31
MAKALAH KRITISI JURNAL GASTRITIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah NURSING CARE OF DIGESTIVE SYSTEM Yang dibimbingoleh Ns. Heni Dwi Windarwati M.Kep., Sp.Kep J Disusun oleh : Kelompok II Haris Fadjar Setiawan 125070218113056 Innani Widania Husna 125070218113028 Nyoman Annisa Abdullah 125070218113016 Rissa Devi Putri K. 125070218113038 Trirezika Dianingrum 125070218113026 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Makalah Sharing Jurnal Gastritis

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH KRITISI JURNAL GASTRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

NURSING CARE OF DIGESTIVE SYSTEM

Yang dibimbingoleh Ns. Heni Dwi Windarwati M.Kep., Sp.Kep J

Disusun oleh :

Kelompok II

Haris Fadjar Setiawan 125070218113056Innani Widania Husna 125070218113028Nyoman Annisa Abdullah 125070218113016Rissa Devi Putri K. 125070218113038Trirezika Dianingrum 125070218113026

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin.

Segala puji bagi Allah yang dengan kemurahan NYA, kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.Shalawat serta

salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah NURSING CARE

OF DIGESTIVE SYSTEM. Dengan judul “Kritisi Jurnal Gastritis” tepat

pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam

penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis

harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah berikutnya.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita Aamiin.

Kediri, 28 Pebruari 2014

Penyusun

2 | P a g e

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................i

KATA PENGANTAR

..................................................................

ii

DAFTAR ISI

..................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................4

1.2 Judul ;Tema.................................................4

1.2 Pengarang...................................................4

1.1 Latar Belakang..............................................5

1.2 Rumusan Masalah.............................................7

1.3 Tujuan......................................................7

BAB II PEMBAHASAN.................................................8

2.1 Metode......................................................8

3 | P a g e

2.2 Hasil penelitian

................................................................

11

2.3 Diskusi

................................................................

17

BAB III PENUTUP

..................................................................

22

3.1 Kesimpulan

................................................................

22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 JUDUL JURNAL ; TEMA/TOPIK

1.1.1. Anak

4 | P a g e

Histological Features of The Gastric Mucosa in Children

With Primary Bile Reflux Gastritis ; Gastritis Refluk

Empedu Pada Anak-Anak

1.1.2. Wanita Hamil

Role Of Helicobacter Pylori in The Pathogenesis of Hyperemesis

Gravidarum ; Gastritis Pada Wanita Hamil

1.1.3. Lansia / Geriatrik

Prevalence And Characteristics of Nodular Gastritis in

Japanese Elderly ; Nodular Gastritis Pada Lansia.

1.2 PENGARANG

1.2.1. Anak

Yanyi Zhang, Xi Yang, Weizhong Gu, Xiaoli Shu, Ting Zhang

and Mizu Jiang

1.2.2. Wanita Hamil

Ghada M. Mansour , Ehab H. Nashaat

1.2.3. Lansia / Geriatrik

Shinji Kitamura, Mitsugi Yasuda, Naoki Muguruma, Koichi

Okamoto, Hisashi Takeuchi, Yoshimi Bando,Hiroshi

Miyamoto, Toshiya Okahisa, Mitsuyasu Yano, Ryusuke Torisu

and Tetsuji Takayama.

5 | P a g e

1.3 LATAR BELAKANG

1.3.1. Anak

Histological Features of The Gastric Mucosa in Children With Primary Bile

Reflux Gastritis

Selain asam lambung dan Helicobacter pylori (HP), refluks

empedu adalah salah satu faktor utama yang terlibat dalam

proses patofisiologi yang menyebabkan lesi mukosa lambung pada

pasien dengan gastritis kronis. Namun, sedikit yang diketahui

tentang fitur histologis tepat refluks empedu dan kontribusi

terhadap lesi mukosa lambung pada penyakit ini. Ketika

kandungan refluks duodenum ke dalam perut untuk jangka waktu

yang singkat selama terjadinya fisiologis, hal itu menyebabkan

beberapa gejala. Namun, refluks duodenogastric (DGR) menjadi

patologis bila berlebihan atau berlangsung selama jangka waktu

panjang.

Gastritis reflux empedu (BGR) adalah disebabkan oleh

refluks empedu pankreas yang berlebihan dan sekresi usus ke

dalam perut. Peningkatan refluks empedu dapat menyebabkan

peningkatan cedera mukosa lambung. BRG primer didefinisikan

sebagai refluks empedu diinduksi gastritis tanpa operasi perut

sebelumnya. Kelebihan DGR sangat umum pada orang dewasa

setelah operasi lambung, pyloroplasty dan kolesistektomi.

Dixon et al pertama melaporkan temuan histologis refluks

empedu gastritis disebabkan oleh DGR setelah gastrektomi

parsial. Mereka mengusulkan sistem penilaian berdasarkan lima

fitur histologis karakteristik, termasuk hiperplasia antral

foveolar, kemacetan vaskular, edema dan serat otot polos di

lamina propria dan kekurangan sel-sel inflamasi. Para penulis

mengungkapkan hubungan yang signifikan antara temuan

6 | P a g e

histologis dan hypochlorhydria dan peningkatan konsentrasi

asam empedu lambung.

1.3.2. Wanita Hamil

Role Of Helicobacter Pylori in The Pathogenesis of Hyperemesis Gravidarum

Secara umum pada wanita hamil sering mengalami

keluhanmual dan muntah. Keluhan mual dan muntah yang

berlebihan (hiperemesis gravidarum) dapat menyebabkan

menurunnya berat badan, ketonemia, ketidakseimbangan

elektrolit (0.3-2% semua kehamilan). Hal tersebut tidak

diketahui penyebabnya, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan

dapat dikaitkan dengan mekanisme hormonal, faktor emosional,

dan infeksi Helicobacter pylori yang menjadi penyebab gastritis

kronis (tipe B) sehingga dapat muncul komplikasi seperti

timbul luka/ulcer pada lambung atau usus.

Kemungkinan transmisi penyebaran bakteri H. pylori adalah

melalui oral-oral, transmisi feco-oral iatrogenik, dan

penyebaran secara vektor. Dari penyebaran bakteri tersebut

dapat menyebabkan peran dari sitokin dan patogenesis dari H.

pylori yang dapat dihubungkan dengan gastritis dan peptic ulcer

disease yang mengakibatkan meningkatknya asam duodenal pada

infeksi bakteri H. pylori. Pada wanita hami terjadi peningkatan

level serum steroid dan level HCG yang merubah pH dari saluran

lambung (gastrointestinal) sehingga terjadi perubahan pada

humoral dan imunitas sel dalam kehamilan dapat mendukung

terjadinya infeksi bakteri H. pylori.

Tujuan dari penelitian adalah mengevaluasi keterkaitan

infeksi bakteri H. pylori dengan terjadinya hiperemesis

7 | P a g e

gravidarum dan serta pengobatan yang dapat diberikan pada

wanita hamil dengan gastritis.

1.3.3. Lansia / Geriatrik

Prevalence And Characteristics of Nodular Gastritis in Japanese Elderly

NG (Nodular Gastitis) didefinisikan sebagai gastritis

antral biasanya ditemukan pada pemeriksaan endoskopi ditandai

dengan pola “goose flesh”. Histopatologi dari nodul granular

pada mukosa, folikel limfois dan hipertrofi epitel lakunar

juga termasuk Nodular Gastritis. Ada hubungan yang erat antara

Infeksi Helicobacter pylori ( H. pylori), gastritis kronis

aktif pada usia anak-anak, remaja perempuan, dan Nodular

Gastritis. Laporan terbaru menunjukan bahwa ada hubungan yang

mungkin antara Nodular Gastritis dan penyebaran/pertumbuhan

kanker lambung. Di jepang angka kematian akibat kanker lambung

memang menurun, namun kanker lambung masih menjadi penyakit

ganas yang umum di jepang.

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki terkait

beberapa perbedaan insiden dan karakteristic dari Nodular

Gastritis pada dewasa dan lansia, dan untuk memperkirakan

faktor resiko potensial kanker lambung pada dewasa dengan

Nodular Gatritis

1.4 RUMUSAN MASALAH

1. Apa latar belakang terbuatnya jurnal gastritis terkait anak,

wanita hamil dan lanisa?

8 | P a g e

2. Bagaimana metode yang diterapkan untuk penelitian di jurnal

gastritis terkait anak, wanita hamil dan lanisa?

3. Bagaimana diskusi terkait dengan penelitian di jurnal gastritis

terkait anak, wanita hamil dan lanisa?

4. Apa hasil penelitian yang ada di jurnal gastritis terkait anak,

wanita hamil dan lanisa?

5. Bagaimana kesimpulan terkait hasil penelitian pada jurnal

gastritis terkait anak, wanita hamil dan lansia?

1.5 TUJUAN

1. Untuk mengetahui latar belakang terbuatnya jurnal

2. Untuk mengetahui metode yang diterapkan untuk penelitian di

jurnal

3. Untuk mengetahui hasil dari penerapan metode

4. Untuk mengetahui diskusi terkait hasil penelitian di jurnal.

5. Untuk mengetahui kesimpulan terkait hasil penelitian di jurnal.

9 | P a g e

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 METODE

2.1.1. Anak

Histological Features of The Gastric Mucosa in Children With Primary Bile Reflux

Gastritis

Sebanyak 59 anak (24 laki-laki dan 35 perempuan) dengan

gejala gastrointestinal atas awalnya terdaftar dalam penelitian

dari bulan Oktober 2005 sampai Desember 2008. Usia rata-rata

mereka adalah 10,6 tahun (kisaran 3-17 tahun). Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) gejala

pencernaan bagian atas, seperti nyeri epigastrium, mual, muntah

dan bersendawa, (2) tidak menggunakan antibiotik atau antasida

selama 2 minggu sebelum pengambilan sampel dan (3) tidak ada

Obat Antiinflamasi Non Steroid (NSAID) digunakan dalam waktu 1

bulan saat pengambilan sampel. Kriteria eksklusi adalah sebagai

berikut: riwayat operasi lambung atau riwayat pemberantasan H.

Pylori (HP) dan retardasi psikomotor. Penelitian ini telah disetujui

oleh komite etika di Zhejiang University School of Medicine,

Cina. Persetujuan tertulis diperoleh dari pasien atau keluarga

mereka.

Endoskopi lambung (Olympus GIF-160, Jepang) dilakukan pada

semua pasien dan 3 biopsi antral lambung diperoleh untuk menilai

perubahan histopatologi. Salah satunya digunakan untuk mendeteksi

infeksi H. Pylori (HP) dengan uji urease cepat (RUT) dan dua lainnya

10 | P a g e

segera diperbaiki pada 10% formalin dan diproses secara rutin.

Semua pasien menjalani rawat pemantauan selama 24 jam absorbansi

bilirubin dalam rongga lambung menggunakan Bilitec 2000, memantau

empedu refluks (Medtronic Instrumen) dua hari setelah endoskopi

lambung. Setiap obat yang dapat menghambat sekresi asam lambung,

meningkatkan motilitas gastrointestinal, melindungi mukosa

lambung atau menetralisir empedu dan antibiotik dihentikan 2

minggu sebelum pemantauan.

Setelah kalibrasi pemeriksa fiber optik dari Bilitec 2000

dalam gelap, air diisi ruang dan penyelidikan memasukkan melalui

lubang hidung ke dalam perut dan posisi 10-15 cm di bawah rendah

esophageal sphincter (LES) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

jarak dari hidung ke titik tengah dari LES adalah (tinggi tubuh ×

0,252 + 5) cm.

Kateter kemudian melekat dengan pita perekat di hidung dan

pipi pasien. Posisi kateter dikonfirmasi oleh radiografi untuk

memastikan bahwa migrasi transpilorik tidak terjadi. Pasien

diizinkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Orang tua

mereka diminta untuk mencatat waktu makanan atau konsumsi cairan

dan perubahan postur dalam buku harian. Selama waktu perekaman

hanya mengkonsumsi makanan yang lunak agar tidak mengganggu

pemantauan Bilitec. Pasien diminta untuk menghindari jus buah,

teh dan kopi sedangkan mengkonsumsi air tidak dibatasi.

2.1.2. Wanita Hamil

Role Of Helicobacter Pylori in The Pathogenesis of Hyperemesis Gravidarum

Penelitian melibatkan 80 wanita hami dengn umur kehamilan

antara 10-16 bulan dengan hiperemesis gravidarum. Dilakukan

pemeriksaan riwayat penyakit sebelumnya yang terjadi pada wanita

11 | P a g e

hamil tersebut, seperti peptic ulcer dan riwayat pemberian obat-

obatan (pada penyakit kronis) seperti NSAIDs, hipertiroid,

penyakit psikologi, penyakit hati, penyakit ginjal, termasuk

infeksi saluarn urin, penyakit pankreas dan penyakit

intrakranial. Setelah dilakukan pemeriksaan secara umum, termasuk

pemeriksaan laboratorium dan ultrasound, maka akan dipilih

kembali yang termasuk dalam kriteria penelitian. Kemudian

dilakukan pemeriksaan tes serum untuk H. pylori antibodi IgG pada

seluruh pasien.

2.1.3. Lansia / Geriatrik

Prevalence And Characteristics of Nodular Gastritis in Japanese Elderly

Penelitian dilakukan pada pasien yang menjalani endoskopi

gastrointestinal (GI) di departemen gastroenterology. Tokushima

university hospital 2010-2012 untuk gejala dan skrining kanker.

Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan video

endoskopi tansnasal, sedangkan yang menggunakan inhibitor proton

pump, H2- reseptor antagonis, antibiotic, atau obat anti-inflamasi

non-steroid tidan diikutkan dalam penelitian. Tidak terkecuali

pasien dengan riwayat terapi H. pylori juga diikutkan dalam

penelitian. Insidek NG dan Kanker lambung dievaluasi berdasarkan

data di kagawa prefektur deteksi kanker cebter dan niki no hashi

clinic 2003-2012 dan kasus-kasu NG dikumpulkan dan dianalisis

dari semua database kelembangaan 2004-2012. Informed consent

disediakan dalam informasi lisan dan persetujuan terlebih dahulu

untuk penelitian ini.

Nodular Gastritis diklaisfikasikan menjadi 3 kelas yaitu :

12 | P a g e

Kelas A – menyebar melingkar (90-100%)

Kelas B – Menyebar semi melingkar ( 50-89%) dan

Kelas C – Pola tersebar (<50%)

Ketika NG sulit dilihat dengan menggunakan endoskopi,

pencitraan yang digunakan dan / atau chromoendoscopy dengan

indigo carmine 0,2% seperti gambar berikut :

Sedangkan specimen biopsy di ambil untuk mengkonfirmasi

folikel limfoid. Menurut kelas atrofi lambung, C-0, C-1 dan C-2 =

ringan dan C-3 = parah. Empat visual analog juga digunakan dengan

skala 0-3 yaitu : infiltrasi neutrofil, infiltrasi sel

mononuclear, atrofi dan metaplasia intestinal, sesuai dengan

klasifikasi Sydney yang di update. Pepsinogen ( PG) dan PG II dan

rasio PG I/II. serta dengan periksaan serologi serta antibody H.

pylori. Sebanyak 78 dengan kecocokan usia dan jenis kelamin

dengan control H.pylori positif diikutkan dalam kelompok

penelitian. Evaluasi PG I, PG II dan PG I/II di bagi menjadi dua

13 | P a g e

kelompok yaitu kelompok muda yang terdiri dari pasien berusia <40

tahun, dna kelompok usia lanjut berusia 40 tahun atau lebih,

yang diarahkan untuk mengambil pemeriksaan kanker lambung.

2.2 HASIL PENELITIAN

2.2.1. Anak

Histological Features of The Gastric Mucosa in Children With Primary Bile Reflux

Gastritis

Tingkat lambung empedu refluks perubahan histologis yang

berbeda dari mukosa lambung antral

Tiga belas kasus dari 59 pasien mengalami infeksi HP dengan

demikian sesuai dengan kriteria eksklusi, 46 pasien yang

terdaftar dalam penelitian ini. Tidak ada atrofi antral lambung

ditemukan pada kelompok-kelompok ini. Skor perubahan histologis

yang berbeda pada mukosa lambung antral dan parameter refluks

empedu ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil kami menunjukkan bahwa

waktu refluks terpanjang dan total waktu persentase refluks

empedu jauh lebih rendah pada kasus dengan gangguan vaskular dari

permukaan mukosa dibanding yang tanpa gangguan vaskular [55 (1-

14 | P a g e

23) vs 137 (7-240), 22,8 (0,9-55,1) vs 35,2 (3.5- 82.8), masing-

masing]. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam parameter

refluks empedu ditemukan untuk perubahan histologis lain dari

mukosa lambung. Perubahan histologis mukosa lambung pada pasien

dengan refluks empedu yang ditunjukkan pada Gambar 1, 2, 3, 4, 5

dan 6.

Gambar

15 | P a g e

16 | P a g e

Rasio DGR-positif untuk perubahan histologis yang berbeda dari

mukosa lambung antral

Menurut kriteria diagnostik patologis DGR, 15 dari 46 kasus

yang positif dan lainnya 31 kasus negatif. Seperti terlihat pada

Tabel 2, tingkat positif patologis DGR secara signifikan lebih

tinggi dalam kasus-kasus dengan hiperplasia foveolar (5/6)

dibanding mereka yang tanpa hiperplasia foveolar (10/40); Namun,

tingkat signifikan lebih rendah dalam kasus-kasus dengan gangguan

vaskular mukosa superfisial (28/5) dibanding mereka yang tanpa

gangguan vaskular (10/18). Tidak ada perbedaan yang signifikan

17 | P a g e

dalam patologis tingkat positif DGR ditemukan pada pasien dengan

perubahan histologis lain dari mukosa lambung.

Hasil analisis regresi logistik biner

Sembilan jenis perubahan histologis pada mukosa lambung

dianalisis menggunakan regresi bertahap, seperti yang ditunjukkan

pada Tabel , namun ada kasus memiliki aktivitas peradangan atau

atrofi antral. Hiperplasia Foveolar dan gangguan vaskular mukosa

superfisial adalah variabel yang signifikan dalam langkah

terakhir dari regresi. Dua variabel secara signifikan berkorelasi

dengan empedu refluks: hiperplasia foveolar merupakan faktor

risiko untuk refluks dan gangguan vaskular adalah sebagai faktor

protektif.

18 | P a g e

2.2.2. Wanita Hamil

Role Of Helicobacter Pylori in The Pathogenesis of Hyperemesis Gravidarum

Dari 80 wanita hamil, termasuk dalam 62 primigarvida dan 18

multigravida, tak ada salah satu dari mereka memiliki riwayat

peptic atau duodenal ulcer. 10 dari multigravida mengalami HG

yang cukup parah dan tiga dari mereka melakukan aborsi

sebelumnya. Sekitar 71 dari 80 kasus hiperemesis (88%) dan 24

dari 80 kasus (30%) positif pada antibodi serum H. pylori.

Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata wanita yang lebih tua

banyak ditemukan kasus dan kontrol dengan serpopositid dari

H.pylori dibandingkan dengan wanita yang seronegatif.

Dari 80 kasus hiperemesis gravidarum, 8 pasien ditemukan

dengan gejala yang berat dan tidak berespon terhadap pengobatan

yang diberikan seperti pemeberian cairan IV, penggantian

elektrolit, anti emetik, dan pemberian vitamin. Dari 8 pasie

tersebut terdapat gejal ayang mengarah pada hematemesis (muntah

darah), sehingga dilakukan pemeriksaan ekdoskopi yang hasilnya

menunjukkan dua dar tiga orang tersebut mengalami gastritis dan

duodenal eroisions. Dari tiga kasus tersebut, pasien memiliki riwayat

aborsi berhubungan dengan muntah secara terus-menerus dan infeksi

19 | P a g e

H.pylori telah dibuktikan pada pemeriksaan hitopatologi dari semua

biopsi.

2.2.3. Lansia / Geriatrik

Prevalence And Characteristics of Nodular Gastritis in Japanese Elderly

Insiden NG

Dievaluais berbasis pada data dari tahun 2003 sampai 2012. NG

ditemukan di 64 kasus ( 0,94%) dari 6.623 pasien yang menjalani

endoskopi dengan rata-rata usia 47,3 +/- 13,3 Tahun ( rentan usia

19-74 tahun). Pada kelompok muda 33 dari 968 orang yang didiagnosa

menderita NG. pada kelompok usia lanjut 29 dari 5655 orang

didiagnosis menderita NG. kejadian NG secara signifikan lebih

rendah terjadi pada kelompok usia lanjut dan pasien wanita lebih

tinggi pada pasien usia lanjut. Dan pada kelompok usia muda tidak

ada perbedaan yang signifikan antara prai dan wanita.

Endoscopic grading of NG.

Data NG di kumpullkan dan di analisis dari semua data base

kelembagaan 2004-2012 dan sebanyak 115 kasus dengan NG terdaftar

unutk endoskopi dan analisis histopatologi. Semua pasien positif

H. pyori melalui pemeriksaan histology dan serologi. Kelompok muda

( A=11,5%, B=13,6% dan C=53,9%) dan usia lanjut ( A=15,9%, B=36,5%

dan C=47,6%) dikategorikan berdasarkan grade A, B, C masing-

masing. Meskipun perbedaan yang tidak signifikan antara kedua

kelompok, pada kelompok usia lanjut Grade A lebih tinggi dan grade

C lebih rendah.

Endoscopic grade of atrophy of the gastric mucosa.

20 | P a g e

Pada kelompok muda 67,3% pasien dikategorikan gastritis ringan dan

32,7% dikategorikan sebagai gastritis parah. Pad akelompok usia

lanjut 50,8% dikategorikan sebagai gastritis ringan dan 49,2%

gastritis parah. Meskipun ada perbedaan antara kelompok muda

dengan kelompok usia lanjut namun perbedaannya cenderung tidak

signifikan.

Concomitant diseases in NG.

Penyakit bersamaan yang terjadi di saluran pencernaan atas pada

diagnosis NG pada kelompok pasien muda 36,5% dan 41,3% pada pasien

lanjut usia. Pada pasien kelompok muda kejaian ulkus duodenum

lebih tinggi dibandingkan dengan dibandingkan dengan kelompok usia

lanjut. Sedangkan kejaina polip lambung datu tukak lambung lebih

tinggi terjadi pada kelompok usia lanjut. Pada kasus kanker

lambung terjadi satu pada kelompok mudan dan dua pada kelompok

usia lanjut.

Histological inflammation and atrophic grade.

Ketika sampel biopsy di ambil dari kekelengkuang yang lebih besar

di antrum, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok

muda dan usia lanjut pada infiltrasi neutrofil, monosit

infiltrasi, atrofi atau metaplasi usus. Nilai infiltrasi lebih

besar pada kelompok usia lanjut.

PG and NG.

Pada kelompok mda nilai rata-rata unutk PG I, PG II dan PG I/II

masing-masing tidak ada perbedaan antara NG dan control sebaliknya

pada kelompok usia lanjut nilai rata-rata unutk PG I dan PG II

hsilnya lebih dignifikan pada pasien NG dari pada control. Pada

perbandingan antar kelompok muda dan usia lanjut PG II lebih

tinggi dan PG I/II lebih rendah pada kelompok lanjut usia.

21 | P a g e

Incidence of gastric cancer between NG and non- NG.

Satu kasus kanker lambung ditemukan pada kelompok muda dengan NG.

Sementara kanker lambung tidak ditemukan pada kelompok non-NG.

pada kelompok usia lanjut, satu kasus kanker lambung ditemukan dan

96 kanker lambung di temukan di kelompok non-NG. OR (odds ratio)

resiko kanker lambung pasien dengan NG adalah 2,1 (95% CI 0.3-

15,3) pada kelompok usia lanjut.

2.3 DISKUSI

2.3.1. Anak

Histological Features of The Gastric Mucosa in Children With Primary Bile Reflux

Gastritis

Lesi mukosa lambung yang disebabkan oleh refluks empedu yang

umum di perut pasca operasi. Baru-baru ini, perubahan

histopatologi pada mukosa lambung pada pasien dengan BRG primer

telah menerima lebih banyak perhatian. Refluks empedu diduga

terkait dengan peradangan kronis dari mukosa lambung, lamina

propria edema, hiperplasia foveolar, atrofi antral dan metaplasia

intestinal. Pada tahun 1986, Dixon et al. mendirikan sistem

penilaian untuk pathomorphisms dari perut pasca operasi. Pasca

operasi BRG bisa akurat didiagnosis sesuai dengan perubahan

histopatologi yang khas, seperti hiperplasia foveolar, edema dan

gangguan dari lamina propria dan tingkat yang lebih kecil dari

infiltrasi inflamasi seluler. Namun, fitur histologis BRG primer

tetap kontroversial. Wang et al. melaporkan bahwa hiperplasia

foveolar ada di kedua corpora lambung dan antrum lambung dengan

peradangan kronis ringan pada model tikus jangka panjang refluks

empedu yang konsisten dengan fitur patologis refluks gastritis.

22 | P a g e

Refluks empedu diketahui terkait dengan perkembangan

metaplasia usus pada orang dewasa, tetapi hubungan antara refluks

empedu dan metaplasia intestinal pada anak-anak masih belum

jelas. Empedu refluks telah disarankan sebagai penyebab

gastropati dalam buku teks gastroenterologi anak dan dalam

tinjauan komprehensif gastritis pada anak-anak. Hal ini juga

tidak jelas apakah BRG utama pada anak-anak memiliki perubahan

histologis karakteristik mukosa lambung. Pashankar et al.

mengidentifikasi semua fitur histopatologis klasik gastropati

kimia dalam 21 anak: 19 pasien hiperplasia foveolar, 20 pasien

mengalami gangguan vaskular, 16 pasien memiliki lamina propria

edema dan 16 pasien hiperplasia otot polos. Para peneliti

menyimpulkan bahwa refluks empedu, penyakit reflux

gastroesophageal dan penggunaan obat-obatan, seperti NSAID dapat

mempengaruhi patogenesis gastropati kimia pada anak-anak.

Berdasarkan sistem penilaian Dixon, tidak ada nilai dari 2 atau 3

kelas mukosa lambung yang diamati pada jenis histologis yang

berbeda, kecuali untuk tingkat peradangan.

Untuk menyelidiki hubungan antara patologis DGR dan

perubahan histologi, analisis regresi logistik biner dilakukan

untuk 9 jenis karakteristik histologis pada mukosa lambung antral

sebagaimana disebutkan dalam metode. Hiperplasia Foveolar dan

gangguan vaskular pada lapisan superfisial adalah variabel yang

signifikan pada langkah terakhir dari regresi bertahap.

Hiperplasia Foveolar adalah faktor risiko untuk pasien dengan

refluks empedu dan gangguan vaskular adalah faktor protektif.

Kerusakan mukosa lambung yang disebabkan oleh refluks empedu

menginduksi degranulasi sel mast dan pelepasan mediator

vasoaktif, seperti histamin, yang menyebabkan gangguan pembuluh

darah dan lamina propria edema. gangguan vaskular mukosa

23 | P a g e

superfisial dianggap perubahan adaptif dalam mukosa lambung

dengan efek protektif. Pasokan darah penting dalam menjaga fungsi

normal sel, termasuk perbaikan sel dan penggantian. Perluasan

pembuluh dangkal meningkatkan aliran darah mukosa, yang dengan

cepat dapat menghapus zat berbahaya dan bermanfaat bagi

regenerasi mukosa setelah cedera. Efek sel-protektif ini mungkin

berhubungan dengan sekresi prostaglandin.

Tingkat positif patologis DGR secara signifikan lebih tinggi

dalam kasus-kasus dengan hiperplasia foveolar dibanding mereka

yang tanpa hiperplasia foveolar. Namun, itu secara signifikan

lebih rendah dalam kasus-kasus dengan gangguan vaskular mukosa

superfisial dibanding mereka yang tanpa gangguan vaskular.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat refluks empedu parah

pada pasien dengan hiperplasia foveolar dan ringan pada pasien

dengan gangguan vaskular. Menariknya, hanya 3 dari 46 pasien

mengalami metaplasia intestinal yang tidak sama dengan penelitian

lain pada orang dewasa. Bahkan, metaplasia usus adalah jenis

perubahan adaptif dari mukosa lambung yang terjadi ketika mikro

lokal perubahan mukosa lambung ke lingkungan mikro saluran usus.

2.3.2. Wanita Hamil

Role Of Helicobacter Pylori in The Pathogenesis of Hyperemesis Gravidarum

Wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat

mempengaruhi fisik dari ibu ataupun pada janin sehingga masalah

tersebut hars segera diatasi. Beberapa teori terkait dengan

penyebab HG yaitu terdapat perubahan hormonal yang bersamaan

dengan dismolitas gastrointestinal dan kemungkinan infeksi

bakteri H. pylori yang kebanyakan terjadi pada negara berkembang di

bandingkan dengan negara maju. Infeksi bakteri H. pylori dapat

24 | P a g e

menyebabkan penyakit gastritis kronis (terdapat inflamsi dan

perubahan epitel pada mukosa lambung). Penelitian menunjukkan

bahwa angka kejadi infeksi lebih banyak terjad pada Hiperemesis

Gravidarum dibandingkan dengan kelompok normal dan penelitian

lain menyebutkan bahwa terjadi peningkatan infeksi pada wanita

dengan HG (dengan adannya perubahan hormonal).

Hiperemesis Gravidarum yang diakibatkan meningkatakn level

serum HCG, dapat meningkatkan dengan cepat kadar estrogen

sehingga mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang

disebabkan oleh peningkatan hormon sterois pada wanita hamil,

sehingga perubahan pH pun dapat terjadi. Perubahan pH pada

saluran gastrointestinal, secara hipotesis dapat menimbulkan

manifestasi dari subklinik infeksi H. pylori yag dapat memperburuk

gejala gastrointestinal. Dalam jurnal disebutkan bahwa penelitian

ini menunjukkan sekitar 90% telah positif infeksi H. pylori pada

pasien hiperemesis gravidarum dan 50% subjek kontrol. Sehingga

disimpulkan bahwa infeksi H. pylori lebih banyak ditemukan pada

wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum yang kebanyakan dari

mereka tidak ada tanda geala yang muncul (akibat dari infeksi).

Dari 8 wanita dengan gejala yang berat, diberikan

pengobatan, meliputi pemberian ratinidin (kelas b) 150 mg,

metronidazole (kelas b) 500 mg, dan ampicillin (kelas b)1000 mg

dua kali sehari selama dua minggu. Pemberian ratinidin dan

ampicillin diberikan melalui parentral dan metronidazole melalui

rute rektal sampai pasien mendapatkan terapi oral. Dari

pengobatan tersebut, 6 pasien menunjukkan perkembangan ditandai

dengan berkurang muntah dan 2 pasien lainnya tidak menunjukkan

perkembangan pengobatan dari muntah dan nyeri gastrik sehingga

diberikan antasid sampai kelahiran bayi secara aman. Selain itu,

edukasi pada pasien terkait dengan pemberian mkanan yang lebih

25 | P a g e

hati-hati. Kemudian pengolahan makanan dan cuci tangan sangat

pentig untuk mencegah penyebaran kuman atau bakteri melalui

makanan.

2.3.3. Lansia / Geriatrik

Prevalence And Characteristics of Nodular Gastritis in Japanese Elderly

Hubungan antara H.pylori pertama kali dilaporkan pada tahun

1988, dan NG dianggap hanya terinfekksi di anak. Namun menurut

laporan terbaru menunjukan hubungan yang erat antara infeksi

H.pylori dan NG pada usia dewasa. Beberapa klasifikasi di NG

mencerminkan ukuran filikel limfois. Grade A relative tinggi

sedangkan atrofi mukosa lambung ringan pada kelompok usia lanjut

dan dominasi terjadi pada wanita. Dalam penelitian ini, tiga

kasus kanker lambung ditemukan pada kelompok muda dan dua kanker

lambung pada keompok usia lanjut. Penyakit bersamaan

gastrointestinal dengan NG dianalisis, kejadian ulkus duodenum

lebih tinggi terjadi pada kelompok muda dan ulkus lambung yang

lebih banyak terjadi pada kelompok usia lantuj.

Selanjutnya timbulnya kanker lambung di bandingkan secara

epidemiologis di bandingkan dengan ulkus duodenum dan tungkak

lambung ditemukan menjadi raktor resiko kanker lambung dan

tampaknya lebih mungkin terjaid pada kelompok usia lanjut. NG

kini lebihdi kenal dengan pangastritis dan terbukti pangastritis

menjadi salah satu penyebab kanker lambung. Konsentrasi serum PG

I dan rasio PG I/II berkolerasi baik dengan atrofi gastritis dan

PG II dengan grade lambung. Dalam penelitian perbedaan antara NG

dan H.pylori-positif control dalam konsentrasi serum PG I dan PG

II secara signifikan lebih tinggi pada kelompok usia lanjut.

26 | P a g e

Sehingga dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa resiko

kanke rlambung meningkat pada orangtua dengan NG.

Dari database penelitian tidak hanya pasien yang melakukan

pemeriksaan kesehatan, tetapi juga orang-orang dengan gejala pada

perut, yang merupakan kempok yang tepat unutk analisis. Pada

pasien kelompok usia muda, kanker lambung erat terkait dengan

infeksi H.pylori . terapi H. pylori dan pemeriksaan endoskopi

digunakan unutk pencegahan dan atau deteksi dini kanker lambung.

Saat ini terapi eradikasi H.pylori dengan inhibitor pompa proton

dan antibiotic sangan dianjurkanunutk mengobati NG dan mencegah

komlikasi lebih lanjut serta kanker lambung.

Kajadian NG menurun pada individu diatas 40 tahun tetapi

hanya pada kasus-kasus tertentu. radang lambung parah yang

ditandai dengan pangastritis memiliki hubungan yang erat dengan

kanker lambung. Potensi resiko tinggi untuk kanke rlambung pada

kelompok usia lanjut dengan NG serta pada kelompok muda.

27 | P a g e

BAB III

PENUTUP

3.1KESIMPULAN

3.1.1. Anak

Histological Features of The Gastric Mucosa in Children With Primary Bile Reflux

Gastritis

Hal ini berspekulasi bahwa tingkat keparahan refluks empedu

lebih rendah daripada di kasus dilaporkan oleh Dixon et al. yang

melibatkan sekunder BRG. Namun demikian, hubungan antara tingkat

empedu refluks dan perubahan histologis pada mukosa lambung masih

belum diketahui. Hasil dari penelitian pada jurnal menunjukkan

bahwa waktu refluks terpanjang dan total waktu persentase refluks

empedu jauh lebih rendah pada kasus dengan pembuluh darah dengan

gangguan mukosa lambung daripada yang tidak gangguan vaskular.

28 | P a g e

Hiperplasia foveolar dikaitkan dengan tingkat empedu

refluks dan dapat berfungsi sebagai perubahan histologis

karakteristik BRG utama pada anak-anak. Pada jurnal menegaskan

korelasi negatif antara gangguan vaskular dari permukaan mukosa

dan refluks empedu gastritis.

3.1.2. Wanita Hamil

Role Of Helicobacter Pylori in The Pathogenesis of Hyperemesis Gravidarum

Pada wanita hamil dengan hiperemesi gravidarum dapat

dilakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap termasuk skrining

untuk bakteri H. pylori terutama pada kondisi berkepanjangan dapat

ditemukan pada trimester kedua. Hal tersebut dilakukan karen

angka kejadian infeksi bakteri H. pylori meningkat pada wanita

hamil dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan kelompok

normal. Pemberian obat-obatan juga perlu diperhatikan terkait

dengan pengaruhnya pada kondisi janin. Hal yang paling penting

adalah edukasi pasien terkait dengan pengolahan makanan dan

mencuci tangan untuk mencegah penyebaran bakteri padan makanan

khususnya pada negara berkembang dan sosioekonominya rendah.

Dari jurnal disimpulkan bahwa meskipun belum ada bukti yang

cukup untuk menunjukkan peran dari infeksi bakteri H. pyloripada

patogenesis hiperemesis gravidarum, akan tetapi infeksi tersebut

pun mampu memperberat gejala kejadian hipermemesis gravidarum.

3.1.3. Lansia / Geriatrik

Prevalence And Characteristics of Nodular Gastritis in Japanese Elderly

NG (Nodular Gastitis) didefinisikan sebagai gastritis

antral biasanya ditemukan pada pemeriksaan endoskopi ditandai

29 | P a g e

dengan pola “goose flesh”. Penelitian ini didasarkan pada salah

satu penyebab kanker lambung yang merupakan penyakit yang sering

terjadi di jepang yaitu nodular goiter dan dibandingkan antara

kelompok muda ( usia > 40 tahun) dan kelompok lansia (>40

tahun).dengan menggunakan beberapa metode skrining lambung untuk

kanker lambung dari derajat nodular sampai kelas nodular

gastritis yang umumnya dapat dilihat melalui pemeriksaan

endoskopi.

Hasil dari penelitiaan ini menunjukan perbandingan dari

Endoscopic grading of NG, Incidence of gastric cancer between NG

and non- NG, PG and NG, Histological inflammation and atrophic

grade, Endoscopic grade of atrophy of the gastric mucosa,

Concomitant diseases in NG, Insiden NG. kesimpulan yang

didapatkan dari jurnal ini yaitu , resiko kanker lambung

meningkat dengan bertambahnya usia ( kelompok dengan usia . 40

tahun) dengan NG.

30 | P a g e

Daftar Pustaka

Deglin, j. 2008. Drug Guide for Nurses. Philadelphia : Davis

Company

31 | P a g e