cara Budidaya Tanaman Kakao. Penerbar Swadaya.

Jakarta.

Zainudin & Jhon Bako Baon. 2004. Prospek kakao nasional, Satu Dasa Warsa

mendatang antisipasi pengembangan kakao nasional menghadapi

regenerasi pertama kakao di Indonesia. Pusat Penelitian kopi dan kakao

Indonesia.Yogykarta.

48

LAMPIRAN

49

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Dampak Tanaman Kakao Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Petani Di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta abupaten Luwu Utara

Judul Proposal :Dampak Ekonomi terhadap Produksi Kakao di Desa

Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

Nama Penelitian : Huswatun Hasana Anwar

Nim : 1502405060

No.Hp : 085342377248

Petunjuk pengisian :

1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon di jawab dengan

benar.

2. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang

terlewatkan. Atas dasar kesediaan dan kerja sama bapak/ibu dalam mengisi

kuesiner ini, saya ucapkan banyak terima kasih.

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur Petani :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Luas Lahan :

a. Milik sendiri :

b. Sewah :

B. Proses Produksi

1. Berapa kali bapak/ibu panen dalam satu bulan?

................................................................................................................

2. Berapa jumlah produksi kakao yang bapak/ibu hasilkan untuk satu kali panen?

.................................................................................................................

3. Berapa lama proses pengeringan biji kakao hingga siap di jual?

50

.................................................................................................................

4. Adakah perubahan ekonomi keluarga bapak setelah adanya tanaman kakao

bapak?

.................................................................................................................

5. Apakah penghasilan dari bertani kakao sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan?

.................................................................................................................

6. Berapa harga jual biji kakao bapak/ibu perkilo gram?

a. Basah : Rp...........................................................................................

b. Kering : Rp...........................................................................................

7. Berapa pendapatan Bapak/Ibu pada musim Puncak (High Season)?

...................................................................................................................

8. Berapa pendapatan Bapak/Ibu pada Musim Rendah (Low season)?

....................................................................................................................

C. Biaya Produksi

1. Apakah bapak/ibu menggunakan trasportasi ketika panen kakao berapa biaya

yang dikeluarkan?

..................................................................................................................

2. Jenis pupuk apa saja yang bapak/ibu gunakan?

No Jenis Pupuk Satuan (sak) Harga (Rp) Total (Rp)

1.

2.

3.

4.

3. Apakah bapak/ibu menggunakan pestisida?

a. Ya...........................................................

Sebutkan!

No Jenis Pestisida Satuan Harga (Rp) Total (Rp)

1.

2.

3.

4.

b. Tidak

51

4. Berapa biaya Pajak bapak/ibu bayar dalam satu tahun

..............................................................................................................

D. Tenaga Kerja

1. Apakah bapak/ibu menggunakan tenaga kerja dalam proses pemanenan kakao

sebutkan jumlahnya?

................................................................................................................

2. Berapah biaya yang bapak/ibu keluarkan untuk upah tenaga kerja perhari?

.................................................................................................................

3. Apakah bapak/ibu menggunakan tenaga kerja dari pihak keluarga?

................................................................................................................

52

2. Lampiran :Data hasil Penelitian

Tabel 1. Identitas Responden Petani Kakao di Desa Salulemo Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara. No Nama

Responden

Umur Jenis

Kelamin

Tanggungan

Keluarga

Luas

Lahan

Jumlah

Produksi

Status

Kepemilikian

Pendidikan

1 Abraham 60 Laki-laki 5 0,5 600

Milik Sendiri Smp

2 Gunawan 49 Laki-laki 4 1,5 1.800

Milik Sendiri Sma

3 Saipul Haris 65 Laki-laki 5 1 1.020

Milik Sendiri Sma

4 Hamma 35 Laki-laki 4 1 1.320

Milik Sendiri Sd

5 Mansur 30 Laki-laki 4 1 1.200

Milik Sendiri Sd

6 Hasan 37 Laki-laki 5 1 1.080

Milik Sendiri Sd

7 Abbas 45 Laki-laki 3 1,5 1.800

Milik Sendiri Sma

8 Asdar 45 Laki-laki 5 0,5 420

Milik Sendiri Smp

9 Imam 50 Laki-laki 6 0,5 540

Milik Sendiri Sd

10 Lemang 40 Laki-laki 3 1,5 1.920

Milik Sendiri Sma

11 Suparno 45 Laki-laki 5 2,5 2.400

Milik Sendiri Tidak Tamat Sd

12 Mustang 65 Laki-laki 4 1 1.200

Milik Sendiri Smp

13 Talang 42 Laki-laki 3 1 1.080

Milik Sendiri Sd

14 Muh. Tang 39 Laki-laki 5 2 2.160

Milik Sendiri Sma

15 Ismail 39 Laki-laki 4 1 1.020

Milik Sendiri Smp

16 Herman 40 Laki-laki 4 1 1.620

Milik Sendiri Smp

17 Suna 44 Laki-laki 6 1 1.200

Milik Sendiri Smp

18 Marwan 60 Laki-laki 5 1,5 1.800

Milik Sendiri Tidak Tamat Sd

19 Rahman 60 Laki-laki 4 1 1.320

Milik Sendiri Smp

20 Amri 59 Laki-laki 3 1 1.080

Milik Sendiri Sd

21 Yanudddin 37 Laki-laki 5 2,5 2.400

Milik Sendiri Tidak Tamat Sd

22 Asse 47 Laki-laki 5 2 2.100

Milik Sendiri Sd

23 Husain 35 Laki-laki 4 2 2.160

Milik Sendiri Sma

24 Murniati Sp 40 Perempuan 4 2 1.800

Milik Sendiri S1

25 Lamade 42 Laki-laki 3 1 1.020

Milik Sendiri Sma

26 Heri 50 Laki-laki 6 2,5 2.220

Milik Sendiri Smp

27 Hade 48 Laki-laki 5 2 1.080

Milik Sendiri Sd

28 Maya 39 Prempuan 4 1,5 1.200

Milik Sendiri Smp

29 Taming 55 Laki-laki 4 2,5 2.520

Milik Sendiri Smp

30 Taha 43 Laki-laki 5 1 1.100

Milik Sendiri Tidak Tamat Sd

53

Data Lampiran menurut 2 musim yaitu High Seasoan dan Low Seasoan

a. High Seasoan/Musim Puncak

Tabel 2. (High Seasoan atau Musim Puncak) Produksi dan Penerimaan petani

kakao di Desa Salulemo Kecematan Baebunta Kabupaten Luwu Utara. No Nama Responden Jumlah Produksi Harga (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp)

1 Abraham 600 28.000 16.800.000

2 Gunawan 1.800 28.000 50.400.000

3 Saipul Haris 1.020 28.000 28.560.000

4 Hamma 1.320 28.000 36.960.000

5 Mansur 1.200 28.000 33.600.000

6 Hasan 1.080 28.000 30.240.000

7 Abbas 1.800 28.000 50.400.000

8 Asdar 420 28.000 11.760.000

9 Imam 540 28.000 15.120.000

10 Lemang 1.920 28.000 53.760.000

11 Suparno 2.400 28.000 67.200.000

12 Mustang 1.200 28.000 33.600.000

13 Talang 1.080 28.000 30.240.000

14 Muh. Tang 2.160 28.000 60.480.000

15 Ismail 1.020 28.000 28.560.000

16 Herman 1.620 28.000 45.360.000

17 Suna 1.200 28.000 33.600.000

18 Marwan 1.800 28.000 50.400.000

19 Rahman 1.320 28.000 36.960.000

20 Amri 1.080 28.000 30.240.000

21 Yanudddin 2.400 28.000 67.200.000

22 Asse 2.100 28.000 58.800.000

23 Husain 2.160 28.000 60.480.000

24 Murniati Sp 1.800 28.000 50.400.000

25 Lamade 1.020 28.000 28.560.000

26 Heri 2.220 28.000 62.160.000

27 Hade 1.080 28.000 30.240.000

28 Maya 1.200 28.000 33.600.000

29 Taming 2.520 28.000 70.560.000

30 Taha 1.100 28.000 30.800.000

Jumlah 44.180 840.000 1.237.040.000

Rata-rata 1473 28.000 41.234.667

Sumber: Data Primer setelah diolah data 2019

54

Tabel 3. (High Seasoan atau Musim Puncak) Biaya Penerimaan dan Pendapatan

Petani Kakao No Nama

Responden

Jumlah

Produksi

(Kg)

Harga Jual

(Rp)

Penerimaan

(Rp)

Biaya

Prosuksi

(Rp)

Pendapatan

1 Abraham 600 28.000 16.800.000 695.000 16.105.000

2 Gunawan 1.800 28.000 50.400.000 4.535.000 45.865.000

3 Saipul Haris 1.020 28.000 28.560.000 3.450.000 25.110.000

4 Hamma 1.320 28.000 36.960.000 3.375.000 33.585.000

5 Mansur 1.200 28.000 33.600.000 3.485.000 30.115.000

6 Hasan 1.080 28.000 30.240.000 3.445.000 26.795.000

7 Abbas 1.800 28.000 50.400.000 4.415.000 45.985.000

8 Asdar 420 28.000 11.760.000 585.000 11.175.000

9 Imam 540 28.000 15.120.000 795.000 14.325.000

10 Lemang 1.920 28.000 53.760.000 4.135.000 49.625.000

11 Suparno 2.400 28.000 67.200.000 6.890.000 60.310.000

12 Mustang 1.200 28.000 33.600.000 3.125.000 30.475.000

13 Talang 1.080 28.000 30.240.000 3.125.000 27.115.000

14 Muh. Tang 2.160 28.000 60.480.000 6.315.000 54.165.000

15 Ismail 1.020 28.000 28.560.000 3.020.000 25.540.000

16 Herman 1.620 28.000 45.360.000 2.635.000 42.725.000

17 Suna 1.200 28.000 33.600.000 3.230.000 30.370.000

18 Marwan 1.800 28.000 50.400.000 4.415.000 45.985.000

19 Rahman 1.320 28.000 36.960.000 3.090.000 33.870.000

20 Amri 1.080 28.000 30.240.000 3.400.000 26.840.000

21 Yanudddin 2.400 28.000 67.200.000 3.310.000 63.890.000

22 Asse 2.100 28.000 58.800.000 6.845.000 51.955.000

23 Husain 2.160 28.000 60.480.000 5.480.000 55.000.000

24 Murniati Sp 1.800 28.000 50.400.000 5.935.000 44.465.000

25 Lamade 1.020 28.000 28.560.000 6.475.000 22.085.000

26 Heri 2.220 28.000 62.160.000 6.575.000 55.585.000

27 Hade 1.080 28.000 30.240.000 6.040.000 24.200.000

28 Maya 1.200 28.000 33.600.000 4.100.000 29.500.000

29 Taming 2.520 28.000 70.560.000 6.880.000 63.680.000

30 Taha 1.100 28.000 30.800.000 2.950.000 27.850.000

Jumlah 44.180 840.000 1.237.040.000 123.120.000 1.114.290.000

Rata-rata 1473 28.000 41.234.667 4.104.000 37.143.000

Sumber : Data primer setelah diolah 2019

55

Tabel 4. Rincian Biaya Variabel No Nama

Responden

Upah Tenaga

Kerja (Rp)

Transportasi

(Rp)

Pupuk

(Rp)

Pestisida

(Rp)

Biaya Total

(Rp)

1 Abraham 0 120.000 320.000 210.000 650.000

2 Gunawan 2.700.000 360.000 960.000 420.000 4.440.000

3 Saipul Haris 1.800.000 240.000 640.000 700.000 3.380.000

4 Hamma 1.800.000 240.000 740.000 525.000 3.305.000

5 Mansur 1.800.000 240.000 640.000 735.000 3.415.000

6 Hasan 1.800.000 240.000 820.000 525.000 3.385.000

7 Abbas 2.700.000 360.000 280.000 980.000 4.320.000

8 Asdar 0 120.000 140.000 280.000 540.000

9 Imam 0 120.000 140.000 490.000 750.000

10 Lemang 2.700.000 360.000 280.000 700.000 4.040.000

11 Suparno 4.500.000 600.000 560.000 1.085.000 6.745.000

12 Mustang 1.800.000 240.000 280.000 735.000 3.055.000

13 Talang 1.800.000 240.000 280.000 735.000 3.055.000

14 Muh. Tang 4.500.000 480.000 560.000 630.000 6.170.000

15 Ismail 1.800.000 240.000 280.000 630.000 2.950.000

16 Herman 1.800.000 240.000 0 525.000 2.565.000

17 Suna 1.800.000 240.000 280.000 840.000 3.160.000

18 Marwan 2.700.000 360.000 280.000 980.000 4.320.000

19 Rahman 1.800.000 240.000 140.000 840.000 3.020.000

20 Amri 1.800.000 240.000 555.000 735.000 3.330.000

21 Yanuddin 1.800.000 600.000 280.000 560.000 3.240.000

22 Asse 3.600.000 480.000 1.110.000 1.085.000 6.275.000

23 Husain 3.600.000 480.000 560.000 630.000 5.270.000

24 Murniati Sp 3.600.000 480.000 1.210.000 525.000 5.815.000

25 Lamade 3.600.000 240.000 560.000 875.000 5.275.000

26 Heri 4.500.000 600.000 560.000 770.000 6.430.000

27 Hade 3.600.000 480.000 1.210.000 630.000 5.920.000

28 Maya 2.700.000 360.000 420.000 525.000 4.005.000

29 Taming 4.500.000 600.000 1.110.000 525.000 6.735.000

30 Taha 1.800.000 240.000 280.000 560.000 2.880.000

Jumlah 72.900.000 10.080.000 15.475.000 19.985.000 118.440.000

Rata –rata 2.430.000 336.000 515.833 666.167 3.948.000

Sumber : Data primer setelah diolah 2019

56

Tabel 5. Rincian Biaya Tetap No Nama Responden Pajak

(Rp)

Penyusutan Perlengkapan

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

1 Abraham 15.000 30.000 45.000

2 Gunawan 45.000 50.000 95.000

3 Saipul Haris 30.000 40.000 70.000

4 Hamma 30.000 40.000 70.000

5 Mansur 30.000 40.000 70.000

6 Hasan 30.000 40.000 70.000

7 Abbas 45.000 50.000 95.000

8 Asdar 15.000 30.000 45.000

9 Imam 15.000 30.000 45.000

10 Lemang 45.000 50.000 95.000

11 Suparno 75.000 70.000 145.000

12 Mustang 30.000 40.000 70.000

13 Talang 30.000 40.000 70.000

14 Muh. Tang 75.000 70.000 145.000

15 Ismail 30.000 40.000 70.000

16 Herman 30.000 40.000 70.000

17 Suna 30.000 40.000 70.000

18 Marwan 45.000 50.000 95.000

19 Rahman 30.000 40.000 70.000

20 Amri 30.000 40.000 70.000

21 Yanuddin 30.000 40.000 70.000

22 Asse 60.000 60.000 120.000

23 Husain 60.000 60.000 120.000

24 Murniati Sp 60.000 60.000 120.000

25 Lamade 60.000 60.000 120.000

26 Heri 75.000 70.000 145.000

27 Hade 60.000 60.000 120.000

28 Maya 45.000 50.000 95.000

29 Taming 75.000 70.000 145.000

30 Taha 30.000 40.000 70.000

Jumlah 1.200.000 1.440.000 2.700.000

Rata-rata 42.000 48.000 90.000

Sumber : Data Primer setelah diolah

57

Tabel 6. Biaya Varibel dan Biaya Tetap yang menjadi Responden di Desa

Salulemo No Nama Responden Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Total Biaya (Rp)

1 Abraham 45.000 650.000 695.000

2 Gunawan 95.000 4.440.000 4.535.000

3 Saipul Haris 70.000 3.380.000 3.450.000

4 Hamma 70.000 3.305.000 3.375.000

5 Mansur 70.000 3.415.000 3.485.000

6 Hasan 70.000 3.385.000 3.455.000

7 Abbas 95.000 4.320.000 4.415.000

8 Asdar 45.000 540.000 585.000

9 Imam 45.000 750.000 795.000

10 Lemang 95.000 4.040.000 4.135.000

11 Suparno 145.000 6.745.000 6.890.000

12 Mustang 70.000 3.055.000 3.125.000

13 Talang 70.000 3.055.000 3.125.000

14 Muh. Tang 145.000 6.170.000 6.315.000

15 Ismail 70.000 2.950.000 3.020.000

16 Herman 70.000 2.565.000 2.635.000

17 Suna 70.000 3.160.000 3.230.000

18 Marwan 95.000 4.320.000 4.415.000

19 Rahman 70.000 3.020.000 3.090.000

20 Amri 70.000 3.330.000 3.400.000

21 Yanuddin 70.000 3.240.000 3.310.000

22 Asse 120.000 6.725.000 6.845.000

23 Husain 120.000 5.720.000 5.840.000

24 Murniati Sp 120.000 5.815.000 5.935.000

25 Lamade 120.000 5.275.000 6.475.000

26 Heri 145.000 6.430.000 6.575.000

27 Hade 120.000 5.920.000 6.040.000

28 Maya 95.000 4.005.000 4.100.000

29 Taming 145.000 6.735.000 6.880.000

30 Taha 70.000 2.880.000 2.950.000

Jumlah 2.700.000 118.440.000 123.120.000

Rata-rata 90.000 3.948.000 4.104.000

Sumber: Data Primer setelah diolah 2019

58

b. Low Seasoan/Musim Rendah

Tabel 7. (Low Season atau Musim Rendah) Produksi dan Penerimaan petani

kakao di Desa Salulemo Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara No Nama Responden Jumlah Produksi Harga (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp)

1 Abraham 300 28.000 8.400.000

2 Gunawan 900 28.000 25.200.000

3 Saipul Haris 510 28.000 14.280.000

4 Hamma 660 28.000 18.480.000

5 Mansur 600 28.000 16.800.000

6 Hasan 540 28.000 15.120.000

7 Abbas 900 28.000 25.200.000

8 Asdar 210 28.000 5.880.000

9 Imam 270 28.000 7.560.000

10 Lemang 960 28.000 26.880.000

11 Suparno 1.200 28.000 33.600.000

12 Mustang 600 28.000 16.800.000

13 Talang 540 28.000 15.120.000

14 Muh. Tang 1080 28.000 30.240.000

15 Ismail 510 28.000 14.280.000

16 Herman 810 28.000 22.680.000

17 Suna 600 28.000 25.200.000

18 Marwan 900 28.000 25.200.000

19 Rahman 660 28.000 18.480.000

20 Amri 540 28.000 15.120.000

21 Yanudddin 1200 28.000 33.600.000

22 Asse 1050 28.000 29.400.000

23 Husain 1080 28.000 30.240.000

24 Murniati Sp 900 28.000 25.200.000

25 Lamade 510 28.000 14.280.000

26 Heri 1110 28.000 31.080.000

27 Hade 540 28.000 15.120.000

28 Maya 600 28.000 16.800.000

29 Taming 1260 28.000 35.280.000

30 Taha 550 28.000 15.400.000

Jumlah 21.280 840.000 626.920.000

Rata-rata 736,3333333 28.000 20.897.333

Sumber: Data Primer setelah diolah data 2019

59

Tabel 8. (Low Season atau Musim Rendah) Penerimaan dan Pendapatan No Nama

Responden

Jumlah

Produksi (Kg)

Harga Jual

(Rp)

Penerimaan

(Rp)

Biaya Prosuksi

(Rp)

Pendapatan

1 Abraham 300 28.000 8.400.000 685.000 7.715.000

2 Gunawan 900 28.000 25.200.000 3.285.000 21.915.000

3 Saipul Haris 510 28.000 14.280.000 2.255.000 12.025.000

4 Hamma 660 28.000 18.480.000 2.530.000 15.950.000

5 Mansur 600 28.000 16.800.000 2.150.000 14.650.000

6 Hasan 540 28.000 15.120.000 2.330.000 12.790.000

7 Abbas 900 28.000 25.200.000 3.425.000 21.775.000

8 Asdar 210 28.000 5.880.000 775.000 5.105.000

9 Imam 270 28.000 7.560.000 1.040.000 6.520.000

10 Lemang 960 28.000 26.880.000 3.460.000 23.420.000

11 Suparno 1.200 28.000 33.600.000 4.675.000 28.925.000

12 Mustang 600 28.000 16.800.000 2.360.000 14.440.000

13 Talang 540 28.000 15.120.000 5.080.000 10.040.000

14 Muh. Tang 1080 28.000 30.240.000 2.290.000 27.950.000

15 Ismail 510 28.000 14.280.000 2.290.000 11.990.000

16 Herman 810 28.000 22.680.000 2.570.000 20.110.000

17 Suna 600 28.000 25.200.000 2.510.000 22.690.000

18 Marwan 900 28.000 25.200.000 3.575.000 21.625.000

19 Rahman 660 28.000 18.480.000 2.360.000 16.120.000

20 Amri 540 28.000 15.120.000 2.210.000 12.910.000

21 Yanudddin 1200 28.000 33.600.000 3.825.000 29.775.000

22 Asse 1050 28.000 29.400.000 4.620.000 24.780.000

23 Husain 1080 28.000 30.240.000 3.890.000 26.350.000

24 Murniati Sp 900 28.000 25.200.000 4.315.000 20.885.000

25 Lamade 510 28.000 14.280.000 5.395.000 8.885.000

26 Heri 1110 28.000 31.080.000 4.745.000 26.335.000

27 Hade 540 28.000 15.120.000 4.350.000 10.770.000

28 Maya 600 28.000 16.800.000 3.215.000 13.585.000

29 Taming 1260 28.000 35.280.000 5.220.000 30.060.000

30 Taha 550 28.000 15.400.000 2.430.000 12.970.000

Jumlah 21.280 840.000 626.920.000 93.860.000 504.135.000

Rata-rata 736,3333333 28.000 20.897.333 3.128.667 17.768.667

Sumber : Data primer setelah diolah 2019

60

Tabel 9. Rincian Biaya Variabel No Nama

Responden

Upah Tenaga

Kerja (Rp)

Transportasi

(Rp)

Pupuk

(Rp)

Pestisida

(Rp)

Biaya Total

(Rp)

1 Abraham 0 60.000 210.000 370.000 640.000

2 Gunawan 1.350.000 180.000 630.000 1.030.000 3.190.000

3 Saipul Haris 900.000 120.000 525.000 640.000 2.185.000

4 Hamma 900.000 120.000 700.000 740.000 2.460.000

5 Mansur 900.000 120.000 420.000 640.000 2.080.000

6 Hasan 900.000 120.000 420.000 820.000 2.260.000

7 Abbas 1.350.000 180.000 700.000 1.100.000 3.330.000

8 Asdar 0 60.000 350.000 320.000 730.000

9 Imam 0 60.000 525.000 410.000 995.000

10 Lemang 1.350.000 180.000 875.000 960.000 3.365.000

11 Suparno 2.250.000 300.000 700.000 1.280.000 4.530.000

12 Mustang 900.000 120.000 630.000 640.000 2.290.000

13 Talang 900.000 120.000 630.000 740.000 2.390.000

14 Muh. Tang 2.250.000 300.000 735.000 1.650.000 4.935.000

15 Ismail 900.000 120.000 560.000 640.000 2.220.000

16 Herman 900.000 120.000 840.000 640.000 2.500.000

17 Suna 900.000 120.000 700.000 720.000 2.440.000

18 Marwan 1.350.000 180.000 840.000 1.110.000 3.480.000

19 Rahman 900.000 120.000 630.000 640.000 2.290.000

20 Amri 900.000 120.000 560.000 560.000 2.140.000

21 Yanuddin 900.000 120.000 1.085.000 1.650.000 3.755.000

22 Asse 1.800.000 240.000 630.000 1.830.000 4.500.000

23 Husain 1.800.000 240.000 630.000 1.100.000 3.770.000

24 Murniati Sp 1.800.000 240.000 525.000 1.630.000 4.195.000

25 Lamade 1.800.000 240.000 875.000 1.280.000 4.195.000

26 Heri 2.250.000 300.000 770.000 1.280.000 4.600.000

27 Hade 1.800.000 240.000 560.000 1.630.000 4.230.000

28 Maya 1.350.000 180.000 630.000 960.000 3.120.000

29 Taming 2.250.000 300.000 875.000 1.650.000 5.075.000

30 Taha 900.000 120.000 700.000 640.000 2.360.000

Jumlah 36.450.000 5.040.000 19.300.000 29.300.000 90.250.000

Rata –rata 1215000 168.000 651.000 976.667 3.008.333

Sumber : Data primer setelah diolah 2019

61

Tabel 10. Rincian Biaya Tetap No Nama Responden Pajak (Rp) Penyusutan Perlengkapan (Rp) Total Biaya (Rp)

1 Abraham 15.000 30.000 45.000

2 Gunawan 45.000 50.000 95.000

3 Saipul Haris 30.000 40.000 70.000

4 Hamma 30.000 40.000 70.000

5 Mansur 30.000 40.000 70.000

6 Hasan 30.000 40.000 70.000

7 Abbas 45.000 50.000 95.000

8 Asdar 15.000 30.000 45.000

9 Imam 15.000 30.000 45.000

10 Lemang 45.000 50.000 95.000

11 Suparno 75.000 70.000 145.000

12 Mustang 30.000 40.000 70.000

13 Talang 30.000 40.000 70.000

14 Muh. Tang 75.000 70.000 145.000

15 Ismail 30.000 40.000 70.000

16 Herman 30.000 40.000 70.000

17 Suna 30.000 40.000 70.000

18 Marwan 45.000 50.000 95.000

19 Rahman 30.000 40.000 70.000

20 Amri 30.000 40.000 70.000

21 Yanuddin 30.000 40.000 70.000

22 Asse 60.000 60.000 120.000

23 Husain 60.000 60.000 120.000

24 Murniati Sp 60.000 60.000 120.000

25 Lamade 60.000 60.000 120.000

26 Heri 75.000 70.000 145.000

27 Hade 60.000 60.000 120.000

28 Maya 45.000 50.000 95.000

29 Taming 75.000 70.000 145.000

30 Taha 30.000 40.000 70.000

Jumlah 1.200.000 1.440.000 2.700.000

Rata-rata 42.000 48.000 90.000

Sumber : Data Primer setelah diolah

62

Tabel 11. Biaya Varibel dan Biaya Tetap yang menjdi Responden di Desa

Salulemo No Nama Responden Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Total Biaya (Rp)

1 Abraham 45.000 640.000 685.000

2 Gunawan 95.000 3.190.000 3.285.000

3 Saipul Haris 70.000 2.185.000 2.255.000

4 Hamma 70.000 2.460.000 2.530.000

5 Mansur 70.000 2.080.000 2.150.000

6 Hasan 70.000 2.260.000 2.330.000

7 Abbas 95.000 3.330.000 3.425.000

8 Asdar 45.000 730.000 775.000

9 Imam 45.000 995.000 1.040.000

10 Lemang 95.000 3.365.000 3.460.000

11 Suparno 145.000 4.530.000 4.675.000

12 Mustang 70.000 2.290.000 2.360.000

13 Talang 70.000 2.390.000 5.080.000

14 Muh. Tang 145.000 4.935.000 2.290.000

15 Ismail 70.000 2.220.000 2.290.000

16 Herman 70.000 2.500.000 2.570.000

17 Suna 70.000 2.440.000 2.510.000

18 Marwan 95.000 3.480.000 3.575.000

19 Rahman 70.000 2.290.000 2.360.000

20 Amri 70.000 2.140.000 2.210.000

21 Yanuddin 70.000 3.755.000 3.825.000

22 Asse 120.000 4.500.000 4.620.000

23 Husain 120.000 3.770.000 3.890.000

24 Murniati Sp 120.000 4.195.000 4.315.000

25 Lamade 120.000 4.195.000 5.395.000

26 Heri 145.000 4.600.000 4.745.000

27 Hade 120.000 4.230.000 4.350.000

28 Maya 95.000 3.120.000 3.215.000

29 Taming 145.000 5.075.000 5.220.000

30 Taha 70.000 2.360.000 2.430.000

Jumlah 2.700.000 90.250.000 93.860.000

Rata-rata 90.000 3.008.333 3.128.667

Sumber: Data Primer setelah diolah

63

Tabel 12. Biaya penerimaan antara Musim Puncak/high season dan Musim

Rendah/low season. No Nama Responden Penerimaan Musim

Puncak (Rp)

Penerimaan Musim

Rendah (Rp)

Pendapatan

(Rp)

1 Abraham 16.105.000 7.715.000 23.820.000

2 Gunawan 45.865.000 21.915.000 67.780.000

3 saipul Haris 25.110.000 12.025.000 37.135.000

4 Hamma 33.585.000 15.950.000 49.535.000

5 Mansur 30.115.000 14.650.000 44.765.000

6 Hasan 26.795.000 12.790.000 39.585.000

7 Abbas 45.985.000 21.775.000 67.760.000

8 Asdar 11.175.000 5.105.000 16.280.000

9 Imam 14.325.000 6.520.000 20.845.000

10 Lemang 49.625.000 23.420.000 73.045.000

11 Suparno 60.310.000 28.925.000 89.235.000

12 Mustang 30.475.000 14.440.000 44.915.000

13 Talang 27.115.000 10.040.000 37.155.000

14 Muh. Tang 54.165.000 27.950.000 82.115.000

15 Ismail 25.540.000 11.990.000 37.530.000

16 Herman 42.725.000 20.110.000 62.835.000

17 Suna 30.370.000 22.690.000 53.060.000

18 Marwan 45.985.000 21.625.000 67.610.000

19 Rahman 33.870.000 16.120.000 49.990.000

20 Amri 26.840.000 12.910.000 39.750.000

21 Yanuddin 63.890.000 29.775.000 93.665.000

22 Asse 51.955.000 24.780.000 76.735.000

23 Husain 55.000.000 26.350.000 81.350.000

24 Murniati Sp 44.465.000 20.885.000 65.350.000

25 Lamade 22.085.000 8.885.000 30.970.000

26 Heri 55.858.000 26.335.000 82.193.000

27 Hade 24.200.000 10.770.000 34.970.000

28 Maya 29.500.000 13.585.000 43.085.000

29 Taming 63.680.000 30.060.000 93.740.000

30 Taha 27.850.000 12.970.000 40.820.000

Jumlah 1.114.290.000 504.135.000 1.647.623.000

Rata-rata 37.143.000 17.768.667 54.920.767

64

Tabel 13. Biaya pengeluaran antara Musim Puncak/high season dan Musim

Rendah/low season. No Nama Responden Total Biaya Musim

Puncak (Rp)

Total Biaya Musim

Rendah (Rp)

Total Biaya

(Rp)

1 Abraham 695.000 685.000 1.380.000

2 Gunawan 4.535.000 3.285.000 7.820.000

3 saipul Haris 3.450.000 2.255.000 5.705.000

4 Hamma 3.375.000 2.530.000 5.525.000

5 Mansur 3.485.000 2.150.000 5.635.000

6 Hasan 3.455.000 2.330.000 5.785.000

7 Abbas 4.415.000 3.425.000 7.840.000

8 Asdar 585.000 775.000 1.360.000

9 Imam 795.000 1.040.000 1.835.000

10 Lemang 4.135.000 3.460.000 7.595.000

11 Suparno 6.890.000 4.675.000 11.565.000

12 Mustang 3.125.000 2.360.000 5.485.000

13 Talang 3.125.000 5.080.000 8.205.000

14 Muh. Tang 6.315.000 2.290.000 8.605.000

15 Ismail 3.020.000 2.290.000 5.310.000

16 Herman 2.635.000 2.570.000 5.205.000

17 Suna 3.230.000 2.510.000 5.740.000

18 Marwan 4.415.000 3.575.000 7.990.000

19 Rahman 3.090.000 2.360.000 5.450.000

20 Amri 3.400.000 2.210.000 5.610.000

21 Yanuddin 3.310.000 3.825.000 7.135.000

22 Asse 6.845.000 4.620.000 11.465.000

23 Husain 5.840.000 3.890.000 9.730.000

24 Murniati Sp 5.935.000 4.315.000 10.250.000

25 Lamade 6.475.000 5.395.000 11.870.000

26 Heri 6.575.000 4.745.000 11.320.000

27 Hade 6.040.000 4.350.000 10.390.000

28 Maya 4.100.000 3.215.000 7.315.000

29 Taming 6.880.000 5.220.000 12.100.000

30 Taha 2.950.000 2.430.000 5.380.000

Jumlah 123.120.000 93.860.000 216.600.000

Rata-rata 4.104.000 3.128.667 7.220.000

65

Tabel 14. Rekapitulasi Biaya Pendapatan antara Musim Puncak dan Musim

Rendah No Nama Responden Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 Abraham 23.820.000 1.380.000 22.440.000

2 Gunawan 67.780.000 7.820.000 59.960.000

3 saipul Haris 37.135.000 5.705.000 31.430.000

4 Hamma 49.535.000 5.525.000 44.010.000

5 Mansur 44.765.000 5.635.000 39.130.000

6 Hasan 39.585.000 5.785.000 33.800.000

7 Abbas 67.760.000 7.840.000 59.920.000

8 Asdar 16.280.000 1.360.000 14.920.000

9 Imam 20.845.000 1.835.000 19.010.000

10 Lemang 73.045.000 7.595.000 65.450.000

11 Suparno 89.235.000 11.565.000 77.670.000

12 Mustang 44.915.000 5.485.000 39.430.000

13 Talang 37.155.000 8.205.000 28.950.000

14 Muh. Tang 82.115.000 8.605.000 73.510.000

15 Ismail 37.530.000 5.310.000 32.220.000

16 Herman 62.835.000 5.205.000 57.630.000

17 Suna 53.060.000 5.740.000 47.320.000

18 Marwan 67.610.000 7.990.000 59.620.000

19 Rahman 49.990.000 5.450.000 44.540.000

20 Amri 39.750.000 5.610.000 34.140.000

21 Yanuddin 93.665.000 7.135.000 86.530.000

22 Asse 76.735.000 11.465.000 65.270.000

23 Husain 81.350.000 9.730.000 71.620.000

24 Murniati Sp 65.350.000 10.250.000 55.100.000

25 Lamade 30.970.000 11.870.000 19.100.000

26 Heri 82.193.000 11.320.000 70.873.000

27 Hade 34.970.000 10.390.000 24.580.000

28 Maya 43.085.000 7.315.000 35.770.000

29 Taming 93.740.000 12.100.000 81.640.000

30 Taha 40.820.000 5.380.000 35.440.000

Jumlah 1.647.623.000 216.600.000 1.431.023.000

Rata-rata 54.920.767 7.220.000 47.700.767

66

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Pengambilan data di Kantor Desa Salulemo

Wawancara dengan Responden Ibu Murniati Sp

67

Wawancara dengan Responden Bapak Abraham

Wawancara dengan Responden Hamma

68

Wawancara dengan Responden Bapak Taming