Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH SEGI KESEJAHTERAAN KELUARGA
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
PERUMAHAN
Oleh :
Kelas : Sesi 2
Heny Rachmania Nugraha 5525142867
Intan Sari Marjayani 5525144589
Zatil Khairi 5525144596
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2014
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam ini. Kepada-Nya kita menyembah dan meminta
pertolongan, tiada kekuatan melainkan atas izin-Nya dan
atas berkat serta rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Selanjutnya sebelum melangkah lebih jauh mengenai
makalah ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada
Yth. Dra. Suryawati, M.Si yang telah memotivasi kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga amal baik yang
diberikan kepada kami menjadi amal ibadah dalam
mencapai ridho Allah SWT.
Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi para
pembaca.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................i
Daftar Isi .....................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang .................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................2
1.3. Tujuan Penulisan ...............................2
BAB II Isi
3
2.1. Fungsi Rumah....................................3
2.2. Seni Bangunan...................................4
2.3. Perencanaan Rumah.....................................................12
2.3.1. Ketentuan Dasar Perencanaan...................................................12
2.3.2. Penggolongan...................................................13
2.3.3. Persyaratan Kriteria...................................................15
2.3.4. Besaran dan Luas...................................................15
2.4. Fasilitas Rumah.....................................................17
2.5. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah.....................................................18
2.5.1. Melaksanakan Prosedur Pembersihan...................................................19
4
2.5.2. Pemilihan dan Penggunaan Bahan Pembersih...................................................20
2.5.3. Manfaat Cleaning Supplies...................................................21
2.5.4. Beberpa Pertimbangan yang Perlu diambildidalam memilih Cleaning Supplies...................................................22.................................................
2.5.5. Klasifikasi Cleaning Supplies dilihat dariCara Kerjanya...................................................22
2.5.6. Menggunakan Bahan Kimia yang Aman...................................................24
2.5.7. Menggunakan Pakaian Pelindung...................................................25
2.5.8. Membersihkan Area Umum...................................................26
BAB III Penutup
Kesimpulan.....................................................27
5
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
perumahan dan permukiman, perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.
Konsep yang ada dalam UUD 1945 Pasal 28H tersebut
sebenarnya hanya mengulang ketentuan yang ada dalam
Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang memang lebih dulu dibuat (satu tahun
sebelum amandemen Pasal 28 dilakukan). Dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999, khususnya Bagian Kesatu Hak
Untuk Hidup Pasal 9 Ayat (1), (2), dan (3) dinyatakan
bahwa (1) Setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya; (2) Setiap orang berhak hidup tenteram,
aman, damai, bahagia sejahtera, lahir dan batin; (3)
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Sementara yang mengacu pada perumahan adalah
pasal 40 yang menyatakan setiap orang berhak untuk
bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
7
Sebenarnya Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman masih lebih maju.
Disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak
untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki
rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi dan teratur. Bahkan diatur lebih jauh lagi
tidak hanya hak tetapi juga kewajibannya, yaitu dalam
ayat 2 disebut setiap warga negara mempunyai kewajiban
dan tanggungjawab untuk berperan serta dalam
pembangunan perumahan dan permukiman. Jelas bahwa rumah
yang layak menjadi hak setiap warga negara Indonesia.
Bahkan sejalan dengan perkembangan dunia
internasional, pemerintah Indonesia telah meratifikasi
kovenan internasional tentang hak ekonomi, sosial,
budaya melalui UU Nomor 11 Tahun 2005 sehingga negara
harus memenuhi hak masyarakat termasuk kebutuhan akan
perumahan.
1.2. Rumusan Masalah
1) Untuk mempelajari fungsi rumah didalam keluarga
2) Untuk mengetahui perkembangan infant tiap bulan
3) Untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan
peserta didik yang telah diberikan.
8
1.3. Maksud dan Tujuan
1) Untuk mempelajari fungsi rumah didalam keluarga
2) Untuk mengetahui ilmu seni dan perencanaan
perumahan
3) Untuk pengetahuan pemeliharaan rumah
9
II
PEMBAHASAN
2.1. Fungsi Rumah
Fungsi dasar rumah adalah untuk melindungi
gangguan alam dan binatang. Sejalan dengan peradaban,
fungsi rumah berkembang sebagai sumber rasa aman dan
kenyamanan. Secara sosial rumah juga berfungsi sebagai
status simbol dan ukuran kemakmuran, dan juga digunakan
sebagai sarana investasi (E. Cahyana, 2002 : 23).
Dalam perkembangannya, rumah bukan hanya berfungsi
sosial namun juga sebagai penunjang usaha ekonomi
seperti kios, wartel, tempat usaha dan lain sebagainya.
Menurut Turner (1982:14) rumah mempunyai fungsi sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Fungsi Rumah (Hunian)
10
Fungsi Rumah (Hunian)
Pembangunan Rumah (Hunian)
ACCESIBILITY
PenunjangKesempatan Kerja
SHELTER
PenunjangIdentitas Keluarga
SECURITY
Pemberi Rasa AmanKeluarga
Sumber: Turner (1982:14)
Dalam penjelasannya Turner menyatakan bahwa yang
pertama, rumah berfungsi sebagai penunjang identitas
yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan
yang diberikan oleh rumah (The quality of shelter
provided by housing). Kedua, rumah berfungsi sebagai
penunjang kesempatan bagi keluarga untuk mengembangkan
diri dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau
sebagai fungsi pengembangan keluarga. Dalam fungsi ini
akses ke sumber-sumber daya menjadi sangat penting.
Ketiga, rumah berfungsi sebagai pemberi rasa aman untuk
keluarga yang mencakup jaminan masa depan dan jaminan
kepemilikan atas rumah dan tanah.
Dari seluruh pendapat di atas disadari bahwa
fungsi rumah tidak hanya menyangkut fungsi fisik namun
juga mencakup fungsi sosial yang dapat memberikan
kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, kesempatan
sekaligus rasa aman.
2.2. Seni Bangunan Rumah Tinggal
Arsitektur adalah bagian yang paling universal dan
ekspresif dari karya seni (art ), sebab arsitektur tidak
hanya mengekspresikan arsiteknya, juga manusia dan
zamannya. Suatu bangunan tidak dapat dipahami hanya
11
dengan mengamati bentuk dan dekorasinya, tetapi perlu
diketahui masalah-masalah yang terkait dengannya
seperti masalah fungsi, konstruksi, waktu/zaman dan
sipembuatnya. Dalam artsitektur ada hubungan antara :
bentuk dan fungsi. bahkan bentuk mengikuti fungsi (form
follows function ) atau “the function should determine the form”,
hubungan antara bentuk/gaya dengan sipembuatnya,
hubungan antara bentuk dengan zaman ( arsitektur
mencerminkan jiwa zamannya ( zeigiest )
Arsitektur dapat mengungkapkan zamannya, oleh
karena itu pengetahuan sejarah arsitektur dapat
membantu kita. Selain pada dokumen tertulis, manusia
selalu mengekspresikan dirinya pada
bangunan( arsitektur)
Arsitektur tidak hanya sebuah karya seni, juga
sebagai ilmu tentang bangunan karena itu harus
dimengerti pula tentang : bentuk, dekorasi, fungsi dan
latar belakang sejarah, tujuan pembangunan,
konstruksinya, cara dan teknik membangunnya. Sebagai
disiplin Ilmu, arsitektur merupakan perpaduan antara
teknologi dan seni dan dalam arsitektur
Adapun ciri-ciri bangunan kolonial di Indonesia
12
1). Memiliki gang beratap mengelilingi ruang-
ruang pada bagian luarnya sebagai penghubung dan
isolasi panas dan sinar matahari;
2). Atap besar dengan kemiringan yang tajam,
kadang-kadang terdiri 2 lapis dengan celah-celah
untuk mengalirkan panas/udara;
3).plafond tinggi untuk menghindari panas dalam
ruangan;
4).dinding dipenuhi jendela berukuran besar;
5).ukuran jendela dan pintu besar dan tinggi.
6).dinding tembok /ruangan tebal untuk meredm
panas matahari.
7).kadang-kadang menggunakan :
1). Lucarne/dormer, jendela-jendela kecil
di atas kemiringan atap, berfungsi dekoratif
atau teknis misalnya sebagai sarana
ventilasi dan pencahayaan ( terdiri dari :
gable dormer; hipped dormer; twin dormer;
dormer in mansard roof dan dormer with
balcony );
2).Tympanum , yaitu konstruksi segi tiga
atau setengah lingkaran di atas pintu atau
jendela;
3).Ada gable ( Bld: gevel ) atau penadah
angin, yaitu bentuk segi tiga hingga
13
mengikuti konstruksi atap , berdiri tegak
pada ujung-ujung bangunan dengan 2 sisi
miring atau konstruksi segi tiga diujung-
ujung atap pelana ( jenisnya : Funnel –
shaped gable; Stepped –gable;, Bell-shaped
gable; Gambrel gable dan Curvilinear gable );
4).Ada menara
kecil/copula/louver/louvre/lantern pada
atap ;5) Ada cerobong atap semu ( topgevel )
di atas atap .
Dalam perkembangan selanjutnya budaya kolonial
saling mempengaruhi dengan budaya local ( akulturasi ),
kemudian muncul suatu budaya baru yang disebut budaya
Indis. Menurut Djoko Soekiman, ciri-ciri budaya Indis
di Indonesia dapat dilacak dalam : bahasa ( bahasa
pizjin ), pakaian( raja pribumi ), perabot rumah tangga
( barang mebel ), bangunan rumah tinggal ( landhuis) .
Arsitektur Indis adalah gaya arsitektur yang
merupakan perpaduan arsitektur eropa dengan arsitektur
local karena penyesuaian dengan iklim di Indonesia
( iklim tropis ). Ciri khasnya adalah atap yang curam
sehingga vulome para-para menjadi besar, plafon tinggi,
lubang udara dibagian atas pintu dan jendela
( tebeng,fanlight atau bovenlicht ) dipahat tembus
( terwangan, kerawangan ); serambi di depan dan di
14
belakang agak dalam ( pengaruh rumah Jawa ) dan
penempelan lempeng-lempeng batu-batu alam pada bagian
luar bawah bangunan seperti rumah tinggal di Menteng
ada tiga aspek yang harus disentesakan yaitu : firmitas
( kekuatan-konstruksi ); utilitas ( kegunaan-fungsi ), dan
venustas (estetika – keindahan ). Keindahan banyak
ditentukan oleh bentuk, bahan/material yang digunakan
dan dekorasi
Ada 3 kondisi yang harus dimiiliki oleh bangunan
yang baik, yaitu: firmness, commodity dan delight. Firmness
berkaitan dengan “structural soundness”, commodity berkaitan
dengan “ functionality “ dan “delight” berkaitan dengan “
aestetically or attractive appearance “
Arsitektur mencerminkan : 1) zaman, variablenya :
bahan. Konstruksi,, gaya bangunan dan penataan tuang,
2) budaya, variablenya : ornament, konstruksi dan
bentuk bangunannya ( atap ); 3). Sipembuat/arsiteknya,
variablenya : gaya bangunan, bahan, konstruksi dan
lokasi.
Menurut Helen Jusuf (1984) ada 4 pembabakan
bangunan colonial di Indonesia :
1) Abad XVI – 1800 M dengan ciri-ciri sebgai berikut
:
- oreintasinya belum jelas; -belum beradaptasi
dengan kondisi setempat;
15
- hadir pada masa VOC ( 1602–1799 )
- serupa dengan bangunan yang ada di negeri Belanda;
- bangunannya tinggi, jendela dari kaca, ventilasi
dan ukiran jendela kecil
2) Tahun 1800 – 1902 dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
- bangunan terkesan megah;
- gaya neo-klasik;
- bangunannya terdiri dari kolom-kolom;
- ornamennya seperti pada masa klasik Eropa;
- bentuk bangunan seperti istana;
-bangunannya kokoh;
3) Tahun 1902 – 1920 dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
- gaya seni bangunan modern, berorientasi ke
Belanda;
- arsitek-arsitek terkenal berasal dari Belanda
datang bekerja di Indonesia atau Jawa.
4) Tahun 1920 – 1940, muncul gerakan pembaharuan,
muncul gaya campuran, sehingga muncul berbagai
aliran dan gaya. Bangunan bergaya campuran ini
disebut Eklektik (gaya arsitektur yang merupakan
peralihan dari klasik ke modern, cirinya bentuk
banyak didominasi oleh bentuk kubus, unsur klasik
16
masih terlihat dan berkembang pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20).
Dengan demikian ada dua aliran dalam seni bangunan
colonial di Indonesia :
1) dibawa dari negara asalnya , bangunan Eropa yang
didirikan di negeri tropis;
2) dibawa dari negeri asalnya kemudian disesuaikan
dengan iklim tropis;
Pengaruh arsitektur Belanda pada arsitektur
colonial Belanda di Indonesia:
1) atap pelana dan penggunaan gevel/gable
( jenisnya: gambrel-gable; curvilinear-gable;
stepped-gable; funnel shaped-gable dan bell shaped-
gable)
2) penggunaan tower, copula, louvre
3)penggunaan dormer/lucarne, ( jenisnya : gable-
dormer; hipped-dormer; twin-dormer; dormer with
balcony dan dormer- mansard roof )
4)penggunaan cerobong asap semu ( top-gevel )
17
Oleh karena itu maka setelah tahun 1920 ( abad XX)
ada dua aliran baru dalam perkembangan arsitektur di
Hindia Belanda , yaitu :
1) Arsitektur Indis dengan tokoh-tokoh antara lain :
Maclaine Pont, Thomas Karsten dll;
2) Arsitektur Modern disesuaikan dengan
teknologinya dengan berbagai gaya yang berkembang di
Eropa dan Amerika . Tokohnya antara lain G.C.
Citroen, C.P. Soemaker dll. Gaya ini disebut
International style ( Belanda : Nieuwe Bouwen ). Di
eropa pada awal abad ke-20 muncul berbagai gaya
arsiktektur : misalnya Art Nouveau di Belgia atau
disebut juga De Styl atau Amterdam styl
Perkembangan gaya arsitektur colonial di Hindia
Belanda tidak sama. Menurut Koento ( 2008 ) gaya
arsitektur bangunan colonial di kota Bandung pada
tempo dulu ( 1920-1940 ) adalah : Indische Empire
Stijl, Romantic Klasik dan Gaya Art Nouveau & Art Deco.
Demikian pula di Surabaya gaya arsitektur sebelum
tahun 1870 adalah Empire Styl, (contohnya : White
House di Weltevreden ) , yaitu gaya gaya Neo-klasik
yang melanda Perancis pada waktu itu dan gaya ini
tidak dikenal di Belanda. Di Indonesia diperkenalkan
oleh : Daendels, sedangkan setelah tahun 1900
18
berkembang gaya : Art and Craft Ciri-ciri gaya Art &
Craft antara lain: bentuk gable/gevel pada tampak depan
dominan; ada tower-tower pada pintu masuk; gallery
keliling bangunan untuk penyesuaian iklim;
orientasi bangunan sedapat mungkin menghindari arah-
timur –barat; bentuk ramping ; ventilasi lebar;
menggunakan hiasan-hiasan detail setempat sehingga
terkesan sebagai gaya eklektisme, suatu gaya yang
berkembang setelah PD.I )
Kalau kita mengambil contoh di Batavia/Jakarta
maka arsitektur colonial mengalami proses
perkembangan, sesuai dengan proses adaptasi dengan
iklim tropis, berjalan dalam tiga tahapan :
a) pada awalnya orang-orang Eropa ( Belanda )
mendirikan bangunan menggunakan bahan bangunan
seadanya ( kayu. bongkahan karang, daun rumbia
dll ). Banguan itu didirikan untuk pertahanan
( benteng ) atau sebagai tempat naungan
sementara ( loji );
b) pada periode ke-2 ( abad 17 – paruh pertama
abad ke-18 ), bangunan sudah permanen dari batu;
material bangunan sebagai diimpor dari Eropa
19
( misalnya: bata yang berwarna kuning ); bentuk
dan gaya bangunan masih mengikuti yang ada di
negeri asalnya ( Eropa ) ; meskipun demikian
masih ada yang memiliki ruang bawah tanah /basement
tempat menyimpan makanan/minuman atau sebagai
penjara/sel tahanan; bangunan didirikan berdempet-
dempet tanpa halaman seperti bangunan Toko Merah
di Jln. Kali Besar Timur. Pada waktu itu sudah ada
rumah-rumah Vila ( landhuis )
c) periode akhir, abad ke-19 sampai perempatan
pertama abad ke-20 yang merupakan gaya arsitektur
campuran antara struktur dan teknologi Barat dengan
gaya dan tata ruang rumah/arsitektur tradisional
( misalnya Jawa, ), Gaya ini disebut Indische
Style dengan ciri-ciri : ruang utama berpola
simetris; ada bangunan bukan inti ( service )
misalnya dapur, kamar budak, kamar mandi dipisahkan
( ditempatkan ) di belakang ( bijgebouwnen );
halaman luas dan berkeliling; jumlah jendela,
pintu dan ventilasi diperbanyak namun ukurannya
lebih kecil ; ornament-ornamen khas, bangunan
tidak bertingkat, serambi berkeliling untuk meredam
panas matahari;
20
Selain itu di Jakarta ada perbedaan antara gaya
bangunan kolonial di Kota Lama dengan bangunan di
daerah Ommelanden misalnya di Weltevreden, Meester
Cornelis atau di Menteng. Bangunan-bangunan colonial di
situs Kota Lama Jakarta , secara kronologis dapat
dibagi menjadi :
1) Bangunan-bangunan abad ke-18 ( 1701-1800 ) dengan
ciri-ciri : bertembok tebal; atapnya tinggi, tapi
tidak terlalu curam; jendela besar; daun jendela
dari kayu utuh;
2) Bangunan-bangunan abad ke-19 ( 1801-1900 ) dengan
ciri-ciri : atap tinggi dan curan; mempunyai
tembok pembatas yang menonjol pada bagian atap;
antar bangunan berhimpitan;
3) Bangunan-bangunan abad ke-20 ( 1901-1940 )
Untuk wilayah Weltevreden , penggolongan seperti di
atas ( Kota Lama ) bisa dilakukan, tetapi untuk
wilayah Meester Cornelis dan Menteng atau Kebayoran
tmungkin tidak bisa, mengingat Meester Cornelis,
Menteng sebagai wilayah pemukiman colonial muncul
pada abad ke- 19 atau awal abad kep-20.
Setelah tahun 1920 ada dua aliran baru dalam
perkembangan arsitektur di Hindia Belanda , yaitu :
21
1). Arsitektur Indis dengan arsitek-arsitek nya
antara lain : Maclaine Pont, Thomas Karsten dll;
2) Arsitektur Modern disesuaikan dengan
teknologinya dengan berbagai gaya yang berkembang di
Eropa dan Amerika . Tokohnya antara lain G.C.
Citroen, C.P. Soemaker dll. Gaya ini disebut juga
aliran International Stijl ( Belanda : Nieuwe Bouwen
). Di eropa pada awal abad ke-20 muncul berbagai
gaya arsiktektur : misalnya Art Nouveau di Belgia
atau disebut juga De Stijl atau Amsterdam stijl
Menurut Adolf Heuken, arsitektur rumah tinggal di
kawasan Menteng memiliki ciri khas , antara lain dapat
dilihat pada bentuk atap, teras dimuka rumah dan
dekorasi pada pintu, jendela dan lobang angin. Beberapa
gaya diterapkan pada tipe-tipe rumah antara lain :1)
klasisme- indische; 2).gaya tradisional Barat; 3). Art-
Deco; 4). Amsterdam School; 5).gaya
Villa/bungalow/Landhuis; 6). Gaya modern. Rumah-rumah
tinggal di Menteng terdiri dari 6 tipe.
1) tipe rumah Tosari, terdapat di Jln.
Kusumaatmadja ( dulu : Tosariweg ), Sumenep,
Sukabumi, Padalarang dll . Dibangun di lahan hijau
dengan taman di halaman depan. Atap berbentuk
perisai, terdiri dari atap utama ( besar ) dan anak
22
atap dibagian depan dan samping dengan sudut
kemiringan 45 derajat. Ada teras ( beranda ) di
depan, pintu dan jendela dihiasi kaca timah berpola
geometris. Pada bagian belakang terdapat bangunan
dengan atap tersendiri , yaitu dapaur, kamar mandi,
kamar opembantu dan garasi.
2) tipe rumah Madura; berukuran lebih besar dan
lebih mewah dibandingkan dengan tipe sebelumnyha,
tata letak lebih bervariasi dan ruangan lebih
banyak. Terdapat juga paviliun dengan fasilitas
tersendiri, sedangkan garasi ditempatkan antara
pavilion dengan ruang-ruang belakang. Bentuk atap
perisai dengan ukuran yang lebih besar, Tipa rumah
seperti ini terdapat di Jln. Moh, Yamin, Sutan
Syahrir dan Jln. Teuku Umar.
3) tipe rumah bertingkat, dibangun sekitar 1930-
an , terdiri dari rumah bertingkat tipe sederhana
dan rumah bertingkat tipe mewah. Pada rumah tipe
sederhana , berbentuk kotak,tembok luar tanpa
dekorasi, tapi pintu dan jendela menggunakan kaca
patri ( stained-glas ). Sebaliknya rumah bertingkat
tipe mewah dilengkapi dengan teras depan , balkon
dan pada beberapa rumah dijumpai profil plesteran
yang menghiasi ruang utama. Rumah ini dibangun di
Jl. Teuku Umar, Imam Bonjol dan Jln. Diponegoro.
23
4) Tipe rumah vila , berlantai satu ditutupi dengan
ubin PC ( Portland Cement ), dengan kombinasi warna
( merah-putih dan putih –hijau ) mirip dengan pola
dekoratif Victorian Styl di Inggris ( 1837-1901 )
Bentuk. simetris, dihiasi dengan kaca berpatri,
profil-profil plesteran dan batu-batu kerawang
bermotif (?); Atap kadang-kadang berbentuk perisai,,
bagian depannya beratap pelana sebagai tambahan.
5) tipe rumah dengan bentuk khusus, terdiri dari: a)
rumah-rumah beratap curam; b) rumah-rumah beratap
mansard, dan c) rumah beratap pelana dekoratif
6) tipe rumah yang dinspirasi oleh De Style, pada
umumnya atapnya rata dari flat beton.
Catatan: dasar penggolongannya lokasi, bentuk atap
gaya bangunan dll
Elemen-elemen bangunan yang khas bagi rumah Menteng
dapat dilacak pada: ubin, lubang angin, kaca patri,
interior rumah, tiang-tiang dekoratif, hiasan atap
dan lain-lain.
2.3. Perencanaan Rumah
2.3.1. Ketentuan dasar perencanaan
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang selain
berfungsi sebagai tempat berteduh dan melakukan
24
kegiatan sehari-hari dalam keluarga, juga berperan
besar dalam pembentukan karakter keluarga. Sehingga
selain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan
keamanan, rumah juga harus memberikan kenyamanan bagi
penghuninya, baik kenyamanan thermal maupun psikis
sesuai kebutuhan penghuninya.
Untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi
persyaratan teknis kesehatan, keamanan dan kenyamanan,
data dan informasi yang perlu dipersiapkan:
, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti
aturan
khusus arsitektur, keselamatan dan bahan bangunan.
Kebutuhan data dan informasi pada perencanaan
bangunan sarana hunian ini dapat mengacu secara
terinci pada peraturan lain mengenai hal tersebut.
2.3.2. Penggolongan
Acuan penggolongan sarana hunian ini berdasarkan
beberapa ketentuan / peraturan yang telah berlaku,
berdasarkan tipe wujud fisik arsitektural dibedakan
atas:
a) Hunian Tidak Bertingkat
25
Hunian tidak bertingkat adalah bangunan rumah yang
bagian huniannya berada langsung di atas permukaan
tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan rumah
deret. Bangunan rumah dapat bertingkat dengan
kepemilikan dan dihuni pihak yang sama.
b) Hunian Bertingkat
Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun) baik
untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun
sederhana sewa), golongan berpenghasilan menengah
(rumah susun sederhana) dan maupun golongan
berpenghasilan atas (rumah susun mewah ≈ apartemen).
Bangunan rumah bertingkat dengan kepemilikan dan
dihuni pihak yang berbeda dan terdapat ruang serta
fasilitas bersama.
Pembangunan hunian bertingkat mempertimbangkan
hal-hal berikut;
a) Rumah susun terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut: bagian pribadi, yaitu satuan hunian rumah
susun (sarusun) bagian bersama, yaitu bagian rumah
susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk
pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan
satuan-satuan rumah susun dan dapat berupa ruang
untuk umum, struktur dan komponen kelengkapan
rumah susun, prasarana lingkungan dan sarana
26
lingkungan yang menyatu dengan bagunan rumah
susun.
Benda bersama, yaitu benda yang terletak di atas
tanah bersama di luar bangunan rumah susun yang
dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam kesatuan fungsi dengan rumah susun
dan dapat berupa prasarana lingkungan dan sarana
umum. Tanah bersama, yaitu bagian lahan yang
dibangun rumah susun.
b) Rumah susun harus dilengkapi sarana lingkungan
yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya,
termasuk sarana perniagaan, sarana ibadah, sarana
kesehatan, sarana peribadatan, sarana pemerintahan
dan pelayanan umum serta pertamanan.
c) Bangunan rumah susun harus dilengkapi dengan alat
transportasi bangunan, pintu dan tangga darurat
kebakaran, alat dan sistem alarm kebakaran, alat
pemadam kebakaran, penangkal petir, dan jaringan-
jaringan air bersih, saluran pembuangan air hujan,
saluran pembuangan air limbah, tempat pewadahan
sampah, tempat jemuran, kelengkapan pemeliharaan
bangunan, jaringan listrik, generator listrik,
gas, tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan
telepon dan alat komunikasi lainnya, yang memenuhi
27
persyaratan teknis, mengacu kepada Standar
Nasional atau peraturan bangunan gedung yang sudah
ada.
d) Rancangan bangunan rumah susun harus memenuhi
persyaratan keamanan, keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan bagi penghuni dan/atau pemakainya,
sebagaimana ketentuan untuk bangunan hunian tidak
bertingkat.
e) Selain harus memenuhi persyaratan keselamatan dan
kenyamanan teknis sebagaimana diuraikan pada
Ketentuan umum tentang rancangan bangunan,
rancangan bangunan hunian bertingkat juga harus
mengacu pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
standar sebagai berikut:
1) SNI 03-2845-1992 tentang Tata cara
perencanaan rumah susun modular;
2) SNI 03-2846-1992 tentang Tata cara
perencanaan kepadatan bangunan lingkungan,
bangunan rumah susun hunian;
3) SNI 03-6573-2001 tentang Transportasi
vertikal
2.3.3. Persyaratan Kriteria
28
a) Hunian tidak bertingkat
Dalam merencanakan bangunan rumah harus
memperhatikan keselamatan dan kenyamanan rumah
dengan mengacu pada standar-standar sebagaimana
diuraikan pada berbagai SNI dan peraturan lainnya
yang telah diberlakukan.
b) Hunian bertingkat ( ≈ rumah susun)
Hunian bertingkat dapat dikembangkan pada kawasan-
lingkungan perumahan yang direncanakan untuk
kepadatan penduduk >200 Jiwa/ha, berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah atau dokumen rencana
lainnya, yaitu kawasan-kawasan:
1) pusat kegiatan kota;
2) kawasan-kawasan dengan kondisi kepadatan
penduduk sudah mendekati atau melebihi 200
jiwa/ha; dan
3) kawasan-kawasan khusus yang karena kondisinya
memerlukan rumah susun, seperti kawasan-
kawasan industri, pendidikan dan campuran.
2.3.4. Besaran dan Luas
a) Hunian tidak bertingkat
Untuk menentukan luas minimum rata-rata
perpetakan tanah didasarkan pada faktor-faktor
kehidupan manusia (kegiatan), faktor alam dan
29
peraturan bangunan. Luas lantai minimum per orang
dapat diperhitungkan dengan rumusan :
Rumus 1 Kebutuhan luas lantai minimum hunian per
orang
Lperorang= UTp
Keterangan:
L per orang : Luas lantai hunian per orang
U : Kebutuhan udara segar/orang/jam dalam satuan
m3
Tp : Tinggi plafon minimal dalam satuan m
CATATAN Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst,
Jilid I-II
Berdasarkan kegiatan yang terjadi didalam
rumah hunian, yaitu; tidur (ruang tidur), masak,
makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang
duduk/ruang tamu), kebutuhan udara segar per orang
dewasa per jam 16 - 24 m3 dan per anak-anak per
jam 8 - 12 m3 , dengan pergantian udara dalam
ruang sebanyak-banyaknya 2 kali per jam dan tinggi
plafon rata-rata
2,5 m, maka luas lantai per orang (Acuan dari Data
Arsitek, Neufert, Ernst, Jilid I-II) :
30
Rumus 2 Kebutuhan luas lantai minimum hunian per
orang bagi dewasa dan anak
Lperorangdewasa=UdwsTp =
24m32,5m=9,6m2
Lperoranganak=UankTp =
12m2
2,5m=4,8m2
Keterangan:
Udws : Kebutuhan udara segar/orang dewasa/jam
dalam satuan m3
Uank : Kebutuhan udara segar/orang anak-anak/jam
dalam satuan m3
Tp : Tinggi plafon minimal dalam satuan m
CATATAN Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst,
Jilid I-II
Jadi bila 1 kk terkecil rata-rata terdiri
dari 5 orang (ayah + ibu + 3 anak) maka kebutuhan
luas lantai minimum dihitung sebagai berikut :
- Luas lantai utama = (2x9,6) + (3x4,8) m2 = 33,6
m2
- Luas lantai pelayanan = 50% x 33,6 m2 = 16,8 m2
- Total Luas Lantai = 51 m2
Jika koefisien dasar bangunan 50%, maka luas
kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5
orang :
31
Rumus 3 Kebutuhan kavling minimum
Lkavminimum (1keluarga=5orang )=10050
×51m2=100m2
Keterangan:
K kav minimum : Luas kavling minimum
CATATAN Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst,
Jilid I-II
2.4. Fasilitas Rumah
Rumah yang sehat harus mempunyai fasititas-
fasilitas sebagai berikut:
a. penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
g. Gudang tempat penyimpanan, gudang ini biasa
merupakan bagian dari rumah ataupun bangunan
tersendiri
h. Kandang ternak, ini daerah pedesaan sebaiknya
kandang ternak terpisah dari rumah dan jangan
disimpan dibawah kolom rumah ataupun dipekarangan.
32
2.5. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah
Perawatan adalah mencegah terjadinya kerusakan dan
memperpanjang umur dan fungsi alat agar dapat digunakan
lebih lama sehingga mengurangi cost atau biaya yang
harus dikeluarkan oleh pemilik. Dengan memperhatikan
pemeliharaan dan perawatan yang teliti pada
perlengkapan mesin maupun peralatan manual akan
memudahkan semua pekerjaan serta dapat menghemat biaya
yang harus dikeluarkan dan itu merupakan tanggung jawab
setiap petugas/orang yang menggunakannya dibawah
pengawasan.
Pedoman perawatan perlatan secara umum adalah sebagai
berikut:
a. Semua peraltan harus dalam keadaan bersih dan
kering
b. Periksa setiap akan menggunakan maupun setelah
menggunakan peralatan
c. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
d. Sebelum dan sesudah digunakan semua peralatan
harus bebas dari debu dan bersih.
e. Kosongkan, keringkan dan kembalikan kantong
sampah pada alat yang akan disimpan
33
f. Gulung kabel dengan baik, pada saat selesai
menggunakan alat, jangan sampai ada kabel yang
terkelupas (terbuka)
g. Pada saat selesai menggunakan mesin, bantalan
(pad) mesin pengkilap lantai harus dilepas dari
mesin, cuci dan bilas sampai bersih, dan keringkan
lalu simpan pada gudang yang tersedia.
h. Semua selang, pipa maupun assesories pada
vacuum cleaner harus dilepas dari mesin, dan
disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
i. Periksa isi kantong debu pada dry vacuum
cleaner, jika sudah penuh segera buang dan
bersihkan secara rutin.
j. Jangan pernah meninggalkan peralatan dan mesin
bila tidak digunakan, semua alat dan mesin harus
dalam keadaan mati dan simpan ditempatnya.
k. Jangan menyimpan alat menyandar pada dinding,
atau pintu.
l. Semua jenis barang yang ada di gudang harus
kembali dalam keadaan bersih dan kering, dan
jangan lupa menyimpan alat pada tempat semula.
2.5.1. Melaksanakan Prosedur Pembersihan
Melaksanakan prosedur pembersihan di area umum
hotel perlu memperhatikan hal-hal penting dan teknik
pembersihan yang tepat untuk menghindari kesalahan
34
pemakaian alat dan bahan sehingga hasil yang
diperoleh akan maksimal. Hal-hal penting tersebut
adalah:
a. Identifikasi dan tentukan daerah yang perlu
dibersihkan dan dikerjakan.
b. Informasikan pada bagian yang bertanggung jawab
bila pembersihan diharapkan untuk segera
dikerjakan.
c. Kumpulkan dan periksa bahan-bahan pembersih,
peralatan dan perlengkapan.
d. Siapkan alat dan bahan pembersih sesuai dengan
keadaan obyek yang akan dibersihkan
e. Melakukan pembersihan mulai dari bagaian atas
atau bagian paling tinggi menuju bagian bawah atau
terendah, juga bagian dari yang paling jauh menuju
menuju ke arah pintu.
f. Lakukan pekerjaan dengan prinsip searah jarum
jam atau berlawanan jarum jam jika obyek
pembersihan di ruangan.
g. Prinsip pembersihan adalah mengangkat kotoran,
bukan mengangkat lapisan permukaan obyek yang
dibersihkan atau meratakan kotoran.
h. Bekerjalah dengan menggunakan prinsip kesehatan
dan keselamatan kerja.
35
i. Mempergunakan bahan pembersih yang lunak
sebelum menggunakan bahan pembersih yang
keras/kuat (sesuaikan dengan tingkat
pengotorannya)
j. Pasang Rambu-rambu/Wet Coution jika sedang
membersihkan daerah umum untuk menjamin agar tamu
tidak terkena resiko bahaya seperti terpeleset
akibat lantai basah atau kejatuhan air karena
overhead cleaning (bagian di atas kepala).
k. Siapkan semua rambu-rambu yang penting sehingga
tidak membahayakan tamu dan staf
l. Selalu memeriksa area/lokasi yang dibersihkan
apakah sudah benar-benar bersih, sebelum
meninggalkan area.
m. Mengembalikan peralatan dan bahan pembersih
pada ruang/gudang yang tersedia.
2.5.2. Pemilihan dan penggunaan bahan pembersih
Cleaning Suplies adalah bahan kimia yang
bermanfaat untuk membantu proses pembersihan.
Cleaning supplies dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis
a. Zat cair
b. Zat padat
c. Powder (bubuk)
36
d. Pasta
Jika kita bicara tentang cleaning supplies atau
sering kita sebut dengan cleaner, kita akan mengenal
banyak sekali jenis zat ini. Beberapa jenis, terutama
yang bersifat multi purpose, dipakai orang untuk
membersihkan permukaan benda-benda seperti lantai,
dinding, kaca dan lain-lain. Sedangkan cleaner yang
bersifat solvent maupun water based pada umumnya
dipakai di dunia industri seperti hotel maupun
gedung-gedung yang besar. Namun demikian untuk
menentukan cleaner yang baik banyak faktor yang perlu
diperhatikan, sebab cleaner yang baik harus memenuhi
persyaratan tertentu.
Cleaner yang baik pada umumnya harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Biodegradable
yaitu dapat diuraikan oleh micro organisme,
sehingga tidak membahayakan lingkungan atau tidak
mencemari lingkungan.
b. Solubility
yaitu dapat larut dalam air dan mudah dihilangkan
dari permukaan benda yang dibersihkan.
c. Wetting
37
yaitu sifat pembasahan yang kuat, untuk
mendapatkan sifat ini diperlukan adanya zat aktif
permukaan (surfactants) untuk menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga pembasahan pada permukaan
benda yang dibersihkan dapat berlangsung dengan
cepat.
d. Emulsification
yaitu sifat cleaner yang bekerja memecah kotoran
menjadi partikelpartikel kecil.
e. Soil Suspension
yaitu kotoran yang sudah diimulsikan harus dibuat
tersuspensi dalam larutan untuk mencegah
melekatnya kembali pada permukaan benda yang telah
dibersihkan, zat yang dapat memberikan sifat ini
disebut Emulsifier.
f. Rinsability
yaitu sisa-sisa zat pembersih dan kotoran harus
mudah dihilangkan dari permukaan benda yang sudah
dibersihkan.
g. Desinfectant
yaitu kemampuan yang dapat membunuh bakteri
pembawa penyakit. h. PH cleaner harus memiliki
sifat keasaman dan ke basaan tertentu (cleaner
bisa bersifat asam, basa atau netral), tetapi
38
sebagian besar dari kotoran bersifat asam,
sehingga diperlukan cleaner yang bersifat basa.
Sifat cleaning suplies asam (acidity) = PH<7
Sifat cleaning suplies basa (alkalinity) = PH>7
i. Tidak ada sifat “power fade out” untuk memiliki
sifat ini diperlukan zat yang disebut chelating
agent.
2.5.3. Manfaat Cleaning Supplies
a. Mempermudah dan mempercepat proses pembersihan
b. Memperpanjang usia pakai suatu barang, jika
cleaning supplies yang digunakan tepat.
c. Memperindah obyek yang dibersihkan
d. Disamping membersihkan beberapa cleaning
Supplies juga melindungi obyek yang dibersihkan.
e. Memberikan aroma yang segar tehadap ruangan
atau barang yang diberihkan
2.5.4. Beberapa pertimbangan yang perlu diambil di
dalam memilih Cleaning Supplies
Agar pengeluaran perusahaan dapat dicegah atau
ditekan seminim mungkin dan cleaning Supplies yang
dibeli dapat berdaya guna seperti yang diinginkan,
maka didalam memilih cleaning Supplies harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
39
a. Memiliki daya bersih dan daya lindung yang baik
b. Tidak merusak obyek yang dibersihkan
c. Tidak berbahaya bagi pemakai
d. Ramah lingkungan
e. Selalu tersedia di pasaran
f. Kalau memungkinkan murah harganya
2.5.5. Klasifikasi Cleaning Supplies dilihat dari
cara kerjanya
a. Solvent
Cleaning Supplies yang cara kerjanya
melarutkan kotoran yang Zat pembresih ini berupa
zat cair yang dapat menghilangkan kotoran dengan
cara melarutkannya.
Contoh Solvent:
Air : Air adalah salah satu jenis cleaning
Supplies yang paling sederhana, tanpa bantuan
cleaning Supplies yang lain, air bukan bahan
pembersih yang efisien. Kotoran yang dapat larut
dalam air adalah debu, gula, garam, tanah dll.
Amoniak : Zat pembersih ini tidak berwarna,
mempunyai bau yang khas dan keras, zat pembersih
ini berupa zat cair dan kristal. Pemakaian dari
bahan pembersih ini harus dicampur dengan air.
Jenis kotoran yang dapat dibersihkan dengan zat
40
pembersih ini seperti kotoran lemak yang menempel
pada kaca.
Turpentine : Jenis zat pembersih ini mempunyai bau
yang khas dan mudah terbakar. Jenis kotoran yang
dapat larut pada turpentine seperti noda cat,
lemak, plastik dll.
Spiritus : Zat ini seperti halnya turpentine, juga
memiliki sifat yang mudah terbakar dan memiliki
bau yang khas.
b. Detergent
Yaitu cleaning Supplies yang cara kerjanya
melepas kotoran yang dibersihkan. Bahan pembersih
ini biasanya berupa zat cair, powder, pasta dan
padat (batangan). Apabila dicampur dengan air zat
ini dapat melepas dan mengangkat kotoran dari
benda/barang yang dibersihkan.
Detergent dibuat dari bahan-bahan kimia, seperti :
1. Soda ash
2. Sulpuric acid
3. Hidrocarbon dan lain-lain
Contoh :
Forward (cair – Johnson & son)
GP Clean (cair – Protekindo)
Rinso, so klin, attack dll (powder)
Superbusa (padat/batangan)
41
Sabun Colek (pasta)
c. Chemical Reaction
Zat pembersih ini adalah suatu zat yang dapat
menghilangkan kotoran dengan cara merubah sifat
dari kotoran tersebut. Yaitu dapat dibersihkan
karena adanya reaksi kimia. Chemical reaction
biasanya berbentuk cair atau cristal.
Contoh:
Go getter (cair - Johnson & son)
Pilax (cair – henkel)
Bowl cide (protekindo)
Caustic soda
Vinegar
HCL (hidrocloroid acid)
d. Polish/Primer
Dilihat cara kerjanya polish/primer dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Membersihkan dan menghilangkan kotoran
2. Membersihkan dan melapisi
3. Melapisi dan melindungi
Dilihat dari larutan dasarnya polish/primer
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Solvent / Spirit based polish : polih yang
zat pelarutnya adalah solvent
42
2. Water based polish : polish yang azat
pelarutnya adalah air.
Contoh:
New complette (cair - Johnson & son)
Fortify (cair – Johnson & son)
Traffic Grade (cair – Johnson & son)
Kiwi
Ocedar
Braso
Shine Up
2.5.6. Menggunakan Bahan Kimia yang aman
a. Membaca label pembungkus dan mengikuti
petunjuknya.
b. Pastikan bahwa pembungkus itu tidak bocor atau
rusak.
c. Pastikan bahwa label pada pembungkus benar.
d. Pastikan bahwa botol yang dipakai adalah benar
e. Petugas harus memakai alat pelindung seperti
masker, sarung & nbsp; tangan, kaca mata debu bila
perlu.
f. Jangan mencampur bahan kimia.
g. Ammoniak tidak boleh dicampur dengan chlorine.
h. Multi purpose cleaner umumnya kental dan dapat
di campur dengan air sesuai kebutuhan pembersihan
yang berbeda-beda.
43
i. Abrasives dapat digunakan dengan aman pada
stainless steel, ubin keramik, dan beberapa
peralatan berbahan kaca dari Cina.
j. Jangan gunakan pelapis bahan kimia pada
permukaan keramik.
2.5.7. Menggunakan Pakaian Pelindung
Menggunakan alat pelindung ini diwajibkan bagi
semua staff, dimana tujuan utama adalah untuk
melindungi diri.
Perlengkapan pelindung meliputi:
a. Soe/Sepatu dengan ujung tertutup
Petugas harus memakai alat ini untuk menghindari
kecelakaan seperti lantai yang basah, jalan yang
licin, cairan panas yang tertumpah, kejatuhan
benda-benda yang keras, dan sebagainya.
b. Helmet/Helm pelindung kepala
Digunakan untuk melindungi kepala agar tidak
kejatuhan benda dari atas, helm digunakan ketika
petugas membersihkan balcon, langitlangit dan
dinding.
c. Coat/Jas pelindung
Diharapkan dapat melindungi kulit dari tumpahan
dan untuk para pekerja yang sedang bekerja pada
situasi udara dingin seperti pada ruangan yang
dingin.
44
d. Masker
Dipakai untuk melindungi diri dari uap yang
berasal dari bahan kimia, debu dan asap.
e. Gogless/Kacamata debu
Untuk melindungi mata dari asap debu dan bahan
kimia, ketika membersihkan daerah yang sulit
dijangkau seperti langit-langit, lubang-lubang
angin, kacamata ini juga untuk mencegah jatuhnya
debu atau partikel-partikel pada mata.
f. Hand Glove/Sarung tangan karet
Dapat dipakai pada saat menuangkan bahan kimia
dengan maksud untuk membersihkan atau ketika
mencampur bahan kimia untuk membersihkan kolam
renang atau penanganan material yang tidak mudah
bersih.
2.5.8. Membersihkan Area Umum
Untuk memudahkan cara pembersihan dan menjaga agar
suatu area tetap
terjaga kebersihannya maka perlu adanya penjadwalan
di dalam pembersihannya, Jadwal pembersihan untuk
area umum dapat dibuat daftar seperti:
a. Harian
b. Mingguan
c. Bulanan
d. Tahunan.
45
Pada umumnya bagian-bagian/area umum di dalam
rumah dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Internal (bagian dalam)
Area ruang masuk:
- pintu masuk
- ruang masuk.
Lounge/daerah untuk duduk-duduk
Koridor/jalan diantara kamar-kamar
Lift
Tangga
b. Eksternal (bagian luar)
Kolam renang:
- pusat kebugaran
- ruang ganti
- area bermain anak-anak
III
KESIMPULAN
fungsi rumah tidak hanya menyangkut fungsi fisik
namun juga mencakup fungsi sosial yang dapat
memberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan
diri , kesempatan sekaligus rasa aman.
46
Arsitektur bangunan Indonesia banyak mendapat
pengaruh dari berbagai negara seperti Eropa dan
Hindia Belanda yang membuat arsitektur rumah di
Indonesia menjadi menarik, dan seiring bergantinya
abad di Indonesia arsitekktur rumah mengalami
perubahan.
Perencanaan rumah, penting untuk memerhatikan dari
segi ekonomis, topografi dan jumlah orang dalam
satu keluarga.
Fasilitas didalam rumah harus diperhatikan agar
terjadi kesejahteraan dalam keluarga.
Pemeliharaan dan perawatan rumah penting untuk
memperpanjang usia rumah.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Rumah dan Lingkungan Pemukiman Sehat. Ditjen
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum R.I.
Jakarta. 1997.
SNI. Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan. BSN. Jakarta. 2004
Edward Winters. Aesthetics & Architecture. Continuum
International Publishing Group. London. 2007
Adolf Heuken. Menteng, Kota Taman pertama di Indonesia.
Yayasan Cipta Loka Caraka. Jakarta. 2001 )
Djoko Soekiman. Kebudayaan Indis di Jawa.( Abad XVIII
Sampi Medio XX). 1996
Afifah Harisyah dkk. Eklektisisme Dan Arsitektur Eklektik,
Prinsip dan konsep Desain. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 2007.
J.R. van Diessen. Jakarta/Batavia, Het Centrum van het
Nederlandse koloniale rijk in Azie en zijn cultuurhistorische
nalatenschap. Cantecleert bv. de Bilt. 1989.
A.Straton, The Orders of Architecture. Studio Eds.
London. 1986.
Haryoto. Kusnoputra, pengantar kesehatan lingkungan.
bursa buku FKM-UI.1984
http://www.crayonpedia.org/mw/
Tata_Graha_(HouseKeeping)
48