35
PENGEMBANGAN PEMIKIRAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM (BEBERAPA PERSOALAN PENGEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, MEMAHAMI MAKNA FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM, TIPOLOGI PEMIKIRAN FILSAFAT DALAM ISLAM) Makalah Kelompok Dipresentasikan dalam Seminar Kelas pada Mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam Semester II Tahun Akademik 2013 Oleh SY. JAPAR SADIQ ISMAYANTI M. KHAERIL ASHAR MUHSIN Dosen Pemandu: Dr. H. Muh. Sain Hanafy, M. Pd Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamat, M. Ag

PENGEMBANGAN PEMIKIRAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM

Embed Size (px)

Citation preview

PENGEMBANGAN PEMIKIRAN FILOSOFIS PENDIDIKANISLAM (BEBERAPA PERSOALAN PENGEMBANGAN FILSAFATPENDIDIKAN ISLAM, MEMAHAMI MAKNA FILSAFAT DALAMPENDIDIKAN ISLAM, TIPOLOGI PEMIKIRAN FILSAFAT

DALAM ISLAM)

Makalah Kelompok Dipresentasikan dalam Seminar Kelas pada Mata kuliah

Pemikiran Pendidikan Islam Semester IITahun Akademik 2013

OlehSY. JAPAR SADIQ

ISMAYANTIM. KHAERIL ASHAR

MUHSIN

Dosen Pemandu:Dr. H. Muh. Sain Hanafy, M. Pd

Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamat, M. Ag

1

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR2013

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangFilsafat merupakan satu istilah yang berasal dari

bahasa Yunani kuno yang kemudian dalam bahasa Arabdisebut falsafat, di sini kemungkinan terjadipengadopsian bahasa yang sedikit berbeda dalam caramembacanya. Filsafat merupakan istilah yang digunakanoleh orang Indonesia. Jika kita perhatikan satu kataini tidak jauh berbeda dalam penyebutannya dalamberbagi bahasa, sebagaimana yang telah diketahui.Kemudian perlu kita ketahui apa sebenarnya artifilsafat tersebut.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaituphilosophia yang terbentuk dari dua unsur kata, yaituphilo yang berarti cinta dan sophia yang berartikearifan, hikmah, kebijaksaan, keputusan ataupengetahuan yang benar, secara dasar arti filsafatadalah cinta kebijaksanaan. Dari pengertian di atasmenghendaki bahwa filsafat merupakan suatu kegiatan

2

yang menuntut untuk melakukan sesuatu dengan kualitasterbaik. Ini merupakan kerja pikiran, sehingga seringsekali berfilsafat diartikan sebagai berpikir mendalamatau radikal untuk menemukan realitas kebenaran sejatidari sesuatu. Sulit ditemukan arti filsafat secarahakiki, namum setidaknya berfilsafat itu merupakanberfikir sistematis dan penuh kehati-hatian untukmembuktikan kebenaran atau hakikat suatu yangdipikirkan.

Kebenaran yang dihasilkan filsafat berbeda denganyang dihasilkan ilmu pengetahuan. Ini dikarenakankajian filsafat lebih bersifat unviersal sedangkan ilmupengetahuan bersifat parsial dan terpisah-pisah sesuaidengan kajiannya masing-masing dalam disiplin ilmutertentu dengan ketentuan sistematis, logis, danempiris.

Meskipun filsafat pendidiakan telah menjadi kajiantersendiri, hal ini tidak menyebabkan filsafatpendidikan terlepas sama sekali dengan filsafat itusendiri. Yang menjadi kajian dalam filsafat pendidikanadalah persoalan-persoalan yang berhubungan denganseluk beluk pendidikan secara khusus, maka berartiupaya filosofis diarahkan pada suatu kajian yang dalamhal ini adalah problem kependidikan sebagai sebuahrealitas. Hubungan filsafat pendidikan dan pendidikanmerupakan dua hal yang tidak terpisahkan, karena

3

filsafat pendidikan bertugas merumuskan prinsip-prinsipyang nantinya akan menjadi teori dari pendidikan itusendiri untuk memecahkan berbagai permasalahanpendidikan yang ada.

Filsafat pendidikan dengan menggunakan cara kerjafilsafat pada umumnya dalam mencari hakikat sesuatulebih menekankan pada perenungan dan refleksi-refleksiatas realitas yang terdapat dalam dunia kependidikananatara lain tentang hakikat manusia, pendidikan itusendiri, tujuan kependidikan, pendidik dan anak didik,hakikat pengetahuan, kurikulum, metode, dan lainsebagainya.

Jika kita renungi, seolah-olah kajian yang kitapelajari adalah tentang hasil pemikiran-pemikiran parafilosof sepanjang masa. Tujuan yang diinginkan adalahbagaimana mengatasi permasalahan-permasalahan hidupmanusia di dunia ini, karena dalam kehidupan manusiaselalu melekat berbagai problematika baik secaraindividu maupun kelompok. Dari sinilah mulai munculnyaaliran-aliran filsafat, dan hal ini juga terjadi dalambidang-bidang ilmu pengetahuan karena bersumber darifilsafat. Makalah ini akan mengkaji tentang tipologifilsafat pendidikan, lebih spesifik kepada filsafatpendidikan Islam yang tentunya bersandar padai sumber-sumber ajaran Islam. Demikian juga implikasi aliran-aliran tersebut terhadah pengembangan kurikulum.

4

B. Rumusan MasalahDari latar belakang di atas, perlu dirumuskan beberapapoin yang menjadi pokok bahasan dalam makalah iniantara lain.1. Apa sebenarnya filsafat pendidikan Islam?2. Bagaimana pengembangan pemikiran dalam filosofis

pendidikan Islam?3. Bagaimana tipologi filsafat pendidikan Islam?

5

BAB IIPEMBAHASAN

A. Aliran-aliran dalam Filsafat PendidikanFilsafat pendidikan merupakan ilmu yang tergolong

relatif masih baru. Bidang ini baru berkembang pesatpada awal abad ke 20 meskipun dasar-dasarnya telah adasejak zaman Yunani. Filsafat pendidikan muncul dalamrangka memecahkan berbagai problematika yang adakhususnya dalam bidang pendidikan. Ada beberapa alirandalam filsafat pendidikan yang terbagi menjadi duakelompok yaitu tradisional dan kontemporer. Yangtermasuk dalam kelompok tradisional adalah perennialismdan essensialism. Sedangkan yang termasuk dalamkelompok kontemporer adalah progressivism,reconstructionism, dan existentialism. Namun di sinihanya akan dijelaskan empat dari aliran tersebut yaituprogressivism, perennialism, essentialism, danreconstructionism. 1. Progresivisme

Aliran ini merupakan salah satu aliran filsafatpendidikan yang berkembang pada abad 20 dan cukupberpengaruh pada pembaruan pendidikan. Perkembangandidorong oleh aliran naturalisme dan ekperimentalisme,instrumentalisme, environmantalisme, dan pragmatismesehingga progresivisme disebut dalam aliran tersebut.

6

Progresivisme dalam pandangannya selalu berhubungandengan pengertian the liberal road to cultural, yaknilebih bersifat fleksibel, toleran dan bersifat terbukaakan hal-hal yang baru untuk mengetahui dan menyelidikidemi pengembangan pengalaman. Aliran ini disebut jugaaliran naturalisme, yang mempunyai pandangan bahwakenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta (bukankenyataan spiritual dan supranatural).1

Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan-kemajuanyang telah dicapai oleh manusia tidak lain adalahkarena kemampuannya sendiri dalam mengembangkanberbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dansistematisasi berpikir ilmiah. Oleh karena itu, yangmenjadi tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagaimasalah kehidupan yang mengarah pada pembagian ilmupengetahuan yang berguna bagi kehidupan dalammasyarakat.2

Pendidikan progresivisme selalu menekankanpertumbuhan dan perkembangan pemikiran dan sikap mentaldalam pemecahan masalah atau rasa percaya diri pesertadidik. Progres atau kemajuan akan melahirkan perubahandan perubahan akan melahirkan pembaruan. Aliran inimeyakini bahwa manusialah yang memilihi kemampuan dalam

1 M. Djumransjah, Filsafat Pendidikan, (Malang: BayumediaPublishing, 2006), h. 175-176

2 Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama,2011), h. 154

7

menghadapi barbagai problem kehidupan dan bahkanmengancam manusia itu sendiri. Pendidikan dianggapsebagai alat penyelamat bagi manusia demi masa depan.Tujuan pendidikan bersifat penyusunan kembalipengalaman-pengalaman yang terus-menerus dan bersifatprogresif. Progresif memiliki nilai positif dari aliranini. Aliran ini tidak setuju dengan adanya pendidikanyang bercorak otoritas dan absolut dalam segalabentuknya, sebagaimana terdapat dalam agama, moral,politik dan lain sebagainya.3 Maka dari sinilahpendidikan modern yang berupaya menyatukan antara teoridan praktiknya terwujud, karena dalam progresivismetidak menghendaki adanya mata pelajaran yang terpisah.

Aliran ini menekankan pada pendidikan ataupembelajaran di sekolah bersifat terpusat pada anak(student center), hal ini merupakan reaksi daripelaksanaan pendidikan yang terpusat pada pendidik ataubahan pelajaran. Pendidikan aliran ini bertujuan untukmelatih anak agar kelak dapat bekerja menggunakan otakdan hati.4

Pendidikan merupakan proses perkembangan, olehkarena itu seorang pendidik dituntut untuk selalu siapmemodifikasi berbagai metode dan strategi dalampengupayaan ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai

3 M. Djumransjah, Op. Cit., h. 177

4 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009),h. 200

8

perubahan yang menjadi kecenderungan dalam suatumasyarakat. Pendidikan mestinya harus dimaknai sebagaisebuah proses. Inti pendidikan bagi aliran ini terdapatpada anak didik, karena anak didik pada dasarnyamemiliki potensi rasio dan intelektual yang berkembangmelalui pengkondisian pendidikan. Oleh karena itu semuaaktivitas kependidikan harus diarahkan kepadapenyediaan kondisi yang memungkinkan anak didikmengembangkan potensi dirinya.5

Dari uraian di atas, aliran progresivismemerupakan aliran yang menghendaki adanya kesatuanantara teori dan praktik dalam proses pendidikan. Halini bisa tercermin dalam sekolah-sekolah kejuruan yangmenekankan pada aplikasi dari teori yang telahdipelajari secara langsung dan bukan hanya menjadipengetahuan semata. Anak didik dalam aliran inidiyakini memiliki kemampuan untuk mengendalikan danmenyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya seiringdengan pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagaimanadiketahui bahwa setiap manusia telah dibekali skillatau kemampuan dasar, hanya saja untuk mengembangkansemua itu terkadang membutuhkan bimbingan.2. Perennialisme

Perennialisme berasal dari kata perennial yangdiartikan sebagai continuing throughout the whole yearatau lasting for a very long time abadi atau kekal dan

5 Muhmidayeli, Op. Cit., h. 157

9

dapat berarti juga tiada akhir.6 Kepercayaan padaaliran ini berpegang pada nilai-nilai atau norma-normayang bersifat kekal abadi. Melihat zaman yang semakinmaju aliran ini memberikan sebuah konsep jalan keluaryaitu “regressive road to cultural” yakni kembalikepada kebudayaan masa lampau yang masih ideal. Karenaitulah aliran ini menganggap penting peranan pendidikandalam proses mengembalikan keadaan manusia sekarangkepada kebudayaan masa lalu yang dianggap cukup idealdan telah teruji kehandalannya dalam menahan arusketerbelakangan budaya.7 Dalam pengertian yang lain,Perennialisme memandang tradisi sebagai prinsip-prinsipyang abadi yang terus mengalir sepanjang sejarah umatmanusia, karena ia adalah anugerah Tuhan pada semuamanusia dan merupakan hakikat insaniah manusia.8

Perennialisme melihat zaman sekarang sedangmengalami krisis kebudayaan karena kekacauan,kebingungan dan kesimpangsiuran. Dalam rangka mengatasigangguan kebudayaan ini maka diperlukan usaha untukmenemukan dan mengamankan lingkungan sosio-kultural,intelektual, dan moral. Dan ini menjadi tugas filsafatdan filsafat pendidikan. Regresif, merupakan salah satulangkah yang ditempuh untuk mengatasi masalah ini.Regresif meruapakan kembalinya kepada prinsip umum yang

6M. Djumransjah, Op. Cit., h. 1857Ibid., h. 1868Muhmidayeli, Op. Cit., h. 158

10

ideal yang dijadikan dasar untuk bertingkah pada zamankuno dan abad pertengahan.9

Aliran ini pada perkembangannya banyak dipengaruhioleh tokoh seperti Plato, Aristoteles, dan ThomasAquinas. Plato menguraikan ilmu pengetahuan dan nilaisebagai manifestasi dan hukum universal yang abadi danideal. Menurut Plato manusia memiliki tiga potensiyaitu nafsu, kemauan, dan akal. Program pendidikan yangideal berorientasi kepada tiga potensi itu agarkebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapatterpenuhi. Ide Plato kemudian dikembangkan olehAristoteles yang berpendapat bahwa tujuan pendidikanadalah kebahagiaan. Untuk mencapai kebahagiaan makaaspek fisik, intelek, dan emosi harus dikembangkansecara seimbang, bulat, dan totalitas. Lain lagi denganThomas Aquinas yang mengatakan tujuan pendidikan adalahperwujudan kapasitas (potensi) yang ada dalam diri anakdidik agar menjadi aktif dan aktualitas. Karena itu,maka peran pendidik di sini adalah mengajar dalam artimemberi bantuan kepada anak didik untuk berpikir jelasdan mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada padadiri anak didik.10

Perennialisme adalah aliran yang mempertahankanbahwa nilai-nilai universal itu ada, dan pendidikanmerupakan pancarian dan penanaman nilai tersebut.

9Ibid., h. 18710Ibid., h.187-188

11

Tujuan pendidikan aliran ini untuk membantu anak didikuntuk menyingkap dan menanamkan kebenaran-kebenaranhakiki. Metode yang digunakan kebanyakan adalah diskusidan analisis buku, dan berpusat pada materi ajar. Muriddipandang sebagai makhluk rasional yang dibimbing olehprinsip-prinsip pertama, kebenaran hakiki. Pendidikmerupakan orang yang berperan dominan dan harusmenguasai materinya dalam proses pendidikan.11

Aliran ini memandang pendidikan bukan sebagaiimitasi kehidupan, namun merupakan suatu upaya untukmempersiapakan kehidupan. Sekolah tidak akan pernahmenjadi situasi yang riil. Anak hanya menyusun danmerancang di mana ia belajar dengan prestasi-prestasiwarisan budaya masa lalu. Tugas seorang anak didikadalah belajar dan merealisasikan nilai-nilai yangtelah diwariskan oleh leluhur dan bila memungkinkanuntuk meningkatkan prestasi yang dimiliki melalui usahasendiri.12 Prinsip dasar pendidikan aliran ini adalahmembantu anak didik menemukan dan menginternalisasikebenaran abadi, karena kebenarannya mengandung sifatuniversal dan tetap. Aliran ini meyakini bahwapendidikan merupakan alat transfer ilmu pengetahuantentang kebenaran abadi. Pengetahuan adalah suatu

11Binti Maunah, Op. Cit., h. 21012Muhmidayeli, Op. Cit., h. 163

12

kebenaran dan kebenaran selamanya memiliki kesamaan.Aliran ini menilai belajar itu untuk berfikir.13

Krena itu pendidikan merupakan alat untukmenyampaikan apa yang menjadi kebanggaan pada masalalu, maka organisasi pendidikan hanyalah sekedarperantara semata dalam menurunkan nilai-nilai kebenaranyang bersifat sama dari satu generasi ke generasiberikutnya. 3. Esensialisme

Aliran esensialisme merupakan aliran filsafatpendidikan yang menginginkan agar manusia kembalikepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lamadipandang telah melakukan banyak kebaikan untukmanusia. Kebudayaan lama ini telah ada sejak masaRenaissance dan tumbuh berkembang. Kebudayaan lamamelakukan usaha untuk menghidupkan kembali ilmupengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani danRomawi kuno. Aliran ini merupakan gabungan antara idefilsafat idealisme dan realisme.14

Dalam konteks pendidikan, aliran ini memiliki cirikhusus yang menekankan bahwa pendidikan harus dibangundi atas nilai-nilai yang kukuh, tetap, dan stabil.15

Aliran ini percaya bahwa pelaksanaan pendidikanmemerlukan modifikasi dan penyempurnaan sesuai dengan

13Ibid., h. 16414M. Djumransjah, Op. Cit., h. 18115Muhmidayeli, Op. Cit., h. 167

13

kondisi manusia yang bersifat dinamis dan selaluberkembang, melihat pengembangan manusia yang selaluberada di bawah azas ketetapan dan natural, makapendidikan harus dibina atas dasar nilai-nilai yangkukuh dan awet supaya memberikan kejelasan dankestabilan arah bangunannya.16

Aliran ini memandang bahwa pendidikan yangbertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalamsegala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandanganyang berubah, mudah goyah, kurang terarah, dan tidakmenentu serta kurang stabil. Hal ini sangat kontradengan pandangan progresivisme yang mengatakanpendidikan itu penuh fleksibilitas, serba terbuka untukperubahan, terlepas dari doktrin tertentu, toleran dannilai-nilai dapat berubah dan berkembang.17

Aliran esensialisme dalam hal pendidikan didasarioleh pandangan humanisme, yang merupakan reaksiterhadap hidup yang terlalu mengarah kepada keduniaan,serba ilmiah, dan materialistik.18 Pendidikan didasaripada realitas dan dogmatis. Karena dunia ini bersifatdinamis dan memiliki tujuan maka pendidikan bertujuanuntuk membentuk anak didik sesuai kehendak Tuhan.Tujuan suatu pendidikan bagi aliran ini adalahmenyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui inti

16Ibid., h. 16917Ibid., h. 18218Ibid., h. 183

14

pengetahuan yang telah terhimpun. Metode pendidikanmasih bersifat terpusat pada guru. Guru berperansebagai contoh dalam memulai nilai-nilai ataupenguasaan pengetahuan dan gagasan-gagasan.19

Pada hakikatnya aliran ini bertujuan untukmembentuk pribadi bahagia di dunia dan di akhirat.Kandungan pendidikannya ditetapkan berdasarkankepentingan efektivitas pembinaan kepribadian yangmencakup ilmu pengetahuan yang harus dikuasai dalamkehidupan dan mampu menggerakkan keinginan manusia.20

Hemat penulis, bahwa esensialisme mengakui akanadanya perubahan dalam dunia ini dan menilai masa inidalam kekacauan, oleh karena itu aliran inimenginginkan penanaman kembali nilai-nilai pada masakejayaan dulu untuk masih diterapkan pada masasekarang. Namun untuk menjadi pribadi yang baik,pendidikan itu harus dilandasi dengan nilai-nilaikebenaran atau doktrin yang ada pada masa sebelumnyayang bersifat tetap.4. Rekonstruksionisme

Aliran ini sepaham dengan aliran perennialismedalam menghargai krisis kebudayaan modern. Namun yangmembedakannya di sini adalah caranya. Sesuai istilahyang dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu

19Binti Maunah, Op. Cit., h. 208-20920Ibid., h. 185

15

konsensus yang terluas dan mungkin tentang tujuan utamadan tertinggi dalam kehidupan manusia.21

Aliran ini juga biasa disebut dengan aliranrekonstruksi sosial karena berupaya merombak tatasusunan lama dan membangun tata susunan hidupkebudayaan baru yang bercorak modern. Aliran inimeyakini bahwa pendidikan merupakan tanggung jawabsosial. Karena mengingat eksistensi pendidikan dalamkeseluruhan realitasnya diarahkan untuk pengembangandan perubahan masyarakat. Aliran ini percaya bahwamanusia memiliki potensi fleksibel dan kukuh baik dalamsikap dan tindakannya. Merupakan hal yang sangatberharga dalam kehidupan manusia itu, jika ia memilikikesempatan yang cukup untuk mengembangkan potensidirinya secara sempurna. Pendidikan adalah jawaban darikeinginan potensial manusia tersebut.22

Dalam usahanya mencapai tujuan tersebut, aliranini berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenaitujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusiadalam suatu tatanan yang baru. Maka, melalui lembagadan proses pendidikan, aliran ini merombak tata susunanlama dan menggantikannya dengan tata susunan hidupkebudayaan yang benar-benar baru. Tujuan ini akantercapai melalui usaha bersama dan bekerja sama denganseluruh bangsa. Aliran ini memiliki ide bahwa bangsa di

21Ibid., h. 18822Muhmidayeli, Op. Cit., h. 177

16

dunia ini telah sadar dan akan tumbuh untuk menciptakansatu dunia baru dengan kebudayaan yang baru, di bawahsatu kedaulatan dunia dengan pengawasan manusia.23

Pemerintahan secara demokratis merupakan salahsatu contoh keberhasilan dari aliran ini. Dunia diaturoleh banyak orang dan bukan diatur dan diperintah olehsatu golongan. Cita-cita puncak aliran ini adalahmewujudkan dan melaksanakan satu sintesis, yakni ajaranagama dengan demokrasi, teknologi modern, dan senimodern di dalam satu kebudayaan yang dibina bersamaoleh seluruh bangsa di dunia.24 Organisasi pendidikandalam aliran ini dipandang sebagai lembaga utama untukmelakukan perubahan sosial, ekonomi, dan politik dalammasyarakat. Metode dalam pendidikan aliran ini bersifatanalisis kritis terhadap problematika masyarakat dankebutuhan-kebutuhan progmatik untuk perbaikan. Karenaitulah metode pemecahan masalah, analisis kebutuhanmerupakan hal yang ditekankan aliran ini.25

Problem based learning merupakan cara yang tepatuntuk belajar bagi aliran ini, karena ia menghendakisupaya anak didik mampu membaca dan sekaligusdiharapkan mampu menyelesaikan masalah dan menciptakanhal-hal atau aturan yang baru yang lebih baik darisebelumnya di bawah satu kesatuan yang bercorak modern.

23Ibid., h. 18924Ibid., h. 19025Binti Maunah, Op. Cit., h. 204

17

B. Filsafat Pendidikan IslamFilsafat pendidikan Islam sebagaimana pendapat al-

Syaibani yang dikutip oleh Ahmad Syar’i menjelaskanbahwa filsafat pendidikan Islam adalah prinsip-prinsipdan berbagai kepercayaan yang berasal dari ajaran Islamatau minimal sesuai dengan jiwa Islam yang mendukungdan memiliki kepentingan pelaksanaan dan bimbingandalam bidang pendidikan.

Dalam filsafat Islam juga akan mengkaji tigapijakan yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. OntologiFilsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada

manusia dan alam (the creature of God). Sebagaipencipta, Tuhan telah mengatur alam ciptaan-Nya.Pendidikan berpijak dari human sebagai dasarperkembangan dalam pendidikan. Seluruh aktivitas hidupdan kehidupan manusia adalah transformasi pendidikan.26

Yang menjadi dasar kajian filsafat pendidikanIslam di sini adalah sebagaimana yang tercantum dalamwahyu mengenai pencipta, ciptaan-Nya, hubungan antaraciptaan dan pencipta, hubungan antara sesama ciptaan-Nya dan utusan yang menyampaikan risalah (rasul).2. Epistemologi

26Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PustakaPirdaus, 2005), h. 123

18

Landasan ini merupakan dasar ajaran Islam yaitual-Quran dan al-Hadits. Dari kedua sumber itulah munculpemikiran-pemikiran terkait masalah-masalah keislamandalam berbagai aspeknya termasuk filsafat pendidikan.Apa yang tercantum dalam al-Quran dan al-Haditsmerupakan dasar dari filsafat pendidikan Islam.27 Halini pada dasarnya selaras dengan hasil pemikiran parafilosof Barat, karena akal sehat tidak akanbertentangan dengan wahyu. Jika terjadi ketidakcocokanberarti itu bukan karena kesalahan wahyu itu, namun ituadalah hasil pikiran yang belum mampu menjangkau apayang dimaksudkan oleh landasan tersebut.3. Aksiologi

Yang tidak kalah pentingnya adalah kandungannilainya dalam bidang pendidikan. Ada tiga hal yangmenjadi nilai dari filsafat pendidikan Islam yaitu:a. Keyakinan bahwa akhlak termasuk makna yang

terpenting dalam hidup, akhlak di sini tidak hanyasebatas hubungan antara manusia, namun lebih luaslagi sampai kepada hubungan manusia dengan segalayang ada, bahkan antara hamba dan Tuhan.

b. Meyakini bahwa akhlak adalah sikap atau kebiasaanyang terdapat dalam jiwa manusia yang merupakansumber perbuatan-perbuatan yang lahir secara mudah.

27Ibid., h. 124

19

c. Keyakinan bahwa akhlak islami yang berdasar syari’atyang ditunjukkan oleh berbagai teks keagamaan sertadiaktualkan oleh para ulama merupakan akhlak yangmulia.28

Bertolak dari tiga kajian di atas, yaitu ontologi,epistemolog, dan aksiologi dari pendidikan Islam,setidaknya kita telah memiliki pandangan dan arah yangakan dilakukan oleh filsafat pendidikan Islam tersebut.C. Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran filosofis pendidikan Islam dapat kitalihat dari pola pemikiran Islam yang berkembang didunia saat ini, terutama dalam menjawab berbagaitantangan dan perubahan yang selalu terjadi dan akanterjadi pada era modernitas. Ada empat model pemikirankeislamaman menurut Abdullah (1996) yang dikutip olehMuhaimin, yaitu 1. Model Tekstualis Salafi; 2. ModelTradisionalis Madzhabi; 3. Model Modernis; dan 4. ModelNeo-Modernis.1. Tekstualis Salafi

Aliran ini berusaha untuk memahami ajaran dannilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-Quran danal-Sunnah dan melepaskan diri dari atau kurangmemperhatikan konteks dinamika pergumulan masyarakatmuslim yang mengitarinya baik pada era klasik ataupunmodern. Masyarakat yang diidam-idamkan adalah

28 Ibid., h. 125

20

masyarakat salaf di era nabi Muhammad saw. dan parasahabatnya. Landasan pemikiran aliran ini hanya ada duayaitu al-Quran dan al-Sunnah dan tanpa menggunakanpendekatan keilmuan yang lain.29 Dalam menjawabberbagai tantangan zaman, aliran ini hanya menggunakanal-Quran dan al-Sunnah. Ini menunjukkan bahwa aliranini lebih bersikap regresif dan konservatif.30

Jika kita lihat kepada pemikiran filsafatpendidikan, ada dua tipe yang lebih dekat dengan alirantekstualis salafi, yaitu aliran pendidikan yangtermasuk dalam kategori tradisional (perennialism danessentialism). Perennialism menghendaki kembalinyakepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, sedangkantekstualis salafi menghendaki agar kembali kemasyarakat salaf (era Nabi dan sahabat). Namun intinya,kedua aliran ini sama-sama regresif. Adapaunessentialism menghendaki pendidikan yang bersendikanatas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannyadalam kebudayaan, dan nilai-nilai ini sampai kepadamanusia tentunya telah teruji oleh waktu. TektualisSalafi menjunjung tinggi nilai-nilai salaf dan perludilestarikan keberadaannya, karena masyarakat salafdipandang sebagai masyarakat yang ideal.31

29Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.(Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005), h. 88

30Ibid., h. 8931Ibid.

21

Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam,aliran ini menyajikan kajian tentang pendidikan secaramanquli, yakni memahami atau menafsirkan nas-nastentang pendidikan dengan nas yang lain, atau denganmengambil pendapat sahabat. Aliran ini berusahamembangun konsep pendidikan Islam melalui kajiantekstual-lughawi atau berdasarkan kaidah-kaidah bahasaArab dalam memahami al-Quran, hadits Nabi, danperkataan sahabat, serta memperhatikan praktikpendidikan pada era salaf, untuk selanjutnya berusahamempertahankan dan melestarikan nilai-nilai tersebuthingga saat ini. Dalam bangunan pemikiran filsafatpendidikan Islam, model ini dapat dikategorikan sebagaitipologi perenial-tekstualis salafi dan sekaligusesensial-tekstualis salafi. Untuk menyederhanakan modelini, maka dapat kita sebut dengan istilah perenial-esensial salafi.32

Aliran ini dapat kita lihat sebagaimana yang kitaketahui dari sejarah bahwa ada golongan-golongan yanghanya menggunakan al-Quran secara tekstual semata tanpamelihat konteks. Padahal dalam pendidikan harus dilihatterlebih dahulu apa yang dibutuhkan anak didik danmasyarakat secara umum.

2. Tradisionalis Madzhabi

32Ibid., h. 90

22

Aliran ini berupaya memahami ajaran dan nilaimendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnahmelalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namuntidak begitu memperhatikan keadaan sosio-historismasyarakat setempat di mana ia hidup di dalamnya. Hasilpemikiran para ulama terdahulu dipandang sudah pastitanpa melihat sisi historisnya. Masyarakat ideal bagialiran ini adalah masyarakat muslim era klasik, di manamenganggap bahwa semua persoalan agama telah dikupastuntas oleh para ulama terdahulu. Mereka bertumpukepada ijtihad dalam menyelesaikan persoalan-persoalantentang ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.Kitab kuning menjadi rujukan pokok aliran ini.33

Aliran ini menonjolkan akan wataknya yangtradisional dan madzhabi. Tradisional ditunjukkan dalambentuk sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selaluberpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaanyang telah turun temurun dan tidak mudah terpengaruholeh situasi sosio historis dengan berubahnyamasyarakat dan zaman. Watak madzhabi dari aliran inidiwujudkan dalam kecenderungannya mengikuti aliran,pemahaman, atau doktrin yang dianggap sudah relatifmapan pada masa sebelumnya.34

33Ibid.,

34Ibid., h. 91

23

Dengan ketradisionalan dan kemadzhabannya, aliranini dalam pengembangan pemikiran filsafat pendidikanIslam lebih menekankan pada pemberian penjelasan darimateri-materi pemikiran para pendahulunya tanpa adanyaperubahan substansi pemikiran pendahulunya. PendidikanIslam dengan model ini berupaya mempertahankan danmewariskan nilai, tradisi, dan budaya serta praktiksistem pendidikan terdahulu dari satu generasi kegenerasi berikutnya tanpa mempertimbangkan konteksperkembangan zaman yang dihadapinya. Melihat wataknyayang sedemikian itu, aliran ini juga lebih dekat denganperennialism dan essensialism, karena wataknya yangmasih regresif dan konservatif. Aliran ini disebuttipologi perenial-esensial madzhabi.35

Aliran ini membangun konsep pendidikan Islammelalui kajian terhadap khazanah pemikiran Islamterdahulu, baik dalam hal tujuan pendidikan, kurikulum,hubungan guru murid, metode pendidikan, sampai kepadalingkungan pendidikan yang dirumuskan.36

Berbeda dengan aliran yang pertama, aliran inilebih menghargai hasil yang telah diciptakan olehpendahulunya. Karena aliran ini masih menganggap danmenggunakan sistem pendidikan yang digunakan oleh masasebelumnya dan hal itu dirasa baik. Namun di sini masihada sikap tertutup dari aliran ini yang tidak menerima

35Ibid., h. 9236Ibid.

24

hal-hal yang baru, dan menurut hemat penulis, sikap iniyang kurang bijak karena apapun di dunia ini selaluberubah. 3. Modernis

Aliran modernis berupaya memahami ajaran dan nilaidasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnahdengan melihat kepada kondisi dan tantangan sosio-historis dan kultural yang dihadapi masyarakat muslimkontemporer, tanpa mempertimbangkan muatan-muatankhazanah intelektual muslim era klasik. Aliran inilebih cenderung untuk selalu maju memasuki teknologimodern. Aliran ini ingin memahami al-Quran secaralangsung dan melompat ke dunia modern.37

Aliran ini lebih cenderung seperti aliranprogressivism dalam aliran filsafat pendidikan, hal initercermin dari wataknya yang ingin bebas dari bayang-bayang masa lalu dan modifikatif. Dengan wataknya yangdemikian, aliran ini tidak berkepentingan untuk merujukkepada pemikiran-pemikiran terdahulu karena yang dahuluhanya cocok untuk masa lalu.38

Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam,sikap bebas dan modifikatif ini tidak berarti kebebasanmutlak tanpa adanya keterikatan. Pendidikan Islam yangmodernis memiliki sikap keterbukaan dan dinamis menujuke arah yang lebih maju. Untuk mencapai kemajuan

37Ibid.38Ibid., h. 93

25

tersebut diperlukan keterbukaan untuk membaca teoriorang lain, melalui transformasi, akomodasi, danbahkan adopsi pemikiran dan temuan ilmu pengetahuanserta teknologi dalam rangka memajukan sistempendidikan Islam.39

Praktik seperti ini banyak kita temukan pada eraini terutama di lembaga pendidikan Islam modern. Dalampendidikannya telah banyak menggunakan peralatan-peralatan modern dan juga menggunakan metode-metodeyang berasal dari luar, namun hal ini tidak membuatnyakehilangan tujuan utama dari pendidikan Islam tersebut.4. Neo-Modernis

Aliran pemikiran ini berupaya untuk memahamiajaran dan nilai dasar yang bersumber dari al-Quran danal-Sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkankhazanah intelektual muslim klasik serta mencermatikesulitan dan kemudahan yang ditawarkan dunia modern.Jadi aliran ini selalu mempertimbangkan al-Quran, al-Sunnah, khazanah klasik, dan pendekatan-pendekatankeilmuan era modern. Maka dari situlah terkenalungkapan “memelihara hal-hal yang baik yang telah adasambil mengembangkan nilai-nilai baru yang lebihbaik.”40

39Ibid.,

40Ibid., h. 95

26

Berdasarkan prinsip-prinsip yang dipakai danmelihat akhir dari jargon di atas menunjukkan adanyasikap dinamis dan progresif serta rekonstruktifwalaupun tidak bersifat radikal. Karean itulah, didalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islamaliran ini dapat dikategorkan sebagai tipologiperenial-esentialis kontekstual-falsifikatif.41

Aliran ini dipandang sebagai aliran pembaruan yangmencoba mengintegrasikan secara menyeluruh antaradasar-dasar Islam, khazanah keislaman klasik, dan hal-hal yang baru dan baik. Ini merupakan upaya yang luarbiasa dalam pengembangan pendidikan agama Islam yangselalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.

D. Implikasi Filsafat Pendidikan Islam TerhadapPengembangan Pendidikan Agama Islam.

Aliran-aliran dalam pemikiran filsafat pendidikanIslam di atas tentu memiliki implikasi terhadappengembangan pendidikan agama Islam. Di bawah ini akandijelaskan seditit mengenai implikasi tersebut mulaidari tipologi perenial-esensialis salafi, tipologiperenial-esensialis madzhabi, tipologi modernis,tipologi perenial-esensialis kontekstual-falsifikatif,dan tipologi rekonstruksi sosial berlandaskan tauhid.1. Perenial-Esensialis Salafi

41Ibid., h. 96

27

Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan erasalaf (era kenabian dan sahabat). Pendidikandiorientasikan kepada penemuan dan internalisasikebenaran masa lalu yang dilakukan oleh anak didik,menjelaskan dan menyebarkan warisan salaf melalui intipengetahuan yang terakumulasi dan telah berlakusepanjang masa dan penting untuk diketahui semuaorang.42

Pengembangan pendidikan agama Islam ditekankanpada doktrin agama, kitab-kitab besar, kembali kepadahal-hal yang mendasar, serta mata pelajaran kognitifyang ada pada era salaf. Dalam kurikulum pendidikanagama Islam bidang akidah dan ibadah khusus (shalat,puasa, zakat, haji, nikah, dan lain-lain), atau membacaal-Quran yang dimaksudkan untuk melestarikan danmempertahankan, serta menyebarkan akidah dan amaliahubudiyah yang benar sesuai dengan yang dilakukan parasalaf.43

Metode pembelajran yang dilakukan melalui ceramahdan dialog, diskusi, dan pemberian tugas-tugas.Manajemen kelas diarahkan pada pembentukan karakter,keteraturan, keseragaman, bersifat kaku danterstruktur. Evaluasi menggunakan ujian-ujian objektifterstandarisasi, dan tes kompetensi barbasis amaliah.Guru memliki otoritas tinggi yang paham akan kebijakan

42Ibid., h. 12643Ibid.

28

dan kebenaran masa lalu dan tentunya ahli dalambidangnya.44

2. Perenial-Esensialis MadzhabiTipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan

Islam yang tradisional dan memiliki kecenderuanganuntuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin sertapemahaman pemikiran-pemikiran masa lampau yang dianggapsudah mapan. Pendidikan Islam berfungsi melestarikandan mengembangkannya melalui upaya pemberian penjelasandan catatan-catatan dan kurang ada keberanian untukmengganti substansi materi pemikiran pendahulunya. Disini pendidikan Islam lebih dijadikan sebagai upayauntuk mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, danbudaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.45

Pendidikan berorientasi pada upaya murid untukmenemukan dan menginternalisasi kebenaran-kebenaransebagai hasil interpretasi ulama pada masa klasik.Menjelaskan dan menyebarkan warisan ajaran, nilai-nilai, dan pemikiran para pendahulu yang dianggap mapansecara turun temurun. Pengembangan kurikulum ditekankanpada doktrin-doktrin dan nilai agama yang tertuangdalam karya ulama tedahulu mengenai hal-hal yangesensial serta mata pelajaran kognitif yang ada padamasa klasik. Sama seperti aliran sebelumnya namunaliran ini hanya memberikan penjelasan atas pemikiran

44Ibid.45Ibid., h. 127

29

pendahulunya dan dianggap menyeleweng jika tidak sesuaidengan pendapat pendahulunya. Metode yang digunakanadalah ceramah, dialog, perdebatan dengan tolok ukurpandangan imam madzhab, dan pemberian tugas. Manajemendan lain sebagainya sama dengan aliran sebelumnya.46

3. ModernisTipologi pendidikan Islam aliran ini bersifat

bebas, modifikatif, progresif, dan dinamis dalammenghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan darilingkungannya, sehingga pendidikan Islam berfungsisebagai upaya melakukan rekonstruksi pengalaman yangterus menerus. Pendidikan agama Islam diorientasikanpada upaya memberikan keterampilan dan alat-alat kepadaanak didik yang bisa digunakan untuk berinteraksidengan lingkungannya yang selalu berubah demimenyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yangterjadi yang dilandasi dengan nilai-nilai universal.47

Pengembangan pendidikan agama Islam ditekankan padapenggalian problematika yang dihadapi oleh pesertadidik, untuk selanjutnya dilatih dan diajarkan untukmemecahkan masalah tersebut perspektif ajaran dannilai-nilai agama Islam. Metode yang digunakan adalahcooverative learning, metode proyek, dan metode ilmiah.Manajemen kelas lebih diarahkan pada pemberian

46Ibid.47Ibid.

30

kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasidan aktif dalam pembelajaran. Evaluasi lebih banyakmenggunakan evaluasi formatif. Peranan guru di sinisebagai fasilitator dan pengatur pembelajaran.48 4. Perenial-Esensialis Kontekstual-FalsifikatifAliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke masalalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta ujifalsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikanIslam masa sekarang dengan berbagai perubahan yangada.49

Tujuan pendidikan agama Islam berorientasi padapenemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu padamasa klasik, menyebarkan warisan ajaran, dan nilaisalaf yang dianggap mapan, dan pemberian keterampilankepada anak didik untuk menghadapi segala bentukperubahan. Untuk lebih jelas, tujuan aliran ini adalahmelestarikan nilai ilahiyah dan insaniyah sekaligusmenumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan iptekdan perubahan sosio kultural.50

Pengembangan pendidikan agama Islam ditekankan padapelestarian doktrin-doktrin, nilai-nilai agamasebagaimana tertuang dalam kitab terdahulu yangbersifat esensial. Di lain itu juga ditekankan padapenggalian problematika yang ada di masyarakat dan

48Ibid.49Ibid., h. 131 50Ibid., h. 131-132

31

dialami oleh anak didik, kemudian dilatih untukmenyelesaikannya sesuai dengan nilai universal.51

Metode yang digunakan dalam hal-hal yang bersifatdoktrin adalah ceramah dan dialog, diskusi atauperdebatan, dan pemberian tugas. Manajemen kelas lebihkepada pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman,sesuai tatanan, dan teratur dalam menjalankan tugas.Evaluasi bersifat objektif dan terstandarisasi, atautes essay, tes diagnostik, dan tes kompetensi berbasisamaliah. Guru berperan sebagai figur yang memilikiotoritas tinggi dan ahli dalam bidangnya.52

5. Rekonstruksi Sosial Berlandaskan TauhidModel ini cocok untuk diterapkan pada masyarakat

yang berkeinginan dan potensial untuk maju, dan padamasyarakat yang warganya bersifat individualis. Menuruttipologi ini, pendidikan agama Islam bertujuan untukmeningkatkan kepedulian dan kesadaran peserta didikakan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia,yang merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemelukagama Islam untuk memecahkan masalah da’wah bi al-hal,baik yang terkait dengan masalah sosial, ekonomi,budaya, dan lainnya, serta mengajarkan keterampilanuntuk memecahkan semua problem tersebut agar dapatberpartisipasi dalam melakukan perbaikan dan amr ma’ruf

51Ibid. 52Ibid., h. 133

32

nahi munkar, sehingga dapat terwujud suatu tatananmasyarakat baru yang lebih baik.53

Dalam hal ini, peserta didik dibekali kemampuanuntuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkembangdi masyarakat untuk selanjutnya dijadikan sebagai temaproyek kajian, melek berpikir kritis, strategi danteknik berhubungan dengan masyarakat, bekerja secakakelompok, toleran, dan cara kerja untuk berpartisipasidalam pembangunan dan pengembangan masyarakat menujutatanan yang lebih baik.54

Kurikulum memusatkan pada masalah-masalah sosialdan budaya yang dihadapi masyarakat, dan diharapkananak didik dapat menyelesaikan masalah tersebut melaluikonsep dan pengetahuan yang telah dimiliki. Manajemendalam pembelajaran ini tidak terlalu terikat padakelas, tetapi lebih banyak di luar kelas, tidakmembedakan jenis kelamin dan ras, serta membangunmasyarakat. Interaksi guru dan murid lebih bersifatdinamis, kritis, progresif, terbuka, bahkan bersikapproaktif, dan antisipatif, tetapi juga mengembangkannilai-nilai kooperatif fan kolaboratif, toleran, sertakomitmen pada hak dan kewajiban asasi manusia. Evaluasipembelajaran pendidikan agama Islam menekankan padaevaluasi formatif, dengan asumsi bahwa setiap pesertadidik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang

53Ibid., h. 13554Ibid., h. 136

33

lebih maju, serta memiliki kemampuan untuk membangunmasyarakat yang lebih baik dengan memerankan ilmu dalammemecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, sehinggadiperlukan upaya peningkatan kemampuan, minat, bakat,dan prestasi belajarnya secara terus menerus melaluiumpan balik.55

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Secara umum kesimpulan dari paparan penjelasan di

atas adalah, bahwa dalam filsafat pendidikan terdapatdua aliran yaitu tradisionalis dan modernis.Tradisionalis diwakilkan oleh perennialism danessentialism, adapun modernis diwakilkan olehprogressivism dan reconstructionism. Dari sinilah dalamkajian pemikiran Islam juga ada beberapa aliran yaituTekstualis Salafi; Tradisionalis Madzhabi; Modernis;dan Model Neo-Modernis.

Pemikiran filsafat pendidikan Islam pun lahir dariprinsip-prinsip pendidikan Barat dan pemikiran Islamtersebut, namun dalam pendidikan Islam tentu dilandasioleh al-Quran, al-Sunnah, dan spirit Islam. Kemudiandari beberapa aliran filsafat pendidikan Islam ada

55Ibid., h. 136-138

34

beberapa tipologi yang tentunya berimplikasi terhadappengembangan kurikulum pendidikan agama Islam itusendiri. Empat tipologi itu adalah perenial-esensialissalafi, perenial-esensialis madzhabi, modernis, danperenial-esensialis kontekstual-falsifikatif.

B. SaranDisadari bahwa tiada kesempurnaan pada manusia karenamanusia adalah tempatnya salah dan lupa di sampingmemiliki kelebihan dan kebaikan. Untuk menjadi lebihbaik dalam segala hal, maka diharapkan masukan, kritik,dan saran dari peserta diskusi dan pembaca yang budimanuntuk memberikan kontribusi agar bisa menjadikantulisan ini lebih baik ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Djumransjah, M.. Filsafat Pendidikan. Malang: BayumediaPublishing. 2006

Maunah, Binti.. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: TERAS2009.

Muhaimin.. Pengembangan Kurikulum Pendidikan AgamaIslam Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005.

Muhmidayeli.. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT RefikaAditama, 2011.

Syar’i, Ahmad.. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Pustaka Pirdaus, 2005.