Upload
independent
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan
yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau
perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk tidak sama pada berbagai
tempat, begitu pula di setiap daerah, provinsi, atau kota yang ada di
Indonesia. Pertumbuhan penduduk di daerah tertentu lebih besar di
bandingkan dengan daerah lainnya, contohnya : DKI Jakarta, Bandung dan
Yogyakarta yang merupakan pusat pendidikan sehingga pertumbuhan
penduduknya lebih besar dibandingkan daerah lainnya ini salah satunya
diakibatkan oleh migrasi, dimana mereka yang ingin mendapatkan pendidikan
yang tidak ada di tempat tinggal mereka sebelumnya dan ingin melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi.
Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah,
guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut. Kualitas sumber daya manusia
pada suatu daerah di pengaruhi tergantung kebanyakan orang berpendidikan
rendah atau tinggi, misalnya di suatu negara kebanyakan pendidikannya
rendah, berarti kualitas sumber daya manusianya rendah.
Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan
penting, karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei
maupun pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau
pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan. Faktor-faktor
demografi, diantaranya dengan melalui sensus penduduk, survei, ini dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan
kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan.
Kabupaten Madiun merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi
Jawa Timur. Kabupaten Madiun berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro
disebelah utara, Kabupaten Nganjuk disebelah timur, Kabupaten Ponorogo
disebelah selatan, serta Kota Madiun, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten
2
Magetan disebelah barat. Kabupaten Madiun memiliki luas wilayah 1.010,21
km2 dengan populasi 1.327.000 jiwa. Kabupaten madiun merupakan daerah
industri Perusahaan kereta api dan juga pusat kerajinan dari kulit. Adanya
kegiatan industri tersebut mendorong masyarakat dari daerah sekitar untuk
melakukan migrasi ke Kabupaten Madiun dan berpengaruh kepada jumlah
penduduk.
Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi masalah apabila
penduduk tidak memiliki pendidikan yang berbanding lurus dengan jumlah
penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Program wajib belajar 9
tahun menjadi solusi pemerintah dalam memerangi kebodohan dalam
masyarakat. Mutu pendidikan seseorang yang rendah maka juga akan
berpengaruh pada kehidupan sosial ekonominya. Jika ditinjau lebih lanjut,
masih ada beberapa sarana prasarana yang sudah seharusnya diperbaiki tapi
itu tidak terlaksana sehingga siswa tidak nyaman dalam belajar. Maka dari itu
ada perlunya suatu sekolah menyusun suatu rencana untuk mengembangkan
tingkat pendidikan. Pengembangan perlu dilakukan dari segi siswa, guru yang
berkompeten/ kepala sekolah/tenaga kependidikan lainnya, buku
penunjang(bahan belajar), sarana prasarana, peraturan sekolah yang tegas,,
kuríkulum, lingkungan, sarana fasilitas, proses belajar-mengajar. Melalui
perencanaan pengembangan pendidikan di tingkat SMA/MA atau sederajad
diharapkan dapat membantu pemerintah menyiapakan pranata sekolah
khususnya di tingkat SMA/MA atau sederajad wilayah Kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud evaluasi data?
2. Apa yang dimaksud dengan level mortality?
3. Apa yang dimaksud dengan smoothing data ?
4. Apa yang dimaksud dengan proyeksi penduduk ?
5. Berapa pertambahan penduduk di Kabupaten Madiun (daerah pedesaan) ?
6. Berapa Jumlah anak usia sekolah (SMA dan sederajat) di Kabupaten
Madiun (daerah pedesaan) ?
3
7. Berapa pertambahan anak usia sekolah di Kabupaten Madiun (daerah
pedesaan)?
8. Berapa kebutuhan guru di Kabupaten Madiun (daerah pedesan) ?
9. Berapa kebutuhan gedung di Kabupaten Madiun (daerah pedesaan) ?
1.3 Tujuan Perencanaan
1. Untuk mengetahui evaluasi data
2. Untuk mengetahui level mortality
3. Untuk mengetahui smoothing data
4. Untuk mengetahui proyeksi penduduk
5. Untuk mengetahui pertambahan penduduk di Kabupaten Madiun (daerah
pedesaan)
6. Untuk mengetahui jumlah anak usia sekolah di Kabupaten Madiun
(daerah pedesaan)
7. Untuk mengetahui pertambahan penduduk anak usia SMA sederajat di
Kabupaten Madiun (daerah pedesaan)
8. Untuk mengetahui kebutuhan guru di Kabupaten Madiun (daerah
edesaan)
9. Untuk mengetahui kebutuhan gedung sekolah di Kabupaten Madiun
(daerah pedesaan)
1.4 Kegunaan/manfaat Perencanaan
Dari berbagai macam pengolahan data demografi (mulai dari eveluasi
data, mencari level of mortality, smoothing data, proyeksi penduduk), kita
dapat membuat perencanaan pembangunan untuk tahun-tahun berikutnya.
Dalam makalah ini mengkhususkan perencanaan dalam bidang pendidikan di
Kabupaten Madiun (daerah pedesaan). Perencanaan itu mencakup kebutuhan
guru dan kebutuhan gedung sekolah.
4
BAB II
PENGOLAHAN DATA
2.1 Evaluasi Data
Evaluasi data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengetahui berapa besar kesalahan akibat adanya galat. Galat atau kesalahan
pencacahan (coverage errors) timbul karena beberapa orang luput dari sensus
tanpa dapat dihindari, misalnya gelandangan, sedang berpergian, atau over
look out oleh pencacah/pewawancara. Galat juga dapat terjadi akibat
kegagalan dalam melaporkan atau mencacat umur dari penduduk yang
dihitung dalam sensus atau karena umur yang dilaporkan salah. Oleh karena
itu untuk mengetahui seberapa besar kesalahan tersebut perlu diadakan
evlauasi terhadap distribusi umur sebelum digunakan dalm perhitungan untuk
dasar suatu kebijaksanaan. Untuk mengadakan evaluasi terhadap umur, serta
perapiaanya, sebelum data digunakan dalam perhitungan proyeksi penduduk
atau ukuran demografi yang lain ad beberapa metode evaluasi yaitu:
a. Index gabungan (Joint Score Index)
b. Mayers Index
c. Grafik Piramida penduduk
d. Survey Antar Sensus
e. Distribusi Frekuensi
Untuk melakukan perhitungan indeks gabungan maka terlebih dahulu
perlu dilakukan perhitungan:
1. Ratio Sex (RS)
2. Ratio umur penduduk laki-laki maupun perempuan (RUL/RUP)
3. Index Ratio Sex (IRS)
4. Index Ratio umur penduduk laki-laki maupun perempuan
5. Indeks Gabungan
Joint Score Index (Indeks Gabungan)
Salah satu metode yang digunakan dalam evaluasi data yaitu Joint
Score Index (Indeks Gabungan). Cara ini dilakukan agar perbedaan Ratio
5
Sex, antara rasio umur penduduk laki – laki dan perempuan tidak begitu
besar sehingga diharapkan jumlah penduduk pada umur tertentu tidak akan
besar perbedaannya dengan jumlah penduduk pada umur berdekatan
sehingga perbedaan ratio umur penduduk laki – laki maupun perempuan
pada tiap – tiap golongan umur adalah kecil.
Data yang diperlukan dalam perhitungan Joint Score Indeks adalah
distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dengan interval umur
5 tahun. Sedangkan tahap perhitungannya adalah sebagai berikut,
menghitung Ratio Sex (RS), menghitung Ratio Umur Penduduk Laki-Laki
maupun Perempuan (RUL/RUP), menghitung Indeks Ratio Sex (IRS),
menghitung Indeks Ratio Umur Penduduk Laki-Laki maupun Perempuan,
menghitung Indeks Gabungan. Metode perhitungan yang dipakai adalah
dengan menggunakan mitode kolom yaitu, kolom (1) merupakan distribusi
umur dengan interval 5 tahun, kolom (2) jumlah penduduk laki-laki, kolom
(3) jumlah penduduk perempuan, kolom (4) adalah resiko sex antara
penduduk laki-laki dengan perempuan, kolom (5) merupakan selisih rasio
sex dari umur yang berdekatan, kolom (6) adalah rasio umur penduduk laki-
laki dengan umur yang berdekatan, kolom (7) merupakan selisih rasio umur
dengan bilangan konstanta K yaitu 100, untuk penduduk laki-laki, kolom (8)
adalah rasio umur penduduk perempuan dengan umur yang berdekatan,
kolom (9) merupakan selisih rasio umur dengan bilangan konstanta K yaitu
100, untuk penduduk perempuan.
Pada Kabupaten Madiun daerah pedesaan mempunyai nilai Joint
Score Index (JSI) sebesar 46,182. Nilai JSI 46,182 terletak diantara 30 - 60,
maka dapat dikatakan data Kabupaten Madiun daerah pedesaan
merupakan data yang jelek. Perhitungan di lampirkan.
Mayers Index
Setelah dihitung besarnya nilai index Gabungan perlu juga diketahui
apakah ada semacam ruangan bahwa penduduk lebih cenderung memilih
angka-angka akhir tertentu di dalam memberikan jawaban mengenai umur.
Angka-angka akhir yang mana disenangui oleh penduduk seperti halnya
6
umur untuk akhir : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Untuk mengetahui pola
kecenderungan angka akhir yang disenangi dapat dihitung dengan Index
Mayers’(The Methods and matherials of Demography, 1973 : 26-208) yaitu
suatu angka dapat memperlihatkan besarnya kesalahan dalam pelaporan
serta pencatatan umur penduduk.
Pada Kabupaten Madiun daerah pedesaan mempunyai nilai Joint
Score Index (JSI) sebesar 8,01. Nilai MI, 8,01 adalah kurang dari 10, maka
dapat dikatakan data Kabupaten Madiun daerah pedesaan merupakan data
yang tergolong baik dan penduduk cenderung tidak memilih angka tertentu.
Perhitungan di lampirkan.
Grafik Piramida Penduduk
Pembuatan grafik piramida penduduk dengan interval satu tahun akan
memudahkan untuk mengetahui perbedaan jumlah penduduk pada umur
dengan angka-angka akhir tertentu.
Survey Antar Sensus
Metode Survey antar sensus sangat baik untuk melihat perbandingan
jumlah penduduk dalam jangka waktu dua sensus yang pada umumnya
dilakukan tiap 10 tahun sekali untuk Indonesia.
Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi dipergunakan untuk menggambarkan profil
penduduk menurut karakteristik tertentu,misalnya: umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama dan kewarganegaraan
2.2 Level Mortality
Level of Mortality adalah suatu cara yang digunakan untuk
menghitung data-data demografi, misalnya, data untuk perapian penduduk,
proyeksi penduduk. Ada 2 metode yang digunakan dalam perhitungan Level
of Mortality, yaitu metode Brass dan metode Sullivan.
7
Metode Brass
Metode ini memerlukan data jumlah penduduk wanita pada usia
produktif, jumlah anak yang dilahirkan hidup dalam pengolongan umur,
jumlah anak yang masih hidup dalam pengolongan umur. Cara perhitungan
metode Brass adalah, menghitung rata-rata jumlah anak lahir hidup (ALH)
serta anak masih hidup (AMH) pada tiap golongan umur, menghitung
proporsi wanita yang pernah kawin tiap golongan umur, menghitung
proporsi rata-rata anak meninggal
I = AMH/ALH
menghitung besarnya nilai faktor pengali yaitu P1/P2
Jika P1/P2 dapat diketahui tinggal menghitung faktor pengali dimana
harganya sering tidak tepat sehingga memerlukan interpolasi, merapikan
proporsi anak yang meninggal dengan faktor pengali, tiap-tiap kelompok
tersebut dihitung anak yang masih hidup, menghitung besarnya Level of
Mortality dengan cara interpolasi. Metode ini memiliki beberapa kelemhan
yaitu hasil perhitungan yang diperoleh kadang tidak akurat, sehingga sering
terjadi kesalahan pada perhitungan tahap yang selanjutnya.
Dari hasil perhitungan level of mortality menggunakan metode Brass
diperoleh level of mortality Kabupaten Madiun daerah pedesaan memiliki
Level 23. Perhitungan dilampirkan.
Metode Sullivan
Metode ini lebih sederhana daripada metode Brass. Tingkat
keakuratan metode ini lebih tinggi apabila dibandingkan metode Brass. Cara
perhitungan Metode Sullivan lebih sederhana daripada mitode Brass yaitu,
menggunakan persaman regresi
q/D = A+B (P2/P3)
unuk menghitung besarnya Level of Mortality menggunakan rumus
x = I0 (1-q).
Dari Perhitungan Level of Mortality Kabupaten Madiun daerah
pedesaan diperoleh Level 23. Data ini yang akan digunakan untuk
perhitungan selanjutnya.
8
Dari hasil perhitungan level of mortality menggunakan metode
Sullivan diperoleh level of mortality Kabupaten Madiun daerah pedesaan
memiliki Level 23. Perhitungan dilampirkan.
2.3 Smothing Data
Setelah data dievaluasi, maka dapat diketahui seberapa besar
kesalahannya, walaupun belum dapat diketahui secara pasti letak
kesalahannya. Perapian data perlu dilakukan untuk mengurangi bahkan
kalau mungkin untuk menghilangkan dari kesalahan – kesalahan sebelum
data digunakan dalam perhitungan ukuran – ukuran Demografi. Terdapat
dua metode dalam perapian data, yaitu:
Pertama, Metode Graduasi. Metode ini digunakan untuk merapikan
data distribusi umur dengan interval lima tahunan dengan memperhatikan
mortalitas daerah bersangkutan. Pada prinsipnya, di dalam perapian
penduduk dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Perapian penduduk golongan umur 15 – 19 tahun sampai 65 – 69
tahun. Untuk perapian penduduk kelompok ini cara
perhitungannya baik laki – laki maupun perempuan menggunakan
smothing of recorder age distribution.
b. Perapian penduduk golongan umur 0 – 4, 5 – 9 dan 10 – 14 tahun.
Untuk ini kita mencari jumlah kelahiran bayi perempuan yaitu
dengan mengalikan tingkat fertilitas dengan penduduk perempuan
yang ditimbang, kemudian dengan memperhatikan tingkat
mortalitas, akan diketahui jumlah penduduk perempuan setelah
perapian. Untuk penduduk laki – laki, digunakan rumus:
Rumus = Lx (M) x 1,05 x Jumlah perempuan tahun tersebut
Lx (F)
c. Perapian penduduk umur 70 – 74 dan 75+. Untuk ini terlebih
dahulu mencari CGR (R), kemudian R dipakai sebagai dasar
pencarian prosentase penduduk golongan ini terhadap jumlah
penduduk keseluruhan.
9
Perapian pertama ini kemudian hasilnya dirapikan kembali kedua
kalinya, atau dikenal dengan istilah perapian kedua. Pada perapian kedua,
jumlah penduduk hasil perapian II harus sama dengan jumlah penduduk
sebelum dirapikan.
Tahap perhitungan pada perapian penduduk adalah, menghitung
tingkat mortalitas dengan metode Brass dan Sullivan (Level of Mortality),
merapikan data komposisi penduduk dari golongan umur 10-69 dengan
rumus
Menghitung proyeksi penduduk (Level of Mortality) dengan
penduduk perempuan ditimbang, menghitung tingkat fertilitas (Level of
fertility) dengan penduduk perempuan ditimbang, menghitung fertilitas
dengan survival ratio diman hasil dari perhitungan tersebut digunakan untuk
merapikan data golongan umur 0-4, 5-9, dan 10-14 untuk penduduk
perempuan dan laki-laki,merapikan data komposisi penduduk golongan
umur 70-74 tahun dan 75 tahun + dengan metode penduduk stabil.
Kedua, Metode Graduate Reorientation. Digunakan untuk merpikan
data dengan memecah golongan umur tertentu kemudian dikelompokkan
kembali seperti pada semula,tanpa memperhatikan tingkat mortalitas seperti
pada metode sebelumnya. Dalam metode ini kelompok umur yang berakhir
dengan angka 0 dan 5 diletakkan ditengah-tengah masing-masimg
kelompok sesuai dengan pola kecenderungan angak akhir yang memilih
kelompok umur. Untuk perhitungan smothing data Kabupaten Madiun
dilampirkan.
2.4 Proyeksi Penduduk
Setelah data dirapikan sehingga dapat mengurangi atau meniadakan
kesalahan yang ada, maka data tersebut dapat digunakan untuk berbagai
analisis demografi yang salah satu diantaranya adalah proyeksi penduduk.
Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000 yang diproyeksikan dengan
interval waktu 5 tahun yaitu 2000 – 2005 – 2010 – 2015 – 2020 – 2025 –
2030.
1/16 (-W-2+4W-1+10W0+4W1-W2)
10
Proyeksi penduduk yang digunakan hanya menggunakan metode
komponen, metode ini hanya melibatkan satu komponen demografi saja
yaitu fertilitas. Asumsi fertilitas yang digunakan diantaranya:
1) Diasumsikan bahwa TFR pada tahun 2030 turun 50% dari sebelum
program KB dilaksanakan di Indonesia.
2) Diasumsikan bahwa penurunan fertilitas lebih lambat, hanya sekitar
separuh dari asumsi yang pertama yakni 25% dari sebelum
program KB dilaksanakan di Indonesia sampai dengan 2030.
3) Diasumsikan bahwa fertilitas tidak mengalami penurunan
meskipun KB dilaksanakan atau tidak ada program KB.
Proyeksi penduduk yang didasarkan pada asumsi fertilitas pertama
disebut proyeksi penduduk varian rendah, yang didasarkan pada asumsi
fertilitas kedua disebut proyeksi penduduk varian tinggi, sedangkan yang
didasarkan pada asumsi ketiga disebut varian sangat tinggi. Di dalam
proyeksi penduduk terdapat banyak langkah yang harus ditempuh, antara
lain:
1) Mencari tingkat kelahiran bayi wanita menurut umur.
2) Mencari tingkat kelahiran menurut umur (ASBR) dengan anggapan
sex ratio pada saat kelahiran 1,05.
3) Memproyeksikan ASBR mulai tahun 2000 – 2030 dengan asumsi
ASBR turun 50%, 25%, dan tetap.
4) Memproyeksikan penduduk umur 0-4 s/d 75+ dengan metode
reserve survival ratio laki-laki dan perempuan mulai tahun 2000 –
2030.
5) Menghitung estimasi jumlah kelahiran laki-laki dan perempuan
dari tahun 2000 s/d 2030 yang terlebih dahulu menghitung
penduduk wanita usia subur (15 – 49) tahun antar periode 2000 –
2005, 2005 – 2010, 2010 – 2015, 2015 – 2020, 2020 – 2025, dan
2025 – 2030.
6) Memproyeksikan penduduk yang berusia 0 tahun dari tahun 2000
s/d tahun 2025.
11
7) Analisis hasil proyeksi penduduk. Untuk hasil perhitungan
proyeksi penduduk Kabupaten Madiun dilampirkan.
12
BAB III
PERENCANAAN PENDIDIKAN
Dalam mengartikan pendidikan, setiap personal mempunyai arti
sendiri dalam mengartikan pendidikan. Berikut beberapa contoh arti
pendidikan yang ada. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232,
Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata
"me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan
dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut bahasa
Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu kata "paid" artinya
"anak" sedangkan "agogos" yang artinya membimbing "sehingga "pedagogi"
dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak". Menurut UU No.20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Perencanaan pendidikan merupakan seperangkat tindakan untuk
memecahkan berbagai permasalahan, khususnya masalah social dan ekonomi
pada satu periode rencana, yang berorientasi pada horizon waktu ‘yang akan
datang’, pada jenis dan tingkatan perencanaan tertentu, di masa yang akan
datang (Alden, 1974: 1-2).
3.1 Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor penting didalam
Demografi. Karena pertambahan penduduk disamping akan berpengaruh
terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga berpengaruh terhadap kondisi
sosial ekonomi suatu daerah atau negara. Misalnya saja dengan bertambahnya
penduduk berarti harus bertambah pula ketersediaan bahan makanan, rumah,
kesempatan kerja, dan juga prasarana sekolah seperti jumlah gedung.
13
𝑟 = 𝐿𝑜𝑔
𝑃𝑛𝑃𝑜
𝑛 𝐿𝑜𝑔 𝑒
Pertambahan penduduk dapat diukur dengan dua aspek yakni, jumlah
penduduk total dan variabel demografi. Pertambahan penduduk yang diukur
dengan jumlah penduduk total ada beberapa cara, antara lain:
a) Absolute (Cara yang paling sederhana)
b) Relative
c) Aritmathic (Rata-rata hitung)
d) Geometris
e) Eksponensial
f) Pengukuran jumlah tahun, dan
g) Balancing Equation
Dalam menghitung pertambahan penduduk, pada laporan ini
menggunakan cara eksponensial.
Eksponensial
Yaitu pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus menerus setiap
waktu. Ukuran pertambahan penduduk secara eksponenesial ini lebih tepat,
mengingat bahwa dalam kenyataannya pertumbuhan penduduk berlangsung
terus menerus.
Rumus pertambahan penduduk dengan cara eksponensial:
Pn = Po
=
Log (
) =
Keterangan:
Pn = Jumlah Penduduk tahun akhir ke- n
Po = Jumlah Penduduk tahun awal
r = Pertambahan Penduduk
n = Jumlah Tahun
e = 2,71828, nilai Log e = Log 2,71828 = 0,4343
Pertambahan penduduk yang diukur dengan aspek Variabel
Demografi meliputi kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi.
14
Tabel Pertambahan Penduduk Kabupaten Madiun
Tahun
Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap
Jumlah Penduduk r Jumlah Penduduk r Jumlah Penduduk r
2000 448922
448922
448922
2010 539631 1,84 539631 1,84 539631 1,84
2020 571798 0,58 573592 0,61 580782 0,73
2030 570748 0,02 589914 0,28 616629 0,60
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pertambahan
penduduk Kabupaten Madiun mengalami penurunan dalam jangka waktu 10
tahun. Hal ini terlihat pada tabel bahwa dari tahun 2000 – 2010 terjadi
pertambahan sebesar 1,84% sedangkan tahun 2010 – 2020 sebesar 0,58%
dan pada tahun 2020 – 2030 sebesar 0,20%. Perhitungan dilampirkan.
3.2 Jumlah Anak Usia Sekolah
Dari hasil pemecahan umur penduduk dar tahun 2000 sampai tahun
2030 usia 15-19 dapat diketahui berapa jumlah anak usia SMA/MA dan
sederajad. Pada umumnya anak usia SMA/MA dan sederajad yang standard
adalah umur 16 – 18 tahun. Dibawah ini adalah tabel hasil dari pemecahan
umur 15 – 19 pada Kabupaten Madiun dari berbagai asumsi.
Pemecahan Umur 15 - 19
Tahun
Asumsi 50%
P15 P16 P17 P18 P19
2000 8365 8589 8652 8458 8106
2010 8375 8665 8805 8695 8435
2020 8952 8999 8947 8742 8451
2030 8172 8311 8433 8540 8629
15
Tahun Asumsi 25%
P15 P16 P17 P18 P19
2000 8365 8589 8652 8458 8106
2010 8375 8665 8805 8695 8435
2020 8952 8999 8947 8742 8451
2030 8252 8328 8410 8501 8595
Tahun Asumsi Tetap
P15 P16 P17 P18 P19
2000 8365 8589 8652 8458 8106
2010 8375 8665 8805 8695 8435
2020 8922 8996 8962 8756 8455
2030 8907 8875 8849 8831 8818
Dari hasil pemecahan diatas didapat jumlah anak usia sekolah di
Kabupaten Madiun. Anak usia sekolah pada tabel diperoleh dari umur 16, 17,
dan 18 untuk anak yang duduk di bangku SMA/MA dan sederajad.
Perhitungan dilampirkan.
Jumlah Anak Usia Sekolah
Tahun
Asumsi Turun
50%
Asumsi Turun
25% Asumsi Tetap
AUS % AUS % AUS %
2000 25699 24,75 25699 24,76 25699 24,44
2010 26165 25,20 26165 25,21 26165 24,89
2020 26688 25,70 26688 25,71 26714 25,41
2030 25284 24,35 25239 24,32 26555 25,26
Jumlah 103836 100 103791 100 105133 100
16
𝑟 = 𝐿𝑜𝑔
𝑃𝑛𝑃𝑜
𝑛 𝐿𝑜𝑔 𝑒
3.3 Pertambahan Anak Usia Sekolah
Pertambahan anak usia sekolah samahalnya dengan perhitungan pada
pertambahan penduduk yaitu dengan menggunakan rumus eksponensial.
Akan tetapi pada pertambahan anak usia sekolah jumlah penduduk diganti
dengan jumlah anak usia sekolah.
Pertambahan Anak Usia Sekolah
Tahun
Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap
AUS R AUS r AUS r
2000 25699
25699
25699
2010 26165 0,18 26165 0,18 26165 0,18
2020 26688 0,20 26688 0,20 26714 0,21
2030 25284 0,54 25239 0,56 26555 0,06
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan
pertambahan anak usia sekolah pada tiap 10 tahun pada berbagai asumsi.
Untuk perhitungan dilampirkan.
3.4 Perencanaan Kebutuhan Guru
Jumlah ideal untuk satu gedung sekolah dalam satu kelas memiliki 40
siswa, dengan jumlah guru bidang study 14 guru dengan rincian guru
matematika, guru Agama, guru Kimia, guru Biologi, guru Fisika, guru
Geografi, guru Sosiologi, guru Ekonomi, guru Akutansi, guru Bahasa
Indonesia, guru Bahasa Inggris, guru Kewarganegaraan, guru Olahraga, guru
Sejarah, dan guru Komputer. Serta tambahan guru muatan lokal sebanyak 5
guru. Pada setiap satu sekolah terdapat 24 kelas dengan masing-masing
tingkatan terdapat 8 kelas.
17
Rumus Untuk Menghitung data diatas adalah:
Untuk perhitungan dilampirkan.
3.5 Perencanaan Kebutuhan Gedung Sekolah
Gedung sekolah merupakan sarana terpenting dalam penyelenggaraan
pendidikan, dimana gedung merupakan tempat pendidikan tersebut
berlangsung. Gedung sekolah yang memadai merupakan harapan dan
kemajuan bagi dunia pendidikan. Dalam perencanaan pengembangan
pendidikan, pengadaan gedung dan renovasi menjadi penting guna
meningkatkan kulitas pendidikan. Kebutuhan untuk gedung sekolah perlu
mendapat perhatian dimana semakin tahun jumlah penduduk di tiap
kabupaten semakin bertambah dan ini akan menambah jumlah anak usia
sekolah. Sehingga perlu dihitung seberapa besar kebutuhan gedung sekolah
yang mengacu berdasarkan jumlah anak usia sekolah pada perhitungan
sebelumnya.
Jumlah Kebutuhan Guru
Tahun
Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap
AUS Daya
Tampung
Keb.
Guru AUS
Daya
Tampung
Keb.
Guru AUS
Daya
Tampung
Keb.
Guru
2000 25699 40 380 25699 40 380 25699 40 380
2010 26165 40 387 26165 40 387 26165 40 387
2020 26688 40 394 26688 40 394 26714 40 395
2030 25284 40 374 25239 40 373 26555 40 392
Kebutuhan Guru = ((𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 x14)+5
18
Kebutuhan gedung sekolah dapat dihitung dengan rumus:
Daya Tampung = 40 siswa
Jumlah Kelas = 24 Kelas
Perencanaan Kebutuhan Gedung
Tahun
Asumsi Turun 50% Asumsi Turun 25% Asumsi Tetap
AUS Satuan
Ged
Keb.
Ged AUS
Satuan
Ged
Keb.
Ged AUS
Satuan
Ged
Keb.
Ged
2000 25699 960 27 25699 960 27 25699 960 27
2010 26165 960 27 26165 960 27 26165 960 27
2020 26688 960 28 26688 960 28 26714 960 28
2030 25284 960 26 25239 960 26 26555 960 28
Untuk perhitungan dilampirkan.
Kebutuhan Gedung = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sensus penduduk yang telah dilakukan di Indonesia sebanyak lima
kali semenjak kemerdekaan menghasilkan data kependudukan yang sangat
kompleks. Data kependudukan digunakan dalam proses pembangunan baik di
bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Data kependudukan
yang diperoleh dari sensus penduduk menyangkut jumlah dan komposisi
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Dalam laporan ini data
kependudukan digunakan untuk merencanakan pengembangan pendidikan
khususnya dalam memproyeksikan jumlah siswa SMA/MA dan sederajad
dengan asumsi turun 50%, 25 %, dan tetap. Dari proyeksi tersebut maka dapat
dicari jumlah guru dan gedung sekolah.
Realisasi pengembangan perencaan pendidikan di Indonesia
mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah yaitu dengan
menganggarkan 20% dari APBN untuk pembangunan pendidikan.
Pembangunan pendidikan yang diharapkan adalah peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Upaya pemerintah tersebut direalisasikan dengan
adanya program bantuan operasional sekolah (BOS), sertifikasi guru yang
bertujuan menaikan kualitas guru serta mensejahterakan guru.
Dalam laporan perencanaan pengembangan pendidikan tingkat
SMA/MA dan sederajad ini didapatkan data asumsi penurunan fertilitas 50%,
25%, dan tetap antara tahun 2000 - 2030. Sehingga setiap asumsi penurunan
fertilitas tersebut mempunyai hasil yang berbeda meskipun pada tahun yang
sama. Usia yang termasuk anak usia SMA/MA dan sederajad berkisar antar
umur 16-18 tahun. Sehingga dari data sensus penduduk 2000 harus diolah
melalui beberapa proses (yang tercantum pada lampiran) kemudian
diasumsikan dengan beberapa tingkat penurunan fertilitas dari tahun 2000
sampai 2030.
Dalam perencanaan kebutuhan gedung dan guru ini digunakan asumsi
bahwa:
20
a. Jumlah guru per kelas adalah 19 orang, yang didasarkan pada
banyaknya mata pelajaran di SMA/MA dan sederajad.
b. Dalam 1 gedung sekolah terdapat 3 tingkat kelas (kelas X, XI, dan
XII) serta 19 guru per tingkat kelas tersebut , sehingga guru yang
dibutuhkan per gedung sekolah adalah 57 guru per sekolah.
c. 1 ruang terdapat 40 siswa, tiap tingkat kelas terdiri dari 8 ruang,
sehingga tiap tingkat kelas terdapat 320 siswa. Sehingga, Dalam 1
gedung sekolahan terdapat 960 siswa.
4.2 Implikasi Kebijakan
Dalam perencanaan pendidikan, peran aktif pemerintah sangat
berpengaruh terhadap tercapainya perencanaan yang akan diterapkan.
Implikasi kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah, semuanya
dilakukan untuk tercapainya kualitas pendidikan yang lebih baik.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, pada dasarnya
pelayanan pendidikan yang bermutu merupakan hak bagi seluruh warga
negara Indonesia. Meskipun demikian kenyataan menunjukkan bahwa saat ini
belum semua warga negara dapat memperoleh haknya atas pendidikan. Oleh
karena itu pemerintah sebagai penyelenggara negara wajib berupaya untuk
memenuhinya. Dalam kebijakan Ditjen Mandikdasmen, disebutkan mengenai
konsep, indikator keberhasilan, dan sumber daya pendukung untuk kebijakan
pemerataan dan perluasan akses pendidikan sebagai berikut.
21
Kebijakan Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan
Konsep Indikator
Keberhasilan
Pendukung Program
Pendidikan untuk
semua
Pemenuhan
pendidikan
menengah
dengan rasio
SMA/SMK
kejuruan yang
tepat
Tuntas Wajar 9 tahun
APK Diknas daerah
tertinggal lebih besar
atau sama dengan
75%
Rintisan Wajib
belajar 12 tahun
Memperbesar daya
tampung
Mendekatkan
pendidikan pada
masyarakat
Menciptakan
siatem insetif
untuk
menumbuhkan
aspirasi pendidikan
Pemerataan dan
perluasan
kesempatan
pendidikan
Menarik
keterlibatan
daerah dalam
pembangunan
pendidikan
Menamabah
tenaga
pendidik dan
tenaga
kependidikan
Pengembangan
Sarana dan
prasarana
pendidikan
Komponen-komponen konsep pemerataan pendidikan ini secara lebih
jelas diungkapkan oleh Schiefelbein dan Farrel (1982). Berdasarkan konsep
mereka, pemerataan pendidikan atau equality of educational opportunity tidak
hanya terbatas pada, apakah murid memiliki kesempatan yang sama untuk
masuk sekolah (pemerataan kesempatan pendidikan secara pasif menurut
Coleman), tetapi lebih dari itu, murid tersebut harus memperoleh perlakuan
yang sama sejak masuk, belajar, lulus, sampai dengan memperoleh manfaat
dari pendidikan yang mereka ikuti dalam kehidupan di masyarakat.
Pertama, pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of
access). Konsep ini berkaitan erat dengan tingkat partisipasi pendidikan
sebagai indikator kemampuan sistem pendidikan dalam memberikan
22
kesempatan seluas-luasnya bagi anak usia sekolah untuk memperoleh
pendidikan.
Kedua, pemerataan kesempatan untuk bertahan di sekolah (equality of
survival). Konsep ini menitikberatkan pada kesempatan setiap individu untuk
memperoleh keberhasilan dalam pendidikan dan pelatihan. Jenis analisis ini
mencurahkan perhatian pada tingkat efisiensi internal sistem pendidikan
dilihat dari beberapa indikator yang dihasilkan dari metode Kohort. Metode
ini mempelajari efisiensi pendidikan berdasarkan murid-murid yang berhasil
dibandingkan dengan murid-murid yang mengulang kelas dan yang putus
sekolah.
Ketiga, pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan
dalam belajar (equality of output). Konsep output pendidikan biasanya diukur
dengan prestasi belajar akademis. Di pandang dari sudut sistemnya itu
sendiri, konsep ini menggambarkan seberapa jauh sistem pendidikan itu
efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas, efektif dalam
mengisi kekurangan tenaga kerja yang dibutuhkan, dan mampu melakukan
kontrol terhadap kemungkinan kelebihan tenaga kerja dalam hubungannya
dengan jumlah yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.
Keempat, pemerataan kesempatan dalam menikmati manfaat
pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality ot outcome). Konsep ini
menggambarkan keberhasilan pendidikan secara eksternal (exsternal
efficiency) dari suatu sistem pendidikan dan pelatihan dihubungkan dengan
penghasilan lulusan (individu), jumlah dan komposisi lulusan disesuaikan
dengan kebutuhan akan tenaga kerja (masyarakat), dan yang lebih jauh lagi
pertumbuhan ekonomi (masyarakat). Teknik-teknik analisis yang digunakan
biasanya meliputi analisis rate of return to education, hubungan pendidikan
dengan kesempatan kerja, fungsi produksi pendidikan dengan menggunakan
pendekaan ”status attainment analytical model”, dan sebagainya.