25
BAB I PENDAHULUAN A. Judul : Analisa aspirin dan kafein dalam tablet B. Tujuan : Tujuan dari percobaan yang dilakukan pada analisa aspirin dan kafein dalam tablet adalah: 1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet 2. Menentukan kadar kafein suatu tablet

Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul : Analisa aspirin dan kafein dalam tablet

B. Tujuan : Tujuan dari percobaan yang dilakukan pada analisa aspirin dan

kafein dalam tablet adalah:

1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet

2. Menentukan kadar kafein suatu tablet

Page 2: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.1. Aspirin

Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam

tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Terkadang, aspirin

digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kejang. Aspirin

digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter.

Namun aspirin juga memiliki beberapa efek samping dari penggunaannya, seperti

efek hematologis (meningkat ketika perdarahan terjadi, berkurang dalam

kelekatan platelet, hemorrhage), reaksi hipersensitivitas, dan efek CNS (tinnitus,

depresi). Dalam penggunaan aspirin, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

terlebih dahulu, seperti aspirin akan berkontra-indikasi pada pasien penderita bisul

perut, yang dikenal sebagai alergi, hemofilia, gangguan hemorrhagic, dan gagal

ginjal. Serta yang harus diperhatikan, pastikan bahwa manfaat penggunaan aspirin

lebih besar daripada resiko dalam menggabungkan penggunaan warfarin, heparin,

dan obat lainnya yang meningkatkan resiko berdarah. (Sandika, 2010)

Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH

dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang

berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan

menghasilkan aspirin. Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik. Sifat antipiretik

dan analgenik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. Salicin merupakan

kelompok glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula terikat

pada non-glikosa L. Untuk menganalisa kandungan aspirin dapat digunakan titrasi

asam basa menggunakan NaOH setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol

(pelarut organik) (Wahyuewmuslim, 2008).

Aspirin pertama kali digunakan dalam pengobatan oleh Dresser pada tahun

1899. Aspirin pertama kali dibuat oleh Kalbe pada tahun 1874 dengan mengubah

asam salisilat dengan anhidrid asam asetat. Asam hidrogen pada gugus hidroksil

dari asam salisilat telah diganti dengan gugus acid yang juga dapat dilakukan

dengan menggunakan asetil klorida dengan asam salisilat pada keton.

Page 3: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana

bentuk ester aromatik pada umumnya, aspirin mempunyai gugus rawan yang

sangat peka dengan kata lain aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh

hidrolisis terhasifis asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang

sigmoid sebagai hasil hidrolisis antar aspirin. (Gisvold, Wilson. 1982).

A.2. Kafein

Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine

bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin. Pada keadaan asal, kafein ialah

serbuk putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan nama sistematik

kafein ialah 1,3,7-trimetilxanthine atau 3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1 H-purin-2,6-

dione.

Kafeina atau lebih populernya kafein, merupakan senyawa alkanoid xantina

berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang

psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan

seperti biji kopim daun teh, buah kola, guarana, dan mate, namun sumber utama

kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi,

tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara

umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas

arabica) kafeina, sampai 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi.

(Anonim, 2007)

Kafeina (1,3,7-trimetilxanthine) ditemukan dalam kopi, teh, coklat, minuman

ringan dan banyak obat-obatan merupakan senyawa yang paling banyak ditemui

di kelompok tumbuhan alkaloid. Kafeina yang bersifat basa memiliki kemiripan

bentuk dengan beberapa metabolit endogen, mampu melewati penghalang darah

di otak (blood-brain barrier) dan plasenta, serta terdistribusi di cairan intraseluler.

Sifat-sifat tersebut yang memungkinkan kafeina untuk dapat mempengaruhi

banyak jaringan dalam tubuh manusia, termasuk sistem saraf pusat, sistem

kardiovaskuler, dan otot skeleton (Kafarelli, 1999).

Kafein atau 1,3,7 trimetil xantin adalah basa yang sangat lemah dalam air

atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk

Page 4: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

putih, dan alkaloid ini tidak berbau juga rasanya pahit. Kafein terlarut dalam air

dengan perbandingan 1:50, alkohol dengan perbandingan 1:75, atau kloroform

dengan perbandingan 1:6. Dalam pengobatan kafein adalah obat pilihan antara

tiga santin untuk memperoleh efek stimulan pada susunan saraf pusat. Aksi

stimulan ini hampir fisiologik alami dan menolong untuk menghindari kelemahan,

kelelahan, dan ngantuk. Kelihatannya sedikit toleransi bertambah terhadap

stimulan kafein, sebab itu habitual peminum kopi berlanjut karena pengalaman

stimulasi dari hari ke hari, biasanya kafein tidak mempunyai nilai dalam keadaan

lain, meskipun aksi farmakologi lain, meskipun stimulasi berlebihan, akan

menjadi berlebihan ketika dosis terlalu banyak dan mengakibatkan aksi lain.

(Connors, Amaidon, 1997)

Page 5: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

BAB III

METODE

A. Alat dan bahan

A.1. Analisa Aspirin

a. Alat :

1. Neraca digital

2. Lumpang porselen

3. Labu ukur

4. Pro pipet

5. Erlenmeyer

6. Pipet tetes

7. Corong

8. Buret

9. Pepet tetes

10. Kompor

b. Bahan :

1. Tabnel Aspirin

2. Alkohol 95%, 25 ml

3. Indikator pp

4. Aquades

5. NaOH 0,1 N

A.2. Analisa Kafein

a. Alat :

1. Neraca digital

2. Lumpang porselen

3. Labu ukur

4. Pro pipet

5. Kertas saring

6. Erlenmeyer

7. Pipit tetes

8. Buret

Page 6: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

9. Corong

b. Bahan :

1. Tablet kafein

2. Alkohol 95%, 25 ml

3. H2SO4 10%, 5 ml

4. Iodin 0,1 N , 25 ml

5. Amilum

6. Na2S2O3

B. Cara Kerja

B.1. Analisa Aspirin

Tablet aspirin yang akan digunakan dalam percobaan ini ditimbang dan

beratnya dicatat. Kemudian tablet digerus dengan lumpung porselen sampai halus.

Hasil gerusan dimasukan ke erlenmeyer dan lumpang porselen dicuci dengan

alkohol 95% sebanyak 25 ml kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer.

Erlenmeyer digoyang-goyang selama 5 menit, setelah itu erlenmeyer dipanaskan

dengan kompor sampai mendidih lalu didinginkan. Larutan dimasukan kedalam

labu ukur dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Larutan diambil sebanyak

20 ml, ditambah 5 ml aquades dan indikator pp sebanyak 3 tetes. Setelah itu

larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi merah

muda yang tetap sampai waktu 1 menit. Volume titran dicatat dan percobaan ini di

ulangi sebanyak 2 kali. Kadar aspirin dihitung dengan menggunakan rumus :

% kadar aspirin =

10020

x Vol rata−rata NaOH x 0 ,01802

Berat tabletx 100 %

Aspirin (mg/tablet)=

10020

x (Vol rata−rata NaOH x 18 , 02)

Page 7: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

B.2. Analisa Kafein

Tablet kafein yang digunakan dalam praktek ini ditimbang, dicatat merk serta

kadarnya. Kemudian tablet digerus dengan lumpang porselen dan dimasukan

kedalam labu ukur. Lumpang porselen dicuci menggunakan alkohol 95%

sebanyak 25 ml dan dimasukan kedalam labu ukur, setelah itu digoyang-goyang

selama 5 menit. Setelah digoyang-goyang, ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5

ml dan Iod 0,1 N sebanyak 20 ml, kemudian diencerkan dengan aquades hingga

tanda batas dan disaring menggunakan kertas saring. Hasil penyaringan dikocok

dan didiamkan selama 10 menit. Setelah itu, larutan diambil sebanyak 20 ml dan

dimasukan kedalam erlenmeyer. Ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes, dan

dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga jernih. Volume titran dicatat, dan

percobaan diulang sebanyak 2 kali. Kadar aspirin dihitung menggunakan rumus :

% kadar kafein =

{20 − (10020

x Vol rata−rata Na 2S 2 O 3)} x 0 ,00483

Berat tabletx 100 %

Kafein (mg/tablet) = {20 − (100

20x Vol rata−rata Na 2S 2O3)} x 4 , 83

Page 8: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAAN

► Pembahasan pengamatan aspirin:

A. Tabel Hasil

Tabel hasil pengamatan aspirin

Berat Teblet

(gr)

Vol. NaOH (ml) Rata2 vol NaOH

(ml)

Kadar Aspirin

1 2 3 % Kadar mg/tablet

0,574 5 5 5 5 77,94 450,5

B. Pembahasaan

Aspirin adalah obat salisilat, yang bekerja dengan cara mengurangi zat dalam

tubuh yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Terkadang, aspirin

digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kejang. Aspirin

digunakan hanya untuk keadaan kardiovaskular di bawah pengawasan dokter.

Mengkonsumsi aspirin setiap hari, bahkan pada dosis rendah sekitar 7mg, mampu

mengurangi resiko jangka panjang untuk beberapa jenin kanker, terutama kanker

usus dan esofagus. (Sandika, 2010)

Pada percobaan pertama ini yaitu menentukan kadar aspirin dalam tablet,

teblet aspirin yang digunakan digerus terlebih dahulu menggunakan lumpang

porselen. Tujuan penggerusan ini adalah untuk menghaluskan teblet aspirin agar

lebih mudah dilarutkan karena jika sudah digerus, maka luas permukaannya lebih

kecil dibandingkan dalam bentuk teblet. Hasil gerusan tablet aspirin dimasukan

kedalam erlenmeyer, dan lumpang porselen yang telah digunakan dicuci

menggunakan alkohol 95%. Tujuan dari mencuci lumpang porselen ini agar

butiran-butiran aspirin yang masih tertinggal di lumpang porselen dapat terlarut

dalam alkohol, karena aspirin bersifat polar sehingga akan mudah larut dalam

alkohol yang juga bersifat polar. Hal ini berdasarkan teori “like dissolves like”,

yang berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga.

Alkohol yang digunakan untuk mencuci lumpang porselen, dimasukan

kedalam erlenmeyer yang sama lalu digoyang-goyang. Proses penggoyangan

Page 9: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

erlenmeyer ini bertujuan agar larutan ini dapat tercampur secara homogen atau

merata. Setelah digoyang-goyang selama 5 menit, erlenmeyer dipanaskan hingga

mendidih. Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi

agar reaksi berlangsung dengan sempurna, ketika erlenmeyer dipanaskan ikatan

COOH terputus manjadi COO- dan H+. Setelah dipanaskan, larutan didinginkan,

ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (pp) dan ditambahkan aquades.

Penambahan aquades ini bertujuan untuk mengencerkan larutan agar lebih mudah

bereaksi dan penambahan indikator pp bertujuan memperlihatkan titik ekuivalen

larutan.

Setelah itu karena aspirin dititrasi denga larutan NaOH 0,1 N, karena aspirin

bersifat asam sehingga harus dinetralkan dengan basa. Dalam titrasi ini, terjadi

reaksi sebagai berikut:

+ NaOH + H2O

Titrasi dihentikan setelah warna yang semula putih jernih menjadi merah jambu

dan bertahan hingga 1 menit. Jika reaksi terjadi kelebihan NaOH, maka reaksi

yang terjadi:

+ NaOH + COOH

Pada percobaan penentuan kadar aspirin ini, dilakukan metode titrasi

alkalimetri. Titrasi alkalimetri termasuk dalam jenis metode titrasi netralisasi.

Titrasi alkalimetri merupakan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam

yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar. Larutan

basa standar yang biasa digunakan dalam titrasi alkalimetri adalah larutan standar

basa kuat (NaOH dan KOH). Larutan standar yang digunakan pada percobaan ini

COOH

O

C O CH3

COONa

O

C O CH3

COOH

O

C O CH3

O

C O CH3

ONa

Page 10: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

adalah NaOH 0,1 N. Titrasi alkalimetri digunakan dalam percobaan ini karena

aspirin bersifat asam, sehingga dapat dinetralisasi menggunakan basa (dititrasi

menggunakan NaOH).

Setelah dilakukan proses titrasi, didapat data dari hasil 3 kali pengulangan

percobaan. Dari 3 kali pengulangan percobaan, volume NaOH yang didapat selalu

5,0 mL, sehingga hasil rata-rata volume NaOH yang didapat 5 mL. Dengan data

berat tablet aspirin 0,634 gr dan rata-rata volume NaOH 5 mL, dilakukan

perhitungan kadar aspirin. Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan

adalah, kadar aspirin dalam tablet sebesar 77,94% dan kadar aspirin dalam

mg/tablet adalah 450,5 mg/tablet atau 0,45 gr/tablet.

Pada kemasan tablet aspirin, tertera kadar aspirin sebesar 5,0 gr/tablet.

Namun setelah dilakukan percobaan, hasil yang didapat sebesar 0,45 gr/tablet.

Hasil percobaan ini sudah mendekati kadar yang tertera dalam kemasan tablet

aspirin. Jika tablet ini dikonsumsi, dengan data yang ada maka keamanannya

dapat dijamin karena masih didalam batas normal kadar aspirin untuk dikonsumsi

sehari-hari.

► Pembahasaan pengamatan Kafein

A. Tabel Hasil

Tabel hasil pengamatan kafein

Berat Teblet

(gr)

Vol. Na2S2O3 (ml) Rata2 vol

NA2S2O3 (ml)

Kadar Na2S2O3

1 2 3 % Kadar mg/tablet

0,634 2,4 2 2 0,634 7,12 45,16

B. Pembahasan

Kafeina atau lebih populernya kafein, merupakan senyawa alkanoid xantina

berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang

psikoaktif dan diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan

seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana, dan mate, namun sumber utama

kafeina dunia adalah biji kopi. Terlalu banyak kafeina dapat menyebabkan

Page 11: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

peracunan (intoksikasi) kafeina atau mabuk akibat kafeina. Gejala penyakit ini

antara lain ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, sering

kencing (diuresis), dan masalah gastrointestial. (Anonim, 2009)

Pada percobaan kedua ini yaitu menentukan kadar kafein dalam teblet,

teblet kafein (merk panadol) yang digunakan digerus terlebih dahulu hingga halus

menggunakan lumpang porselen. Tujuan penggerusan ini adalah untuk

menghaluskan tablet kafein agar teblet kafein lebih mudah dianalisis karena

permukaannya akan lebih kecil sehingga dapat dengan mudah larut dalam air.

Hasil gerusan dimasukan kedalam labu ukur dan lumpang porselen di cuci

menggunakan alkohol 95%. Tujuan dari mencuci lumpang porselen ini agar

butiran-butiran kefein yang masih tertinggal di lumpang porselen dapat terlarut

dalam alkohol, karena kafein bersifat polar sehingga akan mudah larut dalam

alkohol yang juga bersifat polar. Hal ini berdasarkan teori “like dissolves like”,

yang berarti senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga.

Alkohol yang digunakan untuk mencuci lumpang porselen, dimasukan

kedalam labu ukur yang sama lalu digoyang-goyang. Proses penggoyangan labu

ukur ini bertujuan agar larutan ini dapat tercampur secara homogen atau merata.

Setelah itu ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 mL dan Iod 0,1 N sebanyak 20

mL dan juga ditambahkan aquades hingga tanda batas labu ukur.

Penambahan H2SO4 10% bertujuan untuk mempercepat reaksi larutan

(sebagai katalisator), karena larutan H2SO4 10% bersifat eksotermis sehingga

larutan tidak perlu dipanaskan lagi untuk memutuskan ikatan rangkap pada kafein.

Penambahan Iod 0,1 N bertujuan untuk menganalisa kafein sehingga akan terjadi

reaksi antara ikatan rangkap kafein dengan dengan ikatan iod yang disebut reaksi

adisi, sedangkan penambahan aquades pada larutan bertujuan untuk

mengencerkan larutan sehingga larutan lebih mudah bereaksi. Setelah itu, larutan

disaring menggunakan kertas saring yang bertujuan agar larutan dapat terpisah

dari endapan atau partikel-partikel berukuran besar yang dapat mengganggu

ketika proses titrasi.

Page 12: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

Hasil dari penyaringan digoyang-goyang yang bertujuan untuk

mencampurkan larutan hingga merata (homogen). Rumus reaksi yang terjadi

dapat dituliskan sebagai berikut :

Larutan kemudian diambil sebanyak 20 mL dan dimasukan kedalam erlenmeyer,

ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes. Penambahan amilum pada larutan adalah

sebagai indikator yang akan menunjukan titik akhir titrasi (titik ekuivalen) dan

amilum akan membuat larutan mengalami perubahan warna dari warna biru

kehitaman menjadi bening.

Larutan kemudian dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,1 N sebagai zat

penitran, dan proses titrasi dihentikan ketika larutan menunjukan perubahan warna

dari biru kehitaman menjadi bening. Na2S2O3 0,1 N juga berfungsi untuk

menetralkan Iod yang tidak ikut bereaksi (kelebihan Iod pada reaksi adisi).

Fungasi proses titrasi adalah untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan

menggunakan titran yang telah diketahui konsentrasi dan volumenya. Ketika

proses titrasi, reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut : I2 + 2Na2S2O3

2NaI + Na2S4O6.

Dalam penentuan kadar kafein ini, titrasi yang digunakan ialah titrasi

iodometri. Titrasi iodometri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda

penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi

dengan sampel atau berbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.

Iodide adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoka

harus selalu ada oksidator dan reduktornya, sebab bila suatu unsur bertambah

bilangan oksidasinya (melepas elektron), maka harus ada suatu unsur yang

bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron). Karena itu,

tidak mungkin hanya ada oksidator saja atau reduktor saja. Dalam metode analisis

ini, sampel dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 terediksi menjadi ion iodida : A

+ I2 →

O

CH3

OCH3

N

N

N

N

CH3

NC

C

N

C N

I

I

Page 13: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-. Hal inilah yang membuat kita dalam

penentuan kadar kafein menggunakan titrasi iodometri.

Setelah proses titrasi selesai, didapati data dari 3 kali pengulangan

percobaan penentuan kadar kafein. Dari percobaan pertama, volume Na2S2O3 yang

didapat sebanyak 2,4 mL, percobaan kedua dan ketiga volume Na2S2O3 yang

didapat sebanyak 2 mL. Dengan berat tablet kafein (merk Panadol) 0,634 gr

dengan rata-rata volume Na2S2O3 2,13 mL, dilakukan perhitungan kadar kafein.

Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah, kadar kafein dalam

teblet sebesar 7,12% dan kadar kafein dalam mg/tablet sebesar 45,16 mg/tablet.

Pada kemasan tablet kafein (merk Panadol), tertera kadar kafein sebesar 65

mg/tablet. Namun setelah dilakukan percobaan ini, hasil yang didapat sebesar

45,16 mg/tablet. Hasil percobaan mengalami selisih yang cukup jauh dengan

kadar yang ada pada tablet, ini dapat terjadi dikarenakan kesalahan dalam proses

percobaan misalnya kesalahan dalam proses penyaringan. Tetapi tetap dapat

ditarik kesimpulan jika tablet ini dikonsumsi, dengan data yang didapat maka

keamanannya dapat dijamin karena masih dalam batas normal kadar kafein untuk

dikonsumsi.

Page 14: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

BAB V

KESIMPULAN

► Percobaan pertama

Pada percobaan pertama yang bertujuan untuk menentukan kadar aspirin

dalam suatu tablet, didapat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi alkalimetri

2. Perubahan warna larutan yang dutunjukan oleh indikator pp, yaitu warna

larutan yang awalnya bening menjadi merah muda.

3. Kadar aspirin dalam persen (%) yang diperoleh dari hasil percobaan

sebesar 77,94% dan kadar aspirin dalam mg/tablet sebesar 450,5

mg/tablet.

► Percobaan Kedua

Pada percobaan kedua yang bertujuan untuk menentukan kadar kafein dalam

suatu tablet, didapat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Pada percobaan ini mengguakan metode titrasi iodometri

2. Perubahan warna larutan yang ditujukan oleh indikator amilum yaitu

warna larutan biru kehitaman menjadi bening.

3. Kadar kafein dalam persen (%) yang diperoleh dari hasil percobaan

sebesar 7,12% dan kadar aspirin dalam mg/tablet sebesar 45,16 mg/tablet.

Page 15: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2007. Fakta Kafein. http://spazipuccino.multiply.com/journal/item/4.

Diakses tanggal 5 Maret 2009.

Connors, Amaidon, Svela.1997. Stabilitas Kimiawi Sedvafarmasi Edisi II Jilid I. New York: John willey and sons.

Gisvold, wilson. 1982. Kimia Farmasi dan Medicine Organik Edisi VIII Bagian II. Semarang Press.

Kalmar, J.M. dan Kafarelli, E. 1999. Effect of Caffeine on Neuromuscular

Function. www.jappl.org. Diakses tanggal 20 Maret 2013.

Putri, S.D. 2010. ASPIRIN. http://health.detik.com/read/2010/07/02/00620/1391485/769/aspirin. Diakses tanggal 2 Juli 2010.

Wahyuewmuslim. 2008. Esterifikasi Fenol : Sintesis Aspirin.

http://farmasi07itb /2008/12/17/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/. Diakses

tanggal 4 Maret 2009.

Page 16: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

LAMPIRAN

► Perhitungan penentuan kadar Aspirin

Diketahui : Vol rata-rata NaOH = 5 ml

Berat tablet = 0,578 gr

% kadar aspirin =

10020

x Vol rata−rata NaOH x 0 ,01802

Berat tabletx 100 %

=

10020

x 5 , 45 ml x 0 ,01802

0 ,605 grx 100 %

= 81,16 %

Aspirin (mg/tablet) =

10020

x (Vol rata−rata NaOH x 18 , 02)

=

10020

x ( 5 , 45 ml x 18 ,02)

= 491,045 mg/tablet

► Perhitungan penentuan kadar kafein

Diketahui : Vol rata-rata Na2S2O3 = 2,13 ml

Berat tablet = 0,634 gr

%kadar kafein =

{20 − (10020

x Vol rata−rata Na 2S 2 O 3)} x 0 ,00483

Berat tabletx 100 %

=

{20 − (10020

x 2 ,13 ml)} x 0 ,00483

0 ,634 grx 100 %

Page 17: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein

= 7,12 %

Kafein (mg/tablet) = {20 − (100

20x Vol rata−rata Na 2S 2O3)} x 4 , 83

= {20 − (100

20x 2 ,13 ml)} x 4 , 83

= 45,16 mg/tablet

Page 18: Acara 1, Penentuan Kadar Aspirin Dan Kafein