23
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ekonomi tidak terbatas pada pertukaran barang dan jasa, atau transaksi ekonomi lainnya antara satu negara dengan negara lainnya. Masalah ekonomi jauh lebih rumit dari sekedar masalah perdagangan. Meningkatnya interaksi antarnegara dan antarbangsa dalam bidang ekonomi menunjukkan betapa pentingnya ekonomi dalam percaturan politik internasional. Ekonomi mempunyai sifat yang kompleks dalam pengertian bahwa ekonomi memiliki hubungan yang erat dan pengaruh yang kuat dalam bidang politik, baik yang berskala nasional, internasional maupun global. Terdapat dua peristiwa besar di dunia yang mendorong munculnya isu ekonomi dalam perpolitikan global. Dua peristiwa tersebut adalah berakhirnya Perang Dunia Kedua dan Perang Dingin. Setelah berakhirnya Perang Dunia II (PD II) situasi internasional tidak lagi didominasi oleh persaingan ideologi antara kapitalisme melawan komunisme. Amerika Serikat sebagai pengusung terdepan ideologi kapitalisme memberikan warna dominan dalam interaksi antar negara. Pada saat ideologi tidak lagi menjadi pertentangan, fokus perhatian pun bergeser dari melulu mengurusi isu-isu high politics seperti ideologi, perang dan damai,serta persenjataan, ke isu-isu low politics seperti ekonomi, demokratisasi, hak azasi manusia (HAM) dan lain-lain.

Makalah polin

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah ekonomi tidak terbatas pada pertukaran barang dan

jasa, atau transaksi ekonomi lainnya antara satu negara dengan

negara lainnya. Masalah ekonomi jauh lebih rumit dari sekedar

masalah perdagangan. Meningkatnya interaksi antarnegara dan

antarbangsa dalam bidang ekonomi menunjukkan betapa pentingnya

ekonomi dalam percaturan politik internasional. Ekonomi

mempunyai sifat yang kompleks dalam pengertian bahwa ekonomi

memiliki hubungan yang erat dan pengaruh yang kuat dalam

bidang politik, baik yang berskala nasional, internasional

maupun global.

Terdapat dua peristiwa besar di dunia yang mendorong

munculnya isu ekonomi dalam perpolitikan global. Dua peristiwa

tersebut adalah berakhirnya Perang Dunia Kedua dan Perang

Dingin. Setelah berakhirnya Perang Dunia II (PD II) situasi

internasional tidak lagi didominasi oleh persaingan ideologi

antara kapitalisme melawan komunisme. Amerika Serikat sebagai

pengusung terdepan ideologi kapitalisme memberikan warna

dominan dalam interaksi antar negara. Pada saat ideologi tidak

lagi menjadi pertentangan, fokus perhatian pun bergeser dari

melulu mengurusi isu-isu high politics seperti ideologi,

perang dan damai,serta persenjataan, ke isu-isu low politics

seperti ekonomi, demokratisasi, hak azasi manusia (HAM) dan

lain-lain.

Di bawah kapitalisme hubungan antar negara berkembang ke

arah penguasaan sumber-sumber daya ekonomi. Negara-negara great

power adalah negara-negara industri yang maju dalam berbagai

bidang, terutama dalam aspek ekonomi seperti Amerika Serikat,

Inggris, Perancis dan Jerman. Negara-negara ini membutuhkan

sumber daya alam yang tidak sedikit untuk menunjang

industrinya. Sementara sumber daya alam yang melimpah dimiliki

oleh negara-negara miskin di belahan bumi yang lain.1

Perubahan dari dunia internasional juga ditandai dengan

adanya globalisasi, dimana globalisasi merupakan fenomena

khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam

masyarakat global dengan disokong bersama kehadiran teknologi

informasi dan teknologi komunikasi. Globalisasi menyentuh

seluruh aspek penting kehidupan begitupun pada aspek ekonomi,

yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas yang dimana

negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang

semakin terintgrasi  dengan tanpa rintangan batas

teritorial negara. Globalisasi pada aspek ekonomi mengharuskan

penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal,

barang dan jasa.2

Dalam artikel yang ditulis oleh Clark dengan judul

Globalization and the post-cold war order, berpendapat bahwa ada sebuah

kecenderungan untuk menganggap globalisasi sebagai hasil

konsekuensi dari berakhirnya Perang Dingin. Wilayah-wilayah

yang sebelumnya tidak dilibatkan sepenuhnya dalam kapitalisme

global, komunikasi global dan penyebaran budaya global, setelah1 Joshi, Rakesh Mohan, (2009) International Business, Oxford University

Press, New Delhi and New York. hal. 28 2 Joshi, Rakesh Mohan, (2009) International Business, Oxford University

Press, New Delhi and New York. hal. 7.

Perang Dingin kini telah terintegrasi kedalam suatu jaringan.

Inilah kemudian yang banyak disebut globalisasi sebagai

fenomena hilangnya batasan-batasan wilayah dan seolah-olah

semua wilayah terintegrasi dan makin menipisnya jarak antara

satu dengan yang lain.3

Dengan demikian globalisasi telah memunculkan suatu

integrasi ekonomi, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya

World Bank, WTO dan IMF sebagai hasil dari perekonomian yang

mengglobal menjadi sorotan utama para penstudi HI memandang

efek dari globalisasi kini sudah sangat besar pengaruhnya. Dan

ikon-ikon yang muncul dari pengaruh kapitalisme global tersebut

sebenarnya hanyalah sebuah manipulasi dari negara hegemon untuk

makin memperbesar kekuasaannya dan makin menjatuhkan negara-

negara dunia ketiga.4

Oleh karena itu dalam artikelnya Clark mengaggap bahwa

kehadiran globalisasi pasca Perang Dingin sangat memberikan

keleluasaan bagi negara-negara maju untuk mengembangkan segala

hal yang dimilikinya dalam ruang lingkup global. Kemunculan

perspektif-perspektif baru pada era tersebut dalam kajian

hubungan internasional juga telah memberi warna tersendiri bagi

perkembangan ilmu HI dimana perspektif-perspektif tersebut

saling berkontribusi dalam menghadapi tantangan globalisasi

terhadap tatanan politik dunia dalam sistem internasional.

3 Clark, Ian. 2001. Globalization and the post-cold war order, dalam bukuJohn Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization of World Politics, 2ndedition, Oxford, hal. 614-648.

4 Joshi, Rakesh Mohan, (2009) International Business, OxfordUniversity Press, New Delhi and New York. hal. 2.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini akan

fokus pada beberapa pembahasan, yaitu:

a Bagaimana pengaruh Globalisasi terhadap

kebijakan ekonomi politik internasional pasca

perang dingin

b Bagaimana dampak globalisasi dan upaya negara

dalam memperjuangkan kesejahteraan ekonomi

c Bagaimana kerjasama dan konflik ekonomi antara

negara maju dan negara berkembang

BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN EKONOMI

A. Perkembangan Ekonomi Politik Internasional Pasca Perang

Dingin

Sejak berakhirnya perang dingin dan runtuhnya uni soviet

menyebabkan isu keamanan global cenderung menyurut pada level

terendah, sejalan dengan menyurutnya isu keamanan, isu ekonomi

pun mulai berkembang dan nampak menggeser isu keamanan. Pada

isu mendatang isu ekonomi akan mendominasi agenda global isu

ekonomi ini kemungkinan memunculkan blok ekonomi dan

perdagangan, seperti Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur

seperti jepang sebagi pemimpinnya. Kecenderungan ke arah

tersebut telah nampak, sejalan dengan intensitas globalisasi

yang meningkat khususnya bidang ekonomi dan perdagangan.5

Perhatian mengenai masalah ekonomi kurang mendapat

sorotan para pengkaji setudi hubungan internasional. dalam

perkembangannya setudi mengenai ekonomi mulai mendapat

perhatian khusus melalui tajuk Ekonomi Politik Internasional

hal tersebut diawali dengan situasi krisis global akibat

keruntuhan sistem moneter Bretton Woods, krisis minyak dan

dekolonialisasi.

.

5 Budi winarno (2008), Globalisasi Peluang dan Ancaman bagi Indonesia.Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal: 11

B. Pengaruh Globalisasi terhadap kebijakan ekonomi politik

internasional pasca perang dingin

Perkembangan ekonomi dunia yang begitu pesat meningkatkan

hubungan saling ketergantungan dan persaingan, hal tersebut

membuat semakin rumit strategi pembangunan yang hanya

mengandalkan ekspor. Di lain sisi, hal tersebut digunakan

sebagai peluang untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan

nasional.Sejak dasawarsa tujuh puluh hingga tahun 2000-an

perekonomian dunia mengalami perubahan yang bersifat mendasar

dan cenderung pada jangka panjang. Perkembangan tersebut

dinamakan “globalisasi”.6 Globalisasi terjadi dalam kegiatan

finansial, produksi, investasi, dan perdagangan sehingga

mempengaruhi hubungan ekonomi antarbangsa. Proses globalisasi

meningkatkan hubungan saling ketergantungan antarnegara,

menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia.

Istilah globalisasi pertama kali di kemukakan oleh

Theodore Levitte pada tahun 1985. Globalisasi sendiri berasal

dari kata globe yang bermakna bola bumi buatan, peta bumi yang

bulat seperti bola (tiruan bumi), dunia (planet bumi).

Kemudian menjadi global yang artinya secara umum dan

keseluruhan yang bersangkut paut meliputi seluruh dunia.7

Globalisasi yang dimaknai sebagai suatu proses di mana antar

individu, antar kelompok, dan antar negara saling

berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama

lain yang melintasi batas negara. globalisasi terjadi secara

6 Prof. Dr. R Hendra Halwani, M.A, Ekonomi Internasional dan GlobalisasiEkonomi, (Jakarta:Ghalia Indonesia.2002),hal:224.

7 Hopkins, A.G. (ed.). (2004). Globalization in World History. London:Norton, hal. 4–8.

menyeluruh di semua belahan dunia, dirasakan secara kolektif,

menyamarkan bahkan menghilangkan lintas batas negara, dan

secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi gaya

hidup serta budaya manusia Globalisasi dapat dianggap sebagai

proses (atau sekumpulan proses) yang mewujudkan transformasi

organisasi spasial hubungan sosial dan transaksi.8

Globalisasi merupakan suatu fenomena yang tidak asing

lagi terdengar khususnya dalam kajian ilmu hubungan

internasional. Globalisasi sendiri telah menyentuh berbagai

aspek seperti budaya, ekonomi dan juga politik yang kini sudah

menyentuh kedaulatan sebuah negara. Globalisasi dianggap telah

mempengaruhi keaulatan negara sehingga negara merasa tidak

sepenuhnya “merdeka”. Apalagi semenjak berakhirnya perang

dingin, kekuasaan tertinggi yang menempatkan Amerika Serikat

sebagai negara hegemon itupun dapat sangat mempengaruhi

kekuasaan dari negara-negara lain terutama negara dunia ketiga

yang mayoritas masih merupakan negara-negara miskin dan

berkembang. Negara hegemon yang selalu berperan ikut andil

dalam masalah-masalah pada tiap negara terutama dalam bidang

politik, sangat dirasa besar pengaruhnya bagi negara yang

dicampuri tersebut karena mereka dapat memiliki dua dampak

sekaligus yakni baik yang positif maupun negatif

Para pendukung globalisasi meramalkan adanya pertumbuhan

yang cepat dan substansial di dunia berkembang, di Asia Timur,

Asia Selatan dan Amerika latin9. Laju pertumbuhan yang tinggi

akan mengubah output dan perdagangan dunia yang dihasilkan8 Held, David. 1999. Global Transformations: Politics, Economics

and Culture. Stanford University Press. hal.369 Paul Hirst & Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos, (Jakarta:Yayasan obor Indonesia.2001), hal:145-146.

oleh negara-negara berkembang besar seperti Cina, India,

Indonesia, dan Korea Selatan. Sedangkan kelompok yang pesimis

terhadap globalisasi berpendapat bahwa mobilitas modal dan

perdagangan bebas akan mendorong pergeseran investasi

manufaktur dari negara-negara industri maju dengan upah tinggi

ke negara-negara berkembang dengan upah rendah. Hal ini

mengurangi kesempatan kerja di negara kaya dan, mempercepat

deindustrialisasi tanpa kompensasi keuntungan untuk mereka

dan tidak membawa manfaat kesejahteraan bagi massa pekerja di

negara berkembang.

Globalisasi secara tidak langsung menyebabkan hilangnya

sekat-sekat negara yang pada akhirnya memudahkan untuk saling

berinteraksi satu sama lain. Kemudahan berinteraksi itu

kemudian pada akhirnya melahirkan isu global. Adanya isu

global ditandai dengan meningkatnya hubungan saling

ketergantungan antar negara. Hal itu karena adanya kesadaran

bahwa kegagalan dalam mengatasi isu global tersebut dapat

mempengaruhi kehidupan masyarakat internasional secara

keseluruhan, sehingga upaya penyelesaian masalah global

dilakukan oleh seluruh negara dan menyebabkan seluruh negara

berinteraksi satu sama lain.10

Dalam konteks hubungan internasional pasca Perang Dingin,

terdapat satu hal yang menjadi perdebatan hangat di masyarakat

internasional yakni “kedaulatan nasional” seperti yang

tersirat dalam perjanjian Westphalia 1948.Dalam perjanjian

Westphalia 1948 dinyatakan bahwa dengan kedaulatannya, sebuah

10 Daniel, John D., Lee H. Radebaugh, and Daniel P. Sullivan,International Business: Environments and Operations, Pearson Education(Singapore) Pvt. Ltd, New Delhi, 2004, hal. 1–27.

negara berhak mengatur segala urusan dalam negerinya, termasuk

yang berkaitan dengan perlakuan terhadap warga negaranya.

Suatu negara juga dilarang campur tangan dalam urusan negara

lain. Kini di era globalisasi, dunia serasa menjadi

satu.kedaulatan memang masih ada, tapi kekuatannya cenderung

sudah terpengaruh oleh arus globalisasi.

Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya

batas-batas investasi atau pasar secara nasional, regional,

maupun internasional11. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

hal-hal berikut :

1. Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih

2. Lalu lintas devisa yang semakin bebas

3. Ekonomi negara yang semakin terbuka

4. Penggunaan secara penuh keunggulan komparatif dan

kompetitif tiap-tiap negara

5. Metode produksi dan perakitan dengan organisasi

manajemen yang semakin efisien

6. Semakin pesatnya perkembangan perusahaan

multinasional di seluruh dunia.

11 Paul Hirst & Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos, (Jakarta:Yayasan obor Indonesia.2001), hal. 225.

C. Dampak globalisasi dan upaya negara dalam memperjuangkan

kesejahteraan ekonomi

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan

ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan

tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi

perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan

hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika

globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan

menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan

perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi

perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk

dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif,

sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global

ke dalam pasar domestik.

Pendekatan ekonomi politik ini menjelaskan hubungan

timbal balik antara hubungan ekonomi dan politik, yang

tergambar dalam hubungan pasar dan negara. Di satu pihak,

politik menentukan kerangka aktivitas ekonomi dan

mengarahkannya untuk melayani kepentingan kelompok-kelompok

dominan; dan penggunaan kekuasaan dalam berbagai bentuk sangat

menentukan hakikat sistem ekonomi. Hubungan timbal balik

antara politik dan ekonomi, faktor ekonomi memperlihatkan

dominasinya atas faktor politik. Hubungan internasional antara

Barat – Timur, Utara – Selatan, negara-negara maju – negara-

negara berkembang – negara-negara miskin, semuanya lebih

didasarkan pada alasan ekonomi. Ekonomi telah menjadi kunci

status dan peringkat negara-bangsa dalam sistem global.

Terdapat tanda-tanda pembagian, ada yang berdasarkan letak

geografis dan ada yang berdasarkan kapasitas ekonomi

nasionalnya.

Akan tetapi, yang sangat disayangkan dalam interaksi

ekonomi internasional ini adalah ketidakseimbangan antara

Utara dan Selatan. Negara-negara miskin yang secara geografis

berada di belahan bumi selatan mempunyai ketergantungan yang

tinggi terhadap negara-negara maju yang berada di belahan bumi

utara. Dalam sistem kapitalisme yang diciptakan negara-negara

Utara, negara-negara Selatan diletakkan pada posisi yang tidak

diuntungkan. Akibatnya, penetrasi ekonomi negara-negara Utara

terhadap negara-negara Selatan sering kali terjadi.12

Globalisasi dalam bidang ekonomi memiliki dampak positif

dan dampak negatif. Berikut ini beberapa dampak positif

globalisasi ekonomi:

1. Produksi global dapat ditingkatkan

Dampak positif dari globalisasi ekonomi ini sesuai

dengan pandangan dari teori keuntungan komparatif yang

diungkapkan oleh David Ricardo. Melalui proses spesialisasi

dan perdagangan faktor-faktor produksi dapat dipakai dengan

lebih efisien sehingga masyarakat memperoleh keuntungan dari

spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang

12 Jan Nederveen Pieterse. Representations of Uneven Development and theInteraction of Modernities (Yale University Press, 1992), hal. 131.

meningkat. Selanjutnya bisa meningkatkan pembelanjaan dan

tabungan.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

Efek positif selanjutnya adalah perdagangan semakin

lebih bebas sehingga memungkinkan masyarakat dari berbagai

negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal

ini mengakibatkan konsumen memiliki pilihan yang beragam.

Selain itu konsumen berkesempatan menikmati barang yang

berkualitas dengan harga yang rendah.

3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri

Globalisasi ekonomi memungkinkan setiap negara memiliki

pasar yang lebih luas dari pasar dalam negeri.

Sedangkan dampak negatif globalisasi ekonomi, yaitu:13

1. Menghambat Pertumbuhan Sektor Industri

Salah satu pengaruh negatif globalisasi ekonomi adalah

pertumbuhan sektor industri terhambat. Hal ini diakibatkan

perdagangan yang lebih bebas. Perdagangan yang bebas

mengakibatkan negara-negara berkembang tidak bisa lagi

menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan perlindungan

pada industri yang baru berkembang.

2. Memperburuk Neraca Pembayaran

Globalisasi memiliki kecenderungan menaikkan barang-

barang impor. Sebaliknya, jika suatu negara tidak mampu

bersaing maka ekspor tidak dapat berkembang. Hal ini akan

mengakibatkan keadaan neraca pembayaran akan menjadi buruk.13 Ibid.,

Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk pada neraca

pembayaran.

3. Sektor Keuangan Semakin Tidak Stabil

Pengaruh globalisasi dalam bidang ekonomi dapat

mengakibatkan aliran investasi semakin membesar. Investasi ini

khususnya investasi dana luar negeri yang masuk ke pasar

saham. Saat bursa saham meningkat, dana tersebut akan masuk

sehingga neraca pembayaran bertambah baik dan nilai uang akan

bertambah baik. Namun sebaliknya, saat harga saham menurun,

dana dari dalam negeri akan mengalir ke luar negeri. Hal ini

mengakibatkan neraca pembayaran memiliki kecenderungan menjadi

bertambah buruk sehingga mata uang domestik ikut mengalami

penurunan. Ketidakstabilan yang terjadi pada sektor keuangan

ini bisa menimbulkan efek negatif pada kestabilan kegiatan

ekonomi secara keseluruhan.

Akan tetapi, Fiqarrahmadani Yustiazari menyebutkan bahwa

Martin Wolf dalam tulisannya yang berjudul ‘Inceensed about

Inequality’ menyatakan bahwa globalisasi tidak menyebabkan

ketimpangan ekonomi namun sebaliknya, globalisasi justru

memberikan kemajuan terhadap pemerataan ekonomi internasional.

Ia menyebutkan bahwa rasio pemasukan rata-rata negara-negara

kaya dan negara-negara miskin terus meningkat bila

dibandingkan dengan pada era sebelum globalisasi. Selain itu,

terjadi pula peningkatan dalam standar hidup negara dengan

pemasukan tinggi dengan negara-negara berkembang yang telah

meningkat sejak 20 tahun yang lalu. Dan yang terakhir,

globalisasi menyebabkan ketimpangan global atas individu

menurun sejak tahun 1970an.14

Jika melihat pernyataan diatas, maka dapat dipahami

bahwa globalisasi merupakan sebuah potensi dan kesempatan bagi

masyarakat untuk lebih meningkatkan kualitas hidupnya dan

menekan kemiskinan. Sayangnya, kenyataan bahwa tidak semua

masyarakat mampu bersaing secara global membawa kita kepada

fakta bahwa globalisasi tidak menguntungkan semua pihak. Akan

tetapi, disamping itu globalisasi juga memberikan kesempatan

bagi masyarakat dan negara menuju perubahan yang lebih besar

jika dibandingkan dengan era sebelumnya.

14 Fiqarrahmadani Yustiazari. Globalisasi dan Ketidaksetaraan (10 Maret2014) diakses dari:http://fyustiazari-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-92865-Globalisasi%20Strategi-Globalisasi%20dan%20Ketidaksetaraan.htmlpada 31 Mei 2014

D. Kerjasama dan konflik ekonomi antara negara maju dan

negara berkembang

Berakhirnya Perang Dingin memperlihatkan kenyataan bahwa

konflik idoelogi tidak lagi relevan dalam politik

internasional. Isu sentral yang muncul kemudian adalah

persoalan-persoalan ekonomi yang muncul seiring dengan

meningkatnya interdependensi global antar negara dan

regionalisme ekonomi. Salah satu indikasi yang dapat dijadikan

tolok ukur bahwa telah terjadi pergeseran dari paradigma

ideologi politik sebelum dan dalam periode Perang Dingin ke

paradigma ekonomi adalah pertumbuhan-pertumbuhan blok-blok

regional.15

Dengan demikian hampir di setiap belahan bumi terdapat

blok ekonomi yang menyebutkan identitas regionalnya seperti

European Economic Community (EEC), Latin America Free Trade Area

(LAFTA), North Amerika Free Trade Area (NAFTA), Asean Free Trade Area

(AFTA), Asia Pasific Economic Cooperation (APEC), dan lain-lain. Di

samping itu dibentuk pula organisasi atau lembaga

internasional baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi

untuk mengatur jalannya sistem perekonomian global tersebut,

yaitu: World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund

(IMF), International Bank for Reconstruction and Development (IBRD),

Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC), Organization for Economic

and Development (OECD), dan lain-lain.16

15 William J. Kehoe, Regional and Global Economic Integration: Implication forGlobal Business. 2002 University of Virginia. hal. 1.

16 Ibid,. hal. 2.

E. Fenomena Integrasi Ekonomi Kawasan

Salah satu cara yang ditempuh oleh tiap negara atau

kumpulan negara saat ini sebagai upaya menghadapi globalisasi

dan liberalisasi ekonomi dunia ialah dengan melakukan

Integrasi ekonomi negara-negara dalam satu kawasan (regional)

atau regionalisme, baik berupa perjanjian perdagangan bebas,

persekutuan pabean (custom union) ataupun tingkat integrasi

yang lebih tinggi. Namun gejala atau fenomena regionalisme

sebenarnya bukan hal yang baru terjadi saat ini saja, jika

kita melihat sejarah, gejala pertumbuhan regionalisme telah

dimulai pada abad ke -19.

Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa regionalisme

bukanlah gejala atau fenomena baru, tetapi dapat dikatakan

bahwa perkembangan regionalisme pada masa-masa sekarang ini,

atau jika hendak dikategorikan akan masuk dalam regionalisme

gelombang ke empat pasca Perang Dingin, jauh melebihi

perkembangan fenomena regionalisme pada masa-masa sebelumnya.

Jika dilihat dari sisi jumlah saja akan menunjukkan perbedaaan

yang cukup jauh, hingga tahun 2007 saja jumlah integrasi

ekonomi dan perdagangan secara regional mencapai lebih dari

300 perjanjian. Dengan hampir seluruh negara di dunia ataupun

seluruh anggota World Trade Organization (WTO) setidaknya

bergabung ke dalam satu atau lebih perjanjian perdagangan

secara regional, hingga saat ini hanya Mongolia yang tidak

bergabung dengan satupun perjanjian perdagangan.17

17 Mina Mashayekhi, Lakshmi Puri dan Taisuke Ito, “Multilateralism andRegionalism: The New Interface”, diakses melaluihttp://www.unctad.org/en/docs/ditctncd20047_en.pdf pada 18 Juni2014 pukul 21.00 WIB).

Salah satu kawasan integrasi ekonomi ialah Asia Tenggara

dalam hal ini ialah ASEAN yang diyakini akan mendorong kawasan

tersebut menjadi pemain penting di tingkat global, bukan hanya

di bidang ekonomi,namun dibidang lainnya. Arus globalisasi

membuat perubahan mendasar dalam tata dunia internasional,

khususnya dibidang ekonomi.

ASEAN sebagai sebuah entitas pada tahun 1967 dibentuk

dengan alasan politik dan keamanan di kawasan. Kerjasama

politik merupakan agenda utama ASEAN, sedangkan kerjasama

ekonomi hanya menjadi semacam “pelengkap” atau “perekat”

kerjasama politik pada masa-masa awal itu. Selain sebagai

“pelengkap” persatuan politik (menghindari konflik antarsesama

dan komunisme), kerjasama ekonomi ASEAN hingga sebelum tahun

1990-an dapat dikatakan sangat reaktif, skema atau proyek

kerjasama ekonomi akan meningkat tatkala ekonomi dunia sedang

menurun dan kemudian akan segera menurun saat ekonomi dunia

membaik. Perkembangan integrasi ekonomi dalam tubuh ASEAN

memiliki arah dan tenggat waktu yang lebih jelas sejak tahun

1990-an hingga saat ini. Diawali dengan pembentukan AFTA pada

tahun 1992 dan telah berjalan sepenuhnya pada tahun 2003, dan

juga skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT).

Kemudian berlanjut pada pencanangan ASEAN Vision 2020 pada

tahun 1997.18

Upaya akselerasi dan pengejawantahan visi itu pun terus

dilakukan salah satunya adalah rencana pembentukan ASEAN

18 Narongchai Akrasanee, “ASEAN in The Past Thirty-Three Years:Lessons for Economic Co- operation”, dalam Reinventing ASEAN, ed.Simon S.C. Tay, Jesus P.Estanislao and Hadi Soesastro (Singapore:Institute of Southeast Asian Studies, 2004), hlm 35.

Economic Community (AEC) yang akan selesai pada tahun 2015.

AEC merupakan bagian dari ASEAN Community (AC) secara

keseluruhan yang disahkan melalui Bali Concord II pada Oktober

2003, dua bidang lain yang disepakati untuk dibangun kerjasama

dalam AC adalah ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN

Socio-Cultural Community (ASCC).19

Berbeda dengan AFTA, AEC akan menjadikan negara- negara

ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal (single market) dan pusat

produksi (production base), dengan harapan bahwa ASEAN akan

menjadi sebuah bagian dari rantai produksi global. ASEAN akan

menjadi sebuah komunitas bersama yang akan menerapkan

kebijakan ekonomi yang sama terhadap negara non- ASEAN.

Sebagai salah satu jalan menuju pembentukan AEC, ASEAN

haruslah memperkuat perekonomian dirinya sendiri, serta

memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain, sebagaimana

tercantum dalam deklarasi Bali Concord II.20

19 ASEAN, “Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II)”, diaksesmelalui http://www.asean.org/news/item/declaration-of-asean-concord-ii-bali-concord-ii pada 18 Juni 2014 pukul 21.00 WIB).

20 Ibid.

BAB III

KESIMPPULAN

Meningkatnya saling ketergantungan global di bidang

ekonomi setelah Perang Dunia Kedua dan regionalisme ekonomi

menjelang dan pasca berakhirnya Perang Dingin memunculkan

ekonomi menjadi isu sentral yang mewarnai dan mendominasi

interaksi antar negara bangsa. Pemaparan beberapa peristiwa di

atas menjadi suatu pembenaran bahwa hanya negara-negara yang

mempunyai kemampuan ekonomi yang besar mempunyai akses ke

dalam politik internasional, baik dalam menentukan maupun

memainkannya. Penguasaan mekanisme perekonomian global di

bawah kekuasaan negara-negara Barat telah melahirkan dan

melestarikan tata ekonomi dunia kapitalis, terutama ketika dua

kekuatan sosialis dunia jatuh dan beralih kearah kapitalisme.

Pendekatan ekonomi telah menentukan pola interaksi dalam

politik internasional, baik kerjasama maupun konflik. Bahkan,

konflik yang muncul tidak hanya bermotif persaingan dalam

memperebutkan sumber-sumber ekonomi yang penting tetapi juga

konflik akibat kesenjangan dalam pembangunan ekonomi global

antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan miskin

yang menjadi bukti nyata dampak negatif dari globalisasi

ekonomi.

Daftar Pustaka

Budi winarno Globalisasi Peluang dan Ancaman bagi Indonesia.

Jakarta: Penerbit Erlangga. 2008.

Clark, Ian. Globalization and the post-cold war order,

dalam buku John Baylis & Steve Smith (eds.) The Globalization

of World Politics, 2nd edition, Oxford. 2001.

Joshi, Rakesh Mohan, International Business, Oxford

University Press, New Delhi and New York. 2009.

Prof. Dr. R Hendra Halwani, M.A, Ekonomi Internasional

dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta:Ghalia Indonesia. 2002.

Daniel, John D., Lee H. Radebaugh, and Daniel P.

Sullivan, International Business: Environments and Operations, Pearson

Education (Singapore) Pvt. Ltd, New Delhi, 2004.

Hopkins, A.G. (ed.). Globalization in World History. London:

Norton. 2004

Held, David. Global Transformations: Politics, Economics and Culture.

Stanford University Press. 1999.

Jan Nederveen Pieterse. Representations of Uneven

Development and the Interaction of Modernities Yale University

Press, 1992.

Narongchai Akrasanee, “ASEAN in The Past Thirty-Three Years: Lessons

for Economic Co- operation”, dalam Reinventing ASEAN, ed. Simon S.C.

Tay, Jesus P.Estanislao and Hadi Soesastro (Singapore:

Institute of Southeast Asian Studies, 2004.

Paul Hirst & Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos,

Jakarta: Yayasan obor Indonesia. 2001.

William J. Kehoe, Regional and Global Economic

Integration: Implication for Global Business. 2002 University

of Virginia.

Fiqarrahmadani Yustiazari. Globalisasi dan

Ketidaksetaraan (10 Maret 2014) diakses dari:

http://fyustiazari-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-

92865-Globalisasi%20Strategi-Globalisasi%20dan

%20Ketidaksetaraan.html

Mina Mashayekhi, Lakshmi Puri dan Taisuke Ito,

“Multilateralism and Regionalism: The New Interface”, diakses

melalui http://www.unctad.org/en/docs/ditctncd20047_en.pdf

ASEAN, “Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II)”,

diakses melalui http://www.asean.org/news/item/declaration-of-

asean-concord-ii-bali-concord-ii