23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk tidak sama pada berbagai tempat, begitu pula di setiap daerah, provinsi, atau kota yang ada di Indonesia. Pertumbuhan penduduk di daerah tertentu lebih besar di bandingkan dengan daerah lainnya, contohnya : DKI Jakarta, Bandung dan Yogyakarta yang merupakan pusat pendidikan sehingga pertumbuhan penduduknya lebih besar dibandingkan daerah lainnya ini salah satunya diakibatkan oleh migrasi, dimana mereka yang ingin mendapatkan pendidikan yang tidak ada di tempat tinggal mereka sebelumnya dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut. Kualitas sumber daya manusia pada suatu daerah di pengaruhi tergantung kebanyakan orang berpendidikan rendah atau tinggi, misalnya di suatu negara kebanyakan pendidikannya rendah, berarti kualitas sumber daya manusianya rendah. Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting, karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei maupun pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan. Faktor-faktor demografi, diantaranya dengan melalui sensus penduduk, survei, ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan. Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Madiun berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro disebelah utara, Kabupaten Nganjuk disebelah timur, Kabupaten Ponorogo disebelah selatan, serta Kota Madiun, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten

JURNAL AKHIR

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan

yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau

perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk tidak sama pada berbagai

tempat, begitu pula di setiap daerah, provinsi, atau kota yang ada di

Indonesia. Pertumbuhan penduduk di daerah tertentu lebih besar di

bandingkan dengan daerah lainnya, contohnya : DKI Jakarta, Bandung dan

Yogyakarta yang merupakan pusat pendidikan sehingga pertumbuhan

penduduknya lebih besar dibandingkan daerah lainnya ini salah satunya

diakibatkan oleh migrasi, dimana mereka yang ingin mendapatkan pendidikan

yang tidak ada di tempat tinggal mereka sebelumnya dan ingin melanjutkan

ke jenjang yang lebih tinggi.

Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah,

guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut. Kualitas sumber daya manusia

pada suatu daerah di pengaruhi tergantung kebanyakan orang berpendidikan

rendah atau tinggi, misalnya di suatu negara kebanyakan pendidikannya

rendah, berarti kualitas sumber daya manusianya rendah.

Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan

penting, karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei

maupun pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau

pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan. Faktor-faktor

demografi, diantaranya dengan melalui sensus penduduk, survei, ini dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan

kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan.

Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi

Jawa Timur. Kabupaten Madiun berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro

disebelah utara, Kabupaten Nganjuk disebelah timur, Kabupaten Ponorogo

disebelah selatan, serta Kota Madiun, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten

2

Magetan disebelah barat. Kabupaten Madiun memiliki luas wilayah 1.010,21

km2 dengan populasi 1.327.000 jiwa. Kabupaten madiun merupakan daerah

industri Perusahaan kereta api dan juga pusat kerajinan dari kulit. Adanya

kegiatan industri tersebut mendorong masyarakat dari daerah sekitar untuk

melakukan migrasi ke Kabupaten Madiun dan berpengaruh kepada jumlah

penduduk.

Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi masalah apabila

penduduk tidak memiliki pendidikan yang berbanding lurus dengan jumlah

penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Program wajib belajar 9

tahun menjadi solusi pemerintah dalam memerangi kebodohan dalam

masyarakat. Mutu pendidikan seseorang yang rendah maka juga akan

berpengaruh pada kehidupan sosial ekonominya. Jika ditinjau lebih lanjut,

masih ada beberapa sarana prasarana yang sudah seharusnya diperbaiki tapi

itu tidak terlaksana sehingga siswa tidak nyaman dalam belajar. Maka dari itu

ada perlunya suatu sekolah menyusun suatu rencana untuk mengembangkan

tingkat pendidikan. Pengembangan perlu dilakukan dari segi siswa, guru yang

berkompeten/ kepala sekolah/tenaga kependidikan lainnya, buku

penunjang(bahan belajar), sarana prasarana, peraturan sekolah yang tegas,,

kuríkulum, lingkungan, sarana fasilitas, proses belajar-mengajar. Melalui

perencanaan pengembangan pendidikan di tingkat SMA/MA atau sederajad

diharapkan dapat membantu pemerintah menyiapakan pranata sekolah

khususnya di tingkat SMA/MA atau sederajad wilayah Kabupaten Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud evaluasi data?

2. Apa yang dimaksud dengan level mortality?

3. Apa yang dimaksud dengan smoothing data ?

4. Apa yang dimaksud dengan proyeksi penduduk ?

5. Berapa pertambahan penduduk di Kabupaten Madiun (daerah pedesaan) ?

6. Berapa Jumlah anak usia sekolah (SMA dan sederajat) di Kabupaten

Madiun (daerah pedesaan) ?

3

7. Berapa pertambahan anak usia sekolah di Kabupaten Madiun (daerah

pedesaan)?

8. Berapa kebutuhan guru di Kabupaten Madiun (daerah pedesan) ?

9. Berapa kebutuhan gedung di Kabupaten Madiun (daerah pedesaan) ?

1.3 Tujuan Perencanaan

1. Untuk mengetahui evaluasi data

2. Untuk mengetahui level mortality

3. Untuk mengetahui smoothing data

4. Untuk mengetahui proyeksi penduduk

5. Untuk mengetahui pertambahan penduduk di Kabupaten Madiun (daerah

pedesaan)

6. Untuk mengetahui jumlah anak usia sekolah di Kabupaten Madiun

(daerah pedesaan)

7. Untuk mengetahui pertambahan penduduk anak usia SMA sederajat di

Kabupaten Madiun (daerah pedesaan)

8. Untuk mengetahui kebutuhan guru di Kabupaten Madiun (daerah

edesaan)

9. Untuk mengetahui kebutuhan gedung sekolah di Kabupaten Madiun

(daerah pedesaan)

1.4 Kegunaan/manfaat Perencanaan

Dari berbagai macam pengolahan data demografi (mulai dari eveluasi

data, mencari level of mortality, smoothing data, proyeksi penduduk), kita

dapat membuat perencanaan pembangunan untuk tahun-tahun berikutnya.

Dalam makalah ini mengkhususkan perencanaan dalam bidang pendidikan di

Kabupaten Madiun (daerah pedesaan). Perencanaan itu mencakup kebutuhan

guru dan kebutuhan gedung sekolah.

4

BAB II

PENGOLAHAN DATA

2.1 Evaluasi Data

Evaluasi data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mengetahui berapa besar kesalahan akibat adanya galat. Galat atau kesalahan

pencacahan (coverage errors) timbul karena beberapa orang luput dari sensus

tanpa dapat dihindari, misalnya gelandangan, sedang berpergian, atau over

look out oleh pencacah/pewawancara. Galat juga dapat terjadi akibat

kegagalan dalam melaporkan atau mencacat umur dari penduduk yang

dihitung dalam sensus atau karena umur yang dilaporkan salah. Oleh karena

itu untuk mengetahui seberapa besar kesalahan tersebut perlu diadakan

evlauasi terhadap distribusi umur sebelum digunakan dalm perhitungan untuk

dasar suatu kebijaksanaan. Untuk mengadakan evaluasi terhadap umur, serta

perapiaanya, sebelum data digunakan dalam perhitungan proyeksi penduduk

atau ukuran demografi yang lain ad beberapa metode evaluasi yaitu:

a. Index gabungan (Joint Score Index)

b. Mayers Index

c. Grafik Piramida penduduk

d. Survey Antar Sensus

e. Distribusi Frekuensi

Untuk melakukan perhitungan indeks gabungan maka terlebih dahulu

perlu dilakukan perhitungan:

1. Ratio Sex (RS)

2. Ratio umur penduduk laki-laki maupun perempuan (RUL/RUP)

3. Index Ratio Sex (IRS)

4. Index Ratio umur penduduk laki-laki maupun perempuan

5. Indeks Gabungan

Joint Score Index (Indeks Gabungan)

Salah satu metode yang digunakan dalam evaluasi data yaitu Joint

Score Index (Indeks Gabungan). Cara ini dilakukan agar perbedaan Ratio

5

Sex, antara rasio umur penduduk laki – laki dan perempuan tidak begitu

besar sehingga diharapkan jumlah penduduk pada umur tertentu tidak akan

besar perbedaannya dengan jumlah penduduk pada umur berdekatan

sehingga perbedaan ratio umur penduduk laki – laki maupun perempuan

pada tiap – tiap golongan umur adalah kecil.

Data yang diperlukan dalam perhitungan Joint Score Indeks adalah

distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dengan interval umur

5 tahun. Sedangkan tahap perhitungannya adalah sebagai berikut,

menghitung Ratio Sex (RS), menghitung Ratio Umur Penduduk Laki-Laki

maupun Perempuan (RUL/RUP), menghitung Indeks Ratio Sex (IRS),

menghitung Indeks Ratio Umur Penduduk Laki-Laki maupun Perempuan,

menghitung Indeks Gabungan. Metode perhitungan yang dipakai adalah

dengan menggunakan mitode kolom yaitu, kolom (1) merupakan distribusi

umur dengan interval 5 tahun, kolom (2) jumlah penduduk laki-laki, kolom

(3) jumlah penduduk perempuan, kolom (4) adalah resiko sex antara

penduduk laki-laki dengan perempuan, kolom (5) merupakan selisih rasio

sex dari umur yang berdekatan, kolom (6) adalah rasio umur penduduk laki-

laki dengan umur yang berdekatan, kolom (7) merupakan selisih rasio umur

dengan bilangan konstanta K yaitu 100, untuk penduduk laki-laki, kolom (8)

adalah rasio umur penduduk perempuan dengan umur yang berdekatan,

kolom (9) merupakan selisih rasio umur dengan bilangan konstanta K yaitu

100, untuk penduduk perempuan.

Pada Kabupaten Madiun daerah pedesaan mempunyai nilai Joint

Score Index (JSI) sebesar 46,182. Nilai JSI 46,182 terletak diantara 30 - 60,

maka dapat dikatakan data Kabupaten Madiun daerah pedesaan

merupakan data yang jelek. Perhitungan di lampirkan.

Mayers Index

Setelah dihitung besarnya nilai index Gabungan perlu juga diketahui

apakah ada semacam ruangan bahwa penduduk lebih cenderung memilih

angka-angka akhir tertentu di dalam memberikan jawaban mengenai umur.

Angka-angka akhir yang mana disenangui oleh penduduk seperti halnya

6

umur untuk akhir : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Untuk mengetahui pola

kecenderungan angka akhir yang disenangi dapat dihitung dengan Index

Mayers’(The Methods and matherials of Demography, 1973 : 26-208) yaitu

suatu angka dapat memperlihatkan besarnya kesalahan dalam pelaporan

serta pencatatan umur penduduk.

Pada Kabupaten Madiun daerah pedesaan mempunyai nilai Joint

Score Index (JSI) sebesar 8,01. Nilai MI, 8,01 adalah kurang dari 10, maka

dapat dikatakan data Kabupaten Madiun daerah pedesaan merupakan data

yang tergolong baik dan penduduk cenderung tidak memilih angka tertentu.

Perhitungan di lampirkan.

Grafik Piramida Penduduk

Pembuatan grafik piramida penduduk dengan interval satu tahun akan

memudahkan untuk mengetahui perbedaan jumlah penduduk pada umur

dengan angka-angka akhir tertentu.

Survey Antar Sensus

Metode Survey antar sensus sangat baik untuk melihat perbandingan

jumlah penduduk dalam jangka waktu dua sensus yang pada umumnya

dilakukan tiap 10 tahun sekali untuk Indonesia.

Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi dipergunakan untuk menggambarkan profil

penduduk menurut karakteristik tertentu,misalnya: umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, agama dan kewarganegaraan

2.2 Level Mortality

Level of Mortality adalah suatu cara yang digunakan untuk

menghitung data-data demografi, misalnya, data untuk perapian penduduk,

proyeksi penduduk. Ada 2 metode yang digunakan dalam perhitungan Level

of Mortality, yaitu metode Brass dan metode Sullivan.

7

Metode Brass

Metode ini memerlukan data jumlah penduduk wanita pada usia

produktif, jumlah anak yang dilahirkan hidup dalam pengolongan umur,

jumlah anak yang masih hidup dalam pengolongan umur. Cara perhitungan

metode Brass adalah, menghitung rata-rata jumlah anak lahir hidup (ALH)

serta anak masih hidup (AMH) pada tiap golongan umur, menghitung

proporsi wanita yang pernah kawin tiap golongan umur, menghitung

proporsi rata-rata anak meninggal

I = AMH/ALH

menghitung besarnya nilai faktor pengali yaitu P1/P2

Jika P1/P2 dapat diketahui tinggal menghitung faktor pengali dimana

harganya sering tidak tepat sehingga memerlukan interpolasi, merapikan

proporsi anak yang meninggal dengan faktor pengali, tiap-tiap kelompok

tersebut dihitung anak yang masih hidup, menghitung besarnya Level of

Mortality dengan cara interpolasi. Metode ini memiliki beberapa kelemhan

yaitu hasil perhitungan yang diperoleh kadang tidak akurat, sehingga sering

terjadi kesalahan pada perhitungan tahap yang selanjutnya.

Dari hasil perhitungan level of mortality menggunakan metode Brass

diperoleh level of mortality Kabupaten Madiun daerah pedesaan memiliki

Level 23. Perhitungan dilampirkan.

Metode Sullivan

Metode ini lebih sederhana daripada metode Brass. Tingkat

keakuratan metode ini lebih tinggi apabila dibandingkan metode Brass. Cara

perhitungan Metode Sullivan lebih sederhana daripada mitode Brass yaitu,

menggunakan persaman regresi

q/D = A+B (P2/P3)

unuk menghitung besarnya Level of Mortality menggunakan rumus

x = I0 (1-q).

Dari Perhitungan Level of Mortality Kabupaten Madiun daerah

pedesaan diperoleh Level 23. Data ini yang akan digunakan untuk

perhitungan selanjutnya.

8

Dari hasil perhitungan level of mortality menggunakan metode

Sullivan diperoleh level of mortality Kabupaten Madiun daerah pedesaan

memiliki Level 23. Perhitungan dilampirkan.

2.3 Smothing Data

Setelah data dievaluasi, maka dapat diketahui seberapa besar

kesalahannya, walaupun belum dapat diketahui secara pasti letak

kesalahannya. Perapian data perlu dilakukan untuk mengurangi bahkan

kalau mungkin untuk menghilangkan dari kesalahan – kesalahan sebelum

data digunakan dalam perhitungan ukuran – ukuran Demografi. Terdapat

dua metode dalam perapian data, yaitu:

Pertama, Metode Graduasi. Metode ini digunakan untuk merapikan

data distribusi umur dengan interval lima tahunan dengan memperhatikan

mortalitas daerah bersangkutan. Pada prinsipnya, di dalam perapian

penduduk dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Perapian penduduk golongan umur 15 – 19 tahun sampai 65 – 69

tahun. Untuk perapian penduduk kelompok ini cara

perhitungannya baik laki – laki maupun perempuan menggunakan

smothing of recorder age distribution.

b. Perapian penduduk golongan umur 0 – 4, 5 – 9 dan 10 – 14 tahun.

Untuk ini kita mencari jumlah kelahiran bayi perempuan yaitu

dengan mengalikan tingkat fertilitas dengan penduduk perempuan

yang ditimbang, kemudian dengan memperhatikan tingkat

mortalitas, akan diketahui jumlah penduduk perempuan setelah

perapian. Untuk penduduk laki – laki, digunakan rumus:

Rumus = Lx (M) x 1,05 x Jumlah perempuan tahun tersebut

Lx (F)

c. Perapian penduduk umur 70 – 74 dan 75+. Untuk ini terlebih

dahulu mencari CGR (R), kemudian R dipakai sebagai dasar

pencarian prosentase penduduk golongan ini terhadap jumlah

penduduk keseluruhan.

9

Perapian pertama ini kemudian hasilnya dirapikan kembali kedua

kalinya, atau dikenal dengan istilah perapian kedua. Pada perapian kedua,

jumlah penduduk hasil perapian II harus sama dengan jumlah penduduk

sebelum dirapikan.

Tahap perhitungan pada perapian penduduk adalah, menghitung

tingkat mortalitas dengan metode Brass dan Sullivan (Level of Mortality),

merapikan data komposisi penduduk dari golongan umur 10-69 dengan

rumus

Menghitung proyeksi penduduk (Level of Mortality) dengan

penduduk perempuan ditimbang, menghitung tingkat fertilitas (Level of

fertility) dengan penduduk perempuan ditimbang, menghitung fertilitas

dengan survival ratio diman hasil dari perhitungan tersebut digunakan untuk

merapikan data golongan umur 0-4, 5-9, dan 10-14 untuk penduduk

perempuan dan laki-laki,merapikan data komposisi penduduk golongan

umur 70-74 tahun dan 75 tahun + dengan metode penduduk stabil.

Kedua, Metode Graduate Reorientation. Digunakan untuk merpikan

data dengan memecah golongan umur tertentu kemudian dikelompokkan

kembali seperti pada semula,tanpa memperhatikan tingkat mortalitas seperti

pada metode sebelumnya. Dalam metode ini kelompok umur yang berakhir

dengan angka 0 dan 5 diletakkan ditengah-tengah masing-masimg

kelompok sesuai dengan pola kecenderungan angak akhir yang memilih

kelompok umur. Untuk perhitungan smothing data Kabupaten Madiun

dilampirkan.

2.4 Proyeksi Penduduk

Setelah data dirapikan sehingga dapat mengurangi atau meniadakan

kesalahan yang ada, maka data tersebut dapat digunakan untuk berbagai

analisis demografi yang salah satu diantaranya adalah proyeksi penduduk.

Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000 yang diproyeksikan dengan

interval waktu 5 tahun yaitu 2000 – 2005 – 2010 – 2015 – 2020 – 2025 –

2030.

1/16 (-W-2+4W-1+10W0+4W1-W2)

10

Proyeksi penduduk yang digunakan hanya menggunakan metode

komponen, metode ini hanya melibatkan satu komponen demografi saja

yaitu fertilitas. Asumsi fertilitas yang digunakan diantaranya:

1) Diasumsikan bahwa TFR pada tahun 2030 turun 50% dari sebelum

program KB dilaksanakan di Indonesia.

2) Diasumsikan bahwa penurunan fertilitas lebih lambat, hanya sekitar

separuh dari asumsi yang pertama yakni 25% dari sebelum

program KB dilaksanakan di Indonesia sampai dengan 2030.

3) Diasumsikan bahwa fertilitas tidak mengalami penurunan

meskipun KB dilaksanakan atau tidak ada program KB.

Proyeksi penduduk yang didasarkan pada asumsi fertilitas pertama

disebut proyeksi penduduk varian rendah, yang didasarkan pada asumsi

fertilitas kedua disebut proyeksi penduduk varian tinggi, sedangkan yang

didasarkan pada asumsi ketiga disebut varian sangat tinggi. Di dalam

proyeksi penduduk terdapat banyak langkah yang harus ditempuh, antara

lain:

1) Mencari tingkat kelahiran bayi wanita menurut umur.

2) Mencari tingkat kelahiran menurut umur (ASBR) dengan anggapan

sex ratio pada saat kelahiran 1,05.

3) Memproyeksikan ASBR mulai tahun 2000 – 2030 dengan asumsi

ASBR turun 50%, 25%, dan tetap.

4) Memproyeksikan penduduk umur 0-4 s/d 75+ dengan metode

reserve survival ratio laki-laki dan perempuan mulai tahun 2000 –

2030.

5) Menghitung estimasi jumlah kelahiran laki-laki dan perempuan

dari tahun 2000 s/d 2030 yang terlebih dahulu menghitung

penduduk wanita usia subur (15 – 49) tahun antar periode 2000 –

2005, 2005 – 2010, 2010 – 2015, 2015 – 2020, 2020 – 2025, dan

2025 – 2030.

6) Memproyeksikan penduduk yang berusia 0 tahun dari tahun 2000

s/d tahun 2025.

11

7) Analisis hasil proyeksi penduduk. Untuk hasil perhitungan

proyeksi penduduk Kabupaten Madiun dilampirkan.

12

BAB III

PERENCANAAN PENDIDIKAN

Dalam mengartikan pendidikan, setiap personal mempunyai arti

sendiri dalam mengartikan pendidikan. Berikut beberapa contoh arti

pendidikan yang ada. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232,

Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata

"me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.

Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan

dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut bahasa

Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu kata "paid" artinya

"anak" sedangkan "agogos" yang artinya membimbing "sehingga "pedagogi"

dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak". Menurut UU No.20

tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Perencanaan pendidikan merupakan seperangkat tindakan untuk

memecahkan berbagai permasalahan, khususnya masalah social dan ekonomi

pada satu periode rencana, yang berorientasi pada horizon waktu ‘yang akan

datang’, pada jenis dan tingkatan perencanaan tertentu, di masa yang akan

datang (Alden, 1974: 1-2).

3.1 Pertambahan Penduduk

Pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor penting didalam

Demografi. Karena pertambahan penduduk disamping akan berpengaruh

terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga berpengaruh terhadap kondisi

sosial ekonomi suatu daerah atau negara. Misalnya saja dengan bertambahnya

penduduk berarti harus bertambah pula ketersediaan bahan makanan, rumah,

kesempatan kerja, dan juga prasarana sekolah seperti jumlah gedung.

13

𝑟 = 𝐿𝑜𝑔

𝑃𝑛𝑃𝑜

𝑛 𝐿𝑜𝑔 𝑒

Pertambahan penduduk dapat diukur dengan dua aspek yakni, jumlah

penduduk total dan variabel demografi. Pertambahan penduduk yang diukur

dengan jumlah penduduk total ada beberapa cara, antara lain:

a) Absolute (Cara yang paling sederhana)

b) Relative

c) Aritmathic (Rata-rata hitung)

d) Geometris

e) Eksponensial

f) Pengukuran jumlah tahun, dan

g) Balancing Equation

Dalam menghitung pertambahan penduduk, pada laporan ini

menggunakan cara eksponensial.

Eksponensial

Yaitu pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus menerus setiap

waktu. Ukuran pertambahan penduduk secara eksponenesial ini lebih tepat,

mengingat bahwa dalam kenyataannya pertumbuhan penduduk berlangsung

terus menerus.

Rumus pertambahan penduduk dengan cara eksponensial:

Pn = Po

=

Log (

) =

Keterangan:

Pn = Jumlah Penduduk tahun akhir ke- n

Po = Jumlah Penduduk tahun awal

r = Pertambahan Penduduk

n = Jumlah Tahun

e = 2,71828, nilai Log e = Log 2,71828 = 0,4343

Pertambahan penduduk yang diukur dengan aspek Variabel

Demografi meliputi kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi.

14

Tabel Pertambahan Penduduk Kabupaten Madiun

Tahun

Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap

Jumlah Penduduk r Jumlah Penduduk r Jumlah Penduduk r

2000 448922

448922

448922

2010 539631 1,84 539631 1,84 539631 1,84

2020 571798 0,58 573592 0,61 580782 0,73

2030 570748 0,02 589914 0,28 616629 0,60

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pertambahan

penduduk Kabupaten Madiun mengalami penurunan dalam jangka waktu 10

tahun. Hal ini terlihat pada tabel bahwa dari tahun 2000 – 2010 terjadi

pertambahan sebesar 1,84% sedangkan tahun 2010 – 2020 sebesar 0,58%

dan pada tahun 2020 – 2030 sebesar 0,20%. Perhitungan dilampirkan.

3.2 Jumlah Anak Usia Sekolah

Dari hasil pemecahan umur penduduk dar tahun 2000 sampai tahun

2030 usia 15-19 dapat diketahui berapa jumlah anak usia SMA/MA dan

sederajad. Pada umumnya anak usia SMA/MA dan sederajad yang standard

adalah umur 16 – 18 tahun. Dibawah ini adalah tabel hasil dari pemecahan

umur 15 – 19 pada Kabupaten Madiun dari berbagai asumsi.

Pemecahan Umur 15 - 19

Tahun

Asumsi 50%

P15 P16 P17 P18 P19

2000 8365 8589 8652 8458 8106

2010 8375 8665 8805 8695 8435

2020 8952 8999 8947 8742 8451

2030 8172 8311 8433 8540 8629

15

Tahun Asumsi 25%

P15 P16 P17 P18 P19

2000 8365 8589 8652 8458 8106

2010 8375 8665 8805 8695 8435

2020 8952 8999 8947 8742 8451

2030 8252 8328 8410 8501 8595

Tahun Asumsi Tetap

P15 P16 P17 P18 P19

2000 8365 8589 8652 8458 8106

2010 8375 8665 8805 8695 8435

2020 8922 8996 8962 8756 8455

2030 8907 8875 8849 8831 8818

Dari hasil pemecahan diatas didapat jumlah anak usia sekolah di

Kabupaten Madiun. Anak usia sekolah pada tabel diperoleh dari umur 16, 17,

dan 18 untuk anak yang duduk di bangku SMA/MA dan sederajad.

Perhitungan dilampirkan.

Jumlah Anak Usia Sekolah

Tahun

Asumsi Turun

50%

Asumsi Turun

25% Asumsi Tetap

AUS % AUS % AUS %

2000 25699 24,75 25699 24,76 25699 24,44

2010 26165 25,20 26165 25,21 26165 24,89

2020 26688 25,70 26688 25,71 26714 25,41

2030 25284 24,35 25239 24,32 26555 25,26

Jumlah 103836 100 103791 100 105133 100

16

𝑟 = 𝐿𝑜𝑔

𝑃𝑛𝑃𝑜

𝑛 𝐿𝑜𝑔 𝑒

3.3 Pertambahan Anak Usia Sekolah

Pertambahan anak usia sekolah samahalnya dengan perhitungan pada

pertambahan penduduk yaitu dengan menggunakan rumus eksponensial.

Akan tetapi pada pertambahan anak usia sekolah jumlah penduduk diganti

dengan jumlah anak usia sekolah.

Pertambahan Anak Usia Sekolah

Tahun

Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap

AUS R AUS r AUS r

2000 25699

25699

25699

2010 26165 0,18 26165 0,18 26165 0,18

2020 26688 0,20 26688 0,20 26714 0,21

2030 25284 0,54 25239 0,56 26555 0,06

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan

pertambahan anak usia sekolah pada tiap 10 tahun pada berbagai asumsi.

Untuk perhitungan dilampirkan.

3.4 Perencanaan Kebutuhan Guru

Jumlah ideal untuk satu gedung sekolah dalam satu kelas memiliki 40

siswa, dengan jumlah guru bidang study 14 guru dengan rincian guru

matematika, guru Agama, guru Kimia, guru Biologi, guru Fisika, guru

Geografi, guru Sosiologi, guru Ekonomi, guru Akutansi, guru Bahasa

Indonesia, guru Bahasa Inggris, guru Kewarganegaraan, guru Olahraga, guru

Sejarah, dan guru Komputer. Serta tambahan guru muatan lokal sebanyak 5

guru. Pada setiap satu sekolah terdapat 24 kelas dengan masing-masing

tingkatan terdapat 8 kelas.

17

Rumus Untuk Menghitung data diatas adalah:

Untuk perhitungan dilampirkan.

3.5 Perencanaan Kebutuhan Gedung Sekolah

Gedung sekolah merupakan sarana terpenting dalam penyelenggaraan

pendidikan, dimana gedung merupakan tempat pendidikan tersebut

berlangsung. Gedung sekolah yang memadai merupakan harapan dan

kemajuan bagi dunia pendidikan. Dalam perencanaan pengembangan

pendidikan, pengadaan gedung dan renovasi menjadi penting guna

meningkatkan kulitas pendidikan. Kebutuhan untuk gedung sekolah perlu

mendapat perhatian dimana semakin tahun jumlah penduduk di tiap

kabupaten semakin bertambah dan ini akan menambah jumlah anak usia

sekolah. Sehingga perlu dihitung seberapa besar kebutuhan gedung sekolah

yang mengacu berdasarkan jumlah anak usia sekolah pada perhitungan

sebelumnya.

Jumlah Kebutuhan Guru

Tahun

Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap

AUS Daya

Tampung

Keb.

Guru AUS

Daya

Tampung

Keb.

Guru AUS

Daya

Tampung

Keb.

Guru

2000 25699 40 380 25699 40 380 25699 40 380

2010 26165 40 387 26165 40 387 26165 40 387

2020 26688 40 394 26688 40 394 26714 40 395

2030 25284 40 374 25239 40 373 26555 40 392

Kebutuhan Guru = ((𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 x14)+5

18

Kebutuhan gedung sekolah dapat dihitung dengan rumus:

Daya Tampung = 40 siswa

Jumlah Kelas = 24 Kelas

Perencanaan Kebutuhan Gedung

Tahun

Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap

AUS Satuan

Ged

Keb.

Ged AUS

Satuan

Ged

Keb.

Ged AUS

Satuan

Ged

Keb.

Ged

2000 25699 960 27 25699 960 27 25699 960 27

2010 26165 960 27 26165 960 27 26165 960 27

2020 26688 960 28 26688 960 28 26714 960 28

2030 25284 960 26 25239 960 26 26555 960 28

Untuk perhitungan dilampirkan.

Kebutuhan Gedung = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

19

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sensus penduduk yang telah dilakukan di Indonesia sebanyak lima

kali semenjak kemerdekaan menghasilkan data kependudukan yang sangat

kompleks. Data kependudukan digunakan dalam proses pembangunan baik di

bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Data kependudukan

yang diperoleh dari sensus penduduk menyangkut jumlah dan komposisi

penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Dalam laporan ini data

kependudukan digunakan untuk merencanakan pengembangan pendidikan

khususnya dalam memproyeksikan jumlah siswa SMA/MA dan sederajad

dengan asumsi turun 50%, 25 %, dan tetap. Dari proyeksi tersebut maka dapat

dicari jumlah guru dan gedung sekolah.

Realisasi pengembangan perencaan pendidikan di Indonesia

mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah yaitu dengan

menganggarkan 20% dari APBN untuk pembangunan pendidikan.

Pembangunan pendidikan yang diharapkan adalah peningkatan mutu

pendidikan di Indonesia. Upaya pemerintah tersebut direalisasikan dengan

adanya program bantuan operasional sekolah (BOS), sertifikasi guru yang

bertujuan menaikan kualitas guru serta mensejahterakan guru.

Dalam laporan perencanaan pengembangan pendidikan tingkat

SMA/MA dan sederajad ini didapatkan data asumsi penurunan fertilitas 50%,

25%, dan tetap antara tahun 2000 - 2030. Sehingga setiap asumsi penurunan

fertilitas tersebut mempunyai hasil yang berbeda meskipun pada tahun yang

sama. Usia yang termasuk anak usia SMA/MA dan sederajad berkisar antar

umur 16-18 tahun. Sehingga dari data sensus penduduk 2000 harus diolah

melalui beberapa proses (yang tercantum pada lampiran) kemudian

diasumsikan dengan beberapa tingkat penurunan fertilitas dari tahun 2000

sampai 2030.

Dalam perencanaan kebutuhan gedung dan guru ini digunakan asumsi

bahwa:

20

a. Jumlah guru per kelas adalah 19 orang, yang didasarkan pada

banyaknya mata pelajaran di SMA/MA dan sederajad.

b. Dalam 1 gedung sekolah terdapat 3 tingkat kelas (kelas X, XI, dan

XII) serta 19 guru per tingkat kelas tersebut , sehingga guru yang

dibutuhkan per gedung sekolah adalah 57 guru per sekolah.

c. 1 ruang terdapat 40 siswa, tiap tingkat kelas terdiri dari 8 ruang,

sehingga tiap tingkat kelas terdapat 320 siswa. Sehingga, Dalam 1

gedung sekolahan terdapat 960 siswa.

4.2 Implikasi Kebijakan

Dalam perencanaan pendidikan, peran aktif pemerintah sangat

berpengaruh terhadap tercapainya perencanaan yang akan diterapkan.

Implikasi kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah, semuanya

dilakukan untuk tercapainya kualitas pendidikan yang lebih baik.

Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, pada dasarnya

pelayanan pendidikan yang bermutu merupakan hak bagi seluruh warga

negara Indonesia. Meskipun demikian kenyataan menunjukkan bahwa saat ini

belum semua warga negara dapat memperoleh haknya atas pendidikan. Oleh

karena itu pemerintah sebagai penyelenggara negara wajib berupaya untuk

memenuhinya. Dalam kebijakan Ditjen Mandikdasmen, disebutkan mengenai

konsep, indikator keberhasilan, dan sumber daya pendukung untuk kebijakan

pemerataan dan perluasan akses pendidikan sebagai berikut.

21

Kebijakan Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

Konsep Indikator

Keberhasilan

Pendukung Program

Pendidikan untuk

semua

Pemenuhan

pendidikan

menengah

dengan rasio

SMA/SMK

kejuruan yang

tepat

Tuntas Wajar 9 tahun

APK Diknas daerah

tertinggal lebih besar

atau sama dengan

75%

Rintisan Wajib

belajar 12 tahun

Memperbesar daya

tampung

Mendekatkan

pendidikan pada

masyarakat

Menciptakan

siatem insetif

untuk

menumbuhkan

aspirasi pendidikan

Pemerataan dan

perluasan

kesempatan

pendidikan

Menarik

keterlibatan

daerah dalam

pembangunan

pendidikan

Menamabah

tenaga

pendidik dan

tenaga

kependidikan

Pengembangan

Sarana dan

prasarana

pendidikan

Komponen-komponen konsep pemerataan pendidikan ini secara lebih

jelas diungkapkan oleh Schiefelbein dan Farrel (1982). Berdasarkan konsep

mereka, pemerataan pendidikan atau equality of educational opportunity tidak

hanya terbatas pada, apakah murid memiliki kesempatan yang sama untuk

masuk sekolah (pemerataan kesempatan pendidikan secara pasif menurut

Coleman), tetapi lebih dari itu, murid tersebut harus memperoleh perlakuan

yang sama sejak masuk, belajar, lulus, sampai dengan memperoleh manfaat

dari pendidikan yang mereka ikuti dalam kehidupan di masyarakat.

Pertama, pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of

access). Konsep ini berkaitan erat dengan tingkat partisipasi pendidikan

sebagai indikator kemampuan sistem pendidikan dalam memberikan

22

kesempatan seluas-luasnya bagi anak usia sekolah untuk memperoleh

pendidikan.

Kedua, pemerataan kesempatan untuk bertahan di sekolah (equality of

survival). Konsep ini menitikberatkan pada kesempatan setiap individu untuk

memperoleh keberhasilan dalam pendidikan dan pelatihan. Jenis analisis ini

mencurahkan perhatian pada tingkat efisiensi internal sistem pendidikan

dilihat dari beberapa indikator yang dihasilkan dari metode Kohort. Metode

ini mempelajari efisiensi pendidikan berdasarkan murid-murid yang berhasil

dibandingkan dengan murid-murid yang mengulang kelas dan yang putus

sekolah.

Ketiga, pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan

dalam belajar (equality of output). Konsep output pendidikan biasanya diukur

dengan prestasi belajar akademis. Di pandang dari sudut sistemnya itu

sendiri, konsep ini menggambarkan seberapa jauh sistem pendidikan itu

efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas, efektif dalam

mengisi kekurangan tenaga kerja yang dibutuhkan, dan mampu melakukan

kontrol terhadap kemungkinan kelebihan tenaga kerja dalam hubungannya

dengan jumlah yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.

Keempat, pemerataan kesempatan dalam menikmati manfaat

pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality ot outcome). Konsep ini

menggambarkan keberhasilan pendidikan secara eksternal (exsternal

efficiency) dari suatu sistem pendidikan dan pelatihan dihubungkan dengan

penghasilan lulusan (individu), jumlah dan komposisi lulusan disesuaikan

dengan kebutuhan akan tenaga kerja (masyarakat), dan yang lebih jauh lagi

pertumbuhan ekonomi (masyarakat). Teknik-teknik analisis yang digunakan

biasanya meliputi analisis rate of return to education, hubungan pendidikan

dengan kesempatan kerja, fungsi produksi pendidikan dengan menggunakan

pendekaan ”status attainment analytical model”, dan sebagainya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2001. Karakteristik Penduduk Kabupaten Madiun. Madiun:

BPS.

Budijanto. 2004. Analisis Demografi Teknik. Malang: UM Press.