Upload
independent
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah ekonomi tidak terbatas pada pertukaran barang dan
jasa, atau transaksi ekonomi lainnya antara satu negara dengan
negara lainnya. Masalah ekonomi jauh lebih rumit dari sekedar
masalah perdagangan. Meningkatnya interaksi antarnegara dan
antarbangsa dalam bidang ekonomi menunjukkan betapa pentingnya
ekonomi dalam percaturan politik internasional. Ekonomi
mempunyai sifat yang kompleks dalam pengertian bahwa ekonomi
memiliki hubungan yang erat dan pengaruh yang kuat dalam
bidang politik, baik yang berskala nasional, internasional
maupun global.
Terdapat dua peristiwa besar di dunia yang mendorong
munculnya isu ekonomi dalam perpolitikan global. Dua peristiwa
tersebut adalah berakhirnya Perang Dunia Kedua dan Perang
Dingin. Setelah berakhirnya Perang Dunia II (PD II) situasi
internasional tidak lagi didominasi oleh persaingan ideologi
antara kapitalisme melawan komunisme. Amerika Serikat sebagai
pengusung terdepan ideologi kapitalisme memberikan warna
dominan dalam interaksi antar negara. Pada saat ideologi tidak
lagi menjadi pertentangan, fokus perhatian pun bergeser dari
melulu mengurusi isu-isu high politics seperti ideologi,
perang dan damai,serta persenjataan, ke isu-isu low politics
seperti ekonomi, demokratisasi, hak azasi manusia (HAM) dan
lain-lain.
Di bawah kapitalisme hubungan antar negara berkembang ke
arah penguasaan sumber-sumber daya ekonomi. Negara-negara great
power adalah negara-negara industri yang maju dalam berbagai
bidang, terutama dalam aspek ekonomi seperti Amerika Serikat,
Inggris, Perancis dan Jerman. Negara-negara ini membutuhkan
sumber daya alam yang tidak sedikit untuk menunjang
industrinya. Sementara sumber daya alam yang melimpah dimiliki
oleh negara-negara miskin di belahan bumi yang lain.1
Perubahan dari dunia internasional juga ditandai dengan
adanya globalisasi, dimana globalisasi merupakan fenomena
khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dengan disokong bersama kehadiran teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Globalisasi menyentuh
seluruh aspek penting kehidupan begitupun pada aspek ekonomi,
yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas yang dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
semakin terintgrasi dengan tanpa rintangan batas
teritorial negara. Globalisasi pada aspek ekonomi mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal,
barang dan jasa.2
Dalam artikel yang ditulis oleh Clark dengan judul
Globalization and the post-cold war order, berpendapat bahwa ada sebuah
kecenderungan untuk menganggap globalisasi sebagai hasil
konsekuensi dari berakhirnya Perang Dingin. Wilayah-wilayah
yang sebelumnya tidak dilibatkan sepenuhnya dalam kapitalisme
global, komunikasi global dan penyebaran budaya global, setelah1 Joshi, Rakesh Mohan, (2009) International Business, Oxford University
Press, New Delhi and New York. hal. 28 2 Joshi, Rakesh Mohan, (2009) International Business, Oxford University
Press, New Delhi and New York. hal. 7.
Perang Dingin kini telah terintegrasi kedalam suatu jaringan.
Inilah kemudian yang banyak disebut globalisasi sebagai
fenomena hilangnya batasan-batasan wilayah dan seolah-olah
semua wilayah terintegrasi dan makin menipisnya jarak antara
satu dengan yang lain.3
Dengan demikian globalisasi telah memunculkan suatu
integrasi ekonomi, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya
World Bank, WTO dan IMF sebagai hasil dari perekonomian yang
mengglobal menjadi sorotan utama para penstudi HI memandang
efek dari globalisasi kini sudah sangat besar pengaruhnya. Dan
ikon-ikon yang muncul dari pengaruh kapitalisme global tersebut
sebenarnya hanyalah sebuah manipulasi dari negara hegemon untuk
makin memperbesar kekuasaannya dan makin menjatuhkan negara-
negara dunia ketiga.4
Oleh karena itu dalam artikelnya Clark mengaggap bahwa
kehadiran globalisasi pasca Perang Dingin sangat memberikan
keleluasaan bagi negara-negara maju untuk mengembangkan segala
hal yang dimilikinya dalam ruang lingkup global. Kemunculan
perspektif-perspektif baru pada era tersebut dalam kajian
hubungan internasional juga telah memberi warna tersendiri bagi
perkembangan ilmu HI dimana perspektif-perspektif tersebut
saling berkontribusi dalam menghadapi tantangan globalisasi
terhadap tatanan politik dunia dalam sistem internasional.
3 Clark, Ian. 2001. Globalization and the post-cold war order, dalam bukuJohn Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization of World Politics, 2ndedition, Oxford, hal. 614-648.
4 Joshi, Rakesh Mohan, (2009) International Business, OxfordUniversity Press, New Delhi and New York. hal. 2.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini akan
fokus pada beberapa pembahasan, yaitu:
a Bagaimana pengaruh Globalisasi terhadap
kebijakan ekonomi politik internasional pasca
perang dingin
b Bagaimana dampak globalisasi dan upaya negara
dalam memperjuangkan kesejahteraan ekonomi
c Bagaimana kerjasama dan konflik ekonomi antara
negara maju dan negara berkembang
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN EKONOMI
A. Perkembangan Ekonomi Politik Internasional Pasca Perang
Dingin
Sejak berakhirnya perang dingin dan runtuhnya uni soviet
menyebabkan isu keamanan global cenderung menyurut pada level
terendah, sejalan dengan menyurutnya isu keamanan, isu ekonomi
pun mulai berkembang dan nampak menggeser isu keamanan. Pada
isu mendatang isu ekonomi akan mendominasi agenda global isu
ekonomi ini kemungkinan memunculkan blok ekonomi dan
perdagangan, seperti Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur
seperti jepang sebagi pemimpinnya. Kecenderungan ke arah
tersebut telah nampak, sejalan dengan intensitas globalisasi
yang meningkat khususnya bidang ekonomi dan perdagangan.5
Perhatian mengenai masalah ekonomi kurang mendapat
sorotan para pengkaji setudi hubungan internasional. dalam
perkembangannya setudi mengenai ekonomi mulai mendapat
perhatian khusus melalui tajuk Ekonomi Politik Internasional
hal tersebut diawali dengan situasi krisis global akibat
keruntuhan sistem moneter Bretton Woods, krisis minyak dan
dekolonialisasi.
.
5 Budi winarno (2008), Globalisasi Peluang dan Ancaman bagi Indonesia.Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal: 11
B. Pengaruh Globalisasi terhadap kebijakan ekonomi politik
internasional pasca perang dingin
Perkembangan ekonomi dunia yang begitu pesat meningkatkan
hubungan saling ketergantungan dan persaingan, hal tersebut
membuat semakin rumit strategi pembangunan yang hanya
mengandalkan ekspor. Di lain sisi, hal tersebut digunakan
sebagai peluang untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan
nasional.Sejak dasawarsa tujuh puluh hingga tahun 2000-an
perekonomian dunia mengalami perubahan yang bersifat mendasar
dan cenderung pada jangka panjang. Perkembangan tersebut
dinamakan “globalisasi”.6 Globalisasi terjadi dalam kegiatan
finansial, produksi, investasi, dan perdagangan sehingga
mempengaruhi hubungan ekonomi antarbangsa. Proses globalisasi
meningkatkan hubungan saling ketergantungan antarnegara,
menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia.
Istilah globalisasi pertama kali di kemukakan oleh
Theodore Levitte pada tahun 1985. Globalisasi sendiri berasal
dari kata globe yang bermakna bola bumi buatan, peta bumi yang
bulat seperti bola (tiruan bumi), dunia (planet bumi).
Kemudian menjadi global yang artinya secara umum dan
keseluruhan yang bersangkut paut meliputi seluruh dunia.7
Globalisasi yang dimaknai sebagai suatu proses di mana antar
individu, antar kelompok, dan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama
lain yang melintasi batas negara. globalisasi terjadi secara
6 Prof. Dr. R Hendra Halwani, M.A, Ekonomi Internasional dan GlobalisasiEkonomi, (Jakarta:Ghalia Indonesia.2002),hal:224.
7 Hopkins, A.G. (ed.). (2004). Globalization in World History. London:Norton, hal. 4–8.
menyeluruh di semua belahan dunia, dirasakan secara kolektif,
menyamarkan bahkan menghilangkan lintas batas negara, dan
secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi gaya
hidup serta budaya manusia Globalisasi dapat dianggap sebagai
proses (atau sekumpulan proses) yang mewujudkan transformasi
organisasi spasial hubungan sosial dan transaksi.8
Globalisasi merupakan suatu fenomena yang tidak asing
lagi terdengar khususnya dalam kajian ilmu hubungan
internasional. Globalisasi sendiri telah menyentuh berbagai
aspek seperti budaya, ekonomi dan juga politik yang kini sudah
menyentuh kedaulatan sebuah negara. Globalisasi dianggap telah
mempengaruhi keaulatan negara sehingga negara merasa tidak
sepenuhnya “merdeka”. Apalagi semenjak berakhirnya perang
dingin, kekuasaan tertinggi yang menempatkan Amerika Serikat
sebagai negara hegemon itupun dapat sangat mempengaruhi
kekuasaan dari negara-negara lain terutama negara dunia ketiga
yang mayoritas masih merupakan negara-negara miskin dan
berkembang. Negara hegemon yang selalu berperan ikut andil
dalam masalah-masalah pada tiap negara terutama dalam bidang
politik, sangat dirasa besar pengaruhnya bagi negara yang
dicampuri tersebut karena mereka dapat memiliki dua dampak
sekaligus yakni baik yang positif maupun negatif
Para pendukung globalisasi meramalkan adanya pertumbuhan
yang cepat dan substansial di dunia berkembang, di Asia Timur,
Asia Selatan dan Amerika latin9. Laju pertumbuhan yang tinggi
akan mengubah output dan perdagangan dunia yang dihasilkan8 Held, David. 1999. Global Transformations: Politics, Economics
and Culture. Stanford University Press. hal.369 Paul Hirst & Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos, (Jakarta:Yayasan obor Indonesia.2001), hal:145-146.
oleh negara-negara berkembang besar seperti Cina, India,
Indonesia, dan Korea Selatan. Sedangkan kelompok yang pesimis
terhadap globalisasi berpendapat bahwa mobilitas modal dan
perdagangan bebas akan mendorong pergeseran investasi
manufaktur dari negara-negara industri maju dengan upah tinggi
ke negara-negara berkembang dengan upah rendah. Hal ini
mengurangi kesempatan kerja di negara kaya dan, mempercepat
deindustrialisasi tanpa kompensasi keuntungan untuk mereka
dan tidak membawa manfaat kesejahteraan bagi massa pekerja di
negara berkembang.
Globalisasi secara tidak langsung menyebabkan hilangnya
sekat-sekat negara yang pada akhirnya memudahkan untuk saling
berinteraksi satu sama lain. Kemudahan berinteraksi itu
kemudian pada akhirnya melahirkan isu global. Adanya isu
global ditandai dengan meningkatnya hubungan saling
ketergantungan antar negara. Hal itu karena adanya kesadaran
bahwa kegagalan dalam mengatasi isu global tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat internasional secara
keseluruhan, sehingga upaya penyelesaian masalah global
dilakukan oleh seluruh negara dan menyebabkan seluruh negara
berinteraksi satu sama lain.10
Dalam konteks hubungan internasional pasca Perang Dingin,
terdapat satu hal yang menjadi perdebatan hangat di masyarakat
internasional yakni “kedaulatan nasional” seperti yang
tersirat dalam perjanjian Westphalia 1948.Dalam perjanjian
Westphalia 1948 dinyatakan bahwa dengan kedaulatannya, sebuah
10 Daniel, John D., Lee H. Radebaugh, and Daniel P. Sullivan,International Business: Environments and Operations, Pearson Education(Singapore) Pvt. Ltd, New Delhi, 2004, hal. 1–27.
negara berhak mengatur segala urusan dalam negerinya, termasuk
yang berkaitan dengan perlakuan terhadap warga negaranya.
Suatu negara juga dilarang campur tangan dalam urusan negara
lain. Kini di era globalisasi, dunia serasa menjadi
satu.kedaulatan memang masih ada, tapi kekuatannya cenderung
sudah terpengaruh oleh arus globalisasi.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya
batas-batas investasi atau pasar secara nasional, regional,
maupun internasional11. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
hal-hal berikut :
1. Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih
2. Lalu lintas devisa yang semakin bebas
3. Ekonomi negara yang semakin terbuka
4. Penggunaan secara penuh keunggulan komparatif dan
kompetitif tiap-tiap negara
5. Metode produksi dan perakitan dengan organisasi
manajemen yang semakin efisien
6. Semakin pesatnya perkembangan perusahaan
multinasional di seluruh dunia.
11 Paul Hirst & Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos, (Jakarta:Yayasan obor Indonesia.2001), hal. 225.
C. Dampak globalisasi dan upaya negara dalam memperjuangkan
kesejahteraan ekonomi
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan
ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia
menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan
tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan
hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika
globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi
perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk
dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif,
sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global
ke dalam pasar domestik.
Pendekatan ekonomi politik ini menjelaskan hubungan
timbal balik antara hubungan ekonomi dan politik, yang
tergambar dalam hubungan pasar dan negara. Di satu pihak,
politik menentukan kerangka aktivitas ekonomi dan
mengarahkannya untuk melayani kepentingan kelompok-kelompok
dominan; dan penggunaan kekuasaan dalam berbagai bentuk sangat
menentukan hakikat sistem ekonomi. Hubungan timbal balik
antara politik dan ekonomi, faktor ekonomi memperlihatkan
dominasinya atas faktor politik. Hubungan internasional antara
Barat – Timur, Utara – Selatan, negara-negara maju – negara-
negara berkembang – negara-negara miskin, semuanya lebih
didasarkan pada alasan ekonomi. Ekonomi telah menjadi kunci
status dan peringkat negara-bangsa dalam sistem global.
Terdapat tanda-tanda pembagian, ada yang berdasarkan letak
geografis dan ada yang berdasarkan kapasitas ekonomi
nasionalnya.
Akan tetapi, yang sangat disayangkan dalam interaksi
ekonomi internasional ini adalah ketidakseimbangan antara
Utara dan Selatan. Negara-negara miskin yang secara geografis
berada di belahan bumi selatan mempunyai ketergantungan yang
tinggi terhadap negara-negara maju yang berada di belahan bumi
utara. Dalam sistem kapitalisme yang diciptakan negara-negara
Utara, negara-negara Selatan diletakkan pada posisi yang tidak
diuntungkan. Akibatnya, penetrasi ekonomi negara-negara Utara
terhadap negara-negara Selatan sering kali terjadi.12
Globalisasi dalam bidang ekonomi memiliki dampak positif
dan dampak negatif. Berikut ini beberapa dampak positif
globalisasi ekonomi:
1. Produksi global dapat ditingkatkan
Dampak positif dari globalisasi ekonomi ini sesuai
dengan pandangan dari teori keuntungan komparatif yang
diungkapkan oleh David Ricardo. Melalui proses spesialisasi
dan perdagangan faktor-faktor produksi dapat dipakai dengan
lebih efisien sehingga masyarakat memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang
12 Jan Nederveen Pieterse. Representations of Uneven Development and theInteraction of Modernities (Yale University Press, 1992), hal. 131.
meningkat. Selanjutnya bisa meningkatkan pembelanjaan dan
tabungan.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara
Efek positif selanjutnya adalah perdagangan semakin
lebih bebas sehingga memungkinkan masyarakat dari berbagai
negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal
ini mengakibatkan konsumen memiliki pilihan yang beragam.
Selain itu konsumen berkesempatan menikmati barang yang
berkualitas dengan harga yang rendah.
3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Globalisasi ekonomi memungkinkan setiap negara memiliki
pasar yang lebih luas dari pasar dalam negeri.
Sedangkan dampak negatif globalisasi ekonomi, yaitu:13
1. Menghambat Pertumbuhan Sektor Industri
Salah satu pengaruh negatif globalisasi ekonomi adalah
pertumbuhan sektor industri terhambat. Hal ini diakibatkan
perdagangan yang lebih bebas. Perdagangan yang bebas
mengakibatkan negara-negara berkembang tidak bisa lagi
menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan perlindungan
pada industri yang baru berkembang.
2. Memperburuk Neraca Pembayaran
Globalisasi memiliki kecenderungan menaikkan barang-
barang impor. Sebaliknya, jika suatu negara tidak mampu
bersaing maka ekspor tidak dapat berkembang. Hal ini akan
mengakibatkan keadaan neraca pembayaran akan menjadi buruk.13 Ibid.,
Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk pada neraca
pembayaran.
3. Sektor Keuangan Semakin Tidak Stabil
Pengaruh globalisasi dalam bidang ekonomi dapat
mengakibatkan aliran investasi semakin membesar. Investasi ini
khususnya investasi dana luar negeri yang masuk ke pasar
saham. Saat bursa saham meningkat, dana tersebut akan masuk
sehingga neraca pembayaran bertambah baik dan nilai uang akan
bertambah baik. Namun sebaliknya, saat harga saham menurun,
dana dari dalam negeri akan mengalir ke luar negeri. Hal ini
mengakibatkan neraca pembayaran memiliki kecenderungan menjadi
bertambah buruk sehingga mata uang domestik ikut mengalami
penurunan. Ketidakstabilan yang terjadi pada sektor keuangan
ini bisa menimbulkan efek negatif pada kestabilan kegiatan
ekonomi secara keseluruhan.
Akan tetapi, Fiqarrahmadani Yustiazari menyebutkan bahwa
Martin Wolf dalam tulisannya yang berjudul ‘Inceensed about
Inequality’ menyatakan bahwa globalisasi tidak menyebabkan
ketimpangan ekonomi namun sebaliknya, globalisasi justru
memberikan kemajuan terhadap pemerataan ekonomi internasional.
Ia menyebutkan bahwa rasio pemasukan rata-rata negara-negara
kaya dan negara-negara miskin terus meningkat bila
dibandingkan dengan pada era sebelum globalisasi. Selain itu,
terjadi pula peningkatan dalam standar hidup negara dengan
pemasukan tinggi dengan negara-negara berkembang yang telah
meningkat sejak 20 tahun yang lalu. Dan yang terakhir,
globalisasi menyebabkan ketimpangan global atas individu
menurun sejak tahun 1970an.14
Jika melihat pernyataan diatas, maka dapat dipahami
bahwa globalisasi merupakan sebuah potensi dan kesempatan bagi
masyarakat untuk lebih meningkatkan kualitas hidupnya dan
menekan kemiskinan. Sayangnya, kenyataan bahwa tidak semua
masyarakat mampu bersaing secara global membawa kita kepada
fakta bahwa globalisasi tidak menguntungkan semua pihak. Akan
tetapi, disamping itu globalisasi juga memberikan kesempatan
bagi masyarakat dan negara menuju perubahan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan era sebelumnya.
14 Fiqarrahmadani Yustiazari. Globalisasi dan Ketidaksetaraan (10 Maret2014) diakses dari:http://fyustiazari-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-92865-Globalisasi%20Strategi-Globalisasi%20dan%20Ketidaksetaraan.htmlpada 31 Mei 2014
D. Kerjasama dan konflik ekonomi antara negara maju dan
negara berkembang
Berakhirnya Perang Dingin memperlihatkan kenyataan bahwa
konflik idoelogi tidak lagi relevan dalam politik
internasional. Isu sentral yang muncul kemudian adalah
persoalan-persoalan ekonomi yang muncul seiring dengan
meningkatnya interdependensi global antar negara dan
regionalisme ekonomi. Salah satu indikasi yang dapat dijadikan
tolok ukur bahwa telah terjadi pergeseran dari paradigma
ideologi politik sebelum dan dalam periode Perang Dingin ke
paradigma ekonomi adalah pertumbuhan-pertumbuhan blok-blok
regional.15
Dengan demikian hampir di setiap belahan bumi terdapat
blok ekonomi yang menyebutkan identitas regionalnya seperti
European Economic Community (EEC), Latin America Free Trade Area
(LAFTA), North Amerika Free Trade Area (NAFTA), Asean Free Trade Area
(AFTA), Asia Pasific Economic Cooperation (APEC), dan lain-lain. Di
samping itu dibentuk pula organisasi atau lembaga
internasional baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi
untuk mengatur jalannya sistem perekonomian global tersebut,
yaitu: World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund
(IMF), International Bank for Reconstruction and Development (IBRD),
Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC), Organization for Economic
and Development (OECD), dan lain-lain.16
15 William J. Kehoe, Regional and Global Economic Integration: Implication forGlobal Business. 2002 University of Virginia. hal. 1.
16 Ibid,. hal. 2.
E. Fenomena Integrasi Ekonomi Kawasan
Salah satu cara yang ditempuh oleh tiap negara atau
kumpulan negara saat ini sebagai upaya menghadapi globalisasi
dan liberalisasi ekonomi dunia ialah dengan melakukan
Integrasi ekonomi negara-negara dalam satu kawasan (regional)
atau regionalisme, baik berupa perjanjian perdagangan bebas,
persekutuan pabean (custom union) ataupun tingkat integrasi
yang lebih tinggi. Namun gejala atau fenomena regionalisme
sebenarnya bukan hal yang baru terjadi saat ini saja, jika
kita melihat sejarah, gejala pertumbuhan regionalisme telah
dimulai pada abad ke -19.
Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa regionalisme
bukanlah gejala atau fenomena baru, tetapi dapat dikatakan
bahwa perkembangan regionalisme pada masa-masa sekarang ini,
atau jika hendak dikategorikan akan masuk dalam regionalisme
gelombang ke empat pasca Perang Dingin, jauh melebihi
perkembangan fenomena regionalisme pada masa-masa sebelumnya.
Jika dilihat dari sisi jumlah saja akan menunjukkan perbedaaan
yang cukup jauh, hingga tahun 2007 saja jumlah integrasi
ekonomi dan perdagangan secara regional mencapai lebih dari
300 perjanjian. Dengan hampir seluruh negara di dunia ataupun
seluruh anggota World Trade Organization (WTO) setidaknya
bergabung ke dalam satu atau lebih perjanjian perdagangan
secara regional, hingga saat ini hanya Mongolia yang tidak
bergabung dengan satupun perjanjian perdagangan.17
17 Mina Mashayekhi, Lakshmi Puri dan Taisuke Ito, “Multilateralism andRegionalism: The New Interface”, diakses melaluihttp://www.unctad.org/en/docs/ditctncd20047_en.pdf pada 18 Juni2014 pukul 21.00 WIB).
Salah satu kawasan integrasi ekonomi ialah Asia Tenggara
dalam hal ini ialah ASEAN yang diyakini akan mendorong kawasan
tersebut menjadi pemain penting di tingkat global, bukan hanya
di bidang ekonomi,namun dibidang lainnya. Arus globalisasi
membuat perubahan mendasar dalam tata dunia internasional,
khususnya dibidang ekonomi.
ASEAN sebagai sebuah entitas pada tahun 1967 dibentuk
dengan alasan politik dan keamanan di kawasan. Kerjasama
politik merupakan agenda utama ASEAN, sedangkan kerjasama
ekonomi hanya menjadi semacam “pelengkap” atau “perekat”
kerjasama politik pada masa-masa awal itu. Selain sebagai
“pelengkap” persatuan politik (menghindari konflik antarsesama
dan komunisme), kerjasama ekonomi ASEAN hingga sebelum tahun
1990-an dapat dikatakan sangat reaktif, skema atau proyek
kerjasama ekonomi akan meningkat tatkala ekonomi dunia sedang
menurun dan kemudian akan segera menurun saat ekonomi dunia
membaik. Perkembangan integrasi ekonomi dalam tubuh ASEAN
memiliki arah dan tenggat waktu yang lebih jelas sejak tahun
1990-an hingga saat ini. Diawali dengan pembentukan AFTA pada
tahun 1992 dan telah berjalan sepenuhnya pada tahun 2003, dan
juga skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT).
Kemudian berlanjut pada pencanangan ASEAN Vision 2020 pada
tahun 1997.18
Upaya akselerasi dan pengejawantahan visi itu pun terus
dilakukan salah satunya adalah rencana pembentukan ASEAN
18 Narongchai Akrasanee, “ASEAN in The Past Thirty-Three Years:Lessons for Economic Co- operation”, dalam Reinventing ASEAN, ed.Simon S.C. Tay, Jesus P.Estanislao and Hadi Soesastro (Singapore:Institute of Southeast Asian Studies, 2004), hlm 35.
Economic Community (AEC) yang akan selesai pada tahun 2015.
AEC merupakan bagian dari ASEAN Community (AC) secara
keseluruhan yang disahkan melalui Bali Concord II pada Oktober
2003, dua bidang lain yang disepakati untuk dibangun kerjasama
dalam AC adalah ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN
Socio-Cultural Community (ASCC).19
Berbeda dengan AFTA, AEC akan menjadikan negara- negara
ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal (single market) dan pusat
produksi (production base), dengan harapan bahwa ASEAN akan
menjadi sebuah bagian dari rantai produksi global. ASEAN akan
menjadi sebuah komunitas bersama yang akan menerapkan
kebijakan ekonomi yang sama terhadap negara non- ASEAN.
Sebagai salah satu jalan menuju pembentukan AEC, ASEAN
haruslah memperkuat perekonomian dirinya sendiri, serta
memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain, sebagaimana
tercantum dalam deklarasi Bali Concord II.20
19 ASEAN, “Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II)”, diaksesmelalui http://www.asean.org/news/item/declaration-of-asean-concord-ii-bali-concord-ii pada 18 Juni 2014 pukul 21.00 WIB).
20 Ibid.
BAB III
KESIMPPULAN
Meningkatnya saling ketergantungan global di bidang
ekonomi setelah Perang Dunia Kedua dan regionalisme ekonomi
menjelang dan pasca berakhirnya Perang Dingin memunculkan
ekonomi menjadi isu sentral yang mewarnai dan mendominasi
interaksi antar negara bangsa. Pemaparan beberapa peristiwa di
atas menjadi suatu pembenaran bahwa hanya negara-negara yang
mempunyai kemampuan ekonomi yang besar mempunyai akses ke
dalam politik internasional, baik dalam menentukan maupun
memainkannya. Penguasaan mekanisme perekonomian global di
bawah kekuasaan negara-negara Barat telah melahirkan dan
melestarikan tata ekonomi dunia kapitalis, terutama ketika dua
kekuatan sosialis dunia jatuh dan beralih kearah kapitalisme.
Pendekatan ekonomi telah menentukan pola interaksi dalam
politik internasional, baik kerjasama maupun konflik. Bahkan,
konflik yang muncul tidak hanya bermotif persaingan dalam
memperebutkan sumber-sumber ekonomi yang penting tetapi juga
konflik akibat kesenjangan dalam pembangunan ekonomi global
antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan miskin
yang menjadi bukti nyata dampak negatif dari globalisasi
ekonomi.
Daftar Pustaka
Budi winarno Globalisasi Peluang dan Ancaman bagi Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga. 2008.
Clark, Ian. Globalization and the post-cold war order,
dalam buku John Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization
of World Politics, 2nd edition, Oxford. 2001.
Joshi, Rakesh Mohan, International Business, Oxford
University Press, New Delhi and New York. 2009.
Prof. Dr. R Hendra Halwani, M.A, Ekonomi Internasional
dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta:Ghalia Indonesia. 2002.
Daniel, John D., Lee H. Radebaugh, and Daniel P.
Sullivan, International Business: Environments and Operations, Pearson
Education (Singapore) Pvt. Ltd, New Delhi, 2004.
Hopkins, A.G. (ed.). Globalization in World History. London:
Norton. 2004
Held, David. Global Transformations: Politics, Economics and Culture.
Stanford University Press. 1999.
Jan Nederveen Pieterse. Representations of Uneven
Development and the Interaction of Modernities Yale University
Press, 1992.
Narongchai Akrasanee, “ASEAN in The Past Thirty-Three Years: Lessons
for Economic Co- operation”, dalam Reinventing ASEAN, ed. Simon S.C.
Tay, Jesus P.Estanislao and Hadi Soesastro (Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies, 2004.
Paul Hirst & Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos,
Jakarta: Yayasan obor Indonesia. 2001.
William J. Kehoe, Regional and Global Economic
Integration: Implication for Global Business. 2002 University
of Virginia.
Fiqarrahmadani Yustiazari. Globalisasi dan
Ketidaksetaraan (10 Maret 2014) diakses dari:
http://fyustiazari-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-
92865-Globalisasi%20Strategi-Globalisasi%20dan
%20Ketidaksetaraan.html
Mina Mashayekhi, Lakshmi Puri dan Taisuke Ito,
“Multilateralism and Regionalism: The New Interface”, diakses
melalui http://www.unctad.org/en/docs/ditctncd20047_en.pdf
ASEAN, “Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II)”,
diakses melalui http://www.asean.org/news/item/declaration-of-
asean-concord-ii-bali-concord-ii