30
Revisi BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Analisa Aspirin dan Kafeina dalam Tablet B. Tujuan Percobaan 1.Menentukan kadar aspirin dalam suatu tablet 2.Menentukan kadar kafein dalam suatu tablet

Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kimia Organik

Citation preview

Page 1: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Analisa Aspirin dan Kafeina dalam Tablet

B. Tujuan Percobaan

1. Menentukan kadar aspirin dalam suatu tablet

2. Menentukan kadar kafein dalam suatu tablet

Page 2: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

BAB III

METODE

A. Alat dan Bahan

Alat :

1. Buret dan Statif

2. Lumpang dan Alu Porselin (mortar)

3. Erlenmeyer

4. Corong

5. Pipet Ukur

6. Pro Pipet

7. Pipet Tetes

8. Labu Ukur

9. Kertas saring

10. Kompor

11. Timbangan Elektrik

12. Gelas Ukur

13. Gelas Beker

14. Penjepit

Bahan :

1. Tablet Aspirin (Aspirin)

2. Tablet Kafein (Saridon)

3. Alkohol 95%

4. Aquades

5. Indikator PP

6. NaOH 0,1 N

7. Na2S2O3 0,1 N

8. H2SO4 10%

9. Iodin 0,1 N

10. Amilum

Page 3: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

B. Cara Kerja

1. Kadar Aspirin

Tablet aspirin ditimbang menggunakan timbangan elektrik kemudian

dicatat merk dan kadarnya. Tablet aspirin digerus di lumpang porselen hingga

halus, hasil dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian lumpang porselin

dicuci dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml. Erlenmeyer digoyang-goyang

selama ± 5 menit, erlenmeyer dipanaskan menggunakan kompor hingga

mendidih, kemudian didinginkan. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur,

kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas,larutan diambil sebanyak

20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan aquades

sebanyak 5 ml dan indikator PP sebanyak 3 tetes. Larutan dititrasi dengan

NaOH 0,1 N hingga berwarna merah muda, volume titran dicatat dan

percobaan diulangi 2 kali,kadar aspirin dihitung menggunakan rumus :

% Aspirin = 10020

×volume titran NaOH ×0,01802

berat tablet (gr )×100 %

mg/tablet =10020

× volume NaOH ×18,02

2. Kadar Kafein

Tablet kafein ditimbang menggunakan neraca digital kemudian dicatat

merk dan kadarnya, tablet kafein digerus menggunakan lumpang porselin

sampai halus dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Lumpang porselin dicuci

dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu

ukur dan digojog selama 5 menit. Kemudian ditambahkan H2SO4 10%

sebanyak 5 ml dan iod 0,1 N sebanyak 20 ml, aquades ditambahkan ke dalam

labu ukur sampai tanda batas dan disaring dengan menggunakan kertas

saring. Hasil penyaringan dikocok dan didiamkan selama 10 menit, lalu

larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan

Page 4: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

ditambah amilum sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutan dititrasi dengan

Na2S2O3 0,1 N hingga jernih, volume titran dicatat dan titrasi diulangi

sebanyak 2 kali, kadar kafein dihitung menggunakan rumus :

% Kafein = {20−( 10020

× Vol Na2 S2O3)}×0,00483

berat tablet (gr)× 100 %

mg/tablet = {20−(10020

×Vol Na2 S2O3)× 4,83}

Page 5: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Aspirin dalam Tablet

Berat

Tablet (gr)

Vol.NaOH (ml) Rata-rata

vol.NaOH (ml)

Kadar Aspirin

1 2 3 % Kadar mg/tablet

0,578 gr 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 77,94 % 450,5

mg/tablet

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Kafein dalam Tablet

Berat

Tablet (gr)

Vol.Na2S2O3 (ml) Rata-rata

vol.

Na2S2O3

(ml)

Kadar Aspirin

1 2 3 % Kadar mg/tablet

0,634 gr 2,4 ml 2 ml 2 ml 2,13 ml 7,12% 45,10

mg/tablet

B. Pembahasan

1. Aspirin

Pada percobaan kali ini adalah penentuan kadar aspirin dan kadar kafein

di dalam suatu tablet. Aspirin adalah turunan dari asam salisilat yang di

asetilisasikan dengan menggunakan asetil klorida atau anhidrin asam asetat

dengan katalis H2S04. Reaksi pembentukan aspirin adalah sebagai berikut :

Page 6: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Gambar 1. Reaksi Pembentukan Aspirin (Dusek, 1987)

Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.

Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan ahidrida asam

asetat menggunakan katalis H2S04 10% sebagai zat penghidrasi. Aspirin

digunakan sebagai senyawa analgenik (penahan rasa sakit dan nyeri),

antipiretik (terhadap demam), dan anti inflamasi (peradangan). Apirin

memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam eter dan etanol, serta

bersifat asam (Petruci, 1987).

Aspirin memiliki efek samping seperti hepatitis ringan,

pendarahan saluran pencernaan, penurunan pendengaran, alkolisis

respirasi dan bahkan dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi

dalam dosis tinggi. Selain itu, aspirin juga tidak boleh diberikan pada

orang yang akan mendonorkan darahnya. Efek lain yang merugikan dari

aspirin adalah bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi maka akan

dimungkinkan dirinya kehilangan banyak darah sehingga menyebabkan

anemia (Petruci, 1987)

Pertama aspirin ditimbang(0,58 gram), dicatat merknya (merk

tablet : Aspirin), dan dicatat juga kadarnya (0,5 mg/tablet), kemudian

digerus dalam lumpang porselin, dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Lalu lumpang dicuci menggunakan alkohol 95% sebanyak 25 ml dan

dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Penggerusan tablet aspirin bertujuan

untuk mempermudah agar aspirin yang semula berbentuk tablet dapat

menjadi butiran kecil yang halus dan dapat dengan mudah larut. Pencucian

lumpang bertujuan untuk membersihkan sisa gerusan aspirin yang

tertinggal di dalam lumpang, dan meminimalisir aspirin yang terbuang.

Setelah dimasukkan ke dalam erlenmeyer, larutan digoyang

kurang lebih selama 5 menit dan dipanaskan hingga mendidih, setelah itu

dimasukkan ke labu ukur. Erlenmeyer digoyang selama kurang lebih

Page 7: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

selama 5 menit bertujuan untuk membantu pencampuran antara alkohol

dan serbuk aspirin. Sedangkan pemanasan bertujuan untuk membantu

melarutkan aspirin di dalam alkohol. Alkohol berfungsi untuk melarutkan

aspirin, karena aspirin tidak dapat larut dalam air.

Kemudian aquades dimasukkan ke dalam labu ukur sampai tandai

batas. Hali tersebut bertujuan untuk mengencerkan larutan dan

mengurangi konsentrasi larutan aspirin. Setelah itu larutan diambil

sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke erlenmeyer dan ditambahkan aquades

sebanyak 5 ml dan indikator PP sebanyak 3 tetes.

Indikator adalah suatu zat tambahan atau zat pembantu yang

digunakan untuk menunjukan perubahan warna pada percobaan titrasi ini.

Titik ekivalen yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan

konsentrasi basa, atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama

dengan jumlah asam yang dinetralkan. Titik akhir reaksi adalah suatu

keadaan dimana larutan telah mengalami perubahan warna (Raharjo,

1999).

Kemudian dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N sebagai titran dan

sebagai larutan yang bersifat basa kuat yang berfungsi menangkap dan

menetralkan alkohol yang tidak ikut bereaksi dan aspirin yang bersifat

asam supaya titik keseimbangan terjadi, sehingga dengan demikian kadar

aspirin dapat diketahui.Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali untuk

menghindari galat. Titran adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi

dan sudah diketahui kadarnya. Titran sering disebut zat penitrasi, zat

penitrasi ini biasanya dimasukkan ke dalam buret (Raharjo, 1999).

Menurut Pranata (1995), untuk mengetahui konsentrasi aspirin

dapat dilakukan dengan cara titrasi yang menggunakan titran berupa

larutan NaOH 0,1 N. Dalam reaksi netralisasi ini, gugusan asetil lebih

sukar dilepaskan daripada gugusan karboksil, sehingga terjadi reaksi

sebagai berikut:

Page 8: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Gambar 2. Reaksi Netralisasi (Pranata, 1995).

Titrasi diakhiri bila telah terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit

dari indicator PP. Jika terjadi kelebihan NaOH maka akan terjadi reaksi sebagai

berikut:

.

Gambar 3. Reaksi Kelebihan NaOH (Pranata, 1995)

Penentuan kadar aspirin menggunakan titrasi jenis alkalimetri,

dimana titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan standarnya. Reaksi

alkalimetri merupakan bagian dari analisis volumetri. Titrasi alkalimetri

pada percobaan ini memiliki prinsip penentuan kadar asam berupa larutan

aspirin dan ditentukan dengan menggunakan larutan standar yang bersifat

basa. Pada pengulangan pertama dan kedua jumlah NaOH yang digunakan

sebanyak 5 ml, rata-rata kedua pengulangan adalah 5 ml.

Setelah dilakukan dua kali pengulangan dan didapatkan volume

NaOH pengulangan pertama, kedua, dan ketiga yang digunakan untuk

menitrasi adalah 5 ml sehingga rata-ratanya 5 ml, maka dapat dihitung

kadar aspirin dan persentase kadar aspirin dengan menggunakan rumus :

% Aspirin = 10020

×volume titran NaOH ×0,01802

berat t ablet (gr)×100 %

mg/tablet =10020

× volume NaOH ×18,02

Page 9: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan bahwa persentase kadar

aspirin sebesar 77,94% dan kadar aspirin 450,5 mg/tablet atau sama

dengan 0,450 gram/tablet. Sedangkan kadar sebenarnya dari tablet aspirin

yang digunakan adalah 0,5 gram/tablet. Dapat dilihat bahwa perbedaan

antara kedua kadar aspirin tidak berbeda jauh, hal ini berarti volume

NaOH yang digunakan cukup. Semakin banyak volume NaOH yang

digunakan, maka akan semakin besar perhitungan kadar yang dihasilkan.

Kandungan yang terdapat dalam satu tablet Aspirin adalah aspirin.

Dikemas dalam 500 mg x 12 per kemasan. Kandungan utama dalam tablet

tersebut adalah aspirin, tetapi tidak menutup kemungkinan ada kandungan

lainnya sehingga berat tablet mencapai 500 mg. Sehingga menyebabkan

selisih yang amat jauh dari hasil percobaan yang hanya sebesar 450,5 mg.

Kemungkinan yang terjadi adalah adanya zat aktif lain atau terjadi human

error atau ada galat pada alat timbang elektrik (Raharjo, 1999).

Aspirin juga berbahaya, penggunaan berulang dapat menyebabkan

pendarahan gastrointestinal dan satu dosis tinggi (10-20 gram) dapat

menyebabkan kematian. Satu gram=1000mg, dalam tablet terkandung

450,5 mg bila dikonversi kedalam gram adalah 0,4505 gram. Angka

tersebut sangat jauh dibawah 10 gram, jadi produk tablet Aspirin aman

diminum selama tidak diminum sebanyak 20 butir sekaligus karena bila 20

butir tablet Aspirin diminum dapat menyebabkan kematian (Hart dkk.,

2003).

2. Kafein

Kafein merupakan senyawa alkaloida turunan dari purin yang memiliki

nama lain 1,3,7 trimetil xanthine yang berbentuk kristal dan berasa pahit. Kafein

memiliki rumus molekul C8H10N4O2. Rumus bangun sebagai berikut :

Page 10: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Gambar 1. Rumus Bangun Kafein (Pranata, 1995).

Pada umumnya kafein terdapat di kakao, biji kopi, dan daun teh.

Pada tumbuhan, kafein berperan untuk membunuh dan mematikan

serangga-serangga tertentu yang memakan tumbuhan tersebut. Kafein

biasanya dikonsumsi manusia dengan cara mengesktraknya terlebih

dahulu menjadi teh atau kopi. Kafein bukan termasuk zat yang berbahaya.

Kafein merupakan zat osikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia

(Shern, 1989).

Kafein memiliki sifat yang berbeda dengan aspirin, kafein

memiliki sifat tidak larut dalam etanol dan eter. Kafein dapat larut dalam

air, kafein juga tidak memiliki bau tertentu. Kafein memiliki kegunaan

seperti membantu melancarkan air seni, perangsang saraf pusat, dan dapat

mengusir rasa kantuk sementara waktu.Selain itu kafein juga memiliki

efek samping bila di konsumsi secara berlebih seperti jantung berdetak

lebih cepat, tidur mengigau, susah tidur, gemetaran, dan buang air kecil

secara terus menerus (Shearn, 1989).

Titrasi yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar kafein

adalah titrasi iodometri,titrasi iodometri digunakan untuk mengetahui

kadar atau konsentrasi kafeina. Karena, ikatan rangkap dari kafein dapat

mengadisi iod, titrasi iodometri merupakan metode dalam analisis

titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator.

Titrasi ini memiliki prinsip, dimana zat ini akan mengoksidasi iodide yang

ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan

dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3.

Pertama kafein ditimbang (0,634gr), dicatat merknya (merk tablet:

Saridon), dan dicatat kadarnya (50 mg/tablet), kemudian digerus dalam

lumpang porselin dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Lalu lumpang

Page 11: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

dibilas dengan alkohol 95% sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam

labu ukur. Penggerusan tablet kafein bertujuan untuk mempermudah agar

kafein yang semula berbentuk tablet dapat menjadi butiran kecil yang

halus dan dapat dengan mudah larut. Pencucian lumpang bertujuan untuk

membersihkan sisa gerusan kafein yang tertinggal di dalam lumpang, dan

meminimalisir kafein yang terbuang.

Setelah dimasukkan ke dalam labu ukur, larutan digoyang kurang

lebih 5 menit yang bertujuan untuk membantu pencampuran antara

alkohol dan serbuk dari kafein. Alkohol 95% dalam percobaan penentuan

kadar kafein berfungsi sebagai pengekstraksi agar zat kafein terpisah dari

zat lainnya. Sehingga kafein yang bercampur dengan zat lain dapat

terpisah dan dapat dihitung kadarnya.

Ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 ml dan iod 0,1 N sebanyak

20 ml, lalu ditambahkan aquades hingga tanda batas. Larutan

H2SO4bertujuan untuk memberi suasana asam pada suatu larutan, larutan

iod berfungsi sebagai pereaksi reduksi serta sebagai katalis untuk adasi

kafein dengan iod, dan aquades berfungsi sebagai pengencer. Setelah itu

disaring menggunakan kertas saring dan hasil penyaringan dikocok dan

didiamkan selama 10 menit. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan

larutan kafein dengan endapannya sehingga menghasilkan hasil yang

akurat saat dititrasi. Pengocokan bertujuan untuk mencampur larutan atau

meratakan larutan.

Setelah itu larutan diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke

dalam erlenmyer dan ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes,amilum

merubah warna larutan yang awalnya coklat menjadi biru tua pekat.

Perubahan warna terjadi karena adanya indikasi amilum terhadap iod yang

ada pada larutan.

Lalu dititrasi dengan Na2S2O30,1 N sampai jernih dan dilakukan

pengulangan sebanyak tiga kali. Amilum berfungsi sebagai indikator

Page 12: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

titrasi iodometri. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati akhir

titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan

amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa

semula.Na2S2O3berfungsi untuk menetralkan iod yang tidak bereaksi (iod

yang berlebihan dalam reaksi).

Saat dititrasi akan terlihat warna biru tua pekat perlahan-lahan

berubah menjadi jernih. Perubahan warna dari biru tua pekat menjadi

bening menandakan bahwa sudah tidak ada lagi kandungan iod, iod telah

habis bereaksi dengan peniter. Saat terjadi perubahan warna itulah yang

disebut titik akhir reaksi.

Reaksi kimia yang berlangsung dalam percobaan antara lain, reaksi

antara kafein yang direasikkan dengan iod menggunakaan katalis H2SO4.

Berikut hasilnya:

Gambar 2. Reaksi antara Kafein dan Iod (Pranata, 1995).

Pada waktu tersebut ikatan rangkap dari kafein dapat mengadisi iod sehingga

terjadi perubahan ikatan dari rangkap menjadi tunggal (Pranata, 1986).

Menurut Respati (1986), dalam titrasi ini terjadi reaksi iodium-

thiosulfat, yaitu jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun

asam dititrasi akan berikatan dengan thiosulfat, sehingga:

I3- + 2S2O3

2- 3I- + S4O62-.

Selama reaksi zat antara 2S2O3I- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai

S2O32- + I3

- S2O3I- + 2I-

Yang mana bila terus berjalan menjadi

2S2O3I- + I- S4O62- + I3

-

Warna indikator muncul kembali pada

S2O3I- + S2O32- S4O6

2- + I-.

Page 13: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Ketika larutan dititrasi dengan natrium thiosulfat sebagaian larutan yang

mengadisi kafein berikatan dengan thiosulfat, reaksinya

2NaS2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6

I2- + 2S2O3

2- 2I- + S4O62-.

Setelah dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, maka

didapatkan volume Na2S2O3pada pengulangan pertama sebanyak 2 ml,

pengulangan kedua sebanyak 2 ml, dan pengulangan ketiga sebanyak 2 ml.

Sehingga diperoleh rata-ratanya 2,13 ml. Selanjutnya dapat dilakukan

penghitungan kadar kafein dan persentase kadar kafein dengan

menggunakan rumus :

% Kafein = {20−( 10020

× Vol Na2 S2O3)}×0,00483

berat tablet (gr)× 100 %

mg/tablet = {20−(10020

×Vol Na2 S2O3)× 4,83}Setelah dilakukan penghitungan, maka didapatkan persentase kadar

kafein sebesar 7,12% dan kadar kafein sebanyak 45,1605 mg/tablet atau

0,045 gr/tablet. Padahal, kadar sesungguhnya dari tablet kafein adalah 50

mg/tablet. Terdapat selisih perbedaan kadar kafein sebesar 4,84 mg/tablet.

Hal tersebut dapat disebabkan karena ketidaktelitian dalam melakukan

proses titrasi, dimana volume Na2S2O3yang digunakan sedikit sehingga

kadar yang dihasilkan lebih rendah. Semakin banyak volume Na2S2O3yang

digunakan, maka akan semakin besar perhitungan kadar yang dihasilkan.

Ketidak telitian saat penentuan titik akhir tirasi :

1. Ketidak telitian pada saat penentuan volume titran yang digunakan

2. Kadar tertulis belum tentu kadar yang sebenarnya

3. Larutan atau reagen telah terkontaminasi atau rusak

4. Kesalahan dalam cara kerja

5. dll.

Page 14: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

BAB V

KESIMPULAN

Pada percobaan analisa aspirin dalam tablet dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1. Presentase kadar aspirin dalam tablet adalah 77,94% dan kadar aspirin 450,5

mg/tablet.

2. Presentase kadar kafein 7,12% dan kadar kafein 45,10 mg/tablet atau 0,045

gr/tablet.

Page 15: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

3. Tirasi yang dilakukan untuk mengetahui kadar aspirin dalam tablet adalah

titrasi alkalimetri dengan indikator PP dan NaOH sebagai penitrasi.

4. Untuk mengetahui kadar kafein digunakan titrasi iodometri dengan indikator

amilum dan Na2S2O3sebagai penitrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5.

Erlangga. Jakarta.

Dusek,E.D. 1987. Drugs A Factual Account. Newberry Award Record. USA.

Page 16: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Hart, H., Craine, L. E. dan Hart, D. J. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat.

Erlangga. Jakarta.

Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi 4 Jilid 2.

Erlangga. Jakarta.

Pranata, F. S. 1995. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Teknobio

Pangan FTB UAJY. Yogyakarta.

Raharjo. 1999. Kimia untuk Ilmu Keperawatan dan Farmasi Jilid 3 Edisi Revisi.

Bumi Aksara. Jakarta.

Respati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Aksara Baru. Jakarta.

Rivai, H.1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Kimia Press. Jakarta.

Shearn, M.A. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta.

Page 17: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

LAMPIRAN

1. Presentase Aspirin :

% Aspirin= 10020

×volume titran NaOH ×0,01802

berat tablet (gr )×100 %

¿

10020

x 5 x0,01802

0,578x 100 %

= 77,94%

2. Kadar Aspirin :

mg/tablet =10020

× volume NaOH ×18,02

=10020

×5 ×18,02

= 450,5 mg/tablet

3. Presentase Kafein :

% Kafein = {20−( 10020

× Vol Na2 S2O3)}×0,00483

berat tablet (gr)× 100 %

= {20−( 10020

× 2,13)}×0,00483

0,643×100 %

= 7,12%

4. Kadar Kafein :

mg/tablet = {20−(10020

×Vol Na2 S2O3)× 4,83}

Page 18: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

= {20−(10020

x2,13)× 4,83}= 45,1605 mg/tablet= 0,045 gr/tablet

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Page 19: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –

OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi

yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat

akan menghasilkan aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat

dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2S04 10% sebagai zat

penghidrasi (Dusek, 2008). Rumus bangun dari aspirin adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Rumus Bangun Aspirin (Dusek, 2008).

Menurut Raharjo (1999), aspirin atau asam asetilsalisilat adalah sejenis

obat dari turunan salisilat yang digunakan sebagai senyawa analgenik (penahan

rasa sakit dan nyeri), antipiretik (terhadap demam), dan anti inflamasi

(peradangan). Asam salisilat merupakan turunan asam benzoate dengan nama

orthohidroksi benzoate. Aspirin disebut sebagai asam asetilsalisitik karena

terbuat dari asam salisilik yang diasetilisasikan dengan asetil klorida yang

bersifat asam, dengan rumus bangun :

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Apirin (Raharjo, 1999).

Aspirin memiliki efek samping bagi wanita yang sedang

mengalami menstruasi maka akan dimungkinkan dirinya akan kehilangan

banyak darah bahkan menyebabkan anemia. Selain itu aspirin juga tidak

boleh diberikan pada orang yang akan mendonorkan darahnya (Dusek,

Page 20: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

1987).Efek lain yang merugikan dari aspirin adalah hepatitis ringan,

pendarahan saluran pencernaan, penurunan pendengaran, alkolisis

respirasi, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi dalam

dosis yang tinggi. Aspirin sukar larut dalam air namun larut dalam etanol

dan eter, aspirin yang larut adalah garam Ca (Shearn, 1989).

Berdasarkan metodenya dikenal beberapa jenis titrasi, yaitu titrasi

asidimetri dan titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi yang

menggunakan asam sebagai larutan standarnya. Sedangkan titrasi

alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan

standarnya. Titrasi alkalimetri digunakan untuk menganalisis kadar aspirin

(Respati, 1986).

Kafeina ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan

berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang. Alkaloid secara umum

mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan

merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk

padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran

dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan (Day dan

Underwood, 2007). Berikut rumus bangun kafein :

Gambar 3. Rumus Bangun Kafein (Day dan Underwood, 2007).

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil

asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik,

fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan

triftopan yang menurunkan alkaloid indol (Respati, 2007). Dalam proses

analitik iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion

idodie digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri), beberapa zat

Page 21: Acara I Analisa Aspirin Dan Kafein Dalam Tablet

Revisi

merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi langsung

dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik sedikit, tetapi banyak

pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodide,

dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Satu kelebihan ion iodide

ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan

iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natirum tiosulfat. Reaksi

antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Day dan

Underwood, 1986).

Kafein sebagai diuretik yang membantu pelancar air seni, dan

perangsang saraf pusat, pada konsumsi satu atau dua cangkir kopi, yang

berarti dosis sekitar 100-200 mg kafeine dan dosis aspirin sekitar 500 mg.

Selain itu jika kafein dikonsumsi dalam dosis yang tinggi maka akan

menyebabkan susah tidur, tidur mengigau, jantung berdetak lebih cepat,

dan sering buang air kecil. Fakta-fakta tentang kafein, yaitu kafein bersifat

adiktif, kafein menyebabkan dehidrasi, kafein dapat memperburuk

penyakit jantung, kafein menyebabkan kerapuhan tulang, dan kafein tidak

sehat bagi wanita hamil (Raharjo, 2012). Titrasi iodimetri merupakan

metode analisis titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang

bersifat oksidator. Titrasi ini memiliki prinsip, dimana zat ini akan

mengoksidasi iodide yang ditambahkan membentuk iodine atau titrasi

iodometri adalah cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodide

sebagai peniter (Rivai, 1995).